2. 2
Cover: Isa
PDIP Melewatkan Momen Risma 7
Konvensi Cawapres Demokrat 10
Wiranto-HT, Pasangan Capres
Penggembira 12
Misteri Penyadapan di Rumah Jokowi 15
Banyak yang Curi Start Kampanye,
Bawaslu Diam 19
PDIP Lahir dari Keringat & Darah,
Nasionalisme Harga Mati 21
Daftar Isi
50.000 Juru Kampanye
Siap Sosialisasikan
Program Golkar 28
Konvensi PD agar
Masyarakat Kenal
Presiden Mendatang 29
Gerindra: Kasus
Penyadapan Australia
Adalah Pelecehan 30
Artis Nyaleg Wajar 31
Informasi & Gosip Politik Terkini
Beban Berat
Risma 4
Parni Hadi, calon DPD RI
Dapil DKI Jakarta, Sahabat Dhuafa &
Disabilitas 25
3. Pojok Gotik
Reinkarnasi merupakan suatu fenomena spiritual,
dimana jiwa yang pernah hidup terlahir kembali ke dunia
ini. Peristiwa ini terjadi tentu atas kehendak dari Sang
Pencipta dalam kepercayaan agama Budha. Memang
fenomena spiritual ini sulit diterima oleh logika.
Terlepas dari itu semua, bila dikaitkan dengan politik,
reinkarnasi adalah terlahirnya suatu situasi politik
yang pernah ada. Artinya, fenomena politik seperti ini
terjadi atas dasar kerinduan dan keinginan bersama
untuk mengalami suatu situasi politik yang pernah ada
sebelumnya.
Bila melihat pengalaman politik yang pernah ada di
Indonesia, negara ini pernah mengalami masa-masa yang
sangat fantastis bersama Orde Baru di beberapa sektor dan
bagaimana wibawa negara ini begotu disegani di dunia
internasional.
Pengalaman sejarah meramalkan negara ini akan
menjadi bangsa yang besar di Asia. Namun kenyataannya,
prediksi tersebut kian jauh dari harapan.
Coba kita lihat beberapa kasus yang menjadi fakta
betapa telah terjadi kesalahan besar yang dilakukan
pemimpin negara ini dimana mereka tidak bisa berbuat
banyak untuk mempertahankan territorial negara ini,
diantaranya kasus Timor-Timur, Sipadan-Ligitan, Ambalat,
dan Masalah pencurian pasir yang dilakukan negara
Singapura.
Ironisnya, kehidupan politik dan pemerintahan di
negara ini semakin sulit terlepas dari tiga permasalahan
yang merupakan wujud penindasan terhadap bangsa
sendiri, yakni Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Hukum sepertinya tidak bisa memberangus praktik kotor
tersebut. Yang ada, pelaksanaan hukum penuh dengan
taktik rekayasa yang menipu dan membingungkan ‘mata
publik’ terhadap berbagai penyelesaian praktik KKN yang
terungkap
Contoh reinkarnasi politik paling nyata adalah Golkar.
Bila melihat sosok tokoh Golkar zaman dulu, seperti Akbar
Tanjung, Surya Paloh, Prabowo Subianto, Wiranto, dan
Susilo Bambang Yudhoyono, maka saat ini kita melihat
reinkarnasi Golkar dalam banyak partai, yaitu Gerindra,
Nasdem, Hanura, Demokrat, dan lainnya.
Pengejawantahan reinkarnasi Golkar makin sempurna
saat sejumlah masyarakat merindukan sosok Soeharto
sebagai Presiden RI, yang dianggap telah membawa
kemakmuran di sektor pertanian, industri, dan
perdagangan.
REDAKSI
Pemimpin Umum Heru Sutadi
Pemimpin Redaksi Arif Pitoyo
Alamat Redaksi: Villa Cemara
No. 22
Jl. Sawangan Raya-Depok
Email: redaksi@indokini.co.id
ARTISTIK
K. Anindya
IKLAN & PROMOSI
Email: marketing@majalahict.
com
Telepon: 081511510000 (arif)
Fax. 021- 7756782
TARIF IKLAN
Cover
184 x 50 mm = Rp2 juta/edisi
50 x 50 mm = Rp1 juta/edisi
Halaman Belakang
Full page = Rp750,000 /edisi
Half page = Rp500.000/edisi
184 x 50 mm = Rp250.000/edisi
50 x 50 mm = Rp100.000/edisi
Halaman Dalam
Full page = Rp750.000/edisi
Half page =Rp500.000/edisi
184 x 50 mm = Rp250.000/edisi
50 x 50 mm = Rp100.000/edisi
ReInKaRnAsI
4. Laporan Utama
4
T
idak dapat dipungkiri, sejak dia
memimpin Surabaya, taman kota
banyak berdiri, kota tampak bersih
dan sejuk. Seabrek penghargaan baik
dalam dan luar negeri di sandangnya, dan
terakhir, dia terpilih menjadi walikota
terbaik di dunia.
Melihatnya di mata
Najwa, dapat terlihat
betapa berat beban
yang disandangnya.
Selain masalah-masalah
social yang memang
sangat kompleks, dia
juga harus menghadapi
Walikota Surabaya Tri Rismaharini
memang fenomenal, bahkan mungkin
lebih fenomenal dari Jokowi sekalipun.
Soal blusukan, sudah makanan sehari-
hari bagi Risma. Bahkan membersihkan
selokan dan menyapu jalan sudah
sering dia lakukan, suatu hal
yang tak pernah dilakukan
Jokowi.
Beban Berat
Risma
5. Laporan Utama
5
tembok besar politik, sesuatu
yang sebelumnya sangat awam
bagi dia. Wajar, sebelumnya
dia hanyalah PNS biasa sebagai
Kepala Dinas Tata Kota
Surabaya.
Keberhasilan Risma dalam
menyelesaikan persoalan social
besar patut diacungi jempol,
mulai dari membereskan masalah
lokalisasi, dan menutup Dolly,
meskipun pasti ada banyak
mafia, oknum aparat atau bahkan
oknum pejabat yang marah
karena penutupan itu.
Risma seperti menemui buah
simalakama, di satu sisi ingin
membereskan masalah social
lokalisasi yang ternyata banyak
diisi para pelajar, namun di sisi
lain dia seperti menciptakan
musuh yang bakal menjadikan
berat bebannya selama menjabat
sebagai walikota.
Beban makin bertambah berat
saat dia ngotot mempertahankan
Kebun Binatang Surabaya yang
diwacanakan dialihfungsikan
menjadi hotel dan mal. Peliknya
persoalan itu berakibat banyak
satwa yang mati tidak wajar.
Persoalan semakin rumit karena
disinyalir ada mafia besar yang
bermain di situ.
Belum sampai di situ
persoalan bertambah lagi dengan
dilantiknyanya wakil walikota
Surabaya Wisnu Sakti Buana
yang menggatikan Bambang DH
yang mengundurkan diri karena
maju menjadi calon gubernur
Jatim 2013.
Dalam proses pemilihan
ini, Risma sendiri sebagai
walikota –sepertinya- tidak
diajak rembuk untuk pemilihan
wakilnya itu. Menurut Risma
ada yang tidak prosedural
dalam proses pemilihan sampai
pelantikannya, dan itu yang
membuat dirinya dilema untuk
pertanggungjawabannya.
Terutama di akherat nanti
tuturnya.
Beban yang sudah berat
semakin tambah berat karena
PDI-P sebagai partai pengusung
seakan tidak berpihak padanya,
sedangkan wakil walikota
yang sudah dilantik Wisnu
Sakti Buana yang sebelumnya
saat menjadi wakil ketua
DPRD Surabaya pada tahun
2011 turut mengajukan
pemakzulan walikota. Upaya
itu tidak berhasil karena ditolak
pemerintah pusat.
Dan begitu beratnya beban
sehingga dalam wawancara
tersebut –sebagai perempuan- ia
tidak kuasa membendung air
mata.
Risma dan Jokowi adalah figur
yang hebat dalam mengatasi
peliknya permasalahan ibu
kota, namun sebenarnya beban
keduanya tidak lah sama. Beban
yang dipikul Risma memang
sungguh berat, dan semakin berat
karena Risma harus memikulnya
seorang diri.
Ini sangat jauh berbeda
dengan Jokowi yang mana
bebean beratnya menjadi lebih
ringan karena ia tidak memikul
sendirian. Banyak pihak yang
membantu Jokowi namun
6. 6
Laporan Utama
kondisi jauh berbeda dengan
Risma.
Tak didukung penuh
PDI-P
Risma memang di dukung oleh
DPP PDI-P termasuk Megawati
namun tidak didukung pada
tingkat daerah (Surabaya) bahkan
terkesan menolaknya.
Gesekan internal PDI-P ini
yang kadang membuat Risma
jengah, karena pada tataran
tertentu posisi partai di daerah
lebih berkuasa dari pusat.
Kondisi ini ini berbeda dengan
Jokowi yang malah didukung
langsung oleh sang ketum
Megawati. Semua kompak
mendukung Jokowi mulai dari
DPP sampai pada tingkat anak
cabang (kecamatatan) di DKI.
Para anggota dewan di DPRD
dari PDI-P dan koalisinya
Gerindra juga kompak
mendukung Jokowo-Ahok .
Energi Jokowi juga terbagi
dengan Ahok yang juga klop
sebagai wakilnya untuk berbagi
tugas. Sangat berbeda dengan
Risma sebagai walikota, ia pikul
sendiri permasalahan.
Wakil walikota yang
seharusnya membantu tugasnya
malah terpilih figur yang pernah
bermasalah dengan dirinya
ditambah lagi proses pemilihanya
yang dianggap tidak prosedural
dan sepihak. Dan itu menjadi
problem tersendiri. Kedua, Risma
kurang mendapat dukungan me
dia. Kota Surabaya yang banyak
berubah tidak terlepas dengan
sikap Risma yang sering blusukan
juga, malah terjun langsung
menanganinya. Namanya
menyapu atau membersihkan
selokan adalah hal yang biasa.
Namun aksi luar biasa Risma
ini banyak luput dari sorotan
media massa baik cetak ataupun
televisi (main stream) dan
media sosial (maya). Dengan
minimnya sorotan ini membuat
fungsi kontrol sosial media
menjadi kurang efektif, terutama
membantu atau mendorong
program Risma dalam memberesi
peliknya permasalahan.
Dukungan media massa
sangat diperlukan setidaknya
dapat membentuk opini yang
baik kepada masyarakat. Seperti
langkah Risma yang akan
menghapus lokalisasi, atau pun
membereskan kebun binatang,
media kurang memberikan
dukungan penuh paling tidak
memberikan informasi yang
berimbang.
Langkah Risma memang
belum berhasil 100%, namun
kekurangan Risma ini perlu
diberi informasi yang pas
mengenai kendala dan tantangan
yang harus dihadapinya,
terutama dengan “tangan-tangan”
besar itu. Sehingga publik bisa
mengetahui dan paham akan
masalah sesungguhnya.
7. 7
Laporan Utama
PDIP Melewatkan
Momen Risma
Bila PDIP tak bisa menyelesaikan
masalah Risma secara bijak
dan cerdas, maka partai yang
sesungguhnya sedang naik
daun, bahkan beberapa
kalangan menilai
bakal memenang
kan Pemilu bakal
kehilangan momen.
8. 8
Laporan Utama
A
palagi, bila sampai
Risma mundur, sudah
dapat dipastikan
pamornya bakal cepat
memudar, dan elektabilitasnya turun
drastis. Yang diuntungkan tentunya
Golkar, yang sejak awal, melalui
Priyo Budi Santoso, mengambil
posisi sebagai juru selamat.
Priyo jugalah yang menarik
Risma untuk menemui pimpinan
DPR dan mengadukan masalahnya.
Sayangnya pertemuan tertutup
selama 30 menit itu ternyata tak
juga memberikan solusi jitu tentang
permasalahan di Surabaya, selain
hanya permintaan agar Risma
bertahan.
Berbagai persoalan diungkapkan
Risma kepada wakil rakyat. Mulai
dari ketidakcocokannya dengan
sang wakil, Wisnu Sakti Buana,
sampai tekanan politik terkait
pembangunan jalan tol tengah kota
Surabaya yang ditentangnya.
Risma berkeyakinan proyek itu
malah bakal membuat Surabaya
semakin macet, banjir dan
bisa mematikan perekonomian
masyarakat sekitarnya.
Risma lebih memilih
membangun jalan outer ring road
9. 9
Laporan Utama
timur dan barat untuk mengurangi
beban lalulintas dalam kota.
Terkait soal, Wisnu, Risma
mengaku tidak merasa sepaham
dan semisi dengan wakilnya itu.
Meski demikian Risma tidak
menuturkan secara terus terang
penyebab permasalahannya itu
kepada media. Risma hanya
mengatakan bila dia hanya ingin
bekerja untuk rakyat.
Diyakini, Wisnu juga lah yang
mempelopori pemakzulan Risma
saat dia menjabat sebagai Wakil
Ketua DPRD Surabaya. Yang
mengherankan, PDIP sangat tidak
peka dengan kondisi ini, dan
sepertinya memang menginginkan
Risma lengser dengan cara
apapun, atau kalaupun tidak mau
lengser, harus menuruti semua
perintahnya, termasuk proyek tol
dan KBS.
Dalam pertemuan itu, Priyo
dan pimpinan DPR lainnya akan
menganjurkan Kementerian
Dalam Negeri untuk meninjau
ulang pelantikan wakil walikota
tersebut.
Pihak Kemendagri dapat
mengoreksi kebijakan
sebelumnya tentang pembuatan
Surat Keputusan (SK)
pengangkatan Wisnu Sakti
Buana sebagai Wakil Walikota
Surabaya. Risma sendiri
mengaku sudah tidak tahan
menghadapi berbagai manuver
politik yang menghantam
dirinya.
Risma pun mengaku sempat
ditelepon oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono agar tidak
mundur. Namun keinginan
Risma saat ini hanyalah ingin
bertemu dengan Ketua Umum
PDIP Megawati Soekarnoputri.
PDIP pun akan sangat rugi
bila Risma mundur. Karena di
saat sinarnya sangat cemerlang
oleh Jokowi, langsung tertutup
oleh ketidakbecusan menangani
masalah Risma.
Sangat aneh memang kalau
pimpinan pusat tidak bisa
mengintervensi pimpinan
PDIP di daerah kecuali mereka
memiliki kepentingan yang
sama.
Di social media pun banyak
orang kecewa dengan PDIP,
bahkan ada yang sampai
mencabut dukungannya terhadap
partai berlambang banteng
moncong putih tersebut.
Dalam sistem birokrasi di
Indonesia, menjadi orang baik
dan jujur memang sangat sulit
dan sangat besar tantangannya.
Selain ada banyak orang yang
sakit hati, banyak musuh, dan tak
sedikit juga yang menekan atau
mengintimidasinya. Apalagi,
Risma seorang perempuan
yang sangat peka perasaannya,
sehingga pastinya bebannya
bertambah jadi berat.
Bila sudah begini, bila
pun Risma sampai mundur,
dapat dipastikan Golkar akan
menangkapnya dan langsung
menyandingkannya dengan
Aburizal Bakrie sebagai
wapresnya. Lawan yang sangat
sepadan dengan Jokowi, maupun
Prabowo Subianto.
PDIP pun akan
sangat rugi bila
Risma mundur.
Karena di saat
sinarnya sangat
cemerlang
oleh Jokowi,
langsung
tertutup oleh
ketidakbecusan
menangani
masalah Risma.
“
10. Laporan Pilihan
10
P
etinggi partai yang
dimaksud adalah Ketua
Harian Dewan Pembina
Partai Demokrat EE
Mangindaan yang mengatakan
pemenang Konvensi Demokrat
untuk diusung sebagai calon
presiden akan diumumkan
setelah hasil Pemilihan Legislatif
(Pileg) 2014.
Menurutnya, apabila
elektabilitas Demokrat
mencapai 15 persen baru
dimungkinkan untuk mengusung
capres.
“Habis survei akhir Maret,
itu dilihat ranking. Karena kita
mau lihat hasil Pileg dulu. Pileg
misalnya 7 atau 10 persen sangat
tergantung. Kalau 15 persen kita
mungkin bisa jadi
calon presiden,”
kata Mangindaan.
Namun, lanjut
Menteri
Konvensi Cawapres
Demokrat
Semangat peserta konvensi calon
presiden dari Partai Demokrat
mendadak turun setelah sikap
pesimisme ditunjukkan oleh petinggi
partai itu.
11. 11
Laporan Pilihan
Perhubungan itu, apabila dalam
Pileg Demokrat tidak mencapai
15 persen suara, koalisi dengan
parpol lain sangat dimungkinkan.
Bisa saja Demokrat hanya
mengusung calon wakil presiden.
“Kalau koalisi kita dengan
(parpol) kuat, beda lagi.
Mungkin bisa cawapres. Jadi
kalau kita umumkan capres tapi
elektabilitas partai berapa. Tapi
tidak ada istilah gagal. Mungkin
bisa jadi cawapres dari partai
lain,” tuturnya.
Dia pun tak menutup
kemungkinan akan berkoalisi
dengan Partai Golkar untuk
menggandeng Aburizal Bakrie.
“Bisa saja. Tapi namanya
wacana. Bisa saja capres
konvensi dicapreskan. Kita cari
capres yang elektabilitas survei
tinggi. Dulu SBY pada 2004
sudah 32 persen masih 3 bulan,
bersaing dua putaran dengan
Megawati. 2009 sudah di atas 50
persen, satu putaran. Elektbailitas
calon perlu diperhatikan,” ujar
Mangindaan.
Akhir tahun lalu bahkan isu
yang berkembang, Ketua Umum
Partai Demokratr meminta Ketua
Dewan Pembina Partai Gerindra
Prabowo Subianto untuk mau
menampung pemenang Konvensi
Patai Demokrat sebagai
cawapresnya. Namun isu tersebut
langsung ditepis Demokrat.
Isu lainnya, pemenang
Konvensi dapat dipastikan
hanya akan menjadi wapres dari
Hatta Rajasa meski lagi-lagi isu
tersebut ditepis.
Namun dari pengamatan
majalah Gotik, terdapat sejumlah
peserta Konvensi yang total ikut
dalam hajatan tersebut. Sebut
saja Gita Wirjawan, Dino Patti
Jalal, Anies Baswedan, Dahlan
Iskan, dan Pramono Edhie
Wibowo.
Mereka telah memiliki markas
beserta tim pemenangannya
dalam konvensi maupun nanti
saat maju sebagai capres
Demokrat. Mereka juga sangat
aktif turun ke jalan, pasar, lokasi
bencana, dan terjun langsung ke
tengah masyarakat. Wajar saja
bila sejumlah peserta kecewa
mengetahui partai yang akan
mengusung mereka hanya
menargetkan pemenang konvensi
jadi cawapres.
Menurut salah seorang peserta
konvensi Demokrat, Ali Masykur
Musa, pernyataan itu seharusnya
tidak perlu disampaikan secara
terbuka, karena akan pengaruhi
pelaksanaan konvensi sendiri
dan menurunkan semangat
berkompetisi antarperserta
konvensi yang ada.
“Justru seharusnya, pimpinan
Demokrat mendorong, agar
lebih yakin dan optimis, bahwa
Demokrat mampu bersaing,”
katanya.
Meski demikian, dia menilai
pernyataan Mangindaan memang
realistis, karena dalam politik
ada serba mungkin. Apalagi
dimungkinkan, tidak ada satu
pun parpol yang akan mencapai
dukungan di atas 20 persen
sesuai UU Pilpres. Karena itu,
koalisi adalah sesuatu yang pasti
dilakukan antarpartai dalam
menentukan pasangan presiden
dan wapres.
Dia menambahkan,
jika memang akan ada
perubahan strategi, sebaiknya
dikomunikasikan dengan peserta
konvensi.
Apabila
elektabilitas
Demokrat
mencapai 15
persen baru
dimungkinkan
untuk
mengusung
capres.
EE Mangindaan
12. 12
Laporan Pilihan
A
wal Juli 2013, tonggak
bersejarah bagi Partai
Hanura yang telah
mendeklarasikan
pasangan Calon Presiden dan
Wakil Presiden yang akan
diusung pada Pemilu Presiden
2014. Pasangan itu tak lain
adalah Ketua Umum Partai
Hanura Wiranto dan Hary
Tanoesudibdjo, Ketua Dewan
Pertimbangan merangkap Ketua
Bappilu Partai Hanura. Namun
demikian, deklarasi itu tak sepi
dari pro-kontra di internal Partai
Hanura dan menjadi perdebatan
publik.
Keputusan deklarasi Wiranto–
Hary Tanoe sebagai capres
dan cawapres Hanura segera
mendapat reaksi keras dari
salah satu Ketua DPP Hanura
Fuad Bawazier, ia tidak sepakat
dengan deklarasi Wiranto-Hary
Tanoesudibdjo karena tidak
dilakukan melalui Rapimnas.
Menurut Fuad, keputusan
deklarasi Wiranto–Hary Tanoe
menimbulkan masalah internal
karena tidak sesuai AD/ART.
Lebih lanjut, Fuad menilai
keputusan deklarasi tersebut
tidak realistis karena Partai
Hanura sulit untuk mencapai
Presidential Threshold 20 persen
suara, sehingga masih butuh
koalisi dengan partai lain.
Menanggapi hal itu, Sekretaris
Badan Pemenangan Pemilu
(Bappilu) Partai Hanura
Ahmad Rofiq menampik telah
terjadi perpecahan di internal
Hanura. Dia menilai, dalam
deklarasi Wiranto–Hary Tanoe
sudah dilakukan dengan cara
Wiranto-HT, Pasangan
Capres Penggembira
Disebut penggembira, masuknya
Harry Tanoe sebagai cawapres
bukannya malah mendongkrak
elektabilitas Wiranto yang memang
sudah sangat rendah, malah makin
melongsorkannya hingga mungkin di
bawah 1 %.
13. Laporan Pilihan
13
PrabowoSubianto
Wiranto
AburizalBakrie
MegawatiSoekarnoputri
19,8
15,4
14,4
13,3
4,8
demokratis. Menurutnya dalam
organisasi partai politik tidak
harus sepenuhnya satu suara.
Jika ada beberapa orang yang
tidak sepakat hal itu merupakan
bagian dari dinamika politik.
Lepas dari perdebatan internal
tentang mekanisme penetapan
capres-cawapres, apa yang
dikatakan Fuad Bawazier
cukup beralasan. Partai Hanura
harus bersikap realistis dalam
menerima kenyataan, bahwa
Hanura sulit mencapai 20%
suara sebagai syarat untuk bisa
mengusung capres sendiri.
Alih-alih memperoleh 20 persen
suara, untuk lolos parliamentary
threshold pun masih belum bisa
dipastikan.
Lihat saja hasil survei
beberapa lembaga yang bisa
dijadikan sebagai indikator.
Dari hasil survei tersebut
memperlihatkan posisi Hanura
cukup mengkhawatirkan untuk
bisa lolos PT.
Tren Elektabilitas
Tren elektabilitas Hanura
bisa dilihat dari hasil survei
sejak tahun 2012 sampai 2013
dari beberapa lembaga
polling berikut ini.
Dari data Lembaga
Survei Indonesia (LSI)
2012 yang dirilis di
Jakarta, menunjukkan
Partai Hanura
mengalami
penurunan elektabilitas
(perolehan suara) jika
dibandingkan dengan perolehan
suara di Pemilu 2009. Menurut
survei LSI, Partai Hanura hanya
sekitar 1,2 persen.
Begitu pula hasil survei Charta
Politika memprediksi Partai
Hanura sebagai salah satu partai
politik yang terancam tidak
lolos ke DPR pada Pemilu 2014.
Survei yang dilakukan Charta
Politika 2012 menunjukkan
perolehan suara Hanura hanya
1,6 persen.
Memasuki tahun 2013, posisi
elektabilitas Hanura tidak
beranjak naik secara signifikan.
Menurut data Lingkaran Survei
Indonesia (LSI Network) yang
dirilis bulan Maret 2013, tingkat
elektabilitas partai pimpinan
Wiranto itu hanya 2,6 persen dari
dua belas parpol peserta pemilu.
Sementara Wiranto sebagai
Calon Presiden menurut data LSI
Network hanya 8,2 persen.
Hasil survei Pusat Data
Bersatu (PDB) yang dilakukan
sejak tanggal 11 hingga 18 Juni
2013 bahkan menunjukkan
perolehan suara yang sangat
mengkhawatirkan, yakni
hanya 1,03 persen. Sedangkan
elektabilitas Wiranto sebagai
capres hanya 3,59 persen. Begitu
pula, hasil survei yang dirilis
oleh LIPI 27 Juni
2013, Partai
Hanura
hanya
memiliki
tingkat
14. Laporan Pilihan
14
elektabilitas 1,9 persen.
Sedangkan elektabilitas Wiranto
sebagai capres hanya 3,4 persen.
Sementara itu, versi survei
Soegeng Sarjadi School of
Goverment (SSSG), perolehan
suara Partai Hanura hanya 0,77
persen. Sedangkan elektabilitas
Wiranto sebagai Capres hanya
1,18 persen.
Namun demikian, selain hasil
survei di atas, ada hasil survei
yang hasilnya cukup membuat
senang Partai Hanura, setidaknya
bisa menjadi obat penenang dan
pelipur lara. Lembaga survei itu
tak lain adalah LSN (Lembaga
Survei Nasional) dan Lembaga
Survei Jakarta (LSJ).
Hasil survei kedua lembaga
tersebut berbeda dengan hasil
survei LSI, LIPI, PDB, LSI
Network, dan SSSG terkait soal
elektabilitas Hanura.
Jika dilihat dari data survei
LSJ, Hanura mendapatkan
suara sebanyak 5,8 persen dan
menempati posisi kelima dari
sepuluh partai politik peserta
Pemilihan Umum. Untuk posisi
capres elektabilitas Wiranto
mendapat 9,8 persen.
Pasangan Sim Salabim
Melihat masih rendahnya
elektabilitas Partai Hanura dan
Wiranto sebagai calon presiden
dalam survei nasional, maka
sangat beralasan jika ada yang
meragukan pasangan Wiranto–
Hary Tanoe dapat memenangi
Pilpres 2014 yang akan datang.
Namun demikian, bagi Wiranto
dan Hary Tanoe barangkali
memiliki pertimbangan yang
berbeda – yang membuat
keduanya tampil percaya diri dan
terus maju sebagai calon presiden
dan wakil presiden.
Tetapi boleh jadi, keduanya
sadar tidak akan
menang dalam
pertarungan
pilpres 2014,
sebab belum
ada indikator
kuat yang dapat
menjelaskan
berdasarkan
rasionalitas,
bahwa pasangan
Wiranto - HT bisa
menang dalam
pilpres 2014.
Jika demikian, apa yang
menjadi target deklarasi
Wiranto – HT menjadi capres
dan cawapres. Apakah sekadar
maju sebagai calon presiden
untuk mendongkrak popularitas
dengan mengandalkan media dan
kekuatan finansial yang dimiliki
Hary Tanoe. Sebab, menurut
Wiranto, yang penting ada satu
keberanian, masalah kalah
menang soal nanti, paling tidak
sudah dibangun budaya baru
dengan deklarasi secara dini.
Atau memang deklarasi
pasangan Wiranto–HT benar-
benar didasarkan pada keyakinan
dan optimisme bakal terpilih di
pilpres 2014 – dengan hanya
mempertimbangkan aspek
kekuatan media dan finansial.
Dan apakah karena pertimbangan
itu pula yang membuat Wiranto-
HT yakin dengan mudah bisa
melakukan koalisi dengan partai
lain untuk memenuhi kuota
Presidential Threshold 20 persen.
Jika benar demikian, maka yang
harus diingat adalah bahwa
dalam strategi politik elektoral,
apalagi Pemilihan Presiden
tidaklah cukup mengandalkan
dua instrumen; media dan
finansial. Sebab, masih
banyak instrumen lain yang
memengaruhi pemilihan Calon
Presiden-Wakil Presiden.
Masih banyak
instrumen lain yang
memengaruhi
pemilihan Calon
Presiden-Wakil
Presiden.
15. Sorotan
Penyadapan Jokowi Gubernur
DKI Jakarta menjadi berita.
Banyak spekulasi berkembang
terkait penyadapan ini. Seperti
diketahui bahwa Sekretaris
Jenderal PDI Perjuangan
Tjahjo Kumolo yang mengungkap
penyadapan ini ke publik melalui
media massa pertama kali pada 20
Februari 2014.
Penyadapan di
Rumah Jokowi
Misteri
15
16. 16
Sorotan
P
enyadapan itu dilakukan
di di tiga tempat
tersembunyi di rumah
Jokowi, yaitu di tempat
tidur, di ruang tamu, dan di
tempat makan. Terbongkarnya
aksi penyadapan ini 3 bulan
sebelum pengungkapan Tjahjo
ke publik yaitu sekitar bulan
Desember 2013. Sumber disini.
Sontak, apa yang diungkap
oleh Tjahjo tentang penyadapan
Jokowi tersebut mengegerkan
jagad perpolitikan di tanah
air. Kontoversi dan spekulasi
pun berkembang. Lalu siapa
sebenarnya penyadap Jokowi,
dan apa tujuannya? Dan anehnya
kenapa penyadapan baru
diungkapkan sekarang?
Sebagaimana kita ketahui
bersama bahwa Joko Widodo
(Jokowi) sang Gubernur DKI
Jakarta adalah calon yang
digadang-gadang oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia
untuk menggantikan Presiden
SBY yang habis masa jabatannya
di tahun 2014 ini.
Hampir semua lembaga
survei menempatkan Jokowi
di tempat teratas sebagai calon
presiden yang mendapat simpati
masyarakat. Terakhir Pusat
Kajian Pancasila, Hukum, dan
Demokrasi Universitas Negeri
Semarang (Puskaphdem-Unnes)
menempatkan Joko Widodo
di tempat teratas sebagai
calon presiden dari tokoh
muda yang paling potensial
dan mendapatkan dukungan
masyarakat, kemudian berturut-
turut disusul oleh Priyo Budi
Santosi, dan Hary Tanoe.
Elektabilitas Jokowi mencapai
20,28 persen, Priyo Budi Santoso
(16,26 persen), dan Hary Tanoe
(11,3 persen).
Jokowi karena prestasi
kepemimpinannya yang diakui
baik di dalam negeri maupun di
dunia, menjadikan kegiatannya
diliput oleh media.
Dia tidak berambisi untuk
menjadi presiden, tetapi justru
inilah Jokowi berulang kali
menempati tempat teratas dari
hampir berbagai survei sebagai
calon presiden harapan sebagian
rakyat Indonesia.
PDIP tentu saja gembira
dengan besarnya antusiasme
dukungan terhadap Jokowi.
Jokowi adalah tiket kemenangan
PDIP untuk bisa memenangkan
pemilu. Dan tentu saja PDIP
17. 17
Sorotan
berkepentingan untuk menjaga
stabilitas antusiasme dukungan
terhadap Jokowi.
Belum Dicapreskan
Walaupun demikian,
moncernya Jokowi tidak
serta merta membuat PDIP
mendeklarasikannya sebagai
calon presiden pada pilihan
presiden 2014 mendatang.
Semua mata mengarah kepada
Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnopoetri, karena
ditangannyalah keputusan
pencapresan Jokowi itu
berada. Tentu saja diam dan
bergemingnya Megawati ini
membuat tidak sabar tidak hanya
lawan politik PDIP, bahkan juga
pendukung Jokowi.
Lawan politik PDIP dan
Jokowi tidak akan membiarkan
perjalanan Jokowi mulus untuk
menuju kursi presiden. Setiap
ada kesempatan baik itu capres-
capres lainnya, partai-partai
lawan PDIP maupun para
pembenci Jokowi (Jokowi haters)
terus menyerang Jokowi demi
untuk mendowngrade Jokowi.
Serangan-serangan yang tak
logis semisal Jokowi mesti
bertanggung jawab terhadap
terbakarnya 1,000 rumah di
wilayah Jakarta, penggunaan
dana operasional milyaran,
dan lain-lain serta yang
terakhir macet, banjir dan
kontroversi BKTB diarahkan
kepada Jokowi. Jokowi dalam
menghadapi serangan-serangan
itu menghadapi dengan
tidak membalas serangan
itu, tetapi sebaliknya malah
mementahkannya dengan bekerja
keras memecahkan masalah yang
dijadikan sebagai alat untuk
menyerangnya.
Dan sampai saat ini bahkan
simpati kepada Jokowi justru
bertambah. Bukti yang paling
nyata adalah fenomena
desakan para Jokowi Lover
kepada Megawati yang mulai
bermunculan secara sporadis
di seluruh wilayah Indonesia
agar PDIP segera mencapreskan
Jokowi. Terakhir deklarasi
dukungan Jokowi muncul dari
Jawa Timur.
Tak disukainya Jokowi
sebagai capres yang digadang-
gadang oleh sebagian besar
masyarakat, tak hanya berasal
dari luar PDIP bahkan dari
dalam dalam PDIP sendiri.
Hal ini jelas bisa diketahui
dengan dimunculkannya usulan
Semua mata mengarah kepada
Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnopoetri, karena
ditangannyalah keputusan
pencapresan Jokowi itu berada.
“
18. 18
Sorotan
pencapresan Megawati oleh
orang-orang di sekitar Megawati.
Tentu saja hal ini
menyebabkan Megawati
semakin diam mengunci mulut
terkait keputusannya terhadap
Jokowi. Megawati ingin kader-
kader PDIP tidak retak bahkan
bermusuhan. Megawati mengaca
dari pengalaman kasus Partai
Demokrat yang rusak dari dalam
karena perpecahan antar elit-elit
pimpinannya, sehingga saling
menjatuhkan dengan saling
mengungkap kasus-kasus yang
menimpa di antara mereka.
Diamnya Megawati ini justru
dibaca dan disalahmengertikan
oleh sebagian kalangan intern
PDIP itu, bahwa Megawati masih
berkeinginan menjadi Presiden.
Lontaran sebagian intern PDIP itu
menimbulkan aksi yang berujung
“Jokowi Yes, PDIP No”.
Lontaran isu penyadapan di
rumah dinas Jokowi oleh Tjahjo
Kumolo adalah juga merupakan
bukti ketidakharomonisan
intern PDIP. Tjahjo menyadari
bahwa untuk mendowngrade
Jokowi tidak bisa dengan jalan
menyerang pekerjaan Jokowi,
karena Jokowi adalah orang kerja
yang hampir semua pekerjaannya
memberikan hasil memuaskan.
Sulit menjatuhkan Jokowi dari
sisi ini.
Semua rakyat mengetahui jika
Jokowi serius dan profesional
dalam bekerja, karena itu
untuk membuat Jokowi
tidak berkonsentrasi dalam
pekerjaannya dilontarkanlah isu
penyadapan yang terjadi 3 (tiga)
bulan sebelumnya.
Pada akhirnya Jokowi sejak isu
ini dilontarkan sampai sekarang,
Jokowi lah dikejar-kejar untuk
menjelaskan duduk persoalan
isu penyadapan ini, kenapa
sampai tidak dilaporkan kepada
kepolisian jika memang benar-
benar disadap.
Lawan-lawan politik yang
tidak menyukai Jokowi mulai
memberondong tuntutan
penjelasan dari Jokowi dari
berbagai pertanyaan. Isu
penyadapan ini jelas ini
mengalihkan konsentrasi
Jokowi dalam bekerja. Saat
ini pemberitaan di hampir
media massa terkait pekerjaan
Jokowi mulai bergeser pada isu
penyadapan Jokowi. Ini jelas
tidak produktif. Tjahjo yang
melontarkan, Jokowi yang sibuk
memberikan keterangan.
Sulit jika isu penyadapan ini
tidak dilaporkan kepada polisi
apapun alasannya. Penyadapan
adalah isu yang serius, apalagi
dilakukan terhadap Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo,
calon yang digadang-gadang
oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia.
Pihak POLRI hendaknya
mengambil inisiatif untuk
menyelidiki kasus penyadapan
ini baik ada atau tidaknya
laporan dari Jokowi. Karena
yang disadap adalah lembaga
pemerintahan daerah. Pihak
POLRI harus mengungkap
siapa pelaku penyadapan itu.
Karena penyadapan tanpa hak
merupakan tindak pidana.
Hal ini diatur dengan tegas
dalam UU No 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi Pasal
40 yang menyatakan, bahwa
setiap orang dilarang melakukan
kegiatan penyadapan atas
informasi yang disalurkan
melalui jaringan telekomunikasi
dalam bentuk apapun.
Pelanggaran terhadap ketentuan
ini diancam pidana 15 (lima
belas) tahun penjara.
Pihak POLRI
harus
mengungkap
siapa pelaku
penyadapan
itu. Karena
penyadapan
tanpa hak
merupakan
tindak pidana.
19. 19
Sorotan
A
jang pemilihan
capres internal yang
telah digelar sejak
pertengahan tahun lalu
tentunya merupakan pencurian
start kampanye yang paling
nyata, sebut saja Konvensi Partai
Demokrat, yang kemudian
dilanjutkan Pemilihan Raya PKS.
Waktu yang hampir sembilan
bulan untuk sebuah Konvensi
PD merupakan ajang merebut
simpati rakyat paling lama dan
paling makan banyak biaya,
karena setiap peserta diharuskan
mensosialisasikan visi, misi dan
program kerjanya ke tengah
masyarakat.
Mereka ke lapangan tentunya
membawa simbol-simbol
Partai Demokrat dan juga
menyampaikan program dan
pandangan partai yang didirikan
Presiden SBY tersebut, sehingga
sama saja merupakan sebuah
kampanye yang terang-terangan.
Kita ingat pada pemilu
Banyak yang Curi Start
Kampanye, Bawaslu Diam
Sejumlah partai, baik partai besar
maupun partai medioker secara
terang-terangan terus mencuri start
kampanye menjelang Pemilihan
Umum Legislatif dan Presiden.
20. 20
Sorotan
sebelumnya, kumpul di sebuah
ruangan untuk berdiskusi saja
langsung dibubarkan aparat
penegak hukum karena dianggap
kampanye, dan ini malah
dilakukan di lapangan terbuka.
Tak hanya Demokrat, PKS
juga secara jelas melanggar
aturan Pemilu, karena juga
mengumpukman kadernya di
sebuah lapangan, dan sang capres
menyampaikan visi dan misinya
bila dia jadi presiden.
Hal itu karena KPU tidak
pernah menetapkan aturan
kampanye konvensi partai,
seperti di AS. Dan kegiatan yang
paling baru akhir-akhir ini adalah
Apel Siaga Nasional Demokrat
(Nasdem). Ribuan orang terlibat
didalamnya, baik pemain,
pengisi acara, dan show off kader
Nasdem dari seluruh Indonesia.
Acara ini juga sekaligus ingin
menunjukkan kekuatan partai
baru ini di kancah perpolitikan
Indonesia, partai baru dengan
‘rasa’ Golkar karena didirikan
oleh mantan elit elit Golkar.
Surya Paloh mengklaim bahwa
ini adalah konsolidasi besar Partai
Nasdem dalam menghadapi
Pemilu legislatif April mendatang.
Acara yang dirangkaikan dengan
pelantikan secara simbolis DPR
(Dewan Pimpinan Ranting)
seluruh Indonesia ini dihadiri
kurang lebih 180 ribu kader
seluruh Indonesia.
Sedikit mengkritisi Gelar
Apel siaga ini, jika dilihat
dari kacamata publik ini bisa
dikatakan kampanye terbuka.
KPU sudah mengingatkan bahwa
kampanye terbuka hanya boleh
dilakukan selama 21 hari sebelum
masa tenang dan aturan kampanye
sudah diatur dalam regulasi KPU
nomor 6 tahun 2013.
Aturan ini mengikat semua
partai politik termasuk Partai
Nasdem, setidaknya partai politik
bisa menahan diri.
Jika Gelar Apel Siaga
Partai Nasdem ini dianggap
melanggar aturan pemilu,
maka pelanggaran ini masuk
dalam kategori tindak pidana
pemilu dan Badan Pengawasan
Pemilihan Umum (Bawaslu)
sebagai badan pengawas pemilu
berhak memberikan sanksi atas
pelanggaran jadwal kampanye
setelah memberikan rekomendasi
pada KPU untuk menegur partai
politik yang bersangkutan.
Pelanggaran pemilu dengan
melakukan kampanye diluar
jadwal bukan saja melanggar
pidana pemilu tetapi juga sudah
melanggar administratif. Dan
sesuai Undang- Undang pemilu,
kampanye terbuka diluar jadwal
bisa diancam pidana kurungan 1
tahun penjara dan denda maximal
12 juta.
21. 21
Profil Partai
P
artai Demokrasi
Indonesia itu lahir dari
hasil fusi 5 (lima) partai
politik, yaitu PNI, Partai
Kristen Indonesia (Parkindo),
Partai Katolik, Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia (IPKI),
dan Murba.
Setelah melalui proses yang
panjang akhirnya pada tanggal
10 Januari 1973 tepat jam 24.00
di Kantor Sekretariat PNI di
Jalan Salemba Raya 73 Jakarta,
disepakati fusi 5 Partai Politik
PDIP Lahir dari Keringat & Darah
Nasionalisme
Harga Mati
PDI Perjuangan merupakan partai
politik yang sebenarnya adalah
partai yang secara langsung
memiliki tali kesejarahan dengan
partai politik masa orde lama. PDI
Perjuangan sebenarnya kelanjutan
dari Partai Demokrasi Indonesia
yang berdiri pada tanggal 10
Januari 1973.
22. 22
Profil Partai
menjadi satu wadah Partai yang
bernama Partai Demokrasi
Indonesia.
Deklarasi ditandatangani oleh
wakil kelima partai yaitu MH.
Isnaeni dan Abdul Madjid (PNI),
A. Wenas dan Sabam Sirait
(Parkindo), Beng Mang Rey
Say dan FX. Wignyosumarsono
(Partai Katolik), S. Murbantoko
R. J. Pakan (Murba) dan Achmad
Sukarmadidjaja dan Drs. Mh.
Sadri (IPKI).
Namun, dalam perjalanannya,
hingga saat Kongres IV, konflik
internal tak pernah berhenti
mendera partai berlambang
banteng tersebut. Kongres IV di
Medan pun gagal dan berakhir
dengan kericuhan.
Setelah gagalnya Kongres
IV PDI yang berlangsung di
Medan, muncul nama Megawati
Soekarnoputri yang diusung
oleh warga PDI untuk tampil
menjadi Ketua Umum. Megawati
dianggap mampu menjadi tokoh
pemersatu PDI.
Dukungan terhadap Megawati
semakin kuat dalam bursa calon
Ketua Umum DPP PDI. Muncul
kekhawatiran pemerintah dengan
fenomena tersebut. Pemerintah
tidak ingin Megawati tampil
sebagai Ketua Umum PDI.
Kendati penghadangan oleh
pemerintah terhadap Megawati
untuk tidak maju sebagai
kandidat Ketua Umum sangat
kuat, keinginan sebagian besar
peserta KLB untuk menjadikan
Megawati sebagai Ketua Umum
DPP PDI tidak dapat dihalangi
hingga akhirnya Megawati
dinyatakan sebagai Ketua Umum
DPP PDI periode 1993-1998
secara de facto.
Untuk menyelesaikan konflik
PDI,atas prakarsa pemerintah,
digelar Musyawarah Nasional
(Munas) pada tanggal 22-23
Desember 1993 di Jakarta
dan secara de jure Megawati
Soekarnoputri dikukuhkan
sebagai Ketua Umum DPP PDI.
Berakhirnya Munas ternyata
tidak mengakhiri konflik internal
PDI. Kelompok Soerjadi sangat
gencar melakukan penggalangan
ke daerah-daerah dengan
tujuan untuk mendapatkan
dukungan menggelar Kongres.
Dan Kongres pun benar-benar
berlangsung di Medan, pada
1997.
Meskipun masa pendukung
Megawati yang menolak
keras Kongres Medan, namun
Pemerintah tetap mengakui
hasil Kongres tersebut dan
menyatakan PDI hasil Kongres
Medan sebagai peserta Pemilu
tahun 1997.
Tanggal 25 Juli 1996 Presiden
Soeharto menerima 11 pengurus
DPP PDI hasil Kongres Medan
yang dipimpin oleh Soerjadi
selaku Ketua Umum dan Buttu
Hutapea selaku Sekretaris
Jenderal. Hal ini semakin
23. 23
Profil Partai
membuat posisi Megawati
dan para pengikutnya semakin
terpojok.
Sabtu Kelabu 27 Juli
Masa pendukung Megawati
mengadakan “Mimbar
Demokrasi” di halaman Kantor
DPP PDI di Jalan Diponegoro
hingga pada tanggal 27 Juli 1996,
kantor DPP PDI diserbu oleh
ratusan orang berkaos merah
yang bermaksud mengambil
alih kantor DPP PDI. Peristiwa
ini kemudian dikenal dengan
Peristiwa “Sabtu Kelabu 27 Juli”
yang banyak menelan korban
jiwa.
Pada Pemilu 1997 Megawati
melalui Pesan Hariannya
menyatakan
bahwa PDI
dibawah
pimpinannya
tidak ikut
kampanye atas
nama PDI.
Pemilu 1997
diikuti oleh
PDI di bawah
kepemimpinan
Soerjadi.
Tahun 1998
membawa
angin segar bagi
PDI dibawah
kepemimpinan
Megawati. Di
tengah besarnya
keinginan
masyarakat
untuk melakukan
reformasi politik,
PDI di bawah kepemimpinan
Megawati kian berkibar, terutama
pasca Lengsernya Soeharto.
Pada tanggal 8-10
Oktober 1998, PDI di bawah
kepemimpinan Megawati
menyelenggarakan Kongres
V PDI yang berlangsung di
Denpasar Bali. Kongres ini
berlangsung secara demokratis
dan dihadiri oleh para duta besar
negara sahabat.
Di dalam Kongres V PDI,
Megawati Soekarnoputri terpilih
kembali menjadi Ketua Umum
DPP PDI periode 1998-2003
secara aklamasi.
Didalam Kongres tersebut,
Megawati diberi kewenangan
khusus untuk mengambil
langkah-langkah organisatoris
dalam rangka eksistensi
partai, NKRI dan UUD 1945,
kewenangan tersebut dimasukan
di dalam AD-ART PDI.
Meskipun pemerintahan sudah
berganti, namun yang diakui oleh
Pemerintah adalah masih tetap
PDI dibawah kepemimpinan
Soerjadi dan Buttu Hutapea.
Oleh karenanya agar dapat
mengikuti Pemilu tahun 1999,
Megawati mengubah nama
PDI menjadi PDI Perjuangan
pada tanggal 1 Februari 1999,
kemudian dideklarasikan pada
tanggal 14 Februari 1999 di
Istoran Senayan Jakarta.
Pemilu tahun 1999 membawa
berkah bagi PDI Perjuangan,
dukungan yang begitu besarnya
dari masyarakat menjadikan
PDI Perjuangan sebagai
pemenang Pemilu dan berhasil
menempatkan wakilnya di DPR
sebanyak 153 orang.
Dalam perjalananya kemudian,
Megawati terpilih sebagai Wakil
Presiden mendampingi KH
Abdurahman Wahid yang terpilih
didalam Sidang Paripurna MPR
sebagai Presiden Republik
Indonesia Ke - 4.
Meski sebagai partai penguasa,
PDI Perjuangan ternyata tidak
mampu meraih kemenangan
di dalam Pemilu Legislatif dan
Pemilu Presiden tahun 2004.
PDI Perjuangan hanya mampu
memperoleh suara diurutan
kedua dengan 109 kursi di DPR.
24. 24
Profil Partai
C
ita-cita luhur untuk
membangun dan
mewujudkan Indonesia
yang merdeka,
berdaulat, bersatu, demokratis,
adil dan makmur serta beradab
dan berketuhanan sebagaimana
termaktub di dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah merupakan
cita-cita bersama dari seluruh
rakyat Indonesia.
Perwujudan cita-cita bersama
tersebut menuntut keterlibatan
semua kekuatan bangsa, baik
secara individual maupun secara
kolektif, sekaligus merupakan
hak dan tanggung jawab seluruh
rakyat.
PDI Perjuangan sebagai
wadah dan alat perjuangan
serta kekuatan politik
rakyat berasaskan Pancasila
sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sesuai
jiwa dan semangat lahirnya pada
1 Juni 1945.
Di dalam perwujudannya, PDI
Perjuangan mempunyai jati diri
kebangsaan, kerakyatan, dan
keadilan sosial dengan watak
demokratis, merdeka, pantang
menyerah, dan terbuka yang
seluruhnya merupakan modal
perjuangan untuk membangun
bangsa dan karakter bangsa serta
menggerakkan kekuatan dan
memperjuangan aspirasi rakyat
menjadi kebijakan negara.
Untuk itu PDI Perjuangan
mempunyai tugas
mempertahankan dan
mewujudkan cita-cita Negara
Proklamasi 17Agustus 1945,
melaksanakan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dalam
kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta
mempersiapkan kader Bangsa.
Oleh karena itu, melalui
kekuatan dan kekuasaan
politik yang senantiasa akan
diperjuangkan, PDI Perjuangan
bertekad untuk mewujudkan
kehidupan kebangsaan yang
bebas, merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur
dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Lahirnya PDI-Pdapat
dikaitkan dengan peristiwa 27
Juli 1996, dimana kantor DPP
PDI diserbu oleh ratusan orang
berkaos merah yang bermaksud
mengambil alih kantor DPPPDI.
Peristiwa ini kemudian dikenal
dengan Peristiwa “Sabtu Kelabu
27 Juli” yang banyak menelan
korban jiwa. Hasil dari peristiwa
ini adalah tampilnya Megawati
Soekarnoputri di kancah
perpolitikan nasional.
Walaupun sebelum peristiwa
ini Megawati tercatat sebagai
Ketua Umum Partai Demokrasi
Indonesia dan anggota Komisi
I DPR, namun setelah peristiwa
inilah, namanya dikenal di
seluruh Indonesia.
Setelah dibukanya kehidupan
kepartaian politik oleh Presiden
Habibie, untuk menyongsong
Pemilu 1999, PDIPdidirikan.
Pemilu tahun 1999 membawa
berkah bagi PDI Perjuangan,
dukungan yang begitu besarnya
dari masyarakat menjadikan
PDI Perjuangan sebagai
pemenang Pemilu dan berhasil
menempatkan wakilnya di DPR
sebanyak 153 orang.
Dalam perjalanannya
kemudian, Megawati terpilih
sebagai Wakil Presiden mendam
pingi KHAbdurahman Wahid
yang terpilih didalam Sidang
Paripurna MPR sebagai Presiden
Republik Indonesia Ke-4.
Setelah Kongres I PDI
Perjuangan tahun 2000, pada
tahun 2001 Megawati diangkat
menjadi Presiden Republik
Indonesia Ke-5 menggantikan
KHAbdurahman Wahid yang
diturunkan dalam Sidang
Istimewa MPR-RI. Diangkatnya
Megawati Soekarnoputri sebagai
Presiden RI ke-5 membawa
perubahan pada sikap politik
PDI Perjuangan dan cap sebagai
partai penguasa melekat di PDI
Perjuangan.
Sayangnya, partai ini hanya
solid saat tidak berkuasa. Dan
manakala kekuasaan itu datang,
kadernya begitu kemaruk
mereguk kekuasaan hingga lupa
diri dan banyak terjebak pada
korupsi. Penjualan aset-aset
negara pun merupakan sesuatu
hal yang menjadi nilai minus
partai tersebut.
PDIP Solid Saat
Tak Berkuasa
25. Profil Caleg
ParniHadi,calonDPDRIDapilDKIJakarta
Sahabat Dhuafa
& Disabilitas
K
emudian di tahun 1980-an, dia
merintis perwakilan LKBN
Antara untuk wilayah Eropa di
Hamburg – Jerman Barat.
Tahun 1993 dia menjadi Pemimpin
Umum/Pemimpin Redaksi Harian
Republika di bawah bendera PT Abdi
Bangsa. Karirnya terus menanjak
di tahun 1998 – 2000 sebagai
Pemimpin Umum/
Pemimpin Redaksi
LKBN Antara.
Pada tahun
1999, Parni
Parni Hadi, nama
yang tidak asing bagi
insan pers nasional.
Rekam jejaknya
di dunia pers telah
dikenal mulai dari
tahun 1970-an sebagai
reporter LKBN Antara
biro Inggris dan reporter
Istana Presiden.
25
26. 26
Profil Caleg
Hadi menerima penghargaan Bintang
Mahaputra Utama sebagai Tokoh Pers
Nasional . Jabatan terakhir di dunia
pers yaitu sebagai Direktur Utama
RRI (2005 -2010).
Di bidang jurnalisme, Parni pernah
mendapatkan Bintang Mahaputra
Utama sebagai Tokoh Pers Nasional
1999.
Sebagai tokoh pers nasional Parni
tidak hanya berkecimpung di dunia
kewartawanan, dia juga berperan aktif
dalam kegiatan sosial, budaya, dan
teater.
Salah satu lembaga sosial dan
kemanusiaan yang didirikannya
bersama rekan-rekan wartawan
dan sudah beroperasi di dalam dan
luar negeri adalah Dompet Dhufa
Republika. Hingga kini ParniHadi
masih menjabat sebagai Ketua
Yayasan tersebut.
Latar Belakang
Sebenarnya sejak dia menjabat
di lembaga-lembaga negara yang
strategis, dia sering ditawarkan untuk
bergabung di berbagai partai politik.
Namun, Parni selalu menolak dengan
halus. Lalu, mengapa di tahun ini
beliau mencalonkan diri sebagai
anggota DPD RI?
Alasan utamanya adalah para
pendukungnya bukan dari partai
politik, melainkan dari komunitas
dhuafa dan disabilitas. Menurutnya,
kaum dhuafa harus diberdayakan
untuk mendapatkan hidup yang layak,
bukan dengan cara memberi dan belas
kasihan. Kemudian, Jakarta sebagai
Nama : Parni Hadi
Tempat/Tanggal Lahir : Madiun, 13 Agustus 1948
Agama : Islam
Pendidikan :
1. IKIP – Bahasa Inggris
2. Science Journalism, Jerman
3. Kursus Singkat Lemhannas (KSA) Angkatan VI
4. Magister Management pada Technological University of the Philippines
Pekerjaan :
1. LKBN Antara sejak 1973-2000. Jabatan terakhir Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi 1998-2000
2. Managing Editor, Indonesia Magazine, 1978-1979
3. Staf Ahli NDIO (National Development Information Office), 1986-1990
4. Sekretaris Eksekutif Media Center KTT Non Blok, 1992
5. Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Umum REPUBLIKA/Direktur Produksi PT. Abdi Bangsa,
1993-1997
6. Pemimpin Umum Harian Umum REPUBLIKA, 1997-2000
7. Pendiri dan Pemimpin Redaksi “Earth Wire Service”, (Jaringan Pertukaran Berita Lingkungan Hidup)
bekerjasama dengan UNESCO, 1992-Sekarang,
8. Pendiri/Ketua Yayasan Dompet Dhuafa REPUBLIKA,1993-Sekarang
9. Pendiri/Komisaris PT Indonesia Media Network (Internet), 1995-2000.
10. Pengurus Yayasan Abdi Bangsa, 1995-2000
11. Pendiri Majalah UMMAT, 1997-1999
12. Ketua Dewan Redaksi Tabloid TEKAD, 1998-2000
13. Penasihat ahli Kapolri bidang komunikasi,1999-2006
14. Talkshow Master/Host di MetroTV, TVRI, TV 7, RadioTrijaya FM, Radio Suara Metro, 2001-2005.
15. Widyaiswara/Dosen Tamu di LEMHANNAS, SESPIM POLRI, SESKOAL, SESKOAU
16. Dirut RRI 2005-2010
17. Pemimpin Umum Majalah SwaraCinta (2011-)
Afiliasi Profesi :
1. Anggota Dewan Siaran Nasional, 1991-1995
2. Wakil Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, 1988-1993
3. Anggota Dewan Pers, 1988-1998
4. Sekretaris Jenderal Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA), 1988-1991
5. Sekretaris Jenderal PWI, 1993-1998
6. Ketua Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), 1999-2004.
7. Anggota Badan Pertimbangan SPS, 2004-2008.
27. 27
Profil Caleg
ibukota negara belum “ramah”
terhadap kaum disabilitas untuk
mengakses fasilitas publik seperti
transportasi.
Terkait dengan strategi
pemenangan, Parni menyebutnya
berat. Hal itu dia ungkapkan
dalam pertemuan para
pendukungnya di rumah makan
pecel madiun di kawasan
Ragunan, Jakarta kepada
puluhan ketua komunitas yang
mendukungnya pada hari Rabu
(12/2).
Komunitas yang berkumpul
saat itu sangat beragam, mulai
dari komunitas disabilitas,
pencak silat, ulama, UKM,
relawan medis, hingga penggiat
media sosial yang siap membantu
secara sukarela.
Sebagai calon anggota DPD
RI Dapil DKI Jakarta, Parni
Hadi harus bersaing dengan 35
orang calon lainnya, sedangkan
kursi yang diperebutkan hanya 4
orang.
“Pantang bagi saya
menggunakan dana kaum
dhuafa maupun dari sumbangan
pengusaha untuk membiayai
kampanye ini. Silahkan dicarikan
cara yang cerdas dan efektif.
Uang pensiun saya tidak cukup
untuk berkampanye di media
TV dan pengumpulan massa.
Dan, Saya tidak bernafsu untuk
pidato di hadapan ribuan massa,”
katanya.
Parni Hadi di kalangan usia
35 tahun masih dikenal, namun
untuk usia pemilih 17-30 tahun
masih belum begitu dikenal.
Strategi yang akan dilakukan
adalah lewat media sosial yang
sedang digandrungi masyarakat
Indonesia, khususnya Jakarta.
Pengguna media sosial di Jakarta
mencapai 9 juta pengguna dan
70% nya berusia 17-25 tahun.
Jadi, strategi yang dilakukan
adalah kampanye media sosial
dengan mengusung konten untuk
pemberdayaan kaum dhuafa dan
disabilitas. Ide menarik lainnya
yang tercetus dari komunitas
pencak silat adalah mengangkat
budaya pencak silat untuk
didaftarkan sebagai warisan
luhur bangsa Indonesia di
UNESCO PBB.
Sebagai tokoh nasional
dan memiliki kolega di dunia
internasional Parni Hadi berani
mengemban tugas ini untuk
kampanyenya. Parni juga pernah
menyabet Kalpataru tingkat DKI
2008.
Kata “Berat” akan menjadi
“Ringan” jika dukungan
sukarela mengalir dari pemilih
cerdas dengan kampanye
cerdas. Pilihlah wakil Anda
di DPD RI dengan calon yang
rekam jejaknya telah teruji.
Dukungan kepada Parni Hadi
dapat disalurkan di media sosial,
Fanpage Facebook: www.
facebook.com/ParniHadi,
Twitter: @ParniHadi01, dan
website www.parnihadi.com
kaum dhuafa harus diberdayakan untuk mendapatkan
hidup yang layak, bukan dengan cara memberi dan
belas kasihan dan Jakarta sebagai ibukota negara
belum “ramah” terhadap kaum disabilitas untuk
mengakses fasilitas publik seperti transportasi
28. Serba-Serbi
28
P
artai Golkar menyatakan
telah siap memenangkan
Pemilihan Umum
(Pemilu) 2014. Hal
ini disebabkan Partai Golkar
memiliki Juru Kampanye
Nasional (Jurkamnas) dan Juru
Kampanye Daerah (Jurkamda)
yang tersebar di seluruh pelosok
Indonesia.
“Kami satu-satunya partai
di Indonesia yang memiliki
Jurkamnas dan Jurkamda hingga
ke tingkat kecamatan dan desa
di seluruh wilayah di Tanah
Air,” ujar Sekretaris Umum
BKPP DPP Partai Golkar, Rully
Chairul Azwar dalam konferensi
pers tentang “Partai Golkar Siap
Memenangkan Pemilu 2014 di
Media Lounge AMPI, Komplek
DPP partai Golkar, Slipi, Jakarta
Barat, Senin (17/2/2014).
Menurutnya, saat ini Partai
Golkar menyebar 50.000
Jurkamnas dan Jurkamda untuk
menjelaskan program-program
Golkar kepada masyarakat.
Para Jurkamnas dan Jurkamda
itu terdiri dari para caleg DPR
RI, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota, pengurus
Golkar, tokoh masyarakat, serta
simpatisan partai Golkar.
Sebelum terjun langsung
ke masyarakat, kata Rully
Chairul Azwar, para Jurkamnas
dan Jurkamda telah diberi
pelatihan untuk memantapkan
langkah-langkah sosialisasi
dan mobilisasi yang efektif dan
efisien. Rully yakin kehadiran
Jurkamnas dan Jurkamda dapat
meningkatkan perolehan suara
Partai Golkar secara nasional.
Rully menilai, para Jurkamnas
dan Jurkamda merupakan
kader-kader yang teruji dalam
menggerakan mesin partai dan
memberikan solusi terhadap
aspirasi masyarakat. “Mereka
adalah kader-kader yang mampu
membaur dengan masyarakat
setempat,” tegasnya.
Sementara Anggota Fraksi
Partai Golkar DPR RI Meutya
Hafid menambahkan, Pemilihan
Legislatif (Pileg) maupun
Pemilihan Presiden (Pilpres)
yang sudah di depan mata akan
dimenangkan oleh Partai Golkar
apabila semua kader partai
bekerja keras dan bekerja sama
dengan baik untuk memenangkan
Pemilu 2014.
“Semua kader harus bekerja
keras untuk memenangkan
Pemilu 2014. Untuk itu para
kader Golkar harus saling bahu-
membahu dengan kader Golkar
lain di seluruh Indonesia,”
jelasnya.
Dia mengatakan, para
Jurkamnas dan Jurkamda
merupakan kader Golkar yang
telah memiliki modal sosial di
masyarakat setempat. “Mereka
adalah para tokoh yang telah
berbuat banyak di daerahnya,”
katanya.
Ditambahkan, Partai Golkar
telah membekali para Jurkamnas
dan Jurkamda dengan visi
pembangunan Indonesia hingga
tahun 2045. Partai Golkar juga
merupakan satu-satunya partai di
Indonesia yang memiliki konsep
pembangunan jangka panjang.
“Partai Golkar juga akan
melakukan pelatihan saksi untuk
mengawasi pemungutan dan
penghitungan suara,” imbuhnya.
Para kader Golkar yang
menjadi Jurkamnas dan
Jurkamda diantaranya Sekretaris
Jenderal DPP Partai Golkar Idrus
Marham, Wakil Ketua Umum
DPP Sharif Cicip Sutardjo, Wakil
Bendahara Umum Erwin Aksa,
Ketua DPP Indra Bambang
Utoyo, dan para kader Golkar
lainnya. (Gtk-02)
50.000 Juru Kampanye Siap
Sosialisasikan Program Golkar
29. 29
Serba-Serbi
T
ujuan digelarnya
Konvensi Calon Presiden
Partai Demokrat
2014 agar masyarakat
mengenal siapa Presiden RI
mendatang. Hal itu disampaikan
Ketua Komite Konvensi Calon
Presiden Partai Demokrat 2014
Maftuh Basyuni saat membuka
“Debat Bernegara” Konvensi
Capres Partai Demokrat di
Borneo Ballroom, Novotel Hotel,
Jalan Brigjen Ery Suparjan,
Balikpapan, Kalimantan Timur.
Maftuh Basyuni menjelaskan,
konvensi adalah acara besar yang
digagas Ketua Umum PD Susilo
Bambang Yudhoyono. Maftuh
berterimakasih pada Partai
Demokrat dan masyarakat karena
debat konvensi di Balikpapan bisa
digelar.
Dia berharap konvensi capres
ini akan menjadi tradisi untuk
terus dilaksanakan di Indonesia.
Harapannya, kesejahteraan
masyarakat bisa makin terwujud
karena terpilihnya pemimpin
lewat sistem sangat demokratis.
Sebelum dibuka Maftuh, acara
telah diramaikan dengan yel-yel
para pendukung peserta konvensi
capres. Yel-yel makin bergemuruh
ketika para peserta konvensi
masuk ke ruangan di Novotel
Hotel, Balikpapan. Kehadiran
mereka langsung disambut tarian
tradisional dari Suku Dayak,
sebagai ucapan selamat datang
Acara kemudian dilanjutkan
dengan menyanyikan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya dan
Mars Partai Demokrat.
“Debat Bernegara” di
Balikpapan kali ini mengadu
argumentasi dan pemikiran para
capres mengenai tema persoalan
ekonomi dan hukum yang
dikaitkan dengan isu-isu lokal.
Dalam debat moderator meminta
kesebelas peserta yang dibagi
dalam dua sesi memaparkan
secara bergiliran gagasan dan
pemikiran mereka.
“Debat Bernegara” sesi
pertama di Balikpapan dimulai
pukul 09.00 hingga 12.35
WITA. Debat ini diikuti Tim
Garuda yakni Anies Baswedan
(Rektor Universitas Paramadina);
Irman Gusman (Ketua Dewan
Perwakilan Daerah); Pramono
Edhie Wibowo (mantan Kepala
Staf Angkatan Darat); dan
Dahlan Iskan (Menteri BUMN).
Sedangkan debat sesi kedua
dimulai pukul 13.00 hingga
15.46 WITA. Debat ini diikuti
Tim Rajawali, yakni: Sinyo
Harry Sarundajang (Gubernur
Sulawesi Utara), Ali Masykur
Musa (anggota Badan Pemeriksa
Keuangan), Marzuli Alie (Ketua
DPR-RI), Gita Wirjawan (mantan
Menteri Perdagangan), Hayono
Isman (anggota Komisi I DPR
dari Fraksi Partai Demokrat),
Dino Patti Djalal (mantan Dubes
RI di AS), dan Endriartono
Sutarto (mantan Panglima TNI).
Debat bernegara kali ini
dipandu dua moderator yang
merupakan intelektual asal Kaltim
yakni Profesor Adri Patton dan
Dr Aji Sofyan Efendi. Debat
tersebut dihadiri para Anggota
Komite Konvensi Capres PD,
petinggi DPP-PD, Gubernur
Kaltim, para walikota-bupati
se-Kaltim, Pengurus DPD-PD
Kaltim, Anggota DPR-RI Partai
Demokrat Dapil Kaltim, dan
Caleg DPR-RI Partai Demokrat
Dapil Kaltim, pimpinan DPC-PD
se-Kaltim, serta para kader dan
pendukung para peserta Konvensi
Capres Partai Demokrat
Sebelum digelar di Balikpapan,
Komite Konvensi Capres Partai
Demokrat telah menggelar “Debat
Bernegara” di Kota Medan,
Palembang, Bandung, Surabaya,
dan Denpasar. (Gtk-01)
Konvensi PD agar Masyarakat
Kenal Presiden Mendatang
30. 30
Serba-Serbi
N
ew York Times dan
Canberra Times
edisi akhir pekan
lalu mengulas soal
jutaan pelanggan PT Telkomsel
yang disadap Badan Keamanan
Nasional Amerika Serikat
(NSA) dan Direktorat Intelijen
Australia.
Canberra Times dan New
York Times juga memberitakan
soal bocoran dokumen rahasia
dari Edward Snowden, mantan
kontraktor NSA, yang kini
menjadi buronan AS. Dokumen
Snowden menunjukkan, dinas
spionase elektronik Australia
melakukan penyadapan secara
massal terhadap jaringan
komunikasi dan pengumpulan
data yang dilakukan oleh
Telkomsel. Nama Indosat juga
disebut-sebut dalam laporan
tersebut.
Sepanjang tahun 2013,
Australian Signals Directorate
mendapatkan hampir 1,8 juta
kunci enskripsi induk yang
digunakan operator selular
Telkomsel untuk melindungi
percakapan pribadi dari
pelanggannya.
Intelijen Australia juga
membongkar semua enskripsi
yang dilakukan Telkomsel. Data
pengguna telepon seluler pada
2012 menunjukkan,Telkomsel
memiliki 121 juta pelanggan
atau menguasai sekitar 62 persen
pasar.
Juru bicara Partai Gerindra
bidang teknologi dan informasi,
M. Ralie Siregar mengatakan
bahwa dalam menyikapi kasus
penyadapan ini perlu dilihat
latar belakang permasalahannya,
“Saat ini saham perusahaan-
perusahaan telekomunikasi
seperti Telkomsel dan Indosat
dikuasai oleh pihak asing. Singtel
mempunyai pengaruh yang
besar di Telkomsel walau hanya
menguasai sepertiga saham.
Dari fakta seperti ini kita bisa
lihat bahwa aset-aset strategis
yang dijual ke pihak asing pada
akhirnya dapat berdampak
negatif bagi negara ini.”
“Kasus penyadapan seperti
ini sangat merugikan negara.
Jika informasi-informasi penting
yang berkaitan dengan rahasia
negara bocor, tentu saja ini bisa
sangat berbahaya bagi bangsa
Indonesia. Perlu ada langkah
dan tindakan yang tegas karena
hal seperti ini telah melecehkan
martabat, dan kedaulatan bangsa
Indonesia. Presiden dan Menteri
Luar Negeri harus bersikap
tegas terhadap Australia.
Jangan sampai negara kita terus
dilecehkan seperti ini,” tuturnya.
Di sisi lain Ralie mengatakan
bahwa terjadinya kasus
penyadapan menunjukkan
bahwa pemerintah lemah
dalam menjaga pertahanan dan
ketahanan bangsa. “Oleh karena
itu Indonesia harus memperbaiki
sistem pertahanan dan ketahanan
agar masalah penyadapan seperti
ini tidak terjadi kembali,”
katanya.
“Hal lain yang harus dilakukan
adalah dengan melakukan
perbaikan di bidang ekonomi
untuk meningkatkan martabat
bangsa. Bangsa kita diremehkan
karena secara ekonomi kita
lemah dan bergantung pada
negara lain. Kemampuan
teknologi juga harus ditingkatkan
untuk mengantisipasi ancaman-
ancaman seperti ini. Pemerintah
juga harus menjaga aset-aset
strategis agar tidak lepas ke
tangan asing yang nantinya justru
merugikan bagi bangsa ini.”
tutup Ralie. (Gtk-02)
Gerindra: Kasus Penyadapan
Australia Adalah Pelecehan
31. 31
Serba-Serbi
M
enteri Pemuda
dan Olahraga
(Menpora)
Roy
Suryo geram dengan
gambar caleg di tiket
pertandingan sepak
bola Timnas U-19
versus PSIS Semarang.
Roy meminta kepada
semua pihak untuk tidak
mempolitisasi Timnas U-19
yang kini tengah menjadi
harapan bangsa.
“Saya berharap Timnas U-19
untuk tetap eksis. Tapi saya
mengkritisi biarlah U-19 lepas
dari politisasi. Masa pertandingan
tiketnya ada gambar caleg gitu.
Engga elok itu, benar-benar enggak
elok,” ujar Roy, Selasa, (25/2).
Roy menuturkan dirinya
menyesalkan setiap 3 kali
pertandingan di Jawa Tengah
telah ditemukan tiket bergambar
caleg dan spanduk partai politik.
Meski demikian, Roy mengecam
dengan tindakan seperti itu, dia
berjanji setiap pertandingan sepak
bola di Indonesia tidak ada lagi
tiket bergambar caleg maupun
spanduk partai politik.
“Jangan ada lagi caleg di
pertandingan bola. Saya tidak
suka betul ada politisasi semacam
itu,” tegas Roy. (Gtk-02)
F
enomena artis
jadi caleg ternyata
ditanggapi biasa oleh
Sekretaris Fraksi Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB)
DPR, M Hanif. Menurut
dia, artis yang menjadi caleg
merupakan sesuatu hal yang
lumrah, tinggal bagaimana
partai politik memberi
pendidikan.
“Sejauh mana orang itu
dikenal dan disukai masyarakat,
artis terjun ke dunia politik itu
lumrah. Tinggal partai politik
memberikan pembekalan dan
pemahanan tentang dunia
politik,” ujar Hanif usai diskusi
‘caleg aktivis vs caleg artis’ di
kantor DPP PKB, Selasa (25/2).
Hanif melanjutkan artis yang
sudah dibekali pendidikan
politik akan menjadi matang dan
siap untuk duduk di kursi DPR.
Apalagi, sosok artis tersebut
telah mempunyai popularitas di
tengah-tengah masyarakat.
“Jadi tinggal ditambah
kualitas maka jadilah itu. Sama
halnya, bila orang memiliki
kualitas tetapi tidak punya
popularitas sama juga bohong,”
katanya. (Gtk-02)
Artis Nyaleg Wajar
Tiket Timnas U-19
Bergambar Caleg