SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Sebagaimana dikemukakan bahwa pendekatan modifikasi
perilaku tidak pernah lepas dari data, untuk mengevaluasi
apakah perilaku individu sudah berubah meningkat atau
berkurang. Secara khusus Martin dan Pear (2003)
mengemukakan bahwa asesmen perilaku meliputi proses
pengumpulan dan analisis terhadap data atau informasi untuk
tujuan-tujuan sebagai berikut:
 
1. Mengidentifikasi perilaku target, yaitu perilaku yang menjadi
sasaran.
2. Mengidentifikasi penyebab-penyebab munculnya perilaku
tertentu
3. Menentukan metode intervensi yang dilakukan.
4. Mengevaluasi hasil tritmen.
 
Teknik asesmen yang sangat populer digunakan dalam
modifikasi perilaku adalah Analisis Fungsional.
 
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa proses
modifikasi perilaku yang berhasil paling tidak melalui fase-
fase berikut:
(a) skrining atau intake phase, (b) baseline, (c) tritmen, dan
(d) tindak lanjut.
Untuk memperjelas pemahaman mengenai asesmen ini
baik kiranya diamati terlebih dahulu aktivitas yang dilakukan
pada setiap fase dari program modifikasi perilaku.
1. Skrining atau intake phase.
lstilah fase intake biasanya dikenakan pada tahap awal dari
proses pertemuan seorang klien dan terapis. Pada fase ini
terapis memberi kesempatan pada klien untuk mengisi
formulir yang disediakan ataupun hanya wawancara umum
dengan maksud agar terapis memperoleh informasi
mengenai nama, alamat, usia, status perkawinan dll. Pada
fase ini, terapis juga dapat mengumpulkan informasi awal
mengenai hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang mendorong
klien datang menemui terapis.
Fase ini sering juga disebut skrining karena fase ini berfungsi untuk
memberi kesempatan pada terapis untuk menimbang apakah klien
telah datang kepada terapis atau biro yang tepat untuk masalah yang
dialaminya. Fungsi kedua, terapis atau biro tersebut dapat
menginformasikan layanan-layanan yang diberikan, serta kode etik
profesi. Fungsi ketiga, mendeteksi apakah klien yang datang masuk
kategori krisis (misalnya dorongan bunuh diri atau penyalah gunaan
obat) sehingga membutuhkan tindakan segera atau tidak. Bagi terapis
tertentu, skrining ini memiliki fungsi keempat yaitu mengumpulkan data
melalui tes-tes psikologi yang dapat digunakan untuk memperkuat
diagnosa. Fungsi kelima dari fase skrining ini adalah
untuk menentukan perilaku mana yang perlu diukur baseline nya.
2. Fase Baseline
Fase baseline adalah fase penilaian awal terhadap perilaku
klien, yang merupakan sampel dari perilaku target. Fase ini
dilakukan dengan beberapa kali pengukuran terhadap
sampel perilaku tersebut pada situasi-situasi yang berbeda.
Pengukuran dihentikan apabila hasil pengukuran sudah
menunjukkan hasil yang konsisten.
Selama fase baseline, terapis menilai seberapa jauh gap
antara sampel perilaku yang ditunjukkan klien dengan
perilaku perilaku target untuk menentukan level perilaku
yang saat ini dimiliki klien. Pada fase ini, terapis juga
melakukan pengamatan dan penilaian terhadap lingkungan
tempat di mana klien hidup sehari-hari sehingga dapat
mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja
yang mungkin potensial mendukung atau menghambat
proses modifikasi perilaku terhadap klien. Setelah diamati,
terapis dapat memprediksi variabel apa saja yang
perlu dikontrol untuk mencapai tujuan program modifikasi
perilaku.
3. Fase Tritmen
setelah baseline dilakukan, terapis memperoleh data yang
lebih lengkap mengenai klien. ldealnya, pada saat ini
terapis mulai merancang program modifikasi perilaku yang
tepat bagi klien. Pada masalah-masalah kesulitan belajar,
umumnya program dalam bentuk pelatihan atau program
pengajaran. Untuk masalah-masalah klinis atau komunitas,
program yang lebih sering diusulkan adalah terapi atau
intervensi komunitas.

Dalam modifikasi perilaku, beberapa metode dapat
disarankan pada beberapa klien dengan masalah-masalah
tertentu. Namun demikian selama metode ini diterapkan,
sebagaimana pendekatan perilaku lainnya asesmen tetap
terus menerus dilakukan.
4. Fase Tindak Lanjut
Fase tindak lanjut dilakukan untuk mengevaluasi mengenai
keberlangsungan suatu perubahan perilaku tertentu. Bila perubahan
tersebut dapat bertahan selama periode tertentu mengikuti perubahan
perilaku yang terjadi setelah klien dikenai
metode modifikasi perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa metode
tersebut efektif. Sebaliknya, bila perubahan itu tidak permanen maka
dapat dikatakan bahwa problem yang sesungguhnya tidak terpecahkan
secara tuntas.

Sumber-sumber lnformasi untuk Asesmen
Pentingnya data yang dikumpulkan melalui fase-fase dalam modifikasi
perilaku merupakan ciri yang menonjol dari pendekatan perilaku. Data
akurat dan lengkap merupakan kunci keberhasilan suatu proses
modifikasi perilaku, terutama dalam
menentukan perilaku target. Dengan demikian perlu ditentukan
prosedur yang tepat untuk mengumpulkan data ini.
Beberapa prosedur yang biasa dilakukan untuk
pengumpulan data, dapat dikelompokkan ke dalam tiga
prosedur.

Prosedur pertama adalah penilaian tidak langsung.
Penilaian tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
mewawancarai orang-orang terdekat dengan klien,
misalnya orang tua, saudara-saudara klien, teman-teman,
guru, dan orang-orang yang banyak berhubungan
dengannya. Sumber informasi lain yang dapat diminta
datanya adalah konselor profesional dari sekolah. Cara lain
yang masuk kategori asesmen yang tidak langsung ini
adalah kuesioner yang didesain khusus seperti misalnya
life history, self report problem checklist, dan role play.
Prosedur kedua adalah penilaian langsung pada klien,
dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap
sampel perilaku yang diperlihatkan klien. Prosedur
penilaian langsung ini memberikan data yang akurat
karena ditampilkan langsung oleh klien, tetapi tentu saja
kelemahannya adalah dari segi waktu yang harus
disediakan lebih banyak. Dalam prosedur penilaian
langsung ini beberapa hal yang menjadi sasaran untuk
dinilai, adalah frekuensi dimunculkannya perilaku tertentu,
bagaimana
pula dengan durasi munculnya perilaku tersebut, intensitas,
dan kualitas.

Prosedur penilaian eksperimen dilakukan dengan cara
melakukan kontrol pada situasi yang ada pada klien
(antecedent) untuk kemudian diamati perilaku apa yang
akan dimunculkan (consequence). Prosedur ini disebut
juga dengan analisis fungsional.
Analisis Fungsional
lstilah analisis fungsional seringkali disamakan dengan
asesmen fungsional. Beberapa buku memang menyebut
dua istilah ini secara bergantian. Namun demikian Martin
dan Pear (2003) demikian pula halnya dengan Cone (1997)
membedakan definisi
keduanya. Martin dan Pear (2003) mengemukakan bahwa
asesmen fungsional adalah beberapa pendekatan yang
digunakan untuk mengidentifikasi antecedents dan
consequences dari suatu perilaku tertentu. Sementara itu,
analisis fungsional adalah manipulasi yang sistematis dari
suatu situasi untuk menguji perannya sebagai antecedents
yang mengontrol suatu perilaku tertentu, atau sebagai
consequences yang memperkuat terbentuknya perilaku
tertentu.
FADING
Adalah perubahan secara gradual pada successlye trials
dari stimulus yang mengontrol respon, sehingga respon
yang dihasilkan sedikit demi sedikit akan berubah seiring
dengan semakin lengkapnya stimulus.

Faktor - faktor yang mempengaruhi Keefektivitasan Fading :
1. Memilih stimulus akhir yang diinginkan
Sangat penting memilih stimulus akhir yang tepat untuk dapat
menghasilkan perilaku (respon) akhir yang diinginkan.
2. Memilih stimulus awal
Pada permulaan fading, sangat penting menentukan stimulus awal
yang mungkin memunculkan perilaku yang diinginkan.
Prompt adalah stimulus yang diperkenalkan utuk mengontrol perilaku
yang diinginkan selama masa awal program belajar dan kemudian
dihilangkan setelah perilaku yang diinginkan diperkuat.
Prompt dibedakan menjadi :
a. Physical Prompt
Misal : orang tua memegangi anaknya ketika belajar
berjalan.
b. Gestural Prompt
Misal : trainer menujukkan materi pada peserta dengan
menggunakan pointer
c. Modeling Prompt
Misal : pelatih renang menunjukkan gerakan tangan dalam
gaya bebas.
d. Verbal Prompt
Misal : pelatih mengendarai mobil mengatakan pada siswa
"hati - hati, jangan terlalu cepat”!
e. Environmental Prompt
Misal : orang yang ingin mengurangi berat badan
menempel fotonya yang gemuk di depan pintu kulkas.
Selain itu, Prompt juga dibedakan menjadi :
1. Extra stimulus prompt
sesuatu yang ditambahkan pada lingkungan untuk membentuk
respon yang diinginkan.
2. Within stimulus prompt
perubahan karakteristik dari stimulus untuk membuatnya lebih mudah
diperhatikan/dibedakan.
3. Memillih tahapan fading
Jika respon dapat terjadi dengan prompt yang diberikan,maka prompt
dapat secara bertahap dihilangkan. Jangan terlalu cepat dan jangan
terlalu lambat, tetapi harus disesuaikan dengan perkembangan subjek.
4. Memilih reinforcer yang sesuai
Pemilihan reinforcer yang tidak sesuai bisa menyebabkan perilaku
yang dihasilkan sebagai respon tidak terkuatkan.
5. Menerapkan rencana pada efek program
Untuk memperkecil terbentuknya efek negatif dan memperbesar efek
positif sebagai hasil program fading yang dilakukan.
Contoh Penerapan Fading
1. Belajar mengendarai sepeda
2. Menuntun anak belajar menggambar lingkaran, segitiga,
menulis angka dan huruf
3. Mengajarkan kemampuan verbal pada anak autis
4. Memunculkan perilaku tidak merokok
MODELING
Pengertian
Modeling adalah prosedur dimana contoh perilaku
diberikan kepada individu untuk membujuk individu
tersebut melakukan perilaku yang sama.

Cirinya:
1. Memamerkan perilaku seorang/sekelompok orang
kepada subjek
2. Memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan
Tahap dalam Modeling
1.Pemilikan (masuknya perilaku ke dalam perbendaharaan
subjek
       - Pengamatan intensif dan mengesankan
       - Berulang-ulang
2.Pelaksanaan (melakukan perilaku yang telah dipelajari)
terwujud jika ada:
       - Penunjang
       - Pengukuhan (dialami melalui pengamatan)

Efek Modeling
1.Memperoleh perilaku yg belum pernah dilakukan
2.Melepaskan perilaku yg dimiliki tetapi belum
dimanfaatkan
3.Menahan perilaku yg tadinya bebas dilakukan
4.Mempermudah timbulnya perilaku
Penerapan modeling
1.Memusatkan perhatian subjek
2.Memilih media pameran
      - Live models, participant modeling
      - Film models (video tape, movies)
      - Imagery characters (kartun, boneka, komik)
3.    Memilih model (berpengalaman, popular, sukses,
dikagumi)
Beberapa Pedoman dalam menggunakan Modeling
1. Jika mungkin, pilih model yang merupakan teman atau kawan
   sebaya dari klien dan orang yang dilihat klien sebagai orang yang
   kompeten dengan status atau gengsi.
2. Jika mungkin, gunakan lebih dari satu model.
3. Kompleksitas dari perilaku model sebaiknya sesuai dengan tingkat
   perilaku klien
4. Kombinasikan modeling dengan aturan
5. Klien melihat perilaku model dan diperkuat (lebih baik dengan
   penguat natural)
6. Jika mungkin, rencanakan pelatihan sehingga imitasi yang tepat
   dari perilaku model yang mengarah pada penguat natural pada
   klien.
7. Jika perilaku cukup kompleks, modeling sebaiknya dirangkai dari
   yang paling mudah hingga ke yang sulit pada individu yang diberi
   perlakuan.
8. Untuk menggeneralisasikan stimulus, modeling harus serealistis
   mungkin
9. Gunakan fading jika perlu sehingga stimuli selain model dapat
   mengambil kontrol pada perilaku yang diinginkan
PUNISHMENT
Pengertian
Pemberian stimulus yg mengikuti suatu perilaku mengurangi
kemungkinan berulangnya perilaku tersebut

Prinsip Punishment
Jika dalam situasi yang diberikan. seseorang melakukan sesuatu yang
segera diikuti oleh hukuman, kemudian orang tersebut akan
mengurangi perilaku yang sama ketika dia berada pada situasi yang
sama nantinya,
Keunggulan Hukuman :
1.Menghentikan dg cepat
2.Memudahkan diskriminasi
      Hukuman yg bersifat spesifik memudahkan subjek
membedakan dalam situasi mana perilakunya harus dihilangkan
3.    Merupakan pelajaran bagi orang lain


Kelemahan Hukuman:
1.Reaksi subjek mengundurkan diri
        mogok, melarikan diri, membolos
2.      Reaksi subjek agresi
3.Reaksi subjek tergeneralisasi
4.Reaksi subjek diskriminatif
5.Tindakan menghukum dijadikan contoh
6.Perilaku terhukum dicontoh
7.Reaksi subjek thd diri sendiri & lingkungan menjadi negatif
8.Reaksi lingkungan thd penghukum negatif
Tipe - tipe Hukuman
1. Physical (Aversive) Punisher
   Segala jenis hukuman yang mengikuti perilaku yang mengaktifikan
   reseptor sakit atau reseptor rasa lain yang menimbulkan rasa tidak
   nyaman
2. Reprimands
   Adalah stimuli verbal negative yang kuat, misalnya “Tidak!" 'ltu
   buruk!" dapat juga mengandung tatapan kasar dan genggaman
   keras.
3. Timeout (Penyisihan sesaat)
   Memindahkan sumber pengukuhan utk sementara waktu tertentu,
   bila perilaku sasaran yg akan dihilangkan muncul, kesempatan
   mendapat pengukuh ditiadakan sementara waktu.
4. Response Cost (denda)
   Penarikan kembali sejumlah pengukuh yang telah diberikan untuk
   suatu perilaku sasaran.
Penerapan Hukuman :
1.Menghalangi lolos dari hukuman
2.Konsisten & diberikan seketika
3.Penyajian dg intensitas kuat
4.Kombinasi dg prosedur lain
5.Kombinasi dg pengaturan lingkungan
Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Hukuman
1.       Memaksimalkan kondisi untuk respon alternatif yang
diinginkan
         Harus mengidentifikasi beberapa respon diinginkan yang akan
         berkompetisi dengan perilaku tidak diinginkan yang akan
dihilangkan.      Untuk menjaga perilaku diinginkan, kita sebaiknya
memiliki reinforcemen positif yang diberikan pada jadwal efektif.
2.       Minimalisir penyebab respon yang dihukum
         Kita harus mengenali kontrol stimulus dari perilaku yang akan
dihukum, lalu kita juga harus mengetahui reinforcer yang menjaga
perilaku tidak diinginkan tersebut.
3.       Pemilihan hukuman
         Pemilihan tipe hukuman sangat penting dalam mempengaruhi
efektivitas pelaksanaan modifikasi perilaku.
4.       Pelaksanaan hukuman
         Punishmen paling efektif ketika hukuman diberikan segera
setelah
         perilaku yang tidak diinginkan muncul.
5.       Penggunaan aturan
         Penggunaan aturan yang tepat akan membantu menurunkan
perilaku tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku alternatif lebih
SELF CONTROL
Self Control atau pengelolaan diri adalah prosedur dimana seseorang
mengarahkan atau mengatur perilakunya sendiri. Masalah yang ada
pada self control biasanya ada dua, yaitu masalah akan adanya
perilaku yang berlebihan (problems of behavior excesses), atau
adanya perilaku yang kurang sehingga harus ditambah (problems of
behavioral deficiencies).
A. Problems Of Behavior Excesses
1. lmmediate Reinforcers VS Delayed Punishers
Melakukan sesuatu yang mendapatkan pengukuhan yang segera,
namun ada hukuman yang tertunda atas tercapainya pengukuh segera
tersebut. Misalnya: seorang anak yang berbohong pada orangtuanya
agar dapat pergi bersama teman-temannya, padahal pekerjaan
rumahnya masih belum selesai.
2. lmmediate Reinforcers VS Cummulative Significant Punishers
Melakukan sesuatu yang akan mendapatkan pengukuh dengan
segera, namun akan mendapatkan hukuman yang tertunda dengan
jumlah hukuman yang berlipat.
Misalnya: makan makanan yang rasanya enak tapi berkadar kolesterol
tinggi.
3. lmmediate Reinforcers (For Problem Behavior) VS Delayed
Reinforces
Pengukuhan langsung versus pengukuhan yang tertunda.
Mlsalnya : seorang mahasiswa akan ujian, namun teman kostnya
meminjam film bagus yang ingin ia tonton. Apabila mahasiswa itu
memilh belajar, maka ia akan mendapatkan nilai bagus nantinya.
Namun apabila mahasiswa itu memilih untuk menonton film, maka ia
akan mendapatkan kesenangan yang segera.
B. Problems Of Behavioral Deficiencies

1.   lmmediate Small Punisher VS Reinforcers That Are
Cummulatively Significant

2.     lmmediate Small Punishers For A Behavior VS lmmediate
But Highly lmprobable Major Punisher if The Behavior Doesn’t
Occur

3.     lmmediate small punisher for a behavior vs a Delayed
major punisher if the behavior doesn't occur
Langkah-langkah Dalam Prosedur Self Control
1. Spesifikasi Masalah
a. Tentukan tujuan perilaku dengan rinci, konkrit, dan wajar
b. Buat daftar bukti yang menyatakan bahwa program control diri telah
   berhasil.
c. Cantumkan beberapa orang yang punya tujuan sama. Amati, dan
   berikan alasan mengapa mereka berhasil dan mengapa mereka
   tidak berhasil,
d. Buat daftar perilaku yang dapat membantu tercapainya tujuan

2.   Membuat Komitmen Untuk Berubah
a.   Buat daftar keuntungan apabila program ini berhasil
b.   Atur lingkungan : ada orang lain yang mengingatkan
c.   Siapkan waktu dan energi untuk melakukan program
d.   Rencanakan cara untuk mengatasi gangguan

3. Mengambil Data dan Analisis Penyebab
a. Ambil data tentang munculnya masalah : kapan, dimana, seberapa
   sering?
b. Catat frekuensi permasalahan
c. Analisis anteseden & konsekuensi yang memelihara perilaku : dasar
   untuk menyusun strategi berikutnya
4. Merancang Program
a. Manage The Situation
      i. Self lnstruction
      ii. Modelling
      iii. Mengatur lingkungan
      iv. Mengurangi kontak dengan orang lain
      v. Menentukan waktu
b. Manage The Behavior
      i. Chaining : tiap perilaku kecil merupakan syarat bagi perilaku
           selanjutnya.
      ii. lncompatible Behavior : Perilaku bermasalah diganti perilaku
   lain
           yang lebih tepat.
      iii. Shaping : Membentuk perilaku secara bertahap
c. Manage The Consequences
      i. Utilizing Feedback : cermin, tape recorder, video, self
   monitoring
      ii. Menyediakan self reward
      iii. Mencatat keuntungan melakukan program
      iv. Administering Punishment
 
Keunggulan Self Control
1.     Klien aktif
2.     Perubahan yang diperoleh lebih tahan lama
 
Kelemahan Self Control
1.     Tergantung kesadaran, ketelatenan, dan motivasi klien
2.     Perilaku yang bersifat pribadi sulit dideskripsikan (malu, 
cemas), sulit dimonitor dan dievaluasi
3.     Pengukuh imajinasi hanya disarankan untuk klien yang baik 
daya khayalnya
4.     Penggunaan imajinasi sebagai pengukuh hukuman dapat 
melebihi takaran tanpa Diketahui orang lain.
 
SYSTEMATIC DESENSITIZATION
Pengertian
Teknik untuk mengurangi / mengambat / menghilangkan respon 
kecemasan
secara bertahap dengan cara memunculkan respon yang berlawanan
 
Dasar Pemikiran
Reciprocal lnhibition
         Penekanan munculnya suatu reaksi dg memberikan 
pemunculan
Reaksi yang berlawananan
         Refleks simpatetis ditekan dan secara simultan dimunculkan 
Refleks yang 
         antagonistis (refleks parasimpatetis)
Terjadi kombinasi
         Counter conditioning
Menyajikan stimulus yg menyenangkan (relaksasi) -- membuat kondisi 
baru -- cemas diganti rileks
         Extinction
Terjadi penghilangan respon kecemasan -- karena sudah dicounter 
dengan relaksasi
Prosedur
1.  Asesmen
    -  Wawancara
    -  Observasi / self monitoring
    -  Skala / inventory
2.  ldentifikasi stimulus penyebab kecemasan
    -  Golongkan dalam tema
    -  Susun hirarkhi kecemasan
3.  Melatih bentuk-bentuk respon penghambat kecemasan
    -  Relaksasi
    -  Asertif
4.  Proses terapi
    -  Dibuat santai
    -  Membayangkan situasiyg menimbulkan kecemasan -- mulai
       yang paling rendah
    -  Sambil membayangkan situasi yg menimbulkan kecemasan ia
       juga diminta rileks -- menolong individu untuk rileks dalam situasi
       yg mencemaskan
 
 
Hambatan
- Penyusunan hirarkhi
- Kurang dapat berimaginasi
- Kesulitan dalam relaksasi
Contoh :
Klien yang takut pada tikus diminta untuk membuat daftar hierarki 
ketakutannya pada tikus tersebut, kemudian terapis meminta klien 
untuk membayangkan ketakutannya dari tingkat hierarki yang paling 
rendah, setelah itu terapis memberikan kesempatan kepada klien 
untuk melakukan relaksasi, proses ini terus berjalan sampai pada 
tingkat hierarki yang paling tinggi.
TOKEN ECONOMY
Token economy adalah sebuah program dimana sekelompok individu 
bisa mendapatkan token untuk beberapa perilaku yang diharapkan 
muncul, dan token yang dihasilkan bisa ditukar dengan back up 
reinforcer.
Token economy dibuat berdasarkan prinsip conditioning reinforcement. 
Conditioning reinforcement adalah stimulus yang tidak secara 
langsung menguatkan prilaku, namun stimulus tersebut bisa menjadi 
penguat jika dipasangkan dengan reinforcer lain.
 
Ada tiga karakteristik dasar yang dimiliki token economy 
sebagai suatu program dalam modifikasi perilaku, yaitu :
1.     Perilaku yang akan diperkuat dipaparkan dengan 
jelas.
2.     Prosedur yang digunakan adalah dengan 
memberikan reinforcing stimuli (token) saat perilaku target 
muncul.
3.     Aturan yang ada direncanakan untuk mengatur 
pertukaran token untuk setiap objek atau peristiwa yang 
akan diperkuat.
Langkah-langkah lmplementasi Token Economy
1.       Menentukan Perilaku Target
         Semakin homogen individu kelompok yang akan dikenai token 
economy, maka akan semakin mudah menstandardisasikan aturan-
aturan yang berlaku dalam token economy.
2.       Mencari Garis Basal
         Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan, 
biasanya melalui pengamatan selama dua minggu terhadap perilaku 
target. Sesudah program dimulai, kita bisa membandingkan data 
dengan data yang diperoleh saat menentukan garis basal, sehingga 
dapat menentukan efektivitas program.
3.       Memilih Back up Reinforcer
         Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program 
dan apa saja kira-kira barang yang dibutuhkannya. Barang yang 
menjadi pengukuh pendukung haruslah barang yang dapat digunakan 
atau consumable. Perlu diperhatikan pula tempat penyimpanan. dan 
dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan program.
4. Memilih Tipe Token Yang Akan Digunakan
   Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah 
   dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah 
   dipalsukan. Beberapa contoh yaitu stiker, keping logam, koin, 
   check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap di buku, tanda 
   bintang, kartu, dll.
5. Mengidentifikasi Sumber-sumber Yang Bisa Membantu
   Beberapa sumber yang bisa membantu adalah staf, relawan, 
   mahasiswa,
   residen, orang yang akan dikenaitoken itu sendiri.
6. Memilih Lokasi Yang Tepat.
   Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah perilaku 
   target
   muncul.
7. Menyiapkan manual/ pedoman Token Economy Pada Klien Dan staf.
 Ada suatu prosedur spesifik dalam penerapan program token economy
1.  Perlu diperhatikan bagaimana cara penyimpanan data, kertas data yang 
akan      digunakan, siapa dan bagaimana data itu akan dicatat.
2.  Siapa yang akan memberikan pengukuh atau agen pengukuh (rerinforcing 
agent), dan untuk perilaku apa.
3.  Menentukan jumlah token yang bisa didapat pada setiap perilaku. 
Pemberian token dapat mulai dikurangi bila perilaku target telah terbetuk.
4.  Menyusun prosedur dan menentukan jumlah token untuk memperoleh back 
up reinforcer. Pada awal program, frekuensi penyediaan pengukuh pendukung 
harus cukup tinggi, lalu berkurang secara bertahap.
5.  Berhati-hati terhadap kemungkinan munculnya hukuman.
    Ada kemungkinan hukuman bersyarat (possible punishment contingencies).
    Klien membayar dengan token bila ia melakukan tindakan kontraproduktif.
6.  Memastikan bahwa tugas yang harus dilakukan staf sudah jelas, dan 
pemberian pengukuh pada staf.
7.  Membuat rencana untuk menghadapi kemungkinan masalah yang akan 
timbul. Masalah yang biasa timbul antara lain, kebingungan, kekurangan staf, 
peserta merusak token, dan lain-lain.
Penerapan Token Economy
1. Membantu murid yang cacat di dalam ruang kelas
2. Menangani anak -anak dengan masalah antisocial
3. Treatment untuk pecandu alkohol
4. Menurunkan tingkat absent dan meningkatkan performa kerja
5. mengurangi perilaku agresif tahanan.
6. Mengelola perilaku anak dalam keluarga.
 
Kelemahan Token Economy
1. Kurangnya pembentukan motivasi intrinsik, karena token merupakan
dorongan dari luar diri.
2. Dibutuhkan dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh pendukung
/ back up reinforcer
3. Adanya beberapa hambatan dari orang yang memberikan dan menerima
token.
 
TEORI BEHAVIORISME
PRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME
1.       Obyek psikologi adalah tingkah laku
2.       Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek
3.       Mementingkan pembentukan kebiasaan
 
ADA DUA ALIRAN BESAR DALAM TEORI BEHAVIORISME
1. Reflek bersarat dari Rusia di antaranya PAVLOV dkk
2. Behaviorisme dari Amerika diantaranva THORNDIKE dkk
 A. Teori Belajar Behaviouristik
Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku 
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi 
respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan 
membentuk perilaku mereka.

Kerangka Berpikir Teori
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, 
bersifat mekanistis. menekankan peranan lingkungan. mementingkan 
pembentukan reaksi atau respon. menekankan pentingnya 
latihan.mementingkan mekanisme hasil belajar. mementingkan 
peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah 
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering 
disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia 
dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau 
reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku 
belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural 
dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat 
bahwa tingkah laku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
Tokoh-Tokoh

Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori 
belajar ini disebut teori "connectionism". Eksperimen yang dilakukan 
adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang 
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam 
sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan 
Error. 
Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu : adanya aktifitas, ada 
berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap 
berbagai respon yang salah. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai 
tujuan.
Thorndike menemukan hukum-hukum.
1.  Hukum kesiapan (Law of Readiness)
    Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk 
    memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan 
    menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung 
    diperkuat.
2.  Hukum latihan
    Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka 
    asosiasi tersebut semakin kuat.
3.  Hukum akibat
    Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat 
    menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak 
    memuaskan.
Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson

Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam 
percobaan ini anjing diberi stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi 
bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia 
adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari 
menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian 
yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari 
contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat 
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus
alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan 
respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan 
oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses 
perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang 
menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini 
adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah 
belajar hanyalah terjadi secara
otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
 Skinner (1904-1990)

Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan factor
penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi
adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi
penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebihrajin.

Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditing
menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli
maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah
lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan
siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Skinner membagi menjadi 2 jenis respon.

1.      Responden
        Respon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya Pavlo.
2.      Operans
        Respon yang terjadi karena situasi random. Operans
conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau
menghilang sesuai keinginan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
1.       Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah
dibetulkan jika benar diberi penguat.
2.       Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi
pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3.       Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas
sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah
untuk menghindari hukuman.
4.       Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan
sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio
reinforcer.
5.       Dalam pembelajaran digunakan shapping
 Robert Gagne (1916-2002)
Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional
(Program berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori
instructional Gagne adalah 9 kondisi instructional:
1.       Gaining attention = mendapatkan perhatian
2.       Intorm learner of objectives = menginformasikan siswa
mengenai tujuan yang akan dicapai
3.       Stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi
kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar.
4.       Present new material = penyajian materi baru
5.       Provide guidance = menyediakan pembimbingan
6.       Elicit performance = memunculkan tindakan
7.       Provide feedback about correctness = siap memberi umpan
balik langsung terhadap hasil yang baik
8.       Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan
9.       Enhance retention and recall = meningkatkan proses
penyimpanan memori dan mengingat.
Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru
untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar
dapat dimodifikasi.
Albert Bandura (1925-sekarang)
Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social
serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan
meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura
menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku
timbal balik yang berkesinambungan antara kognitive perilaku dan
pengaruh
lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah
perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi.

Aplikasi teori behaviouristik terhadap pembelajaran siswa
Guru yang menggunakan paradigma behaviourisme akan menyusun
bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang
dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya
memberi ceramah tetapi juga contoh-contoh. Bahan pelajaran disusun
hierarki dari vang sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari
pembelajaran dapat diukur dan diamati. kesalahan dapat diperbaiki.
Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang
diinginkan.
Kekurangan dan kelebihan

Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang
membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur
kecepatan spontanius kelenturan daya tahan dsb.
Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan peran Orang tua.
Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat
pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid
dipandang pasif. Murid hanya mendengarkan. menghafal penjelasan
guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.
 
TEORI HUMANISTIK
Prinsip- prinsip belajar humanistic:
A.       Manusia mempunyai belajar alami
B.       Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan
murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
C.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi
mengenai dirinya
D.       Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah
dirasakan bila ancaman itu kecil
E.       Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam
memperoleh caar
F.       Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya
G.       Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
H.       Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil
yang mendalam
I.       kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri
J.       Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Pengertian Teori
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi
dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

Kerangka Berfikir Teori Belajar
Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya
perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami
manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.Menurut para
pendidik aliran ini I penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus
sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik
adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu
individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu mewujudkan potensi
mereka. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses
belajar yaitu : proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi
informasi ini pada individu. Tujuan utama pada pendidik adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi yang
ada pada diri mereka.
Dua bagian pada proses belajar:
a. Proses memperoleh informasi baru
b. Personalisasi informasi ini pada individu

Tokoh –Tokohnya

Arthur Comb (1921-1999)
Meaning adalah konsep dasar yang dipakai atau digunakan. Belajar
terjadi bila siswa mempunyai arti bagi siswa itu sendiri, guru tidak bisa
memaksakan materi pada siswa.
Guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi
siswa apabila ingin mengubah perilaku siswa. Menurut Comb perilaku
buruk itu adalah ketidakmauan siswa untuk melakukan sesuatu yang
tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
Maslow
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua
hal yaitu adalah suatu usaha positif untuk berkembang dan kekuatan
untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Pada diri manusia
mempunyai berbagai perasaan takut tetapi manusia juga mempunyai
perasaan yang mendorong untuk maju kearah keunikan diri. Kearah
fungsinya semua kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan.
Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki yang tiap
hierarki tersebut memiliki tingkat penting dalam pemenuhan yang
harus dipanuhi dari yang paling dasar.
 
CARL ROGERS
Belajar akan lebih baik jika dilengkapi dengan fasilitas yang baik pula.
Kerangka berfikir teori Rogers membedakan 2 tipe belajar yaitu:
a. Kognitif (kebermaknaan)
b. Eksperimental (pengalaman atau signifikansi)
yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.
Aplikasi Teori
Aplikasi pada teori ini adalah lebih menunjuk pada ruh atau spirit dalam
proses belajar yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran
guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dan dengan memberi
motivasi, kesadaran bagi siswa, membimbing dan memfasilitasi siswa.
Guru sebagai fasilitator memiliki berbagai cara untuk memberi
kemudahan bagi siswa dalam belajar dan berbagai kualitas si
fasilitator. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai
proses pambelajarannya.Tujuan pembelajaran lebih diutamakan
pada prosesnya bukan pada hasilnya.
Proses pembelajaran pada umumnya yaitu adalah merumuskan tujuan
belajar yang jelas. mengusahakan adanya partisipasi siswa,
mendorong inisiatif siswa untuk peka kritis, mengemukakan pendapat,
guru berusaha menerima dan memberi kesempatan pada siswa serta
adanya evaluasi pembelajaran. Pada teori ini lebih menekankan pada
proses dari pada hasil pembelajaran sehigga siswa harus aktif. Guru
berpendapat bahwa pendidikan adalah warisan kebudayaan,
pertanggungjawaban sosial, dan bahan pengajaran yang khusus.
Sehingga masalah tersebut tidak dapat diserahkan pada siswa tetapi
perlu adanya suatu rencana pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Materi tersusun logis dan tujuan instruksional yang tertentu dan
mereka memiliki kecenderungan memperoleh jawaban yang benar.
Kekurangan dan Kelebihan

Teori ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi yang bersifat
pembentukan Kepribadian hati nurani, perubahan sikap dan analisis
terhadap fenomena social. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah
siswa senang, bergairah- berinisiatif dalam belajar, dan terjadi
perubahan pola pikir siswa, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut humanistic.

Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan
siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan
mampu menyesuaikan pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai
perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak
otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

More Related Content

What's hot

Contoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertContoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertrina_nurjanah96
 
Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Mustaqim Furohman
 
Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"
Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"
Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"Febri Budianto
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freudelmakrufi
 
Konseling untuk masa dewasa
Konseling untuk masa dewasaKonseling untuk masa dewasa
Konseling untuk masa dewasaiirstanty
 
Tat & rorschach full MAKALAH
Tat & rorschach full MAKALAHTat & rorschach full MAKALAH
Tat & rorschach full MAKALAHDD's Dindils
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Pointalekbadrudin
 
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang SiswatiPpt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang SiswatiEndang20
 
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiContoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiTyaseta Sardjono
 
Konseling Transaksional Analisis
Konseling Transaksional Analisis Konseling Transaksional Analisis
Konseling Transaksional Analisis Bahiyah MaHiz
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikAyu W. Shepty
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)Nur Arifaizal Basri
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docNofrida Atika
 
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konselingBentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konselingZakki Nurul Amin
 
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifContoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifStevany Sinaga
 
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...yayuzuliantini25
 

What's hot (20)

Contoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertContoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
 
Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)Presentasi kepribadian (psikologi)
Presentasi kepribadian (psikologi)
 
Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"
Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"
Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
 
Konseling untuk masa dewasa
Konseling untuk masa dewasaKonseling untuk masa dewasa
Konseling untuk masa dewasa
 
Tat & rorschach full MAKALAH
Tat & rorschach full MAKALAHTat & rorschach full MAKALAH
Tat & rorschach full MAKALAH
 
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
Psikologi Power Point
Psikologi Power PointPsikologi Power Point
Psikologi Power Point
 
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang SiswatiPpt psikologi kognitif - Endang Siswati
Ppt psikologi kognitif - Endang Siswati
 
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologiContoh pelanggaran kode etik psikologi
Contoh pelanggaran kode etik psikologi
 
Konseling Transaksional Analisis
Konseling Transaksional Analisis Konseling Transaksional Analisis
Konseling Transaksional Analisis
 
Konseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistikKonseling menurut pendekatan humanistik
Konseling menurut pendekatan humanistik
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)Contoh verbatim (REFRENSI)
Contoh verbatim (REFRENSI)
 
Persepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - docPersepsi Sosial - doc
Persepsi Sosial - doc
 
Contoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompokContoh RPL konseling kelompok
Contoh RPL konseling kelompok
 
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konselingBentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
Bentuk bentuk layanan bimbingan dan konseling
 
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitifContoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
Contoh dari operant conditioning, classical conditioning, dan belajar kognitif
 
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
Keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor kelompok dalam bimbingan konse...
 
PENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITAPENDEKATAN TEORI REALITA
PENDEKATAN TEORI REALITA
 

Viewers also liked

Tugas modifikasi perilaku ppt
Tugas modifikasi perilaku pptTugas modifikasi perilaku ppt
Tugas modifikasi perilaku pptZur Yani
 
Pengurangan dan penghapusan perilaku
Pengurangan dan penghapusan perilakuPengurangan dan penghapusan perilaku
Pengurangan dan penghapusan perilakuRiska Ratnasari
 
Bab 1(modifikasi tingkah laku)
Bab 1(modifikasi tingkah laku)Bab 1(modifikasi tingkah laku)
Bab 1(modifikasi tingkah laku)Cr Aizul
 
Studi kasus
Studi kasusStudi kasus
Studi kasusniki_ws
 
Artikel Jurnal Aksata 1
Artikel Jurnal Aksata 1Artikel Jurnal Aksata 1
Artikel Jurnal Aksata 1jurnal aksata
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaM fazrul
 
Individual Behavior and Learning in business/ Organizations
Individual Behavior and Learning in business/ OrganizationsIndividual Behavior and Learning in business/ Organizations
Individual Behavior and Learning in business/ OrganizationsNaeem Hassan
 
Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)tara nusa
 
Resume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksisResume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksisSiti Nur Aeni
 
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUN
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUNMODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUN
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUNBetacarotene
 
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASIJURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASIriskienurul
 
Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC)Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC)Indra Yu
 
Organizational Behavior- Behavior Modifications
Organizational Behavior- Behavior ModificationsOrganizational Behavior- Behavior Modifications
Organizational Behavior- Behavior ModificationsNadzleen Mohd Sharip
 
Klasifikasi gangguan jiwa
Klasifikasi gangguan jiwaKlasifikasi gangguan jiwa
Klasifikasi gangguan jiwaUbaid Muzzaki
 
Pembelajaran Tingkahlaku Modifikasi
Pembelajaran Tingkahlaku ModifikasiPembelajaran Tingkahlaku Modifikasi
Pembelajaran Tingkahlaku Modifikasinix81_kunie
 
Thorndike General Overview
Thorndike General OverviewThorndike General Overview
Thorndike General OverviewMrMannequin
 
Behaviour modification ppt 1
Behaviour modification ppt 1Behaviour modification ppt 1
Behaviour modification ppt 1Anju Gautam
 

Viewers also liked (20)

Modifikasi tingkah laku
Modifikasi tingkah lakuModifikasi tingkah laku
Modifikasi tingkah laku
 
Tugas modifikasi perilaku ppt
Tugas modifikasi perilaku pptTugas modifikasi perilaku ppt
Tugas modifikasi perilaku ppt
 
Pengurangan dan penghapusan perilaku
Pengurangan dan penghapusan perilakuPengurangan dan penghapusan perilaku
Pengurangan dan penghapusan perilaku
 
Bab 1(modifikasi tingkah laku)
Bab 1(modifikasi tingkah laku)Bab 1(modifikasi tingkah laku)
Bab 1(modifikasi tingkah laku)
 
Studi kasus
Studi kasusStudi kasus
Studi kasus
 
Artikel Jurnal Aksata 1
Artikel Jurnal Aksata 1Artikel Jurnal Aksata 1
Artikel Jurnal Aksata 1
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
 
Individual Behavior and Learning in business/ Organizations
Individual Behavior and Learning in business/ OrganizationsIndividual Behavior and Learning in business/ Organizations
Individual Behavior and Learning in business/ Organizations
 
Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)
 
Resume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksisResume modifikasi daun dan filotaksis
Resume modifikasi daun dan filotaksis
 
morfologi daun
morfologi daunmorfologi daun
morfologi daun
 
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUN
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUNMODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUN
MODIFIKASI DAN FILOTAKSIS DAUN
 
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASIJURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
JURNAL PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
 
Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC)Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC)
 
Organizational Behavior- Behavior Modifications
Organizational Behavior- Behavior ModificationsOrganizational Behavior- Behavior Modifications
Organizational Behavior- Behavior Modifications
 
Teori perilaku terencana
Teori perilaku terencanaTeori perilaku terencana
Teori perilaku terencana
 
Klasifikasi gangguan jiwa
Klasifikasi gangguan jiwaKlasifikasi gangguan jiwa
Klasifikasi gangguan jiwa
 
Pembelajaran Tingkahlaku Modifikasi
Pembelajaran Tingkahlaku ModifikasiPembelajaran Tingkahlaku Modifikasi
Pembelajaran Tingkahlaku Modifikasi
 
Thorndike General Overview
Thorndike General OverviewThorndike General Overview
Thorndike General Overview
 
Behaviour modification ppt 1
Behaviour modification ppt 1Behaviour modification ppt 1
Behaviour modification ppt 1
 

Similar to ASESMEN PERILAKU

Monitoring dan evaluasi penerapan promkes
Monitoring dan evaluasi penerapan promkesMonitoring dan evaluasi penerapan promkes
Monitoring dan evaluasi penerapan promkesVinaAnnisa2
 
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasContoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasWanakisu Wanahugu
 
Penilaian melalui pemerhatian
Penilaian melalui pemerhatianPenilaian melalui pemerhatian
Penilaian melalui pemerhatianFelcie Rasz
 
Modul iii kb4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
Modul iii kb4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatanModul iii kb4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
Modul iii kb4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatanpjj_kemenkes
 
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptxPROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptxNawazzZz
 
Nota teori pelaziman operan
Nota teori pelaziman operanNota teori pelaziman operan
Nota teori pelaziman operanEyzan Rashid
 
Nota teori pelaziman operan
Nota teori pelaziman operanNota teori pelaziman operan
Nota teori pelaziman operanEyzan Rashid
 
Penilaian Layanan Kebidanan
Penilaian Layanan KebidananPenilaian Layanan Kebidanan
Penilaian Layanan KebidananErlina Wati
 
Softskil 5 mempengaruhi sikap dan perilaku
Softskil 5 mempengaruhi sikap dan perilakuSoftskil 5 mempengaruhi sikap dan perilaku
Softskil 5 mempengaruhi sikap dan perilakuNhofa Eriana
 
PENELITIAN_PRE_EKSPERIMEN_DAN_TRUE_EKSPE.docx
PENELITIAN_PRE_EKSPERIMEN_DAN_TRUE_EKSPE.docxPENELITIAN_PRE_EKSPERIMEN_DAN_TRUE_EKSPE.docx
PENELITIAN_PRE_EKSPERIMEN_DAN_TRUE_EKSPE.docxAinulUyuni1
 
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikAplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikFiryoe
 
Langkah langkah dalam melaksana pengurusan tingkah laku
Langkah langkah dalam melaksana pengurusan tingkah lakuLangkah langkah dalam melaksana pengurusan tingkah laku
Langkah langkah dalam melaksana pengurusan tingkah lakuHafiz Pk
 
Pedoman Praktikum Observasi
Pedoman Praktikum ObservasiPedoman Praktikum Observasi
Pedoman Praktikum Observasipjj_kemenkes
 
Modul 5 panduan praktikum observasi kb 1. -
Modul 5 panduan praktikum observasi kb 1. -Modul 5 panduan praktikum observasi kb 1. -
Modul 5 panduan praktikum observasi kb 1. -pjj_kemenkes
 

Similar to ASESMEN PERILAKU (20)

Makalah tahap evaluasi
Makalah tahap evaluasiMakalah tahap evaluasi
Makalah tahap evaluasi
 
Monitoring dan evaluasi penerapan promkes
Monitoring dan evaluasi penerapan promkesMonitoring dan evaluasi penerapan promkes
Monitoring dan evaluasi penerapan promkes
 
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasContoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
 
Penilaian melalui pemerhatian
Penilaian melalui pemerhatianPenilaian melalui pemerhatian
Penilaian melalui pemerhatian
 
Modul iii kb4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
Modul iii kb4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatanModul iii kb4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
Modul iii kb4 monitoring dan evaluasi pada penerapan promosi kesehatan
 
Self control
Self controlSelf control
Self control
 
Penelitian eksperimen
Penelitian eksperimenPenelitian eksperimen
Penelitian eksperimen
 
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptxPROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
PROSEDUR PENGUKURAN (KELOMPOK 4).pptx
 
Makalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan NontesMakalah Tes dan Nontes
Makalah Tes dan Nontes
 
Nota teori pelaziman operan
Nota teori pelaziman operanNota teori pelaziman operan
Nota teori pelaziman operan
 
Nota teori pelaziman operan
Nota teori pelaziman operanNota teori pelaziman operan
Nota teori pelaziman operan
 
Penilaian Layanan Kebidanan
Penilaian Layanan KebidananPenilaian Layanan Kebidanan
Penilaian Layanan Kebidanan
 
Metode penelitian
Metode penelitianMetode penelitian
Metode penelitian
 
Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi dalam Promosi KesehatanEvaluasi dalam Promosi Kesehatan
Evaluasi dalam Promosi Kesehatan
 
Softskil 5 mempengaruhi sikap dan perilaku
Softskil 5 mempengaruhi sikap dan perilakuSoftskil 5 mempengaruhi sikap dan perilaku
Softskil 5 mempengaruhi sikap dan perilaku
 
PENELITIAN_PRE_EKSPERIMEN_DAN_TRUE_EKSPE.docx
PENELITIAN_PRE_EKSPERIMEN_DAN_TRUE_EKSPE.docxPENELITIAN_PRE_EKSPERIMEN_DAN_TRUE_EKSPE.docx
PENELITIAN_PRE_EKSPERIMEN_DAN_TRUE_EKSPE.docx
 
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publikAplikasi konsep-kebijakan-publik
Aplikasi konsep-kebijakan-publik
 
Langkah langkah dalam melaksana pengurusan tingkah laku
Langkah langkah dalam melaksana pengurusan tingkah lakuLangkah langkah dalam melaksana pengurusan tingkah laku
Langkah langkah dalam melaksana pengurusan tingkah laku
 
Pedoman Praktikum Observasi
Pedoman Praktikum ObservasiPedoman Praktikum Observasi
Pedoman Praktikum Observasi
 
Modul 5 panduan praktikum observasi kb 1. -
Modul 5 panduan praktikum observasi kb 1. -Modul 5 panduan praktikum observasi kb 1. -
Modul 5 panduan praktikum observasi kb 1. -
 

More from Afra Balqis

Transparansi klinis anak
Transparansi  klinis anakTransparansi  klinis anak
Transparansi klinis anakAfra Balqis
 
Psikologi kesehatan
Psikologi kesehatanPsikologi kesehatan
Psikologi kesehatanAfra Balqis
 
Psikologi forensik
Psikologi forensikPsikologi forensik
Psikologi forensikAfra Balqis
 
Psi klinis psikologi komunitas
Psi klinis   psikologi komunitasPsi klinis   psikologi komunitas
Psi klinis psikologi komunitasAfra Balqis
 
Penyusunan instrumen tes inteligensi
Penyusunan instrumen tes inteligensi Penyusunan instrumen tes inteligensi
Penyusunan instrumen tes inteligensi Afra Balqis
 
Psikonsumen segmentasi pasar afra
Psikonsumen segmentasi pasar afraPsikonsumen segmentasi pasar afra
Psikonsumen segmentasi pasar afraAfra Balqis
 
Gangguan motorik dan perseptual
Gangguan motorik dan perseptualGangguan motorik dan perseptual
Gangguan motorik dan perseptualAfra Balqis
 
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaObsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaAfra Balqis
 
Pwr.point kesmen kasus skizofrenia
Pwr.point kesmen kasus skizofreniaPwr.point kesmen kasus skizofrenia
Pwr.point kesmen kasus skizofreniaAfra Balqis
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianAfra Balqis
 

More from Afra Balqis (10)

Transparansi klinis anak
Transparansi  klinis anakTransparansi  klinis anak
Transparansi klinis anak
 
Psikologi kesehatan
Psikologi kesehatanPsikologi kesehatan
Psikologi kesehatan
 
Psikologi forensik
Psikologi forensikPsikologi forensik
Psikologi forensik
 
Psi klinis psikologi komunitas
Psi klinis   psikologi komunitasPsi klinis   psikologi komunitas
Psi klinis psikologi komunitas
 
Penyusunan instrumen tes inteligensi
Penyusunan instrumen tes inteligensi Penyusunan instrumen tes inteligensi
Penyusunan instrumen tes inteligensi
 
Psikonsumen segmentasi pasar afra
Psikonsumen segmentasi pasar afraPsikonsumen segmentasi pasar afra
Psikonsumen segmentasi pasar afra
 
Gangguan motorik dan perseptual
Gangguan motorik dan perseptualGangguan motorik dan perseptual
Gangguan motorik dan perseptual
 
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesiaObsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
Obsesif kompulsif, pasif agresif, delirium, dementia dan amnesia
 
Pwr.point kesmen kasus skizofrenia
Pwr.point kesmen kasus skizofreniaPwr.point kesmen kasus skizofrenia
Pwr.point kesmen kasus skizofrenia
 
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadianPsikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
Psikoanalisis sigmund freud-psikologi kepribadian
 

Recently uploaded

Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

ASESMEN PERILAKU

  • 1.
  • 2. Sebagaimana dikemukakan bahwa pendekatan modifikasi perilaku tidak pernah lepas dari data, untuk mengevaluasi apakah perilaku individu sudah berubah meningkat atau berkurang. Secara khusus Martin dan Pear (2003) mengemukakan bahwa asesmen perilaku meliputi proses pengumpulan dan analisis terhadap data atau informasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:   1. Mengidentifikasi perilaku target, yaitu perilaku yang menjadi sasaran. 2. Mengidentifikasi penyebab-penyebab munculnya perilaku tertentu 3. Menentukan metode intervensi yang dilakukan. 4. Mengevaluasi hasil tritmen.  
  • 3. Teknik asesmen yang sangat populer digunakan dalam modifikasi perilaku adalah Analisis Fungsional.   Sebagaimana dikemukakan sebelumnya bahwa proses modifikasi perilaku yang berhasil paling tidak melalui fase- fase berikut: (a) skrining atau intake phase, (b) baseline, (c) tritmen, dan (d) tindak lanjut. Untuk memperjelas pemahaman mengenai asesmen ini baik kiranya diamati terlebih dahulu aktivitas yang dilakukan pada setiap fase dari program modifikasi perilaku.
  • 4. 1. Skrining atau intake phase. lstilah fase intake biasanya dikenakan pada tahap awal dari proses pertemuan seorang klien dan terapis. Pada fase ini terapis memberi kesempatan pada klien untuk mengisi formulir yang disediakan ataupun hanya wawancara umum dengan maksud agar terapis memperoleh informasi mengenai nama, alamat, usia, status perkawinan dll. Pada fase ini, terapis juga dapat mengumpulkan informasi awal mengenai hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang mendorong klien datang menemui terapis.
  • 5. Fase ini sering juga disebut skrining karena fase ini berfungsi untuk memberi kesempatan pada terapis untuk menimbang apakah klien telah datang kepada terapis atau biro yang tepat untuk masalah yang dialaminya. Fungsi kedua, terapis atau biro tersebut dapat menginformasikan layanan-layanan yang diberikan, serta kode etik profesi. Fungsi ketiga, mendeteksi apakah klien yang datang masuk kategori krisis (misalnya dorongan bunuh diri atau penyalah gunaan obat) sehingga membutuhkan tindakan segera atau tidak. Bagi terapis tertentu, skrining ini memiliki fungsi keempat yaitu mengumpulkan data melalui tes-tes psikologi yang dapat digunakan untuk memperkuat diagnosa. Fungsi kelima dari fase skrining ini adalah untuk menentukan perilaku mana yang perlu diukur baseline nya.
  • 6. 2. Fase Baseline Fase baseline adalah fase penilaian awal terhadap perilaku klien, yang merupakan sampel dari perilaku target. Fase ini dilakukan dengan beberapa kali pengukuran terhadap sampel perilaku tersebut pada situasi-situasi yang berbeda. Pengukuran dihentikan apabila hasil pengukuran sudah menunjukkan hasil yang konsisten.
  • 7. Selama fase baseline, terapis menilai seberapa jauh gap antara sampel perilaku yang ditunjukkan klien dengan perilaku perilaku target untuk menentukan level perilaku yang saat ini dimiliki klien. Pada fase ini, terapis juga melakukan pengamatan dan penilaian terhadap lingkungan tempat di mana klien hidup sehari-hari sehingga dapat mengumpulkan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang mungkin potensial mendukung atau menghambat proses modifikasi perilaku terhadap klien. Setelah diamati, terapis dapat memprediksi variabel apa saja yang perlu dikontrol untuk mencapai tujuan program modifikasi perilaku.
  • 8. 3. Fase Tritmen setelah baseline dilakukan, terapis memperoleh data yang lebih lengkap mengenai klien. ldealnya, pada saat ini terapis mulai merancang program modifikasi perilaku yang tepat bagi klien. Pada masalah-masalah kesulitan belajar, umumnya program dalam bentuk pelatihan atau program pengajaran. Untuk masalah-masalah klinis atau komunitas, program yang lebih sering diusulkan adalah terapi atau intervensi komunitas. Dalam modifikasi perilaku, beberapa metode dapat disarankan pada beberapa klien dengan masalah-masalah tertentu. Namun demikian selama metode ini diterapkan, sebagaimana pendekatan perilaku lainnya asesmen tetap terus menerus dilakukan.
  • 9. 4. Fase Tindak Lanjut Fase tindak lanjut dilakukan untuk mengevaluasi mengenai keberlangsungan suatu perubahan perilaku tertentu. Bila perubahan tersebut dapat bertahan selama periode tertentu mengikuti perubahan perilaku yang terjadi setelah klien dikenai metode modifikasi perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa metode tersebut efektif. Sebaliknya, bila perubahan itu tidak permanen maka dapat dikatakan bahwa problem yang sesungguhnya tidak terpecahkan secara tuntas. Sumber-sumber lnformasi untuk Asesmen Pentingnya data yang dikumpulkan melalui fase-fase dalam modifikasi perilaku merupakan ciri yang menonjol dari pendekatan perilaku. Data akurat dan lengkap merupakan kunci keberhasilan suatu proses modifikasi perilaku, terutama dalam menentukan perilaku target. Dengan demikian perlu ditentukan prosedur yang tepat untuk mengumpulkan data ini.
  • 10. Beberapa prosedur yang biasa dilakukan untuk pengumpulan data, dapat dikelompokkan ke dalam tiga prosedur. Prosedur pertama adalah penilaian tidak langsung. Penilaian tidak langsung dapat dilakukan dengan cara mewawancarai orang-orang terdekat dengan klien, misalnya orang tua, saudara-saudara klien, teman-teman, guru, dan orang-orang yang banyak berhubungan dengannya. Sumber informasi lain yang dapat diminta datanya adalah konselor profesional dari sekolah. Cara lain yang masuk kategori asesmen yang tidak langsung ini adalah kuesioner yang didesain khusus seperti misalnya life history, self report problem checklist, dan role play.
  • 11. Prosedur kedua adalah penilaian langsung pada klien, dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap sampel perilaku yang diperlihatkan klien. Prosedur penilaian langsung ini memberikan data yang akurat karena ditampilkan langsung oleh klien, tetapi tentu saja kelemahannya adalah dari segi waktu yang harus disediakan lebih banyak. Dalam prosedur penilaian langsung ini beberapa hal yang menjadi sasaran untuk dinilai, adalah frekuensi dimunculkannya perilaku tertentu, bagaimana pula dengan durasi munculnya perilaku tersebut, intensitas, dan kualitas. Prosedur penilaian eksperimen dilakukan dengan cara melakukan kontrol pada situasi yang ada pada klien (antecedent) untuk kemudian diamati perilaku apa yang akan dimunculkan (consequence). Prosedur ini disebut juga dengan analisis fungsional.
  • 12. Analisis Fungsional lstilah analisis fungsional seringkali disamakan dengan asesmen fungsional. Beberapa buku memang menyebut dua istilah ini secara bergantian. Namun demikian Martin dan Pear (2003) demikian pula halnya dengan Cone (1997) membedakan definisi keduanya. Martin dan Pear (2003) mengemukakan bahwa asesmen fungsional adalah beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi antecedents dan consequences dari suatu perilaku tertentu. Sementara itu, analisis fungsional adalah manipulasi yang sistematis dari suatu situasi untuk menguji perannya sebagai antecedents yang mengontrol suatu perilaku tertentu, atau sebagai consequences yang memperkuat terbentuknya perilaku tertentu.
  • 13. FADING Adalah perubahan secara gradual pada successlye trials dari stimulus yang mengontrol respon, sehingga respon yang dihasilkan sedikit demi sedikit akan berubah seiring dengan semakin lengkapnya stimulus. Faktor - faktor yang mempengaruhi Keefektivitasan Fading : 1. Memilih stimulus akhir yang diinginkan Sangat penting memilih stimulus akhir yang tepat untuk dapat menghasilkan perilaku (respon) akhir yang diinginkan. 2. Memilih stimulus awal Pada permulaan fading, sangat penting menentukan stimulus awal yang mungkin memunculkan perilaku yang diinginkan. Prompt adalah stimulus yang diperkenalkan utuk mengontrol perilaku yang diinginkan selama masa awal program belajar dan kemudian dihilangkan setelah perilaku yang diinginkan diperkuat.
  • 14. Prompt dibedakan menjadi : a. Physical Prompt Misal : orang tua memegangi anaknya ketika belajar berjalan. b. Gestural Prompt Misal : trainer menujukkan materi pada peserta dengan menggunakan pointer c. Modeling Prompt Misal : pelatih renang menunjukkan gerakan tangan dalam gaya bebas. d. Verbal Prompt Misal : pelatih mengendarai mobil mengatakan pada siswa "hati - hati, jangan terlalu cepat”! e. Environmental Prompt Misal : orang yang ingin mengurangi berat badan menempel fotonya yang gemuk di depan pintu kulkas.
  • 15. Selain itu, Prompt juga dibedakan menjadi : 1. Extra stimulus prompt sesuatu yang ditambahkan pada lingkungan untuk membentuk respon yang diinginkan. 2. Within stimulus prompt perubahan karakteristik dari stimulus untuk membuatnya lebih mudah diperhatikan/dibedakan. 3. Memillih tahapan fading Jika respon dapat terjadi dengan prompt yang diberikan,maka prompt dapat secara bertahap dihilangkan. Jangan terlalu cepat dan jangan terlalu lambat, tetapi harus disesuaikan dengan perkembangan subjek. 4. Memilih reinforcer yang sesuai Pemilihan reinforcer yang tidak sesuai bisa menyebabkan perilaku yang dihasilkan sebagai respon tidak terkuatkan. 5. Menerapkan rencana pada efek program Untuk memperkecil terbentuknya efek negatif dan memperbesar efek positif sebagai hasil program fading yang dilakukan.
  • 16. Contoh Penerapan Fading 1. Belajar mengendarai sepeda 2. Menuntun anak belajar menggambar lingkaran, segitiga, menulis angka dan huruf 3. Mengajarkan kemampuan verbal pada anak autis 4. Memunculkan perilaku tidak merokok
  • 17. MODELING Pengertian Modeling adalah prosedur dimana contoh perilaku diberikan kepada individu untuk membujuk individu tersebut melakukan perilaku yang sama. Cirinya: 1. Memamerkan perilaku seorang/sekelompok orang kepada subjek 2. Memanfaatkan proses belajar melalui pengamatan
  • 18. Tahap dalam Modeling 1.Pemilikan (masuknya perilaku ke dalam perbendaharaan subjek - Pengamatan intensif dan mengesankan - Berulang-ulang 2.Pelaksanaan (melakukan perilaku yang telah dipelajari) terwujud jika ada: - Penunjang - Pengukuhan (dialami melalui pengamatan) Efek Modeling 1.Memperoleh perilaku yg belum pernah dilakukan 2.Melepaskan perilaku yg dimiliki tetapi belum dimanfaatkan 3.Menahan perilaku yg tadinya bebas dilakukan 4.Mempermudah timbulnya perilaku
  • 19. Penerapan modeling 1.Memusatkan perhatian subjek 2.Memilih media pameran - Live models, participant modeling - Film models (video tape, movies) - Imagery characters (kartun, boneka, komik) 3. Memilih model (berpengalaman, popular, sukses, dikagumi)
  • 20. Beberapa Pedoman dalam menggunakan Modeling 1. Jika mungkin, pilih model yang merupakan teman atau kawan sebaya dari klien dan orang yang dilihat klien sebagai orang yang kompeten dengan status atau gengsi. 2. Jika mungkin, gunakan lebih dari satu model. 3. Kompleksitas dari perilaku model sebaiknya sesuai dengan tingkat perilaku klien 4. Kombinasikan modeling dengan aturan 5. Klien melihat perilaku model dan diperkuat (lebih baik dengan penguat natural) 6. Jika mungkin, rencanakan pelatihan sehingga imitasi yang tepat dari perilaku model yang mengarah pada penguat natural pada klien. 7. Jika perilaku cukup kompleks, modeling sebaiknya dirangkai dari yang paling mudah hingga ke yang sulit pada individu yang diberi perlakuan. 8. Untuk menggeneralisasikan stimulus, modeling harus serealistis mungkin 9. Gunakan fading jika perlu sehingga stimuli selain model dapat mengambil kontrol pada perilaku yang diinginkan
  • 21. PUNISHMENT Pengertian Pemberian stimulus yg mengikuti suatu perilaku mengurangi kemungkinan berulangnya perilaku tersebut Prinsip Punishment Jika dalam situasi yang diberikan. seseorang melakukan sesuatu yang segera diikuti oleh hukuman, kemudian orang tersebut akan mengurangi perilaku yang sama ketika dia berada pada situasi yang sama nantinya,
  • 22. Keunggulan Hukuman : 1.Menghentikan dg cepat 2.Memudahkan diskriminasi Hukuman yg bersifat spesifik memudahkan subjek membedakan dalam situasi mana perilakunya harus dihilangkan 3. Merupakan pelajaran bagi orang lain Kelemahan Hukuman: 1.Reaksi subjek mengundurkan diri mogok, melarikan diri, membolos 2. Reaksi subjek agresi 3.Reaksi subjek tergeneralisasi 4.Reaksi subjek diskriminatif 5.Tindakan menghukum dijadikan contoh 6.Perilaku terhukum dicontoh 7.Reaksi subjek thd diri sendiri & lingkungan menjadi negatif 8.Reaksi lingkungan thd penghukum negatif
  • 23. Tipe - tipe Hukuman 1. Physical (Aversive) Punisher Segala jenis hukuman yang mengikuti perilaku yang mengaktifikan reseptor sakit atau reseptor rasa lain yang menimbulkan rasa tidak nyaman 2. Reprimands Adalah stimuli verbal negative yang kuat, misalnya “Tidak!" 'ltu buruk!" dapat juga mengandung tatapan kasar dan genggaman keras. 3. Timeout (Penyisihan sesaat) Memindahkan sumber pengukuhan utk sementara waktu tertentu, bila perilaku sasaran yg akan dihilangkan muncul, kesempatan mendapat pengukuh ditiadakan sementara waktu. 4. Response Cost (denda) Penarikan kembali sejumlah pengukuh yang telah diberikan untuk suatu perilaku sasaran.
  • 24. Penerapan Hukuman : 1.Menghalangi lolos dari hukuman 2.Konsisten & diberikan seketika 3.Penyajian dg intensitas kuat 4.Kombinasi dg prosedur lain 5.Kombinasi dg pengaturan lingkungan
  • 25. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Hukuman 1. Memaksimalkan kondisi untuk respon alternatif yang diinginkan Harus mengidentifikasi beberapa respon diinginkan yang akan berkompetisi dengan perilaku tidak diinginkan yang akan dihilangkan. Untuk menjaga perilaku diinginkan, kita sebaiknya memiliki reinforcemen positif yang diberikan pada jadwal efektif. 2. Minimalisir penyebab respon yang dihukum Kita harus mengenali kontrol stimulus dari perilaku yang akan dihukum, lalu kita juga harus mengetahui reinforcer yang menjaga perilaku tidak diinginkan tersebut. 3. Pemilihan hukuman Pemilihan tipe hukuman sangat penting dalam mempengaruhi efektivitas pelaksanaan modifikasi perilaku. 4. Pelaksanaan hukuman Punishmen paling efektif ketika hukuman diberikan segera setelah perilaku yang tidak diinginkan muncul. 5. Penggunaan aturan Penggunaan aturan yang tepat akan membantu menurunkan perilaku tidak diinginkan dan meningkatkan perilaku alternatif lebih
  • 26. SELF CONTROL Self Control atau pengelolaan diri adalah prosedur dimana seseorang mengarahkan atau mengatur perilakunya sendiri. Masalah yang ada pada self control biasanya ada dua, yaitu masalah akan adanya perilaku yang berlebihan (problems of behavior excesses), atau adanya perilaku yang kurang sehingga harus ditambah (problems of behavioral deficiencies).
  • 27. A. Problems Of Behavior Excesses 1. lmmediate Reinforcers VS Delayed Punishers Melakukan sesuatu yang mendapatkan pengukuhan yang segera, namun ada hukuman yang tertunda atas tercapainya pengukuh segera tersebut. Misalnya: seorang anak yang berbohong pada orangtuanya agar dapat pergi bersama teman-temannya, padahal pekerjaan rumahnya masih belum selesai. 2. lmmediate Reinforcers VS Cummulative Significant Punishers Melakukan sesuatu yang akan mendapatkan pengukuh dengan segera, namun akan mendapatkan hukuman yang tertunda dengan jumlah hukuman yang berlipat. Misalnya: makan makanan yang rasanya enak tapi berkadar kolesterol tinggi. 3. lmmediate Reinforcers (For Problem Behavior) VS Delayed Reinforces Pengukuhan langsung versus pengukuhan yang tertunda. Mlsalnya : seorang mahasiswa akan ujian, namun teman kostnya meminjam film bagus yang ingin ia tonton. Apabila mahasiswa itu memilh belajar, maka ia akan mendapatkan nilai bagus nantinya. Namun apabila mahasiswa itu memilih untuk menonton film, maka ia akan mendapatkan kesenangan yang segera.
  • 28. B. Problems Of Behavioral Deficiencies 1. lmmediate Small Punisher VS Reinforcers That Are Cummulatively Significant 2. lmmediate Small Punishers For A Behavior VS lmmediate But Highly lmprobable Major Punisher if The Behavior Doesn’t Occur 3. lmmediate small punisher for a behavior vs a Delayed major punisher if the behavior doesn't occur
  • 29. Langkah-langkah Dalam Prosedur Self Control 1. Spesifikasi Masalah a. Tentukan tujuan perilaku dengan rinci, konkrit, dan wajar b. Buat daftar bukti yang menyatakan bahwa program control diri telah berhasil. c. Cantumkan beberapa orang yang punya tujuan sama. Amati, dan berikan alasan mengapa mereka berhasil dan mengapa mereka tidak berhasil, d. Buat daftar perilaku yang dapat membantu tercapainya tujuan 2. Membuat Komitmen Untuk Berubah a. Buat daftar keuntungan apabila program ini berhasil b. Atur lingkungan : ada orang lain yang mengingatkan c. Siapkan waktu dan energi untuk melakukan program d. Rencanakan cara untuk mengatasi gangguan 3. Mengambil Data dan Analisis Penyebab a. Ambil data tentang munculnya masalah : kapan, dimana, seberapa sering? b. Catat frekuensi permasalahan c. Analisis anteseden & konsekuensi yang memelihara perilaku : dasar untuk menyusun strategi berikutnya
  • 30. 4. Merancang Program a. Manage The Situation i. Self lnstruction ii. Modelling iii. Mengatur lingkungan iv. Mengurangi kontak dengan orang lain v. Menentukan waktu b. Manage The Behavior i. Chaining : tiap perilaku kecil merupakan syarat bagi perilaku selanjutnya. ii. lncompatible Behavior : Perilaku bermasalah diganti perilaku lain yang lebih tepat. iii. Shaping : Membentuk perilaku secara bertahap c. Manage The Consequences i. Utilizing Feedback : cermin, tape recorder, video, self monitoring ii. Menyediakan self reward iii. Mencatat keuntungan melakukan program iv. Administering Punishment
  • 31.   Keunggulan Self Control 1.  Klien aktif 2.  Perubahan yang diperoleh lebih tahan lama   Kelemahan Self Control 1.  Tergantung kesadaran, ketelatenan, dan motivasi klien 2.  Perilaku yang bersifat pribadi sulit dideskripsikan (malu,  cemas), sulit dimonitor dan dievaluasi 3.  Pengukuh imajinasi hanya disarankan untuk klien yang baik  daya khayalnya 4.  Penggunaan imajinasi sebagai pengukuh hukuman dapat  melebihi takaran tanpa Diketahui orang lain.  
  • 32. SYSTEMATIC DESENSITIZATION Pengertian Teknik untuk mengurangi / mengambat / menghilangkan respon  kecemasan secara bertahap dengan cara memunculkan respon yang berlawanan   Dasar Pemikiran Reciprocal lnhibition Penekanan munculnya suatu reaksi dg memberikan  pemunculan Reaksi yang berlawananan Refleks simpatetis ditekan dan secara simultan dimunculkan  Refleks yang  antagonistis (refleks parasimpatetis) Terjadi kombinasi Counter conditioning Menyajikan stimulus yg menyenangkan (relaksasi) -- membuat kondisi  baru -- cemas diganti rileks Extinction Terjadi penghilangan respon kecemasan -- karena sudah dicounter  dengan relaksasi
  • 33. Prosedur 1.  Asesmen -  Wawancara -  Observasi / self monitoring -  Skala / inventory 2.  ldentifikasi stimulus penyebab kecemasan -  Golongkan dalam tema -  Susun hirarkhi kecemasan 3.  Melatih bentuk-bentuk respon penghambat kecemasan -  Relaksasi -  Asertif 4.  Proses terapi -  Dibuat santai -  Membayangkan situasiyg menimbulkan kecemasan -- mulai yang paling rendah -  Sambil membayangkan situasi yg menimbulkan kecemasan ia juga diminta rileks -- menolong individu untuk rileks dalam situasi yg mencemaskan  
  • 36. Ada tiga karakteristik dasar yang dimiliki token economy  sebagai suatu program dalam modifikasi perilaku, yaitu : 1.  Perilaku yang akan diperkuat dipaparkan dengan  jelas. 2.  Prosedur yang digunakan adalah dengan  memberikan reinforcing stimuli (token) saat perilaku target  muncul. 3.  Aturan yang ada direncanakan untuk mengatur  pertukaran token untuk setiap objek atau peristiwa yang  akan diperkuat.
  • 37. Langkah-langkah lmplementasi Token Economy 1. Menentukan Perilaku Target Semakin homogen individu kelompok yang akan dikenai token  economy, maka akan semakin mudah menstandardisasikan aturan- aturan yang berlaku dalam token economy. 2. Mencari Garis Basal Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan,  biasanya melalui pengamatan selama dua minggu terhadap perilaku  target. Sesudah program dimulai, kita bisa membandingkan data  dengan data yang diperoleh saat menentukan garis basal, sehingga  dapat menentukan efektivitas program. 3. Memilih Back up Reinforcer Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program  dan apa saja kira-kira barang yang dibutuhkannya. Barang yang  menjadi pengukuh pendukung haruslah barang yang dapat digunakan  atau consumable. Perlu diperhatikan pula tempat penyimpanan. dan  dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan program.
  • 38. 4. Memilih Tipe Token Yang Akan Digunakan Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah  dipindahkan, tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah  dipalsukan. Beberapa contoh yaitu stiker, keping logam, koin,  check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap di buku, tanda  bintang, kartu, dll. 5. Mengidentifikasi Sumber-sumber Yang Bisa Membantu Beberapa sumber yang bisa membantu adalah staf, relawan,  mahasiswa, residen, orang yang akan dikenaitoken itu sendiri. 6. Memilih Lokasi Yang Tepat. Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah perilaku  target muncul.
  • 39. 7. Menyiapkan manual/ pedoman Token Economy Pada Klien Dan staf.  Ada suatu prosedur spesifik dalam penerapan program token economy 1.  Perlu diperhatikan bagaimana cara penyimpanan data, kertas data yang  akan  digunakan, siapa dan bagaimana data itu akan dicatat. 2.  Siapa yang akan memberikan pengukuh atau agen pengukuh (rerinforcing  agent), dan untuk perilaku apa. 3.  Menentukan jumlah token yang bisa didapat pada setiap perilaku.  Pemberian token dapat mulai dikurangi bila perilaku target telah terbetuk. 4.  Menyusun prosedur dan menentukan jumlah token untuk memperoleh back  up reinforcer. Pada awal program, frekuensi penyediaan pengukuh pendukung  harus cukup tinggi, lalu berkurang secara bertahap. 5.  Berhati-hati terhadap kemungkinan munculnya hukuman. Ada kemungkinan hukuman bersyarat (possible punishment contingencies). Klien membayar dengan token bila ia melakukan tindakan kontraproduktif. 6.  Memastikan bahwa tugas yang harus dilakukan staf sudah jelas, dan  pemberian pengukuh pada staf. 7.  Membuat rencana untuk menghadapi kemungkinan masalah yang akan  timbul. Masalah yang biasa timbul antara lain, kebingungan, kekurangan staf,  peserta merusak token, dan lain-lain.
  • 41. TEORI BEHAVIORISME PRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME 1. Obyek psikologi adalah tingkah laku 2. Semua bentuk tingkah laku dikembalikan pada reflek 3. Mementingkan pembentukan kebiasaan   ADA DUA ALIRAN BESAR DALAM TEORI BEHAVIORISME 1. Reflek bersarat dari Rusia di antaranya PAVLOV dkk 2. Behaviorisme dari Amerika diantaranva THORNDIKE dkk
  • 42.  A. Teori Belajar Behaviouristik Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku  manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi  respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan  membentuk perilaku mereka. Kerangka Berpikir Teori Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,  bersifat mekanistis. menekankan peranan lingkungan. mementingkan  pembentukan reaksi atau respon. menekankan pentingnya  latihan.mementingkan mekanisme hasil belajar. mementingkan  peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah  munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering  disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia  dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau  reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku  belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural  dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat  bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
  • 43. Tokoh-Tokoh Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949) Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi- asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori  belajar ini disebut teori "connectionism". Eksperimen yang dilakukan  adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang  apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam  sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan  Error.  Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error yaitu : adanya aktifitas, ada  berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap  berbagai respon yang salah. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai  tujuan.
  • 44. Thorndike menemukan hukum-hukum. 1.  Hukum kesiapan (Law of Readiness) Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk  memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan  menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung  diperkuat. 2.  Hukum latihan Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka  asosiasi tersebut semakin kuat. 3.  Hukum akibat Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat  menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibanya tidak  memuaskan.
  • 45. Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936) dan Watson Pavlo mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam  percobaan ini anjing diberi stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi  bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia  adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari  menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian  yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari  contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat  dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan  respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan  oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses  perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang  menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini  adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah  belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
  • 46.  Skinner (1904-1990) Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan factor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebihrajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
  • 47. Skinner membagi menjadi 2 jenis respon. 1. Responden Respon yang terjadi karena stimulus khusus misalnya Pavlo. 2. Operans Respon yang terjadi karena situasi random. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
  • 48. Prinsip belajar Skinners adalah : 1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat. 2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul. 3. Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman. 4. Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer. 5. Dalam pembelajaran digunakan shapping
  • 49.  Robert Gagne (1916-2002) Teori Gagne banyak dipakai untuk mendisain Software instructional (Program berupa Drill Tutorial). Kontribusi terbesar dari teori instructional Gagne adalah 9 kondisi instructional: 1. Gaining attention = mendapatkan perhatian 2. Intorm learner of objectives = menginformasikan siswa mengenai tujuan yang akan dicapai 3. Stimulate recall of prerequisite learning = stimulasi kemampuan dasar siswa untuk persiapan belajar. 4. Present new material = penyajian materi baru 5. Provide guidance = menyediakan pembimbingan 6. Elicit performance = memunculkan tindakan 7. Provide feedback about correctness = siap memberi umpan balik langsung terhadap hasil yang baik 8. Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan 9. Enhance retention and recall = meningkatkan proses penyimpanan memori dan mengingat. Gagne disebut sebagai modern noebehaviouristik mendorong guru untuk merencanakan pembelajaran agar suasana dan gaya belajar dapat dimodifikasi.
  • 50. Albert Bandura (1925-sekarang) Teori belajar Bandura adalah teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri yang menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap dan emosi orang lain. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi tingkah laku timbal balik yang berkesinambungan antara kognitive perilaku dan pengaruh lingkungan. Factor-faktor yang berproses dalam observasi adalah perhatian, mengingat, produksi motorik, motivasi. Aplikasi teori behaviouristik terhadap pembelajaran siswa Guru yang menggunakan paradigma behaviourisme akan menyusun bahan pelajaran yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak hanya memberi ceramah tetapi juga contoh-contoh. Bahan pelajaran disusun hierarki dari vang sederhana sampai yang kompleks. Hasil dari pembelajaran dapat diukur dan diamati. kesalahan dapat diperbaiki. Hasil yang diharapkan adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan.
  • 51. Kekurangan dan kelebihan Metode ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanius kelenturan daya tahan dsb. Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan peran Orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid dipandang pasif. Murid hanya mendengarkan. menghafal penjelasan guru sehingga guru sebagai sentral dan bersifat otoriter.  
  • 52. TEORI HUMANISTIK Prinsip- prinsip belajar humanistic: A. Manusia mempunyai belajar alami B. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu C. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya D. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan bila ancaman itu kecil E. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar F. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya G. Belajar lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar H. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam I. kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri J. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
  • 53. Pengertian Teori Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Kerangka Berfikir Teori Belajar Tujuan belajar menurut teori ini adalah memanusiakan manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.Menurut para pendidik aliran ini I penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi mereka. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu : proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi informasi ini pada individu. Tujuan utama pada pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi yang ada pada diri mereka.
  • 54. Dua bagian pada proses belajar: a. Proses memperoleh informasi baru b. Personalisasi informasi ini pada individu Tokoh –Tokohnya Arthur Comb (1921-1999) Meaning adalah konsep dasar yang dipakai atau digunakan. Belajar terjadi bila siswa mempunyai arti bagi siswa itu sendiri, guru tidak bisa memaksakan materi pada siswa. Guru harus memahami perilaku siswa dengan memahami persepsi siswa apabila ingin mengubah perilaku siswa. Menurut Comb perilaku buruk itu adalah ketidakmauan siswa untuk melakukan sesuatu yang tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya.
  • 55. Maslow Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal yaitu adalah suatu usaha positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Pada diri manusia mempunyai berbagai perasaan takut tetapi manusia juga mempunyai perasaan yang mendorong untuk maju kearah keunikan diri. Kearah fungsinya semua kemampuan yang dimiliki dapat dikembangkan. Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi tujuh hierarki yang tiap hierarki tersebut memiliki tingkat penting dalam pemenuhan yang harus dipanuhi dari yang paling dasar.   CARL ROGERS Belajar akan lebih baik jika dilengkapi dengan fasilitas yang baik pula. Kerangka berfikir teori Rogers membedakan 2 tipe belajar yaitu: a. Kognitif (kebermaknaan) b. Eksperimental (pengalaman atau signifikansi) yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran.
  • 56. Aplikasi Teori Aplikasi pada teori ini adalah lebih menunjuk pada ruh atau spirit dalam proses belajar yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru hanya sebagai fasilitator bagi siswa dan dengan memberi motivasi, kesadaran bagi siswa, membimbing dan memfasilitasi siswa. Guru sebagai fasilitator memiliki berbagai cara untuk memberi kemudahan bagi siswa dalam belajar dan berbagai kualitas si fasilitator. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai proses pambelajarannya.Tujuan pembelajaran lebih diutamakan pada prosesnya bukan pada hasilnya. Proses pembelajaran pada umumnya yaitu adalah merumuskan tujuan belajar yang jelas. mengusahakan adanya partisipasi siswa, mendorong inisiatif siswa untuk peka kritis, mengemukakan pendapat, guru berusaha menerima dan memberi kesempatan pada siswa serta adanya evaluasi pembelajaran. Pada teori ini lebih menekankan pada proses dari pada hasil pembelajaran sehigga siswa harus aktif. Guru berpendapat bahwa pendidikan adalah warisan kebudayaan, pertanggungjawaban sosial, dan bahan pengajaran yang khusus. Sehingga masalah tersebut tidak dapat diserahkan pada siswa tetapi perlu adanya suatu rencana pelajaran yang telah disiapkan oleh guru. Materi tersusun logis dan tujuan instruksional yang tertentu dan mereka memiliki kecenderungan memperoleh jawaban yang benar.
  • 57. Kekurangan dan Kelebihan Teori ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi yang bersifat pembentukan Kepribadian hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena social. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah siswa senang, bergairah- berinisiatif dalam belajar, dan terjadi perubahan pola pikir siswa, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut humanistic. Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.