SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 32
Descargar para leer sin conexión
2
Cover: Isa
	 PDIP Melewatkan Momen Risma	 7
	 Konvensi Cawapres Demokrat	 10
	 Wiranto-HT, Pasangan Capres
	Penggembira	 12
	 Misteri Penyadapan di Rumah Jokowi	 15
	 Banyak yang Curi Start Kampanye,
	 Bawaslu Diam	 19
	 PDIP Lahir dari Keringat & Darah, 		
	 Nasionalisme Harga Mati	 21
Daftar Isi
	 50.000 Juru Kampanye 		
	 Siap Sosialisasikan 		
	 Program Golkar	 28
	 Konvensi PD agar 		
	 Masyarakat Kenal
	 Presiden Mendatang	 29
	 Gerindra: Kasus 		
	 Penyadapan Australia 		
	 Adalah Pelecehan	 30
	 Artis Nyaleg Wajar	 31
Informasi & Gosip Politik Terkini
Beban Berat
Risma 4
	 Parni Hadi, calon DPD RI
	 Dapil DKI Jakarta, Sahabat Dhuafa & 			
	Disabilitas	 25
Pojok Gotik
Reinkarnasi merupakan suatu fenomena spiritual,
dimana jiwa yang pernah hidup terlahir kembali ke dunia
ini. Peristiwa ini terjadi tentu atas kehendak dari Sang
Pencipta dalam kepercayaan agama Budha. Memang
fenomena spiritual ini sulit diterima oleh logika.
Terlepas dari itu semua, bila dikaitkan dengan politik,
reinkarnasi adalah terlahirnya suatu situasi politik
yang pernah ada. Artinya, fenomena politik seperti ini
terjadi atas dasar kerinduan dan keinginan bersama
untuk mengalami suatu situasi politik yang pernah ada
sebelumnya.
Bila melihat pengalaman politik yang pernah ada di
Indonesia, negara ini pernah mengalami masa-masa yang
sangat fantastis bersama Orde Baru di beberapa sektor dan
bagaimana wibawa negara ini begotu disegani di dunia
internasional.
Pengalaman sejarah meramalkan negara ini akan
menjadi bangsa yang besar di Asia. Namun kenyataannya,
prediksi tersebut kian jauh dari harapan.
Coba kita lihat beberapa kasus yang menjadi fakta
betapa telah terjadi kesalahan besar yang dilakukan
pemimpin negara ini dimana mereka tidak bisa berbuat
banyak untuk mempertahankan territorial negara ini,
diantaranya kasus Timor-Timur, Sipadan-Ligitan, Ambalat,
dan Masalah pencurian pasir yang dilakukan negara
Singapura.
Ironisnya, kehidupan politik dan pemerintahan di
negara ini semakin sulit terlepas dari tiga permasalahan
yang merupakan wujud penindasan terhadap bangsa
sendiri, yakni Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).
Hukum sepertinya tidak bisa memberangus praktik kotor
tersebut. Yang ada, pelaksanaan hukum penuh dengan
taktik rekayasa yang menipu dan membingungkan ‘mata
publik’ terhadap berbagai penyelesaian praktik KKN yang
terungkap
Contoh reinkarnasi politik paling nyata adalah Golkar.
Bila melihat sosok tokoh Golkar zaman dulu, seperti Akbar
Tanjung, Surya Paloh, Prabowo Subianto, Wiranto, dan
Susilo Bambang Yudhoyono, maka saat ini kita melihat
reinkarnasi Golkar dalam banyak partai, yaitu Gerindra,
Nasdem, Hanura, Demokrat, dan lainnya.
Pengejawantahan reinkarnasi Golkar makin sempurna
saat sejumlah masyarakat merindukan sosok Soeharto
sebagai Presiden RI, yang dianggap telah membawa
kemakmuran di sektor pertanian, industri, dan
perdagangan.
REDAKSI
Pemimpin Umum Heru Sutadi
Pemimpin Redaksi Arif Pitoyo
Alamat Redaksi: Villa Cemara
No. 22
Jl. Sawangan Raya-Depok
Email: redaksi@indokini.co.id
ARTISTIK
K. Anindya
IKLAN & PROMOSI
Email: marketing@majalahict.
com
Telepon: 081511510000 (arif)
Fax. 021- 7756782
TARIF IKLAN
Cover
184 x 50 mm = Rp2 juta/edisi
50 x 50 mm = Rp1 juta/edisi
Halaman Belakang
Full page = Rp750,000 /edisi
Half page = Rp500.000/edisi
184 x 50 mm = Rp250.000/edisi
50 x 50 mm = Rp100.000/edisi
Halaman Dalam
Full page = Rp750.000/edisi
Half page =Rp500.000/edisi
184 x 50 mm = Rp250.000/edisi
50 x 50 mm = Rp100.000/edisi
ReInKaRnAsI
Laporan Utama
4
T
idak dapat dipungkiri, sejak dia
memimpin Surabaya, taman kota
banyak berdiri, kota tampak bersih
dan sejuk. Seabrek penghargaan baik
dalam dan luar negeri di sandangnya, dan
terakhir, dia terpilih menjadi walikota
terbaik di dunia.
Melihatnya di mata
Najwa, dapat terlihat
betapa berat beban
yang disandangnya.
Selain masalah-masalah
social yang memang
sangat kompleks, dia
juga harus menghadapi
Walikota Surabaya Tri Rismaharini
memang fenomenal, bahkan mungkin
lebih fenomenal dari Jokowi sekalipun.
Soal blusukan, sudah makanan sehari-
hari bagi Risma. Bahkan membersihkan
selokan dan menyapu jalan sudah
sering dia lakukan, suatu hal
yang tak pernah dilakukan
Jokowi.
Beban Berat
Risma
Laporan Utama
5
tembok besar politik, sesuatu
yang sebelumnya sangat awam
bagi dia. Wajar, sebelumnya
dia hanyalah PNS biasa sebagai
Kepala Dinas Tata Kota
Surabaya.
Keberhasilan Risma dalam
menyelesaikan persoalan social
besar patut diacungi jempol,
mulai dari membereskan masalah
lokalisasi, dan menutup Dolly,
meskipun pasti ada banyak
mafia, oknum aparat atau bahkan
oknum pejabat yang marah
karena penutupan itu.
Risma seperti menemui buah
simalakama, di satu sisi ingin
membereskan masalah social
lokalisasi yang ternyata banyak
diisi para pelajar, namun di sisi
lain dia seperti menciptakan
musuh yang bakal menjadikan
berat bebannya selama menjabat
sebagai walikota.
Beban makin bertambah berat
saat dia ngotot mempertahankan
Kebun Binatang Surabaya yang
diwacanakan dialihfungsikan
menjadi hotel dan mal. Peliknya
persoalan itu berakibat banyak
satwa yang mati tidak wajar.
Persoalan semakin rumit karena
disinyalir ada mafia besar yang
bermain di situ.
Belum sampai di situ
persoalan bertambah lagi dengan
dilantiknyanya wakil walikota
Surabaya Wisnu Sakti Buana
yang menggatikan Bambang DH
yang mengundurkan diri karena
maju menjadi calon gubernur
Jatim 2013.
Dalam proses pemilihan
ini, Risma sendiri sebagai
walikota –sepertinya- tidak
diajak rembuk untuk pemilihan
wakilnya itu. Menurut Risma
ada yang tidak prosedural
dalam proses pemilihan sampai
pelantikannya, dan itu yang
membuat dirinya dilema untuk
pertanggungjawabannya.
Terutama di akherat nanti
tuturnya.
Beban yang sudah berat
semakin tambah berat karena
PDI-P sebagai partai pengusung
seakan tidak berpihak padanya,
sedangkan wakil walikota
yang sudah dilantik Wisnu
Sakti Buana yang sebelumnya
saat menjadi wakil ketua
DPRD Surabaya pada tahun
2011 turut mengajukan
pemakzulan walikota. Upaya
itu tidak berhasil karena ditolak
pemerintah pusat.
Dan begitu beratnya beban
sehingga dalam wawancara
tersebut –sebagai perempuan- ia
tidak kuasa membendung air
mata.
Risma dan Jokowi adalah figur
yang hebat dalam mengatasi
peliknya permasalahan ibu
kota, namun sebenarnya beban
keduanya tidak lah sama. Beban
yang dipikul Risma memang
sungguh berat, dan semakin berat
karena Risma harus memikulnya
seorang diri.
Ini sangat jauh berbeda
dengan Jokowi yang mana
bebean beratnya menjadi lebih
ringan karena ia tidak memikul
sendirian. Banyak pihak yang
membantu Jokowi namun
6
Laporan Utama
kondisi jauh berbeda dengan
Risma.
Tak didukung penuh
PDI-P
Risma memang di dukung oleh
DPP PDI-P termasuk Megawati
namun tidak didukung pada
tingkat daerah (Surabaya) bahkan
terkesan menolaknya.
Gesekan internal PDI-P ini
yang kadang membuat Risma
jengah, karena pada tataran
tertentu posisi partai di daerah
lebih berkuasa dari pusat.
Kondisi ini ini berbeda dengan
Jokowi yang malah didukung
langsung oleh sang ketum
Megawati. Semua kompak
mendukung Jokowi mulai dari
DPP sampai pada tingkat anak
cabang (kecamatatan) di DKI.
Para anggota dewan di DPRD
dari PDI-P dan koalisinya
Gerindra juga kompak
mendukung Jokowo-Ahok .
Energi Jokowi juga terbagi
dengan Ahok yang juga klop
sebagai wakilnya untuk berbagi
tugas. Sangat berbeda dengan
Risma sebagai walikota, ia pikul
sendiri permasalahan.
Wakil walikota yang
seharusnya membantu tugasnya
malah terpilih figur yang pernah
bermasalah dengan dirinya
ditambah lagi proses pemilihanya
yang dianggap tidak prosedural
dan sepihak. Dan itu menjadi
problem tersendiri. Kedua, Risma
kurang mendapat dukungan me­
dia. Kota Surabaya yang banyak
berubah tidak terlepas dengan
sikap Risma yang sering blusukan
juga, malah terjun langsung
menanganinya. Namanya
menyapu atau membersihkan
selokan adalah hal yang biasa.
Namun aksi luar biasa Risma
ini banyak luput dari sorotan
media massa baik cetak ataupun
televisi (main stream) dan
media sosial (maya). Dengan
minimnya sorotan ini membuat
fungsi kontrol sosial media
menjadi kurang efektif, terutama
membantu atau mendorong
program Risma dalam memberesi
peliknya permasalahan.
Dukungan media massa
sangat diperlukan setidaknya
dapat membentuk opini yang
baik kepada masyarakat. Seperti
langkah Risma yang akan
menghapus lokalisasi, atau pun
membereskan kebun binatang,
media kurang memberikan
dukungan penuh paling tidak
memberikan informasi yang
berimbang.
Langkah Risma memang
belum berhasil 100%, namun
kekurangan Risma ini perlu
diberi informasi yang pas
mengenai kendala dan tantangan
yang harus dihadapinya,
terutama dengan “tangan-tangan”
besar itu. Sehingga publik bisa
mengetahui dan paham akan
masalah sesungguhnya.
7
Laporan Utama
PDIP Melewatkan
Momen Risma
Bila PDIP tak bisa menyelesaikan
masalah Risma secara bijak
dan cerdas, maka partai yang
sesungguhnya sedang naik
daun, bahkan beberapa
kalangan menilai
bakal meme­nang­
kan Pemilu bakal
kehilang­an momen.
8
Laporan Utama
A
palagi, bila sampai
Risma mundur, sudah
dapat dipastikan
pamornya bakal cepat
memudar, dan elektabilitasnya turun
drastis. Yang diuntungkan tentunya
Golkar, yang sejak awal, melalui
Priyo Budi Santoso, mengambil
posisi sebagai juru selamat.
Priyo jugalah yang menarik
Risma untuk menemui pimpinan
DPR dan mengadukan masalahnya.
Sayangnya pertemuan tertutup
selama 30 menit itu ternyata tak
juga memberikan solusi jitu tentang
permasalahan di Surabaya, selain
hanya permintaan agar Risma
bertahan.
Berbagai persoalan diungkapkan
Risma kepada wakil rakyat. Mulai
dari ketidakcocokannya dengan
sang wakil, Wisnu Sakti Buana,
sampai tekanan politik terkait
pembangunan jalan tol tengah kota
Surabaya yang ditentangnya.
Risma berkeyakinan proyek itu
malah bakal membuat Surabaya
semakin macet, banjir dan
bisa mematikan perekonomian
masyarakat sekitarnya.
Risma lebih memilih
membangun jalan outer ring road
9
Laporan Utama
timur dan barat untuk mengurangi
beban lalulintas dalam kota.
Terkait soal, Wisnu, Risma
mengaku tidak merasa sepaham
dan semisi dengan wakilnya itu.
Meski demikian Risma tidak
menuturkan secara terus terang
penyebab permasalahannya itu
kepada media. Risma hanya
mengatakan bila dia hanya ingin
bekerja untuk rakyat.
Diyakini, Wisnu juga lah yang
mempelopori pemakzulan Risma
saat dia menjabat sebagai Wakil
Ketua DPRD Surabaya. Yang
mengherankan, PDIP sangat tidak
peka dengan kondisi ini, dan
sepertinya memang menginginkan
Risma lengser dengan cara
apapun, atau kalaupun tidak mau
lengser, harus menuruti semua
perintahnya, termasuk proyek tol
dan KBS.
Dalam pertemuan itu, Priyo
dan pimpinan DPR lainnya akan
menganjurkan Kementerian
Dalam Negeri untuk meninjau
ulang pelantikan wakil walikota
tersebut.
Pihak Kemendagri dapat
mengoreksi kebijakan
sebelumnya tentang pembuatan
Surat Keputusan (SK)
pengangkatan Wisnu Sakti
Buana sebagai Wakil Walikota
Surabaya. Risma sendiri
mengaku sudah tidak tahan
menghadapi berbagai manuver
politik yang menghantam
dirinya.
Risma pun mengaku sempat
ditelepon oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono agar tidak
mundur. Namun keinginan
Risma saat ini hanyalah ingin
bertemu dengan Ketua Umum
PDIP Megawati Soekarnoputri.
PDIP pun akan sangat rugi
bila Risma mundur. Karena di
saat sinarnya sangat cemerlang
oleh Jokowi, langsung tertutup
oleh ketidakbecusan menangani
masalah Risma.
Sangat aneh memang kalau
pimpinan pusat tidak bisa
mengintervensi pimpinan
PDIP di daerah kecuali mereka
memiliki kepentingan yang
sama.
Di social media pun banyak
orang kecewa dengan PDIP,
bahkan ada yang sampai
mencabut dukungannya terhadap
partai berlambang banteng
moncong putih tersebut.
Dalam sistem birokrasi di
Indonesia, menjadi orang baik
dan jujur memang sangat sulit
dan sangat besar tantangannya.
Selain ada banyak orang yang
sakit hati, banyak musuh, dan tak
sedikit juga yang menekan atau
mengintimidasinya. Apalagi,
Risma seorang perempuan
yang sangat peka perasaannya,
sehingga pastinya bebannya
bertambah jadi berat.
Bila sudah begini, bila
pun Risma sampai mundur,
dapat dipastikan Golkar akan
menangkapnya dan langsung
menyandingkannya dengan
Aburizal Bakrie sebagai
wapresnya. Lawan yang sangat
sepadan dengan Jokowi, maupun
Prabowo Subianto.
PDIP pun akan
sangat rugi bila
Risma mundur.
Karena di saat
sinarnya sangat
cemerlang
oleh Jokowi,
langsung
tertutup oleh
ketidakbecusan
menangani
masalah Risma.
“
Laporan Pilihan
10
P
etinggi partai yang
dimaksud adalah Ketua
Harian Dewan Pembina
Partai Demokrat EE
Mangindaan yang mengatakan
pemenang Konvensi Demokrat
untuk diusung sebagai calon
presiden akan diumumkan
setelah hasil Pemilihan Legislatif
(Pileg) 2014.
Menurutnya, apabila
elektabilitas Demokrat
mencapai 15 persen baru
dimungkinkan untuk mengusung
capres.
“Habis survei akhir Maret,
itu dilihat ranking. Karena kita
mau lihat hasil Pileg dulu. Pileg
misalnya 7 atau 10 persen sangat
tergantung. Kalau 15 persen kita
mungkin bisa jadi
calon presiden,”
kata Mangindaan.
Namun, lanjut
Menteri
Konvensi Cawapres
Demokrat
Semangat peserta konvensi calon
presiden dari Partai Demokrat
mendadak turun setelah sikap
pesimisme ditunjukkan oleh petinggi
partai itu.
11
Laporan Pilihan
Perhubungan itu, apabila dalam
Pileg Demokrat tidak mencapai
15 persen suara, koalisi dengan
parpol lain sangat dimungkinkan.
Bisa saja Demokrat hanya
mengusung calon wakil presiden.
“Kalau koalisi kita dengan
(parpol) kuat, beda lagi.
Mungkin bisa cawapres. Jadi
kalau kita umumkan capres tapi
elektabilitas partai berapa. Tapi
tidak ada istilah gagal. Mungkin
bisa jadi cawapres dari partai
lain,” tuturnya.
Dia pun tak menutup
kemungkinan akan berkoalisi
dengan Partai Golkar untuk
menggandeng Aburizal Bakrie.
“Bisa saja. Tapi namanya
wacana. Bisa saja capres
konvensi dicapreskan. Kita cari
capres yang elektabilitas survei
tinggi. Dulu SBY pada 2004
sudah 32 persen masih 3 bulan,
bersaing dua putaran dengan
Megawati. 2009 sudah di atas 50
persen, satu putaran. Elektbailitas
calon perlu diperhatikan,” ujar
Mangindaan.
Akhir tahun lalu bahkan isu
yang berkembang, Ketua Umum
Partai Demokratr meminta Ketua
Dewan Pembina Partai Gerindra
Prabowo Subianto untuk mau
menampung pemenang Konvensi
Patai Demokrat sebagai
cawapresnya. Namun isu tersebut
langsung ditepis Demokrat.
Isu lainnya, pemenang
Konvensi dapat dipastikan
hanya akan menjadi wapres dari
Hatta Rajasa meski lagi-lagi isu
tersebut ditepis.
Namun dari pengamatan
majalah Gotik, terdapat sejumlah
peserta Konvensi yang total ikut
dalam hajatan tersebut. Sebut
saja Gita Wirjawan, Dino Patti
Jalal, Anies Baswedan, Dahlan
Iskan, dan Pramono Edhie
Wibowo.
Mereka telah memiliki markas
beserta tim pemenangannya
dalam konvensi maupun nanti
saat maju sebagai capres
Demokrat. Mereka juga sangat
aktif turun ke jalan, pasar, lokasi
bencana, dan terjun langsung ke
tengah masyarakat. Wajar saja
bila sejumlah peserta kecewa
mengetahui partai yang akan
mengusung mereka hanya
menargetkan pemenang konvensi
jadi cawapres.
Menurut salah seorang peserta
konvensi Demokrat, Ali Masykur
Musa, pernyataan itu seharusnya
tidak perlu disampaikan secara
terbuka, karena akan pengaruhi
pelaksanaan konvensi sendiri
dan menurunkan semangat
berkompetisi antarperserta
konvensi yang ada.
“Justru seharusnya, pimpinan
Demokrat mendorong, agar
lebih yakin dan optimis, bahwa
Demokrat mampu bersaing,”
katanya.
Meski demikian, dia menilai
pernyataan Mangindaan memang
realistis, karena dalam politik
ada serba mungkin. Apalagi
dimungkinkan, tidak ada satu
pun parpol yang akan mencapai
dukungan di atas 20 persen
sesuai UU Pilpres. Karena itu,
koalisi adalah sesuatu yang pasti
dilakukan antarpartai dalam
menentukan pasangan presiden
dan wapres.
Dia menambahkan,
jika memang akan ada
perubahan strategi, sebaiknya
dikomunikasikan dengan peserta
konvensi.
Apabila
elektabilitas
Demokrat
mencapai 15
persen baru
dimungkinkan
untuk
mengusung
capres.
EE Mangindaan
12
Laporan Pilihan
A
wal Juli 2013, tonggak
bersejarah bagi Partai
Hanura yang telah
mendeklarasikan
pasangan Calon Presiden dan
Wakil Presiden yang akan
diusung pada Pemilu Presiden
2014. Pasangan itu tak lain
adalah Ketua Umum Partai
Hanura Wiranto dan Hary
Tanoesudibdjo, Ketua Dewan
Pertimbangan merangkap Ketua
Bappilu Partai Hanura. Namun
demikian, deklarasi itu tak sepi
dari pro-kontra di internal Partai
Hanura dan menjadi perdebatan
publik.
Keputusan deklarasi Wiranto–
Hary Tanoe sebagai capres
dan cawapres Hanura segera
mendapat reaksi keras dari
salah satu Ketua DPP Hanura
Fuad Bawazier, ia tidak sepakat
dengan deklarasi Wiranto-Hary
Tanoesudibdjo karena tidak
dilakukan melalui Rapimnas.
Menurut Fuad, keputusan
deklarasi Wiranto–Hary Tanoe
menimbulkan masalah internal
karena tidak sesuai AD/ART.
Lebih lanjut, Fuad menilai
keputusan deklarasi tersebut
tidak realistis karena Partai
Hanura sulit untuk mencapai
Presidential Threshold 20 persen
suara, sehingga masih butuh
koalisi dengan partai lain.
Menanggapi hal itu, Sekretaris
Badan Pemenangan Pemilu
(Bappilu) Partai Hanura
Ahmad Rofiq menampik telah
terjadi perpecahan di internal
Hanura. Dia menilai, dalam
deklarasi Wiranto–Hary Tanoe
sudah dilakukan dengan cara
Wiranto-HT, Pasangan
Capres Penggembira
Disebut penggembira, masuknya
Harry Tanoe sebagai cawapres
bukannya malah mendongkrak
elektabilitas Wiranto yang memang
sudah sangat rendah, malah makin
melongsorkannya hingga mungkin di
bawah 1 %.
Laporan Pilihan
13
PrabowoSubianto
Wiranto
AburizalBakrie
MegawatiSoekarnoputri
19,8
15,4
14,4
13,3
4,8
demokratis. Menurutnya dalam
organisasi partai politik tidak
harus sepenuhnya satu suara.
Jika ada beberapa orang yang
tidak sepakat hal itu merupakan
bagian dari dinamika politik.
Lepas dari perdebatan internal
tentang mekanisme penetapan
capres-cawapres, apa yang
dikatakan Fuad Bawazier
cukup beralasan. Partai Hanura
harus bersikap realistis dalam
menerima kenyataan, bahwa
Hanura sulit mencapai 20%
suara sebagai syarat untuk bisa
mengusung capres sendiri.
Alih-alih memperoleh 20 persen
suara, untuk lolos parliamentary
threshold pun masih belum bisa
dipastikan.
Lihat saja hasil survei
beberapa lembaga yang bisa
dijadikan sebagai indikator.
Dari hasil survei tersebut
memperlihatkan posisi Hanura
cukup mengkhawatirkan untuk
bisa lolos PT.
Tren Elektabilitas
Tren elektabilitas Hanura
bisa dilihat dari hasil survei
sejak tahun 2012 sampai 2013
dari beberapa lembaga
polling berikut ini.
Dari data Lembaga
Survei Indonesia (LSI)
2012 yang dirilis di
Jakarta, menunjukkan
Partai Hanura
mengalami
penurunan elektabilitas
(perolehan suara) jika
dibandingkan dengan perolehan
suara di Pemilu 2009. Menurut
survei LSI, Partai Hanura hanya
sekitar 1,2 persen.
Begitu pula hasil survei Charta
Politika memprediksi Partai
Hanura sebagai salah satu partai
politik yang terancam tidak
lolos ke DPR pada Pemilu 2014.
Survei yang dilakukan Charta
Politika 2012 menunjukkan
perolehan suara Hanura hanya
1,6 persen.
Memasuki tahun 2013, posisi
elektabilitas Hanura tidak
beranjak naik secara signifikan.
Menurut data Lingkaran Survei
Indonesia (LSI Network) yang
dirilis bulan Maret 2013, tingkat
elektabilitas partai pimpinan
Wiranto itu hanya 2,6 persen dari
dua belas parpol peserta pemilu.
Sementara Wiranto sebagai
Calon Presiden menurut data LSI
Network hanya 8,2 persen.
Hasil survei Pusat Data
Bersatu (PDB) yang dilakukan
sejak tanggal 11 hingga 18 Juni
2013 bahkan menunjukkan
perolehan suara yang sangat
mengkhawatirkan, yakni
hanya 1,03 persen. Sedangkan
elektabilitas Wiranto sebagai
capres hanya 3,59 persen. Begitu
pula, hasil survei yang dirilis
oleh LIPI 27 Juni
2013, Partai
Hanura
hanya
memiliki
tingkat
Laporan Pilihan
14
elektabilitas 1,9 persen.
Sedangkan elektabilitas Wiranto
sebagai capres hanya 3,4 persen.
Sementara itu, versi survei
Soegeng Sarjadi School of
Goverment (SSSG), perolehan
suara Partai Hanura hanya 0,77
persen. Sedangkan elektabilitas
Wiranto sebagai Capres hanya
1,18 persen.
Namun demikian, selain hasil
survei di atas, ada hasil survei
yang hasilnya cukup membuat
senang Partai Hanura, setidaknya
bisa menjadi obat penenang dan
pelipur lara. Lembaga survei itu
tak lain adalah LSN (Lembaga
Survei Nasional) dan Lembaga
Survei Jakarta (LSJ).
Hasil survei kedua lembaga
tersebut berbeda dengan hasil
survei LSI, LIPI, PDB, LSI
Network, dan SSSG terkait soal
elektabilitas Hanura.
Jika dilihat dari data survei
LSJ, Hanura mendapatkan
suara sebanyak 5,8 persen dan
menempati posisi kelima dari
sepuluh partai politik peserta
Pemilihan Umum. Untuk posisi
capres elektabilitas Wiranto
mendapat 9,8 persen.
Pasangan Sim Salabim
Melihat masih rendahnya
elektabilitas Partai Hanura dan
Wiranto sebagai calon presiden
dalam survei nasional, maka
sangat beralasan jika ada yang
meragukan pasangan Wiranto–
Hary Tanoe dapat memenangi
Pilpres 2014 yang akan datang.
Namun demikian, bagi Wiranto
dan Hary Tanoe barangkali
memiliki pertimbangan yang
berbeda – yang membuat
keduanya tampil percaya diri dan
terus maju sebagai calon presiden
dan wakil presiden.
Tetapi boleh jadi, keduanya
sadar tidak akan
menang dalam
pertarungan
pilpres 2014,
sebab belum
ada indikator
kuat yang dapat
menjelaskan
berdasarkan
rasionalitas,
bahwa pasangan
Wiranto - HT bisa
menang dalam
pilpres 2014.
Jika demikian, apa yang
menjadi target deklarasi
Wiranto – HT menjadi capres
dan cawapres. Apakah sekadar
maju sebagai calon presiden
untuk mendongkrak popularitas
dengan mengandalkan media dan
kekuatan finansial yang dimiliki
Hary Tanoe. Sebab, menurut
Wiranto, yang penting ada satu
keberanian, masalah kalah
menang soal nanti, paling tidak
sudah dibangun budaya baru
dengan deklarasi secara dini.
Atau memang deklarasi
pasangan Wiranto–HT benar-
benar didasarkan pada keyakinan
dan optimisme bakal terpilih di
pilpres 2014 – dengan hanya
mempertimbangkan aspek
kekuatan media dan finansial.
Dan apakah karena pertimbangan
itu pula yang membuat Wiranto-
HT yakin dengan mudah bisa
melakukan koalisi dengan partai
lain untuk memenuhi kuota
Presidential Threshold 20 persen.
Jika benar demikian, maka yang
harus diingat adalah bahwa
dalam strategi politik elektoral,
apalagi Pemilihan Presiden
tidaklah cukup mengandalkan
dua instrumen; media dan
finansial. Sebab, masih
banyak instrumen lain yang
memengaruhi pemilihan Calon
Presiden-Wakil Presiden.
Masih banyak
instrumen lain yang
memengaruhi
pemilihan Calon
Presiden-Wakil
Presiden.
Sorotan
Penyadapan Jokowi Gubernur
DKI Jakarta menjadi berita.
Banyak spekulasi berkembang
terkait penyadapan ini. Seperti
diketahui bahwa Sekretaris
Jenderal PDI Perjuangan
Tjahjo Kumolo yang mengungkap
penyadapan ini ke publik melalui
media massa pertama kali pada 20
Februari 2014.
Penyadapan di
Rumah Jokowi
Misteri
15
16
Sorotan
P
enyadapan itu dilakukan
di di tiga tempat
tersembunyi di rumah
Jokowi, yaitu di tempat
tidur, di ruang tamu, dan di
tempat makan. Terbongkarnya
aksi penyadapan ini 3 bulan
sebelum pengungkapan Tjahjo
ke publik yaitu sekitar bulan
Desember 2013. Sumber disini.
Sontak, apa yang diungkap
oleh Tjahjo tentang penyadapan
Jokowi tersebut mengegerkan
jagad perpolitikan di tanah
air. Kontoversi dan spekulasi
pun berkembang. Lalu siapa
sebenarnya penyadap Jokowi,
dan apa tujuannya? Dan anehnya
kenapa penyadapan baru
diungkapkan sekarang?
Sebagaimana kita ketahui
bersama bahwa Joko Widodo
(Jokowi) sang Gubernur DKI
Jakarta adalah calon yang
digadang-gadang oleh sebagian
besar masyarakat Indonesia
untuk menggantikan Presiden
SBY yang habis masa jabatannya
di tahun 2014 ini.
Hampir semua lembaga
survei menempatkan Jokowi
di tempat teratas sebagai calon
presiden yang mendapat simpati
masyarakat. Terakhir Pusat
Kajian Pancasila, Hukum, dan
Demokrasi Universitas Negeri
Semarang (Puskaphdem-Unnes)
menempatkan Joko Widodo
di tempat teratas sebagai
calon presiden dari tokoh
muda yang paling potensial
dan mendapatkan dukungan
masyarakat, kemudian berturut-
turut disusul oleh Priyo Budi
Santosi, dan Hary Tanoe.
Elektabilitas Jokowi mencapai
20,28 persen, Priyo Budi Santoso
(16,26 persen), dan Hary Tanoe
(11,3 persen).
Jokowi karena prestasi
kepemimpinannya yang diakui
baik di dalam negeri maupun di
dunia, menjadikan kegiatannya
diliput oleh media.
Dia tidak berambisi untuk
menjadi presiden, tetapi justru
inilah Jokowi berulang kali
menempati tempat teratas dari
hampir berbagai survei sebagai
calon presiden harapan sebagian
rakyat Indonesia.
PDIP tentu saja gembira
dengan besarnya antusiasme
dukungan terhadap Jokowi.
Jokowi adalah tiket kemenangan
PDIP untuk bisa memenangkan
pemilu. Dan tentu saja PDIP
17
Sorotan
berkepentingan untuk menjaga
stabilitas antusiasme dukungan
terhadap Jokowi.
Belum Dicapreskan
Walaupun demikian,
moncernya Jokowi tidak
serta merta membuat PDIP
mendeklarasikannya sebagai
calon presiden pada pilihan
presiden 2014 mendatang.
Semua mata mengarah kepada
Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnopoetri, karena
ditangannyalah keputusan
pencapresan Jokowi itu
berada. Tentu saja diam dan
bergemingnya Megawati ini
membuat tidak sabar tidak hanya
lawan politik PDIP, bahkan juga
pendukung Jokowi.
Lawan politik PDIP dan
Jokowi tidak akan membiarkan
perjalanan Jokowi mulus untuk
menuju kursi presiden. Setiap
ada kesempatan baik itu capres-
capres lainnya, partai-partai
lawan PDIP maupun para
pembenci Jokowi (Jokowi haters)
terus menyerang Jokowi demi
untuk mendowngrade Jokowi.
Serangan-serangan yang tak
logis semisal Jokowi mesti
bertanggung jawab terhadap
terbakarnya 1,000 rumah di
wilayah Jakarta, penggunaan
dana operasional milyaran,
dan lain-lain serta yang
terakhir macet, banjir dan
kontroversi BKTB diarahkan
kepada Jokowi. Jokowi dalam
menghadapi serangan-serangan
itu menghadapi dengan
tidak membalas serangan
itu, tetapi sebaliknya malah
mementahkannya dengan bekerja
keras memecahkan masalah yang
dijadikan sebagai alat untuk
menyerangnya.
Dan sampai saat ini bahkan
simpati kepada Jokowi justru
bertambah. Bukti yang paling
nyata adalah fenomena
desakan para Jokowi Lover
kepada Megawati yang mulai
bermunculan secara sporadis
di seluruh wilayah Indonesia
agar PDIP segera mencapreskan
Jokowi. Terakhir deklarasi
dukungan Jokowi muncul dari
Jawa Timur.
Tak disukainya Jokowi
sebagai capres yang digadang-
gadang oleh sebagian besar
masyarakat, tak hanya berasal
dari luar PDIP bahkan dari
dalam dalam PDIP sendiri.
Hal ini jelas bisa diketahui
dengan dimunculkannya usulan
Semua mata mengarah kepada
Ketua Umum PDIP Megawati
Soekarnopoetri, karena
ditangannyalah keputusan
pencapresan Jokowi itu berada.
“
18
Sorotan
pencapresan Megawati oleh
orang-orang di sekitar Megawati.
Tentu saja hal ini
menyebabkan Megawati
semakin diam mengunci mulut
terkait keputusannya terhadap
Jokowi. Megawati ingin kader-
kader PDIP tidak retak bahkan
bermusuhan. Megawati mengaca
dari pengalaman kasus Partai
Demokrat yang rusak dari dalam
karena perpecahan antar elit-elit
pimpinannya, sehingga saling
menjatuhkan dengan saling
mengungkap kasus-kasus yang
menimpa di antara mereka.
Diamnya Megawati ini justru
dibaca dan disalahmengertikan
oleh sebagian kalangan intern
PDIP itu, bahwa Megawati masih
berkeinginan menjadi Presiden.
Lontaran sebagian intern PDIP itu
menimbulkan aksi yang berujung
“Jokowi Yes, PDIP No”.
Lontaran isu penyadapan di
rumah dinas Jokowi oleh Tjahjo
Kumolo adalah juga merupakan
bukti ketidakharomonisan
intern PDIP. Tjahjo menyadari
bahwa untuk mendowngrade
Jokowi tidak bisa dengan jalan
menyerang pekerjaan Jokowi,
karena Jokowi adalah orang kerja
yang hampir semua pekerjaannya
memberikan hasil memuaskan.
Sulit menjatuhkan Jokowi dari
sisi ini.
Semua rakyat mengetahui jika
Jokowi serius dan profesional
dalam bekerja, karena itu
untuk membuat Jokowi
tidak berkonsentrasi dalam
pekerjaannya dilontarkanlah isu
penyadapan yang terjadi 3 (tiga)
bulan sebelumnya.
Pada akhirnya Jokowi sejak isu
ini dilontarkan sampai sekarang,
Jokowi lah dikejar-kejar untuk
menjelaskan duduk persoalan
isu penyadapan ini, kenapa
sampai tidak dilaporkan kepada
kepolisian jika memang benar-
benar disadap.
Lawan-lawan politik yang
tidak menyukai Jokowi mulai
memberondong tuntutan
penjelasan dari Jokowi dari
berbagai pertanyaan. Isu
penyadapan ini jelas ini
mengalihkan konsentrasi
Jokowi dalam bekerja. Saat
ini pemberitaan di hampir
media massa terkait pekerjaan
Jokowi mulai bergeser pada isu
penyadapan Jokowi. Ini jelas
tidak produktif. Tjahjo yang
melontarkan, Jokowi yang sibuk
memberikan keterangan.
Sulit jika isu penyadapan ini
tidak dilaporkan kepada polisi
apapun alasannya. Penyadapan
adalah isu yang serius, apalagi
dilakukan terhadap Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo,
calon yang digadang-gadang
oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia.
Pihak POLRI hendaknya
mengambil inisiatif untuk
menyelidiki kasus penyadapan
ini baik ada atau tidaknya
laporan dari Jokowi. Karena
yang disadap adalah lembaga
pemerintahan daerah. Pihak
POLRI harus mengungkap
siapa pelaku penyadapan itu.
Karena penyadapan tanpa hak
merupakan tindak pidana.
Hal ini diatur dengan tegas
dalam UU No 36 Tahun 1999
tentang Telekomunikasi Pasal
40 yang menyatakan, bahwa
setiap orang dilarang melakukan
kegiatan penyadapan atas
informasi yang disalurkan
melalui jaringan telekomunikasi
dalam bentuk apapun.
Pelanggaran terhadap ketentuan
ini diancam pidana 15 (lima
belas) tahun penjara.
Pihak POLRI
harus
mengungkap
siapa pelaku
penyadapan
itu. Karena
penyadapan
tanpa hak
merupakan
tindak pidana.
19
Sorotan
A
jang pemilihan
capres internal yang
telah digelar sejak
pertengahan tahun lalu
tentunya merupakan pencurian
start kampanye yang paling
nyata, sebut saja Konvensi Partai
Demokrat, yang kemudian
dilanjutkan Pemilihan Raya PKS.
Waktu yang hampir sembilan
bulan untuk sebuah Konvensi
PD merupakan ajang merebut
simpati rakyat paling lama dan
paling makan banyak biaya,
karena setiap peserta diharuskan
mensosialisasikan visi, misi dan
program kerjanya ke tengah
masyarakat.
Mereka ke lapangan tentunya
membawa simbol-simbol
Partai Demokrat dan juga
menyampaikan program dan
pandangan partai yang didirikan
Presiden SBY tersebut, sehingga
sama saja merupakan sebuah
kampanye yang terang-terangan.
Kita ingat pada pemilu
Banyak yang Curi Start
Kampanye, Bawaslu Diam
Sejumlah partai, baik partai besar
maupun partai medioker secara
terang-terangan terus mencuri start
kampanye menjelang Pemilihan
Umum Legislatif dan Presiden.
20
Sorotan
sebelumnya, kumpul di sebuah
ruangan untuk berdiskusi saja
langsung dibubarkan aparat
penegak hukum karena dianggap
kampanye, dan ini malah
dilakukan di lapangan terbuka.
Tak hanya Demokrat, PKS
juga secara jelas melanggar
aturan Pemilu, karena juga
mengumpukman kadernya di
sebuah lapangan, dan sang capres
menyampaikan visi dan misinya
bila dia jadi presiden.
Hal itu karena KPU tidak
pernah menetapkan aturan
kampanye konvensi partai,
seperti di AS. Dan kegiatan yang
paling baru akhir-akhir ini adalah
Apel Siaga Nasional Demokrat
(Nasdem). Ribuan orang terlibat
didalamnya, baik pemain,
pengisi acara, dan show off kader
Nasdem dari seluruh Indonesia.
Acara ini juga sekaligus ingin
menunjukkan kekuatan partai
baru ini di kancah perpolitikan
Indonesia, partai baru dengan
‘rasa’ Golkar karena didirikan
oleh mantan elit elit Golkar.
Surya Paloh mengklaim bahwa
ini adalah konsolidasi besar Partai
Nasdem dalam menghadapi
Pemilu legislatif April mendatang.
Acara yang dirangkaikan dengan
pelantikan secara simbolis DPR
(Dewan Pimpinan Ranting)
seluruh Indonesia ini dihadiri
kurang lebih 180 ribu kader
seluruh Indonesia.
Sedikit mengkritisi Gelar
Apel siaga ini, jika dilihat
dari kacamata publik ini bisa
dikatakan kampanye terbuka.
KPU sudah mengingatkan bahwa
kampanye terbuka hanya boleh
dilakukan selama 21 hari sebelum
masa tenang dan aturan kampanye
sudah diatur dalam regulasi KPU
nomor 6 tahun 2013.
Aturan ini mengikat semua
partai politik termasuk Partai
Nasdem, setidaknya partai politik
bisa menahan diri.
Jika Gelar Apel Siaga
Partai Nasdem ini dianggap
melanggar aturan pemilu,
maka pelanggaran ini masuk
dalam kategori tindak pidana
pemilu dan Badan Pengawasan
Pemilihan Umum (Bawaslu)
sebagai badan pengawas pemilu
berhak memberikan sanksi atas
pelanggaran jadwal kampanye
setelah memberikan rekomendasi
pada KPU untuk menegur partai
politik yang bersangkutan.
Pelanggaran pemilu dengan
melakukan kampanye diluar
jadwal bukan saja melanggar
pidana pemilu tetapi juga sudah
melanggar administratif. Dan
sesuai Undang- Undang pemilu,
kampanye terbuka diluar jadwal
bisa diancam pidana kurungan 1
tahun penjara dan denda maximal
12 juta.
21
Profil Partai
P
artai Demokrasi
Indonesia itu lahir dari
hasil fusi 5 (lima) partai
politik, yaitu PNI, Partai
Kristen Indonesia (Parkindo),
Partai Katolik, Ikatan Pendukung
Kemerdekaan Indonesia (IPKI),
dan Murba.
Setelah melalui proses yang
panjang akhirnya pada tanggal
10 Januari 1973 tepat jam 24.00
di Kantor Sekretariat PNI di
Jalan Salemba Raya 73 Jakarta,
disepakati fusi 5 Partai Politik
PDIP Lahir dari Keringat & Darah
Nasionalisme
Harga Mati
PDI Perjuangan merupakan partai
politik yang sebenarnya adalah
partai yang secara langsung
memiliki tali kesejarahan dengan
partai politik masa orde lama. PDI
Perjuangan sebenarnya kelanjutan
dari Partai Demokrasi Indonesia
yang berdiri pada tanggal 10
Januari 1973.
22
Profil Partai
menjadi satu wadah Partai yang
bernama Partai Demokrasi
Indonesia.
Deklarasi ditandatangani oleh
wakil kelima partai yaitu MH.
Isnaeni dan Abdul Madjid (PNI),
A. Wenas dan Sabam Sirait
(Parkindo), Beng Mang Rey
Say dan FX. Wignyosumarsono
(Partai Katolik), S. Murbantoko
R. J. Pakan (Murba) dan Achmad
Sukarmadidjaja dan Drs. Mh.
Sadri (IPKI).
Namun, dalam perjalanannya,
hingga saat Kongres IV, konflik
internal tak pernah berhenti
mendera partai berlambang
banteng tersebut. Kongres IV di
Medan pun gagal dan berakhir
dengan kericuhan.
Setelah gagalnya Kongres
IV PDI yang berlangsung di
Medan, muncul nama Megawati
Soekarnoputri yang diusung
oleh warga PDI untuk tampil
menjadi Ketua Umum. Megawati
dianggap mampu menjadi tokoh
pemersatu PDI.
Dukungan terhadap Megawati
semakin kuat dalam bursa calon
Ketua Umum DPP PDI. Muncul
kekhawatiran pemerintah dengan
fenomena tersebut. Pemerintah
tidak ingin Megawati tampil
sebagai Ketua Umum PDI.
Kendati penghadangan oleh
pemerintah terhadap Megawati
untuk tidak maju sebagai
kandidat Ketua Umum sangat
kuat, keinginan  sebagian besar
peserta KLB untuk menjadikan
Megawati sebagai Ketua Umum
DPP PDI tidak dapat dihalangi
hingga akhirnya Megawati
dinyatakan sebagai Ketua Umum
DPP PDI  periode 1993-1998
secara de facto.
Untuk menyelesaikan konflik
PDI,atas prakarsa pemerintah,
digelar Musyawarah Nasional
(Munas) pada tanggal 22-23
Desember 1993 di Jakarta
dan secara de jure Megawati
Soekarnoputri dikukuhkan
sebagai Ketua Umum DPP PDI.
Berakhirnya Munas ternyata
tidak mengakhiri konflik internal
PDI. Kelompok Soerjadi sangat
gencar melakukan penggalangan
ke daerah-daerah dengan
tujuan untuk mendapatkan
dukungan menggelar Kongres.
Dan Kongres pun benar-benar
berlangsung di Medan, pada
1997.
Meskipun masa pendukung
Megawati yang menolak
keras Kongres Medan, namun
Pemerintah tetap mengakui
hasil Kongres tersebut dan
menyatakan PDI hasil Kongres
Medan sebagai peserta Pemilu
tahun 1997.
Tanggal 25 Juli 1996 Presiden
Soeharto menerima 11 pengurus
DPP PDI hasil Kongres Medan
yang dipimpin oleh Soerjadi
selaku Ketua Umum dan Buttu
Hutapea selaku Sekretaris
Jenderal. Hal ini semakin
23
Profil Partai
membuat posisi Megawati
dan para pengikutnya semakin
terpojok.
Sabtu Kelabu 27 Juli
Masa pendukung Megawati
mengadakan “Mimbar
Demokrasi” di halaman Kantor
DPP PDI di Jalan Diponegoro
hingga pada tanggal 27 Juli 1996,
kantor DPP PDI diserbu oleh
ratusan orang berkaos merah
yang bermaksud mengambil
alih kantor DPP PDI. Peristiwa
ini kemudian dikenal dengan
Peristiwa “Sabtu Kelabu 27 Juli”
yang banyak menelan korban
jiwa.
Pada Pemilu 1997 Megawati
melalui Pesan Hariannya
menyatakan
bahwa PDI
dibawah
pimpinannya
tidak ikut
kampanye atas
nama PDI.
Pemilu 1997
diikuti oleh
PDI di bawah
kepemimpinan
Soerjadi.
Tahun 1998
membawa
angin segar bagi
PDI dibawah
kepemimpinan
Megawati. Di
tengah besarnya
keinginan
masyarakat
untuk melakukan
reformasi politik,
PDI di bawah kepemimpinan
Megawati kian berkibar, terutama
pasca Lengsernya Soeharto.
Pada tanggal 8-10
Oktober 1998, PDI di bawah
kepemimpinan Megawati
menyelenggarakan Kongres
V PDI yang berlangsung di
Denpasar Bali. Kongres ini
berlangsung secara demokratis
dan dihadiri oleh para duta besar
negara sahabat.
Di dalam Kongres V PDI,
Megawati Soekarnoputri terpilih
kembali menjadi Ketua Umum
DPP PDI periode 1998-2003
secara aklamasi.
Didalam Kongres tersebut,
Megawati diberi kewenangan
khusus untuk mengambil
langkah-langkah organisatoris
dalam rangka eksistensi
partai, NKRI dan UUD 1945,
kewenangan tersebut dimasukan
di dalam AD-ART PDI.
Meskipun pemerintahan sudah
berganti, namun yang diakui oleh
Pemerintah adalah masih tetap
PDI  dibawah kepemimpinan
Soerjadi dan Buttu Hutapea.
Oleh karenanya agar dapat
mengikuti Pemilu tahun 1999,
Megawati mengubah nama
PDI menjadi PDI Perjuangan
pada tanggal 1 Februari 1999,
kemudian dideklarasikan pada
tanggal 14 Februari 1999 di
Istoran Senayan Jakarta.
Pemilu tahun 1999 membawa
berkah bagi PDI Perjuangan,
dukungan yang begitu besarnya
dari masyarakat menjadikan
PDI Perjuangan sebagai
pemenang Pemilu dan berhasil
menempatkan wakilnya di DPR
sebanyak 153 orang.
Dalam perjalananya kemudian,
Megawati terpilih sebagai Wakil
Presiden mendampingi KH
Abdurahman Wahid yang terpilih
didalam Sidang Paripurna MPR
sebagai Presiden Republik
Indonesia Ke - 4.
Meski sebagai partai penguasa,
PDI Perjuangan ternyata tidak
mampu meraih kemenangan
di dalam Pemilu Legislatif dan
Pemilu Presiden tahun 2004.
PDI Perjuangan hanya mampu
memperoleh suara diurutan
kedua dengan 109 kursi di DPR.
24
Profil Partai
C
ita-cita luhur untuk
membangun dan
mewujudkan Indonesia
yang merdeka,
berdaulat, bersatu, demokratis,
adil dan makmur serta beradab
dan berketuhanan  sebagaimana
termaktub di dalam Pembukaan
UUD 1945 adalah merupakan
cita-cita bersama dari seluruh
rakyat Indonesia.
Perwujudan cita-cita bersama
tersebut menuntut keterlibatan
semua kekuatan bangsa, baik
secara individual maupun secara
kolektif, sekaligus merupakan
hak dan tanggung jawab seluruh
rakyat.
PDI Perjuangan sebagai
wadah dan alat perjuangan
serta kekuatan politik
rakyat berasaskan Pancasila
sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sesuai
jiwa dan semangat lahirnya pada
1 Juni 1945.
Di dalam perwujudannya, PDI
Perjuangan mempunyai jati diri
kebangsaan, kerakyatan, dan
keadilan sosial dengan watak
demokratis, merdeka, pantang
menyerah, dan terbuka yang
seluruhnya merupakan modal
perjuangan untuk membangun
bangsa dan karakter bangsa serta
menggerakkan kekuatan dan
memperjuangan aspirasi rakyat
menjadi kebijakan negara.
Untuk itu PDI Perjuangan
mempunyai tugas
mempertahankan dan
mewujudkan cita-cita Negara
Proklamasi 17Agustus 1945,
melaksanakan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dalam
kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta
mempersiapkan kader Bangsa.
Oleh karena itu, melalui
ke­kuatan dan kekuasaan
politik yang senantiasa akan
diperjuangkan, PDI Perjuangan
bertekad untuk mewujudkan
kehidupan kebangsaan yang
bebas, merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur
dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Lahirnya PDI-Pdapat
dikaitkan dengan peristiwa 27
Juli 1996, dimana kantor DPP
PDI diserbu oleh ratusan orang
berkaos merah yang bermaksud
mengambil alih kantor DPPPDI.
Peristiwa ini kemudian dikenal
dengan Peristiwa “Sabtu Kelabu
27 Juli” yang banyak menelan
korban jiwa. Hasil dari peristiwa
ini adalah tampilnya Megawati
Soekarnoputri di kancah
perpolitikan nasional.
Walaupun sebelum peristiwa
ini Megawati tercatat sebagai
Ketua Umum Partai Demokrasi
Indonesia dan anggota Komisi
I DPR, namun setelah peristiwa
inilah, namanya dikenal di
seluruh Indonesia.
Setelah dibukanya kehidupan
kepartaian politik oleh Presiden
Habibie, untuk menyongsong
Pemilu 1999, PDIPdidirikan.
Pemilu tahun 1999 membawa
berkah bagi PDI Perjuangan,
dukungan yang begitu besarnya
dari masyarakat menjadikan
PDI Perjuangan sebagai
pemenang Pemilu dan berhasil
menempatkan wakilnya di DPR
sebanyak 153 orang.
Dalam perjalanannya
kemudian, Megawati terpilih
sebagai Wakil Presiden men­dam­
pingi KHAbdurahman Wahid
yang terpilih didalam Sidang
Paripurna MPR sebagai Presiden
Republik Indonesia Ke-4.
Setelah Kongres I PDI
Perjuangan tahun 2000, pada
tahun 2001 Megawati diangkat
menjadi Presiden Republik
Indonesia Ke-5 menggantikan
KHAbdurahman Wahid yang
diturunkan dalam Sidang
Istimewa MPR-RI. Diangkatnya
Megawati Soekarnoputri sebagai
Presiden RI ke-5 membawa
perubahan pada sikap politik
PDI Perjuangan dan cap sebagai
partai penguasa melekat di PDI
Perjuangan.
Sayangnya, partai ini hanya
solid saat tidak berkuasa. Dan
manakala kekuasaan itu datang,
kadernya begitu kemaruk
mereguk kekuasaan hingga lupa
diri dan banyak terjebak pada
korupsi. Penjualan aset-aset
negara pun merupakan sesuatu
hal yang menjadi nilai minus
partai tersebut.
PDIP Solid Saat
Tak Berkuasa
Profil Caleg
ParniHadi,calonDPDRIDapilDKIJakarta
Sahabat Dhuafa
& Disabilitas
K
emudian di tahun 1980-an, dia
merintis perwakilan LKBN
Antara untuk wilayah Eropa di
Hamburg – Jerman Barat.
Tahun 1993 dia menjadi Pemimpin
Umum/Pemimpin Redaksi Harian
Republika di bawah bendera PT Abdi
Bangsa. Karirnya terus menanjak
di tahun 1998 – 2000 sebagai
Pemimpin Umum/
Pemimpin Redaksi
LKBN Antara.
Pada tahun
1999, Parni
Parni Hadi, nama
yang tidak asing bagi
insan pers nasional.
Rekam jejaknya
di dunia pers telah
dikenal mulai dari
tahun 1970-an sebagai
reporter LKBN Antara
biro Inggris dan reporter
Istana Presiden.
25
26
Profil Caleg
Hadi menerima penghargaan Bintang
Mahaputra Utama sebagai Tokoh Pers
Nasional . Jabatan terakhir di dunia
pers yaitu sebagai Direktur Utama
RRI (2005 -2010).
Di bidang jurnalisme, Parni pernah
mendapatkan Bintang Mahaputra
Utama sebagai Tokoh Pers Nasional
1999.
Sebagai tokoh pers nasional Parni
tidak hanya berkecimpung di dunia
kewartawanan, dia juga berperan aktif
dalam kegiatan sosial, budaya, dan
teater.
Salah satu lembaga sosial dan
kemanusiaan yang didirikannya
bersama rekan-rekan wartawan
dan sudah beroperasi di dalam dan
luar negeri adalah Dompet Dhufa
Republika. Hingga kini ParniHadi
masih menjabat sebagai Ketua
Yayasan tersebut.
Latar Belakang
Sebenarnya sejak dia menjabat
di lembaga-lembaga negara yang
strategis, dia sering ditawarkan untuk
bergabung di berbagai partai politik.
Namun, Parni selalu menolak dengan
halus. Lalu, mengapa di tahun ini
beliau mencalonkan diri sebagai
anggota DPD RI?
Alasan utamanya adalah para
pendukungnya bukan dari partai
politik, melainkan dari komunitas
dhuafa dan disabilitas. Menurutnya,
kaum dhuafa harus diberdayakan
untuk mendapatkan hidup yang layak,
bukan dengan cara memberi dan belas
kasihan. Kemudian, Jakarta sebagai
Nama	:	 Parni Hadi
Tempat/Tanggal Lahir	:	 Madiun, 13 Agustus 1948
Agama	:	Islam
Pendidikan	:	
1.	 IKIP – Bahasa Inggris
2.	 Science Journalism, Jerman
3.	 Kursus Singkat Lemhannas (KSA) Angkatan VI
4.	 Magister Management pada Technological University of the Philippines
Pekerjaan	:
1.	 LKBN Antara sejak 1973-2000. Jabatan terakhir Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi 1998-2000
2.	 Managing Editor, Indonesia Magazine, 1978-1979
3.	 Staf Ahli NDIO (National Development Information Office), 1986-1990
4.	 Sekretaris Eksekutif Media Center KTT Non Blok, 1992
5.	 Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Umum REPUBLIKA/Direktur Produksi PT. Abdi Bangsa, 		
	1993-1997
6.	 Pemimpin Umum Harian Umum REPUBLIKA, 1997-2000
7.	 Pendiri dan Pemimpin Redaksi “Earth Wire Service”, (Jaringan Pertukaran Berita Lingkungan Hidup) 		
	 bekerjasama dengan UNESCO, 1992-Sekarang,
8.	 Pendiri/Ketua Yayasan Dompet Dhuafa REPUBLIKA,1993-Sekarang
9.	 Pendiri/Komisaris PT Indonesia Media Network (Internet), 1995-2000.
10.	Pengurus Yayasan Abdi Bangsa, 1995-2000
11.	Pendiri Majalah UMMAT, 1997-1999
12.	Ketua Dewan Redaksi Tabloid TEKAD, 1998-2000
13.	Penasihat ahli Kapolri bidang komunikasi,1999-2006
14.	Talkshow Master/Host di MetroTV, TVRI, TV 7, RadioTrijaya FM, Radio Suara Metro, 2001-2005.
15.	Widyaiswara/Dosen Tamu di LEMHANNAS, SESPIM POLRI, SESKOAL, SESKOAU
16.	Dirut RRI  2005-2010
17.	Pemimpin Umum Majalah SwaraCinta (2011-)
Afiliasi Profesi	:	
1.	 Anggota Dewan Siaran Nasional, 1991-1995
2.	 Wakil Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, 1988-1993
3.	 Anggota Dewan Pers, 1988-1998
4.	 Sekretaris Jenderal Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA), 1988-1991
5.	 Sekretaris Jenderal PWI, 1993-1998
6.	 Ketua Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), 1999-2004.
7.	 Anggota Badan Pertimbangan SPS, 2004-2008.
27
Profil Caleg
ibukota negara belum “ramah”
terhadap kaum disabilitas untuk
mengakses fasilitas publik seperti
transportasi.
Terkait dengan strategi
pemenangan, Parni menyebutnya
berat. Hal itu dia ungkapkan
dalam pertemuan para
pendukungnya di rumah makan
pecel madiun di kawasan
Ragunan, Jakarta kepada
puluhan ketua komunitas yang
mendukungnya pada hari Rabu
(12/2).
Komunitas yang berkumpul
saat itu sangat beragam, mulai
dari komunitas disabilitas,
pencak silat, ulama, UKM,
relawan medis, hingga penggiat
media sosial yang siap membantu
secara sukarela.
Sebagai calon anggota DPD
RI Dapil DKI Jakarta, Parni
Hadi harus bersaing dengan 35
orang calon lainnya, sedangkan
kursi yang diperebutkan hanya 4
orang.
“Pantang bagi saya
menggunakan dana kaum
dhuafa maupun dari sumbangan
pengusaha untuk membiayai
kampanye ini. Silahkan dicarikan
cara yang cerdas dan efektif.
Uang pensiun saya tidak cukup
untuk berkampanye di media
TV dan pengumpulan massa.
Dan, Saya tidak bernafsu untuk
pidato di hadapan ribuan massa,”
katanya.
Parni Hadi di kalangan usia
35 tahun masih dikenal, namun
untuk usia pemilih 17-30 tahun
masih belum begitu dikenal.
Strategi yang akan dilakukan
adalah lewat media sosial yang
sedang digandrungi masyarakat
Indonesia, khususnya Jakarta.
Pengguna media sosial di Jakarta
mencapai 9 juta pengguna dan
70% nya berusia 17-25 tahun.
Jadi, strategi yang dilakukan
adalah kampanye media sosial
dengan mengusung konten untuk
pemberdayaan kaum dhuafa dan
disabilitas. Ide menarik lainnya
yang tercetus dari komunitas
pencak silat adalah mengangkat
budaya pencak silat untuk
didaftarkan sebagai warisan
luhur bangsa Indonesia di
UNESCO PBB.
Sebagai tokoh nasional
dan memiliki kolega di dunia
internasional Parni Hadi berani
mengemban tugas ini untuk
kampanyenya. Parni juga pernah
menyabet Kalpataru tingkat DKI
2008.
Kata “Berat” akan menjadi
“Ringan” jika dukungan
sukarela mengalir dari pemilih
cerdas dengan kampanye
cerdas. Pilihlah wakil Anda
di DPD RI dengan calon yang
rekam jejaknya telah teruji.
Dukungan kepada Parni Hadi
dapat disalurkan di media sosial,
Fanpage Facebook: www.
facebook.com/ParniHadi,
Twitter: @ParniHadi01, dan
website www.parnihadi.com
kaum dhuafa harus diberdayakan untuk mendapatkan
hidup yang layak, bukan dengan cara memberi dan
belas kasihan dan Jakarta sebagai ibukota negara
belum “ramah” terhadap kaum disabilitas untuk
mengakses fasilitas publik seperti transportasi
Serba-Serbi
28
P
artai Golkar menyatakan
telah siap memenangkan
Pemilihan Umum
(Pemilu) 2014. Hal
ini disebabkan Partai Golkar
memiliki Juru Kampanye
Nasional (Jurkamnas) dan Juru
Kampanye Daerah (Jurkamda)
yang tersebar di seluruh pelosok
Indonesia.
“Kami satu-satunya partai
di Indonesia yang memiliki
Jurkamnas dan Jurkamda hingga
ke tingkat kecamatan dan desa
di seluruh wilayah di Tanah
Air,” ujar Sekretaris Umum
BKPP DPP Partai Golkar, Rully
Chairul Azwar dalam konferensi
pers tentang “Partai Golkar Siap
Memenangkan Pemilu 2014 di
Media Lounge AMPI, Komplek
DPP partai Golkar, Slipi, Jakarta
Barat, Senin (17/2/2014).
Menurutnya, saat ini Partai
Golkar menyebar 50.000
Jurkamnas dan Jurkamda untuk
menjelaskan program-program
Golkar kepada masyarakat.
Para Jurkamnas dan Jurkamda
itu terdiri dari para caleg DPR
RI, DPRD Provinsi dan DPRD
Kabupaten/Kota, pengurus
Golkar, tokoh masyarakat, serta
simpatisan partai Golkar.
Sebelum terjun langsung
ke masyarakat, kata Rully
Chairul Azwar, para Jurkamnas
dan Jurkamda telah diberi
pelatihan untuk memantapkan
langkah-langkah sosialisasi
dan mobilisasi yang efektif dan
efisien. Rully yakin kehadiran
Jurkamnas dan Jurkamda dapat
meningkatkan perolehan suara
Partai Golkar secara nasional.
Rully menilai, para Jurkamnas
dan Jurkamda merupakan
kader-kader yang teruji dalam
menggerakan mesin partai dan
memberikan solusi terhadap
aspirasi masyarakat. “Mereka
adalah kader-kader yang mampu
membaur dengan masyarakat
setempat,” tegasnya.
Sementara Anggota Fraksi
Partai Golkar DPR RI Meutya
Hafid menambahkan, Pemilihan
Legislatif (Pileg) maupun
Pemilihan Presiden (Pilpres)
yang sudah di depan mata akan
dimenangkan oleh Partai Golkar
apabila semua kader partai
bekerja keras dan bekerja sama
dengan baik untuk memenangkan
Pemilu 2014.
“Semua kader harus bekerja
keras untuk memenangkan
Pemilu 2014. Untuk itu para
kader Golkar harus saling bahu-
membahu dengan kader Golkar
lain di seluruh Indonesia,”
jelasnya.
Dia mengatakan, para
Jurkamnas dan Jurkamda
merupakan kader Golkar yang
telah memiliki modal sosial di
masyarakat setempat. “Mereka
adalah para tokoh yang telah
berbuat banyak di daerahnya,”
katanya.
Ditambahkan, Partai Golkar
telah membekali para Jurkamnas
dan Jurkamda dengan visi
pembangunan Indonesia hingga
tahun 2045. Partai Golkar juga
merupakan satu-satunya partai di
Indonesia yang memiliki konsep
pembangunan jangka panjang.
“Partai Golkar juga akan
melakukan pelatihan saksi untuk
mengawasi pemungutan dan
penghitungan suara,” imbuhnya.
Para kader Golkar yang
menjadi Jurkamnas dan
Jurkamda diantaranya Sekretaris
Jenderal DPP Partai Golkar Idrus
Marham, Wakil Ketua Umum
DPP Sharif Cicip Sutardjo, Wakil
Bendahara Umum Erwin Aksa,
Ketua DPP Indra Bambang
Utoyo, dan para kader Golkar
lainnya. (Gtk-02)
50.000 Juru Kampanye Siap
Sosialisasikan Program Golkar
29
Serba-Serbi
T
ujuan digelarnya
Konvensi Calon Presiden
Partai Demokrat
2014 agar masyarakat
mengenal siapa Presiden RI
mendatang. Hal itu disampaikan
Ketua Komite Konvensi Calon
Presiden Partai Demokrat 2014
Maftuh Basyuni saat membuka
“Debat Bernegara” Konvensi
Capres Partai Demokrat di
Borneo Ballroom, Novotel Hotel,
Jalan Brigjen Ery Suparjan,
Balikpapan, Kalimantan Timur.
Maftuh Basyuni menjelaskan,
konvensi adalah acara besar yang
digagas Ketua Umum PD Susilo
Bambang Yudhoyono. Maftuh
berterimakasih pada Partai
Demokrat dan masyarakat karena
debat konvensi di Balikpapan bisa
digelar.
Dia berharap konvensi capres
ini akan menjadi tradisi untuk
terus dilaksanakan di Indonesia.
Harapannya, kesejahteraan
masyarakat bisa makin terwujud
karena terpilihnya pemimpin
lewat sistem sangat demokratis.
Sebelum dibuka Maftuh, acara
telah diramaikan dengan yel-yel
para pendukung peserta konvensi
capres. Yel-yel makin bergemuruh
ketika para peserta konvensi
masuk ke ruangan di Novotel
Hotel, Balikpapan. Kehadiran
mereka langsung disambut tarian
tradisional dari Suku Dayak,
sebagai ucapan selamat datang
Acara kemudian dilanjutkan
dengan menyanyikan Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya dan
Mars Partai Demokrat.
“Debat Bernegara” di
Balikpapan kali ini mengadu
argumentasi dan pemikiran para
capres mengenai tema persoalan
ekonomi dan hukum yang
dikaitkan dengan isu-isu lokal.
Dalam debat moderator meminta
kesebelas peserta yang dibagi
dalam dua sesi memaparkan
secara bergiliran gagasan dan
pemikiran mereka.
“Debat Bernegara” sesi
pertama di Balikpapan dimulai
pukul 09.00 hingga 12.35
WITA. Debat ini diikuti Tim
Garuda yakni Anies Baswedan
(Rektor Universitas Paramadina);
Irman Gusman (Ketua Dewan
Perwakilan Daerah); Pramono
Edhie Wibowo (mantan Kepala
Staf Angkatan Darat); dan
Dahlan Iskan (Menteri BUMN).
Sedangkan debat sesi kedua
dimulai pukul 13.00 hingga
15.46 WITA. Debat ini diikuti
Tim Rajawali, yakni: Sinyo
Harry Sarundajang (Gubernur
Sulawesi Utara), Ali Masykur
Musa (anggota Badan Pemeriksa
Keuangan), Marzuli Alie (Ketua
DPR-RI), Gita Wirjawan (mantan
Menteri Perdagangan), Hayono
Isman (anggota Komisi I DPR
dari Fraksi Partai Demokrat),
Dino Patti Djalal (mantan Dubes
RI di AS), dan Endriartono
Sutarto (mantan Panglima TNI).
Debat bernegara kali ini
dipandu dua moderator yang
merupakan intelektual asal Kaltim
yakni Profesor Adri Patton dan
Dr Aji Sofyan Efendi. Debat
tersebut dihadiri para Anggota
Komite Konvensi Capres PD,
petinggi DPP-PD, Gubernur
Kaltim, para walikota-bupati
se-Kaltim, Pengurus DPD-PD
Kaltim, Anggota DPR-RI Partai
Demokrat Dapil Kaltim, dan
Caleg DPR-RI Partai Demokrat
Dapil Kaltim, pimpinan DPC-PD
se-Kaltim, serta para kader dan
pendukung para peserta Konvensi
Capres Partai Demokrat
Sebelum digelar di Balikpapan,
Komite Konvensi Capres Partai
Demokrat telah menggelar “Debat
Bernegara” di Kota Medan,
Palembang, Bandung, Surabaya,
dan Denpasar. (Gtk-01)
Konvensi PD agar Masyarakat
Kenal Presiden Mendatang
30
Serba-Serbi
N
ew York Times dan
Canberra Times
edisi akhir pekan
lalu mengulas soal
jutaan pelanggan PT Telkomsel
yang disadap Badan Keamanan
Nasional Amerika Serikat
(NSA) dan Direktorat Intelijen
Australia.
Canberra Times dan New
York Times juga memberitakan
soal bocoran dokumen rahasia
dari Edward Snowden, mantan
kontraktor NSA, yang kini
menjadi buronan AS. Dokumen
Snowden menunjukkan, dinas
spionase elektronik Australia
melakukan penyadapan secara
massal terhadap jaringan
komunikasi dan pengumpulan
data yang dilakukan oleh
Telkomsel. Nama Indosat juga
disebut-sebut dalam laporan
tersebut.
Sepanjang tahun 2013,
Australian Signals Directorate
mendapatkan hampir 1,8 juta
kunci enskripsi induk yang
digunakan operator selular
Telkomsel untuk melindungi
percakapan pribadi dari
pelanggannya.
Intelijen Australia juga
membongkar semua enskripsi
yang dilakukan Telkomsel. Data
pengguna telepon seluler pada
2012 menunjukkan,Telkomsel
memiliki 121 juta pelanggan
atau menguasai sekitar 62 persen
pasar.
Juru bicara Partai Gerindra
bidang teknologi dan informasi,
M. Ralie Siregar mengatakan
bahwa dalam menyikapi kasus
penyadapan ini perlu dilihat
latar belakang permasalahannya,
“Saat ini saham perusahaan-
perusahaan telekomunikasi
seperti Telkomsel dan Indosat
dikuasai oleh pihak asing. Singtel
mempunyai pengaruh yang
besar di Telkomsel walau hanya
menguasai sepertiga saham.
Dari fakta seperti ini kita bisa
lihat bahwa aset-aset strategis
yang dijual ke pihak asing pada
akhirnya dapat berdampak
negatif bagi negara ini.”
“Kasus penyadapan seperti
ini sangat merugikan negara.
Jika informasi-informasi penting
yang berkaitan dengan rahasia
negara bocor, tentu saja ini bisa
sangat berbahaya bagi bangsa
Indonesia. Perlu ada langkah
dan tindakan yang tegas karena
hal seperti ini telah melecehkan
martabat, dan kedaulatan bangsa
Indonesia. Presiden dan Menteri
Luar Negeri harus bersikap
tegas terhadap Australia.
Jangan sampai negara kita terus
dilecehkan seperti ini,” tuturnya.
Di sisi lain Ralie mengatakan
bahwa terjadinya kasus
penyadapan menunjukkan
bahwa pemerintah lemah
dalam menjaga pertahanan dan
ketahanan bangsa. “Oleh karena
itu Indonesia harus memperbaiki
sistem pertahanan dan ketahanan
agar masalah penyadapan seperti
ini tidak terjadi kembali,”
katanya.
“Hal lain yang harus dilakukan
adalah dengan melakukan
perbaikan di bidang ekonomi
untuk meningkatkan martabat
bangsa. Bangsa kita diremehkan
karena secara ekonomi kita
lemah dan bergantung pada
negara lain. Kemampuan
teknologi juga harus ditingkatkan
untuk mengantisipasi ancaman-
ancaman seperti ini. Pemerintah
juga harus menjaga aset-aset
strategis agar tidak lepas ke
tangan asing yang nantinya justru
merugikan bagi bangsa ini.”
tutup Ralie. (Gtk-02)
Gerindra: Kasus Penyadapan
Australia Adalah Pelecehan
31
Serba-Serbi
M
enteri Pemuda
dan Olahraga
(Menpora)
Roy
Suryo geram dengan
gambar caleg di tiket
pertandingan sepak
bola Timnas U-19
versus PSIS Semarang.
Roy meminta kepada
semua pihak untuk tidak
mempolitisasi Timnas U-19
yang kini tengah menjadi
harapan bangsa.
“Saya berharap Timnas U-19
untuk tetap eksis. Tapi saya
mengkritisi biarlah U-19 lepas
dari politisasi. Masa pertandingan
tiketnya ada gambar caleg gitu.
Engga elok itu, benar-benar enggak
elok,” ujar Roy, Selasa, (25/2).
Roy menuturkan dirinya
menyesalkan setiap 3 kali
pertandingan di Jawa Tengah
telah ditemukan tiket bergambar
caleg dan spanduk partai politik.
Meski demikian, Roy mengecam
dengan tindakan seperti itu, dia
berjanji setiap pertandingan sepak
bola di Indonesia tidak ada lagi
tiket bergambar caleg maupun
spanduk partai politik.
“Jangan ada lagi caleg di
pertandingan bola. Saya tidak
suka betul ada politisasi semacam
itu,” tegas Roy. (Gtk-02)
F
enomena artis
jadi caleg ternyata
ditanggapi biasa oleh
Sekretaris Fraksi Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB)
DPR, M Hanif. Menurut
dia, artis yang menjadi caleg
merupakan sesuatu hal yang
lumrah, tinggal bagaimana
partai politik memberi
pendidikan.
“Sejauh mana orang itu
dikenal dan disukai masyarakat,
artis terjun ke dunia politik itu
lumrah. Tinggal partai politik
memberikan pembekalan dan
pemahanan tentang dunia
politik,” ujar Hanif usai diskusi
‘caleg aktivis vs caleg artis’ di
kantor DPP PKB, Selasa (25/2).
Hanif melanjutkan artis yang
sudah dibekali pendidikan
politik akan menjadi matang dan
siap untuk duduk di kursi DPR.
Apalagi, sosok artis tersebut
telah mempunyai popularitas di
tengah-tengah masyarakat.
“Jadi tinggal ditambah
kualitas maka jadilah itu. Sama
halnya, bila orang memiliki
kualitas tetapi tidak punya
popularitas sama juga bohong,”
katanya. (Gtk-02)
Artis Nyaleg Wajar
Tiket Timnas U-19
Bergambar Caleg
Serba-Serbi
PENERBIT INDOKININEWS NETWORK
ALAMAT REDAKSI & KOMERSIAL:
VILLA CEMARA NO. 22 JL. SAWANGAN RAYA-DEPOK
TELP: 021-7750301, FAX: 0217756782, HP: 081511510000
EMAIL: REDAKSI@INDOKINI.CO.ID
WWW.MAJALAHICT.COM

Más contenido relacionado

Similar a REINKARNASI

Buletin so cinta edisi i pdf_
Buletin so cinta edisi i  pdf_Buletin so cinta edisi i  pdf_
Buletin so cinta edisi i pdf_Abas Djumadi
 
Pedang roh edisi_73
Pedang roh edisi_73Pedang roh edisi_73
Pedang roh edisi_73alkitabiah
 
Metro tv - wawancara eksklusif sandiaga uno
Metro tv - wawancara eksklusif sandiaga unoMetro tv - wawancara eksklusif sandiaga uno
Metro tv - wawancara eksklusif sandiaga unoArdian Perdana Putra
 
Memperbaiki Indonesia di Mata Dadang Solihin
Memperbaiki Indonesia di Mata Dadang SolihinMemperbaiki Indonesia di Mata Dadang Solihin
Memperbaiki Indonesia di Mata Dadang SolihinDadang Solihin
 
Ulasan mengenai majunya jenderal purn. tni djoko santoso untuk ri 1 _ji...
Ulasan mengenai majunya jenderal  purn.  tni   djoko santoso   untuk ri 1 _ji...Ulasan mengenai majunya jenderal  purn.  tni   djoko santoso   untuk ri 1 _ji...
Ulasan mengenai majunya jenderal purn. tni djoko santoso untuk ri 1 _ji...Arif Rohman Pembangun
 
Ralat Drise Edisi 56 April 2016
Ralat Drise Edisi 56 April 2016Ralat Drise Edisi 56 April 2016
Ralat Drise Edisi 56 April 2016Guslaeni Hafid
 
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012 Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012 musniumar
 
Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Indonesia menuju ‘negara korporasi’Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Indonesia menuju ‘negara korporasi’Rizky Faisal
 
Kejujuran Dalam Politik
Kejujuran Dalam PolitikKejujuran Dalam Politik
Kejujuran Dalam PolitikMidway Writer
 
Menafsir Undang-undang Desa yyang Menyembuhkan Indonesia
Menafsir Undang-undang Desa yyang Menyembuhkan IndonesiaMenafsir Undang-undang Desa yyang Menyembuhkan Indonesia
Menafsir Undang-undang Desa yyang Menyembuhkan IndonesiaIlham Maulana Ash Shiddieq
 
Sekilas Tentang PRD
Sekilas Tentang PRDSekilas Tentang PRD
Sekilas Tentang PRDPeople Power
 
Teruslah melangkah
Teruslah melangkahTeruslah melangkah
Teruslah melangkahRizky Faisal
 
Political outlook 2014 indonesia menuju ‘negara korporasi’
Political outlook 2014  indonesia menuju ‘negara korporasi’Political outlook 2014  indonesia menuju ‘negara korporasi’
Political outlook 2014 indonesia menuju ‘negara korporasi’Rizky Faisal
 
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014Reformata.com
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 20 agustus 2016-3 oktober 2016
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 20 agustus 2016-3 oktober 2016(Sindonews.com) Opini hukum-politik 20 agustus 2016-3 oktober 2016
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 20 agustus 2016-3 oktober 2016ekho109
 
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016ekho109
 
Peranan DPRD dalam Penyusunan Perda
Peranan DPRD dalam Penyusunan PerdaPeranan DPRD dalam Penyusunan Perda
Peranan DPRD dalam Penyusunan PerdaDadang Solihin
 

Similar a REINKARNASI (20)

Buletin so cinta edisi i pdf_
Buletin so cinta edisi i  pdf_Buletin so cinta edisi i  pdf_
Buletin so cinta edisi i pdf_
 
Pedang roh edisi_73
Pedang roh edisi_73Pedang roh edisi_73
Pedang roh edisi_73
 
Metro tv - wawancara eksklusif sandiaga uno
Metro tv - wawancara eksklusif sandiaga unoMetro tv - wawancara eksklusif sandiaga uno
Metro tv - wawancara eksklusif sandiaga uno
 
Memperbaiki Indonesia di Mata Dadang Solihin
Memperbaiki Indonesia di Mata Dadang SolihinMemperbaiki Indonesia di Mata Dadang Solihin
Memperbaiki Indonesia di Mata Dadang Solihin
 
Ulasan mengenai majunya jenderal purn. tni djoko santoso untuk ri 1 _ji...
Ulasan mengenai majunya jenderal  purn.  tni   djoko santoso   untuk ri 1 _ji...Ulasan mengenai majunya jenderal  purn.  tni   djoko santoso   untuk ri 1 _ji...
Ulasan mengenai majunya jenderal purn. tni djoko santoso untuk ri 1 _ji...
 
Ralat Drise Edisi 56 April 2016
Ralat Drise Edisi 56 April 2016Ralat Drise Edisi 56 April 2016
Ralat Drise Edisi 56 April 2016
 
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012 Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
 
Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Indonesia menuju ‘negara korporasi’Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Indonesia menuju ‘negara korporasi’
 
Kejujuran Dalam Politik
Kejujuran Dalam PolitikKejujuran Dalam Politik
Kejujuran Dalam Politik
 
Menafsir Undang-undang Desa yyang Menyembuhkan Indonesia
Menafsir Undang-undang Desa yyang Menyembuhkan IndonesiaMenafsir Undang-undang Desa yyang Menyembuhkan Indonesia
Menafsir Undang-undang Desa yyang Menyembuhkan Indonesia
 
Sekilas Tentang PRD
Sekilas Tentang PRDSekilas Tentang PRD
Sekilas Tentang PRD
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Teruslah melangkah
Teruslah melangkahTeruslah melangkah
Teruslah melangkah
 
Political outlook 2014 indonesia menuju ‘negara korporasi’
Political outlook 2014  indonesia menuju ‘negara korporasi’Political outlook 2014  indonesia menuju ‘negara korporasi’
Political outlook 2014 indonesia menuju ‘negara korporasi’
 
Laporan penelitian
Laporan penelitianLaporan penelitian
Laporan penelitian
 
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
Tabloid reformata edisi 171 januari 2014
 
Fenomena pilkada
Fenomena pilkadaFenomena pilkada
Fenomena pilkada
 
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 20 agustus 2016-3 oktober 2016
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 20 agustus 2016-3 oktober 2016(Sindonews.com) Opini hukum-politik 20 agustus 2016-3 oktober 2016
(Sindonews.com) Opini hukum-politik 20 agustus 2016-3 oktober 2016
 
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
 
Peranan DPRD dalam Penyusunan Perda
Peranan DPRD dalam Penyusunan PerdaPeranan DPRD dalam Penyusunan Perda
Peranan DPRD dalam Penyusunan Perda
 

REINKARNASI

  • 1.
  • 2. 2 Cover: Isa PDIP Melewatkan Momen Risma 7 Konvensi Cawapres Demokrat 10 Wiranto-HT, Pasangan Capres Penggembira 12 Misteri Penyadapan di Rumah Jokowi 15 Banyak yang Curi Start Kampanye, Bawaslu Diam 19 PDIP Lahir dari Keringat & Darah, Nasionalisme Harga Mati 21 Daftar Isi 50.000 Juru Kampanye Siap Sosialisasikan Program Golkar 28 Konvensi PD agar Masyarakat Kenal Presiden Mendatang 29 Gerindra: Kasus Penyadapan Australia Adalah Pelecehan 30 Artis Nyaleg Wajar 31 Informasi & Gosip Politik Terkini Beban Berat Risma 4 Parni Hadi, calon DPD RI Dapil DKI Jakarta, Sahabat Dhuafa & Disabilitas 25
  • 3. Pojok Gotik Reinkarnasi merupakan suatu fenomena spiritual, dimana jiwa yang pernah hidup terlahir kembali ke dunia ini. Peristiwa ini terjadi tentu atas kehendak dari Sang Pencipta dalam kepercayaan agama Budha. Memang fenomena spiritual ini sulit diterima oleh logika. Terlepas dari itu semua, bila dikaitkan dengan politik, reinkarnasi adalah terlahirnya suatu situasi politik yang pernah ada. Artinya, fenomena politik seperti ini terjadi atas dasar kerinduan dan keinginan bersama untuk mengalami suatu situasi politik yang pernah ada sebelumnya. Bila melihat pengalaman politik yang pernah ada di Indonesia, negara ini pernah mengalami masa-masa yang sangat fantastis bersama Orde Baru di beberapa sektor dan bagaimana wibawa negara ini begotu disegani di dunia internasional. Pengalaman sejarah meramalkan negara ini akan menjadi bangsa yang besar di Asia. Namun kenyataannya, prediksi tersebut kian jauh dari harapan. Coba kita lihat beberapa kasus yang menjadi fakta betapa telah terjadi kesalahan besar yang dilakukan pemimpin negara ini dimana mereka tidak bisa berbuat banyak untuk mempertahankan territorial negara ini, diantaranya kasus Timor-Timur, Sipadan-Ligitan, Ambalat, dan Masalah pencurian pasir yang dilakukan negara Singapura. Ironisnya, kehidupan politik dan pemerintahan di negara ini semakin sulit terlepas dari tiga permasalahan yang merupakan wujud penindasan terhadap bangsa sendiri, yakni Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Hukum sepertinya tidak bisa memberangus praktik kotor tersebut. Yang ada, pelaksanaan hukum penuh dengan taktik rekayasa yang menipu dan membingungkan ‘mata publik’ terhadap berbagai penyelesaian praktik KKN yang terungkap Contoh reinkarnasi politik paling nyata adalah Golkar. Bila melihat sosok tokoh Golkar zaman dulu, seperti Akbar Tanjung, Surya Paloh, Prabowo Subianto, Wiranto, dan Susilo Bambang Yudhoyono, maka saat ini kita melihat reinkarnasi Golkar dalam banyak partai, yaitu Gerindra, Nasdem, Hanura, Demokrat, dan lainnya. Pengejawantahan reinkarnasi Golkar makin sempurna saat sejumlah masyarakat merindukan sosok Soeharto sebagai Presiden RI, yang dianggap telah membawa kemakmuran di sektor pertanian, industri, dan perdagangan. REDAKSI Pemimpin Umum Heru Sutadi Pemimpin Redaksi Arif Pitoyo Alamat Redaksi: Villa Cemara No. 22 Jl. Sawangan Raya-Depok Email: redaksi@indokini.co.id ARTISTIK K. Anindya IKLAN & PROMOSI Email: marketing@majalahict. com Telepon: 081511510000 (arif) Fax. 021- 7756782 TARIF IKLAN Cover 184 x 50 mm = Rp2 juta/edisi 50 x 50 mm = Rp1 juta/edisi Halaman Belakang Full page = Rp750,000 /edisi Half page = Rp500.000/edisi 184 x 50 mm = Rp250.000/edisi 50 x 50 mm = Rp100.000/edisi Halaman Dalam Full page = Rp750.000/edisi Half page =Rp500.000/edisi 184 x 50 mm = Rp250.000/edisi 50 x 50 mm = Rp100.000/edisi ReInKaRnAsI
  • 4. Laporan Utama 4 T idak dapat dipungkiri, sejak dia memimpin Surabaya, taman kota banyak berdiri, kota tampak bersih dan sejuk. Seabrek penghargaan baik dalam dan luar negeri di sandangnya, dan terakhir, dia terpilih menjadi walikota terbaik di dunia. Melihatnya di mata Najwa, dapat terlihat betapa berat beban yang disandangnya. Selain masalah-masalah social yang memang sangat kompleks, dia juga harus menghadapi Walikota Surabaya Tri Rismaharini memang fenomenal, bahkan mungkin lebih fenomenal dari Jokowi sekalipun. Soal blusukan, sudah makanan sehari- hari bagi Risma. Bahkan membersihkan selokan dan menyapu jalan sudah sering dia lakukan, suatu hal yang tak pernah dilakukan Jokowi. Beban Berat Risma
  • 5. Laporan Utama 5 tembok besar politik, sesuatu yang sebelumnya sangat awam bagi dia. Wajar, sebelumnya dia hanyalah PNS biasa sebagai Kepala Dinas Tata Kota Surabaya. Keberhasilan Risma dalam menyelesaikan persoalan social besar patut diacungi jempol, mulai dari membereskan masalah lokalisasi, dan menutup Dolly, meskipun pasti ada banyak mafia, oknum aparat atau bahkan oknum pejabat yang marah karena penutupan itu. Risma seperti menemui buah simalakama, di satu sisi ingin membereskan masalah social lokalisasi yang ternyata banyak diisi para pelajar, namun di sisi lain dia seperti menciptakan musuh yang bakal menjadikan berat bebannya selama menjabat sebagai walikota. Beban makin bertambah berat saat dia ngotot mempertahankan Kebun Binatang Surabaya yang diwacanakan dialihfungsikan menjadi hotel dan mal. Peliknya persoalan itu berakibat banyak satwa yang mati tidak wajar. Persoalan semakin rumit karena disinyalir ada mafia besar yang bermain di situ. Belum sampai di situ persoalan bertambah lagi dengan dilantiknyanya wakil walikota Surabaya Wisnu Sakti Buana yang menggatikan Bambang DH yang mengundurkan diri karena maju menjadi calon gubernur Jatim 2013. Dalam proses pemilihan ini, Risma sendiri sebagai walikota –sepertinya- tidak diajak rembuk untuk pemilihan wakilnya itu. Menurut Risma ada yang tidak prosedural dalam proses pemilihan sampai pelantikannya, dan itu yang membuat dirinya dilema untuk pertanggungjawabannya. Terutama di akherat nanti tuturnya. Beban yang sudah berat semakin tambah berat karena PDI-P sebagai partai pengusung seakan tidak berpihak padanya, sedangkan wakil walikota yang sudah dilantik Wisnu Sakti Buana yang sebelumnya saat menjadi wakil ketua DPRD Surabaya pada tahun 2011 turut mengajukan pemakzulan walikota. Upaya itu tidak berhasil karena ditolak pemerintah pusat. Dan begitu beratnya beban sehingga dalam wawancara tersebut –sebagai perempuan- ia tidak kuasa membendung air mata. Risma dan Jokowi adalah figur yang hebat dalam mengatasi peliknya permasalahan ibu kota, namun sebenarnya beban keduanya tidak lah sama. Beban yang dipikul Risma memang sungguh berat, dan semakin berat karena Risma harus memikulnya seorang diri. Ini sangat jauh berbeda dengan Jokowi yang mana bebean beratnya menjadi lebih ringan karena ia tidak memikul sendirian. Banyak pihak yang membantu Jokowi namun
  • 6. 6 Laporan Utama kondisi jauh berbeda dengan Risma. Tak didukung penuh PDI-P Risma memang di dukung oleh DPP PDI-P termasuk Megawati namun tidak didukung pada tingkat daerah (Surabaya) bahkan terkesan menolaknya. Gesekan internal PDI-P ini yang kadang membuat Risma jengah, karena pada tataran tertentu posisi partai di daerah lebih berkuasa dari pusat. Kondisi ini ini berbeda dengan Jokowi yang malah didukung langsung oleh sang ketum Megawati. Semua kompak mendukung Jokowi mulai dari DPP sampai pada tingkat anak cabang (kecamatatan) di DKI. Para anggota dewan di DPRD dari PDI-P dan koalisinya Gerindra juga kompak mendukung Jokowo-Ahok . Energi Jokowi juga terbagi dengan Ahok yang juga klop sebagai wakilnya untuk berbagi tugas. Sangat berbeda dengan Risma sebagai walikota, ia pikul sendiri permasalahan. Wakil walikota yang seharusnya membantu tugasnya malah terpilih figur yang pernah bermasalah dengan dirinya ditambah lagi proses pemilihanya yang dianggap tidak prosedural dan sepihak. Dan itu menjadi problem tersendiri. Kedua, Risma kurang mendapat dukungan me­ dia. Kota Surabaya yang banyak berubah tidak terlepas dengan sikap Risma yang sering blusukan juga, malah terjun langsung menanganinya. Namanya menyapu atau membersihkan selokan adalah hal yang biasa. Namun aksi luar biasa Risma ini banyak luput dari sorotan media massa baik cetak ataupun televisi (main stream) dan media sosial (maya). Dengan minimnya sorotan ini membuat fungsi kontrol sosial media menjadi kurang efektif, terutama membantu atau mendorong program Risma dalam memberesi peliknya permasalahan. Dukungan media massa sangat diperlukan setidaknya dapat membentuk opini yang baik kepada masyarakat. Seperti langkah Risma yang akan menghapus lokalisasi, atau pun membereskan kebun binatang, media kurang memberikan dukungan penuh paling tidak memberikan informasi yang berimbang. Langkah Risma memang belum berhasil 100%, namun kekurangan Risma ini perlu diberi informasi yang pas mengenai kendala dan tantangan yang harus dihadapinya, terutama dengan “tangan-tangan” besar itu. Sehingga publik bisa mengetahui dan paham akan masalah sesungguhnya.
  • 7. 7 Laporan Utama PDIP Melewatkan Momen Risma Bila PDIP tak bisa menyelesaikan masalah Risma secara bijak dan cerdas, maka partai yang sesungguhnya sedang naik daun, bahkan beberapa kalangan menilai bakal meme­nang­ kan Pemilu bakal kehilang­an momen.
  • 8. 8 Laporan Utama A palagi, bila sampai Risma mundur, sudah dapat dipastikan pamornya bakal cepat memudar, dan elektabilitasnya turun drastis. Yang diuntungkan tentunya Golkar, yang sejak awal, melalui Priyo Budi Santoso, mengambil posisi sebagai juru selamat. Priyo jugalah yang menarik Risma untuk menemui pimpinan DPR dan mengadukan masalahnya. Sayangnya pertemuan tertutup selama 30 menit itu ternyata tak juga memberikan solusi jitu tentang permasalahan di Surabaya, selain hanya permintaan agar Risma bertahan. Berbagai persoalan diungkapkan Risma kepada wakil rakyat. Mulai dari ketidakcocokannya dengan sang wakil, Wisnu Sakti Buana, sampai tekanan politik terkait pembangunan jalan tol tengah kota Surabaya yang ditentangnya. Risma berkeyakinan proyek itu malah bakal membuat Surabaya semakin macet, banjir dan bisa mematikan perekonomian masyarakat sekitarnya. Risma lebih memilih membangun jalan outer ring road
  • 9. 9 Laporan Utama timur dan barat untuk mengurangi beban lalulintas dalam kota. Terkait soal, Wisnu, Risma mengaku tidak merasa sepaham dan semisi dengan wakilnya itu. Meski demikian Risma tidak menuturkan secara terus terang penyebab permasalahannya itu kepada media. Risma hanya mengatakan bila dia hanya ingin bekerja untuk rakyat. Diyakini, Wisnu juga lah yang mempelopori pemakzulan Risma saat dia menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Surabaya. Yang mengherankan, PDIP sangat tidak peka dengan kondisi ini, dan sepertinya memang menginginkan Risma lengser dengan cara apapun, atau kalaupun tidak mau lengser, harus menuruti semua perintahnya, termasuk proyek tol dan KBS. Dalam pertemuan itu, Priyo dan pimpinan DPR lainnya akan menganjurkan Kementerian Dalam Negeri untuk meninjau ulang pelantikan wakil walikota tersebut. Pihak Kemendagri dapat mengoreksi kebijakan sebelumnya tentang pembuatan Surat Keputusan (SK) pengangkatan Wisnu Sakti Buana sebagai Wakil Walikota Surabaya. Risma sendiri mengaku sudah tidak tahan menghadapi berbagai manuver politik yang menghantam dirinya. Risma pun mengaku sempat ditelepon oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar tidak mundur. Namun keinginan Risma saat ini hanyalah ingin bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. PDIP pun akan sangat rugi bila Risma mundur. Karena di saat sinarnya sangat cemerlang oleh Jokowi, langsung tertutup oleh ketidakbecusan menangani masalah Risma. Sangat aneh memang kalau pimpinan pusat tidak bisa mengintervensi pimpinan PDIP di daerah kecuali mereka memiliki kepentingan yang sama. Di social media pun banyak orang kecewa dengan PDIP, bahkan ada yang sampai mencabut dukungannya terhadap partai berlambang banteng moncong putih tersebut. Dalam sistem birokrasi di Indonesia, menjadi orang baik dan jujur memang sangat sulit dan sangat besar tantangannya. Selain ada banyak orang yang sakit hati, banyak musuh, dan tak sedikit juga yang menekan atau mengintimidasinya. Apalagi, Risma seorang perempuan yang sangat peka perasaannya, sehingga pastinya bebannya bertambah jadi berat. Bila sudah begini, bila pun Risma sampai mundur, dapat dipastikan Golkar akan menangkapnya dan langsung menyandingkannya dengan Aburizal Bakrie sebagai wapresnya. Lawan yang sangat sepadan dengan Jokowi, maupun Prabowo Subianto. PDIP pun akan sangat rugi bila Risma mundur. Karena di saat sinarnya sangat cemerlang oleh Jokowi, langsung tertutup oleh ketidakbecusan menangani masalah Risma. “
  • 10. Laporan Pilihan 10 P etinggi partai yang dimaksud adalah Ketua Harian Dewan Pembina Partai Demokrat EE Mangindaan yang mengatakan pemenang Konvensi Demokrat untuk diusung sebagai calon presiden akan diumumkan setelah hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) 2014. Menurutnya, apabila elektabilitas Demokrat mencapai 15 persen baru dimungkinkan untuk mengusung capres. “Habis survei akhir Maret, itu dilihat ranking. Karena kita mau lihat hasil Pileg dulu. Pileg misalnya 7 atau 10 persen sangat tergantung. Kalau 15 persen kita mungkin bisa jadi calon presiden,” kata Mangindaan. Namun, lanjut Menteri Konvensi Cawapres Demokrat Semangat peserta konvensi calon presiden dari Partai Demokrat mendadak turun setelah sikap pesimisme ditunjukkan oleh petinggi partai itu.
  • 11. 11 Laporan Pilihan Perhubungan itu, apabila dalam Pileg Demokrat tidak mencapai 15 persen suara, koalisi dengan parpol lain sangat dimungkinkan. Bisa saja Demokrat hanya mengusung calon wakil presiden. “Kalau koalisi kita dengan (parpol) kuat, beda lagi. Mungkin bisa cawapres. Jadi kalau kita umumkan capres tapi elektabilitas partai berapa. Tapi tidak ada istilah gagal. Mungkin bisa jadi cawapres dari partai lain,” tuturnya. Dia pun tak menutup kemungkinan akan berkoalisi dengan Partai Golkar untuk menggandeng Aburizal Bakrie. “Bisa saja. Tapi namanya wacana. Bisa saja capres konvensi dicapreskan. Kita cari capres yang elektabilitas survei tinggi. Dulu SBY pada 2004 sudah 32 persen masih 3 bulan, bersaing dua putaran dengan Megawati. 2009 sudah di atas 50 persen, satu putaran. Elektbailitas calon perlu diperhatikan,” ujar Mangindaan. Akhir tahun lalu bahkan isu yang berkembang, Ketua Umum Partai Demokratr meminta Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk mau menampung pemenang Konvensi Patai Demokrat sebagai cawapresnya. Namun isu tersebut langsung ditepis Demokrat. Isu lainnya, pemenang Konvensi dapat dipastikan hanya akan menjadi wapres dari Hatta Rajasa meski lagi-lagi isu tersebut ditepis. Namun dari pengamatan majalah Gotik, terdapat sejumlah peserta Konvensi yang total ikut dalam hajatan tersebut. Sebut saja Gita Wirjawan, Dino Patti Jalal, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, dan Pramono Edhie Wibowo. Mereka telah memiliki markas beserta tim pemenangannya dalam konvensi maupun nanti saat maju sebagai capres Demokrat. Mereka juga sangat aktif turun ke jalan, pasar, lokasi bencana, dan terjun langsung ke tengah masyarakat. Wajar saja bila sejumlah peserta kecewa mengetahui partai yang akan mengusung mereka hanya menargetkan pemenang konvensi jadi cawapres. Menurut salah seorang peserta konvensi Demokrat, Ali Masykur Musa, pernyataan itu seharusnya tidak perlu disampaikan secara terbuka, karena akan pengaruhi pelaksanaan konvensi sendiri dan menurunkan semangat berkompetisi antarperserta konvensi yang ada. “Justru seharusnya, pimpinan Demokrat mendorong, agar lebih yakin dan optimis, bahwa Demokrat mampu bersaing,” katanya. Meski demikian, dia menilai pernyataan Mangindaan memang realistis, karena dalam politik ada serba mungkin. Apalagi dimungkinkan, tidak ada satu pun parpol yang akan mencapai dukungan di atas 20 persen sesuai UU Pilpres. Karena itu, koalisi adalah sesuatu yang pasti dilakukan antarpartai dalam menentukan pasangan presiden dan wapres. Dia menambahkan, jika memang akan ada perubahan strategi, sebaiknya dikomunikasikan dengan peserta konvensi. Apabila elektabilitas Demokrat mencapai 15 persen baru dimungkinkan untuk mengusung capres. EE Mangindaan
  • 12. 12 Laporan Pilihan A wal Juli 2013, tonggak bersejarah bagi Partai Hanura yang telah mendeklarasikan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang akan diusung pada Pemilu Presiden 2014. Pasangan itu tak lain adalah Ketua Umum Partai Hanura Wiranto dan Hary Tanoesudibdjo, Ketua Dewan Pertimbangan merangkap Ketua Bappilu Partai Hanura. Namun demikian, deklarasi itu tak sepi dari pro-kontra di internal Partai Hanura dan menjadi perdebatan publik. Keputusan deklarasi Wiranto– Hary Tanoe sebagai capres dan cawapres Hanura segera mendapat reaksi keras dari salah satu Ketua DPP Hanura Fuad Bawazier, ia tidak sepakat dengan deklarasi Wiranto-Hary Tanoesudibdjo karena tidak dilakukan melalui Rapimnas. Menurut Fuad, keputusan deklarasi Wiranto–Hary Tanoe menimbulkan masalah internal karena tidak sesuai AD/ART. Lebih lanjut, Fuad menilai keputusan deklarasi tersebut tidak realistis karena Partai Hanura sulit untuk mencapai Presidential Threshold 20 persen suara, sehingga masih butuh koalisi dengan partai lain. Menanggapi hal itu, Sekretaris Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Hanura Ahmad Rofiq menampik telah terjadi perpecahan di internal Hanura. Dia menilai, dalam deklarasi Wiranto–Hary Tanoe sudah dilakukan dengan cara Wiranto-HT, Pasangan Capres Penggembira Disebut penggembira, masuknya Harry Tanoe sebagai cawapres bukannya malah mendongkrak elektabilitas Wiranto yang memang sudah sangat rendah, malah makin melongsorkannya hingga mungkin di bawah 1 %.
  • 13. Laporan Pilihan 13 PrabowoSubianto Wiranto AburizalBakrie MegawatiSoekarnoputri 19,8 15,4 14,4 13,3 4,8 demokratis. Menurutnya dalam organisasi partai politik tidak harus sepenuhnya satu suara. Jika ada beberapa orang yang tidak sepakat hal itu merupakan bagian dari dinamika politik. Lepas dari perdebatan internal tentang mekanisme penetapan capres-cawapres, apa yang dikatakan Fuad Bawazier cukup beralasan. Partai Hanura harus bersikap realistis dalam menerima kenyataan, bahwa Hanura sulit mencapai 20% suara sebagai syarat untuk bisa mengusung capres sendiri. Alih-alih memperoleh 20 persen suara, untuk lolos parliamentary threshold pun masih belum bisa dipastikan. Lihat saja hasil survei beberapa lembaga yang bisa dijadikan sebagai indikator. Dari hasil survei tersebut memperlihatkan posisi Hanura cukup mengkhawatirkan untuk bisa lolos PT. Tren Elektabilitas Tren elektabilitas Hanura bisa dilihat dari hasil survei sejak tahun 2012 sampai 2013 dari beberapa lembaga polling berikut ini. Dari data Lembaga Survei Indonesia (LSI) 2012 yang dirilis di Jakarta, menunjukkan Partai Hanura mengalami penurunan elektabilitas (perolehan suara) jika dibandingkan dengan perolehan suara di Pemilu 2009. Menurut survei LSI, Partai Hanura hanya sekitar 1,2 persen. Begitu pula hasil survei Charta Politika memprediksi Partai Hanura sebagai salah satu partai politik yang terancam tidak lolos ke DPR pada Pemilu 2014. Survei yang dilakukan Charta Politika 2012 menunjukkan perolehan suara Hanura hanya 1,6 persen. Memasuki tahun 2013, posisi elektabilitas Hanura tidak beranjak naik secara signifikan. Menurut data Lingkaran Survei Indonesia (LSI Network) yang dirilis bulan Maret 2013, tingkat elektabilitas partai pimpinan Wiranto itu hanya 2,6 persen dari dua belas parpol peserta pemilu. Sementara Wiranto sebagai Calon Presiden menurut data LSI Network hanya 8,2 persen. Hasil survei Pusat Data Bersatu (PDB) yang dilakukan sejak tanggal 11 hingga 18 Juni 2013 bahkan menunjukkan perolehan suara yang sangat mengkhawatirkan, yakni hanya 1,03 persen. Sedangkan elektabilitas Wiranto sebagai capres hanya 3,59 persen. Begitu pula, hasil survei yang dirilis oleh LIPI 27 Juni 2013, Partai Hanura hanya memiliki tingkat
  • 14. Laporan Pilihan 14 elektabilitas 1,9 persen. Sedangkan elektabilitas Wiranto sebagai capres hanya 3,4 persen. Sementara itu, versi survei Soegeng Sarjadi School of Goverment (SSSG), perolehan suara Partai Hanura hanya 0,77 persen. Sedangkan elektabilitas Wiranto sebagai Capres hanya 1,18 persen. Namun demikian, selain hasil survei di atas, ada hasil survei yang hasilnya cukup membuat senang Partai Hanura, setidaknya bisa menjadi obat penenang dan pelipur lara. Lembaga survei itu tak lain adalah LSN (Lembaga Survei Nasional) dan Lembaga Survei Jakarta (LSJ). Hasil survei kedua lembaga tersebut berbeda dengan hasil survei LSI, LIPI, PDB, LSI Network, dan SSSG terkait soal elektabilitas Hanura. Jika dilihat dari data survei LSJ, Hanura mendapatkan suara sebanyak 5,8 persen dan menempati posisi kelima dari sepuluh partai politik peserta Pemilihan Umum. Untuk posisi capres elektabilitas Wiranto mendapat 9,8 persen. Pasangan Sim Salabim Melihat masih rendahnya elektabilitas Partai Hanura dan Wiranto sebagai calon presiden dalam survei nasional, maka sangat beralasan jika ada yang meragukan pasangan Wiranto– Hary Tanoe dapat memenangi Pilpres 2014 yang akan datang. Namun demikian, bagi Wiranto dan Hary Tanoe barangkali memiliki pertimbangan yang berbeda – yang membuat keduanya tampil percaya diri dan terus maju sebagai calon presiden dan wakil presiden. Tetapi boleh jadi, keduanya sadar tidak akan menang dalam pertarungan pilpres 2014, sebab belum ada indikator kuat yang dapat menjelaskan berdasarkan rasionalitas, bahwa pasangan Wiranto - HT bisa menang dalam pilpres 2014. Jika demikian, apa yang menjadi target deklarasi Wiranto – HT menjadi capres dan cawapres. Apakah sekadar maju sebagai calon presiden untuk mendongkrak popularitas dengan mengandalkan media dan kekuatan finansial yang dimiliki Hary Tanoe. Sebab, menurut Wiranto, yang penting ada satu keberanian, masalah kalah menang soal nanti, paling tidak sudah dibangun budaya baru dengan deklarasi secara dini. Atau memang deklarasi pasangan Wiranto–HT benar- benar didasarkan pada keyakinan dan optimisme bakal terpilih di pilpres 2014 – dengan hanya mempertimbangkan aspek kekuatan media dan finansial. Dan apakah karena pertimbangan itu pula yang membuat Wiranto- HT yakin dengan mudah bisa melakukan koalisi dengan partai lain untuk memenuhi kuota Presidential Threshold 20 persen. Jika benar demikian, maka yang harus diingat adalah bahwa dalam strategi politik elektoral, apalagi Pemilihan Presiden tidaklah cukup mengandalkan dua instrumen; media dan finansial. Sebab, masih banyak instrumen lain yang memengaruhi pemilihan Calon Presiden-Wakil Presiden. Masih banyak instrumen lain yang memengaruhi pemilihan Calon Presiden-Wakil Presiden.
  • 15. Sorotan Penyadapan Jokowi Gubernur DKI Jakarta menjadi berita. Banyak spekulasi berkembang terkait penyadapan ini. Seperti diketahui bahwa Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo yang mengungkap penyadapan ini ke publik melalui media massa pertama kali pada 20 Februari 2014. Penyadapan di Rumah Jokowi Misteri 15
  • 16. 16 Sorotan P enyadapan itu dilakukan di di tiga tempat tersembunyi di rumah Jokowi, yaitu di tempat tidur, di ruang tamu, dan di tempat makan. Terbongkarnya aksi penyadapan ini 3 bulan sebelum pengungkapan Tjahjo ke publik yaitu sekitar bulan Desember 2013. Sumber disini. Sontak, apa yang diungkap oleh Tjahjo tentang penyadapan Jokowi tersebut mengegerkan jagad perpolitikan di tanah air. Kontoversi dan spekulasi pun berkembang. Lalu siapa sebenarnya penyadap Jokowi, dan apa tujuannya? Dan anehnya kenapa penyadapan baru diungkapkan sekarang? Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Joko Widodo (Jokowi) sang Gubernur DKI Jakarta adalah calon yang digadang-gadang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia untuk menggantikan Presiden SBY yang habis masa jabatannya di tahun 2014 ini. Hampir semua lembaga survei menempatkan Jokowi di tempat teratas sebagai calon presiden yang mendapat simpati masyarakat. Terakhir Pusat Kajian Pancasila, Hukum, dan Demokrasi Universitas Negeri Semarang (Puskaphdem-Unnes) menempatkan Joko Widodo di tempat teratas sebagai calon presiden dari tokoh muda yang paling potensial dan mendapatkan dukungan masyarakat, kemudian berturut- turut disusul oleh Priyo Budi Santosi, dan Hary Tanoe. Elektabilitas Jokowi mencapai 20,28 persen, Priyo Budi Santoso (16,26 persen), dan Hary Tanoe (11,3 persen). Jokowi karena prestasi kepemimpinannya yang diakui baik di dalam negeri maupun di dunia, menjadikan kegiatannya diliput oleh media. Dia tidak berambisi untuk menjadi presiden, tetapi justru inilah Jokowi berulang kali menempati tempat teratas dari hampir berbagai survei sebagai calon presiden harapan sebagian rakyat Indonesia. PDIP tentu saja gembira dengan besarnya antusiasme dukungan terhadap Jokowi. Jokowi adalah tiket kemenangan PDIP untuk bisa memenangkan pemilu. Dan tentu saja PDIP
  • 17. 17 Sorotan berkepentingan untuk menjaga stabilitas antusiasme dukungan terhadap Jokowi. Belum Dicapreskan Walaupun demikian, moncernya Jokowi tidak serta merta membuat PDIP mendeklarasikannya sebagai calon presiden pada pilihan presiden 2014 mendatang. Semua mata mengarah kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnopoetri, karena ditangannyalah keputusan pencapresan Jokowi itu berada. Tentu saja diam dan bergemingnya Megawati ini membuat tidak sabar tidak hanya lawan politik PDIP, bahkan juga pendukung Jokowi. Lawan politik PDIP dan Jokowi tidak akan membiarkan perjalanan Jokowi mulus untuk menuju kursi presiden. Setiap ada kesempatan baik itu capres- capres lainnya, partai-partai lawan PDIP maupun para pembenci Jokowi (Jokowi haters) terus menyerang Jokowi demi untuk mendowngrade Jokowi. Serangan-serangan yang tak logis semisal Jokowi mesti bertanggung jawab terhadap terbakarnya 1,000 rumah di wilayah Jakarta, penggunaan dana operasional milyaran, dan lain-lain serta yang terakhir macet, banjir dan kontroversi BKTB diarahkan kepada Jokowi. Jokowi dalam menghadapi serangan-serangan itu menghadapi dengan tidak membalas serangan itu, tetapi sebaliknya malah mementahkannya dengan bekerja keras memecahkan masalah yang dijadikan sebagai alat untuk menyerangnya. Dan sampai saat ini bahkan simpati kepada Jokowi justru bertambah. Bukti yang paling nyata adalah fenomena desakan para Jokowi Lover kepada Megawati yang mulai bermunculan secara sporadis di seluruh wilayah Indonesia agar PDIP segera mencapreskan Jokowi. Terakhir deklarasi dukungan Jokowi muncul dari Jawa Timur. Tak disukainya Jokowi sebagai capres yang digadang- gadang oleh sebagian besar masyarakat, tak hanya berasal dari luar PDIP bahkan dari dalam dalam PDIP sendiri. Hal ini jelas bisa diketahui dengan dimunculkannya usulan Semua mata mengarah kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnopoetri, karena ditangannyalah keputusan pencapresan Jokowi itu berada. “
  • 18. 18 Sorotan pencapresan Megawati oleh orang-orang di sekitar Megawati. Tentu saja hal ini menyebabkan Megawati semakin diam mengunci mulut terkait keputusannya terhadap Jokowi. Megawati ingin kader- kader PDIP tidak retak bahkan bermusuhan. Megawati mengaca dari pengalaman kasus Partai Demokrat yang rusak dari dalam karena perpecahan antar elit-elit pimpinannya, sehingga saling menjatuhkan dengan saling mengungkap kasus-kasus yang menimpa di antara mereka. Diamnya Megawati ini justru dibaca dan disalahmengertikan oleh sebagian kalangan intern PDIP itu, bahwa Megawati masih berkeinginan menjadi Presiden. Lontaran sebagian intern PDIP itu menimbulkan aksi yang berujung “Jokowi Yes, PDIP No”. Lontaran isu penyadapan di rumah dinas Jokowi oleh Tjahjo Kumolo adalah juga merupakan bukti ketidakharomonisan intern PDIP. Tjahjo menyadari bahwa untuk mendowngrade Jokowi tidak bisa dengan jalan menyerang pekerjaan Jokowi, karena Jokowi adalah orang kerja yang hampir semua pekerjaannya memberikan hasil memuaskan. Sulit menjatuhkan Jokowi dari sisi ini. Semua rakyat mengetahui jika Jokowi serius dan profesional dalam bekerja, karena itu untuk membuat Jokowi tidak berkonsentrasi dalam pekerjaannya dilontarkanlah isu penyadapan yang terjadi 3 (tiga) bulan sebelumnya. Pada akhirnya Jokowi sejak isu ini dilontarkan sampai sekarang, Jokowi lah dikejar-kejar untuk menjelaskan duduk persoalan isu penyadapan ini, kenapa sampai tidak dilaporkan kepada kepolisian jika memang benar- benar disadap. Lawan-lawan politik yang tidak menyukai Jokowi mulai memberondong tuntutan penjelasan dari Jokowi dari berbagai pertanyaan. Isu penyadapan ini jelas ini mengalihkan konsentrasi Jokowi dalam bekerja. Saat ini pemberitaan di hampir media massa terkait pekerjaan Jokowi mulai bergeser pada isu penyadapan Jokowi. Ini jelas tidak produktif. Tjahjo yang melontarkan, Jokowi yang sibuk memberikan keterangan. Sulit jika isu penyadapan ini tidak dilaporkan kepada polisi apapun alasannya. Penyadapan adalah isu yang serius, apalagi dilakukan terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, calon yang digadang-gadang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pihak POLRI hendaknya mengambil inisiatif untuk menyelidiki kasus penyadapan ini baik ada atau tidaknya laporan dari Jokowi. Karena yang disadap adalah lembaga pemerintahan daerah. Pihak POLRI harus mengungkap siapa pelaku penyadapan itu. Karena penyadapan tanpa hak merupakan tindak pidana. Hal ini diatur dengan tegas dalam UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Pasal 40 yang menyatakan, bahwa setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun. Pelanggaran terhadap ketentuan ini diancam pidana 15 (lima belas) tahun penjara. Pihak POLRI harus mengungkap siapa pelaku penyadapan itu. Karena penyadapan tanpa hak merupakan tindak pidana.
  • 19. 19 Sorotan A jang pemilihan capres internal yang telah digelar sejak pertengahan tahun lalu tentunya merupakan pencurian start kampanye yang paling nyata, sebut saja Konvensi Partai Demokrat, yang kemudian dilanjutkan Pemilihan Raya PKS. Waktu yang hampir sembilan bulan untuk sebuah Konvensi PD merupakan ajang merebut simpati rakyat paling lama dan paling makan banyak biaya, karena setiap peserta diharuskan mensosialisasikan visi, misi dan program kerjanya ke tengah masyarakat. Mereka ke lapangan tentunya membawa simbol-simbol Partai Demokrat dan juga menyampaikan program dan pandangan partai yang didirikan Presiden SBY tersebut, sehingga sama saja merupakan sebuah kampanye yang terang-terangan. Kita ingat pada pemilu Banyak yang Curi Start Kampanye, Bawaslu Diam Sejumlah partai, baik partai besar maupun partai medioker secara terang-terangan terus mencuri start kampanye menjelang Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden.
  • 20. 20 Sorotan sebelumnya, kumpul di sebuah ruangan untuk berdiskusi saja langsung dibubarkan aparat penegak hukum karena dianggap kampanye, dan ini malah dilakukan di lapangan terbuka. Tak hanya Demokrat, PKS juga secara jelas melanggar aturan Pemilu, karena juga mengumpukman kadernya di sebuah lapangan, dan sang capres menyampaikan visi dan misinya bila dia jadi presiden. Hal itu karena KPU tidak pernah menetapkan aturan kampanye konvensi partai, seperti di AS. Dan kegiatan yang paling baru akhir-akhir ini adalah Apel Siaga Nasional Demokrat (Nasdem). Ribuan orang terlibat didalamnya, baik pemain, pengisi acara, dan show off kader Nasdem dari seluruh Indonesia. Acara ini juga sekaligus ingin menunjukkan kekuatan partai baru ini di kancah perpolitikan Indonesia, partai baru dengan ‘rasa’ Golkar karena didirikan oleh mantan elit elit Golkar. Surya Paloh mengklaim bahwa ini adalah konsolidasi besar Partai Nasdem dalam menghadapi Pemilu legislatif April mendatang. Acara yang dirangkaikan dengan pelantikan secara simbolis DPR (Dewan Pimpinan Ranting) seluruh Indonesia ini dihadiri kurang lebih 180 ribu kader seluruh Indonesia. Sedikit mengkritisi Gelar Apel siaga ini, jika dilihat dari kacamata publik ini bisa dikatakan kampanye terbuka. KPU sudah mengingatkan bahwa kampanye terbuka hanya boleh dilakukan selama 21 hari sebelum masa tenang dan aturan kampanye sudah diatur dalam regulasi KPU nomor 6 tahun 2013. Aturan ini mengikat semua partai politik termasuk Partai Nasdem, setidaknya partai politik bisa menahan diri. Jika Gelar Apel Siaga Partai Nasdem ini dianggap melanggar aturan pemilu, maka pelanggaran ini masuk dalam kategori tindak pidana pemilu dan Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagai badan pengawas pemilu berhak memberikan sanksi atas pelanggaran jadwal kampanye setelah memberikan rekomendasi pada KPU untuk menegur partai politik yang bersangkutan. Pelanggaran pemilu dengan melakukan kampanye diluar jadwal bukan saja melanggar pidana pemilu tetapi juga sudah melanggar administratif. Dan sesuai Undang- Undang pemilu, kampanye terbuka diluar jadwal bisa diancam pidana kurungan 1 tahun penjara dan denda maximal 12 juta.
  • 21. 21 Profil Partai P artai Demokrasi Indonesia itu lahir dari hasil fusi 5 (lima) partai politik, yaitu PNI, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Katolik, Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), dan Murba. Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 10 Januari 1973 tepat jam 24.00 di Kantor Sekretariat PNI di Jalan Salemba Raya 73 Jakarta, disepakati fusi 5 Partai Politik PDIP Lahir dari Keringat & Darah Nasionalisme Harga Mati PDI Perjuangan merupakan partai politik yang sebenarnya adalah partai yang secara langsung memiliki tali kesejarahan dengan partai politik masa orde lama. PDI Perjuangan sebenarnya kelanjutan dari Partai Demokrasi Indonesia yang berdiri pada tanggal 10 Januari 1973.
  • 22. 22 Profil Partai menjadi satu wadah Partai yang bernama Partai Demokrasi Indonesia. Deklarasi ditandatangani oleh wakil kelima partai yaitu MH. Isnaeni dan Abdul Madjid (PNI), A. Wenas dan Sabam Sirait (Parkindo), Beng Mang Rey Say dan FX. Wignyosumarsono (Partai Katolik), S. Murbantoko R. J. Pakan (Murba) dan Achmad Sukarmadidjaja dan Drs. Mh. Sadri (IPKI). Namun, dalam perjalanannya, hingga saat Kongres IV, konflik internal tak pernah berhenti mendera partai berlambang banteng tersebut. Kongres IV di Medan pun gagal dan berakhir dengan kericuhan. Setelah gagalnya Kongres IV PDI yang berlangsung di Medan, muncul nama Megawati Soekarnoputri yang diusung oleh warga PDI untuk tampil menjadi Ketua Umum. Megawati dianggap mampu menjadi tokoh pemersatu PDI. Dukungan terhadap Megawati semakin kuat dalam bursa calon Ketua Umum DPP PDI. Muncul kekhawatiran pemerintah dengan fenomena tersebut. Pemerintah tidak ingin Megawati tampil sebagai Ketua Umum PDI. Kendati penghadangan oleh pemerintah terhadap Megawati untuk tidak maju sebagai kandidat Ketua Umum sangat kuat, keinginan  sebagian besar peserta KLB untuk menjadikan Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI tidak dapat dihalangi hingga akhirnya Megawati dinyatakan sebagai Ketua Umum DPP PDI  periode 1993-1998 secara de facto. Untuk menyelesaikan konflik PDI,atas prakarsa pemerintah, digelar Musyawarah Nasional (Munas) pada tanggal 22-23 Desember 1993 di Jakarta dan secara de jure Megawati Soekarnoputri dikukuhkan sebagai Ketua Umum DPP PDI. Berakhirnya Munas ternyata tidak mengakhiri konflik internal PDI. Kelompok Soerjadi sangat gencar melakukan penggalangan ke daerah-daerah dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan menggelar Kongres. Dan Kongres pun benar-benar berlangsung di Medan, pada 1997. Meskipun masa pendukung Megawati yang menolak keras Kongres Medan, namun Pemerintah tetap mengakui hasil Kongres tersebut dan menyatakan PDI hasil Kongres Medan sebagai peserta Pemilu tahun 1997. Tanggal 25 Juli 1996 Presiden Soeharto menerima 11 pengurus DPP PDI hasil Kongres Medan yang dipimpin oleh Soerjadi selaku Ketua Umum dan Buttu Hutapea selaku Sekretaris Jenderal. Hal ini semakin
  • 23. 23 Profil Partai membuat posisi Megawati dan para pengikutnya semakin terpojok. Sabtu Kelabu 27 Juli Masa pendukung Megawati mengadakan “Mimbar Demokrasi” di halaman Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro hingga pada tanggal 27 Juli 1996, kantor DPP PDI diserbu oleh ratusan orang berkaos merah yang bermaksud mengambil alih kantor DPP PDI. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Peristiwa “Sabtu Kelabu 27 Juli” yang banyak menelan korban jiwa. Pada Pemilu 1997 Megawati melalui Pesan Hariannya menyatakan bahwa PDI dibawah pimpinannya tidak ikut kampanye atas nama PDI. Pemilu 1997 diikuti oleh PDI di bawah kepemimpinan Soerjadi. Tahun 1998 membawa angin segar bagi PDI dibawah kepemimpinan Megawati. Di tengah besarnya keinginan masyarakat untuk melakukan reformasi politik, PDI di bawah kepemimpinan Megawati kian berkibar, terutama pasca Lengsernya Soeharto. Pada tanggal 8-10 Oktober 1998, PDI di bawah kepemimpinan Megawati menyelenggarakan Kongres V PDI yang berlangsung di Denpasar Bali. Kongres ini berlangsung secara demokratis dan dihadiri oleh para duta besar negara sahabat. Di dalam Kongres V PDI, Megawati Soekarnoputri terpilih kembali menjadi Ketua Umum DPP PDI periode 1998-2003 secara aklamasi. Didalam Kongres tersebut, Megawati diberi kewenangan khusus untuk mengambil langkah-langkah organisatoris dalam rangka eksistensi partai, NKRI dan UUD 1945, kewenangan tersebut dimasukan di dalam AD-ART PDI. Meskipun pemerintahan sudah berganti, namun yang diakui oleh Pemerintah adalah masih tetap PDI  dibawah kepemimpinan Soerjadi dan Buttu Hutapea. Oleh karenanya agar dapat mengikuti Pemilu tahun 1999, Megawati mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada tanggal 1 Februari 1999, kemudian dideklarasikan pada tanggal 14 Februari 1999 di Istoran Senayan Jakarta. Pemilu tahun 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat menjadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Dalam perjalananya kemudian, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden mendampingi KH Abdurahman Wahid yang terpilih didalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia Ke - 4. Meski sebagai partai penguasa, PDI Perjuangan ternyata tidak mampu meraih kemenangan di dalam Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2004. PDI Perjuangan hanya mampu memperoleh suara diurutan kedua dengan 109 kursi di DPR.
  • 24. 24 Profil Partai C ita-cita luhur untuk membangun dan mewujudkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur serta beradab dan berketuhanan  sebagaimana termaktub di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah merupakan cita-cita bersama dari seluruh rakyat Indonesia. Perwujudan cita-cita bersama tersebut menuntut keterlibatan semua kekuatan bangsa, baik secara individual maupun secara kolektif, sekaligus merupakan hak dan tanggung jawab seluruh rakyat. PDI Perjuangan sebagai wadah dan alat perjuangan serta kekuatan politik rakyat berasaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sesuai jiwa dan semangat lahirnya pada 1 Juni 1945. Di dalam perwujudannya, PDI Perjuangan mempunyai jati diri kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan sosial dengan watak demokratis, merdeka, pantang menyerah, dan terbuka yang seluruhnya merupakan modal perjuangan untuk membangun bangsa dan karakter bangsa serta menggerakkan kekuatan dan memperjuangan aspirasi rakyat menjadi kebijakan negara. Untuk itu PDI Perjuangan mempunyai tugas mempertahankan dan mewujudkan cita-cita Negara Proklamasi 17Agustus 1945, melaksanakan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta mempersiapkan kader Bangsa. Oleh karena itu, melalui ke­kuatan dan kekuasaan politik yang senantiasa akan diperjuangkan, PDI Perjuangan bertekad untuk mewujudkan kehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Lahirnya PDI-Pdapat dikaitkan dengan peristiwa 27 Juli 1996, dimana kantor DPP PDI diserbu oleh ratusan orang berkaos merah yang bermaksud mengambil alih kantor DPPPDI. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan Peristiwa “Sabtu Kelabu 27 Juli” yang banyak menelan korban jiwa. Hasil dari peristiwa ini adalah tampilnya Megawati Soekarnoputri di kancah perpolitikan nasional. Walaupun sebelum peristiwa ini Megawati tercatat sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia dan anggota Komisi I DPR, namun setelah peristiwa inilah, namanya dikenal di seluruh Indonesia. Setelah dibukanya kehidupan kepartaian politik oleh Presiden Habibie, untuk menyongsong Pemilu 1999, PDIPdidirikan. Pemilu tahun 1999 membawa berkah bagi PDI Perjuangan, dukungan yang begitu besarnya dari masyarakat menjadikan PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu dan berhasil menempatkan wakilnya di DPR sebanyak 153 orang. Dalam perjalanannya kemudian, Megawati terpilih sebagai Wakil Presiden men­dam­ pingi KHAbdurahman Wahid yang terpilih didalam Sidang Paripurna MPR sebagai Presiden Republik Indonesia Ke-4. Setelah Kongres I PDI Perjuangan tahun 2000, pada tahun 2001 Megawati diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Ke-5 menggantikan KHAbdurahman Wahid yang diturunkan dalam Sidang Istimewa MPR-RI. Diangkatnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI ke-5 membawa perubahan pada sikap politik PDI Perjuangan dan cap sebagai partai penguasa melekat di PDI Perjuangan. Sayangnya, partai ini hanya solid saat tidak berkuasa. Dan manakala kekuasaan itu datang, kadernya begitu kemaruk mereguk kekuasaan hingga lupa diri dan banyak terjebak pada korupsi. Penjualan aset-aset negara pun merupakan sesuatu hal yang menjadi nilai minus partai tersebut. PDIP Solid Saat Tak Berkuasa
  • 25. Profil Caleg ParniHadi,calonDPDRIDapilDKIJakarta Sahabat Dhuafa & Disabilitas K emudian di tahun 1980-an, dia merintis perwakilan LKBN Antara untuk wilayah Eropa di Hamburg – Jerman Barat. Tahun 1993 dia menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Republika di bawah bendera PT Abdi Bangsa. Karirnya terus menanjak di tahun 1998 – 2000 sebagai Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi LKBN Antara. Pada tahun 1999, Parni Parni Hadi, nama yang tidak asing bagi insan pers nasional. Rekam jejaknya di dunia pers telah dikenal mulai dari tahun 1970-an sebagai reporter LKBN Antara biro Inggris dan reporter Istana Presiden. 25
  • 26. 26 Profil Caleg Hadi menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama sebagai Tokoh Pers Nasional . Jabatan terakhir di dunia pers yaitu sebagai Direktur Utama RRI (2005 -2010). Di bidang jurnalisme, Parni pernah mendapatkan Bintang Mahaputra Utama sebagai Tokoh Pers Nasional 1999. Sebagai tokoh pers nasional Parni tidak hanya berkecimpung di dunia kewartawanan, dia juga berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya, dan teater. Salah satu lembaga sosial dan kemanusiaan yang didirikannya bersama rekan-rekan wartawan dan sudah beroperasi di dalam dan luar negeri adalah Dompet Dhufa Republika. Hingga kini ParniHadi masih menjabat sebagai Ketua Yayasan tersebut. Latar Belakang Sebenarnya sejak dia menjabat di lembaga-lembaga negara yang strategis, dia sering ditawarkan untuk bergabung di berbagai partai politik. Namun, Parni selalu menolak dengan halus. Lalu, mengapa di tahun ini beliau mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI? Alasan utamanya adalah para pendukungnya bukan dari partai politik, melainkan dari komunitas dhuafa dan disabilitas. Menurutnya, kaum dhuafa harus diberdayakan untuk mendapatkan hidup yang layak, bukan dengan cara memberi dan belas kasihan. Kemudian, Jakarta sebagai Nama : Parni Hadi Tempat/Tanggal Lahir : Madiun, 13 Agustus 1948 Agama : Islam Pendidikan : 1. IKIP – Bahasa Inggris 2. Science Journalism, Jerman 3. Kursus Singkat Lemhannas (KSA) Angkatan VI 4. Magister Management pada Technological University of the Philippines Pekerjaan : 1. LKBN Antara sejak 1973-2000. Jabatan terakhir Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi 1998-2000 2. Managing Editor, Indonesia Magazine, 1978-1979 3. Staf Ahli NDIO (National Development Information Office), 1986-1990 4. Sekretaris Eksekutif Media Center KTT Non Blok, 1992 5. Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Harian Umum REPUBLIKA/Direktur Produksi PT. Abdi Bangsa, 1993-1997 6. Pemimpin Umum Harian Umum REPUBLIKA, 1997-2000 7. Pendiri dan Pemimpin Redaksi “Earth Wire Service”, (Jaringan Pertukaran Berita Lingkungan Hidup) bekerjasama dengan UNESCO, 1992-Sekarang, 8. Pendiri/Ketua Yayasan Dompet Dhuafa REPUBLIKA,1993-Sekarang 9. Pendiri/Komisaris PT Indonesia Media Network (Internet), 1995-2000. 10. Pengurus Yayasan Abdi Bangsa, 1995-2000 11. Pendiri Majalah UMMAT, 1997-1999 12. Ketua Dewan Redaksi Tabloid TEKAD, 1998-2000 13. Penasihat ahli Kapolri bidang komunikasi,1999-2006 14. Talkshow Master/Host di MetroTV, TVRI, TV 7, RadioTrijaya FM, Radio Suara Metro, 2001-2005. 15. Widyaiswara/Dosen Tamu di LEMHANNAS, SESPIM POLRI, SESKOAL, SESKOAU 16. Dirut RRI 2005-2010 17. Pemimpin Umum Majalah SwaraCinta (2011-) Afiliasi Profesi : 1. Anggota Dewan Siaran Nasional, 1991-1995 2. Wakil Sekjen Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, 1988-1993 3. Anggota Dewan Pers, 1988-1998 4. Sekretaris Jenderal Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA), 1988-1991 5. Sekretaris Jenderal PWI, 1993-1998 6. Ketua Serikat Penerbit Suratkabar (SPS), 1999-2004. 7. Anggota Badan Pertimbangan SPS, 2004-2008.
  • 27. 27 Profil Caleg ibukota negara belum “ramah” terhadap kaum disabilitas untuk mengakses fasilitas publik seperti transportasi. Terkait dengan strategi pemenangan, Parni menyebutnya berat. Hal itu dia ungkapkan dalam pertemuan para pendukungnya di rumah makan pecel madiun di kawasan Ragunan, Jakarta kepada puluhan ketua komunitas yang mendukungnya pada hari Rabu (12/2). Komunitas yang berkumpul saat itu sangat beragam, mulai dari komunitas disabilitas, pencak silat, ulama, UKM, relawan medis, hingga penggiat media sosial yang siap membantu secara sukarela. Sebagai calon anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, Parni Hadi harus bersaing dengan 35 orang calon lainnya, sedangkan kursi yang diperebutkan hanya 4 orang. “Pantang bagi saya menggunakan dana kaum dhuafa maupun dari sumbangan pengusaha untuk membiayai kampanye ini. Silahkan dicarikan cara yang cerdas dan efektif. Uang pensiun saya tidak cukup untuk berkampanye di media TV dan pengumpulan massa. Dan, Saya tidak bernafsu untuk pidato di hadapan ribuan massa,” katanya. Parni Hadi di kalangan usia 35 tahun masih dikenal, namun untuk usia pemilih 17-30 tahun masih belum begitu dikenal. Strategi yang akan dilakukan adalah lewat media sosial yang sedang digandrungi masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Pengguna media sosial di Jakarta mencapai 9 juta pengguna dan 70% nya berusia 17-25 tahun. Jadi, strategi yang dilakukan adalah kampanye media sosial dengan mengusung konten untuk pemberdayaan kaum dhuafa dan disabilitas. Ide menarik lainnya yang tercetus dari komunitas pencak silat adalah mengangkat budaya pencak silat untuk didaftarkan sebagai warisan luhur bangsa Indonesia di UNESCO PBB. Sebagai tokoh nasional dan memiliki kolega di dunia internasional Parni Hadi berani mengemban tugas ini untuk kampanyenya. Parni juga pernah menyabet Kalpataru tingkat DKI 2008. Kata “Berat” akan menjadi “Ringan” jika dukungan sukarela mengalir dari pemilih cerdas dengan kampanye cerdas. Pilihlah wakil Anda di DPD RI dengan calon yang rekam jejaknya telah teruji. Dukungan kepada Parni Hadi dapat disalurkan di media sosial, Fanpage Facebook: www. facebook.com/ParniHadi, Twitter: @ParniHadi01, dan website www.parnihadi.com kaum dhuafa harus diberdayakan untuk mendapatkan hidup yang layak, bukan dengan cara memberi dan belas kasihan dan Jakarta sebagai ibukota negara belum “ramah” terhadap kaum disabilitas untuk mengakses fasilitas publik seperti transportasi
  • 28. Serba-Serbi 28 P artai Golkar menyatakan telah siap memenangkan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Hal ini disebabkan Partai Golkar memiliki Juru Kampanye Nasional (Jurkamnas) dan Juru Kampanye Daerah (Jurkamda) yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. “Kami satu-satunya partai di Indonesia yang memiliki Jurkamnas dan Jurkamda hingga ke tingkat kecamatan dan desa di seluruh wilayah di Tanah Air,” ujar Sekretaris Umum BKPP DPP Partai Golkar, Rully Chairul Azwar dalam konferensi pers tentang “Partai Golkar Siap Memenangkan Pemilu 2014 di Media Lounge AMPI, Komplek DPP partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Senin (17/2/2014). Menurutnya, saat ini Partai Golkar menyebar 50.000 Jurkamnas dan Jurkamda untuk menjelaskan program-program Golkar kepada masyarakat. Para Jurkamnas dan Jurkamda itu terdiri dari para caleg DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, pengurus Golkar, tokoh masyarakat, serta simpatisan partai Golkar. Sebelum terjun langsung ke masyarakat, kata Rully Chairul Azwar, para Jurkamnas dan Jurkamda telah diberi pelatihan untuk memantapkan langkah-langkah sosialisasi dan mobilisasi yang efektif dan efisien. Rully yakin kehadiran Jurkamnas dan Jurkamda dapat meningkatkan perolehan suara Partai Golkar secara nasional. Rully menilai, para Jurkamnas dan Jurkamda merupakan kader-kader yang teruji dalam menggerakan mesin partai dan memberikan solusi terhadap aspirasi masyarakat. “Mereka adalah kader-kader yang mampu membaur dengan masyarakat setempat,” tegasnya. Sementara Anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI Meutya Hafid menambahkan, Pemilihan Legislatif (Pileg) maupun Pemilihan Presiden (Pilpres) yang sudah di depan mata akan dimenangkan oleh Partai Golkar apabila semua kader partai bekerja keras dan bekerja sama dengan baik untuk memenangkan Pemilu 2014. “Semua kader harus bekerja keras untuk memenangkan Pemilu 2014. Untuk itu para kader Golkar harus saling bahu- membahu dengan kader Golkar lain di seluruh Indonesia,” jelasnya. Dia mengatakan, para Jurkamnas dan Jurkamda merupakan kader Golkar yang telah memiliki modal sosial di masyarakat setempat. “Mereka adalah para tokoh yang telah berbuat banyak di daerahnya,” katanya. Ditambahkan, Partai Golkar telah membekali para Jurkamnas dan Jurkamda dengan visi pembangunan Indonesia hingga tahun 2045. Partai Golkar juga merupakan satu-satunya partai di Indonesia yang memiliki konsep pembangunan jangka panjang. “Partai Golkar juga akan melakukan pelatihan saksi untuk mengawasi pemungutan dan penghitungan suara,” imbuhnya. Para kader Golkar yang menjadi Jurkamnas dan Jurkamda diantaranya Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham, Wakil Ketua Umum DPP Sharif Cicip Sutardjo, Wakil Bendahara Umum Erwin Aksa, Ketua DPP Indra Bambang Utoyo, dan para kader Golkar lainnya. (Gtk-02) 50.000 Juru Kampanye Siap Sosialisasikan Program Golkar
  • 29. 29 Serba-Serbi T ujuan digelarnya Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat 2014 agar masyarakat mengenal siapa Presiden RI mendatang. Hal itu disampaikan Ketua Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat 2014 Maftuh Basyuni saat membuka “Debat Bernegara” Konvensi Capres Partai Demokrat di Borneo Ballroom, Novotel Hotel, Jalan Brigjen Ery Suparjan, Balikpapan, Kalimantan Timur. Maftuh Basyuni menjelaskan, konvensi adalah acara besar yang digagas Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono. Maftuh berterimakasih pada Partai Demokrat dan masyarakat karena debat konvensi di Balikpapan bisa digelar. Dia berharap konvensi capres ini akan menjadi tradisi untuk terus dilaksanakan di Indonesia. Harapannya, kesejahteraan masyarakat bisa makin terwujud karena terpilihnya pemimpin lewat sistem sangat demokratis. Sebelum dibuka Maftuh, acara telah diramaikan dengan yel-yel para pendukung peserta konvensi capres. Yel-yel makin bergemuruh ketika para peserta konvensi masuk ke ruangan di Novotel Hotel, Balikpapan. Kehadiran mereka langsung disambut tarian tradisional dari Suku Dayak, sebagai ucapan selamat datang Acara kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Partai Demokrat. “Debat Bernegara” di Balikpapan kali ini mengadu argumentasi dan pemikiran para capres mengenai tema persoalan ekonomi dan hukum yang dikaitkan dengan isu-isu lokal. Dalam debat moderator meminta kesebelas peserta yang dibagi dalam dua sesi memaparkan secara bergiliran gagasan dan pemikiran mereka. “Debat Bernegara” sesi pertama di Balikpapan dimulai pukul 09.00 hingga 12.35 WITA. Debat ini diikuti Tim Garuda yakni Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina); Irman Gusman (Ketua Dewan Perwakilan Daerah); Pramono Edhie Wibowo (mantan Kepala Staf Angkatan Darat); dan Dahlan Iskan (Menteri BUMN). Sedangkan debat sesi kedua dimulai pukul 13.00 hingga 15.46 WITA. Debat ini diikuti Tim Rajawali, yakni: Sinyo Harry Sarundajang (Gubernur Sulawesi Utara), Ali Masykur Musa (anggota Badan Pemeriksa Keuangan), Marzuli Alie (Ketua DPR-RI), Gita Wirjawan (mantan Menteri Perdagangan), Hayono Isman (anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Demokrat), Dino Patti Djalal (mantan Dubes RI di AS), dan Endriartono Sutarto (mantan Panglima TNI). Debat bernegara kali ini dipandu dua moderator yang merupakan intelektual asal Kaltim yakni Profesor Adri Patton dan Dr Aji Sofyan Efendi. Debat tersebut dihadiri para Anggota Komite Konvensi Capres PD, petinggi DPP-PD, Gubernur Kaltim, para walikota-bupati se-Kaltim, Pengurus DPD-PD Kaltim, Anggota DPR-RI Partai Demokrat Dapil Kaltim, dan Caleg DPR-RI Partai Demokrat Dapil Kaltim, pimpinan DPC-PD se-Kaltim, serta para kader dan pendukung para peserta Konvensi Capres Partai Demokrat Sebelum digelar di Balikpapan, Komite Konvensi Capres Partai Demokrat telah menggelar “Debat Bernegara” di Kota Medan, Palembang, Bandung, Surabaya, dan Denpasar. (Gtk-01) Konvensi PD agar Masyarakat Kenal Presiden Mendatang
  • 30. 30 Serba-Serbi N ew York Times dan Canberra Times edisi akhir pekan lalu mengulas soal jutaan pelanggan PT Telkomsel yang disadap Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) dan Direktorat Intelijen Australia. Canberra Times dan New York Times juga memberitakan soal bocoran dokumen rahasia dari Edward Snowden, mantan kontraktor NSA, yang kini menjadi buronan AS. Dokumen Snowden menunjukkan, dinas spionase elektronik Australia melakukan penyadapan secara massal terhadap jaringan komunikasi dan pengumpulan data yang dilakukan oleh Telkomsel. Nama Indosat juga disebut-sebut dalam laporan tersebut. Sepanjang tahun 2013, Australian Signals Directorate mendapatkan hampir 1,8 juta kunci enskripsi induk yang digunakan operator selular Telkomsel untuk melindungi percakapan pribadi dari pelanggannya. Intelijen Australia juga membongkar semua enskripsi yang dilakukan Telkomsel. Data pengguna telepon seluler pada 2012 menunjukkan,Telkomsel memiliki 121 juta pelanggan atau menguasai sekitar 62 persen pasar. Juru bicara Partai Gerindra bidang teknologi dan informasi, M. Ralie Siregar mengatakan bahwa dalam menyikapi kasus penyadapan ini perlu dilihat latar belakang permasalahannya, “Saat ini saham perusahaan- perusahaan telekomunikasi seperti Telkomsel dan Indosat dikuasai oleh pihak asing. Singtel mempunyai pengaruh yang besar di Telkomsel walau hanya menguasai sepertiga saham. Dari fakta seperti ini kita bisa lihat bahwa aset-aset strategis yang dijual ke pihak asing pada akhirnya dapat berdampak negatif bagi negara ini.” “Kasus penyadapan seperti ini sangat merugikan negara. Jika informasi-informasi penting yang berkaitan dengan rahasia negara bocor, tentu saja ini bisa sangat berbahaya bagi bangsa Indonesia. Perlu ada langkah dan tindakan yang tegas karena hal seperti ini telah melecehkan martabat, dan kedaulatan bangsa Indonesia. Presiden dan Menteri Luar Negeri harus bersikap tegas terhadap Australia. Jangan sampai negara kita terus dilecehkan seperti ini,” tuturnya. Di sisi lain Ralie mengatakan bahwa terjadinya kasus penyadapan menunjukkan bahwa pemerintah lemah dalam menjaga pertahanan dan ketahanan bangsa. “Oleh karena itu Indonesia harus memperbaiki sistem pertahanan dan ketahanan agar masalah penyadapan seperti ini tidak terjadi kembali,” katanya. “Hal lain yang harus dilakukan adalah dengan melakukan perbaikan di bidang ekonomi untuk meningkatkan martabat bangsa. Bangsa kita diremehkan karena secara ekonomi kita lemah dan bergantung pada negara lain. Kemampuan teknologi juga harus ditingkatkan untuk mengantisipasi ancaman- ancaman seperti ini. Pemerintah juga harus menjaga aset-aset strategis agar tidak lepas ke tangan asing yang nantinya justru merugikan bagi bangsa ini.” tutup Ralie. (Gtk-02) Gerindra: Kasus Penyadapan Australia Adalah Pelecehan
  • 31. 31 Serba-Serbi M enteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo geram dengan gambar caleg di tiket pertandingan sepak bola Timnas U-19 versus PSIS Semarang. Roy meminta kepada semua pihak untuk tidak mempolitisasi Timnas U-19 yang kini tengah menjadi harapan bangsa. “Saya berharap Timnas U-19 untuk tetap eksis. Tapi saya mengkritisi biarlah U-19 lepas dari politisasi. Masa pertandingan tiketnya ada gambar caleg gitu. Engga elok itu, benar-benar enggak elok,” ujar Roy, Selasa, (25/2). Roy menuturkan dirinya menyesalkan setiap 3 kali pertandingan di Jawa Tengah telah ditemukan tiket bergambar caleg dan spanduk partai politik. Meski demikian, Roy mengecam dengan tindakan seperti itu, dia berjanji setiap pertandingan sepak bola di Indonesia tidak ada lagi tiket bergambar caleg maupun spanduk partai politik. “Jangan ada lagi caleg di pertandingan bola. Saya tidak suka betul ada politisasi semacam itu,” tegas Roy. (Gtk-02) F enomena artis jadi caleg ternyata ditanggapi biasa oleh Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPR, M Hanif. Menurut dia, artis yang menjadi caleg merupakan sesuatu hal yang lumrah, tinggal bagaimana partai politik memberi pendidikan. “Sejauh mana orang itu dikenal dan disukai masyarakat, artis terjun ke dunia politik itu lumrah. Tinggal partai politik memberikan pembekalan dan pemahanan tentang dunia politik,” ujar Hanif usai diskusi ‘caleg aktivis vs caleg artis’ di kantor DPP PKB, Selasa (25/2). Hanif melanjutkan artis yang sudah dibekali pendidikan politik akan menjadi matang dan siap untuk duduk di kursi DPR. Apalagi, sosok artis tersebut telah mempunyai popularitas di tengah-tengah masyarakat. “Jadi tinggal ditambah kualitas maka jadilah itu. Sama halnya, bila orang memiliki kualitas tetapi tidak punya popularitas sama juga bohong,” katanya. (Gtk-02) Artis Nyaleg Wajar Tiket Timnas U-19 Bergambar Caleg
  • 32. Serba-Serbi PENERBIT INDOKININEWS NETWORK ALAMAT REDAKSI & KOMERSIAL: VILLA CEMARA NO. 22 JL. SAWANGAN RAYA-DEPOK TELP: 021-7750301, FAX: 0217756782, HP: 081511510000 EMAIL: REDAKSI@INDOKINI.CO.ID WWW.MAJALAHICT.COM