SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
ACARA III
KARBOHIDRAT
A. Tujuan
Tujuan pada praktikum Acara III Karbohidrat ini adalah :
1. Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umum melalui uji
molisch.
2. Mengetahui adanya gula reduksi dan kecepatan reduksi suatu bahan
melalui uji benedict dan uji barfoed.
3. Membedakan monosakarida aldosa dan ketosa dengan uji selliwanoff.
4. Mengetahui adanya kandungan polisakarida dalam suatu bahan dengan uji
iod.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Bahan
Glukosa ialah monomer dari karbohidrat. Glukosa dapat disintesis
oleh tumbuhan hijau semasa proses fotosintesis. Glukosa termasuk
monosakarida yang mempunyai rumus umum C6H12O6yang disebut
sebagai dekstrosa atau gula anggur. Glukosa adalah suatu gula
monosakarida yang merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang
digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa
merupakan salah satu utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk
alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan
(Edahwati, 2010).
Laktosa merupakan gula utama dalam ASI dan susu sapi (4 sampai
8 % laktosa). Hidrolisis laktosa menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa
dalam jumlah mol yang equivalen. Karbon anomerik pada unit galaktosa
mempunyai konfigurasi ß pada C-1 dan bertautan dengan gugus hidroksil
pada C-4 di unit glukosa. Sukrosa merupakan gula pasir yan diperoleh
secara komersial dari batang tebu dan bit gula, yang kadarnya 14 sampai
20 % dari cairan tumbuhan tersebut. Hidrolisis sukrosa memberikan D-
glukosa dan ketosa D-fruktosa dengan jumlah mol yang equivalen.
Sukrosa berbeda dari disakarida lain karena karbon anomerik kedua
unitnya terlibat dalam ikatan glikosidik. Selain itu, karena tidak ada gugus
aldehida bebas yang berpotensi, sukrosa tidak dapat mereduksi reagen
Tollens, Fehling, atau Benedict. Oleh karena itu sukrosa disebut sebagai
gula non-pereduksi. Alkohol atau fenol yang terdapat di alam sering
dijumpai di dalam sel bergabung sebagai glikosida dengan beberapa gula,
umumnya dengan glukosa. Dengan cara ini, segmen gula dalam glikosida
yang banyak mengandung gugus hidroksil itu akan melarutkan senyawa
alkohol atau fenol (kalau tidak, alkohol dan fenol itu tidak akan larut
dalam protoplasma sel). Contohnya ialah salisin yang rasanya pahit, yang
terdapat dalam kulit pohon willow( Hart, 1983).
Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natriumkarbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksiion Cu++
dari
kuprisulfat menjadi ion Cu+
yang kemudian mengendap sebagai Cu2O.
Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi benedict
bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk berwarna hijau, kuning atau
merah bata. Sedangkan pereaksi barfoed terdiri atas larutan kupriasetat
dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk membedakan antara
monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih
cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh
monosakarida daripada disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak
(Poedjiadi, 2009).
Dekstrin adalah polisakarida yang menyerupai gom, larut dalam air.
Jika pati dipanaskan, terjadilah dekstrin. Terjadinya dekstrin dengan cara
ini merupakan proses penganjian dan mengkilapkan pakaian. Dalam
kehidupan sehari-hari pati digunakan untuk membuat sirop-glukosa,
membuat dekstrin, menganji pakaian dan mengkilapkan tenunan.
Glikogen (C6H10O5)n adalah polisakarida yang terdapat dalam badan
hewan, terutama dalam hati. Glikogen juga terdapat pada tumbuh-
tumbuhan rendah. Glikogen dapat diambil dari dalam hati dengan jalan
merebus bersama larutan KOH (Pringgomulyo, 1982).
Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas
di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung,
sari pohon, dan bersaman dengan fruktosa dalam madu. Glukosa
merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada
hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan
bentuk karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan di dalam sel merupakan
sumber energi. Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah
gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan
glukosa C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam
fruktosa merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan
rasa manis. Fruktosa dapat diolah dari pati dan digunakan secara
komersial sebagai pemanis. Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula
tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas
sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses
penyulingan dan kristalisasi. Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam
susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Laktosa
adalah gula yang paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih
sukar larut daripada disakarida lainnya (Almatsier, 1982).
2. Tinjauan Teori
Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul
karbon, hydrogen, dan oksigen. Di dalam ilmu gizi, secara sederhana
karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karbohidrat sederhana
dan karbohidrat kompleks. Contoh dari karbohidrat sederhana adalah
monosakarida seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa atau juga disakarida
seperti sukrosa dan laktosa. Monosakarida ini merupakan jenis
karbohidrat sederhana yang terdiri dari 1 gugus cincin. Sedangkan contoh
dari karbohidrat kompleks adalah pati (starch), glikogen (simpanan energi
di dalam tubuh), selulosa, dan serat (fiber).Karbohidrat kompleks
merupakan karbohidrat yang terbentuk oleh hamper lebih 20.000 unit
molekul monosakarida terutama glukosa (Irawan, 2007).
Penentuan gula reduksi selama ini dilakukan dengan metode
pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan
refraktometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa
sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schorl, Selliwanoff, Nelson-
Somogyi dan lain-lain). Hasil analisanya adalah kadar gula pereduksi total
dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual(Ratnayani,
et al, 2008).
Karbohidratmerupakankelas penting darimolekul yang
digunakanuntuk makananoleh semua hewan. Enzimmencernagula
kompleksinidan mengubahnya menjadimolekulyang lebih sederhana,
bertindak dalamkonsentrasibusanatergantungtanpamengubahdiri mereka
sendiri. Salah satuenzimyang umum adalahamilase, yang
memecahpatimenjadi glukosa (Cochran, 2008).
Istilah karbohidrat timbul karena rumus kebanyakan senyawa
sejenis ini dapat dinyatakan sebagai Cn(H2O)n atau karbon. Glukosa
misalnya mempunyai rumus molekul C6H12O6. Karbohidrat didefinisikan
sebagai polihidroksialdehida, polihidroksiketon atau senyawa yang
menghasilkan senyawaan yang serupa pada hidrolisis. Dengan demikian,
kimia karbohidrat adalah gabungan antara kimia dua gugus fungsi, gugus
hidroksil dan gugus karbonil. Karbohidrat pada umumnya digolongkan
menurut strukturnya yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida
(Hart, 1983).
Dalam tubuh membran sel darah merah mengandung glikoprotein
atau glikolipid, dan jenis gula yang bergabung dengan protein lipid ini
bervariasi dari satu orang ke orang lain. Adapun,
peningkatanglukosaplasma dankonsentrasi
insulinselamaberkepanjanganintensitas latihandengan
menambahvariabeldengankarbohidratditemukanuntuk
cadanganglikogenotot danmeningkatkan daya tahanaerobik.Selain
itu,selainprotein untuksuplemenkarbohidratakan meningkatkanrespon
insulindari suplemenkarbohidrat (Widzer, 2003).
Sebuah jumlah kecil dari ekstrak dilarutkan terpisahkan dalam 5 ml
air suling dan disaring itu filtrat menjadi sasaran tes berikut untuk
mendeteksi keberadaan karbohidrat. Dalam uji molisch ekstrak filtrate
diobati dengan 2 tetes alkohol solusi α-naftol dalam uji coba tabung
terpisah dan 2 ml terkonsentrasi asam sulfat ditambahkan dengan hati-hati
sepanjang sisi tabung reaksi. Pembentukan cincin ungu pada
persimpangan mungkin menunjukkan adanya karbohidrat (Kumar, et al,
2012).
Uji karbohidrat reagen molish telah ditambahkan ke 2 ml dari kedua
ekstrak. Sebuah jumlah sedikit terkonsentrasi asam sulfat ditambahkan ke
dalamnya dan dibiarkan membentuk lapisan. Campuran dikocok, dan
didiamkan selama beberapa menit, yang kemudian diencerkan dengan
menambahkan 5 ml air suling. Endapan yang terbentuk seperti cincin yang
berwarna ungu menunjukkan adanya karbohidrat (Manimozhi, 2011).
Uji kualitatif karbohidrat dibedakan atas uji umum dan uji khusus.
Uji umum berlaku untuk semua karbohidrat, sedangkan uji khusus hanya
berlaku untuk karbohidrat tertentu. Dalam uji umum semua karbohidrat
yang mempunyai lima atom karbon atau lebih akan memberikan hasil akhir
yang sama. Uji molisch merupakan uji umum karbohidrat. Uji khusus
karbohidrat anatara lain uji terhadap karbohidrat pereduksi , uji untuk
ketosa dan uji untuk pentose. Uji terhadap karbohidrat pereduksi dapat
ditunjukkan dengan berbagai cara antara lain uji fehling, uji benedict, uji
asam pikrat, uji tollens, dan uji barfoed. Pereaksi yang digunakan untuk uji
barfoed adalah asam. Pereaksi dibuat dengan melarutkan 13,3 gram Kristal
kupri sulfat netral dalam 200 ml air. Setelah disaring, filtrat ditambah 1,8
ml asam asetat glasial.Pada pemanasan karbohidrat pereduksi
menggunakan pereaksi barfoed, terjadi reaksi oksidasi karbohidrat
pereduksi menjadi asam onat dan reduksi pereaksi barfoed sebagai ion
kupri menjadi endapan kupri oksida. Suasana asam dalam pereaksi barfoed
dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan kupro oksida pada
reaksi dengan disakarida dan monosakarida berbeda. Pada konsentrasi dan
kondisi yang sama disakarida memberikan endapan yang lebih lambat
daripada monosakarida. Berdasarkan hal ini uji ini dapat membedakan
antara karbohidrat disakarida dan monosakarida (Sumardjo, 2006).
Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna
biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini
disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan
mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan,
spiral merenggang, molekul-molekul iodin terlepas, sehingga warna biru
hilang. Pati akan merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa
yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul-molekul amilosa. Bila
polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin, maka akan dapat
dihasilkan warana merah. Sedangkan dekstrin dengan polimer 6, 7, dan 8
membentuk warna coklat. Polimer yang lebih kecil dari lima tidak
memberikan warna dengan iodin ( Winarno, 2008).
C. Metodologi
1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Pipet
c. Penangas air
d. Pipet volume
e. Tes plate
f. Rak tabung
g. Propipet
h. Penjepit
2. Bahan
a. Larutan glukosa 0,02 M
b. Larutan amilum 0.02 M
c. Air (aquadest)
d. Larutan alpha naptol 5%
e. Larutan H2SO4 pekat 3 ml
f. Larutan glukosa 0,01 M
g. Larutan glukosa 0,04 M
h. Larutan benedict
i. Larutan fruktosa 0,01 M
j. Larutan laktosa 0,01 M
k. Larutan sakarosa 0,01 M
l. Larutan barfoed 5 ml
m.Larutan HCl pekat
n. Larutan resorsinol 0,5%
o. Larutan amilum 1 %
p. Larutan dextrin 1 %
q. Larutan CMC 1 %
r. Larutan glikogen 1 %
s. Larutan iod (0,05 N dalam 3 % KI)
3. Cara Kerja
a. Uji Molisch
Disiapkan 3 tabung reaksi
1 ml 0,02 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1
1 ml 0,02 amilum dimasukkan ke tabung reaksi 2
1 ml aquadest dimasukkan ke tabung reaksi 3
2 tetes larutan alpha ditambahkan ke dalam masing-masing
Napthol 5 % dalam tabung reaksi
alkhohol
dicampur baik-baik
3 ml asam sulfat dituangkan melalui dinding
Pekat hingga tampak 2 lapisan
Diamati timbulnya warna pada ke 2 lapisan
b. Uji Benedict
Disiapkan 3 tabung reaksi
3 mllarutan benedict diisikan ke dalam masing-masing tabung
1 ml 0,01 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1
1 ml 0,02 M glukosa dimasukkan ke tabung reaksi 2
1 ml 0.04 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 3
dicampur baik-baik
air mendidih dipanaskan selama 10 menit
Diamati perubahannya
Dibandingkan kecepatan
Perubahannya
c. Uji Barfoed
Disiapkan 4 tabung reaksi
5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 1
+ 5 ml 0,01 M glukosa
5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 2
+ 5 ml 0,01 M fruktosa
5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 3
+ 5 ml 0,01 M laktosa
5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 4
+ 5 ml 0,01 M sakarosa
Dipanaskan ke 4 tabung itu dalam penangas
air selama 10 menit
Didinginkan segera
Dibandingkan kecepatan reduksinya
d. Uji Selliwanoff
Disiapkan 2 tabung reaksi
2 ml 0,01 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1
2 ml 0,01 M fruktosa Dimasukkan ke tabung reaksi 2
1 ml HCl pekat Ditambahkan
Dicampur baik-baik
Dipanaskan dalam penangas air mendidih
selama 30 menit
0,5 ml 0,5 % larutan Ditambahkan
resolsinol
Dicatat perubahan warnanya
e. Uji Iod
Disiapkan 4 tabung reaksi
5 ml larutan amilum1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 1
5 ml dekstrin 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 2
5 ml CMC 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 3
5 ml glikogen 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 4
Diambil 2 tetes masing-masing larutan
Kemudian dimasukkan dalam tes plate
1 tetes iodDitambahkan ke dalam masing-masing tes
plate
Diamati yang terjadi
Dipanaskan sisa larutan yg diambil 1
tetes tadi selama 10 menit
Diambil lagi 2 tetes tadi dimasukkan test plate
Ditambah 1 tetes iod
Diamati yang terjadi
D. Hasil dan Pembahasan
1. Uji Molisch
Tabel 3.1 Uji Mollisch
Kelom
pok
Sampel
Warna
awal
Warna yang
terbentuk
Keterangan
1
0,02 M Glukosa
Bening
Coklat
bening
Terbentuk 2 lapisan
(cincin)
9
Bening
Coklat
bening
Terbentuk 2 lapisan
(cincin)
20
Bening
Coklat
bening
Terbentuk 2 lapisan
(cincin)
2
0,02 M Amilum
Bening
Coklat
bening
Terbentuk 2 laisan
(cincin)
8
Bening
Coklat
bening
Terbentuk 2 lapisan
(cincin)
21
Bening
Coklat
tembaga
bening
Terbentuk 2 lapisan
(cincin)
3
Aquades
Bening
Coklat
bening
Terbentuk 2 lapisan
(cincin)
7 Bening
Coklat
bening
Terbentuk 2 lapisan
(cincin)
22 Bening
Coklat
tembaga
bening
Tidak terbentuk 2
lapisan (cincin)
Sumber : Laporan Sementara
Uji molisch digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa
karbohidrat dalam suatu bahan pangan. Prinsip pada uji molisch ini adalah
asam sulfat pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik karbohidrat
menjadi monosakarida, selanjutnya menjadi dehidrasi membentuk furfural
dan derivatnya. Fungsi H2SO4 pekat dalam reaksi Molisch (dapat
digantikan asam kuat lainnya) adalah untuk menghidrolisis ikatan pada
sakarida sehingga menghasilkan furfural dan turunannya yang kemudian
dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk membentuk produk berwarna.
Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch, α-naphthol
membentuk cincin yang berwarna ungu.Reaksi pembentukan furfural ini
adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji molisch terhadap glukosa,
amilum dan aquadest. Dari hasil percobaan terhadap glukosa 0,02 M
sebanyak 1 ml, setelah ditambah 2 tetes alphanapthol dan 3 ml asam sulfat
pekat terdapat reaksi, dibuktikan dengan adanya perubahan warna dari
bening lalu terbentuk cincin. Kemudian dari hasil percobaan terhadap
amilum 0,02 M sebanyak 1 ml, setelah ditambah 2tetes alphanapthol dan 3
ml asam sulfat pekat terjadi reaksi yang ditandai dengan perubahan warna,
dari bening lalu terbentuk cincin. Sedangkan untuk hasil percobaan
terhadap sampel aquadest, pada kelompok 3 dan 7 setelah ditambah 2 tetes
alphanapthol dan 3 ml asam sulfat pekat, ada perubahan warna yaitu coklat
dan membentuk lapisan cincin. Menurut Winarno (2008), dalam uji
molisch akan timbul dua lapisan cairan di dalam tabung reaksi dimana
larutan sampel akan berada di lapisan atas. Cincin berwarna merah ungu
pada batas kedua cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam sampel.
Pada kelompok 3 dan kelompok 7 aquadest membentuk 2 lapisan cincin
yang berwarna coklat tembaga, seharusnya dalam percobaan menggunakan
sampel aquadest tidak terbentuk lapisan cincin karena aquadest bukan
merupakan senyawa karbohidrat yang mempunyai ikatan glikosidik (ikatan
antar molekul satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya) jadi warna
akhirnya tidak terbentuk cincin.
Hasil yang didapatkan pada percobaan menggunakan sampel glukosa
dan amilum tidak tergolong karbohidrat karena lapisan cincin yang
terbentuk tidak berwarna merah ungu melainkan berwarna coklat bening.
Sedangkan menurut teori, glukosa dan amilum merupakan karbohidrat.
Penyimpangan yang terjadi dapat disebabkan karena penggunaan H2SO4
encer. Dalam larutan asam yang encer, saat dipanaskan monosakarida akan
tetap stabil, namun jika dipanaskan dengan asam kuat yang pekat akan
menghasilkan furfural atau derivatnya. Selain itu kurangnya ketelitian
praktikan dalam membaca skala yang ada pada alat juga mempengaruhi
berjalannya reaksi.
2. Uji Benedict
Tabel 3.2 Uji Benedict
Kelo
mpok
Sampel
Warna
awal
Warna yang
terbentuk
Keterangan
Kecepatan
reduksi
3
0,01 M
Glukosa
Biru Biru bening
Tidak ada
endapan
+++
4
Biru
Bagian atas
bening
bagian bawah
biru
Tidak ada
endapan
+++
26 Biru tua
pekat
Biru tua Ada endapan +++
2
0,02 M
Glukosa
Biru tua
Bening
Biru bening
tipis
Lapisan atas
biru keputihan,
lapisan bawah
biru muda
++
5
Biru
Biru agak
muda
Biru agak
muda, tidak
ada endapan
++
27 Biru tua Biru Ada endapan ++
1
0,04 M
Glukosa
Biru
bening tua
Biru bening
muda
Tidak ada
endapan
+++
6
Biru
bening
Biru bening
lebih muda
Tidak ada
endapan
maupun
perubahan
warna
+
25
Biru agak
tua
Biru muda
Tidak ada
endapan
+
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan kecepatan reduksi :
+++ : Cepat
++ : Kurang cepat
+ : Tidak cepat
Dalam uji benedict ini digunakan benedict untuk mengetahui ada
tidaknya gula pereduksi dalam suatu larutan dengan indikator, yaitu
perubahan warna menjadi merah bata. Prinsip uji benedict adalah adanya
gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam
pereaksi Benedict menjadi kuprioksida yang berwarna (merah bata). Reaksi
dari uji bennedict adalah gula reduksi yang memiliki kemampuan mereduksi
ion Cu++
yang mengendap jadi CuO, endapan yang diperoleh berupa endapan
merah bata. Berdasarkan hasil percobaan diketahui adanya gula pereduksi
pada glukosa pada berbagai variasi konsentrasi larutan glukosa yang ditandai
dengan perubahan warna dan timbulnya endapan. Menurut Poedjiadi (2009),
endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata.Warna
endapan ini bergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Glukosa
merupakan gula pereduksi sebab gula mampu mereduksi pengoksidasi, di
mana ujung pereduksinya adalah ujung yang mengandung aldehid.
Pada praktikum ini, pengamatan sampel glukosa 0,01 M kelompok 3
dan kelompok 4 dan sampel glukosa 0,04 M kelompok 1,6 dan kelompok 25
hasil percobaan setelah dilakukan pemanasan tidak menunjukkan adanya
endapan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh
Poedjiadi (2009), bahwa seharusnya pada saat setelah glukosa ditetesi dengan
larutan benedict akan terbentuk endapan merah bata. Fungsi pemanasan disini
adalah untuk mempercepat reaksi, melihat perubahan warna yang terbentuk
dan untuk menentukan kecepatan reduksi yang dihasilkan dari berbagai
larutan glukosa dengan molaritas yang berbeda-beda.
Pada praktikum ini, reagen benedict digunakan untuk menguji kehadiran
gula pereduksi dalam larutan. Monosakarida yang bersifat reduktor, dengan
diteteskannya reagen akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji
adanya gula pereduksi, juga semakin banyak yang berlaku secara kuantitatif,
karena semakin banyak konsentrasi gula dalam larutan maka semakin gelap
warna endapan.Hal ini tidak sesuai dengan teori Poedjiadi (2009), yang
menyatakan bahwa warna endapan tergantung pada konsentrasi karbohidrat
yang diperiksa, sehingga seharusnya pada konsentrasi terbanyak yaitu 0,04 M
glukosa terbentuk endapan dengan warna yang lebih gelap dari larutan yang
konsentrasinya lebih kecil. Kecepatan mereduksinyajuga tidak sesuai dengan
teori seharusnya kecepatan reduksi sebanding dengan besarnya molaritas
glukosa. Jadi faktor yang mempengaruhi kecepatan reduksi adalah molaritas,
artinya makin besar molaritas glukosa, kecepatan mereduksinya makin cepat,
begitu juga sebaliknya, begitu juga dengan endapan yang terbentuk, makin
besar molaritas glukosa makin banyak endapan. Pada uji benedict ini yang
paling cepat mereduksi adalah glukosa 0,01 M lalu glukosa 0,02 M, dan yang
paling akhir adalah glukosa 0,04 M.
3. Uji Barfoed
Tabel 3.3 Uji Barfoed
Kelo
mpok
Sampel Warna awal Warna yang
terbentuk
Keterangan Kecepa
tan
reduksi
6
0,01 M
glukosa
Biru Biru Terbentuk endapan
merah bata
+ + +
7 Biru Biru Terbentuk endapan
merah bata
+ + +
25 Biru Biru gelap Ada endapan merah bata + +
26 Biru pekat Biru pepsi Ada endapan merah
+ +
5
0,01 M
Fruktos
a
Biru Biru Terbentuk endapan
merah bata
+ +
8 Biru Biru Terbentuk endapan
merah bata
+ +
23 Atas biru,
Bawah agak
gelap
Biru gelap Ada endapan merah bata + +
27 Biru bening Biru pekat Ada endapan merah + +
4
0,01 M
Laktosa
Biru Biru Terbentuk endapan putih +
9 Biru Biru Terbentuk endapan putih +
16 Biru bening Biru pepsi Tidak ada endapan +
24 Biru Biru terang Sangat sedikit endapan +
10
0,01 M
Sukrosa
biru,
kuning,
bening
biru, merah
coklat, merah
bata
Ada endapan merah bata + +
13 biru,
kuning,
bening
biru, merah
bata, orange
Ada endapan warna putih
kehijauan
+ +
17 Atas biru
terang,
bawah
kuning,
tengah hijau
Biru pekat,
merah,
kuning pekat
Ada endapan warna
kuning
+ + +
20 Atas biru,
bawah
kuning
Atas biru tua,
bawah coklat
kuning
Ada endapan warna
kuning
+ + +
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan kecepatan reduksi :
+++ : Cepat
++ : Kurang cepat
+ : Tidak cepat
Pada praktikum Acara III Karbohidrat ini, untuk mengetahui adanya
gugus reduksi maka dilakukan uji barfoed. Prinsip dalam uji barfoed adalah
monosakarida akan mereduksi reagen barfoed yang bersifat asam sehingga
kekuatan hidrolisis menurundan mengakibatkan tidak dapat mereduksi
disakarida. Larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida.
Menurut Tauber dan Kleiner (dalam Poedjiadi, 2009) modifikasi atas pereaksi
dengan mengganti asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang
dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna fosfomolibdat hingga
menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya monosakarida.
Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak menghasilkan hasil positif.
Percobaan uji barfoed menggunakan empat sampel larutan sakarida yang
berbeda-beda. Empat sampel tersebut adalah 0.01 M glukosa, 0.01 M
fruktosa, 0.01 M laktosa, 0.01 M sukrosa. Pada larutan sakarida 0.01 M
glukosa setelah ditambahkan dengan larutan barfoed warna awalnya adalah
biru kemudian setelah dipanaskan dalam air yang mendidih selama 10 menit
warna berubah menjadi biru gelap dan pada larutan tersebut terbentuk
endapan yang berwarna merah bata sehingga kecepatan reduksinya juga cepat
sekali. Pada larutan sakarida 0.01 M fruktosa warna awal sebelum dipanaskan
adalah biru dan setelah dipanaskan warna yang terbentuk adalah biru juga.
Dalam sampel 0.01 M fruktosa ini juga terbentuk endapan merah bata pada
larutan tersebut dan kecepatan reduksi yang dihasilkan juga kurang cepat tidak
seperti pada sampel 0.01 M glukosa. Sedangkan pada sampel 0.01 M laktosa
ditambahkan dengan larutan barfoed 5 ml warna awal adalah biru dan setelah
dipanaskan warna menjadi biru agak terang. Dalam sampel 0.01 M laktosa ini
ada beberapa kelompok yang hasil praktikumnya menghasilkan adanya
endapan berwarna putih, ada yang tidak terbentuk endapan, dan ada juga yang
terbentuk endapan sangat sedikit sehingga kecepatan reduksinya tidak cepat.
Pada sampel keempat yaitu 0.01 M sukrosa warna awal yang dihasilkan
setelah ditambahkan larutan barfoed 5 ml adalah terbentuknya tiga lapisan
warna antara lain lapisan atas berwarna biru, lapisan tengah berwarna kuning,
dan lapisan bawah berwarna bening. Kemudian setelah dipanaskan selama 10
menit dalam penangas air yang mendidih tiga lapisan warna tersebut berubah
menjadi tiga lapisan warna yang berbeda yaitu lapisan atas berwarna biru tua
atau biru pekat, lapisan tengah berwarna merah bata, dan lapisan bawah
berwarna kuning coklat sehingga kecepatan reduksinya cepat.
Endapan merah yang menunjukkan adanya gugus reduksi hanya terdapat
pada sakarida jenis monosakarida (glukosa dan fruktosa). Hal ini disebabkan
larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida. Pereduksi ini
disebabkan sakarida mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, yang
mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat diketahui dengan menambahkan
ion kupri dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya
terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan laktosa dan
sukrosa merupakan golongan oligosakarida sehingga tidak direduksi oleh
larutan barfoed dan tidak timbul adanya endapan merah bata,sedangkan pada
laktosa muncul sedikit endapan merah bata karena adanya kesalahan teknis
yaitu kurang bersihnya pipet yang digunakan untuk mengambil laktosa,
kemungkinan pipet tersebut masih menyisakan glukosa, seharusnya pada
laktosa tidak muncul endapan setelah dipanaskan. Kecepatan mereduksi dari
yang paling cepat ke paling lambat adalah glukosa, fruktosa, laktosa, dan
sukrosa.
4. Uji Selliwanoff
Tabel 3.4 Uji Selliwanoff
Kelompok Sampel Warna awal Warna yang
terbentuk
Keterangan
11
0,01 M
Glukosa
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak ada
gelembung
setelah ditetesi
resolsinol
14 Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Tidak ada
gelembung
setelah ditetesi
resolsinol
18 Bening Bening Tidak ada
perubahan
warna
Bening Bening Tidak ada
gelembung
12
0,01 M
Fruktosa
Tidak
berwarna
Tidak
berwarna
Ada sedikit
gelembung
setelah ditetesi
resolsinol
15 Bening Bening Tidak ada
gelembung
21 Bening Bening Tidak ada
perubahan
warna dan tidak
ada gelembung
22 Bening Bening Tidak ada
perubahan
warna dan tidak
ada gelembung
Sumber : Laporan Sementara
Uji selliwanof adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula
aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa dikarenakan perbedaan
gugus fungsi. Jika gula mempunyai gugus keton maka disebut ketosa, dan
apabila mempunyai gugus aldehida maka disebut aldosa. Prinsip uji
selliwanoff dalam praktikum yang telah dilakukan adalah fruktosa dengan
asam kuat akan mengalami dehidrasi membentuk empat hidroksi
metylfurfural. Bila ditambahkan resolsinol akan berkondensasi membentuk
persenyawaan yang berwarna merah.Uji selliwanof lebih bereaksi positif
terhadap ketosa dikarenakan aldosa sebelum dihidrasi mengalami
transformasi dahulu menjadi ketosa sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama.Ketosa akan didehidrasi lebih cepat dari aldosa. Furfural akan
berkondensasi dengan resolsinol (1,3- dihidroksi benzena) yang akan
memberikan warna merah kompleks (merah-cherry). Dalam percobaan ini
fungsi penambahan HCl dan larutan resolsinol pada uji selliwanof adalah
HCl berguna untuk menghidrolisis poligosakarida dan oligosakarida
menjadi lebih sederhana, sedangkan resolsinol berguna untuk membantu
ketosa menghasilkan warna merah tua.
Pada percobaan uji seliwanoff dengan sampel glukosa 0.01 M warna
awal yang dihasilkan adalah bening atau tidak berwarna. Namun setelah
ditambahkan HCl pekat dan kemudian dipanaskan dalam penangas air
selama 30 menit serta ditambahkan larutan resolsinol 0.5 % warna tidak
mengalami perubahan dan masih tetap bening serta tidak terbentuknya
gelembung. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sampel fruktosa
0.01 Mwarna yang dihasilkan juga bening atau tidak berwarna dan setelah
ditambahkan HCl pekat kemudian dipanaskan serta ditambahkan larutan
resolsinol juga warna masih tetap bening. Namun pada kelompok 12
percobaan uji selliwanoff menghasilkan adanya sedikit gelembung setelah
ditetesi resolsinol. Menurut Theodor (1887), ketosa yang terhidrasi
kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah
tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah
muda.Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji
positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang
terdiri dari fruktosa dan glukosa. Hasil dari percobaan ini tidak sesuai
dengan teori dikarenakan mungkin pada saat pemakaian pipet, pipet yang
digunakan untuk mengambil sampel fruktosa belum benar-benar bersih
sehingga masih mengandung glukosa.Seharusnya setelah penambahan
larutan resolsinol, sampel fruktosa 0.01 M mengalami perubahan warna
dari bening menjadi merah, karena fruktosa mengandung gugus keton
sehingga lebih cepat bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus
aldehid disebabkan gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural
sedangkan gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa
kemudiandidehidrasi menjadi furfural. Kecepatan reaksi dalam uji
seliwanoff dipengaruhi oleh ada tidaknya gugus keton pada suatu
karbohidrat, selain itu juga dipengaruhi oleh konsentrasi, sifat zat yang
bereaksi, suhu dan katalisator.
5. Uji Iod
Tabel 3.5 Uji Iod
Kel.
Samp
el
Perlakuan
Warna
awal
Warna yang
terbentuk
Keterangan
14
Amilu
m 1 %
Tanpa pemanasan Hitam Hitam -
Pemanasan Hitam
Hitam
kecoklatan
Pekat
16
Tanpa pemanasan Bening Biru tua -
Pemanasan Bening
Biru tua makin
gelap
Pekat
13
Tanpa pemanasan Biru tua Biru tua -
Pemanasan Biru tua Biru tua Pekat
12
Dekstr
in 1 %
Tanpa pemanasan
Coklat
muda
Cklat muda -
Pemanasan
Coklat
muda
Coklat tua Pekat
15
Tanpa pemanasan Bening Coklat muda -
Pemanasan Bening Coklat tua Pekat
17
Tanpa pemanasan Bening Coklat muda -
Pemanasan Bening Coklat tua Pekat
14
CMC
1%
Tanpa pemanasan Kuning Kuning -
Pemanasan Kuning Orange Pekat
18
Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat -
Pemanasan Bening Kuning cerah Pekat
23
Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat -
Pemanasan Bening Kuning cerah Pekat
10
Gliko
gen 1
%
Tanpa pemanasan
Merah
coklat
Merah coklat -
Pemanasan
Merah
coklat
Coklat gelap Pekat
19
Tanpa pemanasan Bening Orange -
Pemanasan Bening Orange pekat
24
Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat -
Pemanasan Bening Kuning cerah pekat
Sumber : Laporan Sementara
Uji iod menggunakan sampel larutan amilium 1 %, dekstrin 1 %,
CMC 1 %, dan glikogen 1 %. Kemudian sampel ditetesi dengan iod hingga
berubah warna. Uji iod ini bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida
pada sakarida sampel. Prinsip uji iod adalah polisakarida akan membentuk
reaksi dengan iodin dan memberikan warna spesifik tergantung jenis
karbohidratnya. Amilosa dan iodin berwarna biru, amilopektin merah
coklat, glikogen dan dekstrin berwarna merah coklat.
Dari hasil percobaan uji iod, amilum 1 % ditambahkan iod pada
kelompok 14 menghasilkan warna hitamtanpa pemanasan setelah
dipanaskan warna berubah menjadi hitam kecoklatan. Pada kelompok 16
warna awal tanpa pemanasan bening dan setelah dipanaskan menjadi biru
tua. Sedangkan pada kelompok 13 warna awal tanpa pemanasan biru tua
dan setelah dipanaskan warna tetap biru tua. Dengan menggunakan sampel
dekstrin 1 % mulanya tidak berwarna kemudian setelah ditambahkan iod
dan dipanaskan, warnanya berubah menjadi coklat tua, namun hasil
percobaan kelompok 12 warna awal adalah coklat tua dan setelah
dipanaskan warna menjadi coklat tua. Warna larutan CMC 1 % sebelum
ditambahkan dengan iod tidak berwarna, kemudian dipanaskan warnanya
menjadi kuning cerah, berbeda dengan kelompok lain, hasil percobaan
pada kelompok 14 warna awal yang dihasilkan adalah kuning dan setelah
pemanasan menjadi orange. Sedangkan warna glikogen sebelum
ditambahkan iod adalah tidak berwarna. Setelah ditambahkan iod dan
dipanaskan pada kelompok 10 menjadi coklat gelap, kelompok 19
perubahan warnanya menjadi orange dan pada kelompok 24 warnanya
menjadi kuning cerah. Menurut Winarno (2008), pati yang berikatan
dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini dapat digunakan
untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul
pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan
terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang, molekul-
molekul iodin terlepas, sehingga warna biru hilang. Perubahan warna
tersebut terjadi karena iod diabsorbsi oleh polisakarida. Polisakarida
memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja sehingga bila mengalami
hidrolisa akan menghasilkan rantai monosakarida maupun oligosakarida
yang lebih pendek yang memiliki gugus reduksi. Pada hasil percobaan,
dapat diketahui bahwa senyawa yang mengandung polisakarida adalah
amilum dan glikogen.
E. Kesimpulan
Dari praktikum Acara III Karbohidrat yang telah dilakukan didapatkan
beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Uji Molish bereaksi positif terhadap glukosa dan amilum ditunjukkan
dengan adanya cincin ungu. Cincin ungu pada glukosa lebih banyak jika
dibandingkan dengan amilum, karena glukosa merupakan monosakarida,
sedangkan amilum adalah polisakarida yang harus dihidrolisis menjadi
monosakarida dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural.
2.Uji Benedict bereaksi positif dengan glukosa ditunjukkan dengan adanya
perubahan warna; sampel glukosa 0,01M berwarna biru; glukosa 0,02M
berwarna biru tua dan glukosa 0,04 berwarna merah bata.Kecepatan
mereduksinya yang tercepat adalah glukosa yang mempunyai molaritas
paling tinggi.
3. Uji Barfoed bereaksi positif dengan glukosa dan fruktosa karena
merupakan monosakarida (ada gugus reduksi), ditunjukkan dengan adanya
endapan merah. Sedangkan untuk laktosa dan sakarosa tidak bereaksi
karena merupakn disakarida, ditunjukkan dengan tidak adanya endapan.
Keempat sampel tersebut mengalami perubahan warna dari bening
menjadi biru.Kecepatan reduksi pada glukosa 0.01 M lebih cepat
dibandingkan dengan kecepatan reduksi pada fruktosa 0.01 M meskipun
keduanya hampir sama.
4.Uji Selliwanof menunjukkan gugus keton (pada fruktosa) lebih cepat
bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus aldehid (pada glukosa),
karena gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural, sedangkan
gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa kemudian
didehidrasi menjadi furfural. Ditandai dengan perubahan warna menjdi
pink pada fruktosa, sedangkan tidak terjadi perubahan warna pada glukosa
setelah dipanaskan.
5.Uji Iod iodin dapat diabsrobsi oleh polisakarida hingga terjadi perubahan
warna. Pada amilum berubah warna dari putih bening menjadi biru,
selulosa (CMC) dari putih bening menjadi jingga, dextrin dari putih
bening menjadi merah kecoklatan, glikogen dari putih bening menjadi
coklat.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 1982. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta.
Cochran, Beverly. 2008. Kinetic Anlysis of Amylase Using Quantitative
Benedict’s and Iodine Starch Reagents. Journal of Chemical
Education Volume 85, No.3. Texas.
Edahwati, Luluk. 2010. Perpindahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa
dari Buah Kersen Dengan Proses Hidrolisis. Jurnal Penelitian Ilmu
Teknik, Volume 10, No. 1. Jawa Timur.
Hart, Harold. 1983. KimiaOrganik Suatu Kuliah Singkat. Edisi Keenam.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Irawan, M. Anwari, 2007. Karbohidrat. Sports Science Brief Volume 01,
No. 03.
Kumar, Ashok. 2012. Preliminary Phytochemical Analysis of Leaf and Bark
(Mixture) Extract of Ficus Infectoria Plant. Volume 1 No. 5
Teerthanker Mahaveer University, Moradabad (U.P.). India.
Manimozhi, D.M..2011.Phytochemical Screening of Three Medicinally
Important Ficus Sp.Internasional Journal of Pharmaceutical
Research and Development Volume 4, No. 1. India.
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI Press. Jakarta
Pringgomulyo, Saroyo. 1982. Kimia Umum Untuk Bagian Kimia Industri.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Ratnayani K. dan Dewi, Gita. 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa
pada Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi. Jurnal Kimia Volume 2, No. 2, Bukit Jimbaran.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran,
EGC. Jakarta.
Widzer, . 2003. Effect Of a Carbohydrate Protein Supplement On Endurance
performance During Exercise Of Varing Intensity. International
Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism. Volume 13.
Human Kinetics Publisher, inc.
Winarno, EG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi Edisi Terbaru. Gramedia.
Jakarta.
LAMPIRAN
1. Uji Molish
Gambar 3.1.1 larutan glukosa sebelum Gambar 3.1.2 larutan glukosa
ditetesi asam sulfat pekat setelah ditetesi asam sulfat pekat
2. Uji Benedict
Gambar 3.2.1 Larutan glukosa + Gambar 3.2.2 larutam glukosa +
Benedictsebelum dipanaskan benedict setelah dipanaskan
3. Uji barfoed
Gambar 3.3 Sukrosa + pereaksi, Fruktosa + pereaksi barfoed, glukosa +
pereaksi barfoed, laktosa + pereaksi barfoed
4. Uji seliwanoff 5. Uji Iod
Gamabar 3. 4 Fruktosa + pereaksi Gambar 3.5 sampel + iod setelah
Selliwanoff dipanaskan

More Related Content

What's hot

Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaRia Rohmawati
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cqlp
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
 
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanMina Audina
 
Biokim urin glukosa
Biokim urin glukosaBiokim urin glukosa
Biokim urin glukosaselvindianda
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi MikrobaRukmana Suharta
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidratalvi lmp
 
04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasiSyahrir Ghibran
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...UNESA
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratpure chems
 
Laporan praktikum 9 - gugus alkohol
Laporan praktikum 9 - gugus alkoholLaporan praktikum 9 - gugus alkohol
Laporan praktikum 9 - gugus alkoholFirda Shabrina
 

What's hot (20)

Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
 
Uji safonifikasi
Uji safonifikasiUji safonifikasi
Uji safonifikasi
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 
Karbohidrat i
Karbohidrat iKarbohidrat i
Karbohidrat i
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4Laporan biokima bab 4
Laporan biokima bab 4
 
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
 
Laporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar AbuLaporan Praktikum Kadar Abu
Laporan Praktikum Kadar Abu
 
Biokim urin glukosa
Biokim urin glukosaBiokim urin glukosa
Biokim urin glukosa
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 
1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat1. identifikasi karbohidrat
1. identifikasi karbohidrat
 
04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi
 
Laporan hidrolisis sukrosa
Laporan hidrolisis sukrosaLaporan hidrolisis sukrosa
Laporan hidrolisis sukrosa
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
Laporan Biokimia Praktikum Protein: Uji Unsur-Unsur Protein, Uji Kelarutan Al...
 
Ppt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidratPpt uji karbohidrat
Ppt uji karbohidrat
 
Laporan praktikum 9 - gugus alkohol
Laporan praktikum 9 - gugus alkoholLaporan praktikum 9 - gugus alkohol
Laporan praktikum 9 - gugus alkohol
 

Viewers also liked

Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji KarbohidratParanody
 
Jurnal karbohidrat
Jurnal karbohidratJurnal karbohidrat
Jurnal karbohidratagussulisti
 
Laporan Uji Benedict
Laporan Uji BenedictLaporan Uji Benedict
Laporan Uji BenedictMalikul Mulki
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1Fransiska Puteri
 
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaRia Rohmawati
 
Identifikasi protein dengan uji millon
Identifikasi  protein   dengan uji millonIdentifikasi  protein   dengan uji millon
Identifikasi protein dengan uji millonrahmadanajjah
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2Fransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutanITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutanFransiska Puteri
 
Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia   hidrolisis karbohidratLaporan biokimia   hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia hidrolisis karbohidratMifta Rahmat
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan MikrobaITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan MikrobaFransiska Puteri
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografiFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseFransiska Puteri
 
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...Indriany ,
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroFransiska Puteri
 
Asam basa & stoikiometri larutan
Asam basa & stoikiometri larutanAsam basa & stoikiometri larutan
Asam basa & stoikiometri larutanRino Safrizal
 

Viewers also liked (20)

Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
 
Jurnal karbohidrat
Jurnal karbohidratJurnal karbohidrat
Jurnal karbohidrat
 
Laporan Uji Benedict
Laporan Uji BenedictLaporan Uji Benedict
Laporan Uji Benedict
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 1 identifikasi 1
 
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - BiokimiaLaporan Uji Karbohidrat - Biokimia
Laporan Uji Karbohidrat - Biokimia
 
Identifikasi protein dengan uji millon
Identifikasi  protein   dengan uji millonIdentifikasi  protein   dengan uji millon
Identifikasi protein dengan uji millon
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 6 Ekstraksi bit ubi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 EsterifikasiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 5 Esterifikasi
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 2 Identifikasi 2
 
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutanITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
ITP UNS SEMESTER 2 Konsentrasi larutan
 
Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia   hidrolisis karbohidratLaporan biokimia   hidrolisis karbohidrat
Laporan biokimia hidrolisis karbohidrat
 
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan MikrobaITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
ITP UNS SEMESTER 2 Mikum acara 3 Perhitungan Mikroba
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografiITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 6 kromatografi
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan LipaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 Lipida dan Lipase
 
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
Materi kementerian kesehatan sesi pleno 1 konferensi sanitasi air minum dan s...
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
 
asam basa
asam basaasam basa
asam basa
 
Asam basa & stoikiometri larutan
Asam basa & stoikiometri larutanAsam basa & stoikiometri larutan
Asam basa & stoikiometri larutan
 

Similar to Karbohidrat Uji Kualitatif

Similar to Karbohidrat Uji Kualitatif (20)

7.-Kimia-Karbohidrat.pdf
7.-Kimia-Karbohidrat.pdf7.-Kimia-Karbohidrat.pdf
7.-Kimia-Karbohidrat.pdf
 
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
Laporan Uji molish(LIMITED EDITION)
 
Karbohidrat (2)
Karbohidrat (2)Karbohidrat (2)
Karbohidrat (2)
 
karbohidrat.ppt
karbohidrat.pptkarbohidrat.ppt
karbohidrat.ppt
 
38888566 fehling-biokimia
38888566 fehling-biokimia38888566 fehling-biokimia
38888566 fehling-biokimia
 
Biokimia
BiokimiaBiokimia
Biokimia
 
Biokimia AKPER MUNA
Biokimia AKPER MUNA Biokimia AKPER MUNA
Biokimia AKPER MUNA
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
Laporan Biokimia Praktikum Karbohidrat: Uji Molish, Uji Benedict, Uji Seliwan...
 
Karbohidrat,Protein dan lemak
Karbohidrat,Protein dan lemakKarbohidrat,Protein dan lemak
Karbohidrat,Protein dan lemak
 
Pembelajaran sma tentang 5a-karbohidrat.pdf
Pembelajaran sma tentang 5a-karbohidrat.pdfPembelajaran sma tentang 5a-karbohidrat.pdf
Pembelajaran sma tentang 5a-karbohidrat.pdf
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
ANALISIS KARBOHIDRAT.pptx
ANALISIS KARBOHIDRAT.pptxANALISIS KARBOHIDRAT.pptx
ANALISIS KARBOHIDRAT.pptx
 
karbohidrat
karbohidratkarbohidrat
karbohidrat
 
makalah bio moleku
makalah bio molekumakalah bio moleku
makalah bio moleku
 
KARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.pptKARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.ppt
 
KARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.pptKARBOHIDRAT-1.ppt
KARBOHIDRAT-1.ppt
 
1.karbohidrat
1.karbohidrat1.karbohidrat
1.karbohidrat
 
Biokimia Karbohidrat (Pertemuan 2)
Biokimia Karbohidrat (Pertemuan 2)Biokimia Karbohidrat (Pertemuan 2)
Biokimia Karbohidrat (Pertemuan 2)
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 

More from Fransiska Puteri

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYAFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseFransiska Puteri
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3Fransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airFransiska Puteri
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)Fransiska Puteri
 

More from Fransiska Puteri (20)

Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan PustakaLaporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
Laporan Mesin dan Peralatan ITP UNS Semester 3: Tinjauan Pustaka
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYALaporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 ISOLASI AMILUM DARI UBI KAYU DAN HIDROLISISNYA
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilaseLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 enzim amilase
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEINLaporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS SMT3 PROTEIN
 
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak proteinITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
ITP UNS Semester 3, Pangan dan Gizi: Kharbohidrat lemak protein
 
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekonITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
ITP UNS Semester 3, Ekonomi teknik: metode dasar studi ekon
 
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknikITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, Analisis biaya alsin ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknikITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
ITP UNS Semester 3, ekonomi teknik
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Statistik dalam penilaian kinerja program k3
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipmentITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Personal protective equipment
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaanITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Higiene perusahaan
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerjaITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: Faktor2 fisik lingkungan kerja
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomiITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: pengantar ergonomi
 
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
ITP UNS Semester 3, HIPERKES: dasar dasar k3
 
Tabel lipid
Tabel lipidTabel lipid
Tabel lipid
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: airITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: air
 
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
ITP UNS Semester 3, KIMIA PANGAN: karbohidrat (polisakarida)
 

Karbohidrat Uji Kualitatif

  • 1. ACARA III KARBOHIDRAT A. Tujuan Tujuan pada praktikum Acara III Karbohidrat ini adalah : 1. Mengetahui adanya senyawa karbohidrat secara umum melalui uji molisch. 2. Mengetahui adanya gula reduksi dan kecepatan reduksi suatu bahan melalui uji benedict dan uji barfoed. 3. Membedakan monosakarida aldosa dan ketosa dengan uji selliwanoff. 4. Mengetahui adanya kandungan polisakarida dalam suatu bahan dengan uji iod. B. Tinjauan Pustaka 1. Tinjauan Bahan Glukosa ialah monomer dari karbohidrat. Glukosa dapat disintesis oleh tumbuhan hijau semasa proses fotosintesis. Glukosa termasuk monosakarida yang mempunyai rumus umum C6H12O6yang disebut sebagai dekstrosa atau gula anggur. Glukosa adalah suatu gula monosakarida yang merupakan salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan (Edahwati, 2010). Laktosa merupakan gula utama dalam ASI dan susu sapi (4 sampai 8 % laktosa). Hidrolisis laktosa menghasilkan D-galaktosa dan D-glukosa dalam jumlah mol yang equivalen. Karbon anomerik pada unit galaktosa mempunyai konfigurasi ß pada C-1 dan bertautan dengan gugus hidroksil pada C-4 di unit glukosa. Sukrosa merupakan gula pasir yan diperoleh
  • 2. secara komersial dari batang tebu dan bit gula, yang kadarnya 14 sampai 20 % dari cairan tumbuhan tersebut. Hidrolisis sukrosa memberikan D- glukosa dan ketosa D-fruktosa dengan jumlah mol yang equivalen. Sukrosa berbeda dari disakarida lain karena karbon anomerik kedua unitnya terlibat dalam ikatan glikosidik. Selain itu, karena tidak ada gugus aldehida bebas yang berpotensi, sukrosa tidak dapat mereduksi reagen Tollens, Fehling, atau Benedict. Oleh karena itu sukrosa disebut sebagai gula non-pereduksi. Alkohol atau fenol yang terdapat di alam sering dijumpai di dalam sel bergabung sebagai glikosida dengan beberapa gula, umumnya dengan glukosa. Dengan cara ini, segmen gula dalam glikosida yang banyak mengandung gugus hidroksil itu akan melarutkan senyawa alkohol atau fenol (kalau tidak, alkohol dan fenol itu tidak akan larut dalam protoplasma sel). Contohnya ialah salisin yang rasanya pahit, yang terdapat dalam kulit pohon willow( Hart, 1983). Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natriumkarbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksiion Cu++ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natriumkarbonat dan natriumsitrat membuat pereaksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk berwarna hijau, kuning atau merah bata. Sedangkan pereaksi barfoed terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida daripada disakarida dalam larutan tidak berbeda banyak (Poedjiadi, 2009). Dekstrin adalah polisakarida yang menyerupai gom, larut dalam air. Jika pati dipanaskan, terjadilah dekstrin. Terjadinya dekstrin dengan cara ini merupakan proses penganjian dan mengkilapkan pakaian. Dalam kehidupan sehari-hari pati digunakan untuk membuat sirop-glukosa,
  • 3. membuat dekstrin, menganji pakaian dan mengkilapkan tenunan. Glikogen (C6H10O5)n adalah polisakarida yang terdapat dalam badan hewan, terutama dalam hati. Glikogen juga terdapat pada tumbuh- tumbuhan rendah. Glikogen dapat diambil dari dalam hati dengan jalan merebus bersama larutan KOH (Pringgomulyo, 1982). Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersaman dengan fruktosa dalam madu. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah, adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa C6H12O6, namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Fruktosa dapat diolah dari pati dan digunakan secara komersial sebagai pemanis. Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga gula tebu atau gula bit. Secara komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa dan satu unit galaktosa. Laktosa adalah gula yang paling tidak manis (seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada disakarida lainnya (Almatsier, 1982). 2. Tinjauan Teori Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hydrogen, dan oksigen. Di dalam ilmu gizi, secara sederhana karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Contoh dari karbohidrat sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa atau juga disakarida
  • 4. seperti sukrosa dan laktosa. Monosakarida ini merupakan jenis karbohidrat sederhana yang terdiri dari 1 gugus cincin. Sedangkan contoh dari karbohidrat kompleks adalah pati (starch), glikogen (simpanan energi di dalam tubuh), selulosa, dan serat (fiber).Karbohidrat kompleks merupakan karbohidrat yang terbentuk oleh hamper lebih 20.000 unit molekul monosakarida terutama glukosa (Irawan, 2007). Penentuan gula reduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schorl, Selliwanoff, Nelson- Somogyi dan lain-lain). Hasil analisanya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual(Ratnayani, et al, 2008). Karbohidratmerupakankelas penting darimolekul yang digunakanuntuk makananoleh semua hewan. Enzimmencernagula kompleksinidan mengubahnya menjadimolekulyang lebih sederhana, bertindak dalamkonsentrasibusanatergantungtanpamengubahdiri mereka sendiri. Salah satuenzimyang umum adalahamilase, yang memecahpatimenjadi glukosa (Cochran, 2008). Istilah karbohidrat timbul karena rumus kebanyakan senyawa sejenis ini dapat dinyatakan sebagai Cn(H2O)n atau karbon. Glukosa misalnya mempunyai rumus molekul C6H12O6. Karbohidrat didefinisikan sebagai polihidroksialdehida, polihidroksiketon atau senyawa yang menghasilkan senyawaan yang serupa pada hidrolisis. Dengan demikian, kimia karbohidrat adalah gabungan antara kimia dua gugus fungsi, gugus hidroksil dan gugus karbonil. Karbohidrat pada umumnya digolongkan menurut strukturnya yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (Hart, 1983).
  • 5. Dalam tubuh membran sel darah merah mengandung glikoprotein atau glikolipid, dan jenis gula yang bergabung dengan protein lipid ini bervariasi dari satu orang ke orang lain. Adapun, peningkatanglukosaplasma dankonsentrasi insulinselamaberkepanjanganintensitas latihandengan menambahvariabeldengankarbohidratditemukanuntuk cadanganglikogenotot danmeningkatkan daya tahanaerobik.Selain itu,selainprotein untuksuplemenkarbohidratakan meningkatkanrespon insulindari suplemenkarbohidrat (Widzer, 2003). Sebuah jumlah kecil dari ekstrak dilarutkan terpisahkan dalam 5 ml air suling dan disaring itu filtrat menjadi sasaran tes berikut untuk mendeteksi keberadaan karbohidrat. Dalam uji molisch ekstrak filtrate diobati dengan 2 tetes alkohol solusi α-naftol dalam uji coba tabung terpisah dan 2 ml terkonsentrasi asam sulfat ditambahkan dengan hati-hati sepanjang sisi tabung reaksi. Pembentukan cincin ungu pada persimpangan mungkin menunjukkan adanya karbohidrat (Kumar, et al, 2012). Uji karbohidrat reagen molish telah ditambahkan ke 2 ml dari kedua ekstrak. Sebuah jumlah sedikit terkonsentrasi asam sulfat ditambahkan ke dalamnya dan dibiarkan membentuk lapisan. Campuran dikocok, dan didiamkan selama beberapa menit, yang kemudian diencerkan dengan menambahkan 5 ml air suling. Endapan yang terbentuk seperti cincin yang berwarna ungu menunjukkan adanya karbohidrat (Manimozhi, 2011). Uji kualitatif karbohidrat dibedakan atas uji umum dan uji khusus. Uji umum berlaku untuk semua karbohidrat, sedangkan uji khusus hanya berlaku untuk karbohidrat tertentu. Dalam uji umum semua karbohidrat yang mempunyai lima atom karbon atau lebih akan memberikan hasil akhir yang sama. Uji molisch merupakan uji umum karbohidrat. Uji khusus karbohidrat anatara lain uji terhadap karbohidrat pereduksi , uji untuk
  • 6. ketosa dan uji untuk pentose. Uji terhadap karbohidrat pereduksi dapat ditunjukkan dengan berbagai cara antara lain uji fehling, uji benedict, uji asam pikrat, uji tollens, dan uji barfoed. Pereaksi yang digunakan untuk uji barfoed adalah asam. Pereaksi dibuat dengan melarutkan 13,3 gram Kristal kupri sulfat netral dalam 200 ml air. Setelah disaring, filtrat ditambah 1,8 ml asam asetat glasial.Pada pemanasan karbohidrat pereduksi menggunakan pereaksi barfoed, terjadi reaksi oksidasi karbohidrat pereduksi menjadi asam onat dan reduksi pereaksi barfoed sebagai ion kupri menjadi endapan kupri oksida. Suasana asam dalam pereaksi barfoed dapat mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan kupro oksida pada reaksi dengan disakarida dan monosakarida berbeda. Pada konsentrasi dan kondisi yang sama disakarida memberikan endapan yang lebih lambat daripada monosakarida. Berdasarkan hal ini uji ini dapat membedakan antara karbohidrat disakarida dan monosakarida (Sumardjo, 2006). Pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang, molekul-molekul iodin terlepas, sehingga warna biru hilang. Pati akan merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul-molekul amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin, maka akan dapat dihasilkan warana merah. Sedangkan dekstrin dengan polimer 6, 7, dan 8 membentuk warna coklat. Polimer yang lebih kecil dari lima tidak memberikan warna dengan iodin ( Winarno, 2008).
  • 7. C. Metodologi 1. Alat a. Tabung reaksi b. Pipet c. Penangas air d. Pipet volume e. Tes plate f. Rak tabung g. Propipet h. Penjepit 2. Bahan a. Larutan glukosa 0,02 M b. Larutan amilum 0.02 M c. Air (aquadest) d. Larutan alpha naptol 5% e. Larutan H2SO4 pekat 3 ml f. Larutan glukosa 0,01 M g. Larutan glukosa 0,04 M h. Larutan benedict i. Larutan fruktosa 0,01 M j. Larutan laktosa 0,01 M k. Larutan sakarosa 0,01 M l. Larutan barfoed 5 ml m.Larutan HCl pekat n. Larutan resorsinol 0,5% o. Larutan amilum 1 % p. Larutan dextrin 1 % q. Larutan CMC 1 %
  • 8. r. Larutan glikogen 1 % s. Larutan iod (0,05 N dalam 3 % KI) 3. Cara Kerja a. Uji Molisch Disiapkan 3 tabung reaksi 1 ml 0,02 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1 1 ml 0,02 amilum dimasukkan ke tabung reaksi 2 1 ml aquadest dimasukkan ke tabung reaksi 3 2 tetes larutan alpha ditambahkan ke dalam masing-masing Napthol 5 % dalam tabung reaksi alkhohol dicampur baik-baik 3 ml asam sulfat dituangkan melalui dinding Pekat hingga tampak 2 lapisan Diamati timbulnya warna pada ke 2 lapisan
  • 9. b. Uji Benedict Disiapkan 3 tabung reaksi 3 mllarutan benedict diisikan ke dalam masing-masing tabung 1 ml 0,01 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1 1 ml 0,02 M glukosa dimasukkan ke tabung reaksi 2 1 ml 0.04 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 3 dicampur baik-baik air mendidih dipanaskan selama 10 menit Diamati perubahannya Dibandingkan kecepatan Perubahannya
  • 10. c. Uji Barfoed Disiapkan 4 tabung reaksi 5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 1 + 5 ml 0,01 M glukosa 5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 2 + 5 ml 0,01 M fruktosa 5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 3 + 5 ml 0,01 M laktosa 5 ml larutan barfoed Dimasukkan ke tabung reaksi 4 + 5 ml 0,01 M sakarosa Dipanaskan ke 4 tabung itu dalam penangas air selama 10 menit Didinginkan segera Dibandingkan kecepatan reduksinya
  • 11. d. Uji Selliwanoff Disiapkan 2 tabung reaksi 2 ml 0,01 M glukosa Dimasukkan ke tabung reaksi 1 2 ml 0,01 M fruktosa Dimasukkan ke tabung reaksi 2 1 ml HCl pekat Ditambahkan Dicampur baik-baik Dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 30 menit 0,5 ml 0,5 % larutan Ditambahkan resolsinol Dicatat perubahan warnanya
  • 12. e. Uji Iod Disiapkan 4 tabung reaksi 5 ml larutan amilum1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 1 5 ml dekstrin 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 2 5 ml CMC 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 3 5 ml glikogen 1 % Dimasukkan ke tabung reaksi 4 Diambil 2 tetes masing-masing larutan Kemudian dimasukkan dalam tes plate 1 tetes iodDitambahkan ke dalam masing-masing tes plate Diamati yang terjadi Dipanaskan sisa larutan yg diambil 1 tetes tadi selama 10 menit Diambil lagi 2 tetes tadi dimasukkan test plate Ditambah 1 tetes iod Diamati yang terjadi
  • 13. D. Hasil dan Pembahasan 1. Uji Molisch Tabel 3.1 Uji Mollisch Kelom pok Sampel Warna awal Warna yang terbentuk Keterangan 1 0,02 M Glukosa Bening Coklat bening Terbentuk 2 lapisan (cincin) 9 Bening Coklat bening Terbentuk 2 lapisan (cincin) 20 Bening Coklat bening Terbentuk 2 lapisan (cincin) 2 0,02 M Amilum Bening Coklat bening Terbentuk 2 laisan (cincin) 8 Bening Coklat bening Terbentuk 2 lapisan (cincin) 21 Bening Coklat tembaga bening Terbentuk 2 lapisan (cincin) 3 Aquades Bening Coklat bening Terbentuk 2 lapisan (cincin) 7 Bening Coklat bening Terbentuk 2 lapisan (cincin) 22 Bening Coklat tembaga bening Tidak terbentuk 2 lapisan (cincin) Sumber : Laporan Sementara Uji molisch digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa karbohidrat dalam suatu bahan pangan. Prinsip pada uji molisch ini adalah asam sulfat pekat akan menghidrolisis ikatan glikosidik karbohidrat menjadi monosakarida, selanjutnya menjadi dehidrasi membentuk furfural dan derivatnya. Fungsi H2SO4 pekat dalam reaksi Molisch (dapat digantikan asam kuat lainnya) adalah untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida sehingga menghasilkan furfural dan turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk membentuk produk berwarna. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagent Molisch, α-naphthol
  • 14. membentuk cincin yang berwarna ungu.Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa. Pada praktikum kali ini dilakukan uji molisch terhadap glukosa, amilum dan aquadest. Dari hasil percobaan terhadap glukosa 0,02 M sebanyak 1 ml, setelah ditambah 2 tetes alphanapthol dan 3 ml asam sulfat pekat terdapat reaksi, dibuktikan dengan adanya perubahan warna dari bening lalu terbentuk cincin. Kemudian dari hasil percobaan terhadap amilum 0,02 M sebanyak 1 ml, setelah ditambah 2tetes alphanapthol dan 3 ml asam sulfat pekat terjadi reaksi yang ditandai dengan perubahan warna, dari bening lalu terbentuk cincin. Sedangkan untuk hasil percobaan terhadap sampel aquadest, pada kelompok 3 dan 7 setelah ditambah 2 tetes alphanapthol dan 3 ml asam sulfat pekat, ada perubahan warna yaitu coklat dan membentuk lapisan cincin. Menurut Winarno (2008), dalam uji molisch akan timbul dua lapisan cairan di dalam tabung reaksi dimana larutan sampel akan berada di lapisan atas. Cincin berwarna merah ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya karbohidrat dalam sampel. Pada kelompok 3 dan kelompok 7 aquadest membentuk 2 lapisan cincin yang berwarna coklat tembaga, seharusnya dalam percobaan menggunakan sampel aquadest tidak terbentuk lapisan cincin karena aquadest bukan merupakan senyawa karbohidrat yang mempunyai ikatan glikosidik (ikatan antar molekul satuan dasar yang satu terhadap yang lainnya) jadi warna akhirnya tidak terbentuk cincin. Hasil yang didapatkan pada percobaan menggunakan sampel glukosa dan amilum tidak tergolong karbohidrat karena lapisan cincin yang terbentuk tidak berwarna merah ungu melainkan berwarna coklat bening. Sedangkan menurut teori, glukosa dan amilum merupakan karbohidrat. Penyimpangan yang terjadi dapat disebabkan karena penggunaan H2SO4 encer. Dalam larutan asam yang encer, saat dipanaskan monosakarida akan tetap stabil, namun jika dipanaskan dengan asam kuat yang pekat akan
  • 15. menghasilkan furfural atau derivatnya. Selain itu kurangnya ketelitian praktikan dalam membaca skala yang ada pada alat juga mempengaruhi berjalannya reaksi. 2. Uji Benedict Tabel 3.2 Uji Benedict Kelo mpok Sampel Warna awal Warna yang terbentuk Keterangan Kecepatan reduksi 3 0,01 M Glukosa Biru Biru bening Tidak ada endapan +++ 4 Biru Bagian atas bening bagian bawah biru Tidak ada endapan +++ 26 Biru tua pekat Biru tua Ada endapan +++ 2 0,02 M Glukosa Biru tua Bening Biru bening tipis Lapisan atas biru keputihan, lapisan bawah biru muda ++ 5 Biru Biru agak muda Biru agak muda, tidak ada endapan ++ 27 Biru tua Biru Ada endapan ++ 1 0,04 M Glukosa Biru bening tua Biru bening muda Tidak ada endapan +++ 6 Biru bening Biru bening lebih muda Tidak ada endapan maupun perubahan warna + 25 Biru agak tua Biru muda Tidak ada endapan + Sumber : Laporan Sementara Keterangan kecepatan reduksi : +++ : Cepat ++ : Kurang cepat + : Tidak cepat
  • 16. Dalam uji benedict ini digunakan benedict untuk mengetahui ada tidaknya gula pereduksi dalam suatu larutan dengan indikator, yaitu perubahan warna menjadi merah bata. Prinsip uji benedict adalah adanya gugus aldehid atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi Benedict menjadi kuprioksida yang berwarna (merah bata). Reaksi dari uji bennedict adalah gula reduksi yang memiliki kemampuan mereduksi ion Cu++ yang mengendap jadi CuO, endapan yang diperoleh berupa endapan merah bata. Berdasarkan hasil percobaan diketahui adanya gula pereduksi pada glukosa pada berbagai variasi konsentrasi larutan glukosa yang ditandai dengan perubahan warna dan timbulnya endapan. Menurut Poedjiadi (2009), endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, atau merah bata.Warna endapan ini bergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Glukosa merupakan gula pereduksi sebab gula mampu mereduksi pengoksidasi, di mana ujung pereduksinya adalah ujung yang mengandung aldehid. Pada praktikum ini, pengamatan sampel glukosa 0,01 M kelompok 3 dan kelompok 4 dan sampel glukosa 0,04 M kelompok 1,6 dan kelompok 25 hasil percobaan setelah dilakukan pemanasan tidak menunjukkan adanya endapan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh Poedjiadi (2009), bahwa seharusnya pada saat setelah glukosa ditetesi dengan larutan benedict akan terbentuk endapan merah bata. Fungsi pemanasan disini adalah untuk mempercepat reaksi, melihat perubahan warna yang terbentuk dan untuk menentukan kecepatan reduksi yang dihasilkan dari berbagai larutan glukosa dengan molaritas yang berbeda-beda. Pada praktikum ini, reagen benedict digunakan untuk menguji kehadiran gula pereduksi dalam larutan. Monosakarida yang bersifat reduktor, dengan diteteskannya reagen akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji adanya gula pereduksi, juga semakin banyak yang berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak konsentrasi gula dalam larutan maka semakin gelap warna endapan.Hal ini tidak sesuai dengan teori Poedjiadi (2009), yang
  • 17. menyatakan bahwa warna endapan tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa, sehingga seharusnya pada konsentrasi terbanyak yaitu 0,04 M glukosa terbentuk endapan dengan warna yang lebih gelap dari larutan yang konsentrasinya lebih kecil. Kecepatan mereduksinyajuga tidak sesuai dengan teori seharusnya kecepatan reduksi sebanding dengan besarnya molaritas glukosa. Jadi faktor yang mempengaruhi kecepatan reduksi adalah molaritas, artinya makin besar molaritas glukosa, kecepatan mereduksinya makin cepat, begitu juga sebaliknya, begitu juga dengan endapan yang terbentuk, makin besar molaritas glukosa makin banyak endapan. Pada uji benedict ini yang paling cepat mereduksi adalah glukosa 0,01 M lalu glukosa 0,02 M, dan yang paling akhir adalah glukosa 0,04 M.
  • 18. 3. Uji Barfoed Tabel 3.3 Uji Barfoed Kelo mpok Sampel Warna awal Warna yang terbentuk Keterangan Kecepa tan reduksi 6 0,01 M glukosa Biru Biru Terbentuk endapan merah bata + + + 7 Biru Biru Terbentuk endapan merah bata + + + 25 Biru Biru gelap Ada endapan merah bata + + 26 Biru pekat Biru pepsi Ada endapan merah + + 5 0,01 M Fruktos a Biru Biru Terbentuk endapan merah bata + + 8 Biru Biru Terbentuk endapan merah bata + + 23 Atas biru, Bawah agak gelap Biru gelap Ada endapan merah bata + + 27 Biru bening Biru pekat Ada endapan merah + + 4 0,01 M Laktosa Biru Biru Terbentuk endapan putih + 9 Biru Biru Terbentuk endapan putih + 16 Biru bening Biru pepsi Tidak ada endapan + 24 Biru Biru terang Sangat sedikit endapan + 10 0,01 M Sukrosa biru, kuning, bening biru, merah coklat, merah bata Ada endapan merah bata + + 13 biru, kuning, bening biru, merah bata, orange Ada endapan warna putih kehijauan + + 17 Atas biru terang, bawah kuning, tengah hijau Biru pekat, merah, kuning pekat Ada endapan warna kuning + + + 20 Atas biru, bawah kuning Atas biru tua, bawah coklat kuning Ada endapan warna kuning + + + Sumber : Laporan Sementara
  • 19. Keterangan kecepatan reduksi : +++ : Cepat ++ : Kurang cepat + : Tidak cepat Pada praktikum Acara III Karbohidrat ini, untuk mengetahui adanya gugus reduksi maka dilakukan uji barfoed. Prinsip dalam uji barfoed adalah monosakarida akan mereduksi reagen barfoed yang bersifat asam sehingga kekuatan hidrolisis menurundan mengakibatkan tidak dapat mereduksi disakarida. Larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida. Menurut Tauber dan Kleiner (dalam Poedjiadi, 2009) modifikasi atas pereaksi dengan mengganti asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan dengan pereaksi warna fosfomolibdat hingga menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak menghasilkan hasil positif. Percobaan uji barfoed menggunakan empat sampel larutan sakarida yang berbeda-beda. Empat sampel tersebut adalah 0.01 M glukosa, 0.01 M fruktosa, 0.01 M laktosa, 0.01 M sukrosa. Pada larutan sakarida 0.01 M glukosa setelah ditambahkan dengan larutan barfoed warna awalnya adalah biru kemudian setelah dipanaskan dalam air yang mendidih selama 10 menit warna berubah menjadi biru gelap dan pada larutan tersebut terbentuk endapan yang berwarna merah bata sehingga kecepatan reduksinya juga cepat sekali. Pada larutan sakarida 0.01 M fruktosa warna awal sebelum dipanaskan adalah biru dan setelah dipanaskan warna yang terbentuk adalah biru juga. Dalam sampel 0.01 M fruktosa ini juga terbentuk endapan merah bata pada larutan tersebut dan kecepatan reduksi yang dihasilkan juga kurang cepat tidak seperti pada sampel 0.01 M glukosa. Sedangkan pada sampel 0.01 M laktosa ditambahkan dengan larutan barfoed 5 ml warna awal adalah biru dan setelah dipanaskan warna menjadi biru agak terang. Dalam sampel 0.01 M laktosa ini ada beberapa kelompok yang hasil praktikumnya menghasilkan adanya
  • 20. endapan berwarna putih, ada yang tidak terbentuk endapan, dan ada juga yang terbentuk endapan sangat sedikit sehingga kecepatan reduksinya tidak cepat. Pada sampel keempat yaitu 0.01 M sukrosa warna awal yang dihasilkan setelah ditambahkan larutan barfoed 5 ml adalah terbentuknya tiga lapisan warna antara lain lapisan atas berwarna biru, lapisan tengah berwarna kuning, dan lapisan bawah berwarna bening. Kemudian setelah dipanaskan selama 10 menit dalam penangas air yang mendidih tiga lapisan warna tersebut berubah menjadi tiga lapisan warna yang berbeda yaitu lapisan atas berwarna biru tua atau biru pekat, lapisan tengah berwarna merah bata, dan lapisan bawah berwarna kuning coklat sehingga kecepatan reduksinya cepat. Endapan merah yang menunjukkan adanya gugus reduksi hanya terdapat pada sakarida jenis monosakarida (glukosa dan fruktosa). Hal ini disebabkan larutan barfoed hanya dapat direduksi oleh monosakarida. Pereduksi ini disebabkan sakarida mempunyai gugus aldehid atau keton bebas, yang mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat diketahui dengan menambahkan ion kupri dalam suasana alkalis ke dalam larutan barfoed yang nantinya terbentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Sedangkan laktosa dan sukrosa merupakan golongan oligosakarida sehingga tidak direduksi oleh larutan barfoed dan tidak timbul adanya endapan merah bata,sedangkan pada laktosa muncul sedikit endapan merah bata karena adanya kesalahan teknis yaitu kurang bersihnya pipet yang digunakan untuk mengambil laktosa, kemungkinan pipet tersebut masih menyisakan glukosa, seharusnya pada laktosa tidak muncul endapan setelah dipanaskan. Kecepatan mereduksi dari yang paling cepat ke paling lambat adalah glukosa, fruktosa, laktosa, dan sukrosa.
  • 21. 4. Uji Selliwanoff Tabel 3.4 Uji Selliwanoff Kelompok Sampel Warna awal Warna yang terbentuk Keterangan 11 0,01 M Glukosa Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak ada gelembung setelah ditetesi resolsinol 14 Tidak berwarna Tidak berwarna Tidak ada gelembung setelah ditetesi resolsinol 18 Bening Bening Tidak ada perubahan warna Bening Bening Tidak ada gelembung 12 0,01 M Fruktosa Tidak berwarna Tidak berwarna Ada sedikit gelembung setelah ditetesi resolsinol 15 Bening Bening Tidak ada gelembung 21 Bening Bening Tidak ada perubahan warna dan tidak ada gelembung 22 Bening Bening Tidak ada perubahan warna dan tidak ada gelembung Sumber : Laporan Sementara Uji selliwanof adalah sebuah uji kimia yang membedakan gula aldosa dan ketosa. Ketosa dibedakan dari aldosa dikarenakan perbedaan gugus fungsi. Jika gula mempunyai gugus keton maka disebut ketosa, dan apabila mempunyai gugus aldehida maka disebut aldosa. Prinsip uji selliwanoff dalam praktikum yang telah dilakukan adalah fruktosa dengan asam kuat akan mengalami dehidrasi membentuk empat hidroksi metylfurfural. Bila ditambahkan resolsinol akan berkondensasi membentuk
  • 22. persenyawaan yang berwarna merah.Uji selliwanof lebih bereaksi positif terhadap ketosa dikarenakan aldosa sebelum dihidrasi mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.Ketosa akan didehidrasi lebih cepat dari aldosa. Furfural akan berkondensasi dengan resolsinol (1,3- dihidroksi benzena) yang akan memberikan warna merah kompleks (merah-cherry). Dalam percobaan ini fungsi penambahan HCl dan larutan resolsinol pada uji selliwanof adalah HCl berguna untuk menghidrolisis poligosakarida dan oligosakarida menjadi lebih sederhana, sedangkan resolsinol berguna untuk membantu ketosa menghasilkan warna merah tua. Pada percobaan uji seliwanoff dengan sampel glukosa 0.01 M warna awal yang dihasilkan adalah bening atau tidak berwarna. Namun setelah ditambahkan HCl pekat dan kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit serta ditambahkan larutan resolsinol 0.5 % warna tidak mengalami perubahan dan masih tetap bening serta tidak terbentuknya gelembung. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada sampel fruktosa 0.01 Mwarna yang dihasilkan juga bening atau tidak berwarna dan setelah ditambahkan HCl pekat kemudian dipanaskan serta ditambahkan larutan resolsinol juga warna masih tetap bening. Namun pada kelompok 12 percobaan uji selliwanoff menghasilkan adanya sedikit gelembung setelah ditetesi resolsinol. Menurut Theodor (1887), ketosa yang terhidrasi kemudian bereaksi dengan resorsinol, menghasilkan zat berwarna merah tua. Aldosa dapat sedikit bereaksi dan menghasilkan zat berwarna merah muda.Fruktosa dan sukrosa merupakan dua jenis gula yang memberikan uji positif. Sukrosa menghasilkan uji positif karena ia adalah disakarida yang terdiri dari fruktosa dan glukosa. Hasil dari percobaan ini tidak sesuai dengan teori dikarenakan mungkin pada saat pemakaian pipet, pipet yang digunakan untuk mengambil sampel fruktosa belum benar-benar bersih
  • 23. sehingga masih mengandung glukosa.Seharusnya setelah penambahan larutan resolsinol, sampel fruktosa 0.01 M mengalami perubahan warna dari bening menjadi merah, karena fruktosa mengandung gugus keton sehingga lebih cepat bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus aldehid disebabkan gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural sedangkan gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa kemudiandidehidrasi menjadi furfural. Kecepatan reaksi dalam uji seliwanoff dipengaruhi oleh ada tidaknya gugus keton pada suatu karbohidrat, selain itu juga dipengaruhi oleh konsentrasi, sifat zat yang bereaksi, suhu dan katalisator.
  • 24. 5. Uji Iod Tabel 3.5 Uji Iod Kel. Samp el Perlakuan Warna awal Warna yang terbentuk Keterangan 14 Amilu m 1 % Tanpa pemanasan Hitam Hitam - Pemanasan Hitam Hitam kecoklatan Pekat 16 Tanpa pemanasan Bening Biru tua - Pemanasan Bening Biru tua makin gelap Pekat 13 Tanpa pemanasan Biru tua Biru tua - Pemanasan Biru tua Biru tua Pekat 12 Dekstr in 1 % Tanpa pemanasan Coklat muda Cklat muda - Pemanasan Coklat muda Coklat tua Pekat 15 Tanpa pemanasan Bening Coklat muda - Pemanasan Bening Coklat tua Pekat 17 Tanpa pemanasan Bening Coklat muda - Pemanasan Bening Coklat tua Pekat 14 CMC 1% Tanpa pemanasan Kuning Kuning - Pemanasan Kuning Orange Pekat 18 Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat - Pemanasan Bening Kuning cerah Pekat 23 Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat - Pemanasan Bening Kuning cerah Pekat 10 Gliko gen 1 % Tanpa pemanasan Merah coklat Merah coklat - Pemanasan Merah coklat Coklat gelap Pekat 19 Tanpa pemanasan Bening Orange - Pemanasan Bening Orange pekat 24 Tanpa pemanasan Bening Kuning pucat - Pemanasan Bening Kuning cerah pekat Sumber : Laporan Sementara
  • 25. Uji iod menggunakan sampel larutan amilium 1 %, dekstrin 1 %, CMC 1 %, dan glikogen 1 %. Kemudian sampel ditetesi dengan iod hingga berubah warna. Uji iod ini bertujuan untuk mengetahui adanya polisakarida pada sakarida sampel. Prinsip uji iod adalah polisakarida akan membentuk reaksi dengan iodin dan memberikan warna spesifik tergantung jenis karbohidratnya. Amilosa dan iodin berwarna biru, amilopektin merah coklat, glikogen dan dekstrin berwarna merah coklat. Dari hasil percobaan uji iod, amilum 1 % ditambahkan iod pada kelompok 14 menghasilkan warna hitamtanpa pemanasan setelah dipanaskan warna berubah menjadi hitam kecoklatan. Pada kelompok 16 warna awal tanpa pemanasan bening dan setelah dipanaskan menjadi biru tua. Sedangkan pada kelompok 13 warna awal tanpa pemanasan biru tua dan setelah dipanaskan warna tetap biru tua. Dengan menggunakan sampel dekstrin 1 % mulanya tidak berwarna kemudian setelah ditambahkan iod dan dipanaskan, warnanya berubah menjadi coklat tua, namun hasil percobaan kelompok 12 warna awal adalah coklat tua dan setelah dipanaskan warna menjadi coklat tua. Warna larutan CMC 1 % sebelum ditambahkan dengan iod tidak berwarna, kemudian dipanaskan warnanya menjadi kuning cerah, berbeda dengan kelompok lain, hasil percobaan pada kelompok 14 warna awal yang dihasilkan adalah kuning dan setelah pemanasan menjadi orange. Sedangkan warna glikogen sebelum ditambahkan iod adalah tidak berwarna. Setelah ditambahkan iod dan dipanaskan pada kelompok 10 menjadi coklat gelap, kelompok 19 perubahan warnanya menjadi orange dan pada kelompok 24 warnanya menjadi kuning cerah. Menurut Winarno (2008), pati yang berikatan dengan iodin (I2) akan menghasilkan warna biru. Sifat ini dapat digunakan untuk menganalisis adanya pati. Hal ini disebabkan oleh struktur molekul pati yang berbentuk spiral, sehingga akan mengikat molekul iodin dan terbentuklah warna biru. Bila pati dipanaskan, spiral merenggang, molekul-
  • 26. molekul iodin terlepas, sehingga warna biru hilang. Perubahan warna tersebut terjadi karena iod diabsorbsi oleh polisakarida. Polisakarida memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja sehingga bila mengalami hidrolisa akan menghasilkan rantai monosakarida maupun oligosakarida yang lebih pendek yang memiliki gugus reduksi. Pada hasil percobaan, dapat diketahui bahwa senyawa yang mengandung polisakarida adalah amilum dan glikogen. E. Kesimpulan
  • 27. Dari praktikum Acara III Karbohidrat yang telah dilakukan didapatkan beberapa kesimpulan, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Uji Molish bereaksi positif terhadap glukosa dan amilum ditunjukkan dengan adanya cincin ungu. Cincin ungu pada glukosa lebih banyak jika dibandingkan dengan amilum, karena glukosa merupakan monosakarida, sedangkan amilum adalah polisakarida yang harus dihidrolisis menjadi monosakarida dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural. 2.Uji Benedict bereaksi positif dengan glukosa ditunjukkan dengan adanya perubahan warna; sampel glukosa 0,01M berwarna biru; glukosa 0,02M berwarna biru tua dan glukosa 0,04 berwarna merah bata.Kecepatan mereduksinya yang tercepat adalah glukosa yang mempunyai molaritas paling tinggi. 3. Uji Barfoed bereaksi positif dengan glukosa dan fruktosa karena merupakan monosakarida (ada gugus reduksi), ditunjukkan dengan adanya endapan merah. Sedangkan untuk laktosa dan sakarosa tidak bereaksi karena merupakn disakarida, ditunjukkan dengan tidak adanya endapan. Keempat sampel tersebut mengalami perubahan warna dari bening menjadi biru.Kecepatan reduksi pada glukosa 0.01 M lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan reduksi pada fruktosa 0.01 M meskipun keduanya hampir sama. 4.Uji Selliwanof menunjukkan gugus keton (pada fruktosa) lebih cepat bereaksi dari glukosa yang mengandung gugus aldehid (pada glukosa), karena gugus keton langsung didehidrasi menjadi furfural, sedangkan gugus aldehid mengalami transformasi dahulu menjadi ketosa kemudian didehidrasi menjadi furfural. Ditandai dengan perubahan warna menjdi pink pada fruktosa, sedangkan tidak terjadi perubahan warna pada glukosa setelah dipanaskan. 5.Uji Iod iodin dapat diabsrobsi oleh polisakarida hingga terjadi perubahan warna. Pada amilum berubah warna dari putih bening menjadi biru,
  • 28. selulosa (CMC) dari putih bening menjadi jingga, dextrin dari putih bening menjadi merah kecoklatan, glikogen dari putih bening menjadi coklat.
  • 29. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 1982. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia. Jakarta. Cochran, Beverly. 2008. Kinetic Anlysis of Amylase Using Quantitative Benedict’s and Iodine Starch Reagents. Journal of Chemical Education Volume 85, No.3. Texas. Edahwati, Luluk. 2010. Perpindahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa dari Buah Kersen Dengan Proses Hidrolisis. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik, Volume 10, No. 1. Jawa Timur. Hart, Harold. 1983. KimiaOrganik Suatu Kuliah Singkat. Edisi Keenam. Penerbit Erlangga. Jakarta. Irawan, M. Anwari, 2007. Karbohidrat. Sports Science Brief Volume 01, No. 03. Kumar, Ashok. 2012. Preliminary Phytochemical Analysis of Leaf and Bark (Mixture) Extract of Ficus Infectoria Plant. Volume 1 No. 5 Teerthanker Mahaveer University, Moradabad (U.P.). India. Manimozhi, D.M..2011.Phytochemical Screening of Three Medicinally Important Ficus Sp.Internasional Journal of Pharmaceutical Research and Development Volume 4, No. 1. India. Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI Press. Jakarta Pringgomulyo, Saroyo. 1982. Kimia Umum Untuk Bagian Kimia Industri. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. Ratnayani K. dan Dewi, Gita. 2008. Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa pada Madu Kelengkeng dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Jurnal Kimia Volume 2, No. 2, Bukit Jimbaran. Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Widzer, . 2003. Effect Of a Carbohydrate Protein Supplement On Endurance performance During Exercise Of Varing Intensity. International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism. Volume 13. Human Kinetics Publisher, inc. Winarno, EG. 2008. Kimia Pangan dan Gizi Edisi Terbaru. Gramedia. Jakarta.
  • 30. LAMPIRAN 1. Uji Molish Gambar 3.1.1 larutan glukosa sebelum Gambar 3.1.2 larutan glukosa ditetesi asam sulfat pekat setelah ditetesi asam sulfat pekat 2. Uji Benedict Gambar 3.2.1 Larutan glukosa + Gambar 3.2.2 larutam glukosa + Benedictsebelum dipanaskan benedict setelah dipanaskan
  • 31. 3. Uji barfoed Gambar 3.3 Sukrosa + pereaksi, Fruktosa + pereaksi barfoed, glukosa + pereaksi barfoed, laktosa + pereaksi barfoed 4. Uji seliwanoff 5. Uji Iod Gamabar 3. 4 Fruktosa + pereaksi Gambar 3.5 sampel + iod setelah Selliwanoff dipanaskan