SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
ACARA II
IDENTIFIKASI II
A. Tujuan
Tujuan praktikum acara II Identifikasi II adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan adanya protein di dalam putih telur dengan tes
pengendapan, tes biuret, dan tes xanthoprotein.
2. Menunjukkan ada tidaknya gugus karbonil pada asam oksalat, aseton,
alkohol, dan urea dengan penambahan NaOCl.
3. Menunjukkan adanya gugus amina pada urea dengan mereaksikannya
dengan HCl dan KNO2.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Tahu merupakan salah satu makanan yang mengandung protein.
Pada umumnya tahu dibuat dari kacang kedele. Protein yang ada dalam
kacang kedele adalah legumeilin dan glisinin. Selain sebagai sumber
protein, tahu juga merupakan sumber kalsium yaitu mineral makro,
mineral yang sangat penting untuk pertumbuhan gigi dan tulang
(Maryam, 2007).
Asam oksalat (COOH)2 merupakan asam organik (dikarboksilat)
yang paling sederhana dan ditemukan pada hampir seluruh jenis
organisme termasuk tumbuhan, hewan, bakteri, dan jamur. Peranan asam
oksalat pada berbagai jenis organisme telah dipelajari dari berbagai aspek
dari yang menguntungkan organisme itu sendiri. Luasnya kajian tentang
peranan asam oksalat dalam berbagai disiplin ilmu tidak terlepas dari
sifat yang dimilikinya, yakni, seagai sumber elektron, sumber proton, dan
sebagai pengikat ion logam yang sangat kuat (Munir, 2005).
Asam oksalat termasuk asam karboksilat bermartabat dua disebut
juga asam etanadioat atau asam dikarboksilat. Asam oksalat bila
dipanaskan dengan H2SO4 pekat akan terurai menjadi CO2, CO, dan H2O.
Asam oksalat dengan KMnO4 dan H2S04 encer pada suhu 60°C akan
terurai menjadi CO2, H2O, K2SO4, dan MnSO4. Rumus molekul asam
oksalat adalah (HOOCCOOH)2H2O (Panjaitan, 2008).
Oksalat yang terdapat dalam berbagai jenis sayuran dan buah-
buahan ternyata menimbulkan masalah dalam penyerapan kalsium.
Oksalat dapat mengendapkan kalsium dan membentuk kalsium oksalat
yang tidak dapat diserap tubuh, sehingga terbentuk endapan garam yang
tidak dapat larut yang menyebabkan munculnya penyakit batu ginjal.
Disamping itu asam oksalat juga dapat menghambat penyerapan zat besi
(Syarif et al, 2007).
2. Tinjauan Teori
Protein ialah poliamida dengan lebih dari 50 satuan asam amino.
Urutan rantai samping dalam suatu protein menentukan struktur lebih
tingginya yang terjadi oleh ikatan hidrogen dalam dan ikatan hidrogen
luar. Struktur lebih tinggi dari protein memberikan aneka ragam sifat fisis
dan kimia sehingga protein itu dapat melakukan berbagai tugas
(Fessenden, 1989).
Protein merupakan poliamida dengan asam α-amino yang menjadi
unit monomernya. Gugus amida yang menghubungkan bersama asam-
asam amino sebagai gugus peptida. Asam-asam amino basa mengandung
lebih dari satu gugus amino basa, sedangkan yang asam lebih dari satu
gugus karboksil (Stevens, 2001).
Protein ialah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang
berhubungan satu dengan yang lainnya lewat ikatan amida (peptida).
Protein memainkan berbagai peran dalam sistem biologis. Beberapa
protein merupakan komponen utama dari jaringan struktur. Protein lain
mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk
hidup. Masih ada lagi yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi
biologis yang diperlukan untuk mempertahankan hidup (Hart, 2003).
Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh.
Karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh
juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah
sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang
tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung
unsur logam sepert zat besi dan tembaga (Winarno, 2002).
Protein mengandung zat nitrogen yang dibentuk oleh asam amino.
Protein berfungsi sebagai komponen utama struktural otot dan jaringan
lain dalam tubuh. Selain itu, protein digunakan untuk memproduksi
hormon, enzim dan hemoglobin. Protein dapatjuga dapat digunakan
sebagai energi, namun bukan pilihan utama sebagai sumber energi
(Hoffman, 2004).
Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi
tubuh. Protein mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel
yang rusak dan sebagai bahan bakar dalam dalam tubuh manusia. Oleh
sebab itu kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada
manusia (Rodwell dalam Husni et al, 2007).
Asam amino dan suplemen protein telah menjadi industri besar
yang menguntungkan. Namun, informasi yang berasal dari penelitian
khasiat protein yang tinggi dan konsumsi asam amino, masih relatif
jarang. Ada banyak mengenai nutrisi protein yang belum diselesaikan
(Tipton et al, 2004).
Amina adalah turunan organik dari amonia. Amina bisa disebut
primer, sekunder, atau tersier tergantung pada jumlah gugus R yang
melekat pada nitrogen. Amina primer, sekunder, atau tersier disingkat 1°,
2°, 3° (Wilbraham, 1992).
Amina merupakan turunan dari amonia dengan mengganti satu
atom hidrogen atau lebih dengan sisa hidrokarbon. Amina dibagi menjadi
amina primer, amina sekunder dan amina tersier. Amina primer
contohnya propil-amina dan isopropil-amina. Amina sekunder contohnya
dimetilamina dan metil-amina. Amina tersier contohnya trimetilamina
(Pringgomulyo, 1982).
Metode biuret pertama kali dikembangkan oleh Riegler tahun 14.
Metode ini didadarkan pada prinsip bahwa zat yang mengandung dua
atau lebih ikatan peptida (-CO-NH-) dapat membentuk kompleks
berwarna ungu dengan gram Cu dalam larutan alkali (dalam suasana
basa). Karena seluruh protein mengandung ikatan peptida, maka metode
biuret merupakan salah satu metode terbaik untuk menentukan kadungan
larutan protein (Andarwulan et al, 2011).
C. Metodologi
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung
c. Penjepit
d. Bunsen
e. Pipet tetes
f. Pipet volume
g. Propipet
h. Gelas reaksi
2. Bahan
a. Putih telur
b. Sari tahu
c. Sari buah sirsak
d. Aquades
e. (NH4)2SO4
f. CuSO4
g. KOH
h. Asam nitrat
i. Asam oksalat
j. NaOCl
k. Alkohol
l. Aseton
m. Urea
n. KNO3
o. HCl
3. Cara Kerja
a. Protein
1) Tes Pengendapan
a) Sampel A (koloidal telur)
b) Sampel B (Sari buah sirsak)
c) Sampel C (Sari tahu)
Disiapkan sari tahu (sampel C)
Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL
larutan koloidal dan diamati yang terjadi.
Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL
larutan koloidal dan diamati yang terjadi.
Disiapkan sari buah sirsak (sampel B)
Dikocok satu bagian telur dengan lima bagian aqudest hingga
menjadi satu larutan koloidal (sampel A)
Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL
larutan koloidal dan diamati yang terjadi.
2) Uji Biuret
a) Sampel A (koloidal telur)
b) Sampel B (Sari buah sirsak)
Disiapkan sari buah sirsak (Sampel B)
Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL
larutan koloidal dan diamati yang terjadi.
Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes.
Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan warnanya.
Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL
larutan koloidal dan diamati yang terjadi.
Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes.
Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan warnanya.
Dikocok satu bagian telur dengan lima bagian aqudest
hingga menjadi satu larutan koloidal (sampel A)
c) Sampel C (Sari tahu)
3) Tes Xanthoprotein
a) Koagulum
b) Sari buah sirsak (Sampel B)
Sari buah sirsak ditambah dengan 5 mL asam nitrat.
Diamati perubahan warna dan endapan yang terjadi.
Dipanaskan. Diamati perubahannya.
Koagulum ditambah dengan 5 mL asam nitrat. Diamati
perubahan warna dan endapan yang terjadi.
Dipanaskan. Diamati perubahannya.
Disiapkan sari tahu (Sampel C)
Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL
larutan koloidal dan diamati yang terjadi.Ditambahkan
Ditambahkan larutan CuSO4 20% jenuh ke dalam 5 mL
larutan koloidal dan diamati yang terjadi.
Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes..
Diamati endapan apa dan perubahan warnanya.
Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes.
Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan
warnanya.
c) Sari tahu (Sampel C)
c. Gugus Karbonil
Dipipet 5 ml asam oksalat ke dalam tabung reaksi.
Ditambah 5 ml larutan NaOCl
Diamati perubahan yang terjadi
Dilakukan percobaan di atas dengan reaktan alkohol, aseton,
dan urea.
Dicatat hasil percobaan.
Sari tahu ditambah dengan asam nitrat. Diamati
perubahan warna dan endapan yang terjadi.
Dipanaskan. Diamati perubahannya.
d. GugusAmina
Dipipet 5 ml larutan NaNO2 ke dalam tabung reaksi.
Ditambah 5 ml HCl
Ditambah 7 butir urea kristal
Diamati yang terjadi dan ditulis reaksinya
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 2.1 Pengujian Protein dengan Uji Pengendapan
No Kelompok Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1 1
A + (NH4)2SO4
Bening Bening
Tidak
terbentuk
endapan
2 14 Bening Bening
Tidak
terbentuk
endapan
3 3
B + (NH4)2SO4
Putih
Keruh
Putih
Keruh
Tidak
terbentuk
endapan
4 16
Putih
Keruh
Putih
Keruh
Tidak
terbentuk
endapan
5 2
C + (NH4)2SO4
Putih
Keruh
Putih
Keruh
Sedikit
terbentuk
endapan
6 15
Putih
Keruh
Putih
Keruh
Sedikit
terbentuk
endapan
Sumber: Laporan sementara
Keterangan:
Sampel A : Koloidal Telur
Sampel B : Sari Buah Sirsak
Sampel C : Sari Tahu
Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan.
Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik
yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan
terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat
yang mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali pada penambahan
alkali (NH3, NaOH, dan NH4).
Pada percobaan ini digunakan (NH4)2SO4. Jika protein ditambahkan
(NH4)2SO4 akan terbentuk endapan putih. (NH4)2SO4 yang bersifat
higroskopis akan menarik air yang terikat pada protein sehingga protein
kehilangan air, mempunyai kelarutan terkecil dan mudah mengendap. Jadi
peranan (NH4)2SO4 adalah untuk mengendapkan protein yang terkandung
dalam larutan sampel, sehingga menghasilkan larutan yang positif. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa salah satu sifat protein adalah mengalami
koagulasi. Menurut Girindra (1986), salah satu sifat protein adalah
mengoagulasi (menggumpal/mengendap/mengental). Reaksi yang terjadi
pada pengujian endapan:
RCH CO OH+ (NH4)2SO4 → 2 R CH COONH4 + H2SO4
NH2 NH4
Kelompok 1 dan 14 menggunakan sampel A ditetesi 5 tetes
(NH4)2SO4, warna awal dan akhir bening (tidak ada perubahan) dan tidak ada
endapan. Berarti dapat disimpulkan bahwa sampel A tidak mengandung
protein. Kelompok 3 dan 16 menguji sampel B ditetesi dengan 5 tetes
(NH4)2SO4, warna awal dan akhir putih keruh, dan tidak ada endapan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel B tidak mengandung protein.
Kelompok 2 dan 15 menguji sampel C ditetesi 5 tetes (NH4)2SO4, warna awal
dan akhir putih keruh, dan terdapat sedikit endapan. Dapat disimpulkan
bahwa sampel C mengandung protein.
Dalam percobaan ini diketahui bahwa sampel A merupakan koloidal
telur, sampel B merupakan sari buah sirsak, dan sampel C merupakan sari
tahu. Hasil pengujian sampel B dan sampel C telah sesuai dengan teori,
bahwa sampel B atau buah sirsak memang tidak mengandung teori, dan pada
sampel C atau sari tahu mengandung protein. Tetapi disini terdapat
penyimpangan pada sampel A atau koloidal telur. Telur semestinya
mengandung protein yang tinggi. Padahal menurut Direktorat Gizi
Departemen Kesehatan RI, dalam 100 gram putih terur, mengandung 10,8%
protein. Tetapi dalam percobaan ini, sampel A atau koloidal telur tidak
mengandung protein karena tidak terjadi pengendapan. Hal tersebut
kemungkinan terjadi karena pencampuran telur dengan aquades yang terlalu
banyak, selain itu karena kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan
percobaan.
Tabel 2.2 Pengujian Protein dengan Uji Biuret
No Kelompok Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1 4 A + CuSO4 20%
Putih
bening
Biru muda
Ada endapan
kental
Biru muda Biru-violet
2 17
A + CuSO4 20%
+ KOH 2%
Putih
bening
Biru muda Ada endapan
kental
Biru muda Biru-violet
3 5 B + CuSO4 20%
Putih
keruh
Biru keruh
Ada sedikit
endapan
Biru keruh
Atas :
kuning
kecoklatan,
bawah : biru
kehijauan
4 19
B + CuSO4 20%
+ KOH 2%
Putih
keruh
Biru keruh Tidak
terbentuk
endapanBiru keruh
Hijau
kebiruan
5 18
C + CuSO4 20%
+ KOH 2%
Putih
Keruh
Atas :
bening,
bawah : biru
bening
Ada endapan
tapi tidak
terlalu kental
Sumber: Laporan sementara
Keterangan:
Sampel A : Koloidal Telur
Sampel B : Sari Buah Sirsak
Sampel C : Sari Tahu
Prinsip pengujian biuret yakni apabila suatu sampel ditambahkan
dengan larutan CuSO4 20% dan KOH 2% kemudian menimbulkan warna
biru-violet atau pink-violet serta muncul endapan, maka sampel tersebut
mengandung protein. Menurut Bintang (2010), uji biuret ini digunakan untuk
uji umum terhadap protein, karena uji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan
peptida. Uji biuret didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+
dan ikatan peptida
dalam suasana basa. Warna kompleks ungu menunjukkan adanya protein.
Intensitas warna yang dihasilkan merupakan ukiran jumlah ikatan peptida
yang ada dalam protein. Ion Cu2+
dari pereaksi biuret dalam suasana basa
akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun
protein, dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet.
Menurut Wardio (1982), reaksi biuret disebabkan oleh koordinasi ion
Cu2+
dengan pasangan-pasangan elektron tak terbagi dari N-peptida dan O-
air. Sehingga terbentuk kompleks koordinasi yang berwarna ungu dalam
suasana basa kuat. Reaksi yang terjadi pada pengujian biuret:
2 (R−CH−COOH) + CuSO4 + 2 KOH
HOOC CH NH−Cu NH CH COOH + H2SO4 + H2O
R R
Pada praktikum uji biuret kali ini digunakan CuSO4 20% dan KOH
2% serta tiga macam sampel yaitu, A koloidal telur, B sari buah sirsak, dan C
sari tahu. Tabel di atas dapat dilihat hasil akhir (warna) pada sampel yaitu
sampel A didapatkan hasil warna biru yang menunjukkan adanya protein
pada sampel tersebut. Sedangkan pada sampel B warna akhir yang didapat
adalah biru kehijauan, hal tersebut juga memungkinkan adanya kandungan
protein pada sampel B. Pada sampel C, warna akhir yang dapat adalah adanya
dua lapisan, dimana pada lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah
berwarna biru, maka pada sampel C juga memiliki kandungan protein. Dari
ketiga sampel didapatkan hasil yang berbeda, hal tersebut dapat diartikan
bahwa sampel memiliki kandungan protein namun dengan kadar yang
berbeda.
Tabel 2.3 Pengujian Protein dengan Uji Xhanthoprotein
No Kelompok Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1 6
Koagulum +
Asam Nitrat
Kuning
bening
Kuning
bening
Gumpalan
sedikit
Kuning
bening
Gumpalan
putih
Gumpalan
Putih
2 20
Koagulum +
Asam Nitrat
+ dipanaskan
Putih
Keruh
Putih keruh
Gumpalan
sedikit
Putih
keruh
Putih susu
Awal ada
gumpalan,
akhir
gumpalan
lebih banyak
3 8
Sari buah
sirsak
(Sampel B) +
Asam Nitrat
Putih
Putih keruh
sekali
Ada gumpalan
sedikit
Putih
Keruh
Sekali
Putih
kental
Ada gumpalan
coklat
4 22
Sari buah
sirsak
(Sampel B) +
Asam Nitrat
+ dipanaskan
Putih Putih susu
Ada gumpalan
yang tercmpur
Putih
susu
Putih susu
keruh
Awal
gumpalan yang
masih
bercampur,
akhir
gumpalan
berpisah pada
bagian atas
5 7
Sari tahu
(Sampel C) +
Asam Nitrat
Putih Putih keruh
Ada endapan
sedikit
Putih
keruh
Putih
kental
Putih keruh
ada endapan di
bawah tabung
6 21
Sari tahu
(Sampel C) +
Asam Nitrat
+ dipanaskan
Putih Putih susu
Cairan
berwarna putih
Putih
susu
Putih keruh
Awal cairan
warna putih,
akhir ada
endapan
Sumber : Laporan sementara
Pada uji xanthoprotein dilakukan dengann menambahkan sampel
(koagulum, sari buah sirsak, dan sari tahu) dengan asam nitrat. Uji positif
terjadi apabila hasil sampel memberikan warna kuning jika dipanaskan dan
ditambahkan asam nitrat jenuh. Pemansan berlebihan akan menimbulkan
warna orange. Menurut Bintang (2010), Reaksi yang terjadi menyebabkan
nitrasi dari inti benzana dalam molekul protein. Tirosin, fenilalanin, dan
triptofan memberi hasil positif terhadap reaksi ini, karena memiliki cincin
aromatik yang bereaksi dengan asam nitrat pekat bila dipanaskan membentuk
warna kuning sampai jingga. Reaksi yang terjadi dari praktikum uji
xanthoprotein:
O O
CH2 CH C – OH + HNO3 CH2 CH C – OH
NH2 NO2 NH2
Pada percobaan uji xanthoprotein, digunakan sampel koagulum,
sampel B sari buah sirsak dan sampel C sari telur masing-masing 5 ml lalu
ditambahkan dengan larutan asam asetat jenuh sebanyak 5 tetes. Pada sampel
koagulum yang dilakukan kelompok 6 dan 20, menimbulkan warna putih
susu dengan gumpalan sangat banyak atau besar. Pada sampel B yang
dilakukan kelompok 8 dan 22, setelah dipanaskan bahan tidak berubah warna
namun terdapat gumpalan putih keruh diatas cairan putih. Sedangkan pada
sampel C yang dilakukan kelompok 7 dan 21 didapatkan warna sampel dari
putih menjadi putih susu keruh dan terdapat endapan putih di dasar tabung.
Hal ini membuktikan bahwa koagulum mengandung banyak protein.
Dibuktikan dengan adanya endapan atau gumpalan berwarna putih keruh dan
warna bahan menjadi putih keruh.
Tabel 2.4 Uji Gugus Karbonil pada Asam Oksalat
No Kelompok Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1 9 5 mL asam
oksalat + 5 mL
NaOCl
Bening Bening
Bergelembung
Banyak
2 23 Bening Bening
Bergelembung
Banyak
Sumber: Laporan sementara
Pada uji gugus karbonil pada asam oksalat dilakukan penambahan
asam oksalat dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil ditandai dengan adanya
gelembung dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai berikut:
C2H2O4+ NaOCl NaCl + 2CO2 + H2O
Pada uji gugus karbonil ini pada asam oksalat 5 mL dicampur dengan
5 mL NaOCl. Pada percobaan ini tidak ada perubahan warna yang terjadi
pada awal dan akhir tetapi timbul gelembung dan larutan menjadi hangat. Hal
ini menunjukkan bahwa di dalam tabung reaksi tersebut mengandung CO2
yang mengandung gugus karbonil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat gugus karbonil pada asam oksalat. Sesuai dengan yang disebutkan
Pine (1988), dalam buku Kimia Organik 1 Terbitan Keempat, bahwa asam
karboksilat mengandung gugus karbonil (Asam oksalat merupakan asam
karboksilat).
Tabel 2.5 Uji Gugus Karbonil pada Alkohol
No Kelompok Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1 11
Alkohol + 5 mL
NaOCl
Bening Bening
Sedikit
gelembung +
hangat
2 25 Bening Bening
Sedikit
gelembung +
hangat
Sumber: Laporan sementara
Uji gugus karbonil pada alkohol dilakukan dengan mereaksikan
alkohol dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil ditandai dengan adanya
gelembung dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai berikut:
CH3−CH2−OH + NaOCl → CH3CH2O + NaCl + H2O
Pada reaksi menunjukkan terdapatnya gugus CH3CH2O dari alkohol
yang bereaksi dengan NaOCl, terdapatnya sedikit gelembung-gelembung
kecil itu pun lama-kelamaan hilang. Dengan demikian alkohol bukan
merupakan gugus karbonil, alkohol hanya terlihat serapan gugus karbonil
(C=O). Menurut Suminar (1990), alkohol dipengaruhi oleh ikatan hidrogen,
kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil,
banyaknya cabang dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom
karbon dan bukan gugus karbonil.
Pada uji gugus karbonil pada alkohol dilakukan dengan mencampur
alkohol dengan 5 mL NaOCl tidak ada perubahan warna yang terjadi yaitu
bening, tetapi muncul sedikit gelembung dan larutan menjadi hangat, tetapi
kemudian gelembung yang sedikit itu hilang. Maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat gugus karbonil pada alkohol.
Tabel 2.6 Uji Gugus Karbonil pada Aseton
No Kelompok Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1 10
Aseton +
NaOCl
Bening
Kuning
(seperti
minyak
goreng)
Sedikit
gelembung +
hangat
2 25 Bening
Kuning
bening
Sedikit
gelembung +
hangat
Sumber: Laporan sementara
Uji gugus karbonil pada aseton dilakukan dengan cara mereaksikan
antara aseton dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil dapat dilihat dari
adanya gelembung pada larutan dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya
sebagai berikut:
(CH3)2CO + NaOCl C2H6 + NaCl + CO2
Pada percobaan kali ini direaksikan antara aseton dengan NaOCl.
Perubahan warna terjadi dari bening menjadi kuning bening. Selain itu,
timbul adanya sedikit gelembung dan suhu larutan yang menjadi hangat.
Dapat disimpulkan bahwa pada aseton terdapat gugus karbonil. Sesuai
dengan teori yang disebutkan Pine (1988) dalam buku Kimia Organik 1
Terbitan Keempat, bahwa keton mengandung gugus karbonil (aseton
merupakan keton).
Tabel 2.7 Uji Gugus Karbonil pada Urea
No Kelompok Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1 12
Urea +
NaOCl
Bening Bening
Ada
gelembung +
hangat
2 26 Bening Bening
Banyak
gelembung
Sumber: Laporan sementara
Uji gugus karbonil pada urea dilakukan dengan cara mereaksikan
antara urea dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil dapat dilihat dari adanya
gelembung pada larutan dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai
berikut:
CO(NH2)2 + NaOCl NaCl + CO2 + N2+ H2O
Pada percobaan kali ini direaksikan antara urea dengan NaOCl. Tidak
ada perubahan warna terjadi. Selain itu, timbul adanya sedikit gelembung dan
suhu larutan yang menjadi hangat. Adanya gelembung-gelembung pada
percobaan menunjukkan adanya CO2 yang merupakan hasil dari reaksi diatas
dan bau khas urea akibat amoniak. Menurut Hart (1983), dalam kimia
organik, gugus karbonil adalah sebuah gugus fungsi yang terdiri dari sebuah
atom karbon yang berikatan rangkap dengan sebuah atom oksigen: C=O.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada urea terdapat gugus karbonil.
Tabel 2.8 Uji Gugus Amina padaUrea
No Kelompok Sampel
Perubahan Warna
Keterangan
Awal Akhir
1 13
NaNO2 30% +
HCl 1 N
Bening Bening
Sedikit
gelembung
kecil
NaNO230% +
HCl +7 butir
kristal urea
Keruh Bening
Ada banyak
gelembung dan
endapan urea
2 27
NaNO230% +
HCL 1 N
Bening Bening
Ada banyak
gelembung dan
endapan urea
NaNO2 30 % +
HCl 1 N + 7
butir kristal urea
Keruh Bening
Ada
gelembung
yang
menempel
pada dinding
tabung,
terdapat uap
air di sekitar
dinding tabung
Sumber: Laporan sementara
Uji gugus amina pada urea dilakukan dengan cara mereaksikan antara
NaNO230% dengan HCL 1 N dan antara NaNO2 30 % dengan HCl 0,1 N
ditambah 7 butir kristal urea. Adanya gugus amina dapat dilihat dari adanya
gelembung pada larutan. Reaksinya sebagai berikut:
NaNO2 + HCl + CO(NH2)2 + 2O2 NaCl+2 HNO2 + CO2 + NH3
Menurut Fessenden (1982), adanya gelembung dan adanya uap air
pada dinding tabung setelah reaksi menunjukkan adanya gugus amina pada
urea. Urea merupakan senyawa organik dengan rumus CO(NH2)2. Molekul
ini memiliki 2 NH2 bergabung dengan karbonil (C = O). Jika ditambahkan
HNO2 pada urea akan menghasilkan gugus amina karena salah satu atom
hidrogennya digantikan dengan gugus amina. Amina adalah senyawa organik
yang mengandung atom-atom nitrogen trivalen yang terikat pada satu atom
atau lebih. Bila amina diperlakukan dengan asam, elektron yang tak berbagi
digunakan untuk membentuk membentuk sigma dengan asam. Hasilnya
adalah garam amina.
Pengujian gugus amina pada urea yang dilakukan pada sampel NaNO2
30% sebanyak 5 mL, ditambahkan dengan HCl 1 N 5 mL, warna awal
bening, warna akhirnya juga bening. Setelah itu ditambahkan 7 butir kristal
urea, warna yang awalnya keruh menjadi bening. Terdapat gelembung yang
sangat banyak karena adanya CO2, dan kristal urea tetap mengendap.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat gugus amina pada urea.
E. Kesimpulan
Berdasarkan rangkaian percobaan acara II dentifikasi II dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada uji protein dengan metode pengendapan hanya sari tahu (sampel C)
yang terdapat endapan putih. Sehingga tahu mengandung protein.
Sedangkan koloidal putih telur (sampel A) dan sari buah sirsak
(sampel B) menunjukkan hasil negatif, kemungkinan putih telur dan
sirsak mengandung protein dalam jumlah yang sangat sedikit atau tidak
mengandung protein sama sekali.
2. Pada uji protein dengan metode biuret, koloidal putih telur (sampel A)
memberikan warna biru-violet (hasil positif), sari buah sirsak (sampel B)
menghasilkan warna biru kehijauan (hasil positif), dan tahu
menghasilkan warna biru terang, sehingga putih telur, sirsak dan tahu
mengandung protein.
3. Pada uji protein dengan metode xanthoprotein, terdapat gumpalan setelah
masing-masing koagulum, sari buah sirsak (sampel B), dan sari tahu
(sampel C) diberikan asam nitrat, lalu setelah dipanasi menjadi gumpalan
putih dan padatan putih. Hal ini menunjukkan adanya protein.
4. Pada uji gugus karbonil, hasil reaksi gugus karbonil pada sampel asam
oksalat, aseton, dan urea positif, hanya alkohol yang negatif karena
alkohol merupakan gugus hidroksil yang mengikat gugus (-OH).
5. Munculnya gelembung-gelembung pada tabung menandakan urea
mengandung gugus amina.
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, Nuri et al. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat. Jakarta.
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga. Jakarta.
Fessenden, Ralp J., et al. 1989. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga.
Jakarta.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia. Jakarta.
Hart, Harold et al. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas.
Erlangga. Jakarta.
Hoffman, Jay R. et al. 2004. Protein – Which Is Best?. Journal of Sports Science
and Medicine (2004) 3, 118-130. Las Vegas.
Husni, Elidahanum et al. 2007. Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan
Siap Saji Sosis. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 2,
2007, halaman 108-111. Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No.
49/DIKTI/Kep/2003. ISSN : 1410-0177. Padang.
Maryam, Siti. 2007. Penentuan Suhu Optimum Air Saat Menggiling Kedele untuk
Menghasilkan Tahu Berkualitas. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Sains & Humaniora, 1(2), 156-167, JPPSH, Lembaga Penelitian
Undiksha, Desember 2007. Singaraja.
Munir, Erman. 2005. Peranan Asam Oksalat dalam Degradasi Lignoselulosa.
Seminar Nasional Kimia II 2005. Departemen Biologi, FMIPA USU.
Medan.
Panjaitan, Rumintang Ruslinda. 2008. Pengembangan Pemanfaatan Sabut Pinang
untuk Pembuatan Asam Oksalat. Jurnal berita Litbang Industri. Volume
XXXIX, No. 1, Juli 2008, pp 42-49.
Pine, Stanley H. 1988. Kimia Organik I Terbitan Keempat. Penerbit ITB.
Bandung.
Pringgomulyo, Saroyo et al. 1982. Kimia Umum. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan. Jakarta.
Stevens, Malcolm P. 2001. Kimia Polimer. Pradnya Paramita. Jakarta.
Suminar, Ahmadi.1983. Kimia Organik Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Syarif, Mardius et al. 2007. Pemeriksaan Kadar Oksalat dalam Daun Singkong
(Manihot utilissima Pohl) dengan Metoda Spektrofotomtri Kinetik.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, 2007, halaman 50-
52. Akreditasi DIKTIDepdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003. ISSN :
1410-0177. Padang.
Tipton, Kevin D. et al. 2004. Protein and Amino Acids for Athletes. Journal of
Sports Sciences, 2004, 22, 65–79. Galveston.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Penerbit ITB.
Bandung.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar 2.1 Sampel B (Sari buah sirsak)
Gambar 2.2 Sampel B (Sari buah sirsak) + (NH4)2SO4
Gambar 2.3 Percobaan gugus karbonil
Gambar 2.4 Percobaan gugus karbonil Gambar 2.5 Percobaan gugus karbonil
KIMIA ORGANIK
ACARA II IDENTIFIKASI II
KELOMPOK 3 :
AGNES TITAH M (H0912004)
ANTONIUS YOSEF BANINDRA (H0912015)
AZMINADATUL AISAH (H0912022)
DIKA K (H0912039)
FRANSISKA PUTERI (H0912056)
CANDRA (H1912003)

More Related Content

What's hot

laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
Wd-Amalia Wd-Amalia
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
Iffa M.Nisa
 
Kelompok 4 senyawa karbon
Kelompok 4 senyawa karbonKelompok 4 senyawa karbon
Kelompok 4 senyawa karbon
Cha Bela
 
Laporan praktikum kimia analisis pemeriksaan kation anion gina
Laporan praktikum kimia analisis pemeriksaan kation anion ginaLaporan praktikum kimia analisis pemeriksaan kation anion gina
Laporan praktikum kimia analisis pemeriksaan kation anion gina
Gina Sari
 
53678527 sintesis-asam-oksalat
53678527 sintesis-asam-oksalat53678527 sintesis-asam-oksalat
53678527 sintesis-asam-oksalat
Asep Nazmi
 
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
guest1fb560
 

What's hot (20)

laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 
Biosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderBiosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunder
 
Atomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption SpectrophotometerAtomic Absorption Spectrophotometer
Atomic Absorption Spectrophotometer
 
LAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetriLAPORAN asidi alkalimetri
LAPORAN asidi alkalimetri
 
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsilaporan praktikum penentuan gugus fungsi
laporan praktikum penentuan gugus fungsi
 
Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7Kimia Organik semester 7
Kimia Organik semester 7
 
Gc ms
Gc msGc ms
Gc ms
 
95394 aspirin dan metil salisilat amel
95394 aspirin dan metil salisilat amel95394 aspirin dan metil salisilat amel
95394 aspirin dan metil salisilat amel
 
Ekstraksi cair cair
Ekstraksi cair cairEkstraksi cair cair
Ekstraksi cair cair
 
Distilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasiDistilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasi
 
Sintesis Asetanilida
Sintesis AsetanilidaSintesis Asetanilida
Sintesis Asetanilida
 
Kelompok 4 senyawa karbon
Kelompok 4 senyawa karbonKelompok 4 senyawa karbon
Kelompok 4 senyawa karbon
 
Laporan praktikum kimia analisis pemeriksaan kation anion gina
Laporan praktikum kimia analisis pemeriksaan kation anion ginaLaporan praktikum kimia analisis pemeriksaan kation anion gina
Laporan praktikum kimia analisis pemeriksaan kation anion gina
 
53678527 sintesis-asam-oksalat
53678527 sintesis-asam-oksalat53678527 sintesis-asam-oksalat
53678527 sintesis-asam-oksalat
 
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
Pada Titrasi Digunakan Indikator Kanji Yang Berbentuk Ion Komplek Berwarna Bi...
 
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i236547384 pemisahan-kation-golongan-i
236547384 pemisahan-kation-golongan-i
 
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditasPenentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
Penentuan kadar ca dan mg serta turbiditas
 
KROMATOGRAFI KERTAS
KROMATOGRAFI KERTASKROMATOGRAFI KERTAS
KROMATOGRAFI KERTAS
 
Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalah
 
praktikum biokimia
praktikum biokimiapraktikum biokimia
praktikum biokimia
 

Viewers also liked

ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
Fransiska Puteri
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Fransiska Puteri
 
Pengujian amina dan turunanny1
Pengujian amina dan turunanny1Pengujian amina dan turunanny1
Pengujian amina dan turunanny1
Sabila Izzati
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
Fransiska Puteri
 
Laporan ipd susu instant 2
Laporan ipd susu instant 2Laporan ipd susu instant 2
Laporan ipd susu instant 2
susy amelia
 
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlcITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
Fransiska Puteri
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
Raden Saputra
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Soal UK 1 mikrum
ITP UNS SEMESTER 2 Soal UK 1 mikrumITP UNS SEMESTER 2 Soal UK 1 mikrum
ITP UNS SEMESTER 2 Soal UK 1 mikrum
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan MikrobaITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 KarbohidratITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
Fransiska Puteri
 

Viewers also liked (20)

ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
Pengujian amina dan turunanny1
Pengujian amina dan turunanny1Pengujian amina dan turunanny1
Pengujian amina dan turunanny1
 
ITP UNS SEMESTER 2 Gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 GravimetriITP UNS SEMESTER 2 Gravimetri
ITP UNS SEMESTER 2 Gravimetri
 
Identifikasi serat 1
Identifikasi serat 1Identifikasi serat 1
Identifikasi serat 1
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
 
Laporan ipd susu instant 2
Laporan ipd susu instant 2Laporan ipd susu instant 2
Laporan ipd susu instant 2
 
Laporan susu telur
Laporan susu telurLaporan susu telur
Laporan susu telur
 
Fishing and gear technology
Fishing and gear technologyFishing and gear technology
Fishing and gear technology
 
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlcITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
ITP UNS SEMESTER 2 Kromatografi pc dan tlc
 
Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9Laporan praktikum biokimia tm 9
Laporan praktikum biokimia tm 9
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 4
 
ITP UNS SEMESTER 2 Soal UK 1 mikrum
ITP UNS SEMESTER 2 Soal UK 1 mikrumITP UNS SEMESTER 2 Soal UK 1 mikrum
ITP UNS SEMESTER 2 Soal UK 1 mikrum
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan MikrobaITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
 
Hidrasi Air
Hidrasi AirHidrasi Air
Hidrasi Air
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 KarbohidratITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 3 Karbohidrat
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptisITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 1 Pengenalan alat dan teknik aseptis
 

Similar to ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

Laporan biokimia asam amino protein
Laporan biokimia   asam amino proteinLaporan biokimia   asam amino protein
Laporan biokimia asam amino protein
Mifta Rahmat
 
Praktikum bio protein
Praktikum bio proteinPraktikum bio protein
Praktikum bio protein
ganidonk
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
UNESA
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Fransiska Puteri
 

Similar to ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2 (20)

Protein
ProteinProtein
Protein
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
Percobaan III ASAM AMINO DAN PROTEIN
Percobaan III ASAM AMINO DAN PROTEINPercobaan III ASAM AMINO DAN PROTEIN
Percobaan III ASAM AMINO DAN PROTEIN
 
Laporan biokimia hidrolisis protein
Laporan biokimia   hidrolisis proteinLaporan biokimia   hidrolisis protein
Laporan biokimia hidrolisis protein
 
Laporan biokimia asam amino protein
Laporan biokimia   asam amino proteinLaporan biokimia   asam amino protein
Laporan biokimia asam amino protein
 
Uji Xantoprotein
Uji XantoproteinUji Xantoprotein
Uji Xantoprotein
 
Laporan protein catur
Laporan protein caturLaporan protein catur
Laporan protein catur
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
 
Praktikum bio protein
Praktikum bio proteinPraktikum bio protein
Praktikum bio protein
 
4. bab iv praktikum
4. bab iv praktikum4. bab iv praktikum
4. bab iv praktikum
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
Makalah protein
Makalah proteinMakalah protein
Makalah protein
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
Laporan biokimia vitamin dan mineral
Laporan biokimia   vitamin dan mineralLaporan biokimia   vitamin dan mineral
Laporan biokimia vitamin dan mineral
 
(37).en.id
(37).en.id(37).en.id
(37).en.id
 
Asam basa
Asam basaAsam basa
Asam basa
 
Mas didih
Mas didihMas didih
Mas didih
 
uji protein
uji proteinuji protein
uji protein
 
Ujiproteinkimia
UjiproteinkimiaUjiproteinkimia
Ujiproteinkimia
 
Ulasan biokimia
Ulasan biokimiaUlasan biokimia
Ulasan biokimia
 

More from Fransiska Puteri

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Fransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Fransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
Fransiska Puteri
 

More from Fransiska Puteri (20)

Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 KarbohidratLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Karbohidrat
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
 

ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2

  • 1. ACARA II IDENTIFIKASI II A. Tujuan Tujuan praktikum acara II Identifikasi II adalah sebagai berikut: 1. Menunjukkan adanya protein di dalam putih telur dengan tes pengendapan, tes biuret, dan tes xanthoprotein. 2. Menunjukkan ada tidaknya gugus karbonil pada asam oksalat, aseton, alkohol, dan urea dengan penambahan NaOCl. 3. Menunjukkan adanya gugus amina pada urea dengan mereaksikannya dengan HCl dan KNO2. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Tahu merupakan salah satu makanan yang mengandung protein. Pada umumnya tahu dibuat dari kacang kedele. Protein yang ada dalam kacang kedele adalah legumeilin dan glisinin. Selain sebagai sumber protein, tahu juga merupakan sumber kalsium yaitu mineral makro, mineral yang sangat penting untuk pertumbuhan gigi dan tulang (Maryam, 2007). Asam oksalat (COOH)2 merupakan asam organik (dikarboksilat) yang paling sederhana dan ditemukan pada hampir seluruh jenis organisme termasuk tumbuhan, hewan, bakteri, dan jamur. Peranan asam oksalat pada berbagai jenis organisme telah dipelajari dari berbagai aspek dari yang menguntungkan organisme itu sendiri. Luasnya kajian tentang peranan asam oksalat dalam berbagai disiplin ilmu tidak terlepas dari sifat yang dimilikinya, yakni, seagai sumber elektron, sumber proton, dan sebagai pengikat ion logam yang sangat kuat (Munir, 2005). Asam oksalat termasuk asam karboksilat bermartabat dua disebut juga asam etanadioat atau asam dikarboksilat. Asam oksalat bila dipanaskan dengan H2SO4 pekat akan terurai menjadi CO2, CO, dan H2O.
  • 2. Asam oksalat dengan KMnO4 dan H2S04 encer pada suhu 60°C akan terurai menjadi CO2, H2O, K2SO4, dan MnSO4. Rumus molekul asam oksalat adalah (HOOCCOOH)2H2O (Panjaitan, 2008). Oksalat yang terdapat dalam berbagai jenis sayuran dan buah- buahan ternyata menimbulkan masalah dalam penyerapan kalsium. Oksalat dapat mengendapkan kalsium dan membentuk kalsium oksalat yang tidak dapat diserap tubuh, sehingga terbentuk endapan garam yang tidak dapat larut yang menyebabkan munculnya penyakit batu ginjal. Disamping itu asam oksalat juga dapat menghambat penyerapan zat besi (Syarif et al, 2007). 2. Tinjauan Teori Protein ialah poliamida dengan lebih dari 50 satuan asam amino. Urutan rantai samping dalam suatu protein menentukan struktur lebih tingginya yang terjadi oleh ikatan hidrogen dalam dan ikatan hidrogen luar. Struktur lebih tinggi dari protein memberikan aneka ragam sifat fisis dan kimia sehingga protein itu dapat melakukan berbagai tugas (Fessenden, 1989). Protein merupakan poliamida dengan asam α-amino yang menjadi unit monomernya. Gugus amida yang menghubungkan bersama asam- asam amino sebagai gugus peptida. Asam-asam amino basa mengandung lebih dari satu gugus amino basa, sedangkan yang asam lebih dari satu gugus karboksil (Stevens, 2001). Protein ialah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang berhubungan satu dengan yang lainnya lewat ikatan amida (peptida). Protein memainkan berbagai peran dalam sistem biologis. Beberapa protein merupakan komponen utama dari jaringan struktur. Protein lain mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup. Masih ada lagi yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang diperlukan untuk mempertahankan hidup (Hart, 2003). Protein merupakan suatu zat makanan yang penting bagi tubuh. Karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh
  • 3. juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung unsur logam sepert zat besi dan tembaga (Winarno, 2002). Protein mengandung zat nitrogen yang dibentuk oleh asam amino. Protein berfungsi sebagai komponen utama struktural otot dan jaringan lain dalam tubuh. Selain itu, protein digunakan untuk memproduksi hormon, enzim dan hemoglobin. Protein dapatjuga dapat digunakan sebagai energi, namun bukan pilihan utama sebagai sumber energi (Hoffman, 2004). Protein merupakan salah satu zat makanan yang penting bagi tubuh. Protein mempunyai fungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak dan sebagai bahan bakar dalam dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu kekurangan protein dapat menyebabkan gangguan pada manusia (Rodwell dalam Husni et al, 2007). Asam amino dan suplemen protein telah menjadi industri besar yang menguntungkan. Namun, informasi yang berasal dari penelitian khasiat protein yang tinggi dan konsumsi asam amino, masih relatif jarang. Ada banyak mengenai nutrisi protein yang belum diselesaikan (Tipton et al, 2004). Amina adalah turunan organik dari amonia. Amina bisa disebut primer, sekunder, atau tersier tergantung pada jumlah gugus R yang melekat pada nitrogen. Amina primer, sekunder, atau tersier disingkat 1°, 2°, 3° (Wilbraham, 1992). Amina merupakan turunan dari amonia dengan mengganti satu atom hidrogen atau lebih dengan sisa hidrokarbon. Amina dibagi menjadi amina primer, amina sekunder dan amina tersier. Amina primer contohnya propil-amina dan isopropil-amina. Amina sekunder contohnya dimetilamina dan metil-amina. Amina tersier contohnya trimetilamina (Pringgomulyo, 1982).
  • 4. Metode biuret pertama kali dikembangkan oleh Riegler tahun 14. Metode ini didadarkan pada prinsip bahwa zat yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida (-CO-NH-) dapat membentuk kompleks berwarna ungu dengan gram Cu dalam larutan alkali (dalam suasana basa). Karena seluruh protein mengandung ikatan peptida, maka metode biuret merupakan salah satu metode terbaik untuk menentukan kadungan larutan protein (Andarwulan et al, 2011). C. Metodologi 1. Alat a. Tabung reaksi b. Rak tabung c. Penjepit d. Bunsen e. Pipet tetes f. Pipet volume g. Propipet h. Gelas reaksi 2. Bahan a. Putih telur b. Sari tahu c. Sari buah sirsak d. Aquades e. (NH4)2SO4 f. CuSO4 g. KOH h. Asam nitrat i. Asam oksalat j. NaOCl k. Alkohol l. Aseton
  • 5. m. Urea n. KNO3 o. HCl 3. Cara Kerja a. Protein 1) Tes Pengendapan a) Sampel A (koloidal telur) b) Sampel B (Sari buah sirsak) c) Sampel C (Sari tahu) Disiapkan sari tahu (sampel C) Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi. Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi. Disiapkan sari buah sirsak (sampel B) Dikocok satu bagian telur dengan lima bagian aqudest hingga menjadi satu larutan koloidal (sampel A) Ditambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.
  • 6. 2) Uji Biuret a) Sampel A (koloidal telur) b) Sampel B (Sari buah sirsak) Disiapkan sari buah sirsak (Sampel B) Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi. Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes. Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan warnanya. Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi. Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes. Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan warnanya. Dikocok satu bagian telur dengan lima bagian aqudest hingga menjadi satu larutan koloidal (sampel A)
  • 7. c) Sampel C (Sari tahu) 3) Tes Xanthoprotein a) Koagulum b) Sari buah sirsak (Sampel B) Sari buah sirsak ditambah dengan 5 mL asam nitrat. Diamati perubahan warna dan endapan yang terjadi. Dipanaskan. Diamati perubahannya. Koagulum ditambah dengan 5 mL asam nitrat. Diamati perubahan warna dan endapan yang terjadi. Dipanaskan. Diamati perubahannya. Disiapkan sari tahu (Sampel C) Ditambahkan larutan CuSO4 20%jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi.Ditambahkan Ditambahkan larutan CuSO4 20% jenuh ke dalam 5 mL larutan koloidal dan diamati yang terjadi. Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes.. Diamati endapan apa dan perubahan warnanya. Ditambahkan larutan KOH 2% encer tetes demi tetes. Diamati endapan apa dan bagaimana perubahan warnanya.
  • 8. c) Sari tahu (Sampel C) c. Gugus Karbonil Dipipet 5 ml asam oksalat ke dalam tabung reaksi. Ditambah 5 ml larutan NaOCl Diamati perubahan yang terjadi Dilakukan percobaan di atas dengan reaktan alkohol, aseton, dan urea. Dicatat hasil percobaan. Sari tahu ditambah dengan asam nitrat. Diamati perubahan warna dan endapan yang terjadi. Dipanaskan. Diamati perubahannya.
  • 9. d. GugusAmina Dipipet 5 ml larutan NaNO2 ke dalam tabung reaksi. Ditambah 5 ml HCl Ditambah 7 butir urea kristal Diamati yang terjadi dan ditulis reaksinya
  • 10. D. Hasil dan Pembahasan Tabel 2.1 Pengujian Protein dengan Uji Pengendapan No Kelompok Sampel Perubahan Warna Keterangan Awal Akhir 1 1 A + (NH4)2SO4 Bening Bening Tidak terbentuk endapan 2 14 Bening Bening Tidak terbentuk endapan 3 3 B + (NH4)2SO4 Putih Keruh Putih Keruh Tidak terbentuk endapan 4 16 Putih Keruh Putih Keruh Tidak terbentuk endapan 5 2 C + (NH4)2SO4 Putih Keruh Putih Keruh Sedikit terbentuk endapan 6 15 Putih Keruh Putih Keruh Sedikit terbentuk endapan Sumber: Laporan sementara Keterangan: Sampel A : Koloidal Telur Sampel B : Sari Buah Sirsak Sampel C : Sari Tahu Dasar reaksi pengendapan oleh logam berat adalah penetralan muatan. Pengendapan dapat terjadi apabila protein berada dalam bentuk isoelektrik yang bermuatan negatif. Dengan adanya muatan positif dari logam berat akan terjadi reaksi netralisasi dari protein dan dihasilkan garam netral proteinat yang mengendap. Endapan protein ini akan larut kembali pada penambahan alkali (NH3, NaOH, dan NH4). Pada percobaan ini digunakan (NH4)2SO4. Jika protein ditambahkan (NH4)2SO4 akan terbentuk endapan putih. (NH4)2SO4 yang bersifat higroskopis akan menarik air yang terikat pada protein sehingga protein kehilangan air, mempunyai kelarutan terkecil dan mudah mengendap. Jadi peranan (NH4)2SO4 adalah untuk mengendapkan protein yang terkandung dalam larutan sampel, sehingga menghasilkan larutan yang positif. Hal ini
  • 11. sesuai dengan teori bahwa salah satu sifat protein adalah mengalami koagulasi. Menurut Girindra (1986), salah satu sifat protein adalah mengoagulasi (menggumpal/mengendap/mengental). Reaksi yang terjadi pada pengujian endapan: RCH CO OH+ (NH4)2SO4 → 2 R CH COONH4 + H2SO4 NH2 NH4 Kelompok 1 dan 14 menggunakan sampel A ditetesi 5 tetes (NH4)2SO4, warna awal dan akhir bening (tidak ada perubahan) dan tidak ada endapan. Berarti dapat disimpulkan bahwa sampel A tidak mengandung protein. Kelompok 3 dan 16 menguji sampel B ditetesi dengan 5 tetes (NH4)2SO4, warna awal dan akhir putih keruh, dan tidak ada endapan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel B tidak mengandung protein. Kelompok 2 dan 15 menguji sampel C ditetesi 5 tetes (NH4)2SO4, warna awal dan akhir putih keruh, dan terdapat sedikit endapan. Dapat disimpulkan bahwa sampel C mengandung protein. Dalam percobaan ini diketahui bahwa sampel A merupakan koloidal telur, sampel B merupakan sari buah sirsak, dan sampel C merupakan sari tahu. Hasil pengujian sampel B dan sampel C telah sesuai dengan teori, bahwa sampel B atau buah sirsak memang tidak mengandung teori, dan pada sampel C atau sari tahu mengandung protein. Tetapi disini terdapat penyimpangan pada sampel A atau koloidal telur. Telur semestinya mengandung protein yang tinggi. Padahal menurut Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, dalam 100 gram putih terur, mengandung 10,8% protein. Tetapi dalam percobaan ini, sampel A atau koloidal telur tidak mengandung protein karena tidak terjadi pengendapan. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena pencampuran telur dengan aquades yang terlalu banyak, selain itu karena kurangnya ketelitian praktikan dalam melakukan percobaan.
  • 12. Tabel 2.2 Pengujian Protein dengan Uji Biuret No Kelompok Sampel Perubahan Warna Keterangan Awal Akhir 1 4 A + CuSO4 20% Putih bening Biru muda Ada endapan kental Biru muda Biru-violet 2 17 A + CuSO4 20% + KOH 2% Putih bening Biru muda Ada endapan kental Biru muda Biru-violet 3 5 B + CuSO4 20% Putih keruh Biru keruh Ada sedikit endapan Biru keruh Atas : kuning kecoklatan, bawah : biru kehijauan 4 19 B + CuSO4 20% + KOH 2% Putih keruh Biru keruh Tidak terbentuk endapanBiru keruh Hijau kebiruan 5 18 C + CuSO4 20% + KOH 2% Putih Keruh Atas : bening, bawah : biru bening Ada endapan tapi tidak terlalu kental Sumber: Laporan sementara Keterangan: Sampel A : Koloidal Telur Sampel B : Sari Buah Sirsak Sampel C : Sari Tahu Prinsip pengujian biuret yakni apabila suatu sampel ditambahkan dengan larutan CuSO4 20% dan KOH 2% kemudian menimbulkan warna biru-violet atau pink-violet serta muncul endapan, maka sampel tersebut mengandung protein. Menurut Bintang (2010), uji biuret ini digunakan untuk uji umum terhadap protein, karena uji ini dapat mendeteksi kehadiran ikatan peptida. Uji biuret didasarkan pada reaksi antara ion Cu2+ dan ikatan peptida dalam suasana basa. Warna kompleks ungu menunjukkan adanya protein. Intensitas warna yang dihasilkan merupakan ukiran jumlah ikatan peptida yang ada dalam protein. Ion Cu2+ dari pereaksi biuret dalam suasana basa
  • 13. akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein, dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet. Menurut Wardio (1982), reaksi biuret disebabkan oleh koordinasi ion Cu2+ dengan pasangan-pasangan elektron tak terbagi dari N-peptida dan O- air. Sehingga terbentuk kompleks koordinasi yang berwarna ungu dalam suasana basa kuat. Reaksi yang terjadi pada pengujian biuret: 2 (R−CH−COOH) + CuSO4 + 2 KOH HOOC CH NH−Cu NH CH COOH + H2SO4 + H2O R R Pada praktikum uji biuret kali ini digunakan CuSO4 20% dan KOH 2% serta tiga macam sampel yaitu, A koloidal telur, B sari buah sirsak, dan C sari tahu. Tabel di atas dapat dilihat hasil akhir (warna) pada sampel yaitu sampel A didapatkan hasil warna biru yang menunjukkan adanya protein pada sampel tersebut. Sedangkan pada sampel B warna akhir yang didapat adalah biru kehijauan, hal tersebut juga memungkinkan adanya kandungan protein pada sampel B. Pada sampel C, warna akhir yang dapat adalah adanya dua lapisan, dimana pada lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna biru, maka pada sampel C juga memiliki kandungan protein. Dari ketiga sampel didapatkan hasil yang berbeda, hal tersebut dapat diartikan bahwa sampel memiliki kandungan protein namun dengan kadar yang berbeda.
  • 14. Tabel 2.3 Pengujian Protein dengan Uji Xhanthoprotein No Kelompok Sampel Perubahan Warna Keterangan Awal Akhir 1 6 Koagulum + Asam Nitrat Kuning bening Kuning bening Gumpalan sedikit Kuning bening Gumpalan putih Gumpalan Putih 2 20 Koagulum + Asam Nitrat + dipanaskan Putih Keruh Putih keruh Gumpalan sedikit Putih keruh Putih susu Awal ada gumpalan, akhir gumpalan lebih banyak 3 8 Sari buah sirsak (Sampel B) + Asam Nitrat Putih Putih keruh sekali Ada gumpalan sedikit Putih Keruh Sekali Putih kental Ada gumpalan coklat 4 22 Sari buah sirsak (Sampel B) + Asam Nitrat + dipanaskan Putih Putih susu Ada gumpalan yang tercmpur Putih susu Putih susu keruh Awal gumpalan yang masih bercampur, akhir gumpalan berpisah pada bagian atas 5 7 Sari tahu (Sampel C) + Asam Nitrat Putih Putih keruh Ada endapan sedikit Putih keruh Putih kental Putih keruh ada endapan di bawah tabung 6 21 Sari tahu (Sampel C) + Asam Nitrat + dipanaskan Putih Putih susu Cairan berwarna putih Putih susu Putih keruh Awal cairan warna putih, akhir ada endapan Sumber : Laporan sementara
  • 15. Pada uji xanthoprotein dilakukan dengann menambahkan sampel (koagulum, sari buah sirsak, dan sari tahu) dengan asam nitrat. Uji positif terjadi apabila hasil sampel memberikan warna kuning jika dipanaskan dan ditambahkan asam nitrat jenuh. Pemansan berlebihan akan menimbulkan warna orange. Menurut Bintang (2010), Reaksi yang terjadi menyebabkan nitrasi dari inti benzana dalam molekul protein. Tirosin, fenilalanin, dan triptofan memberi hasil positif terhadap reaksi ini, karena memiliki cincin aromatik yang bereaksi dengan asam nitrat pekat bila dipanaskan membentuk warna kuning sampai jingga. Reaksi yang terjadi dari praktikum uji xanthoprotein: O O CH2 CH C – OH + HNO3 CH2 CH C – OH NH2 NO2 NH2 Pada percobaan uji xanthoprotein, digunakan sampel koagulum, sampel B sari buah sirsak dan sampel C sari telur masing-masing 5 ml lalu ditambahkan dengan larutan asam asetat jenuh sebanyak 5 tetes. Pada sampel koagulum yang dilakukan kelompok 6 dan 20, menimbulkan warna putih susu dengan gumpalan sangat banyak atau besar. Pada sampel B yang dilakukan kelompok 8 dan 22, setelah dipanaskan bahan tidak berubah warna namun terdapat gumpalan putih keruh diatas cairan putih. Sedangkan pada sampel C yang dilakukan kelompok 7 dan 21 didapatkan warna sampel dari putih menjadi putih susu keruh dan terdapat endapan putih di dasar tabung. Hal ini membuktikan bahwa koagulum mengandung banyak protein. Dibuktikan dengan adanya endapan atau gumpalan berwarna putih keruh dan warna bahan menjadi putih keruh.
  • 16. Tabel 2.4 Uji Gugus Karbonil pada Asam Oksalat No Kelompok Sampel Perubahan Warna Keterangan Awal Akhir 1 9 5 mL asam oksalat + 5 mL NaOCl Bening Bening Bergelembung Banyak 2 23 Bening Bening Bergelembung Banyak Sumber: Laporan sementara Pada uji gugus karbonil pada asam oksalat dilakukan penambahan asam oksalat dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil ditandai dengan adanya gelembung dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai berikut: C2H2O4+ NaOCl NaCl + 2CO2 + H2O Pada uji gugus karbonil ini pada asam oksalat 5 mL dicampur dengan 5 mL NaOCl. Pada percobaan ini tidak ada perubahan warna yang terjadi pada awal dan akhir tetapi timbul gelembung dan larutan menjadi hangat. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam tabung reaksi tersebut mengandung CO2 yang mengandung gugus karbonil. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat gugus karbonil pada asam oksalat. Sesuai dengan yang disebutkan Pine (1988), dalam buku Kimia Organik 1 Terbitan Keempat, bahwa asam karboksilat mengandung gugus karbonil (Asam oksalat merupakan asam karboksilat).
  • 17. Tabel 2.5 Uji Gugus Karbonil pada Alkohol No Kelompok Sampel Perubahan Warna Keterangan Awal Akhir 1 11 Alkohol + 5 mL NaOCl Bening Bening Sedikit gelembung + hangat 2 25 Bening Bening Sedikit gelembung + hangat Sumber: Laporan sementara Uji gugus karbonil pada alkohol dilakukan dengan mereaksikan alkohol dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil ditandai dengan adanya gelembung dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai berikut: CH3−CH2−OH + NaOCl → CH3CH2O + NaCl + H2O Pada reaksi menunjukkan terdapatnya gugus CH3CH2O dari alkohol yang bereaksi dengan NaOCl, terdapatnya sedikit gelembung-gelembung kecil itu pun lama-kelamaan hilang. Dengan demikian alkohol bukan merupakan gugus karbonil, alkohol hanya terlihat serapan gugus karbonil (C=O). Menurut Suminar (1990), alkohol dipengaruhi oleh ikatan hidrogen, kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil, banyaknya cabang dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon dan bukan gugus karbonil. Pada uji gugus karbonil pada alkohol dilakukan dengan mencampur alkohol dengan 5 mL NaOCl tidak ada perubahan warna yang terjadi yaitu bening, tetapi muncul sedikit gelembung dan larutan menjadi hangat, tetapi kemudian gelembung yang sedikit itu hilang. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gugus karbonil pada alkohol.
  • 18. Tabel 2.6 Uji Gugus Karbonil pada Aseton No Kelompok Sampel Perubahan Warna Keterangan Awal Akhir 1 10 Aseton + NaOCl Bening Kuning (seperti minyak goreng) Sedikit gelembung + hangat 2 25 Bening Kuning bening Sedikit gelembung + hangat Sumber: Laporan sementara Uji gugus karbonil pada aseton dilakukan dengan cara mereaksikan antara aseton dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil dapat dilihat dari adanya gelembung pada larutan dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai berikut: (CH3)2CO + NaOCl C2H6 + NaCl + CO2 Pada percobaan kali ini direaksikan antara aseton dengan NaOCl. Perubahan warna terjadi dari bening menjadi kuning bening. Selain itu, timbul adanya sedikit gelembung dan suhu larutan yang menjadi hangat. Dapat disimpulkan bahwa pada aseton terdapat gugus karbonil. Sesuai dengan teori yang disebutkan Pine (1988) dalam buku Kimia Organik 1 Terbitan Keempat, bahwa keton mengandung gugus karbonil (aseton merupakan keton).
  • 19. Tabel 2.7 Uji Gugus Karbonil pada Urea No Kelompok Sampel Perubahan Warna Keterangan Awal Akhir 1 12 Urea + NaOCl Bening Bening Ada gelembung + hangat 2 26 Bening Bening Banyak gelembung Sumber: Laporan sementara Uji gugus karbonil pada urea dilakukan dengan cara mereaksikan antara urea dengan NaOCl. Adanya gugus karbonil dapat dilihat dari adanya gelembung pada larutan dan suhu larutan yang hangat. Reaksinya sebagai berikut: CO(NH2)2 + NaOCl NaCl + CO2 + N2+ H2O Pada percobaan kali ini direaksikan antara urea dengan NaOCl. Tidak ada perubahan warna terjadi. Selain itu, timbul adanya sedikit gelembung dan suhu larutan yang menjadi hangat. Adanya gelembung-gelembung pada percobaan menunjukkan adanya CO2 yang merupakan hasil dari reaksi diatas dan bau khas urea akibat amoniak. Menurut Hart (1983), dalam kimia organik, gugus karbonil adalah sebuah gugus fungsi yang terdiri dari sebuah atom karbon yang berikatan rangkap dengan sebuah atom oksigen: C=O. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada urea terdapat gugus karbonil.
  • 20. Tabel 2.8 Uji Gugus Amina padaUrea No Kelompok Sampel Perubahan Warna Keterangan Awal Akhir 1 13 NaNO2 30% + HCl 1 N Bening Bening Sedikit gelembung kecil NaNO230% + HCl +7 butir kristal urea Keruh Bening Ada banyak gelembung dan endapan urea 2 27 NaNO230% + HCL 1 N Bening Bening Ada banyak gelembung dan endapan urea NaNO2 30 % + HCl 1 N + 7 butir kristal urea Keruh Bening Ada gelembung yang menempel pada dinding tabung, terdapat uap air di sekitar dinding tabung Sumber: Laporan sementara Uji gugus amina pada urea dilakukan dengan cara mereaksikan antara NaNO230% dengan HCL 1 N dan antara NaNO2 30 % dengan HCl 0,1 N ditambah 7 butir kristal urea. Adanya gugus amina dapat dilihat dari adanya gelembung pada larutan. Reaksinya sebagai berikut: NaNO2 + HCl + CO(NH2)2 + 2O2 NaCl+2 HNO2 + CO2 + NH3 Menurut Fessenden (1982), adanya gelembung dan adanya uap air pada dinding tabung setelah reaksi menunjukkan adanya gugus amina pada urea. Urea merupakan senyawa organik dengan rumus CO(NH2)2. Molekul ini memiliki 2 NH2 bergabung dengan karbonil (C = O). Jika ditambahkan HNO2 pada urea akan menghasilkan gugus amina karena salah satu atom hidrogennya digantikan dengan gugus amina. Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom-atom nitrogen trivalen yang terikat pada satu atom atau lebih. Bila amina diperlakukan dengan asam, elektron yang tak berbagi digunakan untuk membentuk membentuk sigma dengan asam. Hasilnya adalah garam amina.
  • 21. Pengujian gugus amina pada urea yang dilakukan pada sampel NaNO2 30% sebanyak 5 mL, ditambahkan dengan HCl 1 N 5 mL, warna awal bening, warna akhirnya juga bening. Setelah itu ditambahkan 7 butir kristal urea, warna yang awalnya keruh menjadi bening. Terdapat gelembung yang sangat banyak karena adanya CO2, dan kristal urea tetap mengendap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat gugus amina pada urea.
  • 22. E. Kesimpulan Berdasarkan rangkaian percobaan acara II dentifikasi II dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada uji protein dengan metode pengendapan hanya sari tahu (sampel C) yang terdapat endapan putih. Sehingga tahu mengandung protein. Sedangkan koloidal putih telur (sampel A) dan sari buah sirsak (sampel B) menunjukkan hasil negatif, kemungkinan putih telur dan sirsak mengandung protein dalam jumlah yang sangat sedikit atau tidak mengandung protein sama sekali. 2. Pada uji protein dengan metode biuret, koloidal putih telur (sampel A) memberikan warna biru-violet (hasil positif), sari buah sirsak (sampel B) menghasilkan warna biru kehijauan (hasil positif), dan tahu menghasilkan warna biru terang, sehingga putih telur, sirsak dan tahu mengandung protein. 3. Pada uji protein dengan metode xanthoprotein, terdapat gumpalan setelah masing-masing koagulum, sari buah sirsak (sampel B), dan sari tahu (sampel C) diberikan asam nitrat, lalu setelah dipanasi menjadi gumpalan putih dan padatan putih. Hal ini menunjukkan adanya protein. 4. Pada uji gugus karbonil, hasil reaksi gugus karbonil pada sampel asam oksalat, aseton, dan urea positif, hanya alkohol yang negatif karena alkohol merupakan gugus hidroksil yang mengikat gugus (-OH). 5. Munculnya gelembung-gelembung pada tabung menandakan urea mengandung gugus amina.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA Andarwulan, Nuri et al. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat. Jakarta. Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga. Jakarta. Fessenden, Ralp J., et al. 1989. Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia. Jakarta. Hart, Harold et al. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat Edisi Kesebelas. Erlangga. Jakarta. Hoffman, Jay R. et al. 2004. Protein – Which Is Best?. Journal of Sports Science and Medicine (2004) 3, 118-130. Las Vegas. Husni, Elidahanum et al. 2007. Analisa Zat Pengawet dan Protein dalam Makanan Siap Saji Sosis. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 2, 2007, halaman 108-111. Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003. ISSN : 1410-0177. Padang. Maryam, Siti. 2007. Penentuan Suhu Optimum Air Saat Menggiling Kedele untuk Menghasilkan Tahu Berkualitas. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 1(2), 156-167, JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember 2007. Singaraja. Munir, Erman. 2005. Peranan Asam Oksalat dalam Degradasi Lignoselulosa. Seminar Nasional Kimia II 2005. Departemen Biologi, FMIPA USU. Medan. Panjaitan, Rumintang Ruslinda. 2008. Pengembangan Pemanfaatan Sabut Pinang untuk Pembuatan Asam Oksalat. Jurnal berita Litbang Industri. Volume XXXIX, No. 1, Juli 2008, pp 42-49. Pine, Stanley H. 1988. Kimia Organik I Terbitan Keempat. Penerbit ITB. Bandung. Pringgomulyo, Saroyo et al. 1982. Kimia Umum. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta. Stevens, Malcolm P. 2001. Kimia Polimer. Pradnya Paramita. Jakarta. Suminar, Ahmadi.1983. Kimia Organik Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta. Syarif, Mardius et al. 2007. Pemeriksaan Kadar Oksalat dalam Daun Singkong (Manihot utilissima Pohl) dengan Metoda Spektrofotomtri Kinetik. Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 12, No. 1, 2007, halaman 50- 52. Akreditasi DIKTIDepdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003. ISSN : 1410-0177. Padang. Tipton, Kevin D. et al. 2004. Protein and Amino Acids for Athletes. Journal of Sports Sciences, 2004, 22, 65–79. Galveston.
  • 24. Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik dan Hayati. Penerbit ITB. Bandung. Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
  • 26. Gambar 2.1 Sampel B (Sari buah sirsak) Gambar 2.2 Sampel B (Sari buah sirsak) + (NH4)2SO4
  • 27. Gambar 2.3 Percobaan gugus karbonil Gambar 2.4 Percobaan gugus karbonil Gambar 2.5 Percobaan gugus karbonil
  • 28. KIMIA ORGANIK ACARA II IDENTIFIKASI II KELOMPOK 3 : AGNES TITAH M (H0912004) ANTONIUS YOSEF BANINDRA (H0912015) AZMINADATUL AISAH (H0912022) DIKA K (H0912039) FRANSISKA PUTERI (H0912056) CANDRA (H1912003)