SlideShare a Scribd company logo
1 of 50
Phasor (Fasor) Bilangan kompleks adalah suatu bilangan yang terdiri dari bagian Real (nyata) dan bagian Imaginair (khayal).  Bilangan kompleks A dituliskan sebagai :  A = a + j b    Bentuk sudut siku bilangan kompleks Im Re a b θ A = a + j b
Dan dalam bentuk yang lebih umum : v = V m   e j( ω t +  θ )  = V m  cos ( ω t   +  θ ) +  j V m   sin ( ω t +  θ )   = a + j b v = V m   e j ω t  = V m  (cos  ω t   + j  sin  ω t) v =  V m   e j ω t  =  V m   cos  ω t   + j V m   sin  ω t = a + j b V m  = amplitudo θ   = sudut fase Persamaan Euler :  bilangan kompleks  cos  θ   =  bagian nyata =  Re e j θ ,  j sin  θ  =  bagian  imaginer (khayal) = Im  e j θ Re  e j ω t  = cos  ω t   Im  e j ω t  = sin  ω t Bila  θ  =  ω t,  maka Bila  dikalikan dengan V m ,  maka
Bila ditinjau dalam frekuensi  ω  yang telah ditetapkan, yaitu v =  V m  e j θ  , maka dapat ditulis dalam bentuk polar sebagai : Hanya ditulis dalam besaran amplitudo dan sudut fasa. Fungsi cosinus dalam fungsi waktu yang hanya dituliskan dalam besaran amplitudo dan sudut fasa disebut  Phasor (Fasor)  dan merupakan  vektor-waktu Jadi  v = V m  cos ( ω t +  θ ) adalah bagian nyata dari bilangan kompleks, yaitu  Re V m  e j( ω t +  θ )  = Re V m  e j θ  e j ω t Dapat ditulis tanpa Re,  v = V m  cos ( ω t +  θ ) = V m  e j θ  e j ω t Phasor (Fasor)
Penggambaran fasor dalam sistem koordinat sudut siku disebut diagram fasor Fasor negatif Fasor conjugate θ Re I m θ Re I m - θ θ
Fasor negatif KEMBALI θ Re I m θ
Fasor conjugate KEMBALI θ Re - θ I m
Fasor pada sumbu khayal KEMBALI 90 0 Re I m
Fasor pada sumbu nyata KEMBALI Re I m
Perubahan bentuk bilangan kompleks Bilangan kompleks dalam bentuk tertentu  dapat diubah kebentuk lainnya dan sebaliknya, yaitu ,[object Object],[object Object],Im Re a b θ A = a + j b
Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan komplek harus dalam bentuk sudut siku agar supaya dapat dijumlahkan (dikurangkan) Jumlahkan (Kurangkan) bagian nyata dari setiap beilangan komplek dan jumlahkan (kurangkan) setiap bagian khayal  j  bilangan komplek . A = a + j b B = c + j d A  ±  B  = (a  ±  c) + j (b  ±  d) Misal : Operasi matematika dari bilangan komplek  Bilangan komplek dapat dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan, dan dibagi. Pengalian dan Pembagian Pengalian (pembagian) bilangan komplek lebih mudah bila keduanya dalam bentuk polar.  Kalikan (bagilah) besarnya kedua bilangan komplek dan jumlahkan sudut kedua bilangan komplek tersebut.
Menurut HTK  dan Hk Ohm : Misal Arus yang mengalir pada mesh  adalah (cara I) : i f  = A cos  ω t + B sin  ω t  masuk ke pers. a), diperoleh  : L(- ω A sin  ω t +  ω B cos  ω t) + R(A cos  ω t + B sin  ω t) = V m  cos  ω t (RA +  ω L B)   cos  ω t + (- ω LA + RB) sin  ω t = V m  cos  ω t   Jadi  RA +  ω LB = V m   -  ω LA + RB = 0 Rangkaian RL Seri dalam tegangan dan arus bolak balik i v =  V m  cos  ω t R L
Sehingga arus yang mengalir adalah : Jadi I m  < V m  dan fase arus  ketinggalan sebesar  θ  dari tegangan DIAGRAM FASOR Untuk melihat bukti kliklah tombol ini - θ Re Im
Pembuktian : R ω L θ
Jadi  :  i f  = Re  i 1   Tinjau lagi persamaan  a)  : ……… .a) Misal arusnya adalah (cara II = cara dengan bil kompleks) : i 1  = A e j ω t   masukkan ke pers. a) diperoleh  R + j ω L  =  Z Z = impedansi ω L = X L  = reaktansi induktif Klik tombol ini
Pembuktian untuk nilai A :
IMPEDANSI, RESISTANSI, REAKTANSI,  ADMITANSI, KONDUKTANSI, SUSEPTANSI v = V m  cos ( ω t +  θ ) i  =  I m  cos ( ω t +   ) Dalam besaran fasor : V  = V m    θ I   = I m    Didefinisikan perbandingan antara fasor tegangan,  V  dan fasor arus,  I   disebut  impedansi ,  Z RANGKAIAN FASOR V I
Impedansi  Z  dapat dinyatakan dalam bentuk sudut siku  : Z  = R + jX R = Re  Z   : komponen resistif atau resistansi X = Im  Z   : komponen reaktif atau reaktansi Z  =  Z (j ω )  :  fungsi bilangan komplek dari j ω . R = R( ω ) dan X = X( ω )  :  fungsi bilangan nyata dari  ω . R, X, dan Z dinyatakan dalam Ohm ( Ω ) θ Z X R |  Z  |
mengalir melalui tahanan  R, maka tegangan antara ujung tahanan adalah : . Hub. fasor tegangan dan  fasor   arus :   V R  =  I R  R hanya mengandung tahanan saja dan diukur dalam satuan  ohm (  ). Kesimpulan : tegangan antara ujung tahanan  adalah sefasa dengan arus yang melewatinya.  Impedansi dari elemen  adalah :  Bentuk waktu : Bentuk fasor : TAHANAN, R Arus  dinyatakan dalam fasor bentuk polar
Reaktansi induktif, X L ditulis dalam fasor bentuk polar : mengalir melewati induktor L, tegangannya diperoleh dari :  Impedansinya Besar dari impedansi disebut reaktansi induktif  X L  =   L  dan diukur dalam  ohm (  ). Bila arus : Hubungan fasor tegangan dan fasor   arus :   V L  = j  L I L
Kesimpulan : tegangan pada induktor L mendahului  90 0   dari arus yang  melewatinya.  Bentuk waktu : 90 0 ω t v, i i L  (t) v L  (t)  Bentuk Fasor :  Bila arus  dinyatakan dalam bentuk fasor  mengalir melewati induktor L,  tegangannya adalah  : v L I θ v L I
Reaktansi Kapasitif, X C melintang pada ujung kapasitor C, arusnya diperoleh dari :  Impedansinya adalah : Besar dari impedansi dalam hal ini disebut reaktansi kapasitif,  X C  dan diukur dalam  ohm (  ). Hubungan fasor tegangan dan fasor   arus :   V C  = (1/j  C)  I C   dinyatakan dalam fasor Bila tegangan :
Bentuk fasor :  Bila tegangan  Yang melintang pada kapasitor,  dinyatakan dalam bentuk fasor   arusnya adalah  .   Kesimpulan : Arus yang melewati kapasitor  C mendahului 90 0  dari tegangannya.  v, i i C  (t) v C  (t)  90 0 Bentuk waktu : ω t θ v L I L C I L
Contoh soal  :   V = 10   56,9 0  Volt, dan  I = 2   20 0  Amper,  maka impedansi dalam bentuk fasor adalah : Dalam bentuk sudut siku adalah ;  Z  = 5 (cos 36,9 0  + j sin 36,9 0 )   = 4 + j 3  Ω Contoh soal  :   Tegangan v = 10 cos (100t + 30 0 ) diberikan pada ujung kapasitor 1  µF Maka fasor arusnya adalah : I  = j ω C  V  = j (100)(10 -6 )(10  30 0 ) = 1  120 0  mA Dalam domain waktu : i = cos (100t + 120 0 ) mA Contoh soal  :   Suatu arus i = I m  cos ( ω t +   )  Amper melewati induktor L Maka fasor tegangannya adalah : V  = j  ω LI m       =  ω LI m    (   + 90 0 )  Volt  (karena j = 1  90 0 ) Dalam domain waktu : v =  ω LI m   cos ( ω   t +     +  90 0 ) Volt
Jadi G tidak selalu sama dengan 1/R dan B tidak selalu sama dengan 1/X ADMITANSI, Y Kebalikan dari  impedansi   Z  adalah  admitansi   Y , atau   Karena  Z  adalah bil. komplek maka  Y  juga bil. komplek : Y  = G + jB Dengan G = Re  Y   disebut  konduktansi   dan  B = Im  Y   disebut  suseptansi. Satuan Y, G, dan B adalah  Mho  (  )
Contoh soal  :  Bila diketahui ;  Z  = 4 + j 3  Ω , maka Jadi G = 4/25  dan B = -3/25 Contoh soal  :  Bila diketahui ;  Z  = 6 + j 8  Ω , tentukan nilai konduktansi dan suseptansi.
Contoh soal  : Tentukan admitansi pada ujung sumber tegangan pada gambar ini : Penyelesaian : i v =  V m  cos  ω t R L θ Z ω L R
 
Ubahlah fungsi sinus dalam domain waktu ke dalam domain fasor dan bentuk sudut siku. a) v 1  (t) = 10 cos (500 t – 45 0 ) b) v 2  (t) = 15 cos (500 t + 30 0 ) c) i 1  (t)  = - 4 cos 1000 t d) i 2  (t) = 3 cos (1000 t – 90 0 ) e)  I 3  =  I 1  +  I 2 f) S 1  = V 1 I 1 *  ;  S 2  = V 2 I 2 * g) Z 1  = V 1 /I 1   ;  Z 2  = V 2 /I 2 Contoh soal 3 Penyelesaian ,[object Object],[object Object],[object Object],b) V 2  = 15   30 0 = 15 {cos (30)  +  j sin (30)} = 12,99  +  j 7,5 c)  I 1   = - 4   0 0 = - 4 (cos 0 0   +  j sin 0 0 ) =  - 4 d)  I 2   = 3   -90 0 = 3 {cos (-90)  +  j sin (-90)} =  - j 3 e)  I 3  =  I 1  +  I 2  = - 4 – j3
f) S 1  =  V 1 I 1 * = (10   -45 0 )(-4  0 0 ) = - 40   - 45 0   =  - 40   cos (-45 0 )  - j40 sin (-45 0 ) = - 16,72  +  j 16,72 S 2  =  V 2 I 2 * = (15   30 0 )(3  90 0 ) =  45    120 0   =  45   cos (120 0 )  + j45 sin (120 0 ) = - 22,5  +  j 38,97
Contoh Soal :  Bila tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian  V  = 160 – j 120  Volt, maka arus yang mengalir adalah  I  = 12 – j5  A. Tentukan a) impedansi,  Z , dalam bentuk komplek dan nyatakan apakah bersifat induktif atau kapasitif, b) sudut fasa antara tegangan dan arus,  Φ . c) Daya dan  faktor daya  (cos  Φ )  dari rangkaian,  Penyelesaian : c) Sudut fasa antara tegangan dan arus :    = tan -1  3,79/14,91 = 14,26 0 . b) Daya P = VI cos    = (160 – j 120)(12 – j 5) cos 14,26 0  = 2520 Watt Faktor daya = cos    = cos 14,26 0  = 0.969
Contoh Soal :  Bila tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian  V  = 100 – j 80  Volt, maka arus yang mengalir adalah  I  = 12 – j9,6  A. Tentukan a) impedansi dalam bentuk fasor b) sudut fasa antara tegangan dan arus. Kerjakan nanti diluar kelas
[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],atau  Jadi, S R v S L
Konduktansi G, Suseptansi B and Admitansi Y Definisi :   Konduktansi G  kebalikan dari resistansi Suseptansi Induktif B L  kebalikan dari reaktansi induktif  Admitansi Y kebalikan dari impedansi Z,  S G v S B L θ B L Y G Satuan dari ketiga besaran ini adalah  Siemens (S), kebalikan dari ohm, kita menyebutnya sebagai Mho (  ). Untuk rangkaian paralel, lebih mudah menggunakan G, B L  dan Y. Dalam rangkaian R-L paralel, admitansi total lebih sederhana jumlah  fasor dari konduktansi dan suseptansi inductif,
Analysis of parallel RL circuits In this section, Ohm’s law and Kirchoff’s current law are used in the analysis. ,[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],Current phasor diagram. Voltage  The applied voltage V S , appears across both the resistive and inductive branches, so V S , V R  and V L  are all in phase and of the same amplitude. S R I tot V R L I R v S V L I L θ I L θ I R v S , v R , v L
PARALLEL  R-C  CIRCUIT In this section, you will learn to determine the impedance and phase angle of a parallel R-C circuit. Impedance and Phase Angle Figure shows a basic parallel R-C circuit connected to an ac voltage source. The expression for the total impedance is developed using rules of phasor algebra. or  Therefore, S R v S C
Capacitive susceptance B C  is the reciprocal of capacitive reactance, i.e. Admittance Y is the reciprocal of  impedance Z, i.e. Conductance G, Susceptance B and Admittance Y Definition : Conductance G is the reciprocal of resistance. i.e. The unit of each of these terms is the Siemens (S), which is the reciprocal of ohm. In working with parallel circuits, it is often easier to use G, B C  and Y. In a parallel RC circuit, the total admittance is simply the phasor sum of the conductance and the capacitive susceptance, i.e. S G v S B C θ B C Y G
Analysis of parallel RC circuits In this section, Ohm’s law and Kirchoff’s current law are used in the analysis. Current phasor diagram ,[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],S V R v S V C i tot I R I C θ I C I tot I R v R , v R , v C
DAYA PADA RANGKAIAN  R-L BOLAK-BALIK ,[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],ANIMASI
t v Medan magnetik Pada setengah putaran pertama, energi yang dikirim ke induktor disimpan dalam bentuk medan magnetik dan pada setengah putaran kedua energi tersebut dikembalikan lagi ke sumber S
Daya sesungguhnya (true power) dan  Daya kenyataan (apparent power) Rangkaian R-L Daya sesungguhnya ( P true ) adalah daya di dalam resistor. P true  = I 2 R Daya Reaktif (P r ) adalah daya di dalam induktor. Satuannya adalah  VAR (volt-ampere reactive) P r  = I 2 X L Daya kenyataan  (P a ) adalah resultante dari  daya sesungguhnya dan daya reaktif. Satuan VA (volt-ampere) P a  = I 2 Z
Segitiga Daya  ,[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object]
DAYA PADA RANGKAIAN  R-C BOLAK BALIK ,[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],[object Object],ANIMASI
t v Pada setengah putaran pertama, energi yang dikirim ke kapasitor disimpan dalam bentuk muatan listrik dan pada setengah putaran kedua energi tersebut dikembalikan lagi ke sumber S
Daya Sesungguhnya (true power)  dan  Daya Kenyataan (apparent power) Rangkaian R-C Daya sesungguhnya (P true ) adalah daya yang tersimpan pada resistor. Satuan watt (W) P true  = I 2 R Daya reaktif (P r ) adalah daya pada kapasitor dan induktor. Satuan  VAR (volt-ampere reactive) P r  = I 2 X Daya kenyataan (P a ) adalah resultante daya sesungguhnya dan daya reaktif. Satuan VA (volt-ampere) P a  = I 2 Z
Segitiga Daya Dari diagram fasor daya, P true  dapat dituliskan : P true  = P a  cos   atau P true  = VI cos   Faktor Daya (PF) Besar cos    disebut Faktor Daya dan dinyatkan sebagai  PF = cos   Bila    bertambah, Faktor Daya berkurang, menunjukkan suatu kenaikan rangkaian reaktif. Jadi, semakin kecil Faktor Daya, semakin kecil daya yang hilang. Faktor Daya berubah dari  (rangkaian reaktif murni) sampai  1 (rangkaian resistif murni) Pada rangkaian R-C, Faktor Daya dinyatakan sebagai Faktor Daya mendahului karena arus mendahului tegangan
v S R L C Contoh soal 2  : Suatu koil (lilitan) dengan tahanan R =  5  Ω  dan induktansi L = 100 mH dihubungkan secara seri dengan kapasitor C = 200 µF, di beri tagangan v S  sebesar 220 V dan frekuensi 50 Hz. Penyelesaian : a) Reaktansi induktif  X L  =  ω L =  2  fL = 2x3,14x50x100x10 -3  = 31,4  Ω   Hitunglah : a) reaktansi induktif, b) reaktansi kapasitif, c) impedansi seluruh elemen dalam bentuk komplek, d) arus yang mengalir, e) power faktor, f) daya total, g) tegangan antara ujung koil dan kapasitor. h) Gambarkan diagram fasor untuk arus dan tegangan. koil
c) Impedansi seluruh elemen : Z = R + j ( X L  – X C  )   = 5 + j (31,4 – 15,9) = 5 + j15,5  Ω |Z|={5 2  + 15,5 2 } 1/2  = 16,3  Ω   d) Arus yang mengalir pada rangkaian : | I |  =  | V | / | Z |  = 220/16,3 = 13,5 A Terlihat bahwa impedansi didominasi oleh reaktansi induktif, sehingga fasa arus ketinggalan terhadap fasa tegangan, sebesar  θ  = tan -1  15,5/5 =  72,1 0. e) Faktor daya (Power faktor) : cos  θ  =  | R | / | Z |  = 5/16,3 = 0,31  mendahului f) Daya total :  VI cos  θ  =  220x13,5x0,31 = 921 Watt g) Tegangan antara ujung koil : V L  = IX L  = 13,5x31,8 = 429,3 Volt Tegangan antara ujung kapasitor : V C  = IX C  = 13,5x15,9    = 214,7 Volt
90 0 80,95 0 72,54 0 I V C V = 220 V V L =420 V GAMBAR DIAGRAM FASOR : TERLIHAT BAHWA SUPLAI TEGANGAN PADA KOIL (420 V) MELEBIHI TEGANGAN SUMBER (220 V)
Contoh soal 1  :  Rangkaian R-L-C pada gambar (a), hitung arus i dengan menggunakan aljabar fasor Rangkaian fasornya seperti pada gambar (b). Fasor impedansi dilihat dari terminal sumber adalah : Menurut teori pembagi arus atau : i =  √ 2 cos (3t + 81,9 0 )  A 5 cos 3t  Volt i 1 i 1  Ω 3  Ω 1 H 1/9 F (a) 5   0  Volt I 1 I 1  Ω 3  Ω j3  Ω -j3  Ω (b)
BERSAMBUNG ,[object Object],DI KELAS INILAH KITA MENIMBA ILMU

More Related Content

What's hot

10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskritSimon Patabang
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbangSimon Patabang
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASAMuhammad Dany
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanpersonal
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarRinanda S
 
teorema thevenin
teorema theveninteorema thevenin
teorema theveninfaqihahkam
 
Gaya coulumb & intensitas medan listrik
Gaya coulumb & intensitas medan listrikGaya coulumb & intensitas medan listrik
Gaya coulumb & intensitas medan listrikRahmat Dani
 
5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrikSimon Patabang
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik lindkw
 
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikModel Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikRumah Belajar
 
9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balikSimon Patabang
 
Rangkaian RL dengan sumber
Rangkaian RL dengan sumberRangkaian RL dengan sumber
Rangkaian RL dengan sumberPamor Gunoto
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Fathan Hakim
 
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian FilterRangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian FilterToro Jr.
 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskritPengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskritBeny Nugraha
 
4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronikaSimon Patabang
 

What's hot (20)

10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit10 pengolahan sinyal diskrit
10 pengolahan sinyal diskrit
 
9 sistem 3 phasa beban seimbang
9  sistem  3 phasa beban seimbang9  sistem  3 phasa beban seimbang
9 sistem 3 phasa beban seimbang
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASA
 
Jembatan Wheatstone
Jembatan WheatstoneJembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone
 
Adc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutanAdc dan dac lanjutan
Adc dan dac lanjutan
 
sharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasarsharing belajar OP Am elektronika dasar
sharing belajar OP Am elektronika dasar
 
teorema thevenin
teorema theveninteorema thevenin
teorema thevenin
 
Gaya coulumb & intensitas medan listrik
Gaya coulumb & intensitas medan listrikGaya coulumb & intensitas medan listrik
Gaya coulumb & intensitas medan listrik
 
5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik5 teorema rangkaian listrik
5 teorema rangkaian listrik
 
Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik Rangkaian Listrik
Rangkaian Listrik
 
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian ElektrikModel Matematis untuk Rangkaian Elektrik
Model Matematis untuk Rangkaian Elektrik
 
9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik9 rangkaian arus bolak balik
9 rangkaian arus bolak balik
 
Transistor
TransistorTransistor
Transistor
 
Rangkaian RL dengan sumber
Rangkaian RL dengan sumberRangkaian RL dengan sumber
Rangkaian RL dengan sumber
 
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
Dasar sistem telekomunikasi (modulasi)
 
Rangkaian penyearah
Rangkaian penyearahRangkaian penyearah
Rangkaian penyearah
 
1 sinyal
1  sinyal1  sinyal
1 sinyal
 
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian FilterRangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
Rangkaian R, L, C AC dan Rangkaian Filter
 
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskritPengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskrit
 
4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika4 metoda analisis rangkaian elektronika
4 metoda analisis rangkaian elektronika
 

Similar to Ii Rangkaian Listrik Fasor

Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiFauzi Nugroho
 
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdfANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdfDennyHardiyanto2
 
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidAnalisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidRisdawati Hutabarat
 
Arus Bolak-balik - Copy.ppsx
Arus Bolak-balik - Copy.ppsxArus Bolak-balik - Copy.ppsx
Arus Bolak-balik - Copy.ppsxssuser8379fe
 
Arus bolakbalik
Arus bolakbalikArus bolakbalik
Arus bolakbalikNanda Reda
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanNia Matus
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralelSimon Patabang
 
Matching impedance
Matching impedanceMatching impedance
Matching impedanceampas03
 
Rangkaian Listrik R-L
Rangkaian Listrik R-LRangkaian Listrik R-L
Rangkaian Listrik R-Lnova147
 
Teknik Tegangan Tinggi - GELOMBANG BERJALAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN SIFAT ...
Teknik Tegangan Tinggi - GELOMBANG BERJALAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN SIFAT ...Teknik Tegangan Tinggi - GELOMBANG BERJALAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN SIFAT ...
Teknik Tegangan Tinggi - GELOMBANG BERJALAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN SIFAT ...Rico Afrinando
 
RANGKAIAN ARUS DAN TEGANGAN AC
RANGKAIAN ARUS DAN TEGANGAN ACRANGKAIAN ARUS DAN TEGANGAN AC
RANGKAIAN ARUS DAN TEGANGAN ACFabian Trihantoro
 
.Rangkaian Arus dan Tegangan Bolak-Balik (AC)
.Rangkaian Arus dan Tegangan Bolak-Balik (AC).Rangkaian Arus dan Tegangan Bolak-Balik (AC)
.Rangkaian Arus dan Tegangan Bolak-Balik (AC)fabian trihantoro
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fixNia Matus
 

Similar to Ii Rangkaian Listrik Fasor (20)

1. Pendahuluan RL.pptx
1. Pendahuluan RL.pptx1. Pendahuluan RL.pptx
1. Pendahuluan RL.pptx
 
Rangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik ResonansiRangkaian Listrik Resonansi
Rangkaian Listrik Resonansi
 
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdfANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
ANALISIS+SISTEM+TENAGA+LISTRIK+1C.pdf
 
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang SinusoidAnalisis Kompleks Gelombang Sinusoid
Analisis Kompleks Gelombang Sinusoid
 
8 beban rlc
8 beban rlc8 beban rlc
8 beban rlc
 
Arus bolakbalik
Arus bolakbalikArus bolakbalik
Arus bolakbalik
 
Arus Bolak-balik - Copy.ppsx
Arus Bolak-balik - Copy.ppsxArus Bolak-balik - Copy.ppsx
Arus Bolak-balik - Copy.ppsx
 
8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri
 
Arus bolakbalik
Arus bolakbalikArus bolakbalik
Arus bolakbalik
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
 
4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel4 rangkaian ac paralel
4 rangkaian ac paralel
 
Matching impedance
Matching impedanceMatching impedance
Matching impedance
 
Rangkaian Listrik R-L
Rangkaian Listrik R-LRangkaian Listrik R-L
Rangkaian Listrik R-L
 
Teknik Tegangan Tinggi - GELOMBANG BERJALAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN SIFAT ...
Teknik Tegangan Tinggi - GELOMBANG BERJALAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN SIFAT ...Teknik Tegangan Tinggi - GELOMBANG BERJALAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN SIFAT ...
Teknik Tegangan Tinggi - GELOMBANG BERJALAN PADA SALURAN TRANSMISI DAN SIFAT ...
 
G hukum-ohm
G hukum-ohmG hukum-ohm
G hukum-ohm
 
RANGKAIAN ARUS DAN TEGANGAN AC
RANGKAIAN ARUS DAN TEGANGAN ACRANGKAIAN ARUS DAN TEGANGAN AC
RANGKAIAN ARUS DAN TEGANGAN AC
 
.Rangkaian Arus dan Tegangan Bolak-Balik (AC)
.Rangkaian Arus dan Tegangan Bolak-Balik (AC).Rangkaian Arus dan Tegangan Bolak-Balik (AC)
.Rangkaian Arus dan Tegangan Bolak-Balik (AC)
 
7 jenis beban ac
7 jenis beban ac7 jenis beban ac
7 jenis beban ac
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 

Recently uploaded

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 

Recently uploaded (20)

SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 

Ii Rangkaian Listrik Fasor

  • 1. Phasor (Fasor) Bilangan kompleks adalah suatu bilangan yang terdiri dari bagian Real (nyata) dan bagian Imaginair (khayal). Bilangan kompleks A dituliskan sebagai : A = a + j b Bentuk sudut siku bilangan kompleks Im Re a b θ A = a + j b
  • 2. Dan dalam bentuk yang lebih umum : v = V m e j( ω t + θ ) = V m cos ( ω t + θ ) + j V m sin ( ω t + θ ) = a + j b v = V m e j ω t = V m (cos ω t + j sin ω t) v = V m e j ω t = V m cos ω t + j V m sin ω t = a + j b V m = amplitudo θ = sudut fase Persamaan Euler : bilangan kompleks cos θ = bagian nyata = Re e j θ , j sin θ = bagian imaginer (khayal) = Im e j θ Re e j ω t = cos ω t Im e j ω t = sin ω t Bila θ = ω t, maka Bila dikalikan dengan V m , maka
  • 3. Bila ditinjau dalam frekuensi ω yang telah ditetapkan, yaitu v = V m e j θ , maka dapat ditulis dalam bentuk polar sebagai : Hanya ditulis dalam besaran amplitudo dan sudut fasa. Fungsi cosinus dalam fungsi waktu yang hanya dituliskan dalam besaran amplitudo dan sudut fasa disebut Phasor (Fasor) dan merupakan vektor-waktu Jadi v = V m cos ( ω t + θ ) adalah bagian nyata dari bilangan kompleks, yaitu Re V m e j( ω t + θ ) = Re V m e j θ e j ω t Dapat ditulis tanpa Re, v = V m cos ( ω t + θ ) = V m e j θ e j ω t Phasor (Fasor)
  • 4. Penggambaran fasor dalam sistem koordinat sudut siku disebut diagram fasor Fasor negatif Fasor conjugate θ Re I m θ Re I m - θ θ
  • 5. Fasor negatif KEMBALI θ Re I m θ
  • 6. Fasor conjugate KEMBALI θ Re - θ I m
  • 7. Fasor pada sumbu khayal KEMBALI 90 0 Re I m
  • 8. Fasor pada sumbu nyata KEMBALI Re I m
  • 9.
  • 10. Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan komplek harus dalam bentuk sudut siku agar supaya dapat dijumlahkan (dikurangkan) Jumlahkan (Kurangkan) bagian nyata dari setiap beilangan komplek dan jumlahkan (kurangkan) setiap bagian khayal j bilangan komplek . A = a + j b B = c + j d A ± B = (a ± c) + j (b ± d) Misal : Operasi matematika dari bilangan komplek Bilangan komplek dapat dijumlahkan, dikurangkan, dikalikan, dan dibagi. Pengalian dan Pembagian Pengalian (pembagian) bilangan komplek lebih mudah bila keduanya dalam bentuk polar. Kalikan (bagilah) besarnya kedua bilangan komplek dan jumlahkan sudut kedua bilangan komplek tersebut.
  • 11. Menurut HTK dan Hk Ohm : Misal Arus yang mengalir pada mesh adalah (cara I) : i f = A cos ω t + B sin ω t masuk ke pers. a), diperoleh : L(- ω A sin ω t + ω B cos ω t) + R(A cos ω t + B sin ω t) = V m cos ω t (RA + ω L B) cos ω t + (- ω LA + RB) sin ω t = V m cos ω t Jadi RA + ω LB = V m - ω LA + RB = 0 Rangkaian RL Seri dalam tegangan dan arus bolak balik i v = V m cos ω t R L
  • 12. Sehingga arus yang mengalir adalah : Jadi I m < V m dan fase arus ketinggalan sebesar θ dari tegangan DIAGRAM FASOR Untuk melihat bukti kliklah tombol ini - θ Re Im
  • 13. Pembuktian : R ω L θ
  • 14. Jadi : i f = Re i 1 Tinjau lagi persamaan a) : ……… .a) Misal arusnya adalah (cara II = cara dengan bil kompleks) : i 1 = A e j ω t masukkan ke pers. a) diperoleh R + j ω L = Z Z = impedansi ω L = X L = reaktansi induktif Klik tombol ini
  • 16. IMPEDANSI, RESISTANSI, REAKTANSI, ADMITANSI, KONDUKTANSI, SUSEPTANSI v = V m cos ( ω t + θ ) i = I m cos ( ω t +  ) Dalam besaran fasor : V = V m  θ I = I m  Didefinisikan perbandingan antara fasor tegangan, V dan fasor arus, I disebut impedansi , Z RANGKAIAN FASOR V I
  • 17. Impedansi Z dapat dinyatakan dalam bentuk sudut siku : Z = R + jX R = Re Z : komponen resistif atau resistansi X = Im Z : komponen reaktif atau reaktansi Z = Z (j ω ) : fungsi bilangan komplek dari j ω . R = R( ω ) dan X = X( ω ) : fungsi bilangan nyata dari ω . R, X, dan Z dinyatakan dalam Ohm ( Ω ) θ Z X R | Z |
  • 18. mengalir melalui tahanan R, maka tegangan antara ujung tahanan adalah : . Hub. fasor tegangan dan fasor arus : V R = I R R hanya mengandung tahanan saja dan diukur dalam satuan ohm (  ). Kesimpulan : tegangan antara ujung tahanan adalah sefasa dengan arus yang melewatinya. Impedansi dari elemen adalah : Bentuk waktu : Bentuk fasor : TAHANAN, R Arus dinyatakan dalam fasor bentuk polar
  • 19. Reaktansi induktif, X L ditulis dalam fasor bentuk polar : mengalir melewati induktor L, tegangannya diperoleh dari : Impedansinya Besar dari impedansi disebut reaktansi induktif X L =  L dan diukur dalam ohm (  ). Bila arus : Hubungan fasor tegangan dan fasor arus : V L = j  L I L
  • 20. Kesimpulan : tegangan pada induktor L mendahului 90 0 dari arus yang melewatinya. Bentuk waktu : 90 0 ω t v, i i L (t) v L (t) Bentuk Fasor : Bila arus dinyatakan dalam bentuk fasor mengalir melewati induktor L, tegangannya adalah : v L I θ v L I
  • 21. Reaktansi Kapasitif, X C melintang pada ujung kapasitor C, arusnya diperoleh dari : Impedansinya adalah : Besar dari impedansi dalam hal ini disebut reaktansi kapasitif, X C dan diukur dalam ohm (  ). Hubungan fasor tegangan dan fasor arus : V C = (1/j  C) I C dinyatakan dalam fasor Bila tegangan :
  • 22. Bentuk fasor : Bila tegangan Yang melintang pada kapasitor, dinyatakan dalam bentuk fasor arusnya adalah . Kesimpulan : Arus yang melewati kapasitor C mendahului 90 0 dari tegangannya. v, i i C (t) v C (t) 90 0 Bentuk waktu : ω t θ v L I L C I L
  • 23. Contoh soal : V = 10  56,9 0 Volt, dan I = 2  20 0 Amper, maka impedansi dalam bentuk fasor adalah : Dalam bentuk sudut siku adalah ; Z = 5 (cos 36,9 0 + j sin 36,9 0 ) = 4 + j 3 Ω Contoh soal : Tegangan v = 10 cos (100t + 30 0 ) diberikan pada ujung kapasitor 1 µF Maka fasor arusnya adalah : I = j ω C V = j (100)(10 -6 )(10  30 0 ) = 1  120 0 mA Dalam domain waktu : i = cos (100t + 120 0 ) mA Contoh soal : Suatu arus i = I m cos ( ω t +  ) Amper melewati induktor L Maka fasor tegangannya adalah : V = j ω LI m   = ω LI m  (  + 90 0 ) Volt (karena j = 1  90 0 ) Dalam domain waktu : v = ω LI m cos ( ω t +  + 90 0 ) Volt
  • 24. Jadi G tidak selalu sama dengan 1/R dan B tidak selalu sama dengan 1/X ADMITANSI, Y Kebalikan dari impedansi Z adalah admitansi Y , atau Karena Z adalah bil. komplek maka Y juga bil. komplek : Y = G + jB Dengan G = Re Y disebut konduktansi dan B = Im Y disebut suseptansi. Satuan Y, G, dan B adalah Mho ( )
  • 25. Contoh soal : Bila diketahui ; Z = 4 + j 3 Ω , maka Jadi G = 4/25 dan B = -3/25 Contoh soal : Bila diketahui ; Z = 6 + j 8 Ω , tentukan nilai konduktansi dan suseptansi.
  • 26. Contoh soal : Tentukan admitansi pada ujung sumber tegangan pada gambar ini : Penyelesaian : i v = V m cos ω t R L θ Z ω L R
  • 27.  
  • 28.
  • 29. f) S 1 = V 1 I 1 * = (10  -45 0 )(-4  0 0 ) = - 40  - 45 0 = - 40 cos (-45 0 ) - j40 sin (-45 0 ) = - 16,72 + j 16,72 S 2 = V 2 I 2 * = (15  30 0 )(3  90 0 ) = 45  120 0 = 45 cos (120 0 ) + j45 sin (120 0 ) = - 22,5 + j 38,97
  • 30. Contoh Soal : Bila tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian V = 160 – j 120 Volt, maka arus yang mengalir adalah I = 12 – j5 A. Tentukan a) impedansi, Z , dalam bentuk komplek dan nyatakan apakah bersifat induktif atau kapasitif, b) sudut fasa antara tegangan dan arus, Φ . c) Daya dan faktor daya (cos Φ ) dari rangkaian, Penyelesaian : c) Sudut fasa antara tegangan dan arus :  = tan -1 3,79/14,91 = 14,26 0 . b) Daya P = VI cos  = (160 – j 120)(12 – j 5) cos 14,26 0 = 2520 Watt Faktor daya = cos  = cos 14,26 0 = 0.969
  • 31. Contoh Soal : Bila tegangan yang diberikan pada suatu rangkaian V = 100 – j 80 Volt, maka arus yang mengalir adalah I = 12 – j9,6 A. Tentukan a) impedansi dalam bentuk fasor b) sudut fasa antara tegangan dan arus. Kerjakan nanti diluar kelas
  • 32.
  • 33. Konduktansi G, Suseptansi B and Admitansi Y Definisi : Konduktansi G kebalikan dari resistansi Suseptansi Induktif B L kebalikan dari reaktansi induktif Admitansi Y kebalikan dari impedansi Z, S G v S B L θ B L Y G Satuan dari ketiga besaran ini adalah Siemens (S), kebalikan dari ohm, kita menyebutnya sebagai Mho ( ). Untuk rangkaian paralel, lebih mudah menggunakan G, B L dan Y. Dalam rangkaian R-L paralel, admitansi total lebih sederhana jumlah fasor dari konduktansi dan suseptansi inductif,
  • 34.
  • 35. PARALLEL R-C CIRCUIT In this section, you will learn to determine the impedance and phase angle of a parallel R-C circuit. Impedance and Phase Angle Figure shows a basic parallel R-C circuit connected to an ac voltage source. The expression for the total impedance is developed using rules of phasor algebra. or Therefore, S R v S C
  • 36. Capacitive susceptance B C is the reciprocal of capacitive reactance, i.e. Admittance Y is the reciprocal of impedance Z, i.e. Conductance G, Susceptance B and Admittance Y Definition : Conductance G is the reciprocal of resistance. i.e. The unit of each of these terms is the Siemens (S), which is the reciprocal of ohm. In working with parallel circuits, it is often easier to use G, B C and Y. In a parallel RC circuit, the total admittance is simply the phasor sum of the conductance and the capacitive susceptance, i.e. S G v S B C θ B C Y G
  • 37.
  • 38.
  • 39. t v Medan magnetik Pada setengah putaran pertama, energi yang dikirim ke induktor disimpan dalam bentuk medan magnetik dan pada setengah putaran kedua energi tersebut dikembalikan lagi ke sumber S
  • 40. Daya sesungguhnya (true power) dan Daya kenyataan (apparent power) Rangkaian R-L Daya sesungguhnya ( P true ) adalah daya di dalam resistor. P true = I 2 R Daya Reaktif (P r ) adalah daya di dalam induktor. Satuannya adalah VAR (volt-ampere reactive) P r = I 2 X L Daya kenyataan (P a ) adalah resultante dari daya sesungguhnya dan daya reaktif. Satuan VA (volt-ampere) P a = I 2 Z
  • 41.
  • 42.
  • 43. t v Pada setengah putaran pertama, energi yang dikirim ke kapasitor disimpan dalam bentuk muatan listrik dan pada setengah putaran kedua energi tersebut dikembalikan lagi ke sumber S
  • 44. Daya Sesungguhnya (true power) dan Daya Kenyataan (apparent power) Rangkaian R-C Daya sesungguhnya (P true ) adalah daya yang tersimpan pada resistor. Satuan watt (W) P true = I 2 R Daya reaktif (P r ) adalah daya pada kapasitor dan induktor. Satuan VAR (volt-ampere reactive) P r = I 2 X Daya kenyataan (P a ) adalah resultante daya sesungguhnya dan daya reaktif. Satuan VA (volt-ampere) P a = I 2 Z
  • 45. Segitiga Daya Dari diagram fasor daya, P true dapat dituliskan : P true = P a cos  atau P true = VI cos  Faktor Daya (PF) Besar cos  disebut Faktor Daya dan dinyatkan sebagai PF = cos  Bila  bertambah, Faktor Daya berkurang, menunjukkan suatu kenaikan rangkaian reaktif. Jadi, semakin kecil Faktor Daya, semakin kecil daya yang hilang. Faktor Daya berubah dari (rangkaian reaktif murni) sampai 1 (rangkaian resistif murni) Pada rangkaian R-C, Faktor Daya dinyatakan sebagai Faktor Daya mendahului karena arus mendahului tegangan
  • 46. v S R L C Contoh soal 2 : Suatu koil (lilitan) dengan tahanan R = 5 Ω dan induktansi L = 100 mH dihubungkan secara seri dengan kapasitor C = 200 µF, di beri tagangan v S sebesar 220 V dan frekuensi 50 Hz. Penyelesaian : a) Reaktansi induktif X L = ω L = 2  fL = 2x3,14x50x100x10 -3 = 31,4 Ω Hitunglah : a) reaktansi induktif, b) reaktansi kapasitif, c) impedansi seluruh elemen dalam bentuk komplek, d) arus yang mengalir, e) power faktor, f) daya total, g) tegangan antara ujung koil dan kapasitor. h) Gambarkan diagram fasor untuk arus dan tegangan. koil
  • 47. c) Impedansi seluruh elemen : Z = R + j ( X L – X C ) = 5 + j (31,4 – 15,9) = 5 + j15,5 Ω |Z|={5 2 + 15,5 2 } 1/2 = 16,3 Ω d) Arus yang mengalir pada rangkaian : | I | = | V | / | Z | = 220/16,3 = 13,5 A Terlihat bahwa impedansi didominasi oleh reaktansi induktif, sehingga fasa arus ketinggalan terhadap fasa tegangan, sebesar θ = tan -1 15,5/5 = 72,1 0. e) Faktor daya (Power faktor) : cos θ = | R | / | Z | = 5/16,3 = 0,31 mendahului f) Daya total : VI cos θ = 220x13,5x0,31 = 921 Watt g) Tegangan antara ujung koil : V L = IX L = 13,5x31,8 = 429,3 Volt Tegangan antara ujung kapasitor : V C = IX C = 13,5x15,9 = 214,7 Volt
  • 48. 90 0 80,95 0 72,54 0 I V C V = 220 V V L =420 V GAMBAR DIAGRAM FASOR : TERLIHAT BAHWA SUPLAI TEGANGAN PADA KOIL (420 V) MELEBIHI TEGANGAN SUMBER (220 V)
  • 49. Contoh soal 1 : Rangkaian R-L-C pada gambar (a), hitung arus i dengan menggunakan aljabar fasor Rangkaian fasornya seperti pada gambar (b). Fasor impedansi dilihat dari terminal sumber adalah : Menurut teori pembagi arus atau : i = √ 2 cos (3t + 81,9 0 ) A 5 cos 3t Volt i 1 i 1 Ω 3 Ω 1 H 1/9 F (a) 5  0 Volt I 1 I 1 Ω 3 Ω j3 Ω -j3 Ω (b)
  • 50.