1. Kecanggihan teknologi kian hari kian meningkat. Peningkatan ini tidak terlepas dari hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Khusus, pada bidang teknologi kemajuan teknologi
tidak lepas juga dari proses inovasi. Alhasil, saat ini telah hadir dihadapan masyarakat dunia
teknologi terkini yang mampu menghubungkan antar umat manusia diseluruh dunia melalui jejaring
antar komputer yang dikenal dengan internet.
Tak pelak lagi, dengan adanya internet banyak sikap dan perilaku manusia yang berubah. Sesuatu
yang dahulu tidak didapat di dunia nyata, maka kini hal tersebut terjadi. Semisal, dalam hal
kebebasan berekspresi, dengan internet semua orang mampu melakukan kebebasan berekspresi
tanpa ada rasa khawatir akan ada larangan dan tuduhan pelanggaran hukum. Salah satu, bentuk
kebebasan ekspresi yang ada di internet ini berupa kebebasan untuk menyimpan, menggunakan,
memproduksi, mendistribusi dan mentransimiskan data. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila dengan kebebasan ekspresi tersebut acapkali dalam realitasnya menimbulkan kerugian bagi
sebagian orang---pemegang hak cipta.
Realitas kerugian itu, ditunjukan dengan kemudahan untuk diproduksi, dialihwujudkan, mereflkasi
data, memodifikasi data dan mendistribusikan data. Upaya-upaya mereflikasi dan memodifikasi data
terkadang sangat sulit dibedakan dengan data aslinya. Tentu, jika hal ini terjadi terus menerus, maka
dapat meresahkan kepada kepentingan dari kreator/pemegang hak cipta baik secara moral maupun
ekonomi.
Problematika Hak Cipta di Internet
Teknologi internet yang menghubungkan antar satu komputer dengan komputer lainnya diseluruh
dunia dengan memiliki daya kemampuan lintas batas negara dilewati secara mudah (bonderless
world) telah melahirkan suatu era baru yang dikenal dengan era digital. Era digital ini ditandai
dengan karakteristik berupa adanya kemudahan internaksi antar manusia di seluruh dunia dengan
memanfaatkan jaringan internet dan tanpa terhalangi dengan wilayah geografis suatu negara dan
aturan-aturan yang sifatnya teritorial. Sejalan dengan itu juga, di era digital ini ditandai dengan
karakteristik lainnya berupa adanya kemudahan setiap orang untuk memperoleh informasi.
Informasi pada era ini sangat mudah diperoleh, dipertukarkan, diakses dan didistribusikan serta
ditransmisikan kapan saja dan dimana saja.
Dengan karakteristik era digital seperti di atas telah melahirkan suatu tantangan baru. Nicola Lucchi
menyatakan bahwa dengan adanya revolusi teknologi informasi dan digitalisasi contant telah
menghasilkan banyak kemungkinan dan tantangan baru. Salah satu tantangan baru dalam bidang
hukum ini dirasakan pada bidang hak cipta. Hak cipta sebagai sebuah konsep hukum yang
melindungi karya-karya dalam bidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan dengan memberikan hak
eksklusif telah mengalami suatu permasalahan yang kompleks. Jika melihat pada kompleksitas hak
cipta di era digital, maka dapat diidentifikasi beberapa tantangan baru dalam bidang hak cipta.
2. Para pengguna medium digital dapat dengan bebas menentukan konten di medium tersebut.
Internet memunginkan untuk adanya penyebaran informasi secara luas dan dapat dengan cepat
diakses serta berbiaya murah yang langsung terhubung dengan sumbernya oleh pengguna tanpa
perantara. Medium digital bersifat fleksibel, sehingga memudahkan untuk memperbanyak,
memodifikasi, Dalam konteks ini juga melalui digitalisasi konten sangat mudah untuk dilakukan
manipulasi sehingga karya hasil manipulasi akan sulit dibedakan dari karya aslinya.
Dengan adanya tantangan di atas, dapat dipahami juga kehadiran medium digital ini memberikan
peluang terhadap lembahnya perlindungan hak cipta. Beberapa peluang lembahnya hak cipta dapat
teridentifikasi dari karakteristik medium internet yang berkaitan dengan hak cipta sebagai berikut:
Pertama, adanya kemudahan dalam melakukan reflikasi. Dalam konteks ini teknologi digunakan
untuk menciptakan dan menggunakan karya digital yang dapat digunakan lagi untuk membuat
salinannya secara terus menerus yang hampir mendekati “kesempurnaan.” Kedua, adanya
kemudahan dalam mentransmisikan dan menggunakannya secara terus menerus. Teknologi jaringan
komputer (networked computers) sangat potensial memfasilitasi dan menyebarluaskan hasil
pembajakan karya digital. Dalam perkembangan dan implementasi selanjutnya melalui bandwith
yang besar dan jaringan bergerak (mobile networks) akan mampu mengantarkan dan memfasilitasi
isi karya multimedia yang beragam. Ketiga, melalui media digital pengguna dapat secara mudah
memodifikasi dan mengadaptasi karya dalam bentuk digital; Keempat, adanya sifat ekuivalen dari
karya-karya dalam bentuk digital, semua karya sepertinya sama. Artinya, karya-karya digital dengan
mudah dikombinasikan dalam bentuk karya baru, seperti karya multimedia. Hal ini disebabkan
karena adanya aspek pemusatan (convergence) –adanya pemaduan antara media, teknologi, dan
jaringan seperti diwujudkan melalui internet, digital broadcasting, layanan kabel dan lain sebagainya.
Kelima, adanya kepadatan karya-karya dalam bentuk digital—perpustakaan secara keseluruhan
dapat disimpan pada sedikit CD-ROMS; Kedepan juga membantu dalam menciptakan karya baru
atau semua orang yang berkumpul dapat mengeprint dan material grafik. Keenam, adanya
penelusuran baru dan kemampuan untuk terhubung. Sebagaimana diketahui dengan internet para
pengguna internet akan sangat mudah untuk saling terhubung. Ketujuh, kadang-kadang ketiadaan
pengarang/pencipta. Karya digital memungkinkan mengenerate melalui bantuan komputer. Hak
cipta sebagai dasar dalam konsep dapat diidentifikasi, pengarang secara personal (Simon Stokes,
2002; 10).
Lemahnya perlindungan hak cipta ditimbulkan karena adanya suatu paham di sebagian kalangan
masyarakat bahwa karya-karya digital di internet hakekatnya merupakan hak publik, di mana publik
berhak untuk mendapatkan itu dan hal ini dilindungi oleh konvensi internasional tentang hak asasi
manusia. Anggapan ini jelas pada akhirnya menimbulkan semakin lemahnya upaya memberikan
perlindungan hak cipta atas karya digital.
Berdasarkan pada realitas-realitas ini, maka sungguh ini menjadi suatu tantangan bagi kalangan
hukum dan ahli teknologi untuk menemukan solusi perlindungan hak cipta atas karya digital. Harus
diakui bahwa berkembangnya karya digital di medium digital, merupakan suatu bentuk kreatifitas
dari para penciptanya. Maka, tidaklah salah apabila pencipta yang notabene-nya adalah pihak yang
menjadikan teknologi digital menarik bagi para penggunanya untuk senantiasa mendapatkan
pengakuan, penghormatan dan perlindungan hak cipta.
3. Pendekatan Teknologi dalam Hukum
Dengan timbulnya problematika hak cipta di internet, maka berbagai pendekatan diterapkan untuk
mengoptimalisasikan perlindungan hak cipta di internet. Pendekatan tersebut dilakukan melalui
pendekatan hukum dan pendayagunaan teknologi serta mengkolaborasikan antara aspek hukum
dan teknologi. Dalam perkembangan selanjutnya pendekatan yang mengkolaborasikan antara
pendekatan hukum dan teknologi menjadi fokus dan kajian. Pada tataran ini, banyak pihak yang
meyakini bahwa teknologi dapat memiliki manfaat dalam kerangka mendukung perlindungan hak
cipta atas karya digital. Sirinelli menyatakan ada interaksi secara mutual antara hukum dan
teknologi, sehingga menghasikan suatu struktur yang terdiri dari tiga tingkat, yakni: 1). Perlindungan
hukum (hak cipta); 2). Perlindungan teknologi; dan 3). Perlindungan hukum yang dihasilkan dari
bantuan perlindungan teknologi (Carlos Feernandez Molina, 2003; 42).
Ketika ketentuan teknologi memfasilitasi perlindungan hak cipta atas karya digital, maka melahirkan
berbagai klasifikasi ketentuan teknologi. Schlachter menyatakan bahwa fasilitasi teknologi dalam
melindungi hak cipta dapat menjangkau tiga hal yakni; Pertama, menjadi ketentuan yang merupakan
tindakan pencegahan atas pelanggaran hak (pra-pelanggaran), Kedua, menjamin pembayaran
sebelum saatnya karya tersebut digunakan, dan Ketiga, menjamin bahwa telah digunakan untuk
menemukan pelanggaran dan sebagai sarana memperbaiki aplikasi mereka (pasca-pelanggaran).
Pendapat ini ditegaskan juga oleh Schlachter bukan merupakan pendapat yang final dan ini sangat
bergantung pada momennya. Ia juga menyatakan pendapat lain dari Leymonerie yang membedakan
tiga tipe dari fasilitas teknologi sebagai sarana perlindungan hak cipta, yakni; ketentuan yang
bertujuan untuk mengidentifikasi dan melindungi karya, ketentuan yang bertujuan untuk mengawasi
akses kepada karya, dan ketentuan yang bertujuan untuk mengawasi penggunaan atas karya.
Konsepsi perlindungan hak cipta sesungguhnya meletakan hak cipta sebagai alat untuk mencegah
pelanggaran hak cipta, membatasi penggunaan hak cipta dan menindak segala bentuk pelanggaran
hak cipta sebagaimana yang telah dirumuskan melalui ketentuan hak cipta. Adanya pemahaman atas
perlindungan hak cipta sebagaimana rumusan tersebut, hal ini tentu harusnya mampu
diharmonisasikan pada upaya pengakomodasian teknologi sebagai alat perlindungan hak cipta.
Tatakala teknologi diakomodasi sebagai alat perlindungan hak cipta, maka kedudukan teknologi
sebagai pennguat perlindungan hak cipta atas karya digital tidaklah hanya diposisikan sebagai alat
pencegahan dari penyalahgunaan hak cipta atas karya digital, tetapi diharapkan dapat berfungsi
untuk pengawasan dan penindakan atas pelanggaran hak cipta serta mampu menyeimbangkannya
dengan akses informasi publik sebagaimana yang dikonseptualisasikan dalam doktrin fair use.
Pada akhirnya teknologi yang diakomodasi dalam hukum dan diharapkan dapat berperan sebagai
alat pendukung dari tujuan hukum itu sendiri benar-benar harus diformulasikan secara tepat dan
jelas. Oleh karenanya, sebagai konsekuensi dari pemahaman ini, rumusan hukum yang mendasari
akomodasi teknologi dalam hukum itu sendiri harus dituangkan dengan rumusan-rumusan yang
mencerminkan pengakomodasian teknologi dalam hukum yang implementatif. Pemikiran ini, tentu
tidak lepas juga dalam konteks akomodasi teknologi dalam ketentuan hak cipta, di mana akomodasi
4. teknologi diletakkan dalam konteks pemaknaan teknologi sebagai alat perlindungan hak cipta.
Teknologi sebagai alat perlindungan hak cipta meletakkan teknologi sebagai alat pencegahan,
pengawasan, penindakan hukum. Di samping itu, teknologi juga tetap membuka peluang bagi
termanfaatkannya karya digital yang dilindungi hak cipta bagi kepentingan penelitian dan pendidikan
serta kepentingan publik (doktrin fair use).