SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Pornografi dan Ketimpangan Gender dalam Pemanfaatan Internet

                                  Oleh: Firdaus Cahyadi
                 Staff Kampnye isu Keadilan Informasi-Yayasan Satudunia



Akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh beredarnya video mesum di internet yang diperankan oleh
orang-orang yang mirip artis di negeri ini. Video mesum itu diperankan oleh orang-orang
yang mirip penyanyi Ariel, bintang sinetron Luna Maya dan Cut Tari. Dan penyebaran video
mesum nyaris bersamaan waktunya.

Hanya sekali klik, para pengguna internet di Indonesia bahkan juga seluruh dunia dapat
menyaksikan video mesum tersebut. Ini tentu saja sebuah aib, bukan saja bagi artis yang
bersangkutan, namun juga bagi komunitas para pengguna internet di Indonesia.

Maraknya pornografi di internet sejatinya tidak bisa dilepaskan dari ketimpangan gender
dalam pemanfaatan teknologi tersebut. Dominasi laki-laki dalam pemanfaatan internet
mendorong naiknya permintaan konten-konten pornografi yang mengeksploitasi tubuh
perempuan.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa situs-situs yang menampilkan konten pornografi
pada umumnya didominasi oleh pengunjung laki-laki. Dalam konteks Indonesia, menurut
salah satu surveyor internet Pery Umar Farouk, seperti ditulis oleh salah satu portal berita
nasional mengungkapkan bahwa Indonesia terus mengalami peningkatan sebagai
pengakses situs porno internet.

Celakanya upaya memberantas pornografi di internet tidak pernah menyentuh persoalan
ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet ini. Kebijakan untuk mendorong tumbuhnya
internet sehat dengan menampilkan konten-konten bermutu memang pantas diapresiasi.
Namun itu saja tidak cukup bila ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet ini tidak
dikoreksi.

                                            ***

Pornografi di Dunia Maya dan Respon Pemerintah


Prahara di dunia maya terbesar tahun ini di Indonesia adalah penyebaran video porno artis
mirip Ariel-Luna Maya-Cut Tari. Perkembangan internet telah membuat video yang semula
menjadi konsumsi pribadi itu pun menyebar secara luas ke publik.


Hanya sekali klik, para pengguna internet di Indonesia bahkan juga seluruh dunia dapat
menyaksikan video mesum tersebut. Ini tentu saja sebuah aib, bukan saja bagi artis yang
bersangkutan, namun juga bagi komunitas para pengguna internet di Indonesia. Peredaran
video mesum Ariel-Luna Maya-Cut Tari, lewat internet pun sulit dibendung, meskipun Youtube
secara cepat telah memblokir video tersebut.


Kasus itu pun membuat berang Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Racangan Peraturan Menteri (RPM) konten internet yang sempat mandeg (berhenti) pun
dihidupkan kembali dengan nama yang berbeda. RPM baru yang bocor ke publik itu bernama
“TATA CARA PENANGANAN PELAPORAN ATAU PENGADUAN KONTEN INTERNET”.


Pro-kontra pun kembali mengemuka menyusul bocornya RPM tersebut. Masyarakat sipil
pengguna internet mengecam RPM tersebut. Pasalnya, isi dari RPM tersebut berpotensi
bukan saja menjaring konten pornografi namun juga konten-konten yang berisi kritik sosial
dari masyarakat sipil. Pasalnya, yang dimaksud konten illegal dalam RPM tersebut mengacu
pada Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE). Dalam UU ITE itu terdapat pasal karet mengenai pencemaran nama baik.


Isu pornografi pula yang membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan pemblokiran konten
pornografi di internet pada tahun 2010 ini. Meskipun pemblokiran itu juga menuai protes,
karena website yang tidak mengandung konten pornografi pun ikut diblokir.


Persoalan pornografi sebenarnya bukan hanya persoalan Indonesia. Hampir negara di
seluruh dunia juga mengalami problem yang sama di dunia maya. Berbagai cara telah
dilakukan oleh beberapa negara untuk mengatasinya, terutama dalam rangka melindungi
anak-anak dari bahaya konten pornografi. Dan Indonesia adalah salah satu negara yang
mencoba mengatasi problem tersebut.


Namun melihat beberapa respon kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah terhadap
pornografi yang justru menuai protes dari masyarakat, memunculkan hipotesis, tentu ada
yang dilupakan dalam kebijakan melawan pornografi di Indonesia ini. Hal apakah yang
dilupakan?
Pornografi dan Pengguna Internet yang Bias Gender


Hebohnya kasus video mesum mirip Ariel-Luna Maya-Cut Tari tak bisa dilepaskan dari
pemeran video mesumnya itu sendiri. Jika pemeran video mesum itu tidak mirip artis Ariel-
Luna Maya-Cut Tari, mungkin kasus itu tidak seheboh sekarang. Selain tentu saja
pemberitaan-pemberitaan dari media infotaiment yang secara tidak sadar mengarahkan
kesadaran masayarakat bahwa berita video mesum itu lebih penting daripada berita skandal
Bank Century, kasus pengemplangan pajak dan lumpur Lapindo.


Namun bila kita telisik lebih dalam lagi, nampaknya media infotaiment lebih fokus menyorot
ke arah orang yang mirip artis perempuan. Dalam hal ini Luna Maya daripada Ariel. Bahkan
ada sebuah portal infotaiment yang sampai menurunkan berita mengenai keterkaitan Luna
Maya dengan tempat-tempat yang melayani tatto. Pasalnya, dalam video mesum itu,
pemeran perempuan yang mirip Luna Maya memiliki tatto di salah satu bagian tubuhnya.
Seakan-akan Luna Maya yang harus membuktikan bahwa pemeran di video mesum itu dia
atau orang lain. Lantas bagaimana dengan pihak laki-lakinya? Kenapa hal yang sama tidak
ditujukan kepada Ariel? Bahkan perkembangan terakhir, memaksa artis Cut Tari dan Luna
Maya untuk minta maaf ke publik. Sementara, hingga makalah ini ditulis, belum ada
permintaan maaf dari Ariel.


Bias gender. Itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan itu semua. Bias gender
yang terjadi di dunia nyata ternyata berimbas ke dunia maya. Di dunia maya perempuan
cenderung menjadi objek pornografi. Untuk membuktikan bahwa perempuan menjadi objek
pornografi di internet tidaklah sulit. Tinggal ketik di google kemudian masukan kata
mahasiswi, maka yang muncul adalah dominasi gambar-gambar sexy, bahkan ada gambar
yang menggambarkan hubungan mesum. Sementara bila yang kita ketik adalah kata
mahasiswa maka dominasi gambar-gambar yang muncul adalah aksi demonstrasi, bukan
gambar sexy atau yang menampilkan hubungan mesum.


Pertanyaannya kemudian tentu saja adalah, kenapa itu semua bisa terjadi? Jika mengacu
pada hukum permintaan dan penawaran, maka dijadikan perempuan sebagai objek
pornografi di internet itu disebabkan oleh banyaknya permintaan akan hal itu. Dan
meningkatnya permintaan itu tidak bisa dilepaskan dari dominasi laki-laki dalam penggunaan
internet, paling tidak di Indonesia.


Celakanya, sebagaian besar pengguna internet laki-laki gemar memelototi gambar mesum di
dunia maya. Seperti ditulis oleh portal berita vivanews, yang menyebutkan bahwa survey
yang pernah dilakukan Kinsey Instute, AS menyimpulkan, 97 persen pria mengaku pernah
mengakses situs porno.


Data dari alexa.com, seperti yang ditulis oleh vivanews menyebutkan bahwa situs porno
YouPorn.com sebagai situs internet ke-48 yang paling banyak dikunjungi, didominasi pria
berusia antara 18 hingga 34 yang tidak memiliki anak, dan juga lulusan universitas. Yang
perlu digarisbawahi disini adalah dominasi laki-laki dalam mengunjungi situs porno tersebut.


Pornografi dan Pengguna Internet di Indonesia


Seperti ditulis oleh Antara bahwa Indonesia masuk kedalam negara terbesar dalam
mengakses situs porno. "Indonesia sampai saat ini paling besar mengakses situs porno,"
kata Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring seperti ditulis Antara (4/11/2009).
Hal itu diperkuat oleh salah satu surveyor internet Pery Umar Farouk. Seperti ditulis oleh
salah satu portal berita nasional, ia mengungkapkan bahwa Indonesia terus mengalami
peningkatan sebagai pengakses situs porno internet. Menurutnya, masyarakat Indonesia
berada pada urutan ke-4 di dunia yang gemar membuka situs pornografi pada 2010 ini.


Internet sebagai sebuah teknologi seharusnya bisa diakses oleh siapa saja tanpa
membedakan jenis kelamin atau gender. Tapi kenyataannya, di negeri ini, internet menjadi
sangat maskulin, bias laki-laki. Data dari indikator telematika tahun 2005 yang ditulis di
www.iptek.net menyebutkan bahwa secara gender di Indonesia lebih banyak pengguna
internet adalah pria (75.86%) daripada wanita (24.14%).


Dominasi laki-laki sebagai pengguna internet nampaknya tidak berubah. Hal itu nampak pula
dari pengguna facebook di Indonesia yang masih didominasi oleh laki-laki. “Sekitar 59 persen
pengguna facebook di Indonesia adalah laki-laki,” ujar Yanuar Nugroho, “Ini bagian dari
sebuah realitas ketercerabutan,”
Sementara bila ditinjau dari jenjang pendidikan, menurut data dari ipteknet, tingkat Sarjana
adalah pengguna terbanyak (43%) selanjutnya tingkat SLTA (41%). Berdasarkan profesi
menunjukkan bahwa mahasiswa yang paling banyak menggunakan internet (39%). Artinya,
pengguna internet di Indonesia didominasi oleh laki-laki muda. Jika dikaitkan bahwa
sebagaian besar yang diekploitasi dalam pornografi di dunia maya adalah tubuh perempuan,
maka ini menjawab pertanyaan mengapa Indonesia termasuk kedalam negara yang paling
tinggi mengakses pornografi di internet.


Apa yang bisa disimpulkan dari tulisan di atas? Maraknya pornografi di internet, paling tidak
di Indonesia, tak bisa dilepaskan dari dominasi penggunaan internet oleh laki-laki. Untuk
mencegahnya selain perlu disosialisasikan internet sehat juga perlu dibongkar struktur
dominasi laki-laki dalam penggunaan internet di Indonesia. Jika penggunaan internet masih
bias gender atau didominasi oleh laki-laki, akan sulit untuk mencegah maraknya pornografi di
internet. Kebijakan-kebijakan mencegah pornografi di dunia maya pun seharusnya tidak
hanya mengedapankan cara-cara yang represif seperti pemblokiran namun harus menyentuh
ketimpangan gender dalam penggunaan internet di Indonesia.


Perempuan, Dari Objek Pornografi ke Pelaku Gerakan Sosial Digital


Beberapa kelompok masyarakat sipil ternyata telah memiliki inisiatif untuk mengatasi
persoalan ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet di Indonesia. Adalah kelompok
Suara Ibu Peduli telah melakukan berbagai pelatihan internet di komunitas perempuan
melalui kelompok ibu-ibu PKK. Gerakan internet untuk perempuan juga mulai menggeliat di
beberapa daerah seperti di Sumatera Selatan, melalui jaringan ibu-ibu PKK dan juga di
Pekalongan, Jawa Tengah.


Pemanfaatan internet oleh perempuan diharapkan mampu menekan dijadikannya perempuan
sebagai objek pornografi di internet. Tentu saja, pada akhirnya akan berujung pada
meningkatnya konten positif di internet. Bukan hanya itu, pemanfaatan internet oleh
perempuan juga mampu mendinamisasi gerakan sosial digital di Indonesia.


Adalah Prita Mulyasari, seorang perempuan, yang menjadi icon gerakan sosial digital di
Indonesia. Ia adalah korban pertama dari pasal karet pencemaran nama baik di Undang
Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).


Banjirnya dukungan terhadap Prita Mulsyasari saat melawan Rumah Sakit OMNI
Internasional mendorong para calon presiden pada pemilu 2009 ikut peduli. Bahkan lebih dari
sekedar itu, kasus Prita Mulyasari juga membuka mata publik dan pengambil kebijakan di
negeri ini akan bahayanya pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE. Bahkan kasus Prita
telah mendorong pemerintah untuk melakukan revisi terhadap UU ITE.


Kenapa pemanfaatan internet oleh perempuan berpotensi mendinamisasi gerakan sosial
digital? Hal itu disebabkan karena perempuan seringkali menjadi korban dari kebijakan-
kebijkan pembangunan dan berbagai kasus yang terjadi di masyarakat. Dengan
memanfaatkan internet kepentingan-kepentingan perempuan lebih tersuarakan.


Media massa konvensional seringkali melupakan kepentingan-kepentingan perempuan
dalam meliput sebuah kasus, akibatnya selain kepentingan perempuan terlupakan juga kasus
tersebut tidak bisa dilihat secara utuh.


Dalam kasus semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur misalnya. Dalam
kasus itu media massa lebih fokus pada tuntutan ganti rugi aset-aset fisik (rumah dan tanah)
yang tenggelam oleh lumpur dibandingkan persoalan-persoalan sosial lainya dari korban
lumpur. Tuntutan ganti rugi yang kemudian dibelokan menjadi sekedar jual beli aset rata-rata
disuarakan oleh korban lumpur dari laki-laki, sementara persoalan sosial lainnya yang lebih
bersentuhan dengan kepentingan perempuan nyaris tak tersuarakan di media mainstream.
Karena media mainstream fokus pada tuntutan ganti rugi fisik, maka persoalan tersebut yang
lebih cepat ditangani, meskipun juga sering berlarut-larut. Namun persoalan sosial seperti
perempuan-perempuan korban lumpur yang terpaksa menjadi pekerja seks komersial
menjadi tidak diperhatikan oleh pemerintah.


Diabaikan persoalan-persoalan sosial di luar ganti rugi aset fisik lebih banyak merugikan
korban lumpur dari kalangan perempuan. Salah satu persoalan sosial lainnya yang dilupakan
dalam kasus Lapindo adalah akses kesehatan bagi perempuan korban lumpur. Adalah Mbok
Jumik, perempuan korban lumpur Lapindo, yang sebelum meninggal dunia harus dirawat
dengan obat-obatan tradisional di pengunsian karena tidak mampu membayar biaya berobat
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo.


Persoalan-persoalan yang menyangkut kepentingan perempuan korban lumpur jarang
mendapatkan ruang yang memadai di media massa mainstream. Akibatnya publik memahami
bahwa persoalan lumpur Lapindo hanyalah sebatas persoalan ganti rugi aset fisik berupa
rumah dan tanah. Sementara persoalan hak atas kesehatan dan hak sosial lainnya dianggap
tidak penting. Kebijakan negara pun lpada akhirnya lebih fokus kepada persoalan jual beli
aset korban lumpur persoalan pelanggaran hak-hak kesehatan dan sosial korban lumpur.


Pemanfaatan internet oleh perempuan dapat membongkar itu semua. Perempuan dapat
memposting tuntutan-tuntutan berdasarkan kepentingannya. Dengan keterlibatan perempuan
itu selain membawa dampak positif bagi kelompok perempuan itu sendiri juga mencerdaskan
publik, karena publik dapat melihat sebuah kasus secara lebih utuh.


Namun, kertelibatan perempuan dalam gerakan sosial digital bukanlah tanpa hambatan.
Pasal karet pencemaran nama baik dalam UU ITE menjadi penghambat utamanya. Meskipun
saat ini revisi dari UU ITE telah masuk Prolegnas, nampaknya belum ada kelompok
masyarakat sipil yang mengawal proses revisi itu. Akibatnya, bukan tidak mungkin justru
pasal karet pencemaran nama baik bukan menjadi pasal yang akan direvisi.
Kesimpulan


Persolan pornografi di dunia maya tidak bisa ditangani hanya dengan pendekatan-
pendekatan yang represif berupa kebijakan pemblokiran website. Persoalan pornografi di
dunia maya harus pula melihat ketimpangan gender dalam penggunaan internet di Indonesia.


Pengguna internet laki-laki cenderung untuk mengunjungi konten-konten pornografi di
internet dibandingkan pengguna internet perempuan. Banyaknya pengguna internet dari
kalangan laki-laki pada akhirnya menyebabkan naiknya permintaan akan konten-konten
pornografi di internet. Seiring dengan meningkatnya permintaan konten-konten pornografi
oleh pengguna internet laki-laki, meningkat pula kecenderungan perempuan menjadi objek
dari konten-konten pornografi di internet.


Kelompok-kelompok masyarakat sipil telah bergerak mengatasi ketimpangan gender dalam
pemanfaatan internet di Indonesia. Pemanfaatan internet oleh perempuan diyakini selain
dapat meningkatkan produk konten positif di internet juga mampu mendinamisasi gerakan
sosial digital. Upaya itu harus didukung oleh pemerintah secara sungguh-sungguh. Salah
satu bentuk dukungan itu adalah menyingkirkan hambatan kebijakan yang membuat
perempuan tidak bebas mengekspresikan pendapat dan kepentingannya di dunia maya.
Revisi pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE, yang telah menjadikan perempuan
sebagai tumbal pertamanya, adalah salah satu wujud dari dukungan itu.




Bahan Bacaan
   1. Hak Asasi Manusia Pilar Utama Kebijakan Konten di Indonesia , Kertas Posisi
      Yayasan Satudunia tentang Kebijakan Konten Yayasan Satudunia, Satudunia, 2010
   2. Di Tengah Kegelapan, Kami Nyalakan Lentera, Kertas Posisi Yayasan Satudunia
      tentang ICT di Indonesia, Satudunia, 2010
   3. http://web.bisnis.com/sektor-riil/telematika/1id179371.html
   4. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=5&ch=inti
   5. http://www.antaranews.com/berita/1257335727/menkominfo-indonesia-pengakses-situs-porno-
      terbesar-dunia
   6. http://kosmo.vivanews.com/news/read/22231-suami_kecanduan_situs_porno__1
7. http://teknologi.vivanews.com/news/read/80621-netter_asal_malta_rajin_kunjungi_situs_porno
8. http://knowledgeaboutsex.blogspot.com/2009/04/70-persen-oramg-kantoran-buka-
   situs.html
9. http://www.satuportal.net/content/ketika-pemanfaatan-internet-didominasi-laki-laki
10. http://www.satuportal.net/content/internet-pornogafi-dan-gerakan-sosial

More Related Content

More from SatuDunia

More from SatuDunia (19)

Her Story
Her Story Her Story
Her Story
 
Presentation diskusi aepf ui salemba_firdaus cahyadi (1)
Presentation diskusi aepf ui salemba_firdaus cahyadi (1)Presentation diskusi aepf ui salemba_firdaus cahyadi (1)
Presentation diskusi aepf ui salemba_firdaus cahyadi (1)
 
Digital right dan free trade_ firdaus cahyadi
Digital right dan free trade_ firdaus cahyadiDigital right dan free trade_ firdaus cahyadi
Digital right dan free trade_ firdaus cahyadi
 
Pelatihan analisis wacana firdaus cahyadi yayasan satudunia
Pelatihan analisis wacana  firdaus cahyadi yayasan satuduniaPelatihan analisis wacana  firdaus cahyadi yayasan satudunia
Pelatihan analisis wacana firdaus cahyadi yayasan satudunia
 
Pengantar pengelolan pengetahuan di organisasi Non Profit
Pengantar pengelolan pengetahuan di organisasi Non ProfitPengantar pengelolan pengetahuan di organisasi Non Profit
Pengantar pengelolan pengetahuan di organisasi Non Profit
 
Internet dan fta firdaus cahyadi
Internet dan fta firdaus cahyadiInternet dan fta firdaus cahyadi
Internet dan fta firdaus cahyadi
 
Notulensi diskusi TPP dan Digital Right SatuDunia dan IGJ
Notulensi diskusi TPP dan Digital Right SatuDunia dan IGJNotulensi diskusi TPP dan Digital Right SatuDunia dan IGJ
Notulensi diskusi TPP dan Digital Right SatuDunia dan IGJ
 
Mendisiplinkan demokarasi digital uu ite satu_dunia_jogja
Mendisiplinkan demokarasi digital  uu ite satu_dunia_jogjaMendisiplinkan demokarasi digital  uu ite satu_dunia_jogja
Mendisiplinkan demokarasi digital uu ite satu_dunia_jogja
 
Presentasi di Kementerian Pekerjaan Umum (Maret 2016), "Laporan Masyarakat Si...
Presentasi di Kementerian Pekerjaan Umum (Maret 2016), "Laporan Masyarakat Si...Presentasi di Kementerian Pekerjaan Umum (Maret 2016), "Laporan Masyarakat Si...
Presentasi di Kementerian Pekerjaan Umum (Maret 2016), "Laporan Masyarakat Si...
 
Habitat iii laporan alternatif-satu dunia-final
Habitat iii laporan alternatif-satu dunia-finalHabitat iii laporan alternatif-satu dunia-final
Habitat iii laporan alternatif-satu dunia-final
 
Kajian gerakan masyarakat sipil di media periode januari april 2015
Kajian gerakan masyarakat sipil di media periode januari april 2015Kajian gerakan masyarakat sipil di media periode januari april 2015
Kajian gerakan masyarakat sipil di media periode januari april 2015
 
Analisis politik pengetahuan dalam samin semen (2)
Analisis politik pengetahuan dalam samin semen (2)Analisis politik pengetahuan dalam samin semen (2)
Analisis politik pengetahuan dalam samin semen (2)
 
Faq km untuk organisasi masyarakat sipil
Faq km untuk organisasi masyarakat sipilFaq km untuk organisasi masyarakat sipil
Faq km untuk organisasi masyarakat sipil
 
Jalan tol dalam kota, polusi udara dan bangkitnya perlawanan publik jakarta1
Jalan tol dalam kota, polusi udara dan bangkitnya perlawanan publik jakarta1Jalan tol dalam kota, polusi udara dan bangkitnya perlawanan publik jakarta1
Jalan tol dalam kota, polusi udara dan bangkitnya perlawanan publik jakarta1
 
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
Di balik gemerlap bisnis ict di indonesia igf firdaus cahyadi2
 
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
Makalah firdaus cahyadi dalam acara Konferensi Negara Hukum di Hotel Bidakara...
 
Komentar para penandatangan petisi pt kai 14 sept 2012
Komentar para penandatangan petisi pt kai 14 sept 2012Komentar para penandatangan petisi pt kai 14 sept 2012
Komentar para penandatangan petisi pt kai 14 sept 2012
 
Menulis opini di media mainstream daus
Menulis opini di media mainstream dausMenulis opini di media mainstream daus
Menulis opini di media mainstream daus
 
Materi advokasi media eu active
Materi advokasi media eu activeMateri advokasi media eu active
Materi advokasi media eu active
 

Pornografi dan ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet full paper konferensi ui

  • 1. Pornografi dan Ketimpangan Gender dalam Pemanfaatan Internet Oleh: Firdaus Cahyadi Staff Kampnye isu Keadilan Informasi-Yayasan Satudunia Akhir-akhir ini kita dikejutkan oleh beredarnya video mesum di internet yang diperankan oleh orang-orang yang mirip artis di negeri ini. Video mesum itu diperankan oleh orang-orang yang mirip penyanyi Ariel, bintang sinetron Luna Maya dan Cut Tari. Dan penyebaran video mesum nyaris bersamaan waktunya. Hanya sekali klik, para pengguna internet di Indonesia bahkan juga seluruh dunia dapat menyaksikan video mesum tersebut. Ini tentu saja sebuah aib, bukan saja bagi artis yang bersangkutan, namun juga bagi komunitas para pengguna internet di Indonesia. Maraknya pornografi di internet sejatinya tidak bisa dilepaskan dari ketimpangan gender dalam pemanfaatan teknologi tersebut. Dominasi laki-laki dalam pemanfaatan internet mendorong naiknya permintaan konten-konten pornografi yang mengeksploitasi tubuh perempuan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa situs-situs yang menampilkan konten pornografi pada umumnya didominasi oleh pengunjung laki-laki. Dalam konteks Indonesia, menurut salah satu surveyor internet Pery Umar Farouk, seperti ditulis oleh salah satu portal berita nasional mengungkapkan bahwa Indonesia terus mengalami peningkatan sebagai pengakses situs porno internet. Celakanya upaya memberantas pornografi di internet tidak pernah menyentuh persoalan ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet ini. Kebijakan untuk mendorong tumbuhnya internet sehat dengan menampilkan konten-konten bermutu memang pantas diapresiasi. Namun itu saja tidak cukup bila ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet ini tidak dikoreksi. *** Pornografi di Dunia Maya dan Respon Pemerintah Prahara di dunia maya terbesar tahun ini di Indonesia adalah penyebaran video porno artis mirip Ariel-Luna Maya-Cut Tari. Perkembangan internet telah membuat video yang semula menjadi konsumsi pribadi itu pun menyebar secara luas ke publik. Hanya sekali klik, para pengguna internet di Indonesia bahkan juga seluruh dunia dapat menyaksikan video mesum tersebut. Ini tentu saja sebuah aib, bukan saja bagi artis yang bersangkutan, namun juga bagi komunitas para pengguna internet di Indonesia. Peredaran
  • 2. video mesum Ariel-Luna Maya-Cut Tari, lewat internet pun sulit dibendung, meskipun Youtube secara cepat telah memblokir video tersebut. Kasus itu pun membuat berang Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Racangan Peraturan Menteri (RPM) konten internet yang sempat mandeg (berhenti) pun dihidupkan kembali dengan nama yang berbeda. RPM baru yang bocor ke publik itu bernama “TATA CARA PENANGANAN PELAPORAN ATAU PENGADUAN KONTEN INTERNET”. Pro-kontra pun kembali mengemuka menyusul bocornya RPM tersebut. Masyarakat sipil pengguna internet mengecam RPM tersebut. Pasalnya, isi dari RPM tersebut berpotensi bukan saja menjaring konten pornografi namun juga konten-konten yang berisi kritik sosial dari masyarakat sipil. Pasalnya, yang dimaksud konten illegal dalam RPM tersebut mengacu pada Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dalam UU ITE itu terdapat pasal karet mengenai pencemaran nama baik. Isu pornografi pula yang membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan pemblokiran konten pornografi di internet pada tahun 2010 ini. Meskipun pemblokiran itu juga menuai protes, karena website yang tidak mengandung konten pornografi pun ikut diblokir. Persoalan pornografi sebenarnya bukan hanya persoalan Indonesia. Hampir negara di seluruh dunia juga mengalami problem yang sama di dunia maya. Berbagai cara telah dilakukan oleh beberapa negara untuk mengatasinya, terutama dalam rangka melindungi anak-anak dari bahaya konten pornografi. Dan Indonesia adalah salah satu negara yang mencoba mengatasi problem tersebut. Namun melihat beberapa respon kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah terhadap pornografi yang justru menuai protes dari masyarakat, memunculkan hipotesis, tentu ada yang dilupakan dalam kebijakan melawan pornografi di Indonesia ini. Hal apakah yang dilupakan?
  • 3. Pornografi dan Pengguna Internet yang Bias Gender Hebohnya kasus video mesum mirip Ariel-Luna Maya-Cut Tari tak bisa dilepaskan dari pemeran video mesumnya itu sendiri. Jika pemeran video mesum itu tidak mirip artis Ariel- Luna Maya-Cut Tari, mungkin kasus itu tidak seheboh sekarang. Selain tentu saja pemberitaan-pemberitaan dari media infotaiment yang secara tidak sadar mengarahkan kesadaran masayarakat bahwa berita video mesum itu lebih penting daripada berita skandal Bank Century, kasus pengemplangan pajak dan lumpur Lapindo. Namun bila kita telisik lebih dalam lagi, nampaknya media infotaiment lebih fokus menyorot ke arah orang yang mirip artis perempuan. Dalam hal ini Luna Maya daripada Ariel. Bahkan ada sebuah portal infotaiment yang sampai menurunkan berita mengenai keterkaitan Luna Maya dengan tempat-tempat yang melayani tatto. Pasalnya, dalam video mesum itu, pemeran perempuan yang mirip Luna Maya memiliki tatto di salah satu bagian tubuhnya. Seakan-akan Luna Maya yang harus membuktikan bahwa pemeran di video mesum itu dia atau orang lain. Lantas bagaimana dengan pihak laki-lakinya? Kenapa hal yang sama tidak ditujukan kepada Ariel? Bahkan perkembangan terakhir, memaksa artis Cut Tari dan Luna Maya untuk minta maaf ke publik. Sementara, hingga makalah ini ditulis, belum ada permintaan maaf dari Ariel. Bias gender. Itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan itu semua. Bias gender yang terjadi di dunia nyata ternyata berimbas ke dunia maya. Di dunia maya perempuan cenderung menjadi objek pornografi. Untuk membuktikan bahwa perempuan menjadi objek pornografi di internet tidaklah sulit. Tinggal ketik di google kemudian masukan kata mahasiswi, maka yang muncul adalah dominasi gambar-gambar sexy, bahkan ada gambar yang menggambarkan hubungan mesum. Sementara bila yang kita ketik adalah kata mahasiswa maka dominasi gambar-gambar yang muncul adalah aksi demonstrasi, bukan gambar sexy atau yang menampilkan hubungan mesum. Pertanyaannya kemudian tentu saja adalah, kenapa itu semua bisa terjadi? Jika mengacu pada hukum permintaan dan penawaran, maka dijadikan perempuan sebagai objek pornografi di internet itu disebabkan oleh banyaknya permintaan akan hal itu. Dan meningkatnya permintaan itu tidak bisa dilepaskan dari dominasi laki-laki dalam penggunaan
  • 4. internet, paling tidak di Indonesia. Celakanya, sebagaian besar pengguna internet laki-laki gemar memelototi gambar mesum di dunia maya. Seperti ditulis oleh portal berita vivanews, yang menyebutkan bahwa survey yang pernah dilakukan Kinsey Instute, AS menyimpulkan, 97 persen pria mengaku pernah mengakses situs porno. Data dari alexa.com, seperti yang ditulis oleh vivanews menyebutkan bahwa situs porno YouPorn.com sebagai situs internet ke-48 yang paling banyak dikunjungi, didominasi pria berusia antara 18 hingga 34 yang tidak memiliki anak, dan juga lulusan universitas. Yang perlu digarisbawahi disini adalah dominasi laki-laki dalam mengunjungi situs porno tersebut. Pornografi dan Pengguna Internet di Indonesia Seperti ditulis oleh Antara bahwa Indonesia masuk kedalam negara terbesar dalam mengakses situs porno. "Indonesia sampai saat ini paling besar mengakses situs porno," kata Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring seperti ditulis Antara (4/11/2009). Hal itu diperkuat oleh salah satu surveyor internet Pery Umar Farouk. Seperti ditulis oleh salah satu portal berita nasional, ia mengungkapkan bahwa Indonesia terus mengalami peningkatan sebagai pengakses situs porno internet. Menurutnya, masyarakat Indonesia berada pada urutan ke-4 di dunia yang gemar membuka situs pornografi pada 2010 ini. Internet sebagai sebuah teknologi seharusnya bisa diakses oleh siapa saja tanpa membedakan jenis kelamin atau gender. Tapi kenyataannya, di negeri ini, internet menjadi sangat maskulin, bias laki-laki. Data dari indikator telematika tahun 2005 yang ditulis di www.iptek.net menyebutkan bahwa secara gender di Indonesia lebih banyak pengguna internet adalah pria (75.86%) daripada wanita (24.14%). Dominasi laki-laki sebagai pengguna internet nampaknya tidak berubah. Hal itu nampak pula dari pengguna facebook di Indonesia yang masih didominasi oleh laki-laki. “Sekitar 59 persen pengguna facebook di Indonesia adalah laki-laki,” ujar Yanuar Nugroho, “Ini bagian dari sebuah realitas ketercerabutan,”
  • 5. Sementara bila ditinjau dari jenjang pendidikan, menurut data dari ipteknet, tingkat Sarjana adalah pengguna terbanyak (43%) selanjutnya tingkat SLTA (41%). Berdasarkan profesi menunjukkan bahwa mahasiswa yang paling banyak menggunakan internet (39%). Artinya, pengguna internet di Indonesia didominasi oleh laki-laki muda. Jika dikaitkan bahwa sebagaian besar yang diekploitasi dalam pornografi di dunia maya adalah tubuh perempuan, maka ini menjawab pertanyaan mengapa Indonesia termasuk kedalam negara yang paling tinggi mengakses pornografi di internet. Apa yang bisa disimpulkan dari tulisan di atas? Maraknya pornografi di internet, paling tidak di Indonesia, tak bisa dilepaskan dari dominasi penggunaan internet oleh laki-laki. Untuk mencegahnya selain perlu disosialisasikan internet sehat juga perlu dibongkar struktur dominasi laki-laki dalam penggunaan internet di Indonesia. Jika penggunaan internet masih bias gender atau didominasi oleh laki-laki, akan sulit untuk mencegah maraknya pornografi di internet. Kebijakan-kebijakan mencegah pornografi di dunia maya pun seharusnya tidak hanya mengedapankan cara-cara yang represif seperti pemblokiran namun harus menyentuh ketimpangan gender dalam penggunaan internet di Indonesia. Perempuan, Dari Objek Pornografi ke Pelaku Gerakan Sosial Digital Beberapa kelompok masyarakat sipil ternyata telah memiliki inisiatif untuk mengatasi persoalan ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet di Indonesia. Adalah kelompok Suara Ibu Peduli telah melakukan berbagai pelatihan internet di komunitas perempuan melalui kelompok ibu-ibu PKK. Gerakan internet untuk perempuan juga mulai menggeliat di beberapa daerah seperti di Sumatera Selatan, melalui jaringan ibu-ibu PKK dan juga di
  • 6. Pekalongan, Jawa Tengah. Pemanfaatan internet oleh perempuan diharapkan mampu menekan dijadikannya perempuan sebagai objek pornografi di internet. Tentu saja, pada akhirnya akan berujung pada meningkatnya konten positif di internet. Bukan hanya itu, pemanfaatan internet oleh perempuan juga mampu mendinamisasi gerakan sosial digital di Indonesia. Adalah Prita Mulyasari, seorang perempuan, yang menjadi icon gerakan sosial digital di Indonesia. Ia adalah korban pertama dari pasal karet pencemaran nama baik di Undang Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Banjirnya dukungan terhadap Prita Mulsyasari saat melawan Rumah Sakit OMNI Internasional mendorong para calon presiden pada pemilu 2009 ikut peduli. Bahkan lebih dari sekedar itu, kasus Prita Mulyasari juga membuka mata publik dan pengambil kebijakan di negeri ini akan bahayanya pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE. Bahkan kasus Prita telah mendorong pemerintah untuk melakukan revisi terhadap UU ITE. Kenapa pemanfaatan internet oleh perempuan berpotensi mendinamisasi gerakan sosial digital? Hal itu disebabkan karena perempuan seringkali menjadi korban dari kebijakan- kebijkan pembangunan dan berbagai kasus yang terjadi di masyarakat. Dengan memanfaatkan internet kepentingan-kepentingan perempuan lebih tersuarakan. Media massa konvensional seringkali melupakan kepentingan-kepentingan perempuan dalam meliput sebuah kasus, akibatnya selain kepentingan perempuan terlupakan juga kasus tersebut tidak bisa dilihat secara utuh. Dalam kasus semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur misalnya. Dalam kasus itu media massa lebih fokus pada tuntutan ganti rugi aset-aset fisik (rumah dan tanah) yang tenggelam oleh lumpur dibandingkan persoalan-persoalan sosial lainya dari korban lumpur. Tuntutan ganti rugi yang kemudian dibelokan menjadi sekedar jual beli aset rata-rata disuarakan oleh korban lumpur dari laki-laki, sementara persoalan sosial lainnya yang lebih bersentuhan dengan kepentingan perempuan nyaris tak tersuarakan di media mainstream.
  • 7. Karena media mainstream fokus pada tuntutan ganti rugi fisik, maka persoalan tersebut yang lebih cepat ditangani, meskipun juga sering berlarut-larut. Namun persoalan sosial seperti perempuan-perempuan korban lumpur yang terpaksa menjadi pekerja seks komersial menjadi tidak diperhatikan oleh pemerintah. Diabaikan persoalan-persoalan sosial di luar ganti rugi aset fisik lebih banyak merugikan korban lumpur dari kalangan perempuan. Salah satu persoalan sosial lainnya yang dilupakan dalam kasus Lapindo adalah akses kesehatan bagi perempuan korban lumpur. Adalah Mbok Jumik, perempuan korban lumpur Lapindo, yang sebelum meninggal dunia harus dirawat dengan obat-obatan tradisional di pengunsian karena tidak mampu membayar biaya berobat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sidoarjo. Persoalan-persoalan yang menyangkut kepentingan perempuan korban lumpur jarang mendapatkan ruang yang memadai di media massa mainstream. Akibatnya publik memahami bahwa persoalan lumpur Lapindo hanyalah sebatas persoalan ganti rugi aset fisik berupa rumah dan tanah. Sementara persoalan hak atas kesehatan dan hak sosial lainnya dianggap tidak penting. Kebijakan negara pun lpada akhirnya lebih fokus kepada persoalan jual beli aset korban lumpur persoalan pelanggaran hak-hak kesehatan dan sosial korban lumpur. Pemanfaatan internet oleh perempuan dapat membongkar itu semua. Perempuan dapat memposting tuntutan-tuntutan berdasarkan kepentingannya. Dengan keterlibatan perempuan itu selain membawa dampak positif bagi kelompok perempuan itu sendiri juga mencerdaskan publik, karena publik dapat melihat sebuah kasus secara lebih utuh. Namun, kertelibatan perempuan dalam gerakan sosial digital bukanlah tanpa hambatan. Pasal karet pencemaran nama baik dalam UU ITE menjadi penghambat utamanya. Meskipun saat ini revisi dari UU ITE telah masuk Prolegnas, nampaknya belum ada kelompok masyarakat sipil yang mengawal proses revisi itu. Akibatnya, bukan tidak mungkin justru pasal karet pencemaran nama baik bukan menjadi pasal yang akan direvisi.
  • 8. Kesimpulan Persolan pornografi di dunia maya tidak bisa ditangani hanya dengan pendekatan- pendekatan yang represif berupa kebijakan pemblokiran website. Persoalan pornografi di dunia maya harus pula melihat ketimpangan gender dalam penggunaan internet di Indonesia. Pengguna internet laki-laki cenderung untuk mengunjungi konten-konten pornografi di internet dibandingkan pengguna internet perempuan. Banyaknya pengguna internet dari kalangan laki-laki pada akhirnya menyebabkan naiknya permintaan akan konten-konten pornografi di internet. Seiring dengan meningkatnya permintaan konten-konten pornografi oleh pengguna internet laki-laki, meningkat pula kecenderungan perempuan menjadi objek dari konten-konten pornografi di internet. Kelompok-kelompok masyarakat sipil telah bergerak mengatasi ketimpangan gender dalam pemanfaatan internet di Indonesia. Pemanfaatan internet oleh perempuan diyakini selain dapat meningkatkan produk konten positif di internet juga mampu mendinamisasi gerakan sosial digital. Upaya itu harus didukung oleh pemerintah secara sungguh-sungguh. Salah satu bentuk dukungan itu adalah menyingkirkan hambatan kebijakan yang membuat perempuan tidak bebas mengekspresikan pendapat dan kepentingannya di dunia maya. Revisi pasal karet pencemaran nama baik di UU ITE, yang telah menjadikan perempuan sebagai tumbal pertamanya, adalah salah satu wujud dari dukungan itu. Bahan Bacaan 1. Hak Asasi Manusia Pilar Utama Kebijakan Konten di Indonesia , Kertas Posisi Yayasan Satudunia tentang Kebijakan Konten Yayasan Satudunia, Satudunia, 2010 2. Di Tengah Kegelapan, Kami Nyalakan Lentera, Kertas Posisi Yayasan Satudunia tentang ICT di Indonesia, Satudunia, 2010 3. http://web.bisnis.com/sektor-riil/telematika/1id179371.html 4. http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=5&ch=inti 5. http://www.antaranews.com/berita/1257335727/menkominfo-indonesia-pengakses-situs-porno- terbesar-dunia 6. http://kosmo.vivanews.com/news/read/22231-suami_kecanduan_situs_porno__1
  • 9. 7. http://teknologi.vivanews.com/news/read/80621-netter_asal_malta_rajin_kunjungi_situs_porno 8. http://knowledgeaboutsex.blogspot.com/2009/04/70-persen-oramg-kantoran-buka- situs.html 9. http://www.satuportal.net/content/ketika-pemanfaatan-internet-didominasi-laki-laki 10. http://www.satuportal.net/content/internet-pornogafi-dan-gerakan-sosial