Diskriminasi dapat terjadi dalam berbagai tingkatan, mulai dari tindakan secara individual hingga tindakan yang terinstitusionalisasi. Ada tiga elemen dasar diskriminasi dalam ketenagakerjaan yaitu keputusan yang merugikan pegawai tidak berdasarkan kompetensi, keputusan berdasarkan prasangka, serta keputusan yang memiliki dampak negatif. Indikator diskriminasi adalah ketidakseimbangan representasi kelompok minoritas dalam suatu
1. Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar:
1. keputusan yang merugikan seorang pegawai atau lebih karena bukan didasrkan pada
kemampuan yang dimiliki, misalnya dalam melaksanakan pekerjaan tertentu, senioritas,
atau kualifikasi-kualifikasi yang secara moral dianggap sah lainnya.
2. keputusan yang sepenuhnya diambil berdasarkan prasangka rasial atau seksual, stereotipe
yang salah, atau sikap lain yang secara moral tidak benar.
3. keputusan yang memiliki pengaruh negatif atau merugikan pada kepentingan-
kepentingan pegawai, mungkin mengakibatkan mereka kehilangan pekerjaan,
kesempatan memperoleh pangkat, atau gaji yang lebih baik.
Bentuk-bentuk Diskriminasi: Aspek kesengajaan dan Aspek Institusional
Civil Rights Act (1964), misalnya, tampak menggunakan pandangan diskriminasi saat
menyatakan hal berikut: Adalah praktik ketenagakerjaan yang melanggar hukum apabila
pengusaha :
1. gagal atau menolak memekerjakan, atau memecat seseorang, atau melakukan
diskriminasi terhadap siapapun dalam menetapkan kompensasi, persyaratan, kondisi,
atau hak-hak kepegawaian didasarkan pada ras, warna kulit, agama, atau asal-usulnya.
2. membatasi, memisahkan atau mengelompokkan pegawai atau pencari kerja dalam cara
apapun yang mengurangi atau cenderung mengurangi kesempatan seseorang atau hal-
hal lain yang berpengaruh pada statusnya sebagai pegawai dengan berdasarkan ras,
warna kulit, agama, jenis kelamin, atau asal usulnya.
Suatu organisasi dianggap melakukan diskriminasi jika representasi kelompok minoritas
dalam jajaran stafnya tidak proporsional dengan jumlah tenaga kerja lokal dari kelompok
yang bersangkutan. Tindakan diskriminasi ini dapat ditangani bila proporsi kelompok
minoritas dalam organisasi disesuaikan dengan proporsi jumlah tenaga kerja yang ada dengan
menggunakan program-program ”tindakan alternatif”.
Tingkat Diskriminasi
2. Ada tiga perbandingan yang bisa membuktikan distribusi semacam itu :
1. perbandingan atas keuntungan rata-rata yang diberikan institusi pada kelompok yang
terdiskriminasi dengan keuntungan rata-rata yang diberikan pada kelompok lain.
2. perbandingan atas kelompok terdiskriminasi yang terdapat dalam tingkat pekerjaan
paling rendah dengan proporsi kelompok lain dalam tingkat yang sama.
3. perbandingan proporsi dari anggota kelompok tersebut yang memegang jabatan lebih
menguntungkan dengan proporsi kelompok lain dalam jabtan yang sama.
Diskriminasi: Utilitas, Hak, dan Keadilan
Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dapat dibagi menjadi 3 kelompok:
a. Argumen utilitarian, yang menyatakan bahwa diskriminasi mengarahkan pada penggunaan
sumber daya manusia secara tidak efisien.
b. Argumen hak, yang menyatakan bahwa diskriminasi melanggar hak asasi manusia,
c. Argumen keadilan, yang menyatakan bahwa diskriminasi mengakibatkan munculnya perbedaan
distribusi keuntungan dan beban dalam masyarakat.
Tindakan Afirmatif
Untuk menghapus pengaruh-pengaruh diskriminasi masa lalu, banyak yang melaksanakan
program-program tindakan afirmatif yang dimaksudkan untuk mencapai distribusi yang lebih
repesentatatif dalam perusahaan dengan memberikan preferensi pada kaum perempuan dan
kelompok minoritas. Inti dari program tindakan afirmatif adalah sebuah penyelidikan yang
mendetail (”analisis utilisasi”) atas semua klasifikasi pekerjaan besar dalam perusahaan.
Keputusan-keputusan Pengadilan tinggi masih belum konsisten sehubungan dengan legalitas
program-program afirmatif. Sejumlah besar keputusan pengadilan federal menyetujui bahwa
penggunaan program tindakan afirmatif untuk mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan
dari diskriminasi masa lalu dalam proses perekrutan pegawai adalah sah. Meskipun program-
program tindakan afirmatif yang memberikan prefensi pada pegawai perempuan dan
minoritas tidak dinyatakan ilegal, namun pengaruhnya akan hilang begitu saja pada saat
perusahaan menghadapi masa sulit dan harus memecat pegawai, karena efek sistem senioritas
3. akan berpengaruh paling besar pada pegawai perempuan dan minoritas yang direkrut melalui
program tersebut.
James R. Houghton Corning Glass Works, mengatakan:
“ menilai dan menangani tenaga kerja yang beragam adalah lebih dari tindakan yang benar
secara etis dan moral. Demografi tenaga kerja untuk dekade selanjutnya menunjukkan dengan
jelas bahwa perusahaan-perusahaan yang gagal melaksanakan tugas merekrut, melatih, dan
mempromosikan kaum perempuan dan minoritas tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
akan tenaga kerja.”
Etika Islam
Masalah kemerosotan moral dewasa ini menjadi santapan keseharian masyarakat kita. Meski demikian
tidak jelas faktor apa yang menjadi penyebabnya. Masalah moral adalah masalah yang pertama muncul
pada diri manusia, "baik ideal maupun realita". Secara ideal bahwa pada ketika pertama manusia di beri
"ruh" untuk pertama kalinya dalam hidupnya, yang padanya disertakan "rasio" penimbang baik dan
buruk (QS 91:7-8). masalah moral adalah masalah "normatif". Di dalam hidupnya manusia dinilai, atau
akan melakukan sesuatu karena nilai. Nilai mana yang akan dituju tergantung kepada tingkat
pengertian akan nilai tersebut.Pengertian yang dimaksud adalah bahwa manusia memahami apa yang
baik dan buruk serta ia dapat membedakan keduanya dan selanjutnya mengamalkannya. Pengertian
tentang baik-buruk tidak dilalui oleh pengalaman akan tetapi telah ada sejak pertama kali "ruh"
ditiupkan. Demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan)
kefasikan dan ketakwaannya (QS 91:7-8). Pengertian (pemahaman) baik dan buruk merupakan asasi
manusia yang harus diungkap lebih jelas, "atas dasar apa kita melakukan sesuatu amalan". Imam Al
Ghazali menamakan pengertian apriori sebagai pengertian "awwali". Dari mana pengertian-pengertian
tersebut diperoleh, sebagaimana ucapannya :
"Pikiran menjadi sehat dan berkeseimbangan kembali dan dengan aman dan yakin dapat ia menerima
kembali segala pengertian-pengertian awwali dari akal itu. Semua itu terjadi tidak dengan mengatur
alasan atau menyusun keterangan, melainkan dengan Nur (cahaya) yang dipancarkan Allah SWT ke
dalam batin dari ilmu ma'rifat".
Maka sesungguhnya fitrah itu sejalan dengan kehendak Allah (fitrah Allah), yang disebut dalam Al
Qur'an. "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (Tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah)
agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya" (QS 30:30). Pada dasarnya fitrah
4. manusia itu suci, akan tetapi proses penerimaan ide (ilham) tersebut, terkadang menjadi tidak murni
disebabkan kekotoran jiwa yang diliputi nafsu syahwat. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Asy
Syams ayat 7-8 : "Dan demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu Dan
merugilah orang yang mengotorinya" (QS 91:7-8)".
Betapa bahayanya ilham-ilham tersebut bila diterima oleh jiwa yang kotor, sebab pengetahuan-
pengetahuan itu akan digunakan untuk melakukan hal-hal seperti : mencuri, korupsi, menipu dan
merusak alam semesta. Tetapi alangkah indahnya jika ilham-ilham tersebut diterima oleh jiwa yang
tenang dan bersih yang akan menimbulkan kemaslahatan bagi dirinya maupun alam semesta. Maka dari
sini dapat dimengerti, walau seseorang sudah memiliki pengertian "baik buruk secara apriori", bukan
berarti ia telah tahu secara mutlak, namun pengertiannya masih bersifat relatif dan hal itu akan lebih
jelas jika disinari oleh wahyu ke-Tuhanan. Sebab ia tidak akan mampu menelusuri secara intelektual
tanpa adanya "daya spiritual" dalam menerima ide yang sesuai dengan Fitrah Allah. Sebaliknya kalau
dibiarkan jiwa kita diam, terbelenggu oleh keinginan syahwat, maka apa yang diperoleh oleh jiwa
berupa ide ilmu pengetahuan akan digunakan sesuai dengan kepentingan syahwatnya.
Kembali kepada masalah "nilai". Seseorang pasti akan dinilai atau pasti akan melakukan sesuatu karena
nilai, dan jika "nilai" masih bersifat relatif, maka nilai tersebut akan tergantung kepada dasar yang ia
pakai. Begitupun tata nilai ke-Tuhanan (Islam), setiap "perilaku" Islam sangat menekankan orientasi
niat yang kuat, menyandarkan peribadatannya didasari konsep "Lillahi ta'ala". Pendasaran kepada setiap
"laku" manusia, mengandung tuntutan kesadaran, bukan paksaan. Perilaku seseorang tersebut baru
bisa dikatakan mempunyai nilai. Hal ini sesuai dengan Hadist Nabi : "Sesungguhnya segala perbuatan
itu disertai niat. Dan seseorang diganjar sesuai dengan niatnya" (Hadist riwayat Bukhari Muslim). Dalam
hadist tersebut jelas, setiap perilaku mempunyai dasar (niat), sehingga perbuatannya dikategorikan baik
atau buruk dimana ia menggantungkan niatnya. Suatu riwayat, ketika Rasulullah hijrah ke Madinah,
diungkapkan masalah "niat".
Kesimpulan dari tujuan etika Islam, yaitu mengembalikan kepada posisi fitrah manusia, yang dengan
kesadaran itu, maka ia akan menjadi manusia paripurna dan ia akan berakhlaq sebagaimana akhlaq
Allah, dengan kecenderungan berbuat baik tanpa beban dan paksaan. Untuk itu kecenderungan berbuat
baik akan terjadi apabila kita mampu berusaha membersihkan jiwa. Dan kebersihan jiwa akan didapat
apabila kita melaksanakan peribadatan sesuai dengan kriteria-kriteria etika islam.
5. Diskriminasi adalah tindakan yang membedakan satu objek dengan objek lainnya, suatu tindakan
yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan.
Secara modern, istilah tersebut secara moral tidak netral karena biasanya mengacu pada tindakan
membedakan seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun
bersdasarkan prasangka atau sikap yang secara moral tercela.
Kerangka untuk menganalisis bentuk diskriminasi dibuat beberapa tingkat yaitu:
1.Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku terpisah (tidak terinstitusionalisasi)
dari seseorang yang dengan sengaja dan sadar melakukan diskriminasi karena adanya prasangka
pribadi.
2.Tindakan diskriminatif mumgki merupakan bagian dari perilaku rutin dari sebuah kelompok yang
terinstitusionalisasi, yang dengan sengaja dan sadar melakukan diskriminasi berdasarkan prasangka
pribadi para anggotanya.
3.Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku terpisah (tidak terinstitusionalisasi)
dari seseorang yang dengan tidak sengaja dan tidak sadar melakukan diskriminasi terhadap orang
lain karena dia menerima dan melaksanakan praktik-praktik.
4.Tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari rutinitas sistematis dari organisasi
perusahaan yang secara tidak sengaja memasukkan prosedur-prosedur formal yang
mendiskriminasikan kelompok minoritas.
Diskriminasi dalam ketenagakerjaan melibatkan tiga elemen dasar yaitu: (1)keputusan yang
merugikan seorang pegawai karena bukan didasarkan kemampuan yang dimiliki, (2)keputusan yang
diambil berdasarkan prasangka rasial atau seksual dan, (3)keputusan yang memiliki pengaruh negatif
Pada akhir 1960-an konsep diskriminasi diperluas, lalu awal tahun 1970-an istilah diskriminasi
digunakan untuk menggambarkan perbedaan antara representasi kelompok minoritas baik disengaja
maupun tidak disengaja.
Tingkat diskriminasi
Indikator munculnya diskriminasi adalah apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang atas anggota
kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu institusi tanpa
mempertimbangkan preferensi atau kemampuan mereka.
Ada 3 cara perbandingan yang dapat digunaka untuk mengetahui distribusi tingkat dikriminasi yaitu:
1.Perbandingan penghasilan rata-rata
2.Perbandingan kelompok penghasilan terendah
3.Perbandingan pekerjaan yang diminati
Diskriminasi: Utilitas, Hak, Keadilan
Argumen yang menentang diskriminasi secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok:
1.Argumen utilitarian, yang menyatakan bahwa diskriminasi mengarahkan pada penggunaan sumber
daya manusia secara tidak efisien.
2.Argumen hak, yang menyatakan bahwa diskriminasi melanggar hak asasi manusia.
3.Argumen keadilan, yang menyatakan bahwa diskriminasi mengakibatkan munculnya perbrdaan
distribusi keuntungan dan beban dalam masyarakat.
Praktik Diskriminasi
1.Rekrutmen, perusahaan yang tergantung pada referensi verbal saat ini dalam merekrut karyawan
baru cendrung merekrut karyawan dari kelompok ras dan seksual yang sama dengan yang terdapat
dalam perusahaan.
2.Screening, kualifikasi pekerjaan dianggap diskriminatif jika tidak relevan dengan pekerjaan yang
akan dilaksanakan.
3.Kenaikan Pangkat, proses kenaikan pangkat, kemajuan kerja, dan transfer dikatakan diskriminatif
jika perusahaan memisahkan evaluasi kerja pria kulit putih dengan pegawai perempuan dan pegawai
dari kelompok minoritas.
Tindakan Alternatif
Tindakan alternatif adalah suatu program yang dilakukan untuk menghapus pengaruh diskriminasi
masa lalu.
Tujuan tindakan alternatif adalah untuk memberikan suatu cara bagi negara kita guna mengatasi
diskriminasi gender dan ras agar semua orang memperoleh kesempatan yang sama untuk
mengembangkan, melaksanakan, mencapai, dan memberikan sumbangan. Tindakan alternative
merupakan usaha untuk mengembangkan suatu pendekatan sistematis untuk membuka pintu bidang
6. pendidikan, ketenagakerjaan, dan pengembangan peluang bisnis bagi individu-individu yang
berpotensi dan kebetulan menjadi anggota kelompok-kelompok yang telah lama mengalami
diskriminasi.
Tindakan alternatif selalu mengarah pada preferensi kelompok dibandingkan kebaikan individu,
tindakan alternative selalu mengarah pada diskriminasi, dan pada akhirnya merendahkan orang-
orang yang memperoleh keuntungan darinya dan mendiskriminasikan yang lainnya.
Etika Diskriminasi Pekerjaan (Review bab 7)
1. sifat Diskriminasi pekerjaan
arti dari istilah diskriminasi pekerjaan adalah membedakan satu objek dengan objek lainnya. Suatu
7. tindakan yang secara moral adalah netral dan tidak dapat disalahkan. Akan tetapi didalam pengertian
modern istilah ini secara moral tidak netral: karena biasanya mengacu pada tindakan membedakan
seseorang dari orang lain bukan berdasarkan keunggulan yang dimiliki, namun berdasarkan prasangka
atau berdasarkan sikap-sikap yang secara moral tercela. Diskriminasi dalam ketenagakerjaan
melibatkan tiga elemen dasar; pertama, keputusan yang merugikan pegawai atau lebih karena bukan
didasarkan pada kemampuan yang dimilikinya. Kedua, keputusan yang sepenuhnya diambil berdasarkan
prasangka seksual atau rasial. Ketiga, keputusan yang memiliki pengaruh negative atau merugikan pada
kepentingan-kepentingan pegawai, mungkin melibatkan mereka kehilangan pekerjaa.
Bentuk-bentuk Diskriminasi : Aspek kesengajaan dan Aspek Institusional
Pertama, tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku terpisah dari seseorang
dengan sengaja dan dengan sengaja melakukan diskriminatif karena adanya prasangka pribadi.
Kedua, tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari perilaku rutin dari sebuah kelompok yang
terinstitusionalisasi.
Ketiga, tindakan diskriinatif mungkin merupakan bagian dari perilaku yang terpisah dari seseorang yang
secara tidak sengaja dan tidak sadar melakukan diskriminasi terhadap orang lain karena dia menerima
dan melaksanakan praktik-praktik dan stereotype tradisional dari masyarakat.
Keempat, tindakan diskriminatif mungkin merupakan bagian dari rutinitas sistematis dari organisasi
perusahaan atau kelompok yang secara tidak sengaja memasukkan prosedur normal yang
mendiskriminasi kaum minoritas.
2. tingkat Diskriminasi
indicator pertama diskriminasi muncul apabila terdapat proporsi yang tidak seimbang atas anggota
kelompok tertentu yang memegang jabatan yang kurang diminati dalam suatu institusi tanpa
mempertimbangkan prefensi ataupun kemampuan mereka
Perbandingan Penghasilan Rata-Rata
Perbandingan penghasilan juga mengungkapkan adanya berbagai kesenjangan yang berkaitan dengan
gender. Perbandingan penghasilan rata-rata pria dan perempuan menunjukan bahwa perempuan hanya
memperoleh sebagian dari yang diperoleh pria.
Perbandingan Pekerjaan Yang diminati
Bukti diskriminasi rasial dan seksual yang diperoleh dari penilaian kuantitatif yang kita lihat sejauh ini
dapat dikembangkan secara kualitatif dengan mempelajari distributive pekerjaan dari kelompok
minoritas, rasial dan seksual.
Perbedaan antara pria kulit putih dengan perempuan atau kelompok minoritas juga tidak dapat
8. dijelaskan sepenuhnya menurut prefensi. Kadang ada yang mengatakan bahwa perempuan secara
sukarela memilih pekerjaan-pekerjaan dengan gaji dan prestise yang rendah.
3. diskriminasi : Utilitas, Hak dan Keadilan
• argument utilitarian yang menantang diskriminasi rasial dan seksual didasarkan pada gagasan bahwa
produktifitas masyarakat akan optimal jika pekerjaan diberikan dengan berdasarkan kompetensi atau
kebaikan
• argument non-utilitarian yang menentang diskriminasi rasial dan seksual salah satunya menyatakan
bahwa diskriminasi salah karena hal tersebut melanggar hak moral dasar manusia.
• Kelompok argument non-utilitarian kedua melihat diskriminasi sebagai pelanggaran atas prinsip-
prinsip keadilan.
Praktik diskriminasi
• Rekrutmen
• Screening (seleksi)
• Kenaikan pangkat
• Kondisi pekerjaan
• PHK
4. tindakan afirmatif
¬ tindakan afirmatif sebagai Kompensasi
¬ tindakan afirmatif sebagai instrument untuk mencapai tujuan social
¬ penerapan tindakan afirmatif dan penanganan keberagaman
¬ gaji yang sebanding untuk pekerjaan yang sebanding