SlideShare a Scribd company logo
1 of 78
Download to read offline
DIKTAT KULIAH – ANALISIS




PENGANTAR
ANALISIS REAL I
(Introduction to Real Analysis I)




                  M. Zaki Riyanto, S.Si.
                  e-mail: zaki@mail.ugm.ac.id
                    http://zaki.math.web.id




            COPYRIGHT © 2008-2009 MATH.WEB.ID
Pengantar Analisis Real I



                            HALAMAN PERSEMBAHAN




                               Tulisan ini kami persembahkan kepada
                                  penggiat dan pemerhati Matematika
                                                       di Indonesia




                                                                 ii
Pengantar Analisis Real I



                               KATA PENGANTAR


Syukur alhamdulillah, akhirnya penulisan buku ini dapat diselesaikan dengan tepat
waktu. Sebagian besar materi buku ini diambil dari catatan kuliah Pengantar Analisis
Real I di Jurusan Matematika Universitas Gadjah Mada pada tahun 2004 dan 2005.
Pengantar Analisis Real I merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa S-1
Matematika. Semoga dengan buku yang sederhana ini dapat membantu para mahasiswa
dalam mempelajari dan memahaminya. Diharapkan mahasiswa telah mempelajari
konsep logika pembuktian, himpunan, dan Kalkulus Lanjut.
       Pada kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua teman kuliah di Matematika UGM angkatan 2002 dan 2003, khususnya yang
telah banyak membantu, juga kepada rekan-rekan kuliah di Pascasarjana Matematika
UGM angkatan 2008.
       Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran yang membangun
demi kelanjutan dan sempurnanya buku ini, terima kasih.


                                                     Yogyakarta, 26 Agustus 2008
                                                               Hormat Kami




                                                          M. Zaki Riyanto, S.Si.
                                                          E-mail : zaki@mail.ugm.ac.id
                                                             http://zaki.math.web.id




                                                                                         iii
Pengantar Analisis Real I



                                                DAFTAR ISI

Halaman Judul……...…………………………...……………......…………….... i
Halaman Persembahan..................……………………………………….............                                             ii
Kata Pengantar..............................……………………………………….............                                      iii
Daftar Isi.........……………………………………………………........................ iv
Bab I.     BILANGAN REAL
           1.1. Sifat-sifat Aljabar dan Urutan dalam ℝ ......................................                 1
           1.2. Nilai Mutlak dan Garis Bilangan Real.........................................                 13
           1.3. Sifat Lengkap ℝ …….………….………………………............                                                 17
           1.4. Penggunaan Sifat Aksioma Supremum........................................ 21
           1.5. Interval dalam ℝ ……….………….………..………….............                                              27
Bab II.    BARISAN DAN DERET
           2.1. Barisan dan Limit Barisan............................................................ 38
           2.2. Teorema-teorema Limit................................................................ 45
           2.3. Barisan Monoton .........................................................................     53
           2.4. Barisan Bagian.............................................................................   56
           2.5. Barisan Cauchy............................................................................    62
           2.6. Sifat Barisan Divergen.................................................................       65
           2.7. Deret Tak Berhingga....................................................................       68
Daftar Pustaka…………………………………………………………….....…...                                                                74




                                                                                                                    iv
Pengantar Analisis Real I



BAB 1


                                   BILANGAN REAL


Pada bab ini dibahas sifat-sifat penting dari sistem bilangan real ℝ , seperti sifat-sifat
aljabar, urutan, dan ketaksamaan. Selanjutnya, akan diberikan beberapa pengertian
seperti bilangan rasional, harga mutlak, himpunan terbuka, dan pengertian lainnya yang
berkaitan dengan bilangan real.


1.1. Sifat-sifat Aljabar dan Urutan dalam ℝ
Sebelum menjelaskan tentang sifat-sifat ℝ , diberikan terlebih dahulu tentang struktur
aljabar dari sistem bilangan real. Akan diberikan penjelasan singkat mengenai sifat-sifat
dasar dari penjumlahan dan perkalian, sifat-sifat aljabar lain yang dapat diturunkan
dalam beberapa aksioma dan teorema. Dalam terminologi aljabar abstrak, sistem
bilangan real membentuk lapangan (field) terhadap operasi biner penjumlahan dan
perkalian biasa.


Sifat-sifat Aljabar ℝ
Pada himpunan semua bilangan real ℝ terdapat dua operasi biner, dinotasikan dengan
“+” dan “.” yang disebut dengan penjumlahan (addition) dan perkalian
(multiplication). Operasi biner tersebut memenuhi sifat-sifat berikut:


(A1)     a + b = b + a untuk semua a, b ∈ ℝ (sifat komutatif penjumlahan)
(A2)     (a + b) + c = a + (b + c) untuk semua a, b, c ∈ ℝ (sifat assosiatif penjumlahan)
(A3)     terdapat 0 ∈ ℝ sedemikian hingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk semua a ∈ ℝ
         (eksistensi elemen nol)
(A4)     untuk setiap a ∈ ℝ terdapat − a ∈ ℝ sedemikian hingga a + (− a ) = 0 dan
         (−a ) + a = 0 (eksistensi elemen negatif atau invers penjumlahan)
(M1)     a ⋅ b = b ⋅ a untuk semua a, b ∈ ℝ (sifat komutatif perkalian)
(M2)     (a ⋅ b) ⋅ c = a ⋅ (b ⋅ c) untuk semua a, b, c ∈ ℝ (sifat assosiatif perkalian)




                                                                                            1
Pengantar Analisis Real I



(M3)      terdapat 1∈ ℝ sedemikian hingga 1 ⋅ a = a dan a ⋅1 = a untuk semua a ∈ ℝ
          (eksistensi elemen unit 1)
(M4)                                                 1                           1
          untuk setiap a ∈ ℝ , a ≠ 0 terdapat          ∈ ℝ sedemikian hingga a ⋅   = 1 dan
                                                     a                           a
          1
            ⋅ a = 1 (eksistensi invers perkalian)
          a
(D)       a ⋅ (b + c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) dan (b + c) ⋅ a = (b ⋅ a ) + (c ⋅ a ) untuk semua a, b, c ∈ ℝ
          (sifat distributif perkalian atas penjumlahan)


         Sifat-sifat di atas telah umum diketahui. Sifat (A1)-(A4) menjelaskan sifat
penjumlahan, sifat (M1)-(M4) menjelaskan sifat perkalian, dan sifat terakhir
menggabungkan kedua operasi.
         Selanjutnya, diberikan beberapa teorema tentang elemen 0 dan 1 yang telah
diberikan pada sifat (A3) dan (M3) di atas. Juga akan ditunjukkan bahwa perkalian
dengan 0 akan selalu menghasilkan 0.


Teorema 1.1.1.
         (a)   Jika z , a ∈ ℝ dengan z + a = a , maka z = 0 .
         (b)   Jika u dan b ≠ 0 elemen ℝ dengan u ⋅ b = b , maka u = 1 .
         (c)   Jika a ∈ ℝ , maka a ⋅ 0 = 0 .


Bukti.
(a) Menggunakan aksioma (A3), (A4), (A2), asumsi z + a = a , dan (A4), diperoleh
         z = z+0
           = z + ( a + (−a ) )
           = ( z + a ) + ( −a )
           = a + ( −a )
           = 0.
(b) Menggunakan aksioma (M3), (M4), (M2), asumsi u ⋅ b = b , dan (M4), diperoleh




                                                                                                    2
Pengantar Analisis Real I



         u = u ⋅1
                  1 
           = u ⋅b ⋅ 
                  b 
                       1
           = (u ⋅ b) ⋅  
                       b
                1
           = b ⋅ 
                b
           = 1.

(c) Karena a + a ⋅ 0 = a ⋅1 + a ⋅ 0 = a. (1 + 0 ) = a ⋅1 = a , maka a ⋅ 0 = 0 .

Dengan demikian, maka teorema terbukti.


Teorema 1.1.2. Jika a ∈ ℝ , maka
         (a)        ( −1) .a = −a .
         (b)        − ( −a ) = a .

         (c)        ( −1) ⋅ ( −1) = 1 .

         Selanjutnya, diberikan dua sifat penting dari operasi perkalian, yaitu sifat
ketunggalan elemen inversnya dan bahwa perkalian dua bilangan itu hasilnya nol
apabila salah satu faktornya adalah nol.


Teorema 1.1.3.
         (a)   Jika a + b = 0 , maka b = − a .
                                                                                  1
         (b)   Jika a ≠ 0 dan b ∈ ℝ sedemikian hingga a ⋅ b = 1 , maka b =          .
                                                                                  a
         (c)   Jika a ⋅ b = 0 , maka a = 0 atau b = 0 .


Bukti.
(a) Karena a + b = 0 , maka
      a+b = 0 ⇔          ( −a ) + ( a + b ) = ( −a ) + 0




                                                                                        3
Pengantar Analisis Real I



                ⇔   ( ( −a ) + a ) + b = −a      (A2 dan A3)

                ⇔ 0 + b = −a                     (A4)
                ⇔ b = −a .                       (A3)
(b) Karena a ⋅ b = 1 , maka
                  1            1
      a ⋅ b = 1 ⇔   ( a ⋅ b ) = ⋅1
                  a            a

                  1            1
                ⇔  ⋅ a  (b ) =
                  a            a
                            1
                ⇔ 1⋅ b =
                            a
                        1
                ⇔ b=      .
                        a
(c) Diketahui a ⋅ b = 0 , maka
                 1            1
      a ⋅b = 0 ⇔   ⋅(a ⋅ b) =   ⋅ 0
                 a            a
                  1 
                ⇔  ⋅ a  (b ) = 0
                  a 
                  1 
                ⇔  ⋅ a  (b ) = 0
                  a 
                ⇔ 1⋅ b = 0
                ⇔ b = 0.
                                                        1
   Dengan cara yang sama, kedua ruas dikalikan dengan     , maka diperoleh a = 0 .
                                                        b
   Dengan demikian teorema terbukti.


       Teorema tersebut di atas menjelaskan beberapa sifat aljabar sederhana dari
sistem bilangan real. Beberapa akibat dari teorema tersebut diberikan sebagai bahan
latihan soal di bagian akhir subbab ini.




                                                                                     4
Pengantar Analisis Real I



        Operasi pengurangan (substraction) didefinisikan dengan a − b := a + (−b)
untuk a, b ∈ ℝ . Sama halnya dengan operasi pembagian (division), untuk a, b ∈ ℝ

                                  a        1
dengan b ≠ 0 didefinisikan          := a ⋅   .
                                  b        b
        Untuk selanjutnya, a ⋅ b cukup dituliskan dengan ab , dan penulisan a 2 untuk
aa, a 3 untuk ( a 2 ) a , dan secara umum didefinisikan a n +1 := ( a n ) a untuk n ∈ ℕ . Lebih

                                                                                  1
lanjut, a1 = a , dan jika a ≠ 0 , maka dapat ditulis a 0 = 1 dan a −1 untuk         , dan jika
                                                                                  a
                                          n
                          −n         1
n ∈ ℕ , dapat ditulis a        untuk   .
                                     a


Bilangan Rasional dan Irrasional
Telah diketahui bahwa himpunan ℕ dan ℤ adalah subset dari ℝ . Elemen ℝ yang
                                     b
dapat dituliskan dalam bentuk          di mana a, b ∈ ℤ dan a ≠ 0 disebut dengan bilangan
                                     a
rasional (rational numbers). Himpunan semua bilangan rasional di ℝ dinotasikan
dengan ℚ . Dapat ditunjukkan bahwa penjumlahan dan perkalian dua bilangan rasional
adalah bilangan rasional. Lebih lanjut, sifat-sifat lapangan juga berlaku untuk ℚ .

        Akan tetapi, tidak semua elemen ℝ merupakan elemen ℚ , seperti                2 yang
                                                   b
tidak dapat dinyatakan ke dalam bentuk               . Elemen ℝ yang bukan elemen ℚ disebut
                                                   a
bilangan irrasional (irrational numbers).
        Akan ditunjukkan bahwa tidak terdapat bilangan rasional yang kuadratnya
adalah 2. Untuk membuktikannya digunakan istilah genap dan ganjil. Suatu bilangan
asli disebut genap apabila bilangan itu mempunyai bentuk 2n untuk suatu n ∈ ℕ , dan
disebut ganjil apabila bilangan itu mempunyai bentuk 2n − 1 untuk suatu n ∈ ℕ .


Teorema 1.1.4. Tidak ada elemen r ∈ ℚ sedemikian hingga r 2 = 2 .




                                                                                            5
Pengantar Analisis Real I



Bukti. Andaikan ada r ∈ ℚ sedemikian hingga r 2 = 2 . Karena r ∈ ℚ , maka r dapat
                        p
dituliskan sebagai        dengan p dan q tidak mempunyai faktor berserikat selain 1,
                        q
                              2
                    p
sehingga diperoleh   = 2 atau p 2 = 2q 2 . Karena 2q 2 genap, maka p 2 genap.
                   q
Akibatnya p juga genap, sebab jika ganjil, maka p = 2m − 1 untuk suatu m ∈ ℕ , atau

p 2 = ( 2m − 1) = 4m2 − 4m + 1 = 2 ( 2m2 − 2m ) + 1 yang berarti bahwa p 2 ganjil. Jadi, p
                 2



haruslah genap. Karena p genap, maka                p = 2k untuk suatu k ∈ ℕ , sehingga

p 2 = ( 2k ) = 4k 2 . Di lain pihak diketahui p 2 = 2q 2 dan p genap, akibatnya q ganjil,
             2



sebab jika q genap, maka faktor berserikat p dan q bukan 1. Jadi, q haruslah ganjil.
Sehingga diperoleh p 2 = 2q 2 ⇔ 4k 2 = 2q 2 ⇔ 2k 2 = q 2 yang berarti q genap. Timbul
kontradiksi bahwa q ganjil. Jadi, pengandaian salah, yang benar adalah tidak ada r ∈ ℚ

sedemikian hingga r 2 = 2 .


Sifat-sifat Urutan pada ℝ
Sifat urutan menjelaskan tentang kepositifan (positivity) dan ketaksamaan (inequalities)
di antara bilangan-bilangan real.
       Ada subset tak kosong P ⊂ ℝ , yang disebut dengan himpunan bilangan-
bilangan real positif tegas, yang memenuhi sifat-sifat berikut:
       (i)       Jika a, b ∈ P , maka a + b ∈ P .
       (ii)      Jika a, b ∈ P , maka ab ∈ P .
       (iii) Jika a ∈ P , maka memenuhi tepat satu kondisi berikut:
                           a∈P,            a =0,        −a ∈ P .


       Sifat pertama dan kedua pada teorema di atas menjelaskan tentang sifat tertutup
P terhadap operasi penjumlahan dan perkalian. Sifat yang ketiga (iii) sering disebut
Sifat Trikotomi (Trichotomy Property), sebab akan membagi ℝ ke dalam tiga jenis
elemen yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa himpunan {− a : a ∈ P} dari bilangan




                                                                                       6
Pengantar Analisis Real I



real negatif tidak mempunyai elemen yang sama dengan himpunan bilangan real positif.
Lebih lanjut, ℝ merupakan gabungan tiga himpunan saling asing tersebut, yaitu
                                  ℝ = P ∪ {− a : a ∈ P} ∪ {0} .


Definisi 1.1.5.
       (i)    Jika a ∈ P , ditulis a > 0 , artinya a adalah bilangan real positif.
       (ii)   Jika a ∈ P ∪ {0} , ditulis a ≥ 0 , artinya a adalah bilangan real nonnegatif.

       (iii) Jika − a ∈ P , ditulis a < 0 , artinya a adalah bilangan real negatif.
       (iv) Jika − a ∈ P ∪ {0} , ditulis a ≤ 0 , artinya a adalah bilangan real nonpositif.


Definisi 1.1.6. Diberikan a, b ∈ ℝ .
       (a)    Jika a − b ∈ P , maka ditulis a > b atau b < a .
       (b)    Jika a − b ∈ P ∪ {0} , maka ditulis a ≥ b atau b ≤ a .


       Sifat Trikotomi di atas berakibat bahwa untuk a, b ∈ ℝ memenuhi tepat satu
kondisi berikut:
                            a >b,            a =b,           a<b.
       Selanjutnya, jika a ≤ b dan b ≤ a , maka a = b . Jika a < b < c , maka artinya
bahwa a < b dan b < c .


Teorema 1.1.7. Diberikan sebarang a, b, c ∈ ℝ .
       (a)    Jika a > b dan b > c , maka a > c .
       (b)    Jika a > b , maka a + c > b + c .
       (c)    Jika a > b dan c > 0 , maka ca > cb .
              Jika a > b dan c < 0 , maka ca < cb .
                                  1
       (d)    Jika a > 0 , maka     >0.
                                  a
                                1
              Jika a<0, maka      <0.
                                a




                                                                                          7
Pengantar Analisis Real I



Bukti.
   (a) Diketahui a > b dan b > c , a, b, c ∈ ℝ . Karena a > b , maka a − b ∈ P . Karena
         b > c , maka b − c ∈ P . Menurut sifat urutan, maka a + b ∈ P , sehingga
         diperoleh
           ( a − b ) + (b + c ) ∈ P   ⇔ a −b +b −c∈P

                                      ⇔ ( a − c ) + ( −b + b ) ∈ P

                                      ⇔ (a − c) + 0 ∈ P

                                      ⇔ a −c∈P
                                      ⇔ a > c.
   (b) Jika a − b ∈ P , maka           ( a + c ) − (b − c ) = a − b ∈ P .   Sehingga diperoleh bahwa

         a+c >b+c.
   (c) Jika a − b ∈ P dan c ∈ P , maka ca − cb = c ( a − b ) ∈ P . Akibatnya ca > cb untuk

         c > 0 . Gunakan langkah yang sama untuk c < 0
   (d) Cobalah Anda buktikan sendiri.


         Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa bilangan asli juga merupakan bilangan real
positif. Sifat ini diperoleh dari sifat dasar urutan, berikut ini diberikan teoremanya.


Teorema 1.1.8.
         (a)   Jika a ∈ ℝ dan a ≠ 0 , maka a 2 > 0 .
         (b)   1> 0.
         (c)   Jika n ∈ ℕ , maka n > 0 .


                                                                  a+b
Teorema 1.1.9. Jika a, b ∈ ℝ dan a < b , maka a <                     < b.
                                                                   2




                                                                                                  8
Pengantar Analisis Real I




Bukti. Karena a < b , maka a + a < a + b ⇔ 2a < a + b , diperoleh a <
                                                                               (a + b) .   Karena
                                                                                  2

a < b , maka a + b < b + b ⇔ a + b < 2b , diperoleh
                                                         (a + b) < b .   Akibatnya, dari kedua
                                                            2
                                           a+b
pernyataan di atas diperoleh bahwa a <         < b.
                                            2


        Dapat ditunjukkan bahwa tidak ada bilangan real positif yang terkecil, sebab jika
                               1
diberikan a > 0 , dan karena     > 0 , maka diperoleh
                               2
                                              1
                                         0<     a < a.
                                              2
        Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa suatu himpunan a ≥ 0 adalah sama
dengan nol, maka harus ditunjukkan bahwa a selalu lebih kecil dari sebarang bilangan
positif yang diberikan.


Teorema 1.1.10.      Jika a ∈ ℝ sedemikian hingga 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0 , maka
a =0.


                                        a                     a
Bukti. Andaikan a > 0 , maka a >          > 0 . Diambil ε 0 =       ( ε 0 bilangan real positif
                                        2                     2
tegas), maka a > ε 0 > 0 . Kontradiksi dengan pernyataan 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0 .

Jadi, pengandaian salah, yang benar adalah a = 0 .


        Perkalian antara dua bilangan positif hasilnya adalah positif. Akan tetapi, hasil
perkalian yang positif belum tentu setiap faktornya positif.


Teorema 1.1.11. Jika ab > 0 , maka berlaku
        (i)    a > 0 dan b > 0 , atau
        (ii)   a < 0 dan b < 0 .




                                                                                               9
Pengantar Analisis Real I



Akibat 1.1.12. Jika ab < 0 , maka berlaku
         (i)      a < 0 dan b > 0 , atau
         (ii)     a > 0 dan b < 0 .


Ketaksamaan (Inequalities)
Selanjutnya, akan ditunjukkan bagaimana sifat urutan dapat digunakan untuk
menyelesaikan suatu ketaksamaan. Perhatikan contoh di bawah ini.


Contoh 1.1.13.
   (a)          Tentukan himpunan A dari bilangan real x sedemikian hingga 2 x + 3 ≤ 6 .
                Jawab. Diketahui x ∈ A dan 2 x + 3 ≤ 6 , maka
                                                                           3
                                       2x + 3 ≤ 6 ⇔ 2x ≤ 3 ⇔ x ≤             .
                                                                           2
                                      3
                Jadi, A =  x ∈ ℝ : x ≤  .
                                      2

   (b)          Diberikan B = { x ∈ ℝ : x 2 + x > 2} . Tentukan bentuk lain dari B.

                Jawab.    Diketahui     x∈B       dan    x2 + x > 2    atau        x2 + x − 2 > 0   atau
                ( x − 1)( x + 2 ) > 0 . Sehingga diperoleh bahwa (i)   x − 1 > 0 dan x + 2 > 0 , atau

                (ii) x − 1 < 0 dan x + 2 < 0 . Untuk kasus (i) diperoleh bahwa x > 1 dan
                x > −2 , yang berarti x > 1 . Untuk kasus (ii) diperoleh bahwa x < 1 dan
                x < −2 , yang berarti x < −2 . Jadi, himpunannya adalah
                                      B = { x ∈ ℝ : x > 1} ∪ { x ∈ ℝ : x < −2} .


Teorema 1.1.14. Jika a ≥ 0 dan b ≥ 0 , maka
         (a)      a < b ⇔ a2 < b2 ⇔ a < b .

         (b)      a ≤ b ⇔ a2 ≤ b2 ⇔ a ≤ b .


1.1.15. Ketaksamaan Bernoulli                 Jika x > −1 , maka (1 + x) n ≥ 1 + nx untuk semua
n∈ℕ.




                                                                                                     10
Pengantar Analisis Real I



Bukti. Akan dibuktikan menggunakan induksi.
Untuk n = 1 , maka

                        (1 + x )    ≥ 1 + 1 ⋅ x ⇔ 1 + x ≥ 1 + x (pernyataan benar).
                                1



Misalkan benar untuk n = k , yaitu (1 + x) k ≥ 1 + kx . Akan dibuktikan benar untuk
n = k + 1 , yaitu
          (1 + x) k +1 = (1 + x)k (1 + x) ≥ (1 + kx )(1 + x )
                                            = 1 + kx + x + kx 2
                                            = 1 + ( k + 1) x + kx 2 .

Karena kx 2 ≥ 0 , maka (1 + x) k +1 ≥ 1 + ( k + 1) x , yang berarti benar untuk n = k + 1 . Jadi,

terbukti bahwa (1 + x) n ≥ 1 + nx untuk semua n ∈ ℕ .


1.1.16. Ketaksamaan Cauchy Jika n ∈ ℕ dan a1 ,..., an , b1 ,..., bn ∈ ℝ , maka

               ( a1b1 + a2b2 + ... + anbn )         ≤ ( a12 + a2 2 + ... + an 2 )( b12 + b2 2 + ... + bn 2 )
                                                2



atau
                                                        2
                                        n            n  n 
                                       ∑     ai bi  ≤  ∑ ai  ∑ ai  .
                                        i =1         i =1  i =1 
                                                                                  2
                                             n        n         n      
Selanjutnya, jika tidak semua bi = 0 , maka  ∑ aibi  =  ∑ ai 2  ∑ bi 2  jika dan
                                             i =1     i =1  i =1 
hanya jika terdapat s ∈ ℝ sedemikian hingga a1 = sb1 , a2 = sb2 , ..., an = sbn .


Bukti. Didefinisikan fungsi F : ℝ → ℝ sebagai berikut:

                       F (t ) = ( a1 − tb1 ) + ( a2 − tb2 ) + ... + ( an − tbn ) , t ∈ ℝ .
                                            2                    2                      2



Jelas bahwa F (t ) ≥ 0 , untuk setiap t ∈ ℝ . Selanjutnya,

  F (t ) = ( a12 − 2ta1b1 + t 2b12 ) + ( a2 2 − 2ta2b2 + t 2b2 2 ) + ... + ( an 2 − 2tan bn + t 2bn 2 )

         = ( a12 + a2 2 + ... + an 2 ) − 2t ( a1b1 + a2b2 + ... + an bn ) + t 2 ( b12 + b2 2 + ... + bn 2 )

            n             n               n      
         =  ∑ ai 2  − 2t  ∑ ai bi  + t 2  ∑ bi 2  .
            i =1          i =1            i =1 




                                                                                                               11
Pengantar Analisis Real I



Ingat bahwa A + 2 Bt + Ct 2 ≥ 0 jika dan hanya jika ( 2 B ) − 4 AC ≤ 0 , yang berakibat
                                                                       2



B 2 ≤ AC . Sehingga diperoleh bahwa
                                            2
                                  n            n  n 
                                 ∑     ai bi  ≤  ∑ ai  ∑ ai  .
                                  i =1         i =1  i =1 
Dengan demikian teorema terbukti.




SOAL LATIHAN SUBBAB 1.1
   1. Jika a, b ∈ ℝ , tunjukkan bahwa:
           (a)    −(a + b) = (− a ) + (−b) .
           (b)    (− a )(−b) = ab .

           (c)      ( b ) = −ba jika b ≠ 0 .
                  − a

   2. Selesaikan persamaan berikut.
           (a)    2x + 5 = 8 .
           (b)    x2 = 2 x .
                                                        1    1  1 
   3. Jika a ≠ 0 dan b ≠ 0 , tunjukkan bahwa              =    .
                                                      (ab)  a   b 

   4. Buktikan bahwa tidak ada bilangan rasional t sedemikian hingga t 2 = 3 .
                                                 1
   5. Buktikan bahwa jika a > 0 , maka               = a.
                                                ( )
                                                 1
                                                   a
   6. Jika a, b ∈ ℝ , tunjukkan bahwa a 2 + b 2 = 0 jika dan hanya jika a = b = 0 .
                                       2
                     1        
   7. Buktikan bahwa  (a + b)  ≤ ( a 2 + b 2 ) , untuk semua a, b ∈ ℝ .
                                  1
                     2          2

   8. Tunjukkan bahwa jika a ∈ ℝ dan m, n ∈ ℕ , maka a m + n = a m a n dan (a m )n = a mn .
       (Gunakan induksi matematik.)




                                                                                        12
Pengantar Analisis Real I



1.2. Nilai Mutlak dan Garis Bilangan Real
Dari sifat Trikotomi, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika a ∈ ℝ dan a ≠ 0 , maka a

atau − a merupakan bilangan real positif. Nilai mutlak dari a ≠ 0 didefinisikan sebagai

nilai positif dari dua bilangan tersebut.



Definisi 1.2.1.       Nilai mutlak (absolute value) dari suatu bilangan real a, dinotasikan

dengan |a|, didefinisikan sebagai

                                             a jika a > 0.
                                            
                                       a :=  0 jika a = 0.
                                            − a jika a < 0.
                                            



         Sebagai contohnya, |3| = 3 dan −9 = 9 . Dapat dilihat dari definisi di atas bahwa

a ≥ 0 untuk semua a ∈ ℝ , dan bahwa a = 0 jika dan hanya jika a = 0 . Juga bahwa

− a = a untuk semua a ∈ ℝ . Berikut ini diberikan beberapa sifat nilai mutlak.


Teorema 1.2.2.
         (a)   ab = a b untuk semua a ∈ ℝ .

               a = a 2 untuk semua a ∈ ℝ .
                  2
         (b)

         (c)   Jika c ≥ 0 , maka a ≤ c jika dan hanya jika −c ≤ a ≤ c .

         (d)   − a ≤ a ≤ a untuk semua a ∈ ℝ .


Bukti.
   (a) Jika a = b = 0 , maka terbukti. Jika a > 0 dan b > 0 , maka ab > 0 , sehingga
          ab = ab = a b .       Jika     a>0    dan     b < 0,   maka   ab < 0 ,   sehingga

          ab = − ab = a ( −b ) = a b .




                                                                                        13
Pengantar Analisis Real I



   (b) Karena a 2 ≥ 0 , maka a 2 = a 2 = aa = a a = a .
                                                           2




   (c) Jika a ≤ c , maka a ≤ c dan − a ≤ c yang berarti −c ≤ a ≤ c . Sebaliknya, jika

         −c ≤ a ≤ c , maka diperoleh a ≤ c dan − a ≤ c . Jadi, a ≤ c .

   (d) Gunakan langkah yang sama seperti pada (c) dengan mengambil c = a .


         Berikut ini diberikan sebuah teorema yang disebut dengan Ketaksamaan
Segitiga (Triangle Inequality).


1.2.3. Ketaksamaan Segitiga Jika a, b ∈ ℝ , maka a + b ≤ a + b .


Bukti. Dari Teorema 1.2.2(d), diketahui − a ≤ a ≤ a dan − b ≤ b ≤ b . Dengan

menjumlahkan kedua ketaksamaan diperoleh
                                  −( a + b ) ≤ a + b ≤ a + b .

Menggunakan Teorema 1.2.2.(c) diperoleh bahwa a + b ≤ a + b .


Akibat 1.2.4. Jika a, b ∈ ℝ , maka

         (a)   a − b ≤ a −b .

         (b)   a −b ≤ a + b .


Bukti.
   (a) Tulis a = a − b + b dan masukkan ke dalam Ketaksamaan Segitiga. Sehingga
          a = ( a − b ) + b ≤ a − b + b . Kurangkan kedua ruas dengan b , diperoleh

          a − b ≤ a − b . Gunakan cara yang sama untuk b = b − a + a , diperoleh

          − a − b ≤ a − b . Kombinasikan kedua ketaksamaan tersebut, diperoleh

                                    − a −b ≤ a − b ≤ a −b .

         Menggunakan Teorema 1.2.2(c) diperoleh bahwa a − b ≤ a − b .




                                                                                  14
Pengantar Analisis Real I



      (b) Gantilah b pada Ketaksamaan Segitiga dengan –b, sehingga diperoleh
          a − b ≤ a + −b . Karena −b = b , maka diperoleh bahwa a − b ≤ a + b .


         Ketaksamaan segitiga di atas dapat diperluas sehingga berlaku untuk sebarang
bilangan real yang banyaknya berhingga.


Akibat 1.2.5. Jika a1 , a2 ,..., an adalah sebarang bilangan real, maka

                                  a1 + a2 + ... + an ≤ a1 + a2 + ... + an .


Contoh 1.2.6.
                                                                     2 x 2 − 3x + 1
Diberikan fungsi f yang didefinisikan dengan f ( x) =                               untuk x ∈ [ 2,3] .
                                                                         2x −1
Tentukan konstanta M sedemikian hingga f ( x) ≤ M , untuk setiap x ∈ [ 2,3] .

                           2 x 2 − 3x + 1 2 x − 3x + 1
                                             2

Diketahui f ( x) =                       =             ,
                               2x −1         2x −1

2 x 2 − 3 x + 1 ≤ 2 x 2 + −3 x + 1
                = 2 x2 + 3 x + 1

                ≤ 2 ( 3) + 3 ( 3) + 1
                           2



                = 28
dan
2x −1 ≥ 2x − 1
        ≥ 2 ( 2) − 1
         = 3.

                           2 x 2 − 3x + 1       28                              28
Sehingga        f ( x) =                    ≤      . Jadi, dengan mengambil M =    , didapat
                               2x −1             3                              3

 f ( x) ≤ M , untuk setiap x ∈ [ 2,3] .




                                                                                                   15
Pengantar Analisis Real I



Garis Bilangan Real (The Real Line)

Interpetasi geometri yang dikenal di antaranya garis bilangan real (real line). Pada garis
real, nilai mutlak a dari suatu elemen a ∈ ℝ adalah jarak a ke 0. Secara umum, jarak

(distance) antara elemen a dan b di ℝ adalah a − b . Perhatikan gambar berikut.


                      -3       -2       -1         0        1        2           3




                                        −2 − (1) = 3

                       Gambar 1.1. Jarak antara a = −2 dan b = 1 .

Definisi 1.2.6. Diberikan a ∈ ℝ dan ε > 0 . Persekitaran- ε ( ε -neighborhood) dari a
didefinisikan sebagai himpunan
                        Vε (a ) := { x ∈ ℝ : x − a < ε } = ( a − ε , a + ε ) .


                                             Vε (a )


                               a −ε           a         a +ε

                              Gambar 1.2. Persekitaran Vε (a ) .


       Dapat dilihat bahwa x ∈ Vε (a ) jika dan hanya jika a − ε < x < a + ε . Persekitaran
juga sering disebut dengan kitaran.


Teorema 1.2.7.      Diberikan a ∈ ℝ . Jika x berada dalam persekitaran Vε (a ) untuk

setiap ε > 0 , maka x = a .


Bukti. Jika x memenuhi x − a < ε untuk setiap ε > 0 , maka berdasarkan Teorema

1.1.10 diperoleh bahwa x − a = 0 , yang berakibat x = 0 .




                                                                                        16
Pengantar Analisis Real I



SOAL LATIHAN SUBBAB 1.2
   1. Jika a, b ∈ ℝ dan b ≠ 0 , tunjukkan bahwa:

           (a)    a = a2 ,

                  a  a
           (b)      = .
                  b  b

   2. Jika x, y, z ∈ ℝ dan x ≤ z , tunjukkan bahwa x ≤ y ≤ z jika dan hanya jika

        x− y + y−z = x−z .

   3. Jika a < x < b dan a < y < b , tunjukkan bahwa x − y < b − a .

   4. Carilah semua nilai x ∈ ℝ sedemikian hingga x + 1 + x − 2 = 7 .

   5. Buatlah sketsa grafik persamaan y = x − x − 1 .

   6. Diberikan ε > 0 dan δ > 0 , dan a ∈ ℝ . Tunjukkan bahwa Vε (a ) ∩ Vδ (a ) dan

        Vε (a ) ∪ Vδ (a ) merupakan persekitaran- γ dari a untuk suatu nilai γ .

   7. Tunjukkan bahwa jika a, b ∈ ℝ , dan a ≠ b , maka terdapat persekiran- ε U dari a
       dan V dari b sedemikian hingga U ∩ V = ∅ .
   8. Tunjukkan bahwa jika a, b ∈ ℝ , maka

                                   ( a + b + a − b ) dan min {a, b} = 2 ( a + b − a − b ) .
                                 1                                    1
           (a)    max {a, b} =
                                 2
           (b)    min {a, b, c} = min {min {a, b} , c} .




1.3. Sifat Lengkap ℝ
Pada bagian ini akan diberikan salah satu sifat dari ℝ yang sering disebut dengan Sifat
Lengkap (Completeness Property). Tetapi sebelumnya, perlu dijelaskan terlebih dahulu
konsep supremum dan infimum.


Supremum dan Infimum

Berikut ini diperkenalkan konsep tentang batas atas dan batas bawah dari suatu
himpunan bilangan real.



                                                                                              17
Pengantar Analisis Real I



Definisi 1.3.1. Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ .
       (a)   Himpunan S dikatakan terbatas ke atas (bounded above) jika terdapat
             suatu bilangan u ∈ ℝ sedemikian hingga s ≤ u untuk semua s ∈ S . Setiap
             bilangan u seperti ini disebut dengan batas atas (upper bound) dari S.
       (b)   Himpunan S dikatakan terbatas ke bawah (bounded below) jika terdapat
             suatu bilangan w∈ ℝ sedemikian hingga w ≤ s untuk semua s ∈ S . Setiap
             bilangan w seperti ini disebut dengan batas bawah (lower bound) dari S.
       (c)   Suatu himpunan dikatakan terbatas (bounded) jika terbatas ke atas dan
             terbatas ke bawah. Jika tidak, maka dikatakan tidak terbatas (unbounded).


       Sebagai contoh, himpunan S := { x ∈ ℝ : x < 2} ini terbatas ke atas, sebab

bilangan 2 dan sebarang bilangan lebih dari 2 merupakan batas atas dari S. Himpunan
ini tidak mempunyai batas bawah, jadi himpunan ini tidak terbatas ke bawah. Jadi, S
merupakan himpunan yang tidak terbatas.


Definisi 1.3.2. Diberikan S subset tak kosong ℝ .
       (a)   Jika S terbatas ke atas, maka suatu bilangan u disebut supremum (batas
             atas terkecil) dari S jika memenuhi kondisi berikut:
             (1)   u merupakan batas atas S, dan
             (2)   jika v adalah sebarang batas atas S, maka u ≤ v .
             Ditulis u = sup S .
       (b)   Jika S terbatas ke bawah, maka suatu bilangan u disebut infimum (batas
             bawah terbesar) dari S jika memenuhi kondisi berikut:
             (1)   w merupakan batas bawah S, dan
             (2)   jika t adalah sebarang batas bawah S, maka t ≤ w .
             Ditulis w = inf S .


       Mudah untuk dilihat bahwa jika diberikan suatu himpunan S subset dari ℝ ,
maka hanya terdapat satu supremum, atau supremumnya tunggal. Juga dapat
ditunjukkan bahwa jika u ' adalah sebarang batas atas dari suatu himpunan tak kosong




                                                                                       18
Pengantar Analisis Real I



S, maka sup S ≤ u ' , sebab sup S merupakan batas atas terkecil dari S. Suatu subset tak
kosong S ⊂ ℝ mempunyai empat kemungkinan, yaitu
         (i)    mempunyai supremum dan infimum,
         (ii)   hanya mempunyai supremum,
         (iii) hanya mempunyai infimum,
         (iv) tidak mempunyai infimum dan supremum.


         Setiap bilangan real a ∈ ℝ merupakan batas atas dan sekaligus juga merupakan
batas bawah himpunan kosong ∅ . Jadi, himpunan ∅ tidak mempunyai supremum dan
infimum.


Lemma 1.3.3. Suatu bilangan u merupakan supremum dari subset tak kosong S ⊂ ℝ
jika dan hanya jika u memenuhi kondisi berikut:
         (1)    s ≤ u untuk semua s ∈ S ,
         (2)    jika v < u , maka terdapat s ' ∈ S sedemikian hingga x < s ' .


Lemma 1.3.4. Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ ,
         (a)    u = sup S jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat s1 ∈ S

                sedemikian hingga u − ε < s1 .

         (b)    w = inf S jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat s2 ∈ S

                sedemikian hingga u − ε < s2 .

Bukti.
   (a) ⇒ Diketahui u = sup S dan diberikan ε > 0 . Karena u − ε < u , maka u − ε

         bukan merupakan batas atas S. Oleh karena itu, terdapat s1 ∈ S yang lebih besar

         dari u − ε , sehingga u − ε < s1 .

         ⇐ Diketahui u − ε < s1 . Jika u merupakan batas atas S, dan jika memenuhi

         v < u , maka diambil ε := u − v . Maka jelas ε > 0 , dan diperoleh bahwa
         u = sup S .
   (b) Coba buktikan sendiri.




                                                                                     19
Pengantar Analisis Real I



Contoh 1.3.5.
   (a) Jika suatu himpunan tak kosong S1 mempunyai elemen sebanyak berhingga,

       maka dapat dilihat bahwa S1 mempunyai elemen terbesar, namakan u, dan

       elemen terkecil, namakan w. Maka u = sup S1 dan w = inf S1 , dan keduanya

       merupakan elemen S1 .

   (b) Himpunan S2 := { x : 0 ≤ x ≤ 1} mempunyai batas atas 1. Akan dibuktikan bahwa

       1 merupakan supremumnya. Jika v < 1 , maka terdapat s ' ∈ S 2 sedemikian

       hingga v < s ' . Oleh karena itu, v bukan merupakan batas atas S2 dan karena v

       merupakan sebarang v < 1 , maka dapat disimpulkan bahwa sup S 2 = 1 . Dengan

       cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa inf S 2 = 0 .


Sifat Lengkap ℝ

Akan ditunjukkan bahwa subset tak kosong ℝ yang terbatas ke atas pasti mempunyai
batas atas terkecil. Sifat seperti ini disebut Sifat Lengkap ℝ . Sifat Lengkap juga sering
disebut dengan Aksioma Supremum ℝ .


1.3.6. Sifat Lengkap ℝ        Jika subset tak kosong S ⊂ ℝ terbatas ke atas, maka
supremumnya ada, yaitu terdapat u ∈ ℝ sedemikian hingga u = sup S .


Akibat 1.3.7.     Jika subset tak kosong S ⊂ ℝ terbatas ke bawah, maka infimumnya
ada, yaitu terdapat w∈ ℝ sedemikian hingga w = inf S .


Bukti. Misalkan himpunan T terbatas ke bawah, T ⊂ ℝ . Dibentuk himpunan
S = {−t : t ∈ T } , maka S terbatas ke atas dan tidak kosong. Menurut Aksioma

Supremum, sup S ada, namakan u = sup S , maka −u = inf T .




                                                                                       20
Pengantar Analisis Real I



SOAL LATIHAN SUBBAB 1.3
   1. Diberikan       S = { x ∈ ℝ : x > 0} . Apakah S mempunyai batas bawah dan batas

       atas? Apakah inf S dan sup S ada? Buktikan jawabanmu.

                          {                      }
   2. Diberikan T := 1 − ( −1) n : n ∈ ℕ . Carilah inf T dan supT .
                                    n




   3. Diberikan S subset tak kosong ℝ yang terbatas ke bawah. Buktikan bahwa
        inf S = − sup {− s : s ∈ S } .

   4. Tunjukkan bahwa jika A dan B subset terbatas dari ℝ , maka A ∪ B merupakan
       himpunan terbatas. Tunjukkan bahwa sup ( A ∪ B ) = sup {sup A,sup B} .

   5. Diberikan S ⊆ ℝ dan misalkan s* := sup S dalam S. Jika u ∉ S , tunjukkan

       bahwa sup ( S ∪ {u} ) = sup {s*, u} .

   6. Tunjukkan bahwa himpunan berhingga S ⊆ ℝ memuat supremumnya.
   7. Jelaskan dan buktikan Lemma 1.3.3.




1.4. Penggunaan Sifat Aksioma Supremum
Pada subbab ini dibahas beberapa akibat dari aksioma supremum.


Teorema 1.4.1.          Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ yang terbatas ke atas dan
sebarang a ∈ ℝ . Didefinisikan himpunan a + S := {a + s : s ∈ S } , maka berlaku

                                     sup ( a + S ) = a + sup ( S ) .


Bukti. Jika diberikan u := sup S , maka                x≤u       untuk semua   x ∈ S , sehingga
a + x ≤ a + u . Oleh karena itu, a + u merupakan batas atas dari himpunan a + S .
Akibatnya sup ( a + S ) ≤ a + u . Selanjutnya, misalkan v adalah sebarang batas atas

a + S , maka a + x ≤ v untuk semua x ∈ S . Akibatnya x ≤ v − a untuk semua x ∈ S ,
sehingga v − a merupakan batas atas S. Oleh karena itu, u = sup S ≤ v − a . Karena v
adalah sebarang batas atas a + S , maka dengan mengganti v dengan u = sup S ,




                                                                                            21
Pengantar Analisis Real I



diperoleh a + u ≤ sup ( a + S ) . Di lain pihak diketahui sup ( a + S ) ≤ a + u . Akibatnya

terbukti bahwa sup ( a + S ) = a + u = a + sup S .


Teorema 1.4.2.        Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ yang terbatas dan sebarang
bilangan real a > 0 . Didefinisikan himpunan aS := {as : s ∈ S } , maka berlaku

                                     inf ( aS ) = a inf ( S ) .


Bukti. Tulis u = inf aS dan v = inf S . Akan dibuktikan bahwa u = av . Karena
u = inf aS , maka u ≤ as , untuk setiap s ∈ S . Karena v = inf S , maka v ≤ s untuk
setiap s ∈ S . Akibatnya av ≤ as untuk setiap s ∈ S . Berarti av merupakan batas bawah
aS. Karena u batas bawah terbesar aS, maka av ≤ u . Karena u ≤ as untuk setiap s ∈ S ,
                   u                                                               u
maka diperoleh       ≤ s untuk setiap s ∈ S (sebab a > 0 ). Karena v = inf S , maka ≤ v
                   a                                                               a
yang berakibat u ≤ av . Di lain pihak diketahui av ≤ u . Akibatnya u = av . Jadi, terbukti
bahwa inf ( aS ) = a inf ( S ) .


Teorema 1.4.3. Jika A dan B subset tak kosong ℝ dan memenuhi a ≤ b untuk semua
a ∈ A dan b ∈ B , maka
                                        sup A ≤ inf B .


Bukti. Diambil sebarang b ∈ B , maka a ≤ b untuk semua a ∈ A . Artinya bahwa b
merupakan batas atas A, sehingga sup A ≤ b . Selanjutnya, karena berlaku untuk semua
b ∈ B , maka sup A          merupakan batas bawah B. Akibatnya diperoleh bahwa
sup A ≤ inf B .


Sifat Archimedes
Berikut ini diberikan salah satu sifat yang mengaitkan hubungan antara bilangan real
dan bilangan asli. Sifat ini menyatakan bahwa apabila diberikan sebarang bilangan real
x, maka selalu dapat ditemukan suatu bilangan asli n yang lebih besar dari x.



                                                                                        22
Pengantar Analisis Real I



1.4.4. Sifat Archimedes. Jika x ∈ ℝ , maka terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga x < n .


Bukti. Ambil sebarang x ∈ ℝ . Andaikan tidak ada n ∈ ℕ sedemikian hingga x < n ,
maka n ≤ x , untuk setiap n ∈ ℕ . Dengan kata lain, x merupakan batas atas ℕ . Jadi,
ℕ ⊂ ℝ , ℕ ≠ ∅ , dan ℕ terbatas ke atas. Menurut aksioma supremum, maka sup ℕ ada,
tulis u = sup ℕ . Karena u − 1 < u , maka terdapat m ∈ ℕ dengan sifat u − 1 < m .
Akibatnya u < m + 1 dengan m + 1 ∈ ℕ . Timbul kontradiksi dengan u = sup ℕ . Berarti u
batas atas ℕ , yaitu ada m + 1 ∈ ℕ sehingga u < m + 1 (u bukan batas atas ℕ ). Jadi,
pengandaian salah, yang benar adalah ada n ∈ ℕ sedemikian hingga x < n .


                        1        
Akibat 1.4.5. Jika S :=  : n ∈ ℕ  , maka inf S = 0 .
                        n        


Bukti. Karena S ≠ ∅ terbatas ke bawah oleh 0, maka S mempunyau infimum, tulis
w := inf S . Jelas bahwa w ≥ 0 . Untuk sebarang ε > 0 , menggunakan Sifat Archimedes,
                                     1                     1
terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga         < n , akibatnya     < ε . Oleh karena itu, diperoleh
                                     ε                     n
bahwa
                                                1
                                         0≤w≤     <ε .
                                                n
Akan tetapi karena ε > 0 sebarang, maka berdasarkan Teorema 1.1.10 berakibat bahwa
w = 0 . Terbukti bahwa inf S = 0 .


                                                                             1
Akibat 1.4.6. Jika t > 0 , maka terdapat nt ∈ ℕ sedemikian hingga 0 <           <t.
                                                                             nt


                  1        
Bukti. Karena inf  : n ∈ ℕ  = 0 dan t > 0 , maka t bukan batas bawah himpunan
                  n        
1                                                          1
 : n ∈ ℕ  . Akibatnya terdapat nt ∈ ℕ sedemikian hingga 0 < < t .
n                                                          nt




                                                                                          23
Pengantar Analisis Real I



Akibat 1.4.7. Jika y > 0 , maka terdapat n y ∈ ℕ sedemikian hingga n y − 1 < y < n y .


Bukti. Sifat Archimedes menjamin bahwa subset E y := {m ∈ ℕ : y < m} dari ℕ tidak

kosong. Menggunakan Sifat Urutan, E y mempunyai elemen yang paling kecil, yang

dinotasikan dengan n y . Oleh karena itu, n y − 1 bukan elemen E y . Akibatnya diperoleh

bahwa n y − 1 < y < n y .


Eksistensi Bilangan Real dan Densitas Bilangan Rasional di ℝ
Salah satu penggunaan Sifat Supremum adalah dapat digunakan untuk memberikan
jaminan eksistensi bilangan-bilangan real. Berikut ini akan ditunjukkan bahwa ada
bilangan real positif x sedemikian hingga x 2 = 2 .


Teorema 1.4.8. Ada bilangan real positif x sedemikian hingga x 2 = 2 .


Bukti. Dibentuk himpunan S = {s ∈ ℝ : s ≥ 0 dan s 2 < 2} . Jelas bahwa S ≠ ∅ sebab

0 ∈ S dan 1 ∈ S . S terbatas ke atas dengan salah satu batas atasnya adalah 2. Jika t ≥ 2 ,
maka t 2 ≥ 4 . Jadi, t = 2 ∉ S . Menggunakan Aksioma Supremum, S ⊂ ℝ , S ≠ ∅ , dan S
terbatas ke atas, maka S mempunyai supremum. Namakan x = sup S , dengan x ∈ ℝ .

Akan dibuktikan bahwa x 2 = 2 . Andaikan x 2 ≠ 2 , maka x 2 < 2 atau x 2 > 2 .


Kemungkinan I: Untuk x 2 < 2 .
                                             1 1
Karena x 2 < 2 , maka 2 − x 2 > 0 . Karena     ≤ , maka
                                             n2 n
                                   2
                                1      2    1      1
                             x +  = x + x + 2 ≤ x + ( 2 x + 1) .
                                       2           2

                                n      n   n       n

                                             2 − x2
Karena 2 − x 2 > 0 dan 2 x + 1 > 0 , maka           > 0 . Menurut akibat Sifat Archimedes,
                                             2x +1
dapat ditemukan n ∈ ℕ sehingga




                                                                                         24
Pengantar Analisis Real I



                                                      1 2 − x2
                                                       <       .
                                                      n 2x + 1
Akibatnya
                                                  1
                                                    ( 2 x + 1) < 2 − x 2
                                                  n
dan
                                      2
                            1      1
                         x +  < x + ( 2 x + 1) < x + 2 − x = 2 .
                                   2                2       2

                            n      n
                                  2
                    1                             1
Diperoleh bahwa  x +  < 2 , yang berarti bahwa x + ∈ S . Kontradiksi dengan
                    n                             n

x = sup S . Oleh karena itu tidak mungkin x 2 < 2 .


Kemungkinan II: x 2 > 2 .
Karena x 2 > 2 , maka x 2 − 2 > 0 . Perhatikan bahwa
                                              2
                                1       2x 1        2x
                              x−  = x −   + 2 > x2 − .
                                       2

                                m       m m         m

Karena x 2 − 2 > 0 dan 2 x > 0 , maka dipilih m ∈ ℕ sedemikian hingga
                                               2x       2x
                                      m>           atau    < x2 − 2 .
                                              x −22
                                                        m
Akibatnya
                                          2
                              1
                                           > x2 − ( x2 − 2) = 2 .
                                        2x
                            x−  > x −
                                     2

                              m       m
                              2
                    1                  1                1
Diperoleh bahwa  x −  > 2 . Berarti x − ∉ S , yaitu x −   batas atas. Kontradiksi
                    m                  m                m

dengan x = sup S . Oleh karena itu, tidak mungkin x 2 > 2 . Jadi, pengandaiannya salah,

yang benar adalah x 2 = 2 .


1.4.9. Teorema Densitas (The Density Theorem) Jika x, y ∈ ℝ dengan x < y , maka
ada bilangan rasional q ∈ ℚ sedemikian hingga x < q < y .




                                                                                    25
Pengantar Analisis Real I



Bukti. Dengan tidak mengurangi keumuman (without loss of generality), diambil x > 0 .
                                                           1
Karena x < y , maka y > 0 dan y − x > 0 . Akibatnya           > 0 , sehingga dapat dipilih
                                                          y−x
n ∈ ℕ sedemikian hingga
                                                  1
                                            n>       .
                                                 y−x
Untuk n di di atas, berlaku ny − nx > 1 , yaitu nx + 1 < ny . Karena nx > 0 , maka dapat
dipilih m ∈ ℕ sehingga
                                       m − 1 ≤ nx < m .
Bilangan m di atas juga memenuhi m < ny , sebab dari m − 1 ≤ nx diperoleh
m ≤ nx + 1 < ny . Jadi
                                        nx < m < ny .
                            m                    m
Akibatnya untuk q =           mempunyai sifat x < = q < y . Jadi, terdapat bilangan
                            n                    n
               m
rasional q =     dengan sifat x < q < y .
               n


       Berikut ini diberikan akibat dari Teorema Densitas, yaitu di antara dua bilangan
real pasti dapat ditemukan bilangan irrasional.


Akibat 1.4.10.        Jika x, y ∈ ℝ dengan x < y , maka ada bilangan irrasional r
sedemikian hingga x < r < y .


                                                                x         y
Bukti. Menggunakan Teorema Densitas, ada bilangan real             dan       dengan sifat
                                                                 2         2
                                            x      y
ada bilangan rasional q dengan sifat           <q<    . Akibatnya, x < q 2 < y dan q 2
                                             2      2
merupakan bilangan irrasional.




                                                                                       26
Pengantar Analisis Real I



SOAL LATIHAN SUBBAB 1.4
   1.   Diberikan himpunan tak kosong X dan f : X → ℝ mempunyai range terbatas di
        ℝ . Jika a ∈ ℝ , tunjukkan bahwa:
                (a) sup {a + f ( x) : x ∈ X } = a + sup { f ( x) : x ∈ X } .

                (b) inf {a + f ( x) : x ∈ X } = a + inf { f ( x) : x ∈ X } .

   2.   Diberikan subset tak kosong A dan B dari                        ℝ . Dibentuk himpunan
        A + B := {a + b : a ∈ A dan b ∈ B} . Buktikan bahwa sup ( A + B ) = sup A + sup B

        dan inf( A + B ) = inf A + inf B .
   3.   Jika diberikan sebarang x ∈ ℝ , tunjukkan bahwa terdapat dengan tunggal n ∈ ℤ
        sedemikian hingga n − 1 ≤ x < n .
                                                                                1
   4.   Jika y > 0 , tunjukkan bahwa terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga              < y.
                                                                                2n
   5.   Jika u > 0 adalah sebarang bilangan real dan x < y , tunjukkan bahwa terdapat
        bilangan rasional r sedemikian hingga x < ru < y .




1.5. Interval dalam ℝ
Jika diberikan a, b ∈ ℝ dengan a < b , maka interval terbuka yang ditentukan oleh a
dan b adalah himpunan
                                   ( a, b ) = { x ∈ ℝ : a < x < b} .
        Titik a dan b disebut titik ujung (endpoints) interval. Titik ujung tidak termuat
dalam interval terbuka. Jika kedua titik ujung digabungkan ke dalam interval
terbukanya, maka disebut interval tertutup, yaitu himpunan
                                   [ a, b] = { x ∈ ℝ : a ≤ x ≤ b} .
        Interval setengah terbuka atau setengah tertutup adalah interval yang memuat
salah satu titik ujungnya. Gabungan interval terbuka dengan titik ujung a, ditulis [a, b) ,
dan gabungan interval terbuka dengan titik ujung b, ditulis (a, b] . Masing-masing
interval tersebut terbatas dan mempunyai panjang (length) yang didefinsikan dengan
b − a . Jika a = b , maka interval terbukanya berkorespondensi dengan himpunan kosong



                                                                                           27
Pengantar Analisis Real I



(a, a ) = ∅ , dan interval tertutupnya berkorespondensi dengan himpunan singleton

[ a, a ] = {a} .
         Berikut ini diberikan lima jenis interval tidak terbatas. Simbol ∞ (atau +∞ ) dan
−∞ digunakan sebagai simbol titik ujungnya yang tak berhingga. Interval terbuka tak
terbatas adalah himpunan dengan bentuk
                    ( a, ∞ ) := { x ∈ ℝ : x > a}   dan ( −∞, b ) := { x ∈ ℝ : x < b} .

Himpunan pertama tidak mempunyai batas atas dan yang kedua tidak mempunyai batas
bawah. Himpunan        ( a, ∞ )   sering juga disebut dengan sinar terbuka (open a ray).

Diberikan interval tertutup tak terbatas, yaitu
                    [a, ∞) := { x ∈ ℝ : a ≤ x} dan (−∞, b] := { x ∈ ℝ : x ≤ b} .

Himpunan [a, ∞) sering disebut dengan sinar tertutup (close a ray). Himpunan ℝ

dapat dituliskan sebagai ( −∞, ∞ ) := ℝ . Perhatikan bahwa ∞ dan −∞ bukan elemen ℝ .


1.5.1. Teorema Karakteristik Interval Jika S adalah subset ℝ yang memuat paling
sedikit dua titik dan mempunyai sifat:
                          jika x, y ∈ S dan x < y , maka [ x, y ] ⊆ S ,

maka S merupakan suatu interval.




Interval Susut (Nested Intervals)
Telah diketahui bahwa barisan adalah fungsi f : ℕ → A ≠ ∅ . Jika A adalah himpunan

interval-interval, maka terbentuk barisan interval                    {I n }n≥1 .   Untuk mempersingkat

penulisan, barisan { I n }n ≥1 cukup ditulis I n .


Definisi 1.5.2. (Interval Susut)          Barisan I n , n ∈ ℕ dikatakan interval susut (nested
intervals) jika
                                   I1 ⊇ I 2 ⊇ I 3 ... ⊇ I n ⊇ I n +1 ⊇ ... .




                                                                                                     28
Pengantar Analisis Real I



Contoh 1.5.3.
                        1                                       1           1
   (1) Diberikan I n = 0,  , n ∈ ℕ . Yaitu I1 = [ 0,1] , I 2 = 0,  , I 3 =  0,  , ....
                        n                                       2           3
                                                        ∞
       Maka I1 ⊇ I 2 ⊇ I 3 ⊇ ... (nested) dan           ∩ I = {0} (mempunyai titik berserikat).
                                                               n
                                                        n =1


                        1
   (2) Diberikan I n =  0,  , n ∈ ℕ . Diperoleh bahwa I n ⊃ I n +1 , untuk setiap n ∈ ℕ .
                        n
                ∞
       Tetapi   ∩I     n   = ∅ . Jadi, interval susut belum tentu mempunyai titik berserikat.
                n =1

                                             ∞
       Sebab, andaikan terdapat x ∈ ∩ I n , maka x ∈ I n untuk setiap n ∈ ℕ . Karena
                                            n =1

                                                                       1
        x > 0 , maka terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga                    < x . Kontradiksi dengan
                                                                       n
                                                                            ∞
       pengandaian. Jadi pengandaian salah, yang benar adalah              ∩I     n   = ∅.
                                                                           n =1


                            1                              1            1
   (3) Diberikan I n = 0,1 +  , maka I1 = [ 0, 2] , I 2 = 0,1  , I 2 = 0,1  , ....
                            n                              2            3
                           ∞
       Diperoleh       ∩ I = [0,1] ≠ ∅ .
                               n           (Ada tak hingga banyak ξ ∈ [ 0,1] ). Perhatikan
                       n =1


                  1          
       bahwa inf 1 + : n ∈ ℕ  = 1 .
                  n          


1.5.4. Sifat Interval Susut (Nested Interval Property)                   Jika I n = [ an , bn ] , n ∈ ℕ

interval tertutup terbatas dan I n ⊇ I n +1 untuk setiap n ∈ ℕ (interval susut), maka
                                             ∞

                                             ∩I     n   ≠∅,
                                             n =1


yaitu terdapat ξ ∈ ℝ sedemikian hingga ξ ∈ I n untuk setiap n ∈ ℕ . Selanjutnya, jika

panjang I n = bn − an memenuhi inf {bn − an : n ∈ ℕ} = 0 , maka elemen berserikat ξ

tersebut tunggal.




                                                                                                    29
Pengantar Analisis Real I



Bukti. Dibentuk himpunan A = {an : n ∈ ℕ} . Jelas A ≠ ∅ sebab a1 ∈ A , dan A ⊂ ℝ .

Himpunan A terbatas ke atas, sebab I n ⊇ I n +1 untuk setiap n ∈ ℕ . Sehingga diperoleh
bahwa
                                                 an ≤ bn

untuk setiap n ∈ ℕ , yang berarti b1 batas atas A. Menggunakan Sifat Lengkap ℝ , maka

supremum A ada, yaitu terdapat ξ ∈ ℝ sedemikian hingga ξ = sup A . Jelas bahwa
                                                 am ≤ ξ

untuk setiap m ∈ ℕ . Selanjutnya, untuk sebarang m, n ∈ ℕ berlaku
                                  an ≤ an + m ≤ bn + m ≤ bm atau an ≤ bm .
Hal ini berakibat
                                  sup {an : n ∈ ℕ} ≤ bm atau ξ ≤ bm .

Karena am ≤ ξ dan ξ ≤ bm , maka diperoleh am ≤ ξ ≤ bm untuk setiap m ∈ ℕ , berarti

ξ ∈ I n = [ an , bn ] , untuk setiap n ∈ ℕ . Sehingga
                                                     ∞
                                                ξ ∈ ∩ In ,
                                                    n =1

                     ∞
yang berakibat      ∩I     n   ≠ ∅ . Jika η = inf {bn : n ∈ ℕ} , maka dengan cara yang sama
                    n =1


(sebelumnya), diperoleh η ∈ I m untuk setiap m ∈ ℕ . Sehingga diperoleh
                                                     ∞
                                                η ∈ ∩ In .
                                                    n =1

Akan dibuktikan ketunggalannya, yaitu η = ξ . Diambil sebarang ε > 0 . Jika

inf {bn − an : n ∈ ℕ} = 0 , maka terdapat n0 ∈ ℕ sehingga

                           0 ≤ η − ξ ≤ bn0 − an0 < ε atau 0 ≤ η − ξ < ε .

Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka η − ξ = 0 atau η = ξ . Jadi, terbukti bahwa
         ∞
η = ξ ∈ ∩ I n tunggal.
         n =1




                                                                                        30
Pengantar Analisis Real I



Himpunan Terhitung (Countable)
Diberikan J n = {1, 2,3,..., n} , n ∈ ℕ . Dua himpunan A dan B dikatakan ekuivalen,

ditulis A ∼ B jika ada fungsi bijektif f : A → B . Contoh:

    1. Misalkan A = {1, 2,3} dan B = {a, b, c} , maka A ∼ B .

    2. Misalkan f : A → C dengan C = {w, x, y, z} , maka A ∼ C .


        Suatu himpunan dikatakan tak berhingga (infinite) jika himpunan tersebut
ekuivalen dengan salah satu himpunan bagian sejatinya. Jika tidak demikian, maka
himpunan tersebut dikatakan berhingga (finite), yaitu ekuivalen dengan J n . Contoh:

    1. Himpunan A = {1, 2,3} berhingga.

    2. ℕ = {1, 2,3,...} , T = {2, 4, 6,...} ⊂ ℕ . fungsi

          f :ℕ →T
            n ֏ f ( n) = 2n
        Jadi, ℕ tak berhingga, T juga tak berhingga.


        Suatu himpunan D dikatakan denumerable jika D ∼ ℕ . Suatu himpunan
dikatakan terhitung (countable) jika himpunan tersebut berhingga atau denumerable.
Jika tidak, maka dikatakan himpunan tak terhitung (uncountable atau non
denumerable), yaitu himpunan yang tidak ekuivalen dengan ℕ . Jika himpunan A
terhitung, maka A dapat disajikan sebagai A = { x1 , x2 , x3 ,...} dengan xi ≠ x j untuk i ≠ j .

Contoh:
    1. Himpunan ∅ terhitung berhingga.
    2. Himpunan ℕ terhitung tak berhingga.
    3. Himpunan A = {1, 2,3} terhitung berhingga.


        Dapat ditunjukkan bahwa ℝ merupakan himpunana tak terhitung. Untuk
membuktikannya cukup hanya dengan membuktikan I = [ 0,1] tak terhitung. Berikut ini

diberikan teoremanya.




                                                                                             31
Pengantar Analisis Real I



Teorema 1.5.5. Himpunan I = [ 0,1] tak terhitung.


Bukti. Andaikan I terhitung, maka dapat ditulis dengan
                                       I = { x1 , x2 , x3 ,..., xn ,...} .

Dikonstruksikan         barisan     interval          tertutup,      terbatas,          susut   (nested),   dan
inf {bn − an : n ∈ ℕ} = 0 . Interval I = [ 0,1] dibagi menjadi tiga sama panjang, yaitu

                                  0, 1  ,  1 , 2  , dan  2 ,1 .
                                      3  3 3             3 
Titik x1 ∈ I termuat dalam paling banyak dua sub interval. Pilih sub interval yang tidak

memuat x1 , namakan I1 = [ a1 , b1 ] . Jadi, x1 ∉ I1 . Selanjutnya, I1 dibagi menjadi tiga

sama panjang, yaitu
                       a1 , a1 + 1  ,  a1 + 1 , a1 + 2  , dan  a1 + 2 , b1  .
                                  9          9        9              9 
Kemudian pilih sub interval yang tidak memuat x2 , namakan I1 = [ a2 , b2 ] . Jadi, x2 ∉ I 2 .

Jika     proses      diteruskan,       diperoleh          barisan            interval      tertutup,   terbatas,
                                                                1 
I1 ⊃ I 2 ⊃ I 3 ⊃ ... ⊃ I n   dengan inf {bn − an : n ∈ ℕ} = inf  ℕ  . Menggunakan sifat
                                                                3 
                                                                       ∞
Nested Interval, maka terdapat dengan tunggal y ∈ ∩ I n . Berarti y ∈ I , yaitu y = xn
                                                                      n =1

                                                ∞
untuk suatu n ∈ ℕ . Akibatnya xn ∈ ∩ I n , yaitu xn ∈ I n . Sedangkan dari konstruksi
                                               n =1


diperoleh xn ∉ I n . Timbul kontradiksi, yang benar adalah I = [ 0,1] tak terhitung,

sehingga ℝ juga tak terhitung.


Teorema Bolzano-Weierstrass
Sebelum dijelaskan tentang Teorema Bolzano-Weierstrass, terlebih dahulu dijelaskan
mengenai titik cluster. Berikut diberikan definisinya.




                                                                                                             32
Pengantar Analisis Real I



Definisi 1.5.6. (Titik Cluster)            Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ . Titik x ∈ ℝ
disebut titik cluster (cluster points)           jika setiap persekitaran Vε ( x) = ( x − ε , x + ε )

memuat paling sedikit satu titik anggota S yang tidak sama dengan x. Titik cluster sering
disebut dengan titik akumulasi atau titik limit.


        Dengan kata lain, x titik cluster S jika untuk setiap ε > 0                          berlaku
(Vε ( x) ∩ S ) − { x} ≠ ∅   atau (Vε ( x) − { x} ) ∩ S ≠ ∅ .

        Ekuivalen dengan mengatakan bahwa x titik cluster S jika untuk setiap n ∈ ℕ ,
                                                         1
terdapat sn ∈ S sedemikian hingga 0 < sn − x <             .
                                                         n


Contoh 1.5.7.
    (1) Diberikan S = ( 0, 2 ) . Apakah 0 merupakan titik cluster?

        Jawab. Diambil ε > 0 , maka Vε ( 0 ) = ( 0 − ε , 0 + ε ) = ( −ε , ε ) . Menggunakan

        Teorema Densitas, maka 0 merupakan titik cluster S dan 0 ∉ S . Demikian juga
                 1                              1
        bahwa      merupakan titik cluster S dan ∈ S .
                 2                              2
    (2) Diberikan A = [1, 2] ∪ {4} . Apakah 4 titik cluster?

        Jawab. Persekitaran- ε dari 4 adalah Vε ( 4 ) = ( 4 − ε , 4 + ε ) . Misal diambil

             1                            1      1  1       1
        ε = , maka Vε ( 4 ) =  4 − , 4 +  =  3 , 4  . Sehingga diperoleh bahwa
           2                       2    2          
                                                 2 2             
         1 1
         3 , 4  ∩ [1, 2] − {4} = ∅ . Jadi, 4 bukan titik cluster.
         2 2
                      1          1 1 1 
    (3) Diberikan B =  : n ∈ ℕ  = 1, , , ,... . Tunjukkan bahwa 0 titik cluster B
                      n          2 3 4 
        dengan 0 ∉ B .
        Jawab. Menggunakan Sifat Archimedes, jika diberikan sebarang ε > 0 , maka
                                                           1
        terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga 0 <                 <ε .    Persekitaran titik 0 adalah
                                                           n




                                                                                                  33
Pengantar Analisis Real I



                                                                           1
        Vε ( 0 ) = ( −ε , ε ) . Jika dipilih ε sangat kecil, maka 0 <        < ε . Jadi, 0 merupakan
                                                                           n
        titik cluster B dengan 0 ∉ B .


1.5.8. Teorema Bolzano-Weierstrass                   Setiap subset ℝ yang tak berhingga (infinite)
dan terbatas, mempunyai paling sedikit satu titik cluster.


Bukti. Diberikan sebarang subset S ⊂ ℝ tak berhingga dan terbatas. Karena S terbatas,
maka terdapat interval I1 = [ a, b] dengan panjang L ( I1 ) = b − a . Kemudian bagilah I1

                           a +b      a + b 
menjadi dua bagian, yaitu  a,    dan  2 , b  . Karena S tak berhingga, maka
                              2             
salah satu interval tersebut memuat tak hingga banyak titik anggota S, sebab apabila
keduanya memuat berhingga banyak anggota S, maka berarti himpunan S berhingga.
Namakan bagian yang memuat tak hingga banyak titik anggota S dengan I 2 .

                         b−a
Panjangnya L ( I 2 ) =       . Selanjutnya, I 2 dibagi menjadi dua bagian seperti langkah
                          2
di atas, maka salah satu bagian memuat tak hingga banyak anggota S. Namakan bagian
                                                         b−a
tersebut dengan I 3 . Panjangnya L ( I 3 ) =                 . Apabila proses diteruskan, maka
                                                          22
diperoleh barisan interval susut (nested)
                                    I1 ⊃ I 2 ⊃ I 3 ⊃ ... ⊃ I n ⊃ ....
                                           ∞                                  ∞
Menurut Sifat Interval Susut, maka        ∩I     n   ≠ ∅ , atau terdapat x ∈ ∩ I n .
                                          n =1                               n =1

Akan ditunjukkan bahwa x titik cluster S. Diambil sebarang ε > 0 , maka terdapat n ∈ ℕ
                        b−a
sedemikian hingga             < ε , dan persekitarannya Vε ( x ) = ( x − ε , x + ε ) . Karena x ∈ I n
                        2n −1
                  b−a
dan L ( I n ) =         < ε , maka I n ⊆ Vε ( x ) . Karena I n memuat tak hingga banyak titik
                  2n −1
anggota S, maka Vε ( x ) memuat tak hingga banyak titik anggota S yang tidak sama

dengan x. Jadi, x merupakan titik cluster S.




                                                                                                  34
Pengantar Analisis Real I



Himpunan Terbuka dan Tertutup
Definisi 1.5.9.
         (i) Himpunan G ⊆ ℝ dikatakan terbuka dalam ℝ jika untuk setiap x ∈ G ,
             terdapat persekitaran Vε ( x ) sedemikian hinnga Vε ( x ) ⊂ G .

         (ii) Himpunan F ⊆ ℝ dikatakan tertutup dalam ℝ jika komplemen F, yaitu
             F c terbuka dalam ℝ .


Contoh 1.5.10.
   (1)     Himpunan        ℝ = ( −∞, ∞ )     terbuka, sebab untuk setiap         x ∈ ℝ , terdapat

           V1 ( x) = ( x − 1, x + 1) ⊂ ℝ .

                                                                    x x − 1
   (2)     Himpunan A = ( 0,1) terbuka, sebab jika diambil ε = min  ,       untuk
                                                                   2 2 
           setiap x ∈ A , maka Vε ( x ) = ( x − ε , x + ε ) ⊂ A .

   (3)     Himpunan B = [1, 2] tertutup, sebab jika diambil x = 1 , maka untuk setiap

           ε > 0 , Vε (1) = (1 − ε ,1 + ε ) ⊄ B dan 1 − ε ∉ B . Dapat ditunjukkan juga bahwa

           B c terbuka, yaitu B c = ( −∞,1) ∪ ( 2, ∞ ) terbuka.


1.5.11. Sifat Himpunan Terbuka
         (a) Jika A himpunan indeks (berhingga atau tak berhingga) dan Gx terbuka

             untuk setiap λ ∈ A , maka       ∪ Gλ    terbuka.
                                             λ ∈A

                                                                                            n
         (b) Jika G1 , G2 ,..., Gn masing-masing merupakan himpunan terbuka, maka          ∩G     i
                                                                                           i =1

             terbuka.


Bukti.
   (a) Namakan          G = ∪ Gλ . Diambil sebarang              x ∈ G , maka terdapat    λ0 ∈ A
                             λ∈ A

         sedemikian       hingga       x ∈ Gλ0 .    Karena      Gλ0   terbuka,   maka    terdapat




                                                                                                  35
Pengantar Analisis Real I



        Vε ( x ) ⊂ G0 ⊂ G . Jadi, terbukti bahwa untuk setiap x ∈ G , terdapat Vε ( x ) ⊂ G ,

       yang berarti G = ∪ Gλ terbuka.
                               λ∈ A

                              n
   (b) Namakan H = ∩ Gi . Akan ditunjukkan bahwa H terbuka. Diambil sebarang
                             i =1


        x ∈ H , maka x ∈ Gi , i = 1, 2,..., n .

       Karena x ∈ G1 dan G1 terbuka, maka terdapat ε1 > 0 sehingga Vε1 ( x ) ⊂ G1 .

       Karena x ∈ G2 dan G2 terbuka, maka terdapat ε 2 > 0 sehingga Vε 2 ( x ) ⊂ G2 .

       Demikian seterusnya.
       Karena x ∈ Gn dan Gn terbuka, maka terdapat ε n > 0 sehingga Vε n ( x ) ⊂ Gn .

       Namakan ε = min {ε1 , ε 2 ,..., ε n } , jelas bahwa ε > 0 . Maka Vε ( x ) ⊂ Vεi ( x ) ⊂ Gi
                                                                                       n
       untuk setiap i = 1, 2,..., n , yang berakibat bahwa              Vε ( x ) ⊂ H = ∩ Gi . Jadi,
                                                                                      i =1

                              n
       terbukti bahwa       ∩G        i   terbuka.
                             i =1




       Berikut ini diberikan akibat dari sifat himpunan terbuka, yaitu sifat untuk
himpunan tertutup.


Akibat 1.5.12.
       (a) Jika A himpunan indeks (berhingga atau tak berhingga) dan Gx tertutup

           untuk setiap λ ∈ A , maka                 ∪ Gλ   tertutup.
                                                     λ ∈A

       (b) Jika G1 , G2 ,..., Gn masing-masing merupakan himpunan tertutup, maka
             n

            ∪G     i   tertutup.
            i =1




                                                                                                36
Pengantar Analisis Real I



SOAL LATIHAN SUBBAB 1.5
   1. Jika I := [ a, b ] dan I ′ := [ a′, b′] interval tertutup dalam ℝ , tunjukkan bahwa

        I ⊆ I ′ jika dan hanya jika a′ ≤ a dan b ≤ b′ .
   2. Jika S ⊆ ℝ tidak kosong, tunjukkan bahwa S terbatas jika dan hanya terdapat
       interval tertutup terbatas I sedemikian hingga S ⊆ I .
   3. Jika S ⊆ ℝ tidak kosong dan terbatas, dan I S := [inf S ,sup S ] , tunjukkan bahwa

        S ⊆ I S . Selanjutnya, jika J adalah sebarang interval tertutup terbatas yang

       memuat S, tunjukkan bahwa I S ⊆ J .
                                                                   ∞
   4. Diberikan K n := ( n, ∞ ) untuk n ∈ ℕ . Buktikan bahwa       ∩K     n   = ∅.
                                                                   n =1

   5. Jika S himpunan terbatas di ℝ dan T ⊂ S tidak kosong, buktikan bahwa
                                 inf S ≤ inf T ≤ sup T ≤ sup S .
   6. Buktikan Akibat 1.5.1.2.(b).




                                                                                      37
Pengantar Analisis Real I



BAB 2


                               BARISAN DAN DERET


Pada bab ini dibahas mengenai pengertian barisan dan deret. Selanjutnya, dibahas
tentang limit dan konvergensi dari suatu barisan. Di antaranya adalah Teorema
Konvergen Monoton, Teorema Bolzano-Weierstrass, dan Kriteria Cauchy untuk barisan
yang konvergen.


2.1. Barisan dan Limit Barisan
Barisan (sequence) pada himpunan S adalah suatu fungsi dengan domain ℕ dan
mempunyai range dalam S. Pada subbab ini akan dibahas mengenai barisan di ℝ dan
konvergensi dari suatu barisan.


Definisi 2.1.1.    Barisan bilangan real adalah suatu fungsi yang didefinisikan pada
himpunan ℕ dengan range dalam ℝ .


        Dengan kata lain, barisan dalam ℝ mengawankan setiap bilangan asli
n = 1, 2,3,... kepada suatu bilangan real. Jika X : ℕ → ℝ merupakan barisan, maka
biasanya dituliskan dengan nilai dari X pada n dengan notasi xn . Barisan sering

dinotasikan dengan X atau       ( xn )    atau   ( xn : n ∈ ℕ )   atau   { xn }   atau   { xn }n≥1 .   Apabila

diketahui suatu barisan Y, artinya Y = ( yk ) .


Contoh 2.1.2.

    (a) Barisan ( xn ) dengan xn = ( −1) adalah barisan −1,1, −1,1, −1,1,..., ( −1) ,... .
                                             n                                                   n



                                         1  1             1 1 1       1
    (b) Barisan ( xn ) dengan xn =        n
                                            ,  n : n ∈ ℕ  = , , ,..., n ,... .
                                         2 2              2 4 8      2

    (c) Barisan konstan ( kn ) dengan kn = 3 adalah 3, 3, 3,3,.... .




                                                                                                           38
Pengantar Analisis Real I



                n  1 2 3           n
   (d) Barisan       = , , ,...,      ,... .
                n +1 2 3 4       n +1


Definisi 2.1.3. Diberikan barisan bilangan real ( xn ) dan ( yn ) , dan α ∈ ℝ . Maka dapat

didefinisikan
       (i)      ( xn ) ± ( yn ) = ( xn ± yn ) .
       (ii)     α ( xn ) = (α xn ) .

       (iii)    ( xn ) ⋅ ( yn ) = ( xn ⋅ yn ) .
                ( xn ) =  xn  , asalkan          yn ≠ 0 .
                ( yn )  yn  
       (iv)
                         


Definisi 2.1.4. (Limit Barisan) Diketahui ( xn ) barisan bilangan real. Suatu bilangan

real x dikatakan limit barisan                    ( xn )    jika untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ

sedemikian hingga untuk setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku xn − x < ε .


       Jika x adalah limit suatu barisan ( xn ) , maka dikatakan ( xn ) konvergen ke x,

atau ( xn ) mempunyai limit x. Dalam hal ini ditulis lim ( xn ) = x atau lim ( xn ) = x atau
                                                                          n →∞


xn → x . Jika ( xn ) tidak konvergen, maka ( xn ) dikatakan divergen.


Teorema 2.1.5.         Jika barisan ( xn ) konvergen, maka ( xn ) mempunyai paling banyak

satu limit (limitnya tunggal).


Bukti. Andaikan lim ( xn ) = x′ dan lim ( xn ) = x′′ dengan x′ ≠ x′′ . Maka untuk sebarang
                      n →∞                         n →∞


ε > 0 terdapat K ′ sedemikian hingga xn − x′ < ε 2 untuk setiap n ≥ K ′ , dan terdapat

K ′′ sedemikian hingga xn − x′′ < ε                        untuk setiap n ≥ K ′′ . Dipilih K = max { K ′, K ′′} .
                                                    2
Menggunakan Ketaksamaan Segitiga, maka untuk n ≥ K diperoleh



                                                                                                              39
Pengantar Analisis Real I



                 x′ − x′′ = x′ − xn + xn − x′′
                         = x′ − xn + xn − x′′
                         < ε + ε = ε.
                            2   2
Karena berlaku untuk setiap ε > 0 , maka x′ − x′′ = 0 yang berarti x′ = x′′ . Kontradiksi
dengan pengandaian. Jadi, terbukti bahwa limitnya tunggal.


Teorema 2.1.6. Jika ( xn ) barisan bilangan real dan x ∈ ℝ , maka empat pernyataan

berikut ekuivalen.
   (a) Barisan ( xn ) konvergen ke x.

   (b) Untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K
         berlaku xn − x < ε .

   (c) Untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K
         berlaku x − ε < xn < x + ε .

   (d) Untuk setiap persekitaran Vε ( x ) dari x , terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga

         untuk setiap n ≥ K berlaku xn ∈ Vε ( x ) .


Bukti.
(a) ⇒ (b) Jelas (dari definisi).
(b) ⇒ (c) xn − x < ε ⇔ −ε < xn − x < ε ⇔ x − ε < xn < x + ε .

(c) ⇒ (d) x − ε < xn < x + ε ⇔ xn ∈ ( x − ε , x + ε ) ⇔ xn ∈ Vε ( x ) .

(d) ⇒ (a) xn ∈ Vε ( x ) ⇔ x − ε < xn < x + ε ⇔        xn − x < ε .


Contoh 2.1.7.
                                1
(a) Tunjukkan bahwa lim           = 0.
                         n →∞   n




                                                                                      40
Pengantar Analisis Real I




                                                     ( xn ) = 
                                                                    1                       1
Jawab. Akan ditunjukkan bahwa                                        konvergen ke 0, yaitu   → 0 . Harus
                                                                   n                       n

dibuktikan bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga untuk

                                                               1
setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku                          −0 <ε .
                                                               n
                                             1
Ambil sebarang ε > 0 , maka                          > 0 . Menurut Sifat Archimedes, maka terdapat
                                             ε
                                          1                                  1
K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga                    < K ( ε ) , atau                   < ε . Akibatnya untuk setiap
                                         ε                                 K (ε )

                          1     1 1   1
n ≥ K ( ε ) berlaku         −0 = = ≤       < ε . Jadi, terbukti bahwa untuk setiap ε > 0
                          n     n n K (ε )

terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku

 1                     1
   − 0 < ε , atau lim = 0 .
 n                n →∞ n




                                   1
(b) Tunjukkan bahwa lim               = 0.
                            n →∞   n2
Jawab. Akan ditunjukkan bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian

                                                                                    1
hingga untuk setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku                                   − 0 < ε . Diambil sebarang
                                                                                    n2
                  1                                        1
ε > 0 , maka ε        2
                          > 0 , akibatnya                  1
                                                                   > 0 . Menurut Sifat Archimedes, terdapat
                                                       ε       2


                                             1                               1                            1
K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga                        < K ( ε ) atau
                                                                                       1
                                                                                    < ε 2 , diperoleh                <ε .
                                         ε
                                             1
                                                 2                         K (ε )                       K (ε )
                                                                                                                 2



                                                                       1        1     1
Akibatnya untuk setiap n ≥ K ( ε ) berlaku                                 −0 = 2 ≤          < ε . Jadi, terbukti
                                                                                    K (ε )
                                                                         2                 2
                                                                       n       n

bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ∈ ℕ

                                    1                       1
dengan n ≥ K ( ε ) berlaku            2
                                        − 0 < ε , atau lim 2 = 0 .
                                    n                  n →∞ n




                                                                                                                      41
Pengantar Analisis Real I



Contoh 2.1.8. Tunjukkan bahwa           (( −1) ) divergen.
                                             n




Jawab. Andaikan         (( −1) ) konvergen, berarti terdapat bilangan real x sehingga untuk
                                n




setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ              sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K      berlaku

( −1)       − x < 1 . Untuk n ≥ K dan n genap, maka ( −1) = 1 , diperoleh
        n                                                    n




                                     1 − x < 1 ⇔ −1 < 1 − x < 1 ,

yang berakibat x > 0 . Untuk n ≥ K dan n ganjil, maka ( −1) = −1 , diperoleh
                                                                     n



                                    −1 − x < 1 ⇔ −1 < −1 − x < 1 ,

yang berakibat x < 0 . Timbul kontradiksi, yaitu x > 0 dan x < 0 . Jadi pengandaian

salah, yang benar      (( −1) ) divergen.
                            n




Teorema 2.1.9.         Diberikan barisan bilangan real X = ( xn : n ∈ ℕ ) dan m ∈ ℕ . Maka

X m = ( xm + n : n ∈ ℕ ) konvergen jika dan hanya jika X konvergen. Dalam hal ini

lim X m = lim X .


Bukti. Perhatikan bahwa untuk sebarang p ∈ ℕ , elemen ke-p dari X m adalah elemen

ke- ( p + m ) dari X. Sama halnya, jika q > m , maka bentuk elemen ke-q dari X m adalah

elemen ke- ( q − m ) dari X.

            Diasumsikan bahwa X konvergen ke x. Diberikan sebarang ε > 0 , pada barisan
X untuk n ≥ K (ε ) berlaku xn − x < ε , maka pada X m untuk k ≥ K (ε ) − m berlaku

xk − x < ε . Dapat diambil K m (ε ) = K (ε ) − m , sehingga X m konvergen ke x.

            Sebaliknya, jika pada X m untuk k ≥ K m (ε ) berlaku xk − x < ε , maka pada X

untuk n ≥ K (ε ) + m berlaku xn − x < ε . Dapat diambil K (ε ) = K m (ε ) + m . Dengan

demikian terbukti bahwa X konvergen ke x jika dan hanya jika X m konvergen ke x.




                                                                                        42
Pengantar Analisis Real I



Teorema 2.1.10. Diberikan barisan bilangan real ( xn ) dan x ∈ ℝ . Jika ( an ) adalah

suatu barisan bilangan real positif dengan lim ( an ) = 0 dan jika untuk c > 0 dan

m ∈ ℕ berlaku
                                xn − x ≤ can         untuk semua n ≥ m ,

maka lim ( xn ) = x .



Bukti. Diambil ε > 0 , maka
                                     ε
                                     c
                                         > 0 . Karena lim ( an ) = 0 , maka terdapat K ε    ( c )∈ℕ
sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K ε              ( c)   berlaku an − 0 < ε . Akibatnya untuk
                                                                             c

setiap n ≥ K ε     ( c)   berlaku xn − x ≤ c an < c ⋅
                                                           ε
                                                           c
                                                                = ε atau xn − x < ε . Terbukti bahwa

lim ( xn ) = x .


                                                                   1
Contoh 2.1.11. Jika a > 0 , tunjukkan bahwa lim                        = 0.
                                                           n →∞ 1 + na


Jawab. Karena a > 0 , maka 0 < na < 1 + na yang berakibat bahwa
                                  1    1 1 1
                          0<         <  = ⋅                    untuk setiap n ∈ ℕ .
                               1 + na na n a
Diperoleh
                       1           1   1 1 1 1
                           −0 =       < ⋅ = ⋅                        untuk setiap n ∈ ℕ .
                    1 + na      1 + na n a a n
                                                1
Karena telah diketahui bahwa lim                  = 0 , maka menurut Teorema 2.1.10 dan dengan
                                         n →∞   n
                     1                             1
mengambil c =          > 0 berakibat bahwa lim         = 0.
                     a                     n →∞ 1 + na




                                                                                                 43
Pengantar Analisis Real I



SOAL LATIHAN SUBBAB 2.1
   1. Tuliskan lima bilangan pertama dari barisan ( xn ) untuk xn berikut.

                   ( −1)
                              n

       (a) xn   :=                .
                          n
                       1
       (b) xn :=          .
                     n +2
                      2


   2. Tentukan rumus ke-n untuk barisan berikut.
       (a) 5, 7, 9, 11, ....
              1 1 1 1
       (b)     , − , , − ,....
              2 4 8 16
                                                b
   3. Untuk sebarang b ∈ ℝ , buktikan bahwa lim   = 0 .
                                                n
   4. Tunjukkan (menggunakan definisi limit barisan).
                2n 
       (a) lim       = 2.
                n +1

                n2 −1  1
       (b) lim  2      = .
                2n + 3  2

   5. Tunjukkan bahwa lim ( xn ) = 0 jika dan hanya jika lim ( xn ) = 0 .

   6. Tunjukkan bahwa jika xn ≥ 0 untuk semua n ∈ ℕ dan lim ( xn ) = 0 , maka

        lim   ( x ) =0.
                 n


   7. Buktikan bahwa jika lim ( xn ) = x dan jika x > 0 , maka terdapat M ∈ ℕ

       sedemikian hingga xn > 0 untuk semua n ≥ M .

                          1    1 
   8. Tunjukkan bahwa lim  −     =0.
                           n n +1

                           n2 
   9. Tunjukkan bahwa lim   = 0 .
                           n! 
   10. Jika lim ( xn ) = x > 0 , tunjukkan bahwa terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga jika

                              1
        n ≥ K , maka            x < xn < 2 x .
                              2



                                                                                   44
Pengantar Analisis Real I



2.2. Teorema-teorema Limit
Pada subbab ini akan dibahas mengenai beberapa teorema yang berkaitan dengan limit
pada barisan bilangan real, seperti barisan terbatas dan kekonvergenan barisan.


Definisi 2.2.1.        Barisan bilangan real X = ( xn ) dikatakan terbatas jika terdapat

bilangan real M > 0 sedemikian hingga xn ≤ M untuk semua n ∈ ℕ .


         Oleh karena itu, barisan ( xn ) terbatas jika dan hanya jika himpunan { xn : n ∈ ℕ}

merupakan subset terbatas dalam ℝ .


Teorema 2.2.2. Jika X = ( xn ) konvergen, maka X = ( xn ) terbatas.


Bukti. Diketahui X = ( xn ) konvergen, misalkan konvergen ke x. Diambil ε = 1 , maka

terdapat        K ∈ℕ   sedemikian hingga untuk setiap          n≥K     berlaku   xn − x < 1 .

Menggunakan akibat Ketaksamaan Segitiga, maka xn − x < 1 atau xn < 1 + x untuk

semua n ≥ K . Namakan M = max { x1 , x2 ,..., xk −1 , x + 1} , maka xn ≤ M , untuk semua

n ∈ ℕ . Jadi, terbukti bahwa X = ( xn ) terbatas.


Teorema 2.2.3. Jika X = ( xn ) → x , Y = ( yn ) → y , dan c ∈ ℝ , maka

         (i)     X ±Y → x + y .
         (ii)    X ⋅ Y → xy .
         (iii) cX → cx .


Bukti.
(i)   Ambil sebarang ε > 0 . Karena X = ( xn ) → x , maka terdapat n0 ∈ ℕ sedemikian

                                                         ε
      hingga untuk setiap n ≥ n0 berlaku xn − x <            . Karena Y = ( yn ) → y , maka
                                                         2




                                                                                          45
Pengantar Analisis Real I



                                                                                                           ε
       terdapat n1 ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ n1 berlaku yn − y <                                  . Pilih
                                                                                                           2
       n2 = max {n0 , n1} , maka akibatnya untuk n ≥ n2 berlaku

                        xn + yn − ( x − y ) = ( xn − x ) + ( yn − y )
                                                                             ε       ε
                                               ≤ xn − x + yn − y <               +       = ε.
                                                                             2       2
       Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka                        ( xn + yn )        konvergen ke x + y .

       Dengan cara yang sama diperoleh bahwa                      ( xn − yn )        konvergen ke x − y . Jadi,

       terbukti bahwa X ± Y → x + y .
(ii)   Akan dibuktikan bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga
       untuk setiap n ≥ K berlaku xn yn − xy < ε . Diketahui

                                xn yn − xy = xn yn − xn y + xn y − xy
                                               ≤ xn yn − xn y + xn y − xy
                                               = xn yn − y + xn − x y .

       Karena   ( xn ) → x ,   maka   ( xn )    terbatas, akibatnya terdapat M 1 > 0 sedemikian

       hingga xn ≤ M 1 , untuk semua n ∈ ℕ . Namakan M = max {M 1 , y } . Diambil

       sebarang ε > 0 . Karena        ( xn ) → x ,    maka terdapat K1 ∈ ℕ sedemikian hingga

                                                              ε
       untuk setiap n ≥ K1 berlaku xn − x <                        . Karena          ( yn ) → y ,   maka terdapat
                                                          2M
                                                                                                    ε
       K 2 ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K 2 berlaku yn − y <                                   . Namakan
                                                                                                    2M
       K = max { K1 , K 2 } , maka untuk setiap n ≥ K berlaku

                            xn yn − xy ≤ xn yn − y + xn − x y
                                                  ε       ε              ε       ε
                                       < M.           +           .M =       +       = ε.
                                                2M        2M             2       2
       Jadi, terbukti bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk
       setiap   n≥K      berlaku      xn yn − xy < ε . Dengan kata lain, terbukti bahwa

       X ⋅ Y → xy .




                                                                                                                   46
Pengantar Analisis Real I



(iii) Ambil sebarang ε > 0 . Karena       ( xn ) → x ,       maka terdapat K ∈ ℕ sedemikian

                                                        ε
     hingga untuk setiap n ≥ K berlaku xn − x <              . Perhatikan bahwa
                                                        2
                                   cxn − x = cxn − xn + xn − x
                                           ≤ cxn − xn + xn − x
                                           = xn c − 1 + xn − x .

     Karena ( xn ) → x , maka ( xn ) terbatas, yaitu terdapat M > 0 sedemikian hingga

      xn ≤ M , untuk semua n ∈ ℕ . Akibatnya

                                                        ε                       ε
                      xn c − 1 + xn − x < M . c − 1 +        = ( M . c −1 ) +       <ε .
                                                         2                      2
     Terbukti bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk
     setiap n ≥ K berlaku cxn − x < ε . Dengan kata lain, terbukti bahwa cX → cx .


Teorema 2.2.4. Jika X = ( xn ) → x dan Z = ( zn ) → z ≠ 0 dengan zn ≠ 0 untuk semua

n ∈ ℕ , maka

                                      X  xn    x
                                       =      → .
                                      Z  zn    z



                                                             1 1 1               1
Bukti. Terlebih dahulu harus dibuktikan bahwa                 =   → . Diambil α = z ,
                                                             Z  zn  z            2

maka α > 0 . Karena lim ( zn ) = z , maka terdapat K1 ∈ ℕ sedemikian hingga untuk

setiap n ≥ K1 berlaku zn − z < α . Menggunakan akibat Ketaksaman Segitiga bahwa

                                                               1
−α ≤ − zn − z ≤ zn − z untuk n ≥ K1 , yang berarti               z = z − α ≤ zn untuk n ≥ K1 .
                                                               2
               1    2
Oleh karena       ≤   untuk n ≥ K1 , maka diperoleh
               zn   z

                            1 1   z − zn    1     2
                              − =        =      ≤ 2 z − zn .
                            zn z   zn z    zn z  z




                                                                                           47
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL
ANALISIS REAL

More Related Content

What's hot

Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grupYadi Pura
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grupwahyuhenky
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum Rossi Fauzi
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiNia Matus
 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikStepanyCristy
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)Nia Matus
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fixNia Matus
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 

What's hot (20)

Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Operasi biner
Operasi binerOperasi biner
Operasi biner
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Order dari Elemen Grup
Order dari Elemen GrupOrder dari Elemen Grup
Order dari Elemen Grup
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Supremum dan infimum
Supremum dan infimum  Supremum dan infimum
Supremum dan infimum
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Ring
RingRing
Ring
 
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali TransformasiRangkuman materi Hasilkali Transformasi
Rangkuman materi Hasilkali Transformasi
 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklik
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
Teorema isomorfisma ring makalah
Teorema isomorfisma ring makalahTeorema isomorfisma ring makalah
Teorema isomorfisma ring makalah
 
Handout analisis real
Handout analisis realHandout analisis real
Handout analisis real
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 

Similar to ANALISIS REAL

Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfHamzaHamid27
 
Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)arrinidittamargarani
 
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkSistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkRestuAdji5
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatAbdul Rais P
 
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Ig Fandy Jayanto
 
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkapKumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkapKha Kim
 
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptxRING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptxDeviOktaviana4
 
Sistem bilangan dan aritmatika
Sistem bilangan dan aritmatikaSistem bilangan dan aritmatika
Sistem bilangan dan aritmatikaDicky Alejandro
 
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smpMasbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smpWayan Sudiarta
 
kumpulan-rumus-matematika-smp
kumpulan-rumus-matematika-smpkumpulan-rumus-matematika-smp
kumpulan-rumus-matematika-smpkandysaputra
 
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkapKumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkapWayan Sudiarta
 

Similar to ANALISIS REAL (20)

Analisis Riel 1
Analisis Riel 1Analisis Riel 1
Analisis Riel 1
 
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdfPengantar_Analisis_Real_I.pdf
Pengantar_Analisis_Real_I.pdf
 
Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)Arrini ditta margarani (2016066155)
Arrini ditta margarani (2016066155)
 
Lap individu siklus 1 arrini dm
Lap individu siklus 1 arrini dmLap individu siklus 1 arrini dm
Lap individu siklus 1 arrini dm
 
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtkSistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
Sistem Bilangan Real Analisis Real 1 pendidikan mtk
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
Sistem bilangan bulat (ma kul teori bilangan)
 
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkapKumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
Kumpulan rumus matematika SMP sesuai kurikulum 2010 lengkap
 
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptxRING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
RING-Devi Oktaviana Siringo ringo.pptx
 
Sistem bilangan dan aritmatika
Sistem bilangan dan aritmatikaSistem bilangan dan aritmatika
Sistem bilangan dan aritmatika
 
Analisis Real
Analisis RealAnalisis Real
Analisis Real
 
Matriks Kelas X
Matriks Kelas XMatriks Kelas X
Matriks Kelas X
 
Matriks awal
Matriks awalMatriks awal
Matriks awal
 
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smpMasbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
Masbied com-kumpulan-rumus-matematika-smp
 
kumpulan-rumus-matematika-smp
kumpulan-rumus-matematika-smpkumpulan-rumus-matematika-smp
kumpulan-rumus-matematika-smp
 
Aljabar Linier
Aljabar LinierAljabar Linier
Aljabar Linier
 
Ring
RingRing
Ring
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkapKumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
Kumpulan rumusmatematikasmp sesuaisklun2010lengkap
 

ANALISIS REAL

  • 1. DIKTAT KULIAH – ANALISIS PENGANTAR ANALISIS REAL I (Introduction to Real Analysis I) M. Zaki Riyanto, S.Si. e-mail: zaki@mail.ugm.ac.id http://zaki.math.web.id COPYRIGHT © 2008-2009 MATH.WEB.ID
  • 2. Pengantar Analisis Real I HALAMAN PERSEMBAHAN Tulisan ini kami persembahkan kepada penggiat dan pemerhati Matematika di Indonesia ii
  • 3. Pengantar Analisis Real I KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, akhirnya penulisan buku ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Sebagian besar materi buku ini diambil dari catatan kuliah Pengantar Analisis Real I di Jurusan Matematika Universitas Gadjah Mada pada tahun 2004 dan 2005. Pengantar Analisis Real I merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa S-1 Matematika. Semoga dengan buku yang sederhana ini dapat membantu para mahasiswa dalam mempelajari dan memahaminya. Diharapkan mahasiswa telah mempelajari konsep logika pembuktian, himpunan, dan Kalkulus Lanjut. Pada kesempatan ini tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua teman kuliah di Matematika UGM angkatan 2002 dan 2003, khususnya yang telah banyak membantu, juga kepada rekan-rekan kuliah di Pascasarjana Matematika UGM angkatan 2008. Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran yang membangun demi kelanjutan dan sempurnanya buku ini, terima kasih. Yogyakarta, 26 Agustus 2008 Hormat Kami M. Zaki Riyanto, S.Si. E-mail : zaki@mail.ugm.ac.id http://zaki.math.web.id iii
  • 4. Pengantar Analisis Real I DAFTAR ISI Halaman Judul……...…………………………...……………......…………….... i Halaman Persembahan..................………………………………………............. ii Kata Pengantar..............................………………………………………............. iii Daftar Isi.........……………………………………………………........................ iv Bab I. BILANGAN REAL 1.1. Sifat-sifat Aljabar dan Urutan dalam ℝ ...................................... 1 1.2. Nilai Mutlak dan Garis Bilangan Real......................................... 13 1.3. Sifat Lengkap ℝ …….………….………………………............ 17 1.4. Penggunaan Sifat Aksioma Supremum........................................ 21 1.5. Interval dalam ℝ ……….………….………..…………............. 27 Bab II. BARISAN DAN DERET 2.1. Barisan dan Limit Barisan............................................................ 38 2.2. Teorema-teorema Limit................................................................ 45 2.3. Barisan Monoton ......................................................................... 53 2.4. Barisan Bagian............................................................................. 56 2.5. Barisan Cauchy............................................................................ 62 2.6. Sifat Barisan Divergen................................................................. 65 2.7. Deret Tak Berhingga.................................................................... 68 Daftar Pustaka…………………………………………………………….....…... 74 iv
  • 5. Pengantar Analisis Real I BAB 1 BILANGAN REAL Pada bab ini dibahas sifat-sifat penting dari sistem bilangan real ℝ , seperti sifat-sifat aljabar, urutan, dan ketaksamaan. Selanjutnya, akan diberikan beberapa pengertian seperti bilangan rasional, harga mutlak, himpunan terbuka, dan pengertian lainnya yang berkaitan dengan bilangan real. 1.1. Sifat-sifat Aljabar dan Urutan dalam ℝ Sebelum menjelaskan tentang sifat-sifat ℝ , diberikan terlebih dahulu tentang struktur aljabar dari sistem bilangan real. Akan diberikan penjelasan singkat mengenai sifat-sifat dasar dari penjumlahan dan perkalian, sifat-sifat aljabar lain yang dapat diturunkan dalam beberapa aksioma dan teorema. Dalam terminologi aljabar abstrak, sistem bilangan real membentuk lapangan (field) terhadap operasi biner penjumlahan dan perkalian biasa. Sifat-sifat Aljabar ℝ Pada himpunan semua bilangan real ℝ terdapat dua operasi biner, dinotasikan dengan “+” dan “.” yang disebut dengan penjumlahan (addition) dan perkalian (multiplication). Operasi biner tersebut memenuhi sifat-sifat berikut: (A1) a + b = b + a untuk semua a, b ∈ ℝ (sifat komutatif penjumlahan) (A2) (a + b) + c = a + (b + c) untuk semua a, b, c ∈ ℝ (sifat assosiatif penjumlahan) (A3) terdapat 0 ∈ ℝ sedemikian hingga 0 + a = a dan a + 0 = a untuk semua a ∈ ℝ (eksistensi elemen nol) (A4) untuk setiap a ∈ ℝ terdapat − a ∈ ℝ sedemikian hingga a + (− a ) = 0 dan (−a ) + a = 0 (eksistensi elemen negatif atau invers penjumlahan) (M1) a ⋅ b = b ⋅ a untuk semua a, b ∈ ℝ (sifat komutatif perkalian) (M2) (a ⋅ b) ⋅ c = a ⋅ (b ⋅ c) untuk semua a, b, c ∈ ℝ (sifat assosiatif perkalian) 1
  • 6. Pengantar Analisis Real I (M3) terdapat 1∈ ℝ sedemikian hingga 1 ⋅ a = a dan a ⋅1 = a untuk semua a ∈ ℝ (eksistensi elemen unit 1) (M4) 1 1 untuk setiap a ∈ ℝ , a ≠ 0 terdapat ∈ ℝ sedemikian hingga a ⋅   = 1 dan a a 1   ⋅ a = 1 (eksistensi invers perkalian) a (D) a ⋅ (b + c) = (a ⋅ b) + (a ⋅ c) dan (b + c) ⋅ a = (b ⋅ a ) + (c ⋅ a ) untuk semua a, b, c ∈ ℝ (sifat distributif perkalian atas penjumlahan) Sifat-sifat di atas telah umum diketahui. Sifat (A1)-(A4) menjelaskan sifat penjumlahan, sifat (M1)-(M4) menjelaskan sifat perkalian, dan sifat terakhir menggabungkan kedua operasi. Selanjutnya, diberikan beberapa teorema tentang elemen 0 dan 1 yang telah diberikan pada sifat (A3) dan (M3) di atas. Juga akan ditunjukkan bahwa perkalian dengan 0 akan selalu menghasilkan 0. Teorema 1.1.1. (a) Jika z , a ∈ ℝ dengan z + a = a , maka z = 0 . (b) Jika u dan b ≠ 0 elemen ℝ dengan u ⋅ b = b , maka u = 1 . (c) Jika a ∈ ℝ , maka a ⋅ 0 = 0 . Bukti. (a) Menggunakan aksioma (A3), (A4), (A2), asumsi z + a = a , dan (A4), diperoleh z = z+0 = z + ( a + (−a ) ) = ( z + a ) + ( −a ) = a + ( −a ) = 0. (b) Menggunakan aksioma (M3), (M4), (M2), asumsi u ⋅ b = b , dan (M4), diperoleh 2
  • 7. Pengantar Analisis Real I u = u ⋅1   1  = u ⋅b ⋅    b  1 = (u ⋅ b) ⋅   b 1 = b ⋅  b = 1. (c) Karena a + a ⋅ 0 = a ⋅1 + a ⋅ 0 = a. (1 + 0 ) = a ⋅1 = a , maka a ⋅ 0 = 0 . Dengan demikian, maka teorema terbukti. Teorema 1.1.2. Jika a ∈ ℝ , maka (a) ( −1) .a = −a . (b) − ( −a ) = a . (c) ( −1) ⋅ ( −1) = 1 . Selanjutnya, diberikan dua sifat penting dari operasi perkalian, yaitu sifat ketunggalan elemen inversnya dan bahwa perkalian dua bilangan itu hasilnya nol apabila salah satu faktornya adalah nol. Teorema 1.1.3. (a) Jika a + b = 0 , maka b = − a . 1 (b) Jika a ≠ 0 dan b ∈ ℝ sedemikian hingga a ⋅ b = 1 , maka b = . a (c) Jika a ⋅ b = 0 , maka a = 0 atau b = 0 . Bukti. (a) Karena a + b = 0 , maka a+b = 0 ⇔ ( −a ) + ( a + b ) = ( −a ) + 0 3
  • 8. Pengantar Analisis Real I ⇔ ( ( −a ) + a ) + b = −a (A2 dan A3) ⇔ 0 + b = −a (A4) ⇔ b = −a . (A3) (b) Karena a ⋅ b = 1 , maka 1 1 a ⋅ b = 1 ⇔   ( a ⋅ b ) = ⋅1 a a 1  1 ⇔  ⋅ a  (b ) = a  a 1 ⇔ 1⋅ b = a 1 ⇔ b= . a (c) Diketahui a ⋅ b = 0 , maka 1 1 a ⋅b = 0 ⇔   ⋅(a ⋅ b) =   ⋅ 0 a a 1  ⇔  ⋅ a  (b ) = 0 a  1  ⇔  ⋅ a  (b ) = 0 a  ⇔ 1⋅ b = 0 ⇔ b = 0. 1 Dengan cara yang sama, kedua ruas dikalikan dengan , maka diperoleh a = 0 . b Dengan demikian teorema terbukti. Teorema tersebut di atas menjelaskan beberapa sifat aljabar sederhana dari sistem bilangan real. Beberapa akibat dari teorema tersebut diberikan sebagai bahan latihan soal di bagian akhir subbab ini. 4
  • 9. Pengantar Analisis Real I Operasi pengurangan (substraction) didefinisikan dengan a − b := a + (−b) untuk a, b ∈ ℝ . Sama halnya dengan operasi pembagian (division), untuk a, b ∈ ℝ a 1 dengan b ≠ 0 didefinisikan := a ⋅   . b b Untuk selanjutnya, a ⋅ b cukup dituliskan dengan ab , dan penulisan a 2 untuk aa, a 3 untuk ( a 2 ) a , dan secara umum didefinisikan a n +1 := ( a n ) a untuk n ∈ ℕ . Lebih 1 lanjut, a1 = a , dan jika a ≠ 0 , maka dapat ditulis a 0 = 1 dan a −1 untuk , dan jika a n −n 1 n ∈ ℕ , dapat ditulis a untuk   . a Bilangan Rasional dan Irrasional Telah diketahui bahwa himpunan ℕ dan ℤ adalah subset dari ℝ . Elemen ℝ yang b dapat dituliskan dalam bentuk di mana a, b ∈ ℤ dan a ≠ 0 disebut dengan bilangan a rasional (rational numbers). Himpunan semua bilangan rasional di ℝ dinotasikan dengan ℚ . Dapat ditunjukkan bahwa penjumlahan dan perkalian dua bilangan rasional adalah bilangan rasional. Lebih lanjut, sifat-sifat lapangan juga berlaku untuk ℚ . Akan tetapi, tidak semua elemen ℝ merupakan elemen ℚ , seperti 2 yang b tidak dapat dinyatakan ke dalam bentuk . Elemen ℝ yang bukan elemen ℚ disebut a bilangan irrasional (irrational numbers). Akan ditunjukkan bahwa tidak terdapat bilangan rasional yang kuadratnya adalah 2. Untuk membuktikannya digunakan istilah genap dan ganjil. Suatu bilangan asli disebut genap apabila bilangan itu mempunyai bentuk 2n untuk suatu n ∈ ℕ , dan disebut ganjil apabila bilangan itu mempunyai bentuk 2n − 1 untuk suatu n ∈ ℕ . Teorema 1.1.4. Tidak ada elemen r ∈ ℚ sedemikian hingga r 2 = 2 . 5
  • 10. Pengantar Analisis Real I Bukti. Andaikan ada r ∈ ℚ sedemikian hingga r 2 = 2 . Karena r ∈ ℚ , maka r dapat p dituliskan sebagai dengan p dan q tidak mempunyai faktor berserikat selain 1, q 2  p sehingga diperoleh   = 2 atau p 2 = 2q 2 . Karena 2q 2 genap, maka p 2 genap. q Akibatnya p juga genap, sebab jika ganjil, maka p = 2m − 1 untuk suatu m ∈ ℕ , atau p 2 = ( 2m − 1) = 4m2 − 4m + 1 = 2 ( 2m2 − 2m ) + 1 yang berarti bahwa p 2 ganjil. Jadi, p 2 haruslah genap. Karena p genap, maka p = 2k untuk suatu k ∈ ℕ , sehingga p 2 = ( 2k ) = 4k 2 . Di lain pihak diketahui p 2 = 2q 2 dan p genap, akibatnya q ganjil, 2 sebab jika q genap, maka faktor berserikat p dan q bukan 1. Jadi, q haruslah ganjil. Sehingga diperoleh p 2 = 2q 2 ⇔ 4k 2 = 2q 2 ⇔ 2k 2 = q 2 yang berarti q genap. Timbul kontradiksi bahwa q ganjil. Jadi, pengandaian salah, yang benar adalah tidak ada r ∈ ℚ sedemikian hingga r 2 = 2 . Sifat-sifat Urutan pada ℝ Sifat urutan menjelaskan tentang kepositifan (positivity) dan ketaksamaan (inequalities) di antara bilangan-bilangan real. Ada subset tak kosong P ⊂ ℝ , yang disebut dengan himpunan bilangan- bilangan real positif tegas, yang memenuhi sifat-sifat berikut: (i) Jika a, b ∈ P , maka a + b ∈ P . (ii) Jika a, b ∈ P , maka ab ∈ P . (iii) Jika a ∈ P , maka memenuhi tepat satu kondisi berikut: a∈P, a =0, −a ∈ P . Sifat pertama dan kedua pada teorema di atas menjelaskan tentang sifat tertutup P terhadap operasi penjumlahan dan perkalian. Sifat yang ketiga (iii) sering disebut Sifat Trikotomi (Trichotomy Property), sebab akan membagi ℝ ke dalam tiga jenis elemen yang berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa himpunan {− a : a ∈ P} dari bilangan 6
  • 11. Pengantar Analisis Real I real negatif tidak mempunyai elemen yang sama dengan himpunan bilangan real positif. Lebih lanjut, ℝ merupakan gabungan tiga himpunan saling asing tersebut, yaitu ℝ = P ∪ {− a : a ∈ P} ∪ {0} . Definisi 1.1.5. (i) Jika a ∈ P , ditulis a > 0 , artinya a adalah bilangan real positif. (ii) Jika a ∈ P ∪ {0} , ditulis a ≥ 0 , artinya a adalah bilangan real nonnegatif. (iii) Jika − a ∈ P , ditulis a < 0 , artinya a adalah bilangan real negatif. (iv) Jika − a ∈ P ∪ {0} , ditulis a ≤ 0 , artinya a adalah bilangan real nonpositif. Definisi 1.1.6. Diberikan a, b ∈ ℝ . (a) Jika a − b ∈ P , maka ditulis a > b atau b < a . (b) Jika a − b ∈ P ∪ {0} , maka ditulis a ≥ b atau b ≤ a . Sifat Trikotomi di atas berakibat bahwa untuk a, b ∈ ℝ memenuhi tepat satu kondisi berikut: a >b, a =b, a<b. Selanjutnya, jika a ≤ b dan b ≤ a , maka a = b . Jika a < b < c , maka artinya bahwa a < b dan b < c . Teorema 1.1.7. Diberikan sebarang a, b, c ∈ ℝ . (a) Jika a > b dan b > c , maka a > c . (b) Jika a > b , maka a + c > b + c . (c) Jika a > b dan c > 0 , maka ca > cb . Jika a > b dan c < 0 , maka ca < cb . 1 (d) Jika a > 0 , maka >0. a 1 Jika a<0, maka <0. a 7
  • 12. Pengantar Analisis Real I Bukti. (a) Diketahui a > b dan b > c , a, b, c ∈ ℝ . Karena a > b , maka a − b ∈ P . Karena b > c , maka b − c ∈ P . Menurut sifat urutan, maka a + b ∈ P , sehingga diperoleh ( a − b ) + (b + c ) ∈ P ⇔ a −b +b −c∈P ⇔ ( a − c ) + ( −b + b ) ∈ P ⇔ (a − c) + 0 ∈ P ⇔ a −c∈P ⇔ a > c. (b) Jika a − b ∈ P , maka ( a + c ) − (b − c ) = a − b ∈ P . Sehingga diperoleh bahwa a+c >b+c. (c) Jika a − b ∈ P dan c ∈ P , maka ca − cb = c ( a − b ) ∈ P . Akibatnya ca > cb untuk c > 0 . Gunakan langkah yang sama untuk c < 0 (d) Cobalah Anda buktikan sendiri. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa bilangan asli juga merupakan bilangan real positif. Sifat ini diperoleh dari sifat dasar urutan, berikut ini diberikan teoremanya. Teorema 1.1.8. (a) Jika a ∈ ℝ dan a ≠ 0 , maka a 2 > 0 . (b) 1> 0. (c) Jika n ∈ ℕ , maka n > 0 . a+b Teorema 1.1.9. Jika a, b ∈ ℝ dan a < b , maka a < < b. 2 8
  • 13. Pengantar Analisis Real I Bukti. Karena a < b , maka a + a < a + b ⇔ 2a < a + b , diperoleh a < (a + b) . Karena 2 a < b , maka a + b < b + b ⇔ a + b < 2b , diperoleh (a + b) < b . Akibatnya, dari kedua 2 a+b pernyataan di atas diperoleh bahwa a < < b. 2 Dapat ditunjukkan bahwa tidak ada bilangan real positif yang terkecil, sebab jika 1 diberikan a > 0 , dan karena > 0 , maka diperoleh 2 1 0< a < a. 2 Selanjutnya, untuk membuktikan bahwa suatu himpunan a ≥ 0 adalah sama dengan nol, maka harus ditunjukkan bahwa a selalu lebih kecil dari sebarang bilangan positif yang diberikan. Teorema 1.1.10. Jika a ∈ ℝ sedemikian hingga 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0 , maka a =0. a a Bukti. Andaikan a > 0 , maka a > > 0 . Diambil ε 0 = ( ε 0 bilangan real positif 2 2 tegas), maka a > ε 0 > 0 . Kontradiksi dengan pernyataan 0 ≤ a < ε untuk setiap ε > 0 . Jadi, pengandaian salah, yang benar adalah a = 0 . Perkalian antara dua bilangan positif hasilnya adalah positif. Akan tetapi, hasil perkalian yang positif belum tentu setiap faktornya positif. Teorema 1.1.11. Jika ab > 0 , maka berlaku (i) a > 0 dan b > 0 , atau (ii) a < 0 dan b < 0 . 9
  • 14. Pengantar Analisis Real I Akibat 1.1.12. Jika ab < 0 , maka berlaku (i) a < 0 dan b > 0 , atau (ii) a > 0 dan b < 0 . Ketaksamaan (Inequalities) Selanjutnya, akan ditunjukkan bagaimana sifat urutan dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu ketaksamaan. Perhatikan contoh di bawah ini. Contoh 1.1.13. (a) Tentukan himpunan A dari bilangan real x sedemikian hingga 2 x + 3 ≤ 6 . Jawab. Diketahui x ∈ A dan 2 x + 3 ≤ 6 , maka 3 2x + 3 ≤ 6 ⇔ 2x ≤ 3 ⇔ x ≤ . 2  3 Jadi, A =  x ∈ ℝ : x ≤  .  2 (b) Diberikan B = { x ∈ ℝ : x 2 + x > 2} . Tentukan bentuk lain dari B. Jawab. Diketahui x∈B dan x2 + x > 2 atau x2 + x − 2 > 0 atau ( x − 1)( x + 2 ) > 0 . Sehingga diperoleh bahwa (i) x − 1 > 0 dan x + 2 > 0 , atau (ii) x − 1 < 0 dan x + 2 < 0 . Untuk kasus (i) diperoleh bahwa x > 1 dan x > −2 , yang berarti x > 1 . Untuk kasus (ii) diperoleh bahwa x < 1 dan x < −2 , yang berarti x < −2 . Jadi, himpunannya adalah B = { x ∈ ℝ : x > 1} ∪ { x ∈ ℝ : x < −2} . Teorema 1.1.14. Jika a ≥ 0 dan b ≥ 0 , maka (a) a < b ⇔ a2 < b2 ⇔ a < b . (b) a ≤ b ⇔ a2 ≤ b2 ⇔ a ≤ b . 1.1.15. Ketaksamaan Bernoulli Jika x > −1 , maka (1 + x) n ≥ 1 + nx untuk semua n∈ℕ. 10
  • 15. Pengantar Analisis Real I Bukti. Akan dibuktikan menggunakan induksi. Untuk n = 1 , maka (1 + x ) ≥ 1 + 1 ⋅ x ⇔ 1 + x ≥ 1 + x (pernyataan benar). 1 Misalkan benar untuk n = k , yaitu (1 + x) k ≥ 1 + kx . Akan dibuktikan benar untuk n = k + 1 , yaitu (1 + x) k +1 = (1 + x)k (1 + x) ≥ (1 + kx )(1 + x ) = 1 + kx + x + kx 2 = 1 + ( k + 1) x + kx 2 . Karena kx 2 ≥ 0 , maka (1 + x) k +1 ≥ 1 + ( k + 1) x , yang berarti benar untuk n = k + 1 . Jadi, terbukti bahwa (1 + x) n ≥ 1 + nx untuk semua n ∈ ℕ . 1.1.16. Ketaksamaan Cauchy Jika n ∈ ℕ dan a1 ,..., an , b1 ,..., bn ∈ ℝ , maka ( a1b1 + a2b2 + ... + anbn ) ≤ ( a12 + a2 2 + ... + an 2 )( b12 + b2 2 + ... + bn 2 ) 2 atau 2  n   n  n  ∑ ai bi  ≤  ∑ ai  ∑ ai  .  i =1   i =1  i =1  2  n   n  n  Selanjutnya, jika tidak semua bi = 0 , maka  ∑ aibi  =  ∑ ai 2  ∑ bi 2  jika dan  i =1   i =1  i =1  hanya jika terdapat s ∈ ℝ sedemikian hingga a1 = sb1 , a2 = sb2 , ..., an = sbn . Bukti. Didefinisikan fungsi F : ℝ → ℝ sebagai berikut: F (t ) = ( a1 − tb1 ) + ( a2 − tb2 ) + ... + ( an − tbn ) , t ∈ ℝ . 2 2 2 Jelas bahwa F (t ) ≥ 0 , untuk setiap t ∈ ℝ . Selanjutnya, F (t ) = ( a12 − 2ta1b1 + t 2b12 ) + ( a2 2 − 2ta2b2 + t 2b2 2 ) + ... + ( an 2 − 2tan bn + t 2bn 2 ) = ( a12 + a2 2 + ... + an 2 ) − 2t ( a1b1 + a2b2 + ... + an bn ) + t 2 ( b12 + b2 2 + ... + bn 2 )  n   n   n  =  ∑ ai 2  − 2t  ∑ ai bi  + t 2  ∑ bi 2  .  i =1   i =1   i =1  11
  • 16. Pengantar Analisis Real I Ingat bahwa A + 2 Bt + Ct 2 ≥ 0 jika dan hanya jika ( 2 B ) − 4 AC ≤ 0 , yang berakibat 2 B 2 ≤ AC . Sehingga diperoleh bahwa 2  n   n  n  ∑ ai bi  ≤  ∑ ai  ∑ ai  .  i =1   i =1  i =1  Dengan demikian teorema terbukti. SOAL LATIHAN SUBBAB 1.1 1. Jika a, b ∈ ℝ , tunjukkan bahwa: (a) −(a + b) = (− a ) + (−b) . (b) (− a )(−b) = ab . (c) ( b ) = −ba jika b ≠ 0 . − a 2. Selesaikan persamaan berikut. (a) 2x + 5 = 8 . (b) x2 = 2 x . 1  1  1  3. Jika a ≠ 0 dan b ≠ 0 , tunjukkan bahwa =    . (ab)  a   b  4. Buktikan bahwa tidak ada bilangan rasional t sedemikian hingga t 2 = 3 . 1 5. Buktikan bahwa jika a > 0 , maka = a. ( ) 1 a 6. Jika a, b ∈ ℝ , tunjukkan bahwa a 2 + b 2 = 0 jika dan hanya jika a = b = 0 . 2 1  7. Buktikan bahwa  (a + b)  ≤ ( a 2 + b 2 ) , untuk semua a, b ∈ ℝ . 1 2  2 8. Tunjukkan bahwa jika a ∈ ℝ dan m, n ∈ ℕ , maka a m + n = a m a n dan (a m )n = a mn . (Gunakan induksi matematik.) 12
  • 17. Pengantar Analisis Real I 1.2. Nilai Mutlak dan Garis Bilangan Real Dari sifat Trikotomi, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika a ∈ ℝ dan a ≠ 0 , maka a atau − a merupakan bilangan real positif. Nilai mutlak dari a ≠ 0 didefinisikan sebagai nilai positif dari dua bilangan tersebut. Definisi 1.2.1. Nilai mutlak (absolute value) dari suatu bilangan real a, dinotasikan dengan |a|, didefinisikan sebagai  a jika a > 0.  a :=  0 jika a = 0. − a jika a < 0.  Sebagai contohnya, |3| = 3 dan −9 = 9 . Dapat dilihat dari definisi di atas bahwa a ≥ 0 untuk semua a ∈ ℝ , dan bahwa a = 0 jika dan hanya jika a = 0 . Juga bahwa − a = a untuk semua a ∈ ℝ . Berikut ini diberikan beberapa sifat nilai mutlak. Teorema 1.2.2. (a) ab = a b untuk semua a ∈ ℝ . a = a 2 untuk semua a ∈ ℝ . 2 (b) (c) Jika c ≥ 0 , maka a ≤ c jika dan hanya jika −c ≤ a ≤ c . (d) − a ≤ a ≤ a untuk semua a ∈ ℝ . Bukti. (a) Jika a = b = 0 , maka terbukti. Jika a > 0 dan b > 0 , maka ab > 0 , sehingga ab = ab = a b . Jika a>0 dan b < 0, maka ab < 0 , sehingga ab = − ab = a ( −b ) = a b . 13
  • 18. Pengantar Analisis Real I (b) Karena a 2 ≥ 0 , maka a 2 = a 2 = aa = a a = a . 2 (c) Jika a ≤ c , maka a ≤ c dan − a ≤ c yang berarti −c ≤ a ≤ c . Sebaliknya, jika −c ≤ a ≤ c , maka diperoleh a ≤ c dan − a ≤ c . Jadi, a ≤ c . (d) Gunakan langkah yang sama seperti pada (c) dengan mengambil c = a . Berikut ini diberikan sebuah teorema yang disebut dengan Ketaksamaan Segitiga (Triangle Inequality). 1.2.3. Ketaksamaan Segitiga Jika a, b ∈ ℝ , maka a + b ≤ a + b . Bukti. Dari Teorema 1.2.2(d), diketahui − a ≤ a ≤ a dan − b ≤ b ≤ b . Dengan menjumlahkan kedua ketaksamaan diperoleh −( a + b ) ≤ a + b ≤ a + b . Menggunakan Teorema 1.2.2.(c) diperoleh bahwa a + b ≤ a + b . Akibat 1.2.4. Jika a, b ∈ ℝ , maka (a) a − b ≤ a −b . (b) a −b ≤ a + b . Bukti. (a) Tulis a = a − b + b dan masukkan ke dalam Ketaksamaan Segitiga. Sehingga a = ( a − b ) + b ≤ a − b + b . Kurangkan kedua ruas dengan b , diperoleh a − b ≤ a − b . Gunakan cara yang sama untuk b = b − a + a , diperoleh − a − b ≤ a − b . Kombinasikan kedua ketaksamaan tersebut, diperoleh − a −b ≤ a − b ≤ a −b . Menggunakan Teorema 1.2.2(c) diperoleh bahwa a − b ≤ a − b . 14
  • 19. Pengantar Analisis Real I (b) Gantilah b pada Ketaksamaan Segitiga dengan –b, sehingga diperoleh a − b ≤ a + −b . Karena −b = b , maka diperoleh bahwa a − b ≤ a + b . Ketaksamaan segitiga di atas dapat diperluas sehingga berlaku untuk sebarang bilangan real yang banyaknya berhingga. Akibat 1.2.5. Jika a1 , a2 ,..., an adalah sebarang bilangan real, maka a1 + a2 + ... + an ≤ a1 + a2 + ... + an . Contoh 1.2.6. 2 x 2 − 3x + 1 Diberikan fungsi f yang didefinisikan dengan f ( x) = untuk x ∈ [ 2,3] . 2x −1 Tentukan konstanta M sedemikian hingga f ( x) ≤ M , untuk setiap x ∈ [ 2,3] . 2 x 2 − 3x + 1 2 x − 3x + 1 2 Diketahui f ( x) = = , 2x −1 2x −1 2 x 2 − 3 x + 1 ≤ 2 x 2 + −3 x + 1 = 2 x2 + 3 x + 1 ≤ 2 ( 3) + 3 ( 3) + 1 2 = 28 dan 2x −1 ≥ 2x − 1 ≥ 2 ( 2) − 1 = 3. 2 x 2 − 3x + 1 28 28 Sehingga f ( x) = ≤ . Jadi, dengan mengambil M = , didapat 2x −1 3 3 f ( x) ≤ M , untuk setiap x ∈ [ 2,3] . 15
  • 20. Pengantar Analisis Real I Garis Bilangan Real (The Real Line) Interpetasi geometri yang dikenal di antaranya garis bilangan real (real line). Pada garis real, nilai mutlak a dari suatu elemen a ∈ ℝ adalah jarak a ke 0. Secara umum, jarak (distance) antara elemen a dan b di ℝ adalah a − b . Perhatikan gambar berikut. -3 -2 -1 0 1 2 3 −2 − (1) = 3 Gambar 1.1. Jarak antara a = −2 dan b = 1 . Definisi 1.2.6. Diberikan a ∈ ℝ dan ε > 0 . Persekitaran- ε ( ε -neighborhood) dari a didefinisikan sebagai himpunan Vε (a ) := { x ∈ ℝ : x − a < ε } = ( a − ε , a + ε ) . Vε (a ) a −ε a a +ε Gambar 1.2. Persekitaran Vε (a ) . Dapat dilihat bahwa x ∈ Vε (a ) jika dan hanya jika a − ε < x < a + ε . Persekitaran juga sering disebut dengan kitaran. Teorema 1.2.7. Diberikan a ∈ ℝ . Jika x berada dalam persekitaran Vε (a ) untuk setiap ε > 0 , maka x = a . Bukti. Jika x memenuhi x − a < ε untuk setiap ε > 0 , maka berdasarkan Teorema 1.1.10 diperoleh bahwa x − a = 0 , yang berakibat x = 0 . 16
  • 21. Pengantar Analisis Real I SOAL LATIHAN SUBBAB 1.2 1. Jika a, b ∈ ℝ dan b ≠ 0 , tunjukkan bahwa: (a) a = a2 , a a (b) = . b b 2. Jika x, y, z ∈ ℝ dan x ≤ z , tunjukkan bahwa x ≤ y ≤ z jika dan hanya jika x− y + y−z = x−z . 3. Jika a < x < b dan a < y < b , tunjukkan bahwa x − y < b − a . 4. Carilah semua nilai x ∈ ℝ sedemikian hingga x + 1 + x − 2 = 7 . 5. Buatlah sketsa grafik persamaan y = x − x − 1 . 6. Diberikan ε > 0 dan δ > 0 , dan a ∈ ℝ . Tunjukkan bahwa Vε (a ) ∩ Vδ (a ) dan Vε (a ) ∪ Vδ (a ) merupakan persekitaran- γ dari a untuk suatu nilai γ . 7. Tunjukkan bahwa jika a, b ∈ ℝ , dan a ≠ b , maka terdapat persekiran- ε U dari a dan V dari b sedemikian hingga U ∩ V = ∅ . 8. Tunjukkan bahwa jika a, b ∈ ℝ , maka ( a + b + a − b ) dan min {a, b} = 2 ( a + b − a − b ) . 1 1 (a) max {a, b} = 2 (b) min {a, b, c} = min {min {a, b} , c} . 1.3. Sifat Lengkap ℝ Pada bagian ini akan diberikan salah satu sifat dari ℝ yang sering disebut dengan Sifat Lengkap (Completeness Property). Tetapi sebelumnya, perlu dijelaskan terlebih dahulu konsep supremum dan infimum. Supremum dan Infimum Berikut ini diperkenalkan konsep tentang batas atas dan batas bawah dari suatu himpunan bilangan real. 17
  • 22. Pengantar Analisis Real I Definisi 1.3.1. Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ . (a) Himpunan S dikatakan terbatas ke atas (bounded above) jika terdapat suatu bilangan u ∈ ℝ sedemikian hingga s ≤ u untuk semua s ∈ S . Setiap bilangan u seperti ini disebut dengan batas atas (upper bound) dari S. (b) Himpunan S dikatakan terbatas ke bawah (bounded below) jika terdapat suatu bilangan w∈ ℝ sedemikian hingga w ≤ s untuk semua s ∈ S . Setiap bilangan w seperti ini disebut dengan batas bawah (lower bound) dari S. (c) Suatu himpunan dikatakan terbatas (bounded) jika terbatas ke atas dan terbatas ke bawah. Jika tidak, maka dikatakan tidak terbatas (unbounded). Sebagai contoh, himpunan S := { x ∈ ℝ : x < 2} ini terbatas ke atas, sebab bilangan 2 dan sebarang bilangan lebih dari 2 merupakan batas atas dari S. Himpunan ini tidak mempunyai batas bawah, jadi himpunan ini tidak terbatas ke bawah. Jadi, S merupakan himpunan yang tidak terbatas. Definisi 1.3.2. Diberikan S subset tak kosong ℝ . (a) Jika S terbatas ke atas, maka suatu bilangan u disebut supremum (batas atas terkecil) dari S jika memenuhi kondisi berikut: (1) u merupakan batas atas S, dan (2) jika v adalah sebarang batas atas S, maka u ≤ v . Ditulis u = sup S . (b) Jika S terbatas ke bawah, maka suatu bilangan u disebut infimum (batas bawah terbesar) dari S jika memenuhi kondisi berikut: (1) w merupakan batas bawah S, dan (2) jika t adalah sebarang batas bawah S, maka t ≤ w . Ditulis w = inf S . Mudah untuk dilihat bahwa jika diberikan suatu himpunan S subset dari ℝ , maka hanya terdapat satu supremum, atau supremumnya tunggal. Juga dapat ditunjukkan bahwa jika u ' adalah sebarang batas atas dari suatu himpunan tak kosong 18
  • 23. Pengantar Analisis Real I S, maka sup S ≤ u ' , sebab sup S merupakan batas atas terkecil dari S. Suatu subset tak kosong S ⊂ ℝ mempunyai empat kemungkinan, yaitu (i) mempunyai supremum dan infimum, (ii) hanya mempunyai supremum, (iii) hanya mempunyai infimum, (iv) tidak mempunyai infimum dan supremum. Setiap bilangan real a ∈ ℝ merupakan batas atas dan sekaligus juga merupakan batas bawah himpunan kosong ∅ . Jadi, himpunan ∅ tidak mempunyai supremum dan infimum. Lemma 1.3.3. Suatu bilangan u merupakan supremum dari subset tak kosong S ⊂ ℝ jika dan hanya jika u memenuhi kondisi berikut: (1) s ≤ u untuk semua s ∈ S , (2) jika v < u , maka terdapat s ' ∈ S sedemikian hingga x < s ' . Lemma 1.3.4. Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ , (a) u = sup S jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat s1 ∈ S sedemikian hingga u − ε < s1 . (b) w = inf S jika dan hanya jika untuk setiap ε > 0 terdapat s2 ∈ S sedemikian hingga u − ε < s2 . Bukti. (a) ⇒ Diketahui u = sup S dan diberikan ε > 0 . Karena u − ε < u , maka u − ε bukan merupakan batas atas S. Oleh karena itu, terdapat s1 ∈ S yang lebih besar dari u − ε , sehingga u − ε < s1 . ⇐ Diketahui u − ε < s1 . Jika u merupakan batas atas S, dan jika memenuhi v < u , maka diambil ε := u − v . Maka jelas ε > 0 , dan diperoleh bahwa u = sup S . (b) Coba buktikan sendiri. 19
  • 24. Pengantar Analisis Real I Contoh 1.3.5. (a) Jika suatu himpunan tak kosong S1 mempunyai elemen sebanyak berhingga, maka dapat dilihat bahwa S1 mempunyai elemen terbesar, namakan u, dan elemen terkecil, namakan w. Maka u = sup S1 dan w = inf S1 , dan keduanya merupakan elemen S1 . (b) Himpunan S2 := { x : 0 ≤ x ≤ 1} mempunyai batas atas 1. Akan dibuktikan bahwa 1 merupakan supremumnya. Jika v < 1 , maka terdapat s ' ∈ S 2 sedemikian hingga v < s ' . Oleh karena itu, v bukan merupakan batas atas S2 dan karena v merupakan sebarang v < 1 , maka dapat disimpulkan bahwa sup S 2 = 1 . Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa inf S 2 = 0 . Sifat Lengkap ℝ Akan ditunjukkan bahwa subset tak kosong ℝ yang terbatas ke atas pasti mempunyai batas atas terkecil. Sifat seperti ini disebut Sifat Lengkap ℝ . Sifat Lengkap juga sering disebut dengan Aksioma Supremum ℝ . 1.3.6. Sifat Lengkap ℝ Jika subset tak kosong S ⊂ ℝ terbatas ke atas, maka supremumnya ada, yaitu terdapat u ∈ ℝ sedemikian hingga u = sup S . Akibat 1.3.7. Jika subset tak kosong S ⊂ ℝ terbatas ke bawah, maka infimumnya ada, yaitu terdapat w∈ ℝ sedemikian hingga w = inf S . Bukti. Misalkan himpunan T terbatas ke bawah, T ⊂ ℝ . Dibentuk himpunan S = {−t : t ∈ T } , maka S terbatas ke atas dan tidak kosong. Menurut Aksioma Supremum, sup S ada, namakan u = sup S , maka −u = inf T . 20
  • 25. Pengantar Analisis Real I SOAL LATIHAN SUBBAB 1.3 1. Diberikan S = { x ∈ ℝ : x > 0} . Apakah S mempunyai batas bawah dan batas atas? Apakah inf S dan sup S ada? Buktikan jawabanmu. { } 2. Diberikan T := 1 − ( −1) n : n ∈ ℕ . Carilah inf T dan supT . n 3. Diberikan S subset tak kosong ℝ yang terbatas ke bawah. Buktikan bahwa inf S = − sup {− s : s ∈ S } . 4. Tunjukkan bahwa jika A dan B subset terbatas dari ℝ , maka A ∪ B merupakan himpunan terbatas. Tunjukkan bahwa sup ( A ∪ B ) = sup {sup A,sup B} . 5. Diberikan S ⊆ ℝ dan misalkan s* := sup S dalam S. Jika u ∉ S , tunjukkan bahwa sup ( S ∪ {u} ) = sup {s*, u} . 6. Tunjukkan bahwa himpunan berhingga S ⊆ ℝ memuat supremumnya. 7. Jelaskan dan buktikan Lemma 1.3.3. 1.4. Penggunaan Sifat Aksioma Supremum Pada subbab ini dibahas beberapa akibat dari aksioma supremum. Teorema 1.4.1. Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ yang terbatas ke atas dan sebarang a ∈ ℝ . Didefinisikan himpunan a + S := {a + s : s ∈ S } , maka berlaku sup ( a + S ) = a + sup ( S ) . Bukti. Jika diberikan u := sup S , maka x≤u untuk semua x ∈ S , sehingga a + x ≤ a + u . Oleh karena itu, a + u merupakan batas atas dari himpunan a + S . Akibatnya sup ( a + S ) ≤ a + u . Selanjutnya, misalkan v adalah sebarang batas atas a + S , maka a + x ≤ v untuk semua x ∈ S . Akibatnya x ≤ v − a untuk semua x ∈ S , sehingga v − a merupakan batas atas S. Oleh karena itu, u = sup S ≤ v − a . Karena v adalah sebarang batas atas a + S , maka dengan mengganti v dengan u = sup S , 21
  • 26. Pengantar Analisis Real I diperoleh a + u ≤ sup ( a + S ) . Di lain pihak diketahui sup ( a + S ) ≤ a + u . Akibatnya terbukti bahwa sup ( a + S ) = a + u = a + sup S . Teorema 1.4.2. Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ yang terbatas dan sebarang bilangan real a > 0 . Didefinisikan himpunan aS := {as : s ∈ S } , maka berlaku inf ( aS ) = a inf ( S ) . Bukti. Tulis u = inf aS dan v = inf S . Akan dibuktikan bahwa u = av . Karena u = inf aS , maka u ≤ as , untuk setiap s ∈ S . Karena v = inf S , maka v ≤ s untuk setiap s ∈ S . Akibatnya av ≤ as untuk setiap s ∈ S . Berarti av merupakan batas bawah aS. Karena u batas bawah terbesar aS, maka av ≤ u . Karena u ≤ as untuk setiap s ∈ S , u u maka diperoleh ≤ s untuk setiap s ∈ S (sebab a > 0 ). Karena v = inf S , maka ≤ v a a yang berakibat u ≤ av . Di lain pihak diketahui av ≤ u . Akibatnya u = av . Jadi, terbukti bahwa inf ( aS ) = a inf ( S ) . Teorema 1.4.3. Jika A dan B subset tak kosong ℝ dan memenuhi a ≤ b untuk semua a ∈ A dan b ∈ B , maka sup A ≤ inf B . Bukti. Diambil sebarang b ∈ B , maka a ≤ b untuk semua a ∈ A . Artinya bahwa b merupakan batas atas A, sehingga sup A ≤ b . Selanjutnya, karena berlaku untuk semua b ∈ B , maka sup A merupakan batas bawah B. Akibatnya diperoleh bahwa sup A ≤ inf B . Sifat Archimedes Berikut ini diberikan salah satu sifat yang mengaitkan hubungan antara bilangan real dan bilangan asli. Sifat ini menyatakan bahwa apabila diberikan sebarang bilangan real x, maka selalu dapat ditemukan suatu bilangan asli n yang lebih besar dari x. 22
  • 27. Pengantar Analisis Real I 1.4.4. Sifat Archimedes. Jika x ∈ ℝ , maka terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga x < n . Bukti. Ambil sebarang x ∈ ℝ . Andaikan tidak ada n ∈ ℕ sedemikian hingga x < n , maka n ≤ x , untuk setiap n ∈ ℕ . Dengan kata lain, x merupakan batas atas ℕ . Jadi, ℕ ⊂ ℝ , ℕ ≠ ∅ , dan ℕ terbatas ke atas. Menurut aksioma supremum, maka sup ℕ ada, tulis u = sup ℕ . Karena u − 1 < u , maka terdapat m ∈ ℕ dengan sifat u − 1 < m . Akibatnya u < m + 1 dengan m + 1 ∈ ℕ . Timbul kontradiksi dengan u = sup ℕ . Berarti u batas atas ℕ , yaitu ada m + 1 ∈ ℕ sehingga u < m + 1 (u bukan batas atas ℕ ). Jadi, pengandaian salah, yang benar adalah ada n ∈ ℕ sedemikian hingga x < n . 1  Akibat 1.4.5. Jika S :=  : n ∈ ℕ  , maka inf S = 0 . n  Bukti. Karena S ≠ ∅ terbatas ke bawah oleh 0, maka S mempunyau infimum, tulis w := inf S . Jelas bahwa w ≥ 0 . Untuk sebarang ε > 0 , menggunakan Sifat Archimedes, 1 1 terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga < n , akibatnya < ε . Oleh karena itu, diperoleh ε n bahwa 1 0≤w≤ <ε . n Akan tetapi karena ε > 0 sebarang, maka berdasarkan Teorema 1.1.10 berakibat bahwa w = 0 . Terbukti bahwa inf S = 0 . 1 Akibat 1.4.6. Jika t > 0 , maka terdapat nt ∈ ℕ sedemikian hingga 0 < <t. nt 1  Bukti. Karena inf  : n ∈ ℕ  = 0 dan t > 0 , maka t bukan batas bawah himpunan n  1  1  : n ∈ ℕ  . Akibatnya terdapat nt ∈ ℕ sedemikian hingga 0 < < t . n  nt 23
  • 28. Pengantar Analisis Real I Akibat 1.4.7. Jika y > 0 , maka terdapat n y ∈ ℕ sedemikian hingga n y − 1 < y < n y . Bukti. Sifat Archimedes menjamin bahwa subset E y := {m ∈ ℕ : y < m} dari ℕ tidak kosong. Menggunakan Sifat Urutan, E y mempunyai elemen yang paling kecil, yang dinotasikan dengan n y . Oleh karena itu, n y − 1 bukan elemen E y . Akibatnya diperoleh bahwa n y − 1 < y < n y . Eksistensi Bilangan Real dan Densitas Bilangan Rasional di ℝ Salah satu penggunaan Sifat Supremum adalah dapat digunakan untuk memberikan jaminan eksistensi bilangan-bilangan real. Berikut ini akan ditunjukkan bahwa ada bilangan real positif x sedemikian hingga x 2 = 2 . Teorema 1.4.8. Ada bilangan real positif x sedemikian hingga x 2 = 2 . Bukti. Dibentuk himpunan S = {s ∈ ℝ : s ≥ 0 dan s 2 < 2} . Jelas bahwa S ≠ ∅ sebab 0 ∈ S dan 1 ∈ S . S terbatas ke atas dengan salah satu batas atasnya adalah 2. Jika t ≥ 2 , maka t 2 ≥ 4 . Jadi, t = 2 ∉ S . Menggunakan Aksioma Supremum, S ⊂ ℝ , S ≠ ∅ , dan S terbatas ke atas, maka S mempunyai supremum. Namakan x = sup S , dengan x ∈ ℝ . Akan dibuktikan bahwa x 2 = 2 . Andaikan x 2 ≠ 2 , maka x 2 < 2 atau x 2 > 2 . Kemungkinan I: Untuk x 2 < 2 . 1 1 Karena x 2 < 2 , maka 2 − x 2 > 0 . Karena ≤ , maka n2 n 2  1 2 1 1  x +  = x + x + 2 ≤ x + ( 2 x + 1) . 2 2  n n n n 2 − x2 Karena 2 − x 2 > 0 dan 2 x + 1 > 0 , maka > 0 . Menurut akibat Sifat Archimedes, 2x +1 dapat ditemukan n ∈ ℕ sehingga 24
  • 29. Pengantar Analisis Real I 1 2 − x2 < . n 2x + 1 Akibatnya 1 ( 2 x + 1) < 2 − x 2 n dan 2  1 1  x +  < x + ( 2 x + 1) < x + 2 − x = 2 . 2 2 2  n n 2  1 1 Diperoleh bahwa  x +  < 2 , yang berarti bahwa x + ∈ S . Kontradiksi dengan  n n x = sup S . Oleh karena itu tidak mungkin x 2 < 2 . Kemungkinan II: x 2 > 2 . Karena x 2 > 2 , maka x 2 − 2 > 0 . Perhatikan bahwa 2  1 2x 1 2x x−  = x − + 2 > x2 − . 2  m m m m Karena x 2 − 2 > 0 dan 2 x > 0 , maka dipilih m ∈ ℕ sedemikian hingga 2x 2x m> atau < x2 − 2 . x −22 m Akibatnya 2  1 > x2 − ( x2 − 2) = 2 . 2x x−  > x − 2  m m 2  1 1 1 Diperoleh bahwa  x −  > 2 . Berarti x − ∉ S , yaitu x − batas atas. Kontradiksi  m m m dengan x = sup S . Oleh karena itu, tidak mungkin x 2 > 2 . Jadi, pengandaiannya salah, yang benar adalah x 2 = 2 . 1.4.9. Teorema Densitas (The Density Theorem) Jika x, y ∈ ℝ dengan x < y , maka ada bilangan rasional q ∈ ℚ sedemikian hingga x < q < y . 25
  • 30. Pengantar Analisis Real I Bukti. Dengan tidak mengurangi keumuman (without loss of generality), diambil x > 0 . 1 Karena x < y , maka y > 0 dan y − x > 0 . Akibatnya > 0 , sehingga dapat dipilih y−x n ∈ ℕ sedemikian hingga 1 n> . y−x Untuk n di di atas, berlaku ny − nx > 1 , yaitu nx + 1 < ny . Karena nx > 0 , maka dapat dipilih m ∈ ℕ sehingga m − 1 ≤ nx < m . Bilangan m di atas juga memenuhi m < ny , sebab dari m − 1 ≤ nx diperoleh m ≤ nx + 1 < ny . Jadi nx < m < ny . m m Akibatnya untuk q = mempunyai sifat x < = q < y . Jadi, terdapat bilangan n n m rasional q = dengan sifat x < q < y . n Berikut ini diberikan akibat dari Teorema Densitas, yaitu di antara dua bilangan real pasti dapat ditemukan bilangan irrasional. Akibat 1.4.10. Jika x, y ∈ ℝ dengan x < y , maka ada bilangan irrasional r sedemikian hingga x < r < y . x y Bukti. Menggunakan Teorema Densitas, ada bilangan real dan dengan sifat 2 2 x y ada bilangan rasional q dengan sifat <q< . Akibatnya, x < q 2 < y dan q 2 2 2 merupakan bilangan irrasional. 26
  • 31. Pengantar Analisis Real I SOAL LATIHAN SUBBAB 1.4 1. Diberikan himpunan tak kosong X dan f : X → ℝ mempunyai range terbatas di ℝ . Jika a ∈ ℝ , tunjukkan bahwa: (a) sup {a + f ( x) : x ∈ X } = a + sup { f ( x) : x ∈ X } . (b) inf {a + f ( x) : x ∈ X } = a + inf { f ( x) : x ∈ X } . 2. Diberikan subset tak kosong A dan B dari ℝ . Dibentuk himpunan A + B := {a + b : a ∈ A dan b ∈ B} . Buktikan bahwa sup ( A + B ) = sup A + sup B dan inf( A + B ) = inf A + inf B . 3. Jika diberikan sebarang x ∈ ℝ , tunjukkan bahwa terdapat dengan tunggal n ∈ ℤ sedemikian hingga n − 1 ≤ x < n . 1 4. Jika y > 0 , tunjukkan bahwa terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga < y. 2n 5. Jika u > 0 adalah sebarang bilangan real dan x < y , tunjukkan bahwa terdapat bilangan rasional r sedemikian hingga x < ru < y . 1.5. Interval dalam ℝ Jika diberikan a, b ∈ ℝ dengan a < b , maka interval terbuka yang ditentukan oleh a dan b adalah himpunan ( a, b ) = { x ∈ ℝ : a < x < b} . Titik a dan b disebut titik ujung (endpoints) interval. Titik ujung tidak termuat dalam interval terbuka. Jika kedua titik ujung digabungkan ke dalam interval terbukanya, maka disebut interval tertutup, yaitu himpunan [ a, b] = { x ∈ ℝ : a ≤ x ≤ b} . Interval setengah terbuka atau setengah tertutup adalah interval yang memuat salah satu titik ujungnya. Gabungan interval terbuka dengan titik ujung a, ditulis [a, b) , dan gabungan interval terbuka dengan titik ujung b, ditulis (a, b] . Masing-masing interval tersebut terbatas dan mempunyai panjang (length) yang didefinsikan dengan b − a . Jika a = b , maka interval terbukanya berkorespondensi dengan himpunan kosong 27
  • 32. Pengantar Analisis Real I (a, a ) = ∅ , dan interval tertutupnya berkorespondensi dengan himpunan singleton [ a, a ] = {a} . Berikut ini diberikan lima jenis interval tidak terbatas. Simbol ∞ (atau +∞ ) dan −∞ digunakan sebagai simbol titik ujungnya yang tak berhingga. Interval terbuka tak terbatas adalah himpunan dengan bentuk ( a, ∞ ) := { x ∈ ℝ : x > a} dan ( −∞, b ) := { x ∈ ℝ : x < b} . Himpunan pertama tidak mempunyai batas atas dan yang kedua tidak mempunyai batas bawah. Himpunan ( a, ∞ ) sering juga disebut dengan sinar terbuka (open a ray). Diberikan interval tertutup tak terbatas, yaitu [a, ∞) := { x ∈ ℝ : a ≤ x} dan (−∞, b] := { x ∈ ℝ : x ≤ b} . Himpunan [a, ∞) sering disebut dengan sinar tertutup (close a ray). Himpunan ℝ dapat dituliskan sebagai ( −∞, ∞ ) := ℝ . Perhatikan bahwa ∞ dan −∞ bukan elemen ℝ . 1.5.1. Teorema Karakteristik Interval Jika S adalah subset ℝ yang memuat paling sedikit dua titik dan mempunyai sifat: jika x, y ∈ S dan x < y , maka [ x, y ] ⊆ S , maka S merupakan suatu interval. Interval Susut (Nested Intervals) Telah diketahui bahwa barisan adalah fungsi f : ℕ → A ≠ ∅ . Jika A adalah himpunan interval-interval, maka terbentuk barisan interval {I n }n≥1 . Untuk mempersingkat penulisan, barisan { I n }n ≥1 cukup ditulis I n . Definisi 1.5.2. (Interval Susut) Barisan I n , n ∈ ℕ dikatakan interval susut (nested intervals) jika I1 ⊇ I 2 ⊇ I 3 ... ⊇ I n ⊇ I n +1 ⊇ ... . 28
  • 33. Pengantar Analisis Real I Contoh 1.5.3.  1  1  1 (1) Diberikan I n = 0,  , n ∈ ℕ . Yaitu I1 = [ 0,1] , I 2 = 0,  , I 3 =  0,  , ....  n  2  3 ∞ Maka I1 ⊇ I 2 ⊇ I 3 ⊇ ... (nested) dan ∩ I = {0} (mempunyai titik berserikat). n n =1  1 (2) Diberikan I n =  0,  , n ∈ ℕ . Diperoleh bahwa I n ⊃ I n +1 , untuk setiap n ∈ ℕ .  n ∞ Tetapi ∩I n = ∅ . Jadi, interval susut belum tentu mempunyai titik berserikat. n =1 ∞ Sebab, andaikan terdapat x ∈ ∩ I n , maka x ∈ I n untuk setiap n ∈ ℕ . Karena n =1 1 x > 0 , maka terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga < x . Kontradiksi dengan n ∞ pengandaian. Jadi pengandaian salah, yang benar adalah ∩I n = ∅. n =1  1  1  1 (3) Diberikan I n = 0,1 +  , maka I1 = [ 0, 2] , I 2 = 0,1  , I 2 = 0,1  , ....  n  2  3 ∞ Diperoleh ∩ I = [0,1] ≠ ∅ . n (Ada tak hingga banyak ξ ∈ [ 0,1] ). Perhatikan n =1  1  bahwa inf 1 + : n ∈ ℕ  = 1 .  n  1.5.4. Sifat Interval Susut (Nested Interval Property) Jika I n = [ an , bn ] , n ∈ ℕ interval tertutup terbatas dan I n ⊇ I n +1 untuk setiap n ∈ ℕ (interval susut), maka ∞ ∩I n ≠∅, n =1 yaitu terdapat ξ ∈ ℝ sedemikian hingga ξ ∈ I n untuk setiap n ∈ ℕ . Selanjutnya, jika panjang I n = bn − an memenuhi inf {bn − an : n ∈ ℕ} = 0 , maka elemen berserikat ξ tersebut tunggal. 29
  • 34. Pengantar Analisis Real I Bukti. Dibentuk himpunan A = {an : n ∈ ℕ} . Jelas A ≠ ∅ sebab a1 ∈ A , dan A ⊂ ℝ . Himpunan A terbatas ke atas, sebab I n ⊇ I n +1 untuk setiap n ∈ ℕ . Sehingga diperoleh bahwa an ≤ bn untuk setiap n ∈ ℕ , yang berarti b1 batas atas A. Menggunakan Sifat Lengkap ℝ , maka supremum A ada, yaitu terdapat ξ ∈ ℝ sedemikian hingga ξ = sup A . Jelas bahwa am ≤ ξ untuk setiap m ∈ ℕ . Selanjutnya, untuk sebarang m, n ∈ ℕ berlaku an ≤ an + m ≤ bn + m ≤ bm atau an ≤ bm . Hal ini berakibat sup {an : n ∈ ℕ} ≤ bm atau ξ ≤ bm . Karena am ≤ ξ dan ξ ≤ bm , maka diperoleh am ≤ ξ ≤ bm untuk setiap m ∈ ℕ , berarti ξ ∈ I n = [ an , bn ] , untuk setiap n ∈ ℕ . Sehingga ∞ ξ ∈ ∩ In , n =1 ∞ yang berakibat ∩I n ≠ ∅ . Jika η = inf {bn : n ∈ ℕ} , maka dengan cara yang sama n =1 (sebelumnya), diperoleh η ∈ I m untuk setiap m ∈ ℕ . Sehingga diperoleh ∞ η ∈ ∩ In . n =1 Akan dibuktikan ketunggalannya, yaitu η = ξ . Diambil sebarang ε > 0 . Jika inf {bn − an : n ∈ ℕ} = 0 , maka terdapat n0 ∈ ℕ sehingga 0 ≤ η − ξ ≤ bn0 − an0 < ε atau 0 ≤ η − ξ < ε . Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka η − ξ = 0 atau η = ξ . Jadi, terbukti bahwa ∞ η = ξ ∈ ∩ I n tunggal. n =1 30
  • 35. Pengantar Analisis Real I Himpunan Terhitung (Countable) Diberikan J n = {1, 2,3,..., n} , n ∈ ℕ . Dua himpunan A dan B dikatakan ekuivalen, ditulis A ∼ B jika ada fungsi bijektif f : A → B . Contoh: 1. Misalkan A = {1, 2,3} dan B = {a, b, c} , maka A ∼ B . 2. Misalkan f : A → C dengan C = {w, x, y, z} , maka A ∼ C . Suatu himpunan dikatakan tak berhingga (infinite) jika himpunan tersebut ekuivalen dengan salah satu himpunan bagian sejatinya. Jika tidak demikian, maka himpunan tersebut dikatakan berhingga (finite), yaitu ekuivalen dengan J n . Contoh: 1. Himpunan A = {1, 2,3} berhingga. 2. ℕ = {1, 2,3,...} , T = {2, 4, 6,...} ⊂ ℕ . fungsi f :ℕ →T n ֏ f ( n) = 2n Jadi, ℕ tak berhingga, T juga tak berhingga. Suatu himpunan D dikatakan denumerable jika D ∼ ℕ . Suatu himpunan dikatakan terhitung (countable) jika himpunan tersebut berhingga atau denumerable. Jika tidak, maka dikatakan himpunan tak terhitung (uncountable atau non denumerable), yaitu himpunan yang tidak ekuivalen dengan ℕ . Jika himpunan A terhitung, maka A dapat disajikan sebagai A = { x1 , x2 , x3 ,...} dengan xi ≠ x j untuk i ≠ j . Contoh: 1. Himpunan ∅ terhitung berhingga. 2. Himpunan ℕ terhitung tak berhingga. 3. Himpunan A = {1, 2,3} terhitung berhingga. Dapat ditunjukkan bahwa ℝ merupakan himpunana tak terhitung. Untuk membuktikannya cukup hanya dengan membuktikan I = [ 0,1] tak terhitung. Berikut ini diberikan teoremanya. 31
  • 36. Pengantar Analisis Real I Teorema 1.5.5. Himpunan I = [ 0,1] tak terhitung. Bukti. Andaikan I terhitung, maka dapat ditulis dengan I = { x1 , x2 , x3 ,..., xn ,...} . Dikonstruksikan barisan interval tertutup, terbatas, susut (nested), dan inf {bn − an : n ∈ ℕ} = 0 . Interval I = [ 0,1] dibagi menjadi tiga sama panjang, yaitu 0, 1  ,  1 , 2  , dan  2 ,1 .  3  3 3  3  Titik x1 ∈ I termuat dalam paling banyak dua sub interval. Pilih sub interval yang tidak memuat x1 , namakan I1 = [ a1 , b1 ] . Jadi, x1 ∉ I1 . Selanjutnya, I1 dibagi menjadi tiga sama panjang, yaitu  a1 , a1 + 1  ,  a1 + 1 , a1 + 2  , dan  a1 + 2 , b1  .  9  9 9  9  Kemudian pilih sub interval yang tidak memuat x2 , namakan I1 = [ a2 , b2 ] . Jadi, x2 ∉ I 2 . Jika proses diteruskan, diperoleh barisan interval tertutup, terbatas, 1  I1 ⊃ I 2 ⊃ I 3 ⊃ ... ⊃ I n dengan inf {bn − an : n ∈ ℕ} = inf  ℕ  . Menggunakan sifat 3  ∞ Nested Interval, maka terdapat dengan tunggal y ∈ ∩ I n . Berarti y ∈ I , yaitu y = xn n =1 ∞ untuk suatu n ∈ ℕ . Akibatnya xn ∈ ∩ I n , yaitu xn ∈ I n . Sedangkan dari konstruksi n =1 diperoleh xn ∉ I n . Timbul kontradiksi, yang benar adalah I = [ 0,1] tak terhitung, sehingga ℝ juga tak terhitung. Teorema Bolzano-Weierstrass Sebelum dijelaskan tentang Teorema Bolzano-Weierstrass, terlebih dahulu dijelaskan mengenai titik cluster. Berikut diberikan definisinya. 32
  • 37. Pengantar Analisis Real I Definisi 1.5.6. (Titik Cluster) Diberikan subset tak kosong S ⊂ ℝ . Titik x ∈ ℝ disebut titik cluster (cluster points) jika setiap persekitaran Vε ( x) = ( x − ε , x + ε ) memuat paling sedikit satu titik anggota S yang tidak sama dengan x. Titik cluster sering disebut dengan titik akumulasi atau titik limit. Dengan kata lain, x titik cluster S jika untuk setiap ε > 0 berlaku (Vε ( x) ∩ S ) − { x} ≠ ∅ atau (Vε ( x) − { x} ) ∩ S ≠ ∅ . Ekuivalen dengan mengatakan bahwa x titik cluster S jika untuk setiap n ∈ ℕ , 1 terdapat sn ∈ S sedemikian hingga 0 < sn − x < . n Contoh 1.5.7. (1) Diberikan S = ( 0, 2 ) . Apakah 0 merupakan titik cluster? Jawab. Diambil ε > 0 , maka Vε ( 0 ) = ( 0 − ε , 0 + ε ) = ( −ε , ε ) . Menggunakan Teorema Densitas, maka 0 merupakan titik cluster S dan 0 ∉ S . Demikian juga 1 1 bahwa merupakan titik cluster S dan ∈ S . 2 2 (2) Diberikan A = [1, 2] ∪ {4} . Apakah 4 titik cluster? Jawab. Persekitaran- ε dari 4 adalah Vε ( 4 ) = ( 4 − ε , 4 + ε ) . Misal diambil 1  1 1  1 1 ε = , maka Vε ( 4 ) =  4 − , 4 +  =  3 , 4  . Sehingga diperoleh bahwa 2 2  2   2 2   1 1  3 , 4  ∩ [1, 2] − {4} = ∅ . Jadi, 4 bukan titik cluster.  2 2 1   1 1 1  (3) Diberikan B =  : n ∈ ℕ  = 1, , , ,... . Tunjukkan bahwa 0 titik cluster B n   2 3 4  dengan 0 ∉ B . Jawab. Menggunakan Sifat Archimedes, jika diberikan sebarang ε > 0 , maka 1 terdapat n ∈ ℕ sedemikian hingga 0 < <ε . Persekitaran titik 0 adalah n 33
  • 38. Pengantar Analisis Real I 1 Vε ( 0 ) = ( −ε , ε ) . Jika dipilih ε sangat kecil, maka 0 < < ε . Jadi, 0 merupakan n titik cluster B dengan 0 ∉ B . 1.5.8. Teorema Bolzano-Weierstrass Setiap subset ℝ yang tak berhingga (infinite) dan terbatas, mempunyai paling sedikit satu titik cluster. Bukti. Diberikan sebarang subset S ⊂ ℝ tak berhingga dan terbatas. Karena S terbatas, maka terdapat interval I1 = [ a, b] dengan panjang L ( I1 ) = b − a . Kemudian bagilah I1  a +b a + b  menjadi dua bagian, yaitu  a,  dan  2 , b  . Karena S tak berhingga, maka  2    salah satu interval tersebut memuat tak hingga banyak titik anggota S, sebab apabila keduanya memuat berhingga banyak anggota S, maka berarti himpunan S berhingga. Namakan bagian yang memuat tak hingga banyak titik anggota S dengan I 2 . b−a Panjangnya L ( I 2 ) = . Selanjutnya, I 2 dibagi menjadi dua bagian seperti langkah 2 di atas, maka salah satu bagian memuat tak hingga banyak anggota S. Namakan bagian b−a tersebut dengan I 3 . Panjangnya L ( I 3 ) = . Apabila proses diteruskan, maka 22 diperoleh barisan interval susut (nested) I1 ⊃ I 2 ⊃ I 3 ⊃ ... ⊃ I n ⊃ .... ∞ ∞ Menurut Sifat Interval Susut, maka ∩I n ≠ ∅ , atau terdapat x ∈ ∩ I n . n =1 n =1 Akan ditunjukkan bahwa x titik cluster S. Diambil sebarang ε > 0 , maka terdapat n ∈ ℕ b−a sedemikian hingga < ε , dan persekitarannya Vε ( x ) = ( x − ε , x + ε ) . Karena x ∈ I n 2n −1 b−a dan L ( I n ) = < ε , maka I n ⊆ Vε ( x ) . Karena I n memuat tak hingga banyak titik 2n −1 anggota S, maka Vε ( x ) memuat tak hingga banyak titik anggota S yang tidak sama dengan x. Jadi, x merupakan titik cluster S. 34
  • 39. Pengantar Analisis Real I Himpunan Terbuka dan Tertutup Definisi 1.5.9. (i) Himpunan G ⊆ ℝ dikatakan terbuka dalam ℝ jika untuk setiap x ∈ G , terdapat persekitaran Vε ( x ) sedemikian hinnga Vε ( x ) ⊂ G . (ii) Himpunan F ⊆ ℝ dikatakan tertutup dalam ℝ jika komplemen F, yaitu F c terbuka dalam ℝ . Contoh 1.5.10. (1) Himpunan ℝ = ( −∞, ∞ ) terbuka, sebab untuk setiap x ∈ ℝ , terdapat V1 ( x) = ( x − 1, x + 1) ⊂ ℝ .  x x − 1 (2) Himpunan A = ( 0,1) terbuka, sebab jika diambil ε = min  ,  untuk 2 2  setiap x ∈ A , maka Vε ( x ) = ( x − ε , x + ε ) ⊂ A . (3) Himpunan B = [1, 2] tertutup, sebab jika diambil x = 1 , maka untuk setiap ε > 0 , Vε (1) = (1 − ε ,1 + ε ) ⊄ B dan 1 − ε ∉ B . Dapat ditunjukkan juga bahwa B c terbuka, yaitu B c = ( −∞,1) ∪ ( 2, ∞ ) terbuka. 1.5.11. Sifat Himpunan Terbuka (a) Jika A himpunan indeks (berhingga atau tak berhingga) dan Gx terbuka untuk setiap λ ∈ A , maka ∪ Gλ terbuka. λ ∈A n (b) Jika G1 , G2 ,..., Gn masing-masing merupakan himpunan terbuka, maka ∩G i i =1 terbuka. Bukti. (a) Namakan G = ∪ Gλ . Diambil sebarang x ∈ G , maka terdapat λ0 ∈ A λ∈ A sedemikian hingga x ∈ Gλ0 . Karena Gλ0 terbuka, maka terdapat 35
  • 40. Pengantar Analisis Real I Vε ( x ) ⊂ G0 ⊂ G . Jadi, terbukti bahwa untuk setiap x ∈ G , terdapat Vε ( x ) ⊂ G , yang berarti G = ∪ Gλ terbuka. λ∈ A n (b) Namakan H = ∩ Gi . Akan ditunjukkan bahwa H terbuka. Diambil sebarang i =1 x ∈ H , maka x ∈ Gi , i = 1, 2,..., n . Karena x ∈ G1 dan G1 terbuka, maka terdapat ε1 > 0 sehingga Vε1 ( x ) ⊂ G1 . Karena x ∈ G2 dan G2 terbuka, maka terdapat ε 2 > 0 sehingga Vε 2 ( x ) ⊂ G2 . Demikian seterusnya. Karena x ∈ Gn dan Gn terbuka, maka terdapat ε n > 0 sehingga Vε n ( x ) ⊂ Gn . Namakan ε = min {ε1 , ε 2 ,..., ε n } , jelas bahwa ε > 0 . Maka Vε ( x ) ⊂ Vεi ( x ) ⊂ Gi n untuk setiap i = 1, 2,..., n , yang berakibat bahwa Vε ( x ) ⊂ H = ∩ Gi . Jadi, i =1 n terbukti bahwa ∩G i terbuka. i =1 Berikut ini diberikan akibat dari sifat himpunan terbuka, yaitu sifat untuk himpunan tertutup. Akibat 1.5.12. (a) Jika A himpunan indeks (berhingga atau tak berhingga) dan Gx tertutup untuk setiap λ ∈ A , maka ∪ Gλ tertutup. λ ∈A (b) Jika G1 , G2 ,..., Gn masing-masing merupakan himpunan tertutup, maka n ∪G i tertutup. i =1 36
  • 41. Pengantar Analisis Real I SOAL LATIHAN SUBBAB 1.5 1. Jika I := [ a, b ] dan I ′ := [ a′, b′] interval tertutup dalam ℝ , tunjukkan bahwa I ⊆ I ′ jika dan hanya jika a′ ≤ a dan b ≤ b′ . 2. Jika S ⊆ ℝ tidak kosong, tunjukkan bahwa S terbatas jika dan hanya terdapat interval tertutup terbatas I sedemikian hingga S ⊆ I . 3. Jika S ⊆ ℝ tidak kosong dan terbatas, dan I S := [inf S ,sup S ] , tunjukkan bahwa S ⊆ I S . Selanjutnya, jika J adalah sebarang interval tertutup terbatas yang memuat S, tunjukkan bahwa I S ⊆ J . ∞ 4. Diberikan K n := ( n, ∞ ) untuk n ∈ ℕ . Buktikan bahwa ∩K n = ∅. n =1 5. Jika S himpunan terbatas di ℝ dan T ⊂ S tidak kosong, buktikan bahwa inf S ≤ inf T ≤ sup T ≤ sup S . 6. Buktikan Akibat 1.5.1.2.(b). 37
  • 42. Pengantar Analisis Real I BAB 2 BARISAN DAN DERET Pada bab ini dibahas mengenai pengertian barisan dan deret. Selanjutnya, dibahas tentang limit dan konvergensi dari suatu barisan. Di antaranya adalah Teorema Konvergen Monoton, Teorema Bolzano-Weierstrass, dan Kriteria Cauchy untuk barisan yang konvergen. 2.1. Barisan dan Limit Barisan Barisan (sequence) pada himpunan S adalah suatu fungsi dengan domain ℕ dan mempunyai range dalam S. Pada subbab ini akan dibahas mengenai barisan di ℝ dan konvergensi dari suatu barisan. Definisi 2.1.1. Barisan bilangan real adalah suatu fungsi yang didefinisikan pada himpunan ℕ dengan range dalam ℝ . Dengan kata lain, barisan dalam ℝ mengawankan setiap bilangan asli n = 1, 2,3,... kepada suatu bilangan real. Jika X : ℕ → ℝ merupakan barisan, maka biasanya dituliskan dengan nilai dari X pada n dengan notasi xn . Barisan sering dinotasikan dengan X atau ( xn ) atau ( xn : n ∈ ℕ ) atau { xn } atau { xn }n≥1 . Apabila diketahui suatu barisan Y, artinya Y = ( yk ) . Contoh 2.1.2. (a) Barisan ( xn ) dengan xn = ( −1) adalah barisan −1,1, −1,1, −1,1,..., ( −1) ,... . n n 1  1  1 1 1 1 (b) Barisan ( xn ) dengan xn = n ,  n : n ∈ ℕ  = , , ,..., n ,... . 2 2  2 4 8 2 (c) Barisan konstan ( kn ) dengan kn = 3 adalah 3, 3, 3,3,.... . 38
  • 43. Pengantar Analisis Real I  n  1 2 3 n (d) Barisan   = , , ,..., ,... .  n +1 2 3 4 n +1 Definisi 2.1.3. Diberikan barisan bilangan real ( xn ) dan ( yn ) , dan α ∈ ℝ . Maka dapat didefinisikan (i) ( xn ) ± ( yn ) = ( xn ± yn ) . (ii) α ( xn ) = (α xn ) . (iii) ( xn ) ⋅ ( yn ) = ( xn ⋅ yn ) . ( xn ) =  xn  , asalkan yn ≠ 0 . ( yn )  yn   (iv)  Definisi 2.1.4. (Limit Barisan) Diketahui ( xn ) barisan bilangan real. Suatu bilangan real x dikatakan limit barisan ( xn ) jika untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku xn − x < ε . Jika x adalah limit suatu barisan ( xn ) , maka dikatakan ( xn ) konvergen ke x, atau ( xn ) mempunyai limit x. Dalam hal ini ditulis lim ( xn ) = x atau lim ( xn ) = x atau n →∞ xn → x . Jika ( xn ) tidak konvergen, maka ( xn ) dikatakan divergen. Teorema 2.1.5. Jika barisan ( xn ) konvergen, maka ( xn ) mempunyai paling banyak satu limit (limitnya tunggal). Bukti. Andaikan lim ( xn ) = x′ dan lim ( xn ) = x′′ dengan x′ ≠ x′′ . Maka untuk sebarang n →∞ n →∞ ε > 0 terdapat K ′ sedemikian hingga xn − x′ < ε 2 untuk setiap n ≥ K ′ , dan terdapat K ′′ sedemikian hingga xn − x′′ < ε untuk setiap n ≥ K ′′ . Dipilih K = max { K ′, K ′′} . 2 Menggunakan Ketaksamaan Segitiga, maka untuk n ≥ K diperoleh 39
  • 44. Pengantar Analisis Real I x′ − x′′ = x′ − xn + xn − x′′ = x′ − xn + xn − x′′ < ε + ε = ε. 2 2 Karena berlaku untuk setiap ε > 0 , maka x′ − x′′ = 0 yang berarti x′ = x′′ . Kontradiksi dengan pengandaian. Jadi, terbukti bahwa limitnya tunggal. Teorema 2.1.6. Jika ( xn ) barisan bilangan real dan x ∈ ℝ , maka empat pernyataan berikut ekuivalen. (a) Barisan ( xn ) konvergen ke x. (b) Untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K berlaku xn − x < ε . (c) Untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K berlaku x − ε < xn < x + ε . (d) Untuk setiap persekitaran Vε ( x ) dari x , terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K berlaku xn ∈ Vε ( x ) . Bukti. (a) ⇒ (b) Jelas (dari definisi). (b) ⇒ (c) xn − x < ε ⇔ −ε < xn − x < ε ⇔ x − ε < xn < x + ε . (c) ⇒ (d) x − ε < xn < x + ε ⇔ xn ∈ ( x − ε , x + ε ) ⇔ xn ∈ Vε ( x ) . (d) ⇒ (a) xn ∈ Vε ( x ) ⇔ x − ε < xn < x + ε ⇔ xn − x < ε . Contoh 2.1.7. 1 (a) Tunjukkan bahwa lim = 0. n →∞ n 40
  • 45. Pengantar Analisis Real I ( xn ) =  1 1 Jawab. Akan ditunjukkan bahwa   konvergen ke 0, yaitu → 0 . Harus n n dibuktikan bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga untuk 1 setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku −0 <ε . n 1 Ambil sebarang ε > 0 , maka > 0 . Menurut Sifat Archimedes, maka terdapat ε 1 1 K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga < K ( ε ) , atau < ε . Akibatnya untuk setiap ε K (ε ) 1 1 1 1 n ≥ K ( ε ) berlaku −0 = = ≤ < ε . Jadi, terbukti bahwa untuk setiap ε > 0 n n n K (ε ) terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku 1 1 − 0 < ε , atau lim = 0 . n n →∞ n 1 (b) Tunjukkan bahwa lim = 0. n →∞ n2 Jawab. Akan ditunjukkan bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian 1 hingga untuk setiap n ∈ ℕ dengan n ≥ K ( ε ) berlaku − 0 < ε . Diambil sebarang n2 1 1 ε > 0 , maka ε 2 > 0 , akibatnya 1 > 0 . Menurut Sifat Archimedes, terdapat ε 2 1 1 1 K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga < K ( ε ) atau 1 < ε 2 , diperoleh <ε . ε 1 2 K (ε ) K (ε ) 2 1 1 1 Akibatnya untuk setiap n ≥ K ( ε ) berlaku −0 = 2 ≤ < ε . Jadi, terbukti K (ε ) 2 2 n n bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ( ε ) ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ∈ ℕ 1 1 dengan n ≥ K ( ε ) berlaku 2 − 0 < ε , atau lim 2 = 0 . n n →∞ n 41
  • 46. Pengantar Analisis Real I Contoh 2.1.8. Tunjukkan bahwa (( −1) ) divergen. n Jawab. Andaikan (( −1) ) konvergen, berarti terdapat bilangan real x sehingga untuk n setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K berlaku ( −1) − x < 1 . Untuk n ≥ K dan n genap, maka ( −1) = 1 , diperoleh n n 1 − x < 1 ⇔ −1 < 1 − x < 1 , yang berakibat x > 0 . Untuk n ≥ K dan n ganjil, maka ( −1) = −1 , diperoleh n −1 − x < 1 ⇔ −1 < −1 − x < 1 , yang berakibat x < 0 . Timbul kontradiksi, yaitu x > 0 dan x < 0 . Jadi pengandaian salah, yang benar (( −1) ) divergen. n Teorema 2.1.9. Diberikan barisan bilangan real X = ( xn : n ∈ ℕ ) dan m ∈ ℕ . Maka X m = ( xm + n : n ∈ ℕ ) konvergen jika dan hanya jika X konvergen. Dalam hal ini lim X m = lim X . Bukti. Perhatikan bahwa untuk sebarang p ∈ ℕ , elemen ke-p dari X m adalah elemen ke- ( p + m ) dari X. Sama halnya, jika q > m , maka bentuk elemen ke-q dari X m adalah elemen ke- ( q − m ) dari X. Diasumsikan bahwa X konvergen ke x. Diberikan sebarang ε > 0 , pada barisan X untuk n ≥ K (ε ) berlaku xn − x < ε , maka pada X m untuk k ≥ K (ε ) − m berlaku xk − x < ε . Dapat diambil K m (ε ) = K (ε ) − m , sehingga X m konvergen ke x. Sebaliknya, jika pada X m untuk k ≥ K m (ε ) berlaku xk − x < ε , maka pada X untuk n ≥ K (ε ) + m berlaku xn − x < ε . Dapat diambil K (ε ) = K m (ε ) + m . Dengan demikian terbukti bahwa X konvergen ke x jika dan hanya jika X m konvergen ke x. 42
  • 47. Pengantar Analisis Real I Teorema 2.1.10. Diberikan barisan bilangan real ( xn ) dan x ∈ ℝ . Jika ( an ) adalah suatu barisan bilangan real positif dengan lim ( an ) = 0 dan jika untuk c > 0 dan m ∈ ℕ berlaku xn − x ≤ can untuk semua n ≥ m , maka lim ( xn ) = x . Bukti. Diambil ε > 0 , maka ε c > 0 . Karena lim ( an ) = 0 , maka terdapat K ε ( c )∈ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K ε ( c) berlaku an − 0 < ε . Akibatnya untuk c setiap n ≥ K ε ( c) berlaku xn − x ≤ c an < c ⋅ ε c = ε atau xn − x < ε . Terbukti bahwa lim ( xn ) = x . 1 Contoh 2.1.11. Jika a > 0 , tunjukkan bahwa lim = 0. n →∞ 1 + na Jawab. Karena a > 0 , maka 0 < na < 1 + na yang berakibat bahwa 1 1 1 1 0< < = ⋅ untuk setiap n ∈ ℕ . 1 + na na n a Diperoleh 1 1 1 1 1 1 −0 = < ⋅ = ⋅ untuk setiap n ∈ ℕ . 1 + na 1 + na n a a n 1 Karena telah diketahui bahwa lim = 0 , maka menurut Teorema 2.1.10 dan dengan n →∞ n 1 1 mengambil c = > 0 berakibat bahwa lim = 0. a n →∞ 1 + na 43
  • 48. Pengantar Analisis Real I SOAL LATIHAN SUBBAB 2.1 1. Tuliskan lima bilangan pertama dari barisan ( xn ) untuk xn berikut. ( −1) n (a) xn := . n 1 (b) xn := . n +2 2 2. Tentukan rumus ke-n untuk barisan berikut. (a) 5, 7, 9, 11, .... 1 1 1 1 (b) , − , , − ,.... 2 4 8 16 b 3. Untuk sebarang b ∈ ℝ , buktikan bahwa lim   = 0 . n 4. Tunjukkan (menggunakan definisi limit barisan).  2n  (a) lim   = 2.  n +1  n2 −1  1 (b) lim  2 = .  2n + 3  2 5. Tunjukkan bahwa lim ( xn ) = 0 jika dan hanya jika lim ( xn ) = 0 . 6. Tunjukkan bahwa jika xn ≥ 0 untuk semua n ∈ ℕ dan lim ( xn ) = 0 , maka lim ( x ) =0. n 7. Buktikan bahwa jika lim ( xn ) = x dan jika x > 0 , maka terdapat M ∈ ℕ sedemikian hingga xn > 0 untuk semua n ≥ M . 1 1  8. Tunjukkan bahwa lim  − =0.  n n +1  n2  9. Tunjukkan bahwa lim   = 0 .  n!  10. Jika lim ( xn ) = x > 0 , tunjukkan bahwa terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga jika 1 n ≥ K , maka x < xn < 2 x . 2 44
  • 49. Pengantar Analisis Real I 2.2. Teorema-teorema Limit Pada subbab ini akan dibahas mengenai beberapa teorema yang berkaitan dengan limit pada barisan bilangan real, seperti barisan terbatas dan kekonvergenan barisan. Definisi 2.2.1. Barisan bilangan real X = ( xn ) dikatakan terbatas jika terdapat bilangan real M > 0 sedemikian hingga xn ≤ M untuk semua n ∈ ℕ . Oleh karena itu, barisan ( xn ) terbatas jika dan hanya jika himpunan { xn : n ∈ ℕ} merupakan subset terbatas dalam ℝ . Teorema 2.2.2. Jika X = ( xn ) konvergen, maka X = ( xn ) terbatas. Bukti. Diketahui X = ( xn ) konvergen, misalkan konvergen ke x. Diambil ε = 1 , maka terdapat K ∈ℕ sedemikian hingga untuk setiap n≥K berlaku xn − x < 1 . Menggunakan akibat Ketaksamaan Segitiga, maka xn − x < 1 atau xn < 1 + x untuk semua n ≥ K . Namakan M = max { x1 , x2 ,..., xk −1 , x + 1} , maka xn ≤ M , untuk semua n ∈ ℕ . Jadi, terbukti bahwa X = ( xn ) terbatas. Teorema 2.2.3. Jika X = ( xn ) → x , Y = ( yn ) → y , dan c ∈ ℝ , maka (i) X ±Y → x + y . (ii) X ⋅ Y → xy . (iii) cX → cx . Bukti. (i) Ambil sebarang ε > 0 . Karena X = ( xn ) → x , maka terdapat n0 ∈ ℕ sedemikian ε hingga untuk setiap n ≥ n0 berlaku xn − x < . Karena Y = ( yn ) → y , maka 2 45
  • 50. Pengantar Analisis Real I ε terdapat n1 ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ n1 berlaku yn − y < . Pilih 2 n2 = max {n0 , n1} , maka akibatnya untuk n ≥ n2 berlaku xn + yn − ( x − y ) = ( xn − x ) + ( yn − y ) ε ε ≤ xn − x + yn − y < + = ε. 2 2 Karena berlaku untuk sebarang ε > 0 , maka ( xn + yn ) konvergen ke x + y . Dengan cara yang sama diperoleh bahwa ( xn − yn ) konvergen ke x − y . Jadi, terbukti bahwa X ± Y → x + y . (ii) Akan dibuktikan bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K berlaku xn yn − xy < ε . Diketahui xn yn − xy = xn yn − xn y + xn y − xy ≤ xn yn − xn y + xn y − xy = xn yn − y + xn − x y . Karena ( xn ) → x , maka ( xn ) terbatas, akibatnya terdapat M 1 > 0 sedemikian hingga xn ≤ M 1 , untuk semua n ∈ ℕ . Namakan M = max {M 1 , y } . Diambil sebarang ε > 0 . Karena ( xn ) → x , maka terdapat K1 ∈ ℕ sedemikian hingga ε untuk setiap n ≥ K1 berlaku xn − x < . Karena ( yn ) → y , maka terdapat 2M ε K 2 ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K 2 berlaku yn − y < . Namakan 2M K = max { K1 , K 2 } , maka untuk setiap n ≥ K berlaku xn yn − xy ≤ xn yn − y + xn − x y ε ε ε ε < M. + .M = + = ε. 2M 2M 2 2 Jadi, terbukti bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n≥K berlaku xn yn − xy < ε . Dengan kata lain, terbukti bahwa X ⋅ Y → xy . 46
  • 51. Pengantar Analisis Real I (iii) Ambil sebarang ε > 0 . Karena ( xn ) → x , maka terdapat K ∈ ℕ sedemikian ε hingga untuk setiap n ≥ K berlaku xn − x < . Perhatikan bahwa 2 cxn − x = cxn − xn + xn − x ≤ cxn − xn + xn − x = xn c − 1 + xn − x . Karena ( xn ) → x , maka ( xn ) terbatas, yaitu terdapat M > 0 sedemikian hingga xn ≤ M , untuk semua n ∈ ℕ . Akibatnya ε ε xn c − 1 + xn − x < M . c − 1 + = ( M . c −1 ) + <ε . 2 2 Terbukti bahwa untuk setiap ε > 0 terdapat K ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K berlaku cxn − x < ε . Dengan kata lain, terbukti bahwa cX → cx . Teorema 2.2.4. Jika X = ( xn ) → x dan Z = ( zn ) → z ≠ 0 dengan zn ≠ 0 untuk semua n ∈ ℕ , maka X  xn  x = → . Z  zn  z 1 1 1 1 Bukti. Terlebih dahulu harus dibuktikan bahwa =   → . Diambil α = z , Z  zn  z 2 maka α > 0 . Karena lim ( zn ) = z , maka terdapat K1 ∈ ℕ sedemikian hingga untuk setiap n ≥ K1 berlaku zn − z < α . Menggunakan akibat Ketaksaman Segitiga bahwa 1 −α ≤ − zn − z ≤ zn − z untuk n ≥ K1 , yang berarti z = z − α ≤ zn untuk n ≥ K1 . 2 1 2 Oleh karena ≤ untuk n ≥ K1 , maka diperoleh zn z 1 1 z − zn 1 2 − = = ≤ 2 z − zn . zn z zn z zn z z 47