Dokumen tersebut membahas tentang prasangka dan diskriminasi. Ia menjelaskan pengertian prasangka dan diskriminasi serta penyebab-penyebab terjadinya prasangka dan diskriminasi seperti faktor individual, sosial, kognitif, psikologis, dan konflik sosial. Dokumen ini juga membahas dampak dari prasangka dan diskriminasi serta cara untuk mengatasinya.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prasangka berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta yang
relevan mengenai objek tersebut. Awalnya istilah ini merujuk pada penilaian
berdasar ras seseorang sebelum memiliki informasi yang relevan yang bisa dijadikan
dasar penilaian tersebut. Selanjutnya prasangka juga diterapkan pada bidang lain
selain ras. Pengertiannya sekarang menjadi sikap yang tidak masuk akal yang tidak
terpengaruh oleh alasan rasional.
John E. Farley mengklasifikasikan prasangka ke dalam tiga kategori:
Prasangka kognitif, merujuk pada apa yang dianggap benar.
Prasangka afektif, merujuk pada apa yang disukai dan tidak disukai.
Prasangka konatif, merujuk pada bagaimana kecenderungan seseorang dalam
bertindak.
Beberapa jenis diskriminasi terjadi karena prasangka dan dalam
kebanyakan masyarakat tidak disetujui.
Berburuk sangka adalah pekerjaan syaitan. Syaitan membuat manusia
memandang indah dalam persangkaan itu. Hati-hatilah terhadap prasangka,
sebelum semuanya berbuah penyesalan. Tidaklah suatu kaum berperasangka
buruk, melainkan kaum itu akan menjadi binasa.
Manusia terbelenggu dalam prasangka sejak bangun tidur hingga tidur
lagi. Manusia tidak bebas dari prasangka sejak lahir dari liang rahim hingga
masuk liang kubur. Manusia bisa berprasangka terhadap apapun, prasangka
berarti membuat keputusan sebelum mengetahui fakta,Saat ini cenderung
orang mengedepankan prasangka di banding dengan fakta yang ada.
1
2. Diskriminasi adalah perlakuan atau penilaian pada seorang individu
yang didasarkan pada karakteristik umum suatu kelompok, bukan
karakteristrik si individu yang bersangkutan.Diskriminasi secara
leksikal adalah perlakuan terhadap orang atau kelompok yang didasarkan pada
golongan atau kategori tertentu. Sementara itu dalam pengertian
lain diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu
secara berbeda dengan didasarkan pada gender,ras, agama,umur, atau
karakteritik yang lain. Dari kedua definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa inti dari diskriminasi adalah perlakuan berbeda. Sedangkan pengertian
diskriminasi terhadap penyandang cacat atau difabel lebih didasarkan pada
kondisi fisik atau kecacatan yang disandangnya. Masyarakat selama ini
memperlakukan para difabel secara berbeda lebih didasarkan pada asumsi
atau prasangka bahwa dengan kondisi difabel yang kita miliki, kita dianggap
tidak mampu melakukan aktifitas sebagaimana orang lain pada umumnya.
Perlakuan diskriminasi semacam ini dapat dilihat secara jelas dalam bidang
lapangan pekerjaan. Para penyedia lapangan pekerjaan kebanyakan enggan
untuk menerima seorang penyandang cacat sebagai karyawan. Mereka
berasumsi bahwa seorang penyandang cacat tidak akan mampu melakukan
pekerjaan seefektif seperti karyawan lain yang bukan difabel. Sehingga bagi
para penyedia lapangan kerja, mempekerjakan para difabel sama artinya
dengan mendorong perusahaan dalam jurang kebangkrutan karena harus
menyediakan beberapa alat bantu bagi kemudahan para difabel dalam
melakukan aktifitasnya.
2
3. 1.2 Tujuan
Tujuannya adalah untuk memberikan pandangan kepada masyarakat
mengenai paradigma prasangka dan diskriminasi yang terjadi di masyarakat
selama ini.
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1.Apakah penyebab dari prasangka dan diskriminasi?
1.3.2.Apakah dampak dari prasangka dan diskriminasi?
1.3.3.Bagaimana cara mengatasi prasangka dan diskriminasi?
3
4. BAB II
PEMBAHASAN
Ada beberapa hal yang menjadikan seseorang terjebak dalam
kubangan prasangka. Pertama, lemahnya pendekatan diri kepada Tuhan,
karena Tuhan YME selalu mengajarkan manusia untuk tidak berprasangka.
Kedua, pengalaman masa lalu. Pengalaman masa lalu kadang punya bekas
yang begitu kuat.Anak yang hidup dalam bayang-bayang ketidakpercayaan
orang tua akan tumbuh menjadi manusia curiga dan penuh prasangka.Ketiga,
pengaruh lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar kerap menjadi guru kedua
setelah sekolah. Tak jarang, terjadi tarik-menarik pada diri seseorang murid
antara pengaruh pendidikan sekolah dengan perilaku lingkungan. Lingkungan
membentuk seseorang menjadi sosok baru yang identik dengan
lingkungannya.Sering terjadi, sebuah lingkungan yang teramat jarang
melakukan tegur sapa antara sesama anggota warganya atau cenderung
individualistik, akan penuh curiga mencermati orang ramah dan penuh sapa.
Sapaan ramah itu justru dibalas dengan curiga. “Jangan-jangan orang ini
punya niat busuk,” begitu kira-kira reaksi masyarakat sekitar.Sedangkan
diskriminasi adalah tingkah laku negative yang ditujukan kepada anggota
kelompok sosial yang menjadi objek prasangka. Diskriminasi bisa terjadi
tanpa adanya prasangka dan sebaliknya seseorang yang berprasangka juga
belum tentu akan mendiskriminasikan (Duffy & Wong, 1996). Akan tetapi
selalu terjadi kecenderungan kuat bahwa prasangka melahirkan diskriminasi.
Prasangka menjadi sebab diskriminasi manakala digunakan sebagai
rasionalisasi diskriminasi. Artinya prasangka yang dimiliki terhadap
4
5. kelompok tertentu menjadi alasan untuk mendiskriminasikan kelompok
tersebut.
Selain yang tersebut diatas ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya prasangka,yaitu:
1. Faktor individual penyebab prasangka
Mungkin anda sering menemui orang yang begitu mudah
berprasangka. Mungkin anda juga sering menemui orang yang sangat rendah
tingkat prasangkanya. Seolah ada kecenderungan individu tertentu lebih
berprasangka daripada individu yang lain. Mengapa hal itu terjadi? Di sinilah
faktor individual berperan dalam memicu prasangka.
Ada beberapa hal dalam individu yang bisa membuat seorang individu
bisa berprasangka yakni adanya proses kognitif tertentu, adanya pengaruh
belajar sosial, adanya tipe kepribadian tertentu dan adanya psikodinamika
kepribadian. Berikut penjelasannya masing-masing.
a. Faktor kognitif penyebab prasangka
Terdapat 2 cara berpikir mendasar dalam diri manusia yang bisa
menyebabkan terjadinya prasangka, yakni kategorisasi dan atribusi. Masing-
masing terbukti menjadi landasan bagi terbentuknya prasangka.
• Kategorisasi. Pada saat anda bertemu seseorang di dalam sebuah
kapal, apa yang anda lakukan pertama kali? Anda melakukan
kategorisasi! Mungkin mula-mula anda akan menggolongkannya
berdasarkan jenis kelamin. Ia laki-laki atau perempuan. Lalu
mengkategorisasikannya berdasar umur, ia tua, setengah tua atau
muda. Kemudian berdasarkan penampakan fisik, cantik, kurang cantik
atau jelek. Lalu berdasarkan tinggi badan, ia pendek, tinggi atau
sedang. Kemudian berdasarkan panjang rambut, berambut panjang,
5
6. sebahu, atau pendek. Begitu seterusnya.
• Atribusi. Proses kognitif lain yang berperan dalam membentuk
prasangka adalah atribusi, yakni upaya menerangkan sebab dari
tingkah laku seseorang. Biasanya, pada saat seseorang mengalami
kesenangan dan keberhasilan, maka mereka menilai bahwa penyebab
utama adalah diri sendiri. Orang lain yang mendukung adalah faktor
tambahan belaka. Sebaliknya, pada saat seseorang mengalami situasi
yang buruk atau tidak menyenangkan, maka sumber penyebabnya
dicari dari pihak lain. pada situasi yang buruk inilah, seseorang akan
berupaya mencari pihak yang bisa disalahkan.
b. Pengaruh belajar sosial
Prasangka dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui
proses sosialisasi. Apabila suatu keluarga memiliki prasangka yang tinggi
terhadap kelompok lain, maka itulah yang cenderung ditanamkan pada
anak-anak dalam keluarga itu melalui idiom-idiom bahasa yang digunakan
dalam berkomunikasi. Keadaan ini membuat kecenderungan kuat bahwa
orangtua yang berprasangka akan melahirkan anak-anak berprasangka.
c. Tipe kepribadian
Setidaknya ada 3 tipe kepribadian yang cenderung lebih
berprasangka ketimbang yang lain. Pertama, tipe kepribadian otoritarian,
yakni pribadi yang sangat menekankan pada kekuasaan otoriter. Kedua,
kepribadian dogmatik, yakni pribadi yang sangat kukuh membela suatu
keyakinan tertentu. Ketiga, pribadi yang keras hati.
• Kepribadian otoritarian. Pada tataran individu, faktor
6
7. kepribadian otoritarian merupakan faktor pemicu
prasangka yang terpenting. Seseorang yang memiliki
kepribadian otoritarian dipastikan mudah berprasangka.
• Kepribadian dogmatik. Tipe kepribadian dogmatik juga
merupakan salah satu tipe kepribadian yang memiliki
kecenderungan kuat untuk berprasangka. Orang-orang
dengan kepribadian dogmatik memiliki pola pemikiran
yang sempit (closed-mind).Secara umum orang dengan
kepribadian dogmatik ini sangat konvensional. Mereka
menentang setiap upaya perubahan yang terjadi jika
mengakibatkan perubahan mendasar terhadap apa yang
telah lama diyakininya. Mereka tidak segan
menggunakan kekuasaan yang dimiliki untuk
membenarkan apa yang diyakininya.
• Pribadi yang keras hati. Jenis kepribadian lain yang
mudah menderita prasangka adalah orang yang memiliki
kepribadian yang keras hati atau cenderung kaku. Mereka
yang keras hati ini lebih mampu memahami adanya
ekstremitas, misalnya membenarkan terorisme. Mereka
kurang terpengaruh keluarga dan lingkungan sosial dalam
menentukan pilihan politik. Karakteristik orang
berprasangka secara umum bermental kaku (rigidity), dan
memiliki infleksibilitas pikiran.
d. Psikodinamika kepribadian
7
8. Menurut teori psikodinamika dalam ilmu psikologi, prasangka
dianggap sebagai hasil perkembangan dari ketegangan motivasional dari
dalam diri individu. Prasangka muncul karena menguntungkan secara
psikologis, yakni meningkatkan perasaan superioritas. Anda mungkin
pernah merasakan kepuasan bila mengetahui ada orang lain mengalami
kegagalan. Hal ini merupakan cermin dari adanya tuntutan untuk
merasakan superioritas atas orang lain. Prasangka berfungsi membantu
memenuhi kebutuhan itu.
2. Faktor sosial penyebab prasangka
Bagaimana faktor sosial di atas bisa menyebabkan munculnya
prasangka dan mengapa prasangka muncul dalam interaksi sosial? Ada
beberapa teori dalam ilmu psikologi yang bisa menjelaskan hal tersebut,
yakni karena adanya perbandingan sosial, adanya identitas sosial, adanya
deprivasi relatif, adanya konflik-realistis dan adanya frustrasi. Berikut
penjelasannya masing-masing :
a. Identitas sosial
“Anda apa?” Jika anda menjawab pengacara (karena anda
pengacara), maka itulah identitas sosial anda. Jika anda menjawab muslim
(karena anda muslim), maka itulah identitas sosial anda. Identitas sosial
adalah identitas yang anda pakai dengan penuh penghayatan karena anda
anggota kelompok sosial tertentu. Artinya, seseorang memiliki kelekatan
emosional terhadap kelompok sosialnya.
b. Perbandingan sosial
Melalui perbandingan sosial kita menyadari posisi diri kita di mata
orang lain dan masyarakat. Kita menjadi sadar kelas sosial kita, sadar
prestise dan reputasi kita, serta sadar sikap orang lain terhadap kita.
8
9. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita
menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama. Prasangka terlahir
ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok. Artinya keadaan
status yang tidak seimbanglah yang akan melahirkan prasangka. Pada
masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam prasangka
cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif setara
prasangka yang ada kurang kuat.
c. Deprivasi relatif
Deprivasi relatif adalah keadaan psikologis dimana seseorang
merasakan ketidakpuasan atas kesenjangan/kekurangan subjektif yang
dirasakannya pada saat keadaan diri dan kelompoknya dibandingkan
dengan orang atau kelompok lain. Keadaan deprivasi bisa menimbulkan
persepsi adanya suatu ketidakadilan. Sedangkan perasaan mengalami
ketidakadilan yang muncul karena deprivasi akan mendorong adanya
prasangka.
d. Konflik-Realistis
Menurut teori konflik-realistik (Realistic Conflict Theory),
prasangka timbul karena kompetisi yang terjadi antara berbagai kelompok
sosial yang berbeda untuk meraih kesempatan atau sumber daya yang
terbatas. Prasangka bisa muncul dan berkembang sebagai efek samping
perjuangan berbagai kelompok memperebutkan pekerjaan, perumahan
yang memadai, sekolah yang baik, lahan pertanian, dan lainnya. Apabila
kesempatan dan sumber daya melimpah, umumnya prasangka antar
kelompok rendah karena orang-orang tidak perlu bersaing keras
mendapatkannya. Sedangkan apabila kesempatan dan sumber daya yang
tersedia sangat terbatas jumlahnya, biasanya prasangka di daerah tersebut
cukup tinggi.
9
10. e. Frustrasi
Frustrasi seringkali menimbulkan agresi meski tidak selalu
berbentuk agresi terbuka. Namun kadangkala karena sumber frustrasi
tidak mungkin menjadi sasaran agresi maka agresinya dialihkan kepada
pihak lain. Pengalihan agresi ini biasa dikenal sebagai
pengkambinghitaman yang merupakan bentuk dari prasangka. Biasanya
sasaran pengkambinghitaman adalah kelompok-kelompok yang
subordinat dan lemah, atau kelompok minoritas. Sebagai contoh pada
tahun 1997/1998 di saat negara kita mengalami krisis ekonomi, etnis
Cina dituding sebagai biang keladinya. Pada saat itu prasangka terhadap
etnis Cina meningkat dan sebaliknya etnis Cina juga menjadi lebih
berprasangka terhadap etnis lainnya.
Berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau
terhadap suatu suku bangsa, kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan
menimbulkan pertentangan-pertentangan sosial yang lebih luas. Sebagai
contoh: beberapa peristiwa yang semula menyangkut beberapa orang saja,
sering menjadi luas, melibatkan sejumlah orang. akan menjadi lebih riskan
lagi apabila peristiwa itu mejalar lebih luas, sehingga melibatkan orang-orang
di suatu wilayah tertentu, yang diikuti dengan tindakan-tidakkan kekerasan
dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian yang tidak
kecil.Prasangka dan diskriminasi dalam masyarakat dapat dikurangi dengan
cara:
a. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Pemerataan pembangunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi
warga Negara Indonesia yang masih tergolong dibawah garis kemiskinan akan
10
11. mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan sosial antara si kaya dan si
miskin.
b. Perluasan kesempatan belajar
Adanya usaha-usaha pemerintah dalam perluasan kesempatan belajar
bagi seluruh warga Indonesia, paling tidak dapat mengurangi prasangka
bahwa program pendidikan, terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati
oleh kalangan masyarakat menengah ke atas saja.
c. Sikap terbuka dan lapang
Sesungguhnya idealisme paham kebangsaan yang mencanangkan
persatuan dan kemerdekaan, telah menumbuhkan sikap kesepakatan
solidaritas, dan loyalitas yang tinggi. Dengan berbagai sikap unggul itu,
diharapkan akan berkelanjutan dengan sikap saling percaya, saling
menghargai, menghormati dan menjauhkan diri dari sikap berprasangka.
BAB III
11
12. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prasangka adalah suatu pikiran atau sikap mengira-ngira terhadap suatu
kondisi,dimana kita sendiri belum tahu persis,kondisi yang sebenarnya.awalnya
istilah ini merujuk pada penilaian,berdasarkan ras seseorang,sebelum memiliki
informasi yang relevan yang bisa dijadikan dasar penilaian tersebut.
Diskriminasi adalah perilaku konsisten yang berasal dari sikap
prasangka,yang memandang seseorang dengan tindakan secara negative,karena dia
adalah bagian dari kelompok anggota tertentu yang dijadikan sasaran dari prasangka,.
Tidak sedikit orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-
orang yang lebih sukar berprasangka. tampaknya kepribadian dan inteligensi, juga
factor lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka. Orang yang
berinteligensi tinggi, lebih sukar berprasangka, mengapa ? karena orang-orang
macam ini berikap dan bersifat kritis. Prasangka bersumber dari suatu sikap.
Diskriminasi menunjukkan pada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehari-hari sikap
prasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seseorang
yang mempunyai prasangka rasial, biasanya bertindak diskriminasi terhadap ras yang
diprasangkainya. Walaupun begitu, bisa saja seseorang bertindak diskriminatif tanpa
latar belakang prasangka. Demikian juga sebaliknya seseorang yang berprasangka
dapat saja bertindak tidak diskriminatif.
Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi :
12
13. 1. berlatar belakang sejarah
2. dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3. bersumber dari factor kepribadian
4. berlatang belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan prasangka dan diskriminasi:
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Perluasan kesempatan belajar
3. Sikap terbuka dan sikap lapang
Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa harus hapuskan diskriminasi
dalam diri kita terhadap orang lain. Karena, diskriminasi hanya merugikan diri kita
sendiri dan orang lain. Prasangka dan diskriminasi menunjukkan bahwa prasangka
terlihat dari aspek sikap sedangkan diskriminatif pada tindakannya. Diskriminasi bisa
merusak suatu kesatuan dalam diri kita dan lingkungan tersendiri. Kita jaga erat
kesatuan dan persatuan kita dengan lingkungan serta orang-orang sekitar kita.
13