SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 62
Descargar para leer sin conexión
PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN OVAPRIM
DAN PROSTAGLANDIN F2 α (PGF2 α) TERHADAP
FERTILITAS, DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN
LARVA IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus)
OLEH
HADRA FI AHLINA
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN OVAPRIM
DAN PROSTAGLANDIN F2 α (PGF2 α) TERHADAP
FERTILITAS, DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN
LARVA IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus)
SKRIPSI
DALAM BIDANG BUDIDAYA PERAIRAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana
Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau
OLEH
HADRA FI AHLINA
Tim Penguji:
1. Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS
2. Ir. Hamdan Alawi, M.Sc
3. Ir. Nuraini, MS
4. Dr. Ir. Netti Aryani, MS
5. Ir. Ridwan Manda Putra, M.Si
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2011
LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI
JUDUL PENELITIAN : PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN
OVAPRIM DAN PROSTAGLANDIN F2 α
(PGF2 α) TERHADAP FERTILITAS, DAYA
TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA
IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus)
NAMA MAHASISWA : HADRA FI AHLINA
NOMOR MAHASISWA : 0604113469
JURUSAN : BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS : PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
DISETUJUI OLEH
Dekan, Dosen Pembimbing I,
Prof. Dr. Bustari Hasan, M. Sc Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS
NIP. 195910241986031004 NIP.196210131989031001
Dosen Pembimbing II,
Ir. Hamdan Alawi, M.Sc
NIP.195510201982111001
Tanggal Lulus Ujian: 25 Juli 2011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN
Jl. Bina Widya KM 12,5 Pekanbaru Telp. (0761) 63274, 63275 Fax. (0761) 63275
RIWAYAT HIDUP
HADRA FI AHLINA, anak kedua dari enam bersaudara
ini adalah putri kandung dari pasangan bapak Drs. M. Husni
Thamrin dan ibu Rahmawati, S.Pd. Lahir di Air Tiris pada
tanggal 26 September 1987. Dan saat ini penulis dan
keluarga menetap di Pekanbaru. Penulis lahir dan
dibesarkan ditengah lingkungan keluarga yang menomorsatukan agama dan
pendidikan, berikut riwayat pendidikan penulis:
Tahun 1994 – 2000 : SD Negeri 005 Bukit Raya (kelas 1-5)
SD Negeri 034 Tenayan Raya (kelas 6).
Tahun 2000 – 2003 : SLTP Negeri 09 Tenayan Raya
Tahun 2003 – 2006 : SUPM Internasional Prov. Riau di Dumai
Kelas I PKL di BBAT Rumbai selama 1 bulan.
Kelas II PKL di BBAT Sukabumi (2 bulan) dan BBPBAP Jepara (2 bulan).
Kelas III PKL di Balai Budidaya Udang Vannamei Banyuwangi selama 3
bulan.
Tahun 2006 – 2011 : Melalui (SPMB) diterima di Jur. BDP FAPERIKA UNRI.
Melakukan Praktek Umum di Desa Kandangan Kec. Pematang Bandar Kab.
Simalungun Prov. Sumut pada September 2009 dengan nilai Sangat
Memuaskan.
Melakukan KUKERTA di Desa Pulau Padang Kec. Singingi Kab. Kuantan
Singingi Prov. Riau dari Juni - Agustus 2009 dengan nilai Sangat
Memuaskan.
Melakukan Penelitian dengan judul Pengaruh Kombinasi Penyuntikan
Ovaprim dan PGF2a terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan
Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) tahun 2010 dan dinyatakan LULUS
pada tahun 2011 dengan predikat nilai Sangat Memuaskan.
THE EFFECT OF COMBINATION OF OVAPRIM AND
PROSTAGLANDIN F2 α (PG F2 α) ON FERTILIZATION RATE,
HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE OF Ompok hypopthalmus
By
Hadra Fi Ahlina1
, Sukendi2
, and Hamdan Alawi2
Abstract
The aims of the research was to study the effect of Combination of
Ovaprim and Prostaglandin F2 α on fertilization rate, hatching rate and survival
rate of Ompok hypopthalmus. In this experiment, the treatments were applied as :
P1= 50% Ovaprim + 50% PGF2 α (0,45 ml Ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg of
body weight), P2 = 75% Ovaprim + 25% PGF2 α (0,67 ml Ovaprim + 625 µg
PGF2 α/kg of body weight), P3= 25% Ovaprim + 75% PGF2 α (0,22 ml Ovaprim
+ 1875 µg PGF2 α/kg of body weight), P4 = 100% PGF2 α (2500µg PGF2 α/kg of
body weight), dan P5 = 100% Ovaprim/kg (0,9 ml Ovaprim/kg of body weight).
Ovaprim and prostaglandin injection were significantly affect the
fertilization rate, hatching rate and survival rate of the fish. The best result was
obtained from treatment P2 fertilization rate of (75,33 %) hatching rate (76,03 %)
and survival rate (52,76 %).
Keywords: Ovaprim, Prostaglandin F2 α, Ompok hypopthalmus, Fertilization rate,
hatching rate, Survival Rate
1
Student of Faculty of Fishery and Merine Science, Riau University
2
Lecture of Faculty of Fishery and Merine Science, Riau University
RINGKASAN
HADRA FI AHLINA (0604113469) Pengaruh Kombinasi Penyuntikan
Ovaprim dan Prostaglandin F2α (PGF2 α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas
dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Dibawah
Bimbingan Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS dan Ir. Hamdan Alawi, M.Sc.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 – Maret 2011, di
Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan
kelulushidupan larva ikan Selais (Ompok hypopthalmus).
Ikan uji yang digunakan adalah induk ikan Selais yang beratnya berkisar
45-50 gram dengan jumlah keseluruhan 15 ekor betina dan 10 ekor jantan yang
berasal dari langgam. Induk ikan tersebut dipelihara dikolam percobaan sebelum
dilakukan penyuntikan. Hormon yang digunakan adalah ovaprim dan
prostaglandin F2 α.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
dan 3 kali ulangan. P1: 50% ovaprim + 50 % PGF2 α (0,45 ml ovaprim + 1250 µg
PGF2 α/kg bobot tubuh), P2: 75% ovaprim + 25 % PGF2 α (0,67 ml ovaprim +
625 µg PGF2 α/kg bobot tubuh), P3: 25% ovaprim + 75 % PGF2 α (0,22 ml
ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh), P4: 100% PGF2 α (2500 µg PGF2
α/kg bobot tubuh) dan P5: 100% Ovaprim (0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh).
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kombinasi penyuntikan ovaprim
dan PGF2 α diperoleh perlakuan terbaik pada perlakuan P2 dengan kombinasi
penyuntikan 75% ovaprim + 25 % PGF2 α (0,67ml ovaprim + 625 µg PGF2 α/kg
bobot tubuh) menghasilkan tingkat pembuahan 75,33 %, tingkat penetasan 76,03
% dan kelulushidupan 52,76 % dibandingkan dengan P5 yakni kombinasi
penyuntikan 100 % ovaprim yang menghasilkan tingkat pembuahan 72,69 %,
tingkat penetasan 71,05 % dan kelulushidupan 40,12 %.
Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian adalah suhu berkisar
antara 27 - 280
C, pH 6 -7.
Barang siapa yang hari ini seperti kemarin, sesungguhnya ia
merugi. Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari
kemarin, sesungguhnya ia celaka. Barang siapa yang hari ini
lebih baik daripada hari kemarin, maka dia adalah orang yang
beruntung. Siapa merintis jalan mencari ilmu, Allah
memudahkan jalannya ke Surga (HR. Muslim)
Hidup akan sangat berarti ketika ilmu terus bertambah dari
waktu ke waktu. Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim.
(HR. Ibnu Majah)
Karena perintah-Mu ya Allah… Hamba ingin menjadikan
hidup ini lebih berarti. Berkat rahmat dan izin dari-Mu hamba
dapatkan kesempatan ini. Sujud syukur hamba pada-Mu ya
Allah… ya Rahman… ya Rahim…
Dengan mengucapkan Basmalah seraya penuh harap akan
tercurahnya nikmat dan hidayah dari Allah SWT, ku
persembahkan tulisan ini sebagai ucapan terimakasihku untuk
Ayahanda Tercinta (Drs. M. Husni Thamrin) dan
Ibunda Tercinta (Rahmawati, S.Pd), harapan yang telah
Ayah Ibu gantungkan perlahan menjadi kenyataan, atas restu
dan untaian do’a yang panjang melambung, menerangi setiap
jejak langkah kakiku. Dan kini aku datang bersama satu
kemenangan, buah peluh kerap kau curahkan dengan
simbahan air mata diantara lafaz Allahuakbar dikala sujud
bersama tasbih, tahmid dan tahlil.
Untukmu, kemenangan dari semua itu…
Your Lovely: ‘Na
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur penulis haturkan sebagai tanda
terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan
jasmani dan rohani, serta semangat yang tiada tara, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi yang berakhir dengan pembuktian didepan tim penguji.
Semoga dengan ini penulis bisa lebih semangat untuk mengejar impian dan cita-
cita kelak. Amin.
Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim
dan Prostaglandin F2a, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh dilakukan
penelitian dan pengamatan pada ikan Selais melalui tingkat pembuahan, tingkat
penetasan serta kelulushidupan larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus).
Keliru besar bila saya tidak mengucapkan terimakasih pada banyak orang
yang telah membantu melewati proses panjang lahirnya skripsi ini:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustari Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau beserta staf.
2. Bapak Ir. Mulyadi, M.Phil selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan
beserta staf.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS dan Bapak Ir. Hamdan Alawi, M.Sc yang
telah membimbing dengan jenius, memotifasi dan mengarahkan ke arah
yang terbaik.
4. Tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun
agar skripsi ini layak dijadikan pedoman untuk penelitian-penelitian
berikutnya.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Syafriadiman, M.Sc selaku Penasehat Akademik yang
telah memberikan pelajaran-pelajaran berharga.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. M. Husni Thamrin dan Ibunda
Rahmawati, S.Pd yang selama ini menjadi kekuatan hati, entah
bagaimana „Na bisa melakukannya tanpa nasehat bijak ayah dan
penghiburan ibu dikala sedih. Terimakasih yang tak terhingga atas usaha
dan do‟a ayah ibu…
7. Buat keluarga tersayang, kakak ku Hadra Fi Magfirah. S.Sos dan bg.
Ilham Hidayatullah, ST… terimakasih, walopun motivasi yang diberikan
gag sesuai dengan yang diharapkan…  dan makasih jugag atas kasih
sayang yang telah dicurahkan kepada adikmu ini… semoga „Na bisa jadi
teladan buatt yang lainn… Sii Kembar Hadra Fi Kharisma dan Anugrah
Ganda Putra, cepad2lah sarjana, waktunya qta bahagiakan ibu dan
ayah… Anugrah Firasat Putra‟n Anugrah Qodrat Ramadhan Putra,
belajar yang rajinn iaa sayangg… karena, tak mudah untuk menjadikan
diri kita ini untuk sedikit lebih diperhatikan oleh orang lain…
8. Terimaksih „Na untuk keluarga besar RFC… semoga selalu berada dalam
lindungan Allah SWT, amin… rasanya ada yang mengganjal dihati bila
„Na gag ngucappiinn terimakasih kepada mereka semua, terutama untuk
Nenek tercinta Hj. Rafi’ah yang selalu mengingatkan „Na untuk lebihj
rajin sholat, lebih rajin makan, lebih rajin belajar, dan banyak-banyak
berdo‟a supaya kelak apa yang diinginkan dapat tercapaii…   
9. Teman-teman seperjuangan yang sejak 8 tahun lalu bersama… berawal
dari MPK, kita saling tau dan saling menyatu, keluarga kecilku Alumni
SUPM yang sampai saat ini masih melangkah bersama menggapai cita-
cita… Lisa, Rita, Eka, Yani, Lidya, Zuhdi, semoga kita masih tetap
diberi kesempatan untuk sama-sama berjuang meraih apa yang ingin kita
raih… juga bwad Iing, Dewe „n Nana, tetap semangat iaa… ^_^ juga
bwad junior ku yang baik, kadir „n yongki, makassii… Juga bwad 2
sahabat terbaik sejak eSDe hingga saat ini, Sylvia Novianty, S.Pd dan
Citra Riana, makassii yaa sayyaaanggg, atas penghiburannya dikala
keBeTean menyerangg…  semoga persahabatan ini berjalan hingga
selamanyaa…
10. Dan „Na jugag bersyukur berada dilingkaran orang-orang hebat ini, teman-
teman seangkatan BDP ’06 yang selalu memberikan senyuman tulus serta
menyalurkan semangat belajarnya, sungguh beruntung “Hadra”
menemukan Xan disini… Fatima, Ariev, Syafriel, Wahyu, Haviz,
Ajenk, Nuri, Elda, Werlyn, Amran „n Destriman, terimakasih udah
bwad hari-hari Hadra jadi lebih berwarna dari pada gambar anak TK…
teman-teman se Lab, Fikri, Hardy, Adiet, Mahfudh, Rodhie, Heru „n
Netti, terimakasih atas kebersamaan kita yang singkat inii, walau singkat
tapi cukup berkesan untuk di kenang… Xan adalah teman terhebat
sepanjang masa… wish u all the best…
11. Terimakasih juga untuk Mass Herrii yang terlalu banyak sekali membantu
mulai dari awal penelitian hingga dalam penyusunan skripsi ini, juga bwad
abg-abg yang selalu bisa menghibur disaat „dra mulai jenuh dengan
penelitiann yang gag kunjung selesaii. Bg.Donii, Bg.Riri, Bg.Dodot,
Bg.Deni, Bg.Ridwan, Yudhis dan Oka… Makkassiiii… Juga bwad
Bg.Dahir, Bg.Aleq, Bg,Aal, Kaq Eni untuk info dan kerjasamanyaa…
makassii iaa…
12. Dan ucapan terimakasih terhangatku tercipta untuk someone special, Mr. J
yang rela dijadikan tempat pelampiasan emosi sesaat ku, yang luar biasa
tabah dalam menjalani proses lama yang menyiksa ini, orang lain mungkin
sudah membiarkan aku terhempas sendiri, tapi dya… Terimakasih telah
mempertahankan aku Mr… walopun akhirnya qta tetap pada koridor
masing-masing… tappii percayalah, semua TIDAK sia-sia… ada hasil dan
hikmah yang dapat qta ambil dari semua itu…
Akhirnya proses panjang yang menyiksa ini selesai sudah… semoga
skripsi ini dapat bermanfaat untukku dan bagi semua orang… Amin yaa
robbal‟alamin.
Wassalamu‟alaikumwarahmatullahiwabarakatuh.
Pekanbaru, Juli 2011
Hadra Fi Ahlina, S.Pi
DAFTAR ISI
Isi Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 3
1.4. Hipotesis Penelitian......................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1. Biologi Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)..................................... 5
2.2. Pemijahan Buatan............................................................................. 6
2.3. Ovaprim............................................................................................ 7
2.4. Prostaglandin F2 α............................................................................. 8
2.5. Fertilisasi dan Penetasan .................................................................. 9
2.6. Kualitas Air....................................................................................... 11
III. BAHAN DAN METODE ..................................................................... 13
3.1. Waktu dan Tempat............................................................................ 13
3.2. Bahan dan Alat ................................................................................. 13
3.2.1. Ikan Uji .................................................................................. 13
3.2.2. Hormon .................................................................................. 13
3.2.3. Wadah Peralatan..................................................................... 13
3.2.4. Air dan Pengukuran Kualitas Air........................................... 14
3.3..Metode Penelitian............................................................................. 14
3.3.1. Rancangan Percobaan ............................................................ 14
3.3.2. Peubah yang diukur................................................................ 16
3.3.3. Asumsi ................................................................................... 17
3.3.4. Analisa Data........................................................................... 17
3.4..Prosedur Penelitian........................................................................... 17
3.4.1. Persiapan Wadah ................................................................... 17
3.4.2. Persiapan Ikan Uji ................................................................. 18
3.4.3. Penyuntikan dan Pengurutan ................................................. 18
3.4.4. Fertilisasi dan Penetasan Telur.............................................. 20
3.4.5. Pengelolaan Kualitas Air....................................................... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 22
4.1. Hasil .................................................................................. 22
4.1.1. Tingkat Pembuahan, Penetasan dan Kelulushidupan............ 22
4.1.2. Kualitas Air............................................................................ 24
4.2. Pembahasan .................................................................................. 25
4.2.1. Fertilitas................................................................................. 25
4.2.2. Daya Tetas ............................................................................. 28
4.2.3. Kelulushidupan Larva............................................................ 30
4.2.4. Kualitas Air............................................................................ 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 32
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 32
5.2. Saran .................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perlakuan yang akan diberikan .............................................................. 15
2. Nilai Fertilitas, Daya Tetas an Kelulushidupan Larva Ikan Selais (%) . 22
3. Parameter Kualitas Air selama Penelitian ............................................. 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)........................................................ 5
2. Penyuntikan Induk Betina Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ............. 19
3. Stripping / Pengurutan Induk Betina Ikan Selais (Ompok
hypopthalmus)......................................................................................... 19
4. Pencampuran Sel Sperma dan Sel Telur................................................. 20
5. Histogram Tingkat Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva
Ikan Selais............................................................................................... 23
6. Pembuahan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)........................... 25
7. Penetasan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ............................. 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Dokumentasi Penelitian.......................................................................... 37
2. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α
Terhadap Fertilitas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)............... 41
3. Tabel Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi
Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Fertilitas Telur Ikan
Selais (Ompok hypopthalmus)................................................................. 42
4. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α
Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). .......... 43
5. Tabel Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi
Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Daya Tetas Telur Ikan
Selais (Ompok hypopthalmus)................................................................. 44
6. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2
α Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok
hypopthalmus)......................................................................................... 45
7. Analis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi
penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α terhadap Kelulushidupan
Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus).............................................. 46
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan selais (Ompok hypopthalmus) merupakan salah satu jenis ikan yang
banyak dijumpai di perairan sungai yang ada di Propinsi Riau. Tingginya nilai
ekonomis ikan selais dan rasa dagingnya yang disukai oleh masyarakat, telah
menggolongkan ikan ini kedalam jajaran ikan-ikan air tawar kelas satu.
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Pulungan et al. (1985) bahwa ikan selais
tergolong sebagai jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi khususnya di
Riau. Akan tetapi persediaannya di alam sangatlah terbatas, hal ini disebabkan
karena ikan selais yang ada merupakan hasil tangkapan nelayan dari alam.
Kelestarian ikan selais di alam perlu dijaga, namun kebutuhan masyarakat
terhadap ikan ini perlu pula dipenuhi. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar
kebutuhan masyarakat tehadap ikan terpenuhi dan kelestariannya dialam tetap
terjaga dengan mencoba melakukan pembenihan ikan melalui pemijahan buatan.
Pemijahan buatan pada umumnya ditujukan pada spesies ikan yang
mengalami kesulitan untuk berkembang biak dengan sempurna pada lingkungan
buatan. Selain itu juga bertujuan untuk memperoleh benih ikan diluar musim
pemijahan.
Secara umum untuk meningkatkan produksi benih ikan selais dapat
dilakukan pemijahan buatan dengan menggunakan hormon, baik hormon sintesis
maupun hormon yang diekstrak dari hipofisa. Hormon atau zat perangsang yang
dapat digunakan untuk merangsang ovulasi pada ikan adalah (1) Antitestosteron,
(2) Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH), (3) Dopamin Antagonis, (4)
Gonadotropin, (5) Steroid dan (6) Prostaglandin (Hoar et al, 1983 dalam Sukendi,
2006).
Penggunaan hormon sintetis sebagai pengganti kelenjar hipofisa untuk
pemijahan sudah banyak dilakukan. Dalam hal ini penggunaan hormon sintetis
mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1. Selalu tersedia dalam kemasan mantap
dan terukur, 2. Tersimpan dengan baik dan aman, 3. Mencegah pembunuhan ikan
sebagai donor, 4. Mengurangi proses koleksi (penggerusan dalam penggunaan
hipofisa ikan), 5. Biaya, waktu dan tempat dapat lebih hemat (Ernawati, 1990).
Oleh karena itu penelitian tentang pemberian rangsangan hormonal terhadap jenis-
jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi sangat perlu dilakukan untuk
memperoleh benih yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi benih ikan
selais yang semakin menurun adalah dengan memberikan rangsangan hormonal
yakni ovaprim dan prostaglandin F2 α. Ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2 α)
merupakan hormon yang apabila dilihat dari fisilogis dalam proses reproduksi
pada ikan saling bekerjasama dalam memacu terjadinya ovulasi dan pemijahan
pada ikan. Menurut Natalia (2011), ovaprim dapat memberikan daya rangsang
pemijahan lebih tinggi, menghasilkan waktu laten yang lebih singkat terhadap
ikan selais. Sedangkan menurut Sukendi (2001), ovaprim dan prostaglandin dapat
merangsang pembuahan, penetasan dan menghasilkan kelulushidupan yang tinggi
pada ikan baung. Oleh karena itu perlu juga dilakukan untuk mengetahui peranan
ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2 α) terhadap keberhasilan pembuahan dan
penetasan ikan selais. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian ini
melalui teknik pemijahan buatan.
1.2. Perumusan Masalah
Penggunaan ovaprim secara tunggal maupun kombinasi dengan
prostaglandin F2 α (PGF2 α) pada dosis yang tepat sangat menentukan
keberhasilan dalam pemijahan buatan. Ovaprim adalah campuran analog salmon
Gonadotropin Releasing Hormon (sGnRH-a) dan anti dopamine. Dalam proses
reproduksi pada ikan GnRH-a berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan
Gonadotropin Hormon, pada kondisi alamiah sekresi gonadotropin dihambat oleh
dopamine dan bila dopamine dihalangi oleh antagonisnya maka peranan dopamine
akan terhenti sehingga sekresi gonadotropin akan semakin meningkat yang
selanjutnya disekresikan kedalam darah dan merangsang pematangan gonad.
Sedangkan PGF2 α berperan untuk merangsang pecahnya folikel dan pengeluaran
oosit yang telah matang pada ikan betina dan pada ikan jantan berperan untuk
mengeluarkan seluruh sel-sel spermatozoa yang terdapat didalam tubulus
semeniferi testis.
Dalam hal ini, masalah yang sangat terlihat dalam memproduksi benih
ikan selais selain pemilihan induk yang baik, ketelitian pada saat penyuntikan,
suhu serta kualitas air, dosis hormon yang disuntikkan juga harus tepat.
Berdasarkan hal tersebut, maka pemijahan buatan dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan kombinasi Ovaprim dan Prostaglandin (PGF2 α).
1.3. Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi
penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan
kelulushidupan larva ikan Selais (Ompok hypophthalmus).
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang
kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terbaik untuk menghasilkan nilai
fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan ikan Selais (Ompok hypophthalmus)
dalam usaha pembenihan.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh
kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan
kelulushidupan larva ikan selais (Ompok hypophthalmus).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biologi Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Gambar 1: Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Ikan selais termasuk dalam family Siluridae, sub ordo Siluroidea, ordo
Ostariophysi, genus Ompok dan spesies Ompok hypopthalmus (Saanin, 1984).
Ikan selais (Ompok hypopthalmus) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh sebagai
berikut: memiliki 10 – 11 tulang tambahan tutup insang, sirip anus 72 – 88, sirip
ekor bercagak, bagian atas sedikit lebih panjang dari pada bagian bawah. Sirip
perut pendek, sirip dada jauh lebih panjang dari pada kepala, sirip punggung
tereduksi, sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur, propel punggung
mencembung seperti propel tengkuknya, gigi pada tulang mata bajak satu tumpuk.
Berisirip perut 6 – 14, sirip dubur sangat panjang dan berakhir dekat sirip ekor.
Mata besar, warna agak gelap, daerah penyebarannya adalah di Sumatera,
Malaysia, Indocina (Kottelat et al, 1993).
Pulungan et al, (1985) ikan selais termasuk ikan air tawar yang tergolong
family Siluridae. Jenis ikan ini sudah dikenal oleh sebagian masyarakat terutama
sekali masyarakat yang berada di kawasan Sunda, akan tetapi nama yang
diberikan terhadap ikan selais ini sesuai dengan daerah asal dimana ikan ini di
dapat. Jenis ikan famili Siluridae pada umumnya berada pada perairan sungai
maupun danau serta danau yang berukuran kecil, dan ikan ini juga senang
bersembunyi di sela-sela tanaman air di tempat hidupnya. Ikan selais juga banyak
ditemukan di aliran sungai dan anak sungai yang airnya jernih dan dasarnya
berpasir campur batu-batuan ukuran kecil, kecerahan air berkisar 44 – 75 cm,
suhu berkisar 26 – 290
C dan nilai derajat keasamannya berkisar antara 5 – 6.
Ikan selais tergolong sebagai ikan karnivora, tetapi tidak tergolong sebagai
ikan dasar. Hal ini sesuai dengan bentuk tubuhnya yang pipih memanjang dan
tidak mempunyai sisik dan ikan ini lebih senang bergerombolan daripada sendiri-
sendiri dalam perairan (Pulungan et al, 1985).
Nuraini (2004) menyatakan bahwa ciri-ciri seksual sekunder pada ikan
selais jantan yaitu bentuk kepala melebar, lubang pelepasan (papilla genital)
lancip, warna punggung cerah. Sedangkan ciri-ciri seksual sekunder dari selais
betina adalah bentuk ujung kepala agak membulat dan lubang pelepasan tumpul.
Induk ikan selais betina yang telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk
perutnya yang relatif membesar dan permukaan kulitnya sangat lembut atau dapat
juga dengan melihat lubang genitalnya berwarna kemerahan, maka induk dalam
kondisi siap memijah. Sedangkan untuk ikan selais jantan kematangan gonadnya
dapat diketahui dengan mengurut sedikit perutnya, bila keluar cairan berwarna
putih susu maka induk jantan siap untuk dipijahkan.
2.2. Pemijahan Buatan
Pemijahan buatan dilakukan dengan cara penyuntikan ekstrak kelenjar
hipofisa ikan terhadap ikan lain yang ingin dipijahkan. Teknik ini telah dikenal
sejak Houssey pada tahun 1931, yang selanjutnya dikembangkan oleh Von Hering
di Brazilia dan dikenal dengan istilah hipofisasi (Matty, 1985). Hipofisasi adalah
teknik yang dipakai untuk merangsang ikan yang matang kelamin untuk memijah
atau ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa (Hardjamulia dan
Atmawinata, 1980). Namun menurut Hardjamulia (1975) teknik hipofisasi
memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) hilangnya ikan donor karena
diambil hipofisanya, (2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan
suntikan untuk induksi ovulasi atau pematangan gonad pada ikan sukar dilakukan,
(3) tidak diketahui dengan pasti hormone mana yang sebenarnya berpotensi untuk
ovulasi dan kematangan gonad dan (4) penyakit dapat menular dengan mudah dari
ikan donor ke ikan resipien.
Dalam pemijahan buatan lebih sering digunakan hormon sintetis daripada
ekstrak hipofisa, kelebihan penggunaan hormone sintetis antara lain : (1) selalu
tersedia dalam kemasan yang mantap dan terukur; (2) tersimpan dengan baik dan
aman, perubahannya apat diusahakan seminimal mungkin; (3) uniform dan
universal; (4) mencegah pembunuhan ikan sebagai donor; (5) mengurangi proses
koleksi dan (6) biaya, waktu dan tenaga dapat lebih dihemat.
2.3. Ovaprim
Ovaprim adalah kombinasi dari analog salmon gonadotropin Realesing
Hormone (sGnRH-a) dengan anti dopamine. Setiap 1 ml ovaprim mengandung 20
µg sGnRH-a (D-Arg6
, Trp7
, Leu8
, Pro9
-NET)- LHRH dan 10 mg anti dopamine
(Nandeesha et al., 1990 dan Harker, 1992 dalam Sukendi, 2001).
Dosis ovaprim yang dipakai untuk merangsang ovulasi pada ikan betina
adalah 0,5 ml/kg bobot tubuh sedangkan untuk merangsang spermiasi pada ikan
jantan adalah 0,10 – 0,20 ml/kg bobot tubuh (Harker, 1992 dalam Sukendi 2001).
Nandeesha et al, (1990 dan 1991) menyatakan dosis yang dapat digunakan untuk
beberapa spesies ikan adalah : Catla : 0,40 – 0,50 ml/kg bobot tubuh, Rohu : 0,30
-0,40 ml/kg bobot tubuh, Mrigal : 0,25 – 0,30 ml/kg bobot tubuh, Silver carp :
0,50 – 0,70 ml/kg bobot tubuh, Grass Carp : 0,50 -0,70 ml/kg bobot tubuh, Big
Had Carp : 0,50 ml/kg bobot tubuh, Bata : 0,50 ml/kg bobot tubuh dan Fringe
Lippe Carp : 0,50 ml/kg bobot tubuh. Sedangkan dosis yang terbaik untuk
menghasilkan nilai fertilisasi dan daya tetas telur ikan Sumatra (Puntius tetrazona
Blrk) adalah 1,00 ml/kg bobot tubuh (Sukendi, 1997).
Pemakaian ovaprim memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
ekstrak hipofisa, yaitu : (1) memberi daya rangsang pemijahan yang lebih baik;
(2) menghasilkan telur dengan diameter lebih besar; (3) menghasilkan wakru laten
lebih singkat dan angka mortalitas lebih kecil ( Nandeesha et el., 1990 dan 1991
dalam Sukendi, 2001).
2.4. Prostaglandin F2 α (PGF2 α)
Prostaglandin merupakan derivate dari struktur asam prostanoat dan
berasal dari asam lemak esensial melalui seleksi dan oksidasi (Tunner dan
Bagnara, 1988 dalam Sukendi, 2001). Prostaglandin berperan dalam
mempercepat ovulasi dan mengatur singkronisasi tingkah laku memijah (Shilo
dan Sarig, 1982) yang telah dicobakan pada ikan rainbow trout (Jalabert dalam
Hoar et al., 1983), Goldfish betina (Stancy dan Petter dalam Hoar et al., 1983)
dengan dosis 10 μg/kg bobot tubuh dan pada ikan catfish (Heteropnenstes fossilis)
dengan dosis 10 μg/kg bobot tubuh antara 41 – 47 gram. Pada ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus Burcheel) dengan dosis 2500 μg/kg bobot tubuh (Ernawati,
1990 dalam Sukendi 2001). PGF2 α berperan dalam pecahnya folikel dan
pengeluaran oosit yang telah matang (Stancy dan Goetz, 1989 dalam Sukendi
2001) serta menstrimulasi inti sel yang berbeda dalam germinal vesikula
bermigrasi ke bagian pinggir (Downs dan Langgo 1983 dalam Sukendi 2001).
2.5. Fertilisasi dan Penetasan
Fertilisasi atau pembuahan adalah penggabungan antara inti sel sperma
dan inti sel telur sehingga membentuk zigot yang kemudian mengalami
pembelahan (Lagler, 1972; Sumantadinata, 1983). Telur dan spermatozoa yang
baru dikeluarkan dari tubuh induk ikan akan mengeluarkan zat kimia yang
berguna dalam proses pembuahan. Zat yang dikeluarkan tersebut dinamakan
gamon, dimana gamon yang berasal dari telur disebut ginamon I dan ginamon II,
sedangkan gamon yang berasal dari spermatozoa disebut androgamon I dan
androgamon II. Ginamon I berperan untuk mempercepat pergerakan dan menarik
spermatozoa dari spesies yang sama secara kemotaxis, ginamon II berperan
mengumpulkan dan menahan spermatozoa pada permukaan telur. Sedangkan
fungsi androgamon I adalah menekan aktifitas spermatozoa ketika masih berada
di dalam saluran genital ikan jantan dan androgamon II berperan untuk membuat
permukaan korion menjadi lembut sebagai lawan dari peran ginamon II.
Proses pembuahan pada ikan teleostei bersifat monospermik, yaitu hanya
satu spermatozoa yang akan melewati mikrofil dan membuahi sel telur (Lagler,
1972). Pada proses pembuahan hanya kepala spermatozoa yang dapat masuk
kedalam sel telur, sedangkan ekornya tertinggal diluar, sitoplasma dan chorion
merenggang dan semacam sumbat segera menutupi mikrofil untuk menghalangi
masuknya spermatozoa yang lain. Menurut Sumantadinata (1983) menyatakan
bahwa setelah memasuki telur inti spermatozoa mulai membesar dan
kromosomnya mengalami perubahan sehingga memungkinkan untuk bersatu
dengan kromosom dari sel telur sebagai fase awal pembelahan. Setelah terjadinya
fertilisasi, diikuti dengan proses penetrasi yang akan menghasilkan (1) masuknya
spermatozoa melalui perubahan kondisi didalam sel telur, (2) penggabungan
materi inti spermatozoa dan sel telur, (3) pembelahan dari satu sel zigot menjadi
suatu embrio yang banyak sel dan (4) organisasi dari multiseluler menjadi
jaringan organ dan sistem yang memberi bentuk dan fungsi pada embrio (Lagler,
1972). Perkembangan embrio terus menjadi mulai dari proses pembuahan hingga
ikan mendapat makanan dari luar, perkembangan ini menurut Nikolsky (1963)
dibedakan menjadi periode telur (perkembangan yang terjadi dalam membran)
dan periode pra larva (perkembangan yang terjadi diluar membran).
Penetasan terjadi karena menurunnya kekerasan korion yang disebabkan
oleh substansi enzim khorionase yang bersifat mereduksi. Disamping itu dapat
pula disebabkan oleh gerakan–gerakan akibat peningkatan suhu intensitas cahaya
atau penyerapan tekanan oksigen (Blaxter, 1969). Effendie (1985) menyatakan
bahwa pada proses penetasan yang dikeluarkan terlebih dahulu dari cangkang
telur adalah bagian ekor embrio, kemudian yang terakhir adalah bagian kepala,
karena ukurannya lebih besar dari bagian tubuh yang lain. Embrio yang keluar
dari cangkang telur akan memasuki stadia pra larva, dengan ciri-ciri adalah masih
mempunyai kuning telur, tubuh transparan, sirip dada dan sirip ekor sudah ada
tetapi belum sempurna. Menurut Woynarovich dan Horvath (1980) larva yang
baru menetas akan menggerakkan bagian ekor kekiri dan kekanan dengan gerakan
lambat dan lebih banyak istirahat karena tidak dapat mempertahankan
keseimbangan untuk posisi tegak.
2.6. Kualitas Air
Lesmana (2002) bagi biota air, terutama ikan air berfungsi sebagai media,
baik media internal maupun eksternal. Sebagai media internal, air berfungsi
sebagai bahan baku untuk reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan makanan ke
seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh,
pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, dan pengatur
atau penyangga suhu tubuh. Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi
sebagai habitatnya. Oleh karena peran air sangat penting atau essensial dalam
kehidupan biota air maka kualitas air dan kuantitasnya pun harus dijaga sesuai
kebutuhan ikan.
Kualitas air yang ideal bagi kehidupan larva ikan pada umumnya adalah
kualitas air yang menunjang kehidupan larva ikan itu sendiri untuk menyelesaikan
daur hidupnya, serta mendukung kehidupan organisme-organisme makanan ikan
yang diperlukan dalam menyelesaikan daur hidupnya tersebut (Wardoyo, 1981).
Suhu air merupakan satu faktor yang penting untuk media hidup ikan.
Suhu air akan sangat berpengaruh terhadap aktifitas, pergerakan, makan ikan,
pertumbuhan, dan perkembangbiakan. Secara umum suhu yang sesuai untuk
semua ikan yang berada di kawasan tropis adalah 23,8 – 32,20
C. Suhu air juga
sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut, karbondioksida, nitrogen
dan yang lainnya di dalam air. Semakin rendah suhu maka semakin banyak
kandungan gas yang dapat larut di dalam air, suhu juga memegang peranan
penting dalam stratifikasi termal (Affiadi dan Prahara dalam Nusirhan, 2009).
Afrianto dan Liviawaty (1992) menyatakan umumnya ikan dapat
beradaptasi pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH)
berkisar antara 5 – 9, sebagai besar spesies ikan air tawar pH yang cocok adalah
diantara 6,5 – 7,5.
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 - sampai Maret
2011 di Laboratorium Pembenihan Ikan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.2. Bahan dan Alat
3.2.1. Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah induk ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
yang berasal dari penangkapan di alam yang telah diadaptasikan dalam keramba
yang terletak di sungai Kampar Kiri Desa Langgam (Lampiran 1. a). Jumlah
induk yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 ekor induk betina dan 10
ekor induk jantan yang ukurannya berkisar antara 45-50 gr dengan panjang 14-18
cm.
3.2.2. Hormon
Hormon sebagai obat perangsang yang digunakan adalah ovaprim dan
prostaglandin F2 α, alkohol 75% untuk mensterilkan alat, dan kalium
permanganate (PK) untuk menghilangkan bakteri pembawa penyakit pada wadah
(Lampiran. 1. b).
3.2.3. Wadah dan Peralatan
Wadah yang digunakan untuk ikan uji adalah akuarium sebanyak 15 unit
dengan ukuran 40x40x40 cm3
dan satu buah bak ukuran 200 x 100 x 75 cm3
untuk
penampungan induk sebelum digunakan sebagai ikan uji. Setiap wadah dilengkapi
dengan sistem aerasi sebagai penyuplai oksigen.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat suntik volume 1
ml untuk penyuntikan ikan, 1 buah tangguk yang digunakan untuk menangkap
induk ikan selais, 1 buah timbangan ohaus untuk mengukur berat ikan, 15 buah
mangkuk kecil untuk menampung telur hasil stripping, 15 buah petridisk untuk
menampung sampel telur, 15 buah tapisan santan sebagai tempat telur menempel,
1 buah keteter Canula untuk mengambil sampel telur, alat tulis untuk mencatat
setiap perubahan dan 1 unit camera digital untuk dokumentasi selama penelitian
(Lampiran. 1. b).
3.2.4. Air dan pengukuran Kualitas Air
Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari air sumur bor yang
telah diendapkan dalam bak penampungan dan diaerasi. Pengukuran kualitas air
untuk pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada setiap akuarium percobaan
sedangkan untuk mengukur pH dilakukan dua kali yakni awal dan akhir
penelitian. Untuk pengukuran kualitas air digunakan thermometer untuk
mengukur suhu dan Indicator Universal untuk mengukur pH.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Rancangan Percobaan
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan
dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel 1: Perlakuan yang diberikan
No Wadah
Perlakuan
Ket
Ovaprim PGF2 α
1. P1 50% 50% 0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α /kg
bobot tubuh
2. P2 75% 25% 0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2 α /kg
bobot tubuh
3. P3 25% 75% 0,22 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α /kg
bobot tubuh
4. P4 100% 2500 PGF2 α /kg bobot tubuh
5. P5 100% 0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh
Persentase masing-masing dosis ditentukan berdasarkan pemakaian
ovaprim maupun PGF2 α yang dilakukan oleh Sukendi (2001) terhadap ikan
Baung (Mystus nemurus) dan ikan selais (Ompok hypopthalmus) yaitu 0,9 ml
ovaprim/kg bobot tubuh. Sedangkan PGF2 α 2500 µg PGF2 α/kg bobot tubuh
pada ikan baung (Mystus nemurus CV) (Sukendi, 2001). Dosis PGF2 α 2500 µg
PGF2 α/kg bobot tubuh didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut:
1 ampul PGF2 α berisi 10 ml = 50.000 µg PGF2 α, yang berarti dalam 1 ml berisi
5.000 µg PGF2 α. Dosis untuk 100 % PGF2 α yang digunakan adalah 2.500 µg
PGF2 α, jadi ( 2.500 µg / 5.000 µg ) x 1 ml = 0,5 ml/kg bobot tubuh.
Satuan percobaan yang digunakan adalah induk ikan selais sebanyak 5
ekor betina dan 3 ekor jantan dengan kisaran berat 45 – 50 gram untuk induk
betina yang dimasukkan kedalam akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm3
dengan
kedalaman 20 cm. Penempatan percobaan dilakukan secara acak (Lampiran 1).
Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menurut Sudjana
(1989) yaitu:
Yij = μ + σi + єij
Dimana :
i = Perlakuan
j = Ulangan
Yij = Hasil pengamatan individu yang menerima perlakuan ke-I ulangan ke-j
μ = Rata-rata umum
σi = Pengaruh perlakuan ke-i
єij = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i
3.3.2. Peubah yang Diukur
Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah fertilitas, daya tetas, dan
kelulushidupan larva ikan uji (%). Rumus dari peubah tersebut adalah:
a. Fertilitas
Nilai fertilitas ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh Suseno dan Kholik (1982) yaitu:
b. Daya tetas
Daya tetas ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh Suseno dan Kholik (1982) yaitu:
c. Persentase Angka Kelulushidupan Larva / Survival Rate (SR)
Kelulushidupan larva ikan selais menurut Effendi (1979) dapat dihitung
menggunakan rumus yaitu:
Fertilitas (%) =
Jumlah telur yang dibuahi
x 100
Jumlah telur sampel
Daya tetas (%) =
Jumlah telur yang menetas
x 100
Jumlah telur dibuahi
Dimana:
SR = Tingkat kelulushidupan (%)
NO = Jumlah larva pada awal penelitian (ekor)
NT = Jumlah larva pada akhir penelitian (ekor)
3.3.3. Asumsi
Asumsi yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Kondisi induk setiap ikan uji dianggap sama
2. Tingkat kematangan gonad ikan uji dianggap sama
3. Tingkat ketelitian peneliti dianggap sama
3.3.4. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran akan dilakukan uji normalitas
dan homogenitas. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis variansi
(ANAVA). Bila hasil uji ANAVA menunjukkan perbedaan nyata diantara
masing-masing perlakuan, akan dilanjutkan dengan uji rentang Newman Keuls.
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Persiapan Wadah
Aquarium sebelum digunakan terlebih dahulu dicuci kemudian direndam
menggunakan PK (KMnO4) dengan dosis 0,5 ppm selama 24 jam. Setelah itu
aquarium dikeringkan dan diisi dengan air sumur bor yang telah diendapkan
selama 24 jam setinggi 20 cm masing-masing wadah dan diberi aerasi.
SR (%) =
NT
x 100
NO
3.4.2. Persiapan Ikan Uji
Sebelum dilakukan penyuntikan terlebih dahulu dilakukan pengambilan
sampel telur untuk mengetahui diameter dan kematangannya. Ikan uji yang
digunakan adalah ikan matang kelamin yang siap untuk dipijahkan (Lampiran 1.
b). Ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan ohaus dan dicatat beratnya
sebelum dilakukan penyuntikan (Lampiran 1. d). Setelah ditimbang ikan uji
dimasukkan kedalam wadah-wadah uji yang telah diberi kode perlakuan secara
acak, selanjutnya dilakukan perhitungan dosis ovaprim, prostaglandin F2 α
maupun kombinasi antara keduanya yang akan diberikan.
3.4.3. Penyuntikan dan Pengurutan
Sebelum dilakukan penyuntikan ikan dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini
bertujuan agar hormon yang disuntikkan memberi efek yang lebih baik dan untuk
mengosongkan perut sehingga sedikit berbentuk feses yang mungkin mengganggu
pada saat pengeluaran telur (Huet, 1971).
Penyuntikan dilakukan dua kali dengan cara intra-muskuler, yaitu jarum
suntik ditusukkan kedalam otot punggung diatas gurat sisi dan dibawah sirip
punggung bagian depan dengan selang waktu suntikan pertama dengan kedua
berjarak 6 jam (Woynarovich dan Harvath, 1980). Hormon ovaprim disuntikkan
pada penyuntikan pertama baik untuk yang tunggal maupun yang kombinasi
kecuali PGF2 α tunggal. Sedangkan PGF2 α disuntikkan pada penyuntikan kedua
untuk kombinasi, untuk tunggal tetap diberikan hormon yang sama dengan
penyuntikan pertama. Hal ini diperkuat oleh Potaros dan Sitasit (1976),
penyuntikan pertama menggunakan ovaprim dan penyuntikan kedua
menggunakan PGF2 α. Untuk perlakuan masing-masing diberikan dosis yang telah
ditentukan, sedangkan pengamatan yang dilakukan terhadap peubah yang diukur
dilakukan 7 jam setelah penyuntikan kedua.
Gambar 2: Penyuntikan Induk Betina Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Sebelum disuntikkan, hormon ovaprim diencerkan terlebih dahulu dengan
menggunakan akuades 1:1 atau 1 ml ovaprim = 1 ml akuades sesuai dengan yang
dijelaskan Soeseno dalam Ernawati (1990) yakni sebelum ikan disuntikkan
kepada ikan uji sesuai dengan dosis perlakuan, hormon yang diberikan diencerkan
dengan aquabides dengan perbandingan 1 : 1 fungsinya mengurangi rasa sakit
pada organ dalam ikan saat ovaprim dan PGF2 α di injeksikan kedalam tubuh.
Gambar 3: Stripping / Pengurutan Induk Betina Ikan Selais (Ompok
hypopthalmus)
Pengurutan dilakukan 7 jam setelah penyuntikan kedua, sesuai yang
dilakukan Nuraini (1998), Amniati (1999) dan Pulungan (2002) bahwa
pengurutan dapat dilakukan pada selang 6-8 jam setelah penyuntikan kedua. Ikan
uji dinyatakan ovulasi saat telur keluar melalui lubang genitalnya. Pengurutan
dihentikan apabila telur yang dikeluarkan bercampur dengan darah.
Selanjutnya bila ikan uji pada pengurutan pertama tidak menunjukkan
tanda-tanda ovulasi maka pengurutan berikutnya dilakukan setiap satu jam sekali
sampai terjadi ovulasi (Nuraini et al, 1998).
3.4.4. Fertilisasi dan Penetasan Telur
Pengambilan sperma induk ikan jantan dilakukan dengan cara dibedah
(Lampiran 1. f). Induk jantan dibedah dan diambil spermanya dengan
menggunakan pisau dan gunting bedah. Sperma tersebut kemudian diletakkan
didalam mangkok kecil kemudian ditambahkan larutan fisiologis.
Gambar 4 : Pencampuran Sel Sperma dan Sel Telur
Setelah diperoleh telur dan sperma kemudian dilakukan pembuahan yakni
dengan cara mencampurkan telur yang telah ditambahkan dua tetes larutan
pembuahan dan sperma didalam mangkok kecil dan diaduk dengan bantuan bulu
ayam agar sperma dapat membuahi seluruh telur yang ada. Setelah itu, telur yang
telah dicampur dengan sperma ditebar didalam tapisan santan dalam wadah
aquarium (Lampiran 1. g).
Penghitungan jumlah telur yang terbuahi dilakukan dengan cara manual
saja yakni menghitung langsung telur yang berwarna kecoklatan dan transparan
yang dilakukan 12 jam setelah fertilisasi. Sedangkan telur yang tidak terbuahi
yang berwarna putih keruh dibuang dengan menggunakan pipet tetes sambil
dihitung jumlahnya.
Penghitungan jumlah telur yang menetas dilakukan setelah larva berumur
10 jam dengan cara mengambil larva tersebut dengan menggunakan mangkok
kecil dan dipindahkan kewadah lain sambil dihitung jumlahnya. Kelulushidupan
larva ikan selais ditentukan dengan cara menghitung jumlah mortalitasnya.
3.4.5. Pengelolaan Kualitas Air
Parameter kualitas air yang akan di ukur selama penelitian adalah suhu dan
pH. Untuk membersihkan kotoran pada wadah, dilakukan penyiponan dua kali
sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1.Tingkat Pembuahan, Tingkat Penetasan dan Kelulushidupan
Data tingkat pembuahan, tingkat penetasan dan kelulushidupan larva ikan
selais selama penelitian dari masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2: Nilai fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva ikan selais (%)
Perlakuan Tingkat Pembuahan
(rata-rata / SD)
Tingkat Penetasan
(rata-rata / SD)
Kelulushidupan
(rata-rata / SD)
P1 66,04b
± 2,42 56,47c
± 3,69 30,02d
± ,66
P2 75,33a
± 1,46 76,03e
± 1,88 52,76c
± 1,80
P3 56,79c
± 2,33 35,23b
± 4,00 32,67d
± 1,68
P4 0,00d
± ,00 0,00a
± ,00 0,00a
± ,00
P5 72,69a
± 1,04 71,05d
± 1,52 40,12b
± 4,43
Keterangan:
1. P1 :Perlakuan 50% Ovaprim + 50% PGF2 α (0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg bobot tubuh)
2. P2 : Perlakuan 75% Ovaprim + 25% PGF2 α (0,67ml ovaprim + 625 µg PGF2 α/kg bobot tubuh).
3. P3: Perlakuan 25% Ovaprim + 75% PGF2 α (0,22 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh).
4. P4 : Perlakuan 100% µg PGF2 α (2500 µg PGF2 α/kg bobot tubuh)
5. P5 : Perlakuan 100% Ovaprim (0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh)
6. Huruf yang sama pada kolom yang sama “tidak berbeda nyata” (P ≤ 0.05)
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa kombinasi penyuntikan ovaprim dan
prostaglandin F2α (PGF2 α) yang digunakan selama penelitian memberikan
perbedaan terhadap pembuahan. Tingkat pembuahan tertinggi terdapat pada P2 =
kombinasi 75 % Ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim +
625 µg PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata pembuahan 75,40 %, diikuti
dengan P5 = 100 % ovaprim / kg bobot tubuh ( 0,9 ml/kg bobot tubuh) dengan
rata-rata 72,73 %, P1 = kombinasi 50 % Ovaprim + 50 % PGF2α / bobot tubuh
(0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) dengan rata-rata 66,16 %, P3
= 25 % Ovaprim + 75 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,22 ml ovaprim + 1875 µg
PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata 56,89 %, P4 = 100 % PGF2α / kg bobot
tubuh (2500 µg PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata 0 %.
Tingkat penetasan tertinggi terdapat pada P2 dengan nilai penetasan 74,14
%, diikuti oleh P5 = 71,11 %, P1 = 56,72 %, P3 = 35,26 % dan terakhir P4 dengan
0 %
Sedangkan kelulushidupan larva ikan selais tertinggi juga terdapat pada
perlakuan 2 = 75 % Ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim +
625 µg PGF2α / kg bobot tubuh) sebesar 52,88 %, dan terendah terdapat pada P 1
dan P 4 masing-masing sebesar 30,06 % dan 0 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar 2.
Gambar 5: Histogram Nilai fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva
ikan selais (%)
Dari hasil ANAVA, kombinasi penyuntikan kedua hormon tersebut
terhadap pembuahan, penetasan dan kelulushidupan pada setiap perlakuan yang
diberikan menunjukkan pengaruh yang nyata, yang ditandai dengan F hitung lebih
besar dari F tabel.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
P1 P2 P3 P4 P5
Tingkat
Pembuahan (%)
Tingkat
Penetasan (%)
Kelulushidupan
(%)
Berdasarkan uji lanjut Neuman Keuls terhadap pembuahan, penetasan dan
kelulushidupan menunjukkan bahwa P2 memberikan tingkat pembuahan,
penetasan dan kelulushidupan tertinggi kemudian diikuti oleh perlakuan lainnya
menurut tinggi nilai rata-rata. Sebelumnya Natalia (2011) mengemukakan bahwa
kombinasi penyuntikan ovaprim dan prostaglandin pada perlakuan 75 % Ovaprim
+ 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2α / kg bobot
tubuh) menghasilkan jumlah telur ovulasi terbaik.
Perbandingan setiap perlakuan yang diberikan terhadap pembuahan yaitu
P2 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan tiga perlakuan lainnya (P1, P3 dan
P4), tetapi tidak berbeda nyata dengan P5. Selanjutnya perbandingan setiap
perlakuan yang diberikan terhadap penetasan yaitu P2 menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan keempat perlakuan lainnya (P5, P1, P3 dan P4). Sedangkan
perbandingan setiap perlakuan terhadap kelulushidupan yaitu P2 menunjukkan
perbedaan yang nyata dengan keempat pelakuan lainnya (P5, P1, P3 dan P4). Hal
ini disebabkan oleh jumlah larva pada P2 yang berhasil hidup sampai penelitian
selesai lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang mencapai 52,76
%, namun pada P3 dengan P1 tidak memberikan perbedaan yang nyata karena
jumlah larva yang berhasil hidup menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu jauh
yakni 32,67 % dan 30,02 %.
4.1.2. Kualitas Air
Air merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup ikan dan
harus tersedia dalam kualitas yang baik. Hasil pengukuran parameter kualitas air
selama penelitian disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Parameter Kualitas Air Selama penelitian
No Parameter Rata-rata
1. Suhu 27 - 280
C
2.
3.
pH
DO
6 – 7
6 - 6,5
Kualitas air wadah penetasan masih berada pada batas toleransi yang baik
sehingga baik pula untuk dilakukan pemijahan buatan.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Fertilitas
Keberhasilan fertilisasi bukan saja ditentukan oleh kualitas telur, tetapi
ditentukan juga oleh kualitas spermatozoa. Tingginya nilai fertilitas telur yang
diperoleh pada perlakuan 2 yaitu sebesar 75,4 % disebabkan karena dipengaruhi
oleh kematangan telur yang diperoleh diameter telur sebelum disuntik yakni 1,0
mm.
Gambar 6 : Pembuahan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Pada Gambar 6a & 6b diatas, merupakan fase morulla. Pada fase ini terjadi
pembelahan sel ke 8 – 32, fase morula berakhir dengan dihasilkannya blastomer.
Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil membentuk dua lapis sel
(Gambar 6c). Kemudian sel memasuki stadia blastula. Terlihatnya dua lapisan
yang sangat nyata dari sel-sel datar yang membentuk blastocoel (Gambar.6d &
6e), dan blastodik yang berada di lubang vagetal berpindah menutupi sebagian
besar kuning telur (Gambar. 6f). Pada saat ini tropoblas terletak diantara kuning
telur dan sel-sel blastoderm dan mulai membungkus kuning telur tersebut. Fase
ketiga adalah stadia gastrula, dimana pada fase ini terbentuk ektoderm, mesoderm
dan endoderm. Terjadi perpindahan ektoderm, mesoderm, endoderm dan
notocorda menuju tempat definitif. (Gambar 6g & 6h).
Berdasarkan hasil rata-rata persentase pembuahan pada penelitian ini agak
tinggi dibandingkan hasil penelitian (Maifitri, 2004) dimana penyuntikan selais
danau dengan menggunakan hormon ovaprim secara tunggal dosis 0,9 ml/kg berat
badan ikan yang menghasilkan persentase pembuahan rata-rata sebesar 54,26 %
yang menurutnya disebabkan oleh dosis ovaprim yang tinggi dimana
menyebabkan proses pematangan telur dan ovulasi berlangsung lebih cepat.
Menurut Yusrizal (2000) menggunakan rangsangan ovaprim dan prostaglandin
dosis 75 % ovaprim + 25 % PGF2 α terhadap ikan Baung menghasilkan tingkat
pembuahan 92%. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini
maka mendapat hasil yang rendah. Penyebab rendahnya tingkat pembuahan dalam
hal ini karena penangan yang kurang hati-hati, banyaknya goncangan membuat
telur pada masa ini stress dan mati.
Pada P 2 terlihat jumlah telur yang terbuahi menunjukkan bahwa
kombinasi ovaprim dan PGF2α yang berbeda mempunyai potensi yang berbeda
untuk meningkatkan jumlah telur yang dibuahi pada ikan yang diujikan.
Sedangkan pada P 4, tingkat fertilitas ikan selais tidak dapat ditentukan karena
telur yang dibuahi tidak ada. Semua telur yang ovulasi baik pada pengulangan 1, 2
dan 3 mati dan berjamur. Hal ini disebabkan oleh hormon perangsang kematangan
gonad tidak bekerja karena memang hormon yang bertugas untuk pematangan
gonad dalam hal ini adalah ovaprim tidak disuntikkan ketubuh ikan selais.
Sehingga telur yang dihasilkan pun tidak baik. Seperti yang dikemukakan oleh
Nandeesha et al (1990) bahwa ovaprim sangat berperan dalam pemasakan gonad
dimana GnRH analog yang terkandung dalam ovaprim berperan merangsang
hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Hormon yang disuntikkan ketubuh ikan
selais pada P 4 ini hanyalah hormon yang berperan dalam mempercepat ovulasi.
Dari hasil penelitian ternyata penggunaan kombinasi ovaprim dan PGF2 α
menghasilkan jumlah telur yang terbuahi lebih tinggi dibandingkan dengan
penggunaan ovaprim dan PGF2 α secara tunggal, kombinasi yang terbaik adalah
75% ovaprim + 25% PGF2 α/kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 1875 µg PGF2
α/kg bobot tubuh). Hal ini juga dibuktikan oleh Sukendi (2001) pada ikan baung
dengan menghasilkan nilai fertilitas tertinggi 91,80 %. Kenyataan ini disebabkan
karena PGF2 α juga berperan penting didalam sistem reproduksi untuk
merangsang terjadinya ovulasi pada ikan. Jadi dari hasil penelitian terbukti
walaupun jumlah ovaprim yang diberikan sudah mencukupi namun bila tidak
dibantu dengan PGF2 α maka rangsangan terhadap jumlah telur yang diovulasikan
yang diperoleh akan lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukendi (2001)
yang menyatakan bahwa akibat pemberian perlakuan kombinasi penyuntikan
ovaprim 75 % dan PGF2 α 25 % bukan saja dapat meningkatkan jumlah telur
yang diovulasikan tetapi sekaligus akan dapat meningkatkan pertambahan
diameter telur, kematangan telur dan meningkatkan indeks kematangan gonad,
sehingga kualitas telur yang baik akan menghasilkan nilai fertilitas yang baik
pula, karna keberhasilan nilai fertilitas ditentukan oleh kualitas telur disamping
kualitas spermatozoa yang digunakan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh
Nandesha (1990) bahwa kelebihan pemakaian ovaprim bila dibandingkan dengan
ekstrak hipofisa adalah memberikan daya rangsang pemijahan lebih tinggi,
diameter telur lebih besar, waktu laten lebih singkat dan angka mortalitas lebih
rendah.
4.2.2. Daya Tetas
Gambar 7 : Penetasan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Menetas merupakan saat terakhir pada masa inkubasi, yaitu hasil dari
beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya (Effendie, 1978).
Jumlah telur yang terbuahi pada P 2 menunjukkan bahwa kombinasi ovaprim dan
PGF2α yang berbeda mempunyai potensi yang berbeda untuk meningkatkan
jumlah telur yang dibuahi pada ikan yang diujikan. Kenyataan ini disebabkan
karena telur yang menetas berasal dari telur yang telah dibuahi sebelumnya,
sehingga semakin besar nilai fertilitas selalu diikuti dengan meningkatnya nilai
daya tetas telur. Namun nilai daya tetas selalu lebih kecil dari nilai fertilitas,
karena tidak semua telur yang dibuahi akan menetas. Seperti yang dikemukakan
oleh Nurasiah (2003) bahwa tingginya nilai persentase telur yang ditetaskan erat
hubungannya dengan telur yang dibuahi, walaupun telur yang dibuahi belum tentu
dapat menjamin penetasan. Namun semakin banyak telur yang dibuahi maka
semakin besar peluang telur untuk menetas.
Dari hasil penelitian ternyata penggunaan kombinasi ovaprim dan PGF2 α
menghasilkan jumlah telur yang terbuahi lebih tinggi dibandingkan dengan
penggunaan ovaprim dan PGF2 α secara tunggal. Kombinasi yang terbaik
terdapat pada P2 yakni 75% ovaprim + 25% PGF2 α/kg bobot tubuh (0,67 ml
ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) sebesar 74,14 %. Nilai daya tetas
telur yang diperoleh pada penelitian ini lebih besar dari penelitian Muflikhah et al
(1993) yaitu 34,5 % yang disuntik empat dosis hipofisis ikan Mas dan penelitian
Maifitri (2004) dengan persentase 44,33 % yang disuntik dengan hormon ovaprim
secara tunggal.
Kombinasi hormon pada P4 yakni 100% PGF2 α (2500 µg PGF2 α/bobot
tubuh) tidak memberikan hasil, karena telur-telur yang ovulasi tidak terbuahi,
semua mati dan akhirnya ditumbuhi jamur. Menurut Maifitri (2004), tingginya
persentase penetasan telur selais erat hubungannya dengan jumlah telur yang
terbuahi, tetapi walupun jumlah telur yang dibuahi tinggi belum tentu dapat
menjamin penetasannya. Woynarovich dan Horvarth (1980) menyatakan bahwa
kematian telur selama masa pengeraman disebabkan oleh kekurangan oksigen
terlarut, temperature yang tidak cocok, telur tidak terbuahi, gangguan mekanik
seperti goncangan dan gesekan atau pergeseran serta serangan parasit seperti
bakteri, fungi, larva insekta dan binatang lainnya. Secara mikroskopis serangan
jamur dapat dilihat dengan jelas, yaitu berbentuk kapas dan gumpalan benang
kusut disekeliling permukaan telur. Segumpalan benang putih tersebut merupakan
filament jamur yang panjangnya beberapa centimeter. Hoffman dalam Irawati dan
Masrizal (1996).
4.2.3. Kelulushidupan
Masa paling kritis dalam daur hidup ikan terdapat pada tahap larva.
Banyak faktor yang menyebabkan mortalitas larva ikan selain dari predator dan
penyakit juga faktor biotik yang berhubungan langsung dengan larva ikan itu
sendiri. Masa kritis itu terletak pada saat sebelum dan sesudah penghisapan
kuning telur dan masa transisi mulai mengambil makanan dari luar. Sehubungan
dari pergerakan larva atau tingkah laku larva untuk mendapatkan makanan juga
kepadatan persediaan makanan yang baik merupakan factor yang mempengaruhi
keberhasilan hidup larva ikan tersebut (Djarijah, 1995).
Pada penelitian ini kelulushidupan larva dihitung pada hari ke 14 (SR14),
yang ditentukan dengan menghitung jumlah larva yang masih bertahan hidup
sampai hari yang ditentukan. Kematian larva bukan saja disebabkan oleh kualitas
air yang tidak cocok. Pada umumnya kematian larva disebabkan oleh factor luar
seperti kompetisi antara larva, ruang gerak dan penanganan yang kasar (Effendie,
1978). Selanjutnya dikatakan bahwa kematian larva dapat disebabkan faktor
dalam tubuh ikan itu sendiri, seperti umur dan kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
Kombinasi hormon ovaprim dan PGF2 α memberikan pengaruh terhadap
kelulushidupan larva, hal ini disebabkan kombinasi hormon ini memberikan
pengaruh terhadap diameter telur. Semakin besar diameter telur maka kandungan
kuning telur sebagai cadangan makanan akan semakin besar sehingga waktu larva
untuk beradaptasi dengan pakan alami yang diberikan akan lebih besar dan larva
akan semakin kuat untuk menghadapi masa kritisnya yaitu masa habisnya kuning
telur. Sehingga larva yang dihasilkan ukurannya akan bervariasi dan tingkat
kekuatannya dalam bertahan hiduppun akan bervariasi. (Yusrizal, 2000).
4.2.6 Kualitas Air
Perkembangan telur dan embrio serta pertumbuhan larva ikan dipengaruhi
oleh suhu perairan, sisa metabolisme, oksigen terlarut, intensitas cahaya dan
goncangan mekanik (Lagler et al, 1972). Selain itu faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan embrio adalah pH. Kisaran nilai-nilai parameter
kualitas air diawal penelitian mengindikasikan bahwa air yang digunakan layak
untuk kegiatan pembenihan ikan. Pengukuran air pada setiap wadah selama
rentang waktu penelitian tidak adanya perbedaan pada tingkat pH dan suhu untuk
masing-masing perlakuan.
V. KESIMPULAN DAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi penyuntikan
ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2α) terhadap ikan selais (Ompok
hypopthalmus) memberi pengaruh terhadap fertilitas, daya tetas dan
kelulushidupan larva 14 hari. Perlakuan yang dianggap memberikan pengaruh
terbaik adalah perlakuan kombinasi 75% ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh
yang menghasilkan tingkat pembuahan, daya tetas serta kelulushidupan lebih
tinggi.
5.2. Saran
Saran penulis untuk rekan-rekan mahasiswa lainnya perlu adanya
penelitian lanjutan tentang perawatan larva ikan selais, sehingga akan dapat
memberikan informasi yang lengkap tentang ikan selais. Sedangkan untuk
pembudidaya ikan, sebaiknya menggunakan kombinasi ovaprim dan
prostaglandin dengan dosis 75 % ovaprim dan 25 % PGF2α / kg bobot tubuh
dalam pemijahan ikan selais khususnya agar tingkat pembuahan, penetasan serta
kelulushidupannya menjadi lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty, E., 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta. 89 hal.
Amniati, 1999. Penggunaan Ovaprim dengan Dosis yang Berbeda untuk Ovulasi
Ikan Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr). Skripsi Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. 23 hal
(tidak diterbitkan.
Blaxter, J. H. S. 1969. Developments of eggs and larvae. In W. S. Hoar, D. J.
Randall and E. M. Donaldson, ed. Fish Physiology, Volume III.
Academic Press, New York.
Effendi, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112
hal.
-----------------, 1985. Penilaian perkembangan gonad ikan belanak, Liza subviridis
Valenciences, di perairan sungai Cimanuk. Disertasi Fakultas
Pascasarjana IPB, Bogor.
Ernawati, Y. 1990. Penggunaan Prostaglandin Sebagai Induksi Ovulasi Ikan Lele
Dumbo (clarias gariepinus). Lembaga Penelitian Universitas Riau.
Pekanbaru. 46 hal (tidak diterbitkan).
Hadjamulia, A. 1975. Budidaya Perikanan. SUPM Bogor. Badan Pendidikan
Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian.
--------------, A. dan S. Atmawinata. 1980. Teknik Hipofisasi beberapa jenis ikan
air tawar. Prosiding lokakarya nasional teknologi tepat guna bagi
pengembangan perikanan budidaya air tawar. Bogor.
Hoar, W. S., D. J. Randall, and E. M. Donaldson 1983. Fish physiology, volume
IX. Reproduction. Part B. Behavior and fertility control. Academic
Press., New York.
Kottelat, M. A. J. Whitten., S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan air
tawar Indonesia bagian Barat dan Sulawesi., Periplus Editions.
Lagler, K. F. 1972. Freshwater fishery biology, second edition, W. M. C. Brown
Company Publishers, Dubuque Iowa.
Lesmana, 2002. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya.
Jakarta. 80 hal.
Maifitri, R., 2004. Pengaruh Penyuntikan Ovaprim dengan Dosis Berbeda
Terhadap Ovulasi dan Penetasan Telur Ikan Selais (Krytopterus iau.
Limpok). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).
Matty, A. J. 1985. Fish endocrinology. Leaper and Gard. Ltd., London.
Natalia, 2010. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin F2 α
(PGF2 α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva
Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). Skripsi Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. 70 hal. (tidak
diterbitkan).
Nandeesha, M. C. K. G. Rao. R. Jayanna. N. C. Parker. T. j. Varghese. P.
Keshavanah and H. P. C. Shetty. 1990. Induced Spawning of Indian
Mayor Carps Through Single Aplication of Ovaprim, in Hirano and
I. Hanyu, eds The Second Asian Fisheries Society. Indian Branch.
Mangalore, India.
Nandeesha, M. C., Ramacharya and T. J. Vorghese, 1991. Further observation on
breeding of carps with ovaprim. Special Publication No.6. asian
FisheriesSociety. Indian Branch, Mangalore, India.
Nikolsky, G. V. 1963. The ecology of fishes. Academic Press. New York.
Nuraini., 2004. Pengaruh Dosis Human Chorionoc Gonadotropin (HCG)
Terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Selais Danau
(Kryptopterus limpok). Proyek peningkatan Kualitas Sumberdaya
Manusia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).
dan N. A. Pamungkas, 1998. Pengaruh Dosis Ovaprim yang Berbeda
Terhadap Ovulasi Ikan Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr).
Lembaga idak diterbitkan)
Nurasiah, 2003. Penyuntikan Kombinasi Ekstrak Hypofisa Ikan Mas, HCG dan
17α Hidroksi Progesteron Terhadap Keberhasilan Ovulasi Ikan
Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr). Tesis Program Pascasarjana
IPB Bogor. 58 hal (tidak diterbitkan).
Nursihan, T.S.E., 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pakan Pasta Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais
(Ompok hypophtalmus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 50 hal (tidak diterbitkan).
Potaros M, and Sitasit, 1976. Induced Spawning of Pangasius SutchiFowler by
Hormones Injection. Island Fisher. Divisi on Depart. Of Fish.
Bangkok. 24 p.
Pulungan, C.P. M., Ahmad, Y., I. Siregar., A. Ma‟maoen dan H. Alawai., 1985.
Morphometrik Ikan Selais Siluiroidae Dari Perairan Kecamatan
Kampar Kiri, Kabupaten Kampar Riau. Unri Press. Pekanbaru (tidak
diterbitkan)
Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Indentifikasi Ikan 1 dan 2. Bina Cipta.
Bogor. 753 hal.
Shilo, M. dan S. Sarig. 1982. Fish culture in warm water system. Problema and
trend. Boca Raton. Florida. 567 p.
Sukendi., 2007. Fisiologi Reproduksi Ikan. CV. Mina Mandiri. MM Press. Edisi
Pertama. Pekanbaru. 130 hal.
. 2006. Vitelogenesis dan Manipulasi Fertilisasi pada Ikan. Bahan
Ajar Biologi Reproduksi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Pekanbaru. 111 hal (tidak diterbitkan).
2001. Biologi Reproduksi dan Pengendaliannya dalam Upaya
Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus CV) dari Perairan Sungai
Kampar Riau. Disertasi Program Pascasarjana IPB ( tidak
diterbitkan).
, 1997. Pengaruh penyuntikan ovaprim terhadap fertilitas dan daya
tetas telur ikan sumatera (Puntius tetrazona Blkr). Lembaga
Penelitian Universitas Riau. pekanbaru.
Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia.
PT. Sutra Hudaya. Jakarta.
Suseno, D., and F. Cholik. 1982. Effect of aeration of hatching rates of some
varities of the common carp. Pewarta LPPD, 1 (3) : 77-80.
Wardoyo, S.T.H., 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan
Perikanan. PPLH-PUSDI-PLS. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 27
hal (tidak diterbitkan).
Woynarovich, E. and Horvath. Sl. 1980. The Artifical Propagration of Warm
Water Fin Fish A Mannual for Extention. FAO. Fisheries Tehnical
Paper No. 20/FIR/T.20.
Yusrizal, M., 2000. Perbandingan Nilai Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan
Larva Ikan Baung (Mystus nemurus.C.V) yang Diperoleh dari
Perairan Alam dengan yang Dimatangkan di Kolam Akibat
Penyuntikan Kombinasi Hormon Ovaprim dan Prostaglandin F2 α
(PGF2 α). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Riau. Pekanbaru. Hal. (tidak diterbitkan)
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi Penelitian
a. Seleksi Induk b. Adaptasi di wadah baru
c.Wadah, Alat dan Bahan yang digunakan
d. Pengukuran panjang dan berat tubuh induk ikan selais
e. Penyuntikan Induk Ikan selais
f. Pembedahan induk Jantan
g. Penebaran Telur ke Wadah
h. Telur yang telah ditebar dalam wadah akuarium
i. Telur yang tidak berhasil dibuahi
j. Pakan Artemia dan Tubifex
Lampiran 2: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α
Terhadap Fertilitas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
DATA FERTILITAS TELUR IKAN SELAIS
Perlakuan Ulangan
Fertilitas Ikan Selais
Jumlah (%)
Telur Ovulasi Telur Terbuahi
1
1 156 104 66,66
2 142 90 63,38
3 163 111 68,10
Jumlah 461 305
Rata-rata 66,16
2
1 288 221 76,73
2 256 189 73,82
3 273 206 75,46
Jumlah 817 616
Rata-rata 75,40
3
1 106 58 54,71
2 118 70 59,32
3 110 62 56,36
Jumlah 334 190
Rata-rata 56,89
4
1 88 0 0
2 82 0 0
3 97 0 0
Jumlah 267 0
Rata-rata 0
5
1 232 171 73,70
2 215 154 71,62
3 224 163 72,77
Jumlah 671 488
Rata-rata 72,73
Lampiran 3. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi
Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Fertilitas Telur
Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Normalitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error
Fertilitas 15 .00 76.73 54.1753 28.84672 -1.045 .580
Valid N (listwise) 15
Anava
Descriptives
Fertilitas
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum MaximumLower Bound Upper Bound
1.00 3 66.0467 2.41904 1.39663 60.0374 72.0559 63.38 68.10
2.00 3 75.3367 1.45892 .84231 71.7125 78.9608 73.82 76.73
3.00 3 56.7967 2.33582 1.34858 50.9942 62.5992 54.71 59.32
4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
5.00 3 72.6967 1.04194 .60156 70.1084 75.2850 71.62 73.70
Total 15 54.1753 28.84672 7.44819 38.2005 70.1501 .00 76.73
Test of Homogeneity of Variances
Fertilitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.488 4 10 .111
ANOVA
Fertilitas
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups (Combined) 11620.826 4 2905.206 1000.289 .000
Linear
Term
Contrast 1154.564 1 1154.564 397.527 .000
Deviation 10466.261 3 3488.754 1201.210 .000
Within Groups 29.044 10 2.904
Total 11649.869 14
Uji Lanjut
Fertilitas
Student-Newman-Keulsa
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
4.00 3 .0000
3.00 3 56.7967
1.00 3 66.0467
5.00 3 72.6967
2.00 3 75.3367
Sig. 1.000 1.000 1.000 .087
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 4: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α
Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
DAYA TETAS TELUR IKAN SELAIS
Perlakuan Ulangan
Daya Tetas Telur Ikan Selais Jumlah
(%)Telur Terbuahi Telur Menetas
1
1 104 61 58,65
2 90 47 52,22
3 111 65 58,56
Jumlah 305 173
Rata-rata 56,72
2
1 221 172 77,82
2 189 140 74,07
3 206 157 76,21
Jumlah 616 469
Rata-rata 76,14
3
1 58 22 37,93
2 70 26 37,14
3 62 19 30,64
Jumlah 190 67
Rata-rata 35,26
4
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
Jumlah 0 0
Rata-rata 0 0 0
5
1 171 124 72,51
2 154 107 69,48
3 163 116 71,16
Jumlah 488 347
Rata-rata 71,11
Lampiran 5. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi
Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Daya Tetas Telur
Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Normalitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error
Daya Tetas Telur 15 .00 77.82 47.7593 28.83176 -.773 .580
Valid N (listwise) 15
Anava
Descriptives
Daya Tetas Telur
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum MaximumLower Bound Upper Bound
1.00 3 56.4767 3.68666 2.12849 47.3185 65.6348 52.22 58.65
2.00 3 76.0333 1.88123 1.08613 71.3601 80.7066 74.07 77.82
3.00 3 35.2367 4.00038 2.30962 25.2992 45.1742 30.64 37.93
4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
5.00 3 71.0500 1.51799 .87641 67.2791 74.8209 69.48 72.51
Total 15 47.7593 28.83176 7.44433 31.7928 63.7258 .00 77.82
Test of Homogeneity of Variances
Daya Tetas Telur
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.903 4 10 .089
ANOVA
Daya Tetas Telur
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups (Combined) 11566.912 4 2891.728 408.000 .000
Linear
Term
Contrast 659.508 1 659.508 93.051 .000
Deviation 10907.404 3 3635.801 512.983 .000
Within Groups 70.876 10 7.088
Total 11637.787 14
Post Hoc Tests
Daya Tetas Telur
Student-Newman-Keulsa
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
4.00 3 .0000
3.00 3 35.2367
1.00 3 56.4767
5.00 3 71.0500
2.00 3 76.0333
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 6: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α
Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok
hypopthalmus)
KELULUSHIDUPAN IKAN SELAIS
Perlakuan Ulangan
Jumlah Telur yang Hidup
Jumlah (%)
Awal Akhir
1
1 61 18 29,51
2 47 14 29,79
3 65 20 30,77
Jumlah 173 52
Rata-rata 30,06
2
1 172 93 54,07
2 140 71 50,71
3 157 84 53,50
Jumlah 469 248
Rata-rata 52,88
3
1 22 7 31,82
2 26 9 34,61
3 19 6 31,58
Jumlah 67 22
Rata-rata 32,84
4
1 0 0 0
2 0 0 0
3 0 0 0
Jumlah 0 0
Rata-rata 0
5
1 124 55 44,35
2 107 38 35,51
3 116 47 40,52
Jumlah 347 140
Rata-rata 40,35
Lampiran 7. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi
Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Kelulushidupan
Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)
Normalitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error
Kelulushidupan 15 .00 54.07 31.1160 18.15947 -.775 .580
Valid N (listwise) 15
Anava
Descriptives
Kelulushidupan
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum MaximumLower Bound Upper Bound
1.00 3 30.0233 .66161 .38198 28.3798 31.6669 29.51 30.77
2.00 3 52.7600 1.79808 1.03812 48.2933 57.2267 50.71 54.07
3.00 3 32.6700 1.68437 .97247 28.4858 36.8542 31.58 34.61
4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
5.00 3 40.1267 4.43311 2.55946 29.1142 51.1391 35.51 44.35
Total 15 31.1160 18.15947 4.68875 21.0596 41.1724 .00 54.07
Test of Homogeneity of Variances
Kelulushidupan
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.281 4 10 .058
ANOVA
Kelulushidupan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups (Combined) 4564.407 4 1141.102 218.097 .000
Linear
Term
Contrast 317.916 1 317.916 60.763 .000
Deviation 4246.492 3 1415.497 270.542 .000
Within Groups 52.321 10 5.232
Total 4616.728 14
Post Hoc Tests
Kelulushidupan
Student-Newman-Keulsa
Perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
4.00 3 .0000
1.00 3 30.0233
3.00 3 32.6700
5.00 3 40.1267
2.00 3 52.7600
Sig. 1.000 .187 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Skripsi lengkap

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Geografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaGeografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaAdip Wahyudi
 
Ketahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraKetahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraJemi22
 
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAPANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAMuhamad Yogi
 
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNBuku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNStraw Hat
 
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDHakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDFox Broadcasting
 
Alat alat kimia beserta kegunannya
Alat alat kimia beserta kegunannyaAlat alat kimia beserta kegunannya
Alat alat kimia beserta kegunannyaZuhriana Hasanah
 
KUTUB DAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH
KUTUB DAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAHKUTUB DAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH
KUTUB DAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAHRhati Alfajra
 
Ekologi dan-lingkungan
Ekologi dan-lingkunganEkologi dan-lingkungan
Ekologi dan-lingkunganShoetiaone
 
Analisis SWOT Ikan Cupang
Analisis SWOT Ikan CupangAnalisis SWOT Ikan Cupang
Analisis SWOT Ikan CupangNida Chofiya
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMutiara Shifa
 
Konsep ketahanan regional
Konsep ketahanan regionalKonsep ketahanan regional
Konsep ketahanan regionalAsri Wulandari
 
Profil Pulau-Pulau Terluar Provinsi Maluku
Profil Pulau-Pulau Terluar Provinsi MalukuProfil Pulau-Pulau Terluar Provinsi Maluku
Profil Pulau-Pulau Terluar Provinsi MalukuAgung Setiawan Pribadi
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMujid Rical
 
Tugas uud 1945 pasal 28 a
Tugas  uud 1945 pasal 28 aTugas  uud 1945 pasal 28 a
Tugas uud 1945 pasal 28 apycnat
 

La actualidad más candente (20)

Geografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaGeografi Regional Indonesia
Geografi Regional Indonesia
 
Ketahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraKetahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatra
 
Resume jurnal 4
Resume jurnal 4Resume jurnal 4
Resume jurnal 4
 
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIAPANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
 
Geostrategi ppt
Geostrategi pptGeostrategi ppt
Geostrategi ppt
 
Geopolitik ppt
Geopolitik pptGeopolitik ppt
Geopolitik ppt
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKNBuku Paket Kelas 10 - PPKN
Buku Paket Kelas 10 - PPKN
 
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBDHakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
Hakekat Keragaman dan Kesetaraan Manusia - ISBD
 
Pusat pertumbuhan
Pusat pertumbuhanPusat pertumbuhan
Pusat pertumbuhan
 
Alat alat kimia beserta kegunannya
Alat alat kimia beserta kegunannyaAlat alat kimia beserta kegunannya
Alat alat kimia beserta kegunannya
 
KUTUB DAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH
KUTUB DAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAHKUTUB DAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH
KUTUB DAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH
 
Ekologi dan-lingkungan
Ekologi dan-lingkunganEkologi dan-lingkungan
Ekologi dan-lingkungan
 
Analisis SWOT Ikan Cupang
Analisis SWOT Ikan CupangAnalisis SWOT Ikan Cupang
Analisis SWOT Ikan Cupang
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Konsep ketahanan regional
Konsep ketahanan regionalKonsep ketahanan regional
Konsep ketahanan regional
 
Profil Pulau-Pulau Terluar Provinsi Maluku
Profil Pulau-Pulau Terluar Provinsi MalukuProfil Pulau-Pulau Terluar Provinsi Maluku
Profil Pulau-Pulau Terluar Provinsi Maluku
 
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafatMakalah pancasila sebagai sistem filsafat
Makalah pancasila sebagai sistem filsafat
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Tugas uud 1945 pasal 28 a
Tugas  uud 1945 pasal 28 aTugas  uud 1945 pasal 28 a
Tugas uud 1945 pasal 28 a
 

Destacado

Motto dan persembahan
Motto dan persembahanMotto dan persembahan
Motto dan persembahanovindaaa
 
Daftar riwayat hidup penulis
Daftar riwayat hidup penulisDaftar riwayat hidup penulis
Daftar riwayat hidup penulisAbd Halim
 
CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI
 CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI
CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSIAkhmad Muhibudin
 

Destacado (6)

Motto dan persembahan
Motto dan persembahanMotto dan persembahan
Motto dan persembahan
 
Daftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidupDaftar riwayat hidup
Daftar riwayat hidup
 
Biodata penulis buku
Biodata penulis bukuBiodata penulis buku
Biodata penulis buku
 
Daftar riwayat hidup penulis
Daftar riwayat hidup penulisDaftar riwayat hidup penulis
Daftar riwayat hidup penulis
 
Riwayat hidup
Riwayat  hidupRiwayat  hidup
Riwayat hidup
 
CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI
 CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI
CONTOH BIODATA PENULIS DAN MOTTO DALAM SKRIPSI
 

Similar a Skripsi lengkap

Skripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaemanSkripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaemansyawaltobea
 
Skripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaemanSkripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaemansyawaltobea
 
Endokrinologi rancangan pembelajaran semester (rps) akreditasi 2016
Endokrinologi rancangan pembelajaran semester (rps)  akreditasi 2016Endokrinologi rancangan pembelajaran semester (rps)  akreditasi 2016
Endokrinologi rancangan pembelajaran semester (rps) akreditasi 2016WiwinUMRAH
 
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...Aom_Bracho
 
Skripsi 1-2.pdf
Skripsi 1-2.pdfSkripsi 1-2.pdf
Skripsi 1-2.pdfsmkyapis4
 
Jenis rumput laut rhodopyceae komersil
Jenis rumput laut rhodopyceae komersilJenis rumput laut rhodopyceae komersil
Jenis rumput laut rhodopyceae komersilKang Fuad
 
Jenis rumput laut rhodopyceae komersil
Jenis rumput laut rhodopyceae komersilJenis rumput laut rhodopyceae komersil
Jenis rumput laut rhodopyceae komersilKang Fuad
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...Sahira dila
 
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalInduksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalPutra putra
 
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-hDentimaressa
 
Pengaruh Konsentrasi Pakan Hijauan Sorghum (Sorghum bicolor) Terhadap Kandung...
Pengaruh Konsentrasi Pakan Hijauan Sorghum (Sorghum bicolor) Terhadap Kandung...Pengaruh Konsentrasi Pakan Hijauan Sorghum (Sorghum bicolor) Terhadap Kandung...
Pengaruh Konsentrasi Pakan Hijauan Sorghum (Sorghum bicolor) Terhadap Kandung...Universitas Islam As-syafi'iah
 
Formulir mutu KP_Pangan dan Gizi Hasil Ternak_PTK 2021.pdf
Formulir mutu KP_Pangan dan Gizi Hasil Ternak_PTK 2021.pdfFormulir mutu KP_Pangan dan Gizi Hasil Ternak_PTK 2021.pdf
Formulir mutu KP_Pangan dan Gizi Hasil Ternak_PTK 2021.pdfSetiawanPutraSyahMSi
 
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...Repository Ipb
 
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Azlan Azlan
 

Similar a Skripsi lengkap (20)

Laporan PKL ALI 2015
Laporan PKL ALI 2015Laporan PKL ALI 2015
Laporan PKL ALI 2015
 
Disertasi Mauli Kasmi
Disertasi Mauli KasmiDisertasi Mauli Kasmi
Disertasi Mauli Kasmi
 
ppt body.pptx
ppt body.pptxppt body.pptx
ppt body.pptx
 
Skripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaemanSkripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaeman
 
Skripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaemanSkripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaeman
 
Buku teknologi tepat guna.pdf
Buku teknologi tepat guna.pdfBuku teknologi tepat guna.pdf
Buku teknologi tepat guna.pdf
 
Endokrinologi rancangan pembelajaran semester (rps) akreditasi 2016
Endokrinologi rancangan pembelajaran semester (rps)  akreditasi 2016Endokrinologi rancangan pembelajaran semester (rps)  akreditasi 2016
Endokrinologi rancangan pembelajaran semester (rps) akreditasi 2016
 
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
fermentabilitas & kecernaan in vitro ransum yang diberi kursin bungkil biji j...
 
Skripsi 1-2.pdf
Skripsi 1-2.pdfSkripsi 1-2.pdf
Skripsi 1-2.pdf
 
Daun pepaya...
Daun pepaya...Daun pepaya...
Daun pepaya...
 
Jenis rumput laut rhodopyceae komersil
Jenis rumput laut rhodopyceae komersilJenis rumput laut rhodopyceae komersil
Jenis rumput laut rhodopyceae komersil
 
Jenis rumput laut rhodopyceae komersil
Jenis rumput laut rhodopyceae komersilJenis rumput laut rhodopyceae komersil
Jenis rumput laut rhodopyceae komersil
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae)  menggun...
Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Soliriaceae) menggun...
 
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonalInduksi maturasi belut sawah secara hormonal
Induksi maturasi belut sawah secara hormonal
 
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h -Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
-Nurhidayah-6661-1-14-nurhi-h
 
Pengaruh Konsentrasi Pakan Hijauan Sorghum (Sorghum bicolor) Terhadap Kandung...
Pengaruh Konsentrasi Pakan Hijauan Sorghum (Sorghum bicolor) Terhadap Kandung...Pengaruh Konsentrasi Pakan Hijauan Sorghum (Sorghum bicolor) Terhadap Kandung...
Pengaruh Konsentrasi Pakan Hijauan Sorghum (Sorghum bicolor) Terhadap Kandung...
 
Formulir mutu KP_Pangan dan Gizi Hasil Ternak_PTK 2021.pdf
Formulir mutu KP_Pangan dan Gizi Hasil Ternak_PTK 2021.pdfFormulir mutu KP_Pangan dan Gizi Hasil Ternak_PTK 2021.pdf
Formulir mutu KP_Pangan dan Gizi Hasil Ternak_PTK 2021.pdf
 
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
Kualitas Fermentasi Silasc Ransum Komplit Bcrbasis HasH Sam ping Jagung, Sawi...
 
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
Budidaya Kappaphycus alvarezii menggunakan Bibit Hasil Kultur Jaringan dengan...
 

Skripsi lengkap

  • 1. PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN OVAPRIM DAN PROSTAGLANDIN F2 α (PGF2 α) TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus) OLEH HADRA FI AHLINA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2011
  • 2. PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN OVAPRIM DAN PROSTAGLANDIN F2 α (PGF2 α) TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus) SKRIPSI DALAM BIDANG BUDIDAYA PERAIRAN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau OLEH HADRA FI AHLINA Tim Penguji: 1. Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS 2. Ir. Hamdan Alawi, M.Sc 3. Ir. Nuraini, MS 4. Dr. Ir. Netti Aryani, MS 5. Ir. Ridwan Manda Putra, M.Si FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2011
  • 3. LEMBARAN PENGESAHAN SKRIPSI JUDUL PENELITIAN : PENGARUH KOMBINASI PENYUNTIKAN OVAPRIM DAN PROSTAGLANDIN F2 α (PGF2 α) TERHADAP FERTILITAS, DAYA TETAS DAN KELULUSHIDUPAN LARVA IKAN SELAIS (Ompok hypopthalmus) NAMA MAHASISWA : HADRA FI AHLINA NOMOR MAHASISWA : 0604113469 JURUSAN : BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS : PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN DISETUJUI OLEH Dekan, Dosen Pembimbing I, Prof. Dr. Bustari Hasan, M. Sc Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS NIP. 195910241986031004 NIP.196210131989031001 Dosen Pembimbing II, Ir. Hamdan Alawi, M.Sc NIP.195510201982111001 Tanggal Lulus Ujian: 25 Juli 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS RIAU FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN Jl. Bina Widya KM 12,5 Pekanbaru Telp. (0761) 63274, 63275 Fax. (0761) 63275
  • 4. RIWAYAT HIDUP HADRA FI AHLINA, anak kedua dari enam bersaudara ini adalah putri kandung dari pasangan bapak Drs. M. Husni Thamrin dan ibu Rahmawati, S.Pd. Lahir di Air Tiris pada tanggal 26 September 1987. Dan saat ini penulis dan keluarga menetap di Pekanbaru. Penulis lahir dan dibesarkan ditengah lingkungan keluarga yang menomorsatukan agama dan pendidikan, berikut riwayat pendidikan penulis: Tahun 1994 – 2000 : SD Negeri 005 Bukit Raya (kelas 1-5) SD Negeri 034 Tenayan Raya (kelas 6). Tahun 2000 – 2003 : SLTP Negeri 09 Tenayan Raya Tahun 2003 – 2006 : SUPM Internasional Prov. Riau di Dumai Kelas I PKL di BBAT Rumbai selama 1 bulan. Kelas II PKL di BBAT Sukabumi (2 bulan) dan BBPBAP Jepara (2 bulan). Kelas III PKL di Balai Budidaya Udang Vannamei Banyuwangi selama 3 bulan. Tahun 2006 – 2011 : Melalui (SPMB) diterima di Jur. BDP FAPERIKA UNRI. Melakukan Praktek Umum di Desa Kandangan Kec. Pematang Bandar Kab. Simalungun Prov. Sumut pada September 2009 dengan nilai Sangat Memuaskan. Melakukan KUKERTA di Desa Pulau Padang Kec. Singingi Kab. Kuantan Singingi Prov. Riau dari Juni - Agustus 2009 dengan nilai Sangat Memuaskan. Melakukan Penelitian dengan judul Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2a terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) tahun 2010 dan dinyatakan LULUS pada tahun 2011 dengan predikat nilai Sangat Memuaskan.
  • 5. THE EFFECT OF COMBINATION OF OVAPRIM AND PROSTAGLANDIN F2 α (PG F2 α) ON FERTILIZATION RATE, HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE OF Ompok hypopthalmus By Hadra Fi Ahlina1 , Sukendi2 , and Hamdan Alawi2 Abstract The aims of the research was to study the effect of Combination of Ovaprim and Prostaglandin F2 α on fertilization rate, hatching rate and survival rate of Ompok hypopthalmus. In this experiment, the treatments were applied as : P1= 50% Ovaprim + 50% PGF2 α (0,45 ml Ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg of body weight), P2 = 75% Ovaprim + 25% PGF2 α (0,67 ml Ovaprim + 625 µg PGF2 α/kg of body weight), P3= 25% Ovaprim + 75% PGF2 α (0,22 ml Ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg of body weight), P4 = 100% PGF2 α (2500µg PGF2 α/kg of body weight), dan P5 = 100% Ovaprim/kg (0,9 ml Ovaprim/kg of body weight). Ovaprim and prostaglandin injection were significantly affect the fertilization rate, hatching rate and survival rate of the fish. The best result was obtained from treatment P2 fertilization rate of (75,33 %) hatching rate (76,03 %) and survival rate (52,76 %). Keywords: Ovaprim, Prostaglandin F2 α, Ompok hypopthalmus, Fertilization rate, hatching rate, Survival Rate 1 Student of Faculty of Fishery and Merine Science, Riau University 2 Lecture of Faculty of Fishery and Merine Science, Riau University
  • 6. RINGKASAN HADRA FI AHLINA (0604113469) Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin F2α (PGF2 α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Dibawah Bimbingan Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS dan Ir. Hamdan Alawi, M.Sc. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 – Maret 2011, di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva ikan Selais (Ompok hypopthalmus). Ikan uji yang digunakan adalah induk ikan Selais yang beratnya berkisar 45-50 gram dengan jumlah keseluruhan 15 ekor betina dan 10 ekor jantan yang berasal dari langgam. Induk ikan tersebut dipelihara dikolam percobaan sebelum dilakukan penyuntikan. Hormon yang digunakan adalah ovaprim dan prostaglandin F2 α. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. P1: 50% ovaprim + 50 % PGF2 α (0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg bobot tubuh), P2: 75% ovaprim + 25 % PGF2 α (0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2 α/kg bobot tubuh), P3: 25% ovaprim + 75 % PGF2 α (0,22 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh), P4: 100% PGF2 α (2500 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) dan P5: 100% Ovaprim (0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh). Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α diperoleh perlakuan terbaik pada perlakuan P2 dengan kombinasi
  • 7. penyuntikan 75% ovaprim + 25 % PGF2 α (0,67ml ovaprim + 625 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) menghasilkan tingkat pembuahan 75,33 %, tingkat penetasan 76,03 % dan kelulushidupan 52,76 % dibandingkan dengan P5 yakni kombinasi penyuntikan 100 % ovaprim yang menghasilkan tingkat pembuahan 72,69 %, tingkat penetasan 71,05 % dan kelulushidupan 40,12 %. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian adalah suhu berkisar antara 27 - 280 C, pH 6 -7.
  • 8. Barang siapa yang hari ini seperti kemarin, sesungguhnya ia merugi. Barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, sesungguhnya ia celaka. Barang siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. Siapa merintis jalan mencari ilmu, Allah memudahkan jalannya ke Surga (HR. Muslim) Hidup akan sangat berarti ketika ilmu terus bertambah dari waktu ke waktu. Menuntut ilmu wajib atas setiap muslim. (HR. Ibnu Majah) Karena perintah-Mu ya Allah… Hamba ingin menjadikan hidup ini lebih berarti. Berkat rahmat dan izin dari-Mu hamba dapatkan kesempatan ini. Sujud syukur hamba pada-Mu ya Allah… ya Rahman… ya Rahim… Dengan mengucapkan Basmalah seraya penuh harap akan tercurahnya nikmat dan hidayah dari Allah SWT, ku persembahkan tulisan ini sebagai ucapan terimakasihku untuk Ayahanda Tercinta (Drs. M. Husni Thamrin) dan Ibunda Tercinta (Rahmawati, S.Pd), harapan yang telah Ayah Ibu gantungkan perlahan menjadi kenyataan, atas restu dan untaian do’a yang panjang melambung, menerangi setiap jejak langkah kakiku. Dan kini aku datang bersama satu kemenangan, buah peluh kerap kau curahkan dengan simbahan air mata diantara lafaz Allahuakbar dikala sujud bersama tasbih, tahmid dan tahlil. Untukmu, kemenangan dari semua itu… Your Lovely: ‘Na
  • 9. KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur penulis haturkan sebagai tanda terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kesehatan jasmani dan rohani, serta semangat yang tiada tara, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi yang berakhir dengan pembuktian didepan tim penguji. Semoga dengan ini penulis bisa lebih semangat untuk mengejar impian dan cita- cita kelak. Amin. Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin F2a, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh dilakukan penelitian dan pengamatan pada ikan Selais melalui tingkat pembuahan, tingkat penetasan serta kelulushidupan larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). Keliru besar bila saya tidak mengucapkan terimakasih pada banyak orang yang telah membantu melewati proses panjang lahirnya skripsi ini: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bustari Hasan, M.Sc selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau beserta staf. 2. Bapak Ir. Mulyadi, M.Phil selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan beserta staf. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukendi, MS dan Bapak Ir. Hamdan Alawi, M.Sc yang telah membimbing dengan jenius, memotifasi dan mengarahkan ke arah yang terbaik. 4. Tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini layak dijadikan pedoman untuk penelitian-penelitian berikutnya. 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Syafriadiman, M.Sc selaku Penasehat Akademik yang telah memberikan pelajaran-pelajaran berharga. 6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. M. Husni Thamrin dan Ibunda Rahmawati, S.Pd yang selama ini menjadi kekuatan hati, entah bagaimana „Na bisa melakukannya tanpa nasehat bijak ayah dan penghiburan ibu dikala sedih. Terimakasih yang tak terhingga atas usaha dan do‟a ayah ibu…
  • 10. 7. Buat keluarga tersayang, kakak ku Hadra Fi Magfirah. S.Sos dan bg. Ilham Hidayatullah, ST… terimakasih, walopun motivasi yang diberikan gag sesuai dengan yang diharapkan…  dan makasih jugag atas kasih sayang yang telah dicurahkan kepada adikmu ini… semoga „Na bisa jadi teladan buatt yang lainn… Sii Kembar Hadra Fi Kharisma dan Anugrah Ganda Putra, cepad2lah sarjana, waktunya qta bahagiakan ibu dan ayah… Anugrah Firasat Putra‟n Anugrah Qodrat Ramadhan Putra, belajar yang rajinn iaa sayangg… karena, tak mudah untuk menjadikan diri kita ini untuk sedikit lebih diperhatikan oleh orang lain… 8. Terimaksih „Na untuk keluarga besar RFC… semoga selalu berada dalam lindungan Allah SWT, amin… rasanya ada yang mengganjal dihati bila „Na gag ngucappiinn terimakasih kepada mereka semua, terutama untuk Nenek tercinta Hj. Rafi’ah yang selalu mengingatkan „Na untuk lebihj rajin sholat, lebih rajin makan, lebih rajin belajar, dan banyak-banyak berdo‟a supaya kelak apa yang diinginkan dapat tercapaii…    9. Teman-teman seperjuangan yang sejak 8 tahun lalu bersama… berawal dari MPK, kita saling tau dan saling menyatu, keluarga kecilku Alumni SUPM yang sampai saat ini masih melangkah bersama menggapai cita- cita… Lisa, Rita, Eka, Yani, Lidya, Zuhdi, semoga kita masih tetap diberi kesempatan untuk sama-sama berjuang meraih apa yang ingin kita raih… juga bwad Iing, Dewe „n Nana, tetap semangat iaa… ^_^ juga bwad junior ku yang baik, kadir „n yongki, makassii… Juga bwad 2 sahabat terbaik sejak eSDe hingga saat ini, Sylvia Novianty, S.Pd dan Citra Riana, makassii yaa sayyaaanggg, atas penghiburannya dikala keBeTean menyerangg…  semoga persahabatan ini berjalan hingga selamanyaa… 10. Dan „Na jugag bersyukur berada dilingkaran orang-orang hebat ini, teman- teman seangkatan BDP ’06 yang selalu memberikan senyuman tulus serta menyalurkan semangat belajarnya, sungguh beruntung “Hadra” menemukan Xan disini… Fatima, Ariev, Syafriel, Wahyu, Haviz, Ajenk, Nuri, Elda, Werlyn, Amran „n Destriman, terimakasih udah bwad hari-hari Hadra jadi lebih berwarna dari pada gambar anak TK…
  • 11. teman-teman se Lab, Fikri, Hardy, Adiet, Mahfudh, Rodhie, Heru „n Netti, terimakasih atas kebersamaan kita yang singkat inii, walau singkat tapi cukup berkesan untuk di kenang… Xan adalah teman terhebat sepanjang masa… wish u all the best… 11. Terimakasih juga untuk Mass Herrii yang terlalu banyak sekali membantu mulai dari awal penelitian hingga dalam penyusunan skripsi ini, juga bwad abg-abg yang selalu bisa menghibur disaat „dra mulai jenuh dengan penelitiann yang gag kunjung selesaii. Bg.Donii, Bg.Riri, Bg.Dodot, Bg.Deni, Bg.Ridwan, Yudhis dan Oka… Makkassiiii… Juga bwad Bg.Dahir, Bg.Aleq, Bg,Aal, Kaq Eni untuk info dan kerjasamanyaa… makassii iaa… 12. Dan ucapan terimakasih terhangatku tercipta untuk someone special, Mr. J yang rela dijadikan tempat pelampiasan emosi sesaat ku, yang luar biasa tabah dalam menjalani proses lama yang menyiksa ini, orang lain mungkin sudah membiarkan aku terhempas sendiri, tapi dya… Terimakasih telah mempertahankan aku Mr… walopun akhirnya qta tetap pada koridor masing-masing… tappii percayalah, semua TIDAK sia-sia… ada hasil dan hikmah yang dapat qta ambil dari semua itu… Akhirnya proses panjang yang menyiksa ini selesai sudah… semoga skripsi ini dapat bermanfaat untukku dan bagi semua orang… Amin yaa robbal‟alamin. Wassalamu‟alaikumwarahmatullahiwabarakatuh. Pekanbaru, Juli 2011 Hadra Fi Ahlina, S.Pi
  • 12. DAFTAR ISI Isi Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................... i DAFTAR GAMBAR..................................................................................... iii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. iv I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 3 1.3. Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 3 1.4. Hipotesis Penelitian......................................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5 2.1. Biologi Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)..................................... 5 2.2. Pemijahan Buatan............................................................................. 6 2.3. Ovaprim............................................................................................ 7 2.4. Prostaglandin F2 α............................................................................. 8 2.5. Fertilisasi dan Penetasan .................................................................. 9 2.6. Kualitas Air....................................................................................... 11 III. BAHAN DAN METODE ..................................................................... 13 3.1. Waktu dan Tempat............................................................................ 13 3.2. Bahan dan Alat ................................................................................. 13 3.2.1. Ikan Uji .................................................................................. 13 3.2.2. Hormon .................................................................................. 13 3.2.3. Wadah Peralatan..................................................................... 13 3.2.4. Air dan Pengukuran Kualitas Air........................................... 14 3.3..Metode Penelitian............................................................................. 14 3.3.1. Rancangan Percobaan ............................................................ 14 3.3.2. Peubah yang diukur................................................................ 16 3.3.3. Asumsi ................................................................................... 17 3.3.4. Analisa Data........................................................................... 17 3.4..Prosedur Penelitian........................................................................... 17 3.4.1. Persiapan Wadah ................................................................... 17 3.4.2. Persiapan Ikan Uji ................................................................. 18 3.4.3. Penyuntikan dan Pengurutan ................................................. 18 3.4.4. Fertilisasi dan Penetasan Telur.............................................. 20 3.4.5. Pengelolaan Kualitas Air....................................................... 21
  • 13. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 22 4.1. Hasil .................................................................................. 22 4.1.1. Tingkat Pembuahan, Penetasan dan Kelulushidupan............ 22 4.1.2. Kualitas Air............................................................................ 24 4.2. Pembahasan .................................................................................. 25 4.2.1. Fertilitas................................................................................. 25 4.2.2. Daya Tetas ............................................................................. 28 4.2.3. Kelulushidupan Larva............................................................ 30 4.2.4. Kualitas Air............................................................................ 31 V. KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 32 5.1. Kesimpulan .................................................................................. 32 5.2. Saran .................................................................................. 32 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 14. DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Perlakuan yang akan diberikan .............................................................. 15 2. Nilai Fertilitas, Daya Tetas an Kelulushidupan Larva Ikan Selais (%) . 22 3. Parameter Kualitas Air selama Penelitian ............................................. 25
  • 15. DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)........................................................ 5 2. Penyuntikan Induk Betina Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ............. 19 3. Stripping / Pengurutan Induk Betina Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)......................................................................................... 19 4. Pencampuran Sel Sperma dan Sel Telur................................................. 20 5. Histogram Tingkat Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais............................................................................................... 23 6. Pembuahan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)........................... 25 7. Penetasan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) ............................. 28
  • 16. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Dokumentasi Penelitian.......................................................................... 37 2. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Fertilitas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)............... 41 3. Tabel Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Fertilitas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)................................................................. 42 4. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). .......... 43 5. Tabel Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)................................................................. 44 6. Tabel Data Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus)......................................................................................... 45 7. Analis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus).............................................. 46
  • 17. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan selais (Ompok hypopthalmus) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dijumpai di perairan sungai yang ada di Propinsi Riau. Tingginya nilai ekonomis ikan selais dan rasa dagingnya yang disukai oleh masyarakat, telah menggolongkan ikan ini kedalam jajaran ikan-ikan air tawar kelas satu. Sebagaimana telah dikemukakan oleh Pulungan et al. (1985) bahwa ikan selais tergolong sebagai jenis ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi khususnya di Riau. Akan tetapi persediaannya di alam sangatlah terbatas, hal ini disebabkan karena ikan selais yang ada merupakan hasil tangkapan nelayan dari alam. Kelestarian ikan selais di alam perlu dijaga, namun kebutuhan masyarakat terhadap ikan ini perlu pula dipenuhi. Salah satu cara yang dapat dilakukan agar kebutuhan masyarakat tehadap ikan terpenuhi dan kelestariannya dialam tetap terjaga dengan mencoba melakukan pembenihan ikan melalui pemijahan buatan. Pemijahan buatan pada umumnya ditujukan pada spesies ikan yang mengalami kesulitan untuk berkembang biak dengan sempurna pada lingkungan buatan. Selain itu juga bertujuan untuk memperoleh benih ikan diluar musim pemijahan. Secara umum untuk meningkatkan produksi benih ikan selais dapat dilakukan pemijahan buatan dengan menggunakan hormon, baik hormon sintesis maupun hormon yang diekstrak dari hipofisa. Hormon atau zat perangsang yang dapat digunakan untuk merangsang ovulasi pada ikan adalah (1) Antitestosteron, (2) Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH), (3) Dopamin Antagonis, (4) Gonadotropin, (5) Steroid dan (6) Prostaglandin (Hoar et al, 1983 dalam Sukendi, 2006).
  • 18. Penggunaan hormon sintetis sebagai pengganti kelenjar hipofisa untuk pemijahan sudah banyak dilakukan. Dalam hal ini penggunaan hormon sintetis mempunyai beberapa keuntungan yaitu: 1. Selalu tersedia dalam kemasan mantap dan terukur, 2. Tersimpan dengan baik dan aman, 3. Mencegah pembunuhan ikan sebagai donor, 4. Mengurangi proses koleksi (penggerusan dalam penggunaan hipofisa ikan), 5. Biaya, waktu dan tempat dapat lebih hemat (Ernawati, 1990). Oleh karena itu penelitian tentang pemberian rangsangan hormonal terhadap jenis- jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi sangat perlu dilakukan untuk memperoleh benih yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi benih ikan selais yang semakin menurun adalah dengan memberikan rangsangan hormonal yakni ovaprim dan prostaglandin F2 α. Ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2 α) merupakan hormon yang apabila dilihat dari fisilogis dalam proses reproduksi pada ikan saling bekerjasama dalam memacu terjadinya ovulasi dan pemijahan pada ikan. Menurut Natalia (2011), ovaprim dapat memberikan daya rangsang pemijahan lebih tinggi, menghasilkan waktu laten yang lebih singkat terhadap ikan selais. Sedangkan menurut Sukendi (2001), ovaprim dan prostaglandin dapat merangsang pembuahan, penetasan dan menghasilkan kelulushidupan yang tinggi pada ikan baung. Oleh karena itu perlu juga dilakukan untuk mengetahui peranan ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2 α) terhadap keberhasilan pembuahan dan penetasan ikan selais. Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan penelitian ini melalui teknik pemijahan buatan.
  • 19. 1.2. Perumusan Masalah Penggunaan ovaprim secara tunggal maupun kombinasi dengan prostaglandin F2 α (PGF2 α) pada dosis yang tepat sangat menentukan keberhasilan dalam pemijahan buatan. Ovaprim adalah campuran analog salmon Gonadotropin Releasing Hormon (sGnRH-a) dan anti dopamine. Dalam proses reproduksi pada ikan GnRH-a berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan Gonadotropin Hormon, pada kondisi alamiah sekresi gonadotropin dihambat oleh dopamine dan bila dopamine dihalangi oleh antagonisnya maka peranan dopamine akan terhenti sehingga sekresi gonadotropin akan semakin meningkat yang selanjutnya disekresikan kedalam darah dan merangsang pematangan gonad. Sedangkan PGF2 α berperan untuk merangsang pecahnya folikel dan pengeluaran oosit yang telah matang pada ikan betina dan pada ikan jantan berperan untuk mengeluarkan seluruh sel-sel spermatozoa yang terdapat didalam tubulus semeniferi testis. Dalam hal ini, masalah yang sangat terlihat dalam memproduksi benih ikan selais selain pemilihan induk yang baik, ketelitian pada saat penyuntikan, suhu serta kualitas air, dosis hormon yang disuntikkan juga harus tepat. Berdasarkan hal tersebut, maka pemijahan buatan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi Ovaprim dan Prostaglandin (PGF2 α). 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva ikan Selais (Ompok hypophthalmus). Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terbaik untuk menghasilkan nilai
  • 20. fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan ikan Selais (Ompok hypophthalmus) dalam usaha pembenihan. 1.4. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh kombinasi penyuntikan ovaprim dan PGF2 α terhadap fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva ikan selais (Ompok hypophthalmus).
  • 21. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Gambar 1: Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Ikan selais termasuk dalam family Siluridae, sub ordo Siluroidea, ordo Ostariophysi, genus Ompok dan spesies Ompok hypopthalmus (Saanin, 1984). Ikan selais (Ompok hypopthalmus) mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh sebagai berikut: memiliki 10 – 11 tulang tambahan tutup insang, sirip anus 72 – 88, sirip ekor bercagak, bagian atas sedikit lebih panjang dari pada bagian bawah. Sirip perut pendek, sirip dada jauh lebih panjang dari pada kepala, sirip punggung tereduksi, sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur, propel punggung mencembung seperti propel tengkuknya, gigi pada tulang mata bajak satu tumpuk. Berisirip perut 6 – 14, sirip dubur sangat panjang dan berakhir dekat sirip ekor. Mata besar, warna agak gelap, daerah penyebarannya adalah di Sumatera, Malaysia, Indocina (Kottelat et al, 1993).
  • 22. Pulungan et al, (1985) ikan selais termasuk ikan air tawar yang tergolong family Siluridae. Jenis ikan ini sudah dikenal oleh sebagian masyarakat terutama sekali masyarakat yang berada di kawasan Sunda, akan tetapi nama yang diberikan terhadap ikan selais ini sesuai dengan daerah asal dimana ikan ini di dapat. Jenis ikan famili Siluridae pada umumnya berada pada perairan sungai maupun danau serta danau yang berukuran kecil, dan ikan ini juga senang bersembunyi di sela-sela tanaman air di tempat hidupnya. Ikan selais juga banyak ditemukan di aliran sungai dan anak sungai yang airnya jernih dan dasarnya berpasir campur batu-batuan ukuran kecil, kecerahan air berkisar 44 – 75 cm, suhu berkisar 26 – 290 C dan nilai derajat keasamannya berkisar antara 5 – 6. Ikan selais tergolong sebagai ikan karnivora, tetapi tidak tergolong sebagai ikan dasar. Hal ini sesuai dengan bentuk tubuhnya yang pipih memanjang dan tidak mempunyai sisik dan ikan ini lebih senang bergerombolan daripada sendiri- sendiri dalam perairan (Pulungan et al, 1985). Nuraini (2004) menyatakan bahwa ciri-ciri seksual sekunder pada ikan selais jantan yaitu bentuk kepala melebar, lubang pelepasan (papilla genital) lancip, warna punggung cerah. Sedangkan ciri-ciri seksual sekunder dari selais betina adalah bentuk ujung kepala agak membulat dan lubang pelepasan tumpul. Induk ikan selais betina yang telah matang gonad dapat dilihat dari bentuk perutnya yang relatif membesar dan permukaan kulitnya sangat lembut atau dapat juga dengan melihat lubang genitalnya berwarna kemerahan, maka induk dalam kondisi siap memijah. Sedangkan untuk ikan selais jantan kematangan gonadnya dapat diketahui dengan mengurut sedikit perutnya, bila keluar cairan berwarna putih susu maka induk jantan siap untuk dipijahkan.
  • 23. 2.2. Pemijahan Buatan Pemijahan buatan dilakukan dengan cara penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa ikan terhadap ikan lain yang ingin dipijahkan. Teknik ini telah dikenal sejak Houssey pada tahun 1931, yang selanjutnya dikembangkan oleh Von Hering di Brazilia dan dikenal dengan istilah hipofisasi (Matty, 1985). Hipofisasi adalah teknik yang dipakai untuk merangsang ikan yang matang kelamin untuk memijah atau ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar hipofisa (Hardjamulia dan Atmawinata, 1980). Namun menurut Hardjamulia (1975) teknik hipofisasi memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) hilangnya ikan donor karena diambil hipofisanya, (2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan suntikan untuk induksi ovulasi atau pematangan gonad pada ikan sukar dilakukan, (3) tidak diketahui dengan pasti hormone mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad dan (4) penyakit dapat menular dengan mudah dari ikan donor ke ikan resipien. Dalam pemijahan buatan lebih sering digunakan hormon sintetis daripada ekstrak hipofisa, kelebihan penggunaan hormone sintetis antara lain : (1) selalu tersedia dalam kemasan yang mantap dan terukur; (2) tersimpan dengan baik dan aman, perubahannya apat diusahakan seminimal mungkin; (3) uniform dan universal; (4) mencegah pembunuhan ikan sebagai donor; (5) mengurangi proses koleksi dan (6) biaya, waktu dan tenaga dapat lebih dihemat. 2.3. Ovaprim Ovaprim adalah kombinasi dari analog salmon gonadotropin Realesing Hormone (sGnRH-a) dengan anti dopamine. Setiap 1 ml ovaprim mengandung 20 µg sGnRH-a (D-Arg6 , Trp7 , Leu8 , Pro9 -NET)- LHRH dan 10 mg anti dopamine (Nandeesha et al., 1990 dan Harker, 1992 dalam Sukendi, 2001).
  • 24. Dosis ovaprim yang dipakai untuk merangsang ovulasi pada ikan betina adalah 0,5 ml/kg bobot tubuh sedangkan untuk merangsang spermiasi pada ikan jantan adalah 0,10 – 0,20 ml/kg bobot tubuh (Harker, 1992 dalam Sukendi 2001). Nandeesha et al, (1990 dan 1991) menyatakan dosis yang dapat digunakan untuk beberapa spesies ikan adalah : Catla : 0,40 – 0,50 ml/kg bobot tubuh, Rohu : 0,30 -0,40 ml/kg bobot tubuh, Mrigal : 0,25 – 0,30 ml/kg bobot tubuh, Silver carp : 0,50 – 0,70 ml/kg bobot tubuh, Grass Carp : 0,50 -0,70 ml/kg bobot tubuh, Big Had Carp : 0,50 ml/kg bobot tubuh, Bata : 0,50 ml/kg bobot tubuh dan Fringe Lippe Carp : 0,50 ml/kg bobot tubuh. Sedangkan dosis yang terbaik untuk menghasilkan nilai fertilisasi dan daya tetas telur ikan Sumatra (Puntius tetrazona Blrk) adalah 1,00 ml/kg bobot tubuh (Sukendi, 1997). Pemakaian ovaprim memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ekstrak hipofisa, yaitu : (1) memberi daya rangsang pemijahan yang lebih baik; (2) menghasilkan telur dengan diameter lebih besar; (3) menghasilkan wakru laten lebih singkat dan angka mortalitas lebih kecil ( Nandeesha et el., 1990 dan 1991 dalam Sukendi, 2001). 2.4. Prostaglandin F2 α (PGF2 α) Prostaglandin merupakan derivate dari struktur asam prostanoat dan berasal dari asam lemak esensial melalui seleksi dan oksidasi (Tunner dan Bagnara, 1988 dalam Sukendi, 2001). Prostaglandin berperan dalam mempercepat ovulasi dan mengatur singkronisasi tingkah laku memijah (Shilo dan Sarig, 1982) yang telah dicobakan pada ikan rainbow trout (Jalabert dalam Hoar et al., 1983), Goldfish betina (Stancy dan Petter dalam Hoar et al., 1983) dengan dosis 10 μg/kg bobot tubuh dan pada ikan catfish (Heteropnenstes fossilis)
  • 25. dengan dosis 10 μg/kg bobot tubuh antara 41 – 47 gram. Pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus Burcheel) dengan dosis 2500 μg/kg bobot tubuh (Ernawati, 1990 dalam Sukendi 2001). PGF2 α berperan dalam pecahnya folikel dan pengeluaran oosit yang telah matang (Stancy dan Goetz, 1989 dalam Sukendi 2001) serta menstrimulasi inti sel yang berbeda dalam germinal vesikula bermigrasi ke bagian pinggir (Downs dan Langgo 1983 dalam Sukendi 2001). 2.5. Fertilisasi dan Penetasan Fertilisasi atau pembuahan adalah penggabungan antara inti sel sperma dan inti sel telur sehingga membentuk zigot yang kemudian mengalami pembelahan (Lagler, 1972; Sumantadinata, 1983). Telur dan spermatozoa yang baru dikeluarkan dari tubuh induk ikan akan mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan. Zat yang dikeluarkan tersebut dinamakan gamon, dimana gamon yang berasal dari telur disebut ginamon I dan ginamon II, sedangkan gamon yang berasal dari spermatozoa disebut androgamon I dan androgamon II. Ginamon I berperan untuk mempercepat pergerakan dan menarik spermatozoa dari spesies yang sama secara kemotaxis, ginamon II berperan mengumpulkan dan menahan spermatozoa pada permukaan telur. Sedangkan fungsi androgamon I adalah menekan aktifitas spermatozoa ketika masih berada di dalam saluran genital ikan jantan dan androgamon II berperan untuk membuat permukaan korion menjadi lembut sebagai lawan dari peran ginamon II. Proses pembuahan pada ikan teleostei bersifat monospermik, yaitu hanya satu spermatozoa yang akan melewati mikrofil dan membuahi sel telur (Lagler, 1972). Pada proses pembuahan hanya kepala spermatozoa yang dapat masuk kedalam sel telur, sedangkan ekornya tertinggal diluar, sitoplasma dan chorion
  • 26. merenggang dan semacam sumbat segera menutupi mikrofil untuk menghalangi masuknya spermatozoa yang lain. Menurut Sumantadinata (1983) menyatakan bahwa setelah memasuki telur inti spermatozoa mulai membesar dan kromosomnya mengalami perubahan sehingga memungkinkan untuk bersatu dengan kromosom dari sel telur sebagai fase awal pembelahan. Setelah terjadinya fertilisasi, diikuti dengan proses penetrasi yang akan menghasilkan (1) masuknya spermatozoa melalui perubahan kondisi didalam sel telur, (2) penggabungan materi inti spermatozoa dan sel telur, (3) pembelahan dari satu sel zigot menjadi suatu embrio yang banyak sel dan (4) organisasi dari multiseluler menjadi jaringan organ dan sistem yang memberi bentuk dan fungsi pada embrio (Lagler, 1972). Perkembangan embrio terus menjadi mulai dari proses pembuahan hingga ikan mendapat makanan dari luar, perkembangan ini menurut Nikolsky (1963) dibedakan menjadi periode telur (perkembangan yang terjadi dalam membran) dan periode pra larva (perkembangan yang terjadi diluar membran). Penetasan terjadi karena menurunnya kekerasan korion yang disebabkan oleh substansi enzim khorionase yang bersifat mereduksi. Disamping itu dapat pula disebabkan oleh gerakan–gerakan akibat peningkatan suhu intensitas cahaya atau penyerapan tekanan oksigen (Blaxter, 1969). Effendie (1985) menyatakan bahwa pada proses penetasan yang dikeluarkan terlebih dahulu dari cangkang telur adalah bagian ekor embrio, kemudian yang terakhir adalah bagian kepala, karena ukurannya lebih besar dari bagian tubuh yang lain. Embrio yang keluar dari cangkang telur akan memasuki stadia pra larva, dengan ciri-ciri adalah masih mempunyai kuning telur, tubuh transparan, sirip dada dan sirip ekor sudah ada tetapi belum sempurna. Menurut Woynarovich dan Horvath (1980) larva yang baru menetas akan menggerakkan bagian ekor kekiri dan kekanan dengan gerakan
  • 27. lambat dan lebih banyak istirahat karena tidak dapat mempertahankan keseimbangan untuk posisi tegak. 2.6. Kualitas Air Lesmana (2002) bagi biota air, terutama ikan air berfungsi sebagai media, baik media internal maupun eksternal. Sebagai media internal, air berfungsi sebagai bahan baku untuk reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan makanan ke seluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh, dan pengatur atau penyangga suhu tubuh. Sementara sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitatnya. Oleh karena peran air sangat penting atau essensial dalam kehidupan biota air maka kualitas air dan kuantitasnya pun harus dijaga sesuai kebutuhan ikan. Kualitas air yang ideal bagi kehidupan larva ikan pada umumnya adalah kualitas air yang menunjang kehidupan larva ikan itu sendiri untuk menyelesaikan daur hidupnya, serta mendukung kehidupan organisme-organisme makanan ikan yang diperlukan dalam menyelesaikan daur hidupnya tersebut (Wardoyo, 1981). Suhu air merupakan satu faktor yang penting untuk media hidup ikan. Suhu air akan sangat berpengaruh terhadap aktifitas, pergerakan, makan ikan, pertumbuhan, dan perkembangbiakan. Secara umum suhu yang sesuai untuk semua ikan yang berada di kawasan tropis adalah 23,8 – 32,20 C. Suhu air juga sangat berpengaruh terhadap jumlah oksigen terlarut, karbondioksida, nitrogen dan yang lainnya di dalam air. Semakin rendah suhu maka semakin banyak kandungan gas yang dapat larut di dalam air, suhu juga memegang peranan penting dalam stratifikasi termal (Affiadi dan Prahara dalam Nusirhan, 2009).
  • 28. Afrianto dan Liviawaty (1992) menyatakan umumnya ikan dapat beradaptasi pada lingkungan perairan yang mempunyai derajat keasaman (pH) berkisar antara 5 – 9, sebagai besar spesies ikan air tawar pH yang cocok adalah diantara 6,5 – 7,5.
  • 29. III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 - sampai Maret 2011 di Laboratorium Pembenihan Ikan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah induk ikan Selais (Ompok hypopthalmus) yang berasal dari penangkapan di alam yang telah diadaptasikan dalam keramba yang terletak di sungai Kampar Kiri Desa Langgam (Lampiran 1. a). Jumlah induk yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 ekor induk betina dan 10 ekor induk jantan yang ukurannya berkisar antara 45-50 gr dengan panjang 14-18 cm. 3.2.2. Hormon Hormon sebagai obat perangsang yang digunakan adalah ovaprim dan prostaglandin F2 α, alkohol 75% untuk mensterilkan alat, dan kalium permanganate (PK) untuk menghilangkan bakteri pembawa penyakit pada wadah (Lampiran. 1. b). 3.2.3. Wadah dan Peralatan Wadah yang digunakan untuk ikan uji adalah akuarium sebanyak 15 unit dengan ukuran 40x40x40 cm3 dan satu buah bak ukuran 200 x 100 x 75 cm3 untuk penampungan induk sebelum digunakan sebagai ikan uji. Setiap wadah dilengkapi dengan sistem aerasi sebagai penyuplai oksigen.
  • 30. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat suntik volume 1 ml untuk penyuntikan ikan, 1 buah tangguk yang digunakan untuk menangkap induk ikan selais, 1 buah timbangan ohaus untuk mengukur berat ikan, 15 buah mangkuk kecil untuk menampung telur hasil stripping, 15 buah petridisk untuk menampung sampel telur, 15 buah tapisan santan sebagai tempat telur menempel, 1 buah keteter Canula untuk mengambil sampel telur, alat tulis untuk mencatat setiap perubahan dan 1 unit camera digital untuk dokumentasi selama penelitian (Lampiran. 1. b). 3.2.4. Air dan pengukuran Kualitas Air Air yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari air sumur bor yang telah diendapkan dalam bak penampungan dan diaerasi. Pengukuran kualitas air untuk pengukuran suhu dilakukan setiap hari pada setiap akuarium percobaan sedangkan untuk mengukur pH dilakukan dua kali yakni awal dan akhir penelitian. Untuk pengukuran kualitas air digunakan thermometer untuk mengukur suhu dan Indicator Universal untuk mengukur pH. 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Rancangan Percobaan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1:
  • 31. Tabel 1: Perlakuan yang diberikan No Wadah Perlakuan Ket Ovaprim PGF2 α 1. P1 50% 50% 0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α /kg bobot tubuh 2. P2 75% 25% 0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2 α /kg bobot tubuh 3. P3 25% 75% 0,22 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α /kg bobot tubuh 4. P4 100% 2500 PGF2 α /kg bobot tubuh 5. P5 100% 0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh Persentase masing-masing dosis ditentukan berdasarkan pemakaian ovaprim maupun PGF2 α yang dilakukan oleh Sukendi (2001) terhadap ikan Baung (Mystus nemurus) dan ikan selais (Ompok hypopthalmus) yaitu 0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh. Sedangkan PGF2 α 2500 µg PGF2 α/kg bobot tubuh pada ikan baung (Mystus nemurus CV) (Sukendi, 2001). Dosis PGF2 α 2500 µg PGF2 α/kg bobot tubuh didapatkan melalui perhitungan sebagai berikut: 1 ampul PGF2 α berisi 10 ml = 50.000 µg PGF2 α, yang berarti dalam 1 ml berisi 5.000 µg PGF2 α. Dosis untuk 100 % PGF2 α yang digunakan adalah 2.500 µg PGF2 α, jadi ( 2.500 µg / 5.000 µg ) x 1 ml = 0,5 ml/kg bobot tubuh. Satuan percobaan yang digunakan adalah induk ikan selais sebanyak 5 ekor betina dan 3 ekor jantan dengan kisaran berat 45 – 50 gram untuk induk betina yang dimasukkan kedalam akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm3 dengan kedalaman 20 cm. Penempatan percobaan dilakukan secara acak (Lampiran 1). Model rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menurut Sudjana (1989) yaitu: Yij = μ + σi + єij
  • 32. Dimana : i = Perlakuan j = Ulangan Yij = Hasil pengamatan individu yang menerima perlakuan ke-I ulangan ke-j μ = Rata-rata umum σi = Pengaruh perlakuan ke-i єij = Pengaruh galat dari perlakuan ke-i 3.3.2. Peubah yang Diukur Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah fertilitas, daya tetas, dan kelulushidupan larva ikan uji (%). Rumus dari peubah tersebut adalah: a. Fertilitas Nilai fertilitas ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Suseno dan Kholik (1982) yaitu: b. Daya tetas Daya tetas ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Suseno dan Kholik (1982) yaitu: c. Persentase Angka Kelulushidupan Larva / Survival Rate (SR) Kelulushidupan larva ikan selais menurut Effendi (1979) dapat dihitung menggunakan rumus yaitu: Fertilitas (%) = Jumlah telur yang dibuahi x 100 Jumlah telur sampel Daya tetas (%) = Jumlah telur yang menetas x 100 Jumlah telur dibuahi
  • 33. Dimana: SR = Tingkat kelulushidupan (%) NO = Jumlah larva pada awal penelitian (ekor) NT = Jumlah larva pada akhir penelitian (ekor) 3.3.3. Asumsi Asumsi yang diajukan pada penelitian ini adalah: 1. Kondisi induk setiap ikan uji dianggap sama 2. Tingkat kematangan gonad ikan uji dianggap sama 3. Tingkat ketelitian peneliti dianggap sama 3.3.4. Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengukuran akan dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis variansi (ANAVA). Bila hasil uji ANAVA menunjukkan perbedaan nyata diantara masing-masing perlakuan, akan dilanjutkan dengan uji rentang Newman Keuls. 3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Persiapan Wadah Aquarium sebelum digunakan terlebih dahulu dicuci kemudian direndam menggunakan PK (KMnO4) dengan dosis 0,5 ppm selama 24 jam. Setelah itu aquarium dikeringkan dan diisi dengan air sumur bor yang telah diendapkan selama 24 jam setinggi 20 cm masing-masing wadah dan diberi aerasi. SR (%) = NT x 100 NO
  • 34. 3.4.2. Persiapan Ikan Uji Sebelum dilakukan penyuntikan terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel telur untuk mengetahui diameter dan kematangannya. Ikan uji yang digunakan adalah ikan matang kelamin yang siap untuk dipijahkan (Lampiran 1. b). Ikan ditimbang dengan menggunakan timbangan ohaus dan dicatat beratnya sebelum dilakukan penyuntikan (Lampiran 1. d). Setelah ditimbang ikan uji dimasukkan kedalam wadah-wadah uji yang telah diberi kode perlakuan secara acak, selanjutnya dilakukan perhitungan dosis ovaprim, prostaglandin F2 α maupun kombinasi antara keduanya yang akan diberikan. 3.4.3. Penyuntikan dan Pengurutan Sebelum dilakukan penyuntikan ikan dipuasakan terlebih dahulu. Hal ini bertujuan agar hormon yang disuntikkan memberi efek yang lebih baik dan untuk mengosongkan perut sehingga sedikit berbentuk feses yang mungkin mengganggu pada saat pengeluaran telur (Huet, 1971). Penyuntikan dilakukan dua kali dengan cara intra-muskuler, yaitu jarum suntik ditusukkan kedalam otot punggung diatas gurat sisi dan dibawah sirip punggung bagian depan dengan selang waktu suntikan pertama dengan kedua berjarak 6 jam (Woynarovich dan Harvath, 1980). Hormon ovaprim disuntikkan pada penyuntikan pertama baik untuk yang tunggal maupun yang kombinasi kecuali PGF2 α tunggal. Sedangkan PGF2 α disuntikkan pada penyuntikan kedua untuk kombinasi, untuk tunggal tetap diberikan hormon yang sama dengan penyuntikan pertama. Hal ini diperkuat oleh Potaros dan Sitasit (1976), penyuntikan pertama menggunakan ovaprim dan penyuntikan kedua menggunakan PGF2 α. Untuk perlakuan masing-masing diberikan dosis yang telah
  • 35. ditentukan, sedangkan pengamatan yang dilakukan terhadap peubah yang diukur dilakukan 7 jam setelah penyuntikan kedua. Gambar 2: Penyuntikan Induk Betina Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Sebelum disuntikkan, hormon ovaprim diencerkan terlebih dahulu dengan menggunakan akuades 1:1 atau 1 ml ovaprim = 1 ml akuades sesuai dengan yang dijelaskan Soeseno dalam Ernawati (1990) yakni sebelum ikan disuntikkan kepada ikan uji sesuai dengan dosis perlakuan, hormon yang diberikan diencerkan dengan aquabides dengan perbandingan 1 : 1 fungsinya mengurangi rasa sakit pada organ dalam ikan saat ovaprim dan PGF2 α di injeksikan kedalam tubuh. Gambar 3: Stripping / Pengurutan Induk Betina Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Pengurutan dilakukan 7 jam setelah penyuntikan kedua, sesuai yang dilakukan Nuraini (1998), Amniati (1999) dan Pulungan (2002) bahwa
  • 36. pengurutan dapat dilakukan pada selang 6-8 jam setelah penyuntikan kedua. Ikan uji dinyatakan ovulasi saat telur keluar melalui lubang genitalnya. Pengurutan dihentikan apabila telur yang dikeluarkan bercampur dengan darah. Selanjutnya bila ikan uji pada pengurutan pertama tidak menunjukkan tanda-tanda ovulasi maka pengurutan berikutnya dilakukan setiap satu jam sekali sampai terjadi ovulasi (Nuraini et al, 1998). 3.4.4. Fertilisasi dan Penetasan Telur Pengambilan sperma induk ikan jantan dilakukan dengan cara dibedah (Lampiran 1. f). Induk jantan dibedah dan diambil spermanya dengan menggunakan pisau dan gunting bedah. Sperma tersebut kemudian diletakkan didalam mangkok kecil kemudian ditambahkan larutan fisiologis. Gambar 4 : Pencampuran Sel Sperma dan Sel Telur Setelah diperoleh telur dan sperma kemudian dilakukan pembuahan yakni dengan cara mencampurkan telur yang telah ditambahkan dua tetes larutan pembuahan dan sperma didalam mangkok kecil dan diaduk dengan bantuan bulu ayam agar sperma dapat membuahi seluruh telur yang ada. Setelah itu, telur yang telah dicampur dengan sperma ditebar didalam tapisan santan dalam wadah aquarium (Lampiran 1. g).
  • 37. Penghitungan jumlah telur yang terbuahi dilakukan dengan cara manual saja yakni menghitung langsung telur yang berwarna kecoklatan dan transparan yang dilakukan 12 jam setelah fertilisasi. Sedangkan telur yang tidak terbuahi yang berwarna putih keruh dibuang dengan menggunakan pipet tetes sambil dihitung jumlahnya. Penghitungan jumlah telur yang menetas dilakukan setelah larva berumur 10 jam dengan cara mengambil larva tersebut dengan menggunakan mangkok kecil dan dipindahkan kewadah lain sambil dihitung jumlahnya. Kelulushidupan larva ikan selais ditentukan dengan cara menghitung jumlah mortalitasnya. 3.4.5. Pengelolaan Kualitas Air Parameter kualitas air yang akan di ukur selama penelitian adalah suhu dan pH. Untuk membersihkan kotoran pada wadah, dilakukan penyiponan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
  • 38. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1.Tingkat Pembuahan, Tingkat Penetasan dan Kelulushidupan Data tingkat pembuahan, tingkat penetasan dan kelulushidupan larva ikan selais selama penelitian dari masing-masing perlakuan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2: Nilai fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva ikan selais (%) Perlakuan Tingkat Pembuahan (rata-rata / SD) Tingkat Penetasan (rata-rata / SD) Kelulushidupan (rata-rata / SD) P1 66,04b ± 2,42 56,47c ± 3,69 30,02d ± ,66 P2 75,33a ± 1,46 76,03e ± 1,88 52,76c ± 1,80 P3 56,79c ± 2,33 35,23b ± 4,00 32,67d ± 1,68 P4 0,00d ± ,00 0,00a ± ,00 0,00a ± ,00 P5 72,69a ± 1,04 71,05d ± 1,52 40,12b ± 4,43 Keterangan: 1. P1 :Perlakuan 50% Ovaprim + 50% PGF2 α (0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) 2. P2 : Perlakuan 75% Ovaprim + 25% PGF2 α (0,67ml ovaprim + 625 µg PGF2 α/kg bobot tubuh). 3. P3: Perlakuan 25% Ovaprim + 75% PGF2 α (0,22 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh). 4. P4 : Perlakuan 100% µg PGF2 α (2500 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) 5. P5 : Perlakuan 100% Ovaprim (0,9 ml ovaprim/kg bobot tubuh) 6. Huruf yang sama pada kolom yang sama “tidak berbeda nyata” (P ≤ 0.05) Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa kombinasi penyuntikan ovaprim dan prostaglandin F2α (PGF2 α) yang digunakan selama penelitian memberikan perbedaan terhadap pembuahan. Tingkat pembuahan tertinggi terdapat pada P2 = kombinasi 75 % Ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata pembuahan 75,40 %, diikuti dengan P5 = 100 % ovaprim / kg bobot tubuh ( 0,9 ml/kg bobot tubuh) dengan rata-rata 72,73 %, P1 = kombinasi 50 % Ovaprim + 50 % PGF2α / bobot tubuh (0,45 ml ovaprim + 1250 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) dengan rata-rata 66,16 %, P3 = 25 % Ovaprim + 75 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,22 ml ovaprim + 1875 µg
  • 39. PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata 56,89 %, P4 = 100 % PGF2α / kg bobot tubuh (2500 µg PGF2α / kg bobot tubuh) dengan rata-rata 0 %. Tingkat penetasan tertinggi terdapat pada P2 dengan nilai penetasan 74,14 %, diikuti oleh P5 = 71,11 %, P1 = 56,72 %, P3 = 35,26 % dan terakhir P4 dengan 0 % Sedangkan kelulushidupan larva ikan selais tertinggi juga terdapat pada perlakuan 2 = 75 % Ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2α / kg bobot tubuh) sebesar 52,88 %, dan terendah terdapat pada P 1 dan P 4 masing-masing sebesar 30,06 % dan 0 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 5: Histogram Nilai fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva ikan selais (%) Dari hasil ANAVA, kombinasi penyuntikan kedua hormon tersebut terhadap pembuahan, penetasan dan kelulushidupan pada setiap perlakuan yang diberikan menunjukkan pengaruh yang nyata, yang ditandai dengan F hitung lebih besar dari F tabel. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 P1 P2 P3 P4 P5 Tingkat Pembuahan (%) Tingkat Penetasan (%) Kelulushidupan (%)
  • 40. Berdasarkan uji lanjut Neuman Keuls terhadap pembuahan, penetasan dan kelulushidupan menunjukkan bahwa P2 memberikan tingkat pembuahan, penetasan dan kelulushidupan tertinggi kemudian diikuti oleh perlakuan lainnya menurut tinggi nilai rata-rata. Sebelumnya Natalia (2011) mengemukakan bahwa kombinasi penyuntikan ovaprim dan prostaglandin pada perlakuan 75 % Ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 625 µg PGF2α / kg bobot tubuh) menghasilkan jumlah telur ovulasi terbaik. Perbandingan setiap perlakuan yang diberikan terhadap pembuahan yaitu P2 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan tiga perlakuan lainnya (P1, P3 dan P4), tetapi tidak berbeda nyata dengan P5. Selanjutnya perbandingan setiap perlakuan yang diberikan terhadap penetasan yaitu P2 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan keempat perlakuan lainnya (P5, P1, P3 dan P4). Sedangkan perbandingan setiap perlakuan terhadap kelulushidupan yaitu P2 menunjukkan perbedaan yang nyata dengan keempat pelakuan lainnya (P5, P1, P3 dan P4). Hal ini disebabkan oleh jumlah larva pada P2 yang berhasil hidup sampai penelitian selesai lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya yang mencapai 52,76 %, namun pada P3 dengan P1 tidak memberikan perbedaan yang nyata karena jumlah larva yang berhasil hidup menunjukkan perbedaan yang tidak terlalu jauh yakni 32,67 % dan 30,02 %. 4.1.2. Kualitas Air Air merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup ikan dan harus tersedia dalam kualitas yang baik. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama penelitian disajikan pada Tabel 3.
  • 41. Tabel 3. Parameter Kualitas Air Selama penelitian No Parameter Rata-rata 1. Suhu 27 - 280 C 2. 3. pH DO 6 – 7 6 - 6,5 Kualitas air wadah penetasan masih berada pada batas toleransi yang baik sehingga baik pula untuk dilakukan pemijahan buatan. 4.2. Pembahasan 4.2.1. Fertilitas Keberhasilan fertilisasi bukan saja ditentukan oleh kualitas telur, tetapi ditentukan juga oleh kualitas spermatozoa. Tingginya nilai fertilitas telur yang diperoleh pada perlakuan 2 yaitu sebesar 75,4 % disebabkan karena dipengaruhi oleh kematangan telur yang diperoleh diameter telur sebelum disuntik yakni 1,0 mm. Gambar 6 : Pembuahan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Pada Gambar 6a & 6b diatas, merupakan fase morulla. Pada fase ini terjadi pembelahan sel ke 8 – 32, fase morula berakhir dengan dihasilkannya blastomer. Sel tersebut memadat untuk menjadi blastodik kecil membentuk dua lapis sel
  • 42. (Gambar 6c). Kemudian sel memasuki stadia blastula. Terlihatnya dua lapisan yang sangat nyata dari sel-sel datar yang membentuk blastocoel (Gambar.6d & 6e), dan blastodik yang berada di lubang vagetal berpindah menutupi sebagian besar kuning telur (Gambar. 6f). Pada saat ini tropoblas terletak diantara kuning telur dan sel-sel blastoderm dan mulai membungkus kuning telur tersebut. Fase ketiga adalah stadia gastrula, dimana pada fase ini terbentuk ektoderm, mesoderm dan endoderm. Terjadi perpindahan ektoderm, mesoderm, endoderm dan notocorda menuju tempat definitif. (Gambar 6g & 6h). Berdasarkan hasil rata-rata persentase pembuahan pada penelitian ini agak tinggi dibandingkan hasil penelitian (Maifitri, 2004) dimana penyuntikan selais danau dengan menggunakan hormon ovaprim secara tunggal dosis 0,9 ml/kg berat badan ikan yang menghasilkan persentase pembuahan rata-rata sebesar 54,26 % yang menurutnya disebabkan oleh dosis ovaprim yang tinggi dimana menyebabkan proses pematangan telur dan ovulasi berlangsung lebih cepat. Menurut Yusrizal (2000) menggunakan rangsangan ovaprim dan prostaglandin dosis 75 % ovaprim + 25 % PGF2 α terhadap ikan Baung menghasilkan tingkat pembuahan 92%. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan hasil penelitian ini maka mendapat hasil yang rendah. Penyebab rendahnya tingkat pembuahan dalam hal ini karena penangan yang kurang hati-hati, banyaknya goncangan membuat telur pada masa ini stress dan mati. Pada P 2 terlihat jumlah telur yang terbuahi menunjukkan bahwa kombinasi ovaprim dan PGF2α yang berbeda mempunyai potensi yang berbeda untuk meningkatkan jumlah telur yang dibuahi pada ikan yang diujikan. Sedangkan pada P 4, tingkat fertilitas ikan selais tidak dapat ditentukan karena
  • 43. telur yang dibuahi tidak ada. Semua telur yang ovulasi baik pada pengulangan 1, 2 dan 3 mati dan berjamur. Hal ini disebabkan oleh hormon perangsang kematangan gonad tidak bekerja karena memang hormon yang bertugas untuk pematangan gonad dalam hal ini adalah ovaprim tidak disuntikkan ketubuh ikan selais. Sehingga telur yang dihasilkan pun tidak baik. Seperti yang dikemukakan oleh Nandeesha et al (1990) bahwa ovaprim sangat berperan dalam pemasakan gonad dimana GnRH analog yang terkandung dalam ovaprim berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Hormon yang disuntikkan ketubuh ikan selais pada P 4 ini hanyalah hormon yang berperan dalam mempercepat ovulasi. Dari hasil penelitian ternyata penggunaan kombinasi ovaprim dan PGF2 α menghasilkan jumlah telur yang terbuahi lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan ovaprim dan PGF2 α secara tunggal, kombinasi yang terbaik adalah 75% ovaprim + 25% PGF2 α/kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh). Hal ini juga dibuktikan oleh Sukendi (2001) pada ikan baung dengan menghasilkan nilai fertilitas tertinggi 91,80 %. Kenyataan ini disebabkan karena PGF2 α juga berperan penting didalam sistem reproduksi untuk merangsang terjadinya ovulasi pada ikan. Jadi dari hasil penelitian terbukti walaupun jumlah ovaprim yang diberikan sudah mencukupi namun bila tidak dibantu dengan PGF2 α maka rangsangan terhadap jumlah telur yang diovulasikan yang diperoleh akan lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukendi (2001) yang menyatakan bahwa akibat pemberian perlakuan kombinasi penyuntikan ovaprim 75 % dan PGF2 α 25 % bukan saja dapat meningkatkan jumlah telur yang diovulasikan tetapi sekaligus akan dapat meningkatkan pertambahan diameter telur, kematangan telur dan meningkatkan indeks kematangan gonad,
  • 44. sehingga kualitas telur yang baik akan menghasilkan nilai fertilitas yang baik pula, karna keberhasilan nilai fertilitas ditentukan oleh kualitas telur disamping kualitas spermatozoa yang digunakan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Nandesha (1990) bahwa kelebihan pemakaian ovaprim bila dibandingkan dengan ekstrak hipofisa adalah memberikan daya rangsang pemijahan lebih tinggi, diameter telur lebih besar, waktu laten lebih singkat dan angka mortalitas lebih rendah. 4.2.2. Daya Tetas Gambar 7 : Penetasan Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Menetas merupakan saat terakhir pada masa inkubasi, yaitu hasil dari beberapa proses sehingga embrio keluar dari cangkangnya (Effendie, 1978). Jumlah telur yang terbuahi pada P 2 menunjukkan bahwa kombinasi ovaprim dan PGF2α yang berbeda mempunyai potensi yang berbeda untuk meningkatkan jumlah telur yang dibuahi pada ikan yang diujikan. Kenyataan ini disebabkan karena telur yang menetas berasal dari telur yang telah dibuahi sebelumnya,
  • 45. sehingga semakin besar nilai fertilitas selalu diikuti dengan meningkatnya nilai daya tetas telur. Namun nilai daya tetas selalu lebih kecil dari nilai fertilitas, karena tidak semua telur yang dibuahi akan menetas. Seperti yang dikemukakan oleh Nurasiah (2003) bahwa tingginya nilai persentase telur yang ditetaskan erat hubungannya dengan telur yang dibuahi, walaupun telur yang dibuahi belum tentu dapat menjamin penetasan. Namun semakin banyak telur yang dibuahi maka semakin besar peluang telur untuk menetas. Dari hasil penelitian ternyata penggunaan kombinasi ovaprim dan PGF2 α menghasilkan jumlah telur yang terbuahi lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan ovaprim dan PGF2 α secara tunggal. Kombinasi yang terbaik terdapat pada P2 yakni 75% ovaprim + 25% PGF2 α/kg bobot tubuh (0,67 ml ovaprim + 1875 µg PGF2 α/kg bobot tubuh) sebesar 74,14 %. Nilai daya tetas telur yang diperoleh pada penelitian ini lebih besar dari penelitian Muflikhah et al (1993) yaitu 34,5 % yang disuntik empat dosis hipofisis ikan Mas dan penelitian Maifitri (2004) dengan persentase 44,33 % yang disuntik dengan hormon ovaprim secara tunggal. Kombinasi hormon pada P4 yakni 100% PGF2 α (2500 µg PGF2 α/bobot tubuh) tidak memberikan hasil, karena telur-telur yang ovulasi tidak terbuahi, semua mati dan akhirnya ditumbuhi jamur. Menurut Maifitri (2004), tingginya persentase penetasan telur selais erat hubungannya dengan jumlah telur yang terbuahi, tetapi walupun jumlah telur yang dibuahi tinggi belum tentu dapat menjamin penetasannya. Woynarovich dan Horvarth (1980) menyatakan bahwa kematian telur selama masa pengeraman disebabkan oleh kekurangan oksigen terlarut, temperature yang tidak cocok, telur tidak terbuahi, gangguan mekanik
  • 46. seperti goncangan dan gesekan atau pergeseran serta serangan parasit seperti bakteri, fungi, larva insekta dan binatang lainnya. Secara mikroskopis serangan jamur dapat dilihat dengan jelas, yaitu berbentuk kapas dan gumpalan benang kusut disekeliling permukaan telur. Segumpalan benang putih tersebut merupakan filament jamur yang panjangnya beberapa centimeter. Hoffman dalam Irawati dan Masrizal (1996). 4.2.3. Kelulushidupan Masa paling kritis dalam daur hidup ikan terdapat pada tahap larva. Banyak faktor yang menyebabkan mortalitas larva ikan selain dari predator dan penyakit juga faktor biotik yang berhubungan langsung dengan larva ikan itu sendiri. Masa kritis itu terletak pada saat sebelum dan sesudah penghisapan kuning telur dan masa transisi mulai mengambil makanan dari luar. Sehubungan dari pergerakan larva atau tingkah laku larva untuk mendapatkan makanan juga kepadatan persediaan makanan yang baik merupakan factor yang mempengaruhi keberhasilan hidup larva ikan tersebut (Djarijah, 1995). Pada penelitian ini kelulushidupan larva dihitung pada hari ke 14 (SR14), yang ditentukan dengan menghitung jumlah larva yang masih bertahan hidup sampai hari yang ditentukan. Kematian larva bukan saja disebabkan oleh kualitas air yang tidak cocok. Pada umumnya kematian larva disebabkan oleh factor luar seperti kompetisi antara larva, ruang gerak dan penanganan yang kasar (Effendie, 1978). Selanjutnya dikatakan bahwa kematian larva dapat disebabkan faktor dalam tubuh ikan itu sendiri, seperti umur dan kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
  • 47. Kombinasi hormon ovaprim dan PGF2 α memberikan pengaruh terhadap kelulushidupan larva, hal ini disebabkan kombinasi hormon ini memberikan pengaruh terhadap diameter telur. Semakin besar diameter telur maka kandungan kuning telur sebagai cadangan makanan akan semakin besar sehingga waktu larva untuk beradaptasi dengan pakan alami yang diberikan akan lebih besar dan larva akan semakin kuat untuk menghadapi masa kritisnya yaitu masa habisnya kuning telur. Sehingga larva yang dihasilkan ukurannya akan bervariasi dan tingkat kekuatannya dalam bertahan hiduppun akan bervariasi. (Yusrizal, 2000). 4.2.6 Kualitas Air Perkembangan telur dan embrio serta pertumbuhan larva ikan dipengaruhi oleh suhu perairan, sisa metabolisme, oksigen terlarut, intensitas cahaya dan goncangan mekanik (Lagler et al, 1972). Selain itu faktor lain yang mempengaruhi perkembangan embrio adalah pH. Kisaran nilai-nilai parameter kualitas air diawal penelitian mengindikasikan bahwa air yang digunakan layak untuk kegiatan pembenihan ikan. Pengukuran air pada setiap wadah selama rentang waktu penelitian tidak adanya perbedaan pada tingkat pH dan suhu untuk masing-masing perlakuan.
  • 48. V. KESIMPULAN DAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kombinasi penyuntikan ovaprim dan prostaglandin F2 α (PGF2α) terhadap ikan selais (Ompok hypopthalmus) memberi pengaruh terhadap fertilitas, daya tetas dan kelulushidupan larva 14 hari. Perlakuan yang dianggap memberikan pengaruh terbaik adalah perlakuan kombinasi 75% ovaprim + 25 % PGF2α / kg bobot tubuh yang menghasilkan tingkat pembuahan, daya tetas serta kelulushidupan lebih tinggi. 5.2. Saran Saran penulis untuk rekan-rekan mahasiswa lainnya perlu adanya penelitian lanjutan tentang perawatan larva ikan selais, sehingga akan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang ikan selais. Sedangkan untuk pembudidaya ikan, sebaiknya menggunakan kombinasi ovaprim dan prostaglandin dengan dosis 75 % ovaprim dan 25 % PGF2α / kg bobot tubuh dalam pemijahan ikan selais khususnya agar tingkat pembuahan, penetasan serta kelulushidupannya menjadi lebih meningkat.
  • 49. DAFTAR PUSTAKA Afrianto dan Liviawaty, E., 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 89 hal. Amniati, 1999. Penggunaan Ovaprim dengan Dosis yang Berbeda untuk Ovulasi Ikan Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. 23 hal (tidak diterbitkan. Blaxter, J. H. S. 1969. Developments of eggs and larvae. In W. S. Hoar, D. J. Randall and E. M. Donaldson, ed. Fish Physiology, Volume III. Academic Press, New York. Effendi, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 hal. -----------------, 1985. Penilaian perkembangan gonad ikan belanak, Liza subviridis Valenciences, di perairan sungai Cimanuk. Disertasi Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor. Ernawati, Y. 1990. Penggunaan Prostaglandin Sebagai Induksi Ovulasi Ikan Lele Dumbo (clarias gariepinus). Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. 46 hal (tidak diterbitkan). Hadjamulia, A. 1975. Budidaya Perikanan. SUPM Bogor. Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian. Departemen Pertanian. --------------, A. dan S. Atmawinata. 1980. Teknik Hipofisasi beberapa jenis ikan air tawar. Prosiding lokakarya nasional teknologi tepat guna bagi pengembangan perikanan budidaya air tawar. Bogor. Hoar, W. S., D. J. Randall, and E. M. Donaldson 1983. Fish physiology, volume IX. Reproduction. Part B. Behavior and fertility control. Academic Press., New York. Kottelat, M. A. J. Whitten., S. N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Ikan air tawar Indonesia bagian Barat dan Sulawesi., Periplus Editions. Lagler, K. F. 1972. Freshwater fishery biology, second edition, W. M. C. Brown Company Publishers, Dubuque Iowa. Lesmana, 2002. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. 80 hal. Maifitri, R., 2004. Pengaruh Penyuntikan Ovaprim dengan Dosis Berbeda Terhadap Ovulasi dan Penetasan Telur Ikan Selais (Krytopterus iau.
  • 50. Limpok). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan). Matty, A. J. 1985. Fish endocrinology. Leaper and Gard. Ltd., London. Natalia, 2010. Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin F2 α (PGF2 α) Terhadap Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. 70 hal. (tidak diterbitkan). Nandeesha, M. C. K. G. Rao. R. Jayanna. N. C. Parker. T. j. Varghese. P. Keshavanah and H. P. C. Shetty. 1990. Induced Spawning of Indian Mayor Carps Through Single Aplication of Ovaprim, in Hirano and I. Hanyu, eds The Second Asian Fisheries Society. Indian Branch. Mangalore, India. Nandeesha, M. C., Ramacharya and T. J. Vorghese, 1991. Further observation on breeding of carps with ovaprim. Special Publication No.6. asian FisheriesSociety. Indian Branch, Mangalore, India. Nikolsky, G. V. 1963. The ecology of fishes. Academic Press. New York. Nuraini., 2004. Pengaruh Dosis Human Chorionoc Gonadotropin (HCG) Terhadap Ovulasi dan Daya Tetas Telur Ikan Selais Danau (Kryptopterus limpok). Proyek peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan). dan N. A. Pamungkas, 1998. Pengaruh Dosis Ovaprim yang Berbeda Terhadap Ovulasi Ikan Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr). Lembaga idak diterbitkan) Nurasiah, 2003. Penyuntikan Kombinasi Ekstrak Hypofisa Ikan Mas, HCG dan 17α Hidroksi Progesteron Terhadap Keberhasilan Ovulasi Ikan Kapiek (Barbodes schwanafeldi Blkr). Tesis Program Pascasarjana IPB Bogor. 58 hal (tidak diterbitkan). Nursihan, T.S.E., 2009. Pengaruh Jenis Bahan Pakan Pasta Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypophtalmus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 50 hal (tidak diterbitkan). Potaros M, and Sitasit, 1976. Induced Spawning of Pangasius SutchiFowler by Hormones Injection. Island Fisher. Divisi on Depart. Of Fish. Bangkok. 24 p. Pulungan, C.P. M., Ahmad, Y., I. Siregar., A. Ma‟maoen dan H. Alawai., 1985. Morphometrik Ikan Selais Siluiroidae Dari Perairan Kecamatan
  • 51. Kampar Kiri, Kabupaten Kampar Riau. Unri Press. Pekanbaru (tidak diterbitkan) Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Indentifikasi Ikan 1 dan 2. Bina Cipta. Bogor. 753 hal. Shilo, M. dan S. Sarig. 1982. Fish culture in warm water system. Problema and trend. Boca Raton. Florida. 567 p. Sukendi., 2007. Fisiologi Reproduksi Ikan. CV. Mina Mandiri. MM Press. Edisi Pertama. Pekanbaru. 130 hal. . 2006. Vitelogenesis dan Manipulasi Fertilisasi pada Ikan. Bahan Ajar Biologi Reproduksi Ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 111 hal (tidak diterbitkan). 2001. Biologi Reproduksi dan Pengendaliannya dalam Upaya Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus CV) dari Perairan Sungai Kampar Riau. Disertasi Program Pascasarjana IPB ( tidak diterbitkan). , 1997. Pengaruh penyuntikan ovaprim terhadap fertilitas dan daya tetas telur ikan sumatera (Puntius tetrazona Blkr). Lembaga Penelitian Universitas Riau. pekanbaru. Sumantadinata, K. 1983. Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia. PT. Sutra Hudaya. Jakarta. Suseno, D., and F. Cholik. 1982. Effect of aeration of hatching rates of some varities of the common carp. Pewarta LPPD, 1 (3) : 77-80. Wardoyo, S.T.H., 1981. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Pertanian dan Perikanan. PPLH-PUSDI-PLS. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 27 hal (tidak diterbitkan). Woynarovich, E. and Horvath. Sl. 1980. The Artifical Propagration of Warm Water Fin Fish A Mannual for Extention. FAO. Fisheries Tehnical Paper No. 20/FIR/T.20. Yusrizal, M., 2000. Perbandingan Nilai Fertilitas, Daya Tetas dan Kelulushidupan Larva Ikan Baung (Mystus nemurus.C.V) yang Diperoleh dari Perairan Alam dengan yang Dimatangkan di Kolam Akibat Penyuntikan Kombinasi Hormon Ovaprim dan Prostaglandin F2 α (PGF2 α). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau. Pekanbaru. Hal. (tidak diterbitkan)
  • 53. Lampiran 1 : Dokumentasi Penelitian a. Seleksi Induk b. Adaptasi di wadah baru c.Wadah, Alat dan Bahan yang digunakan d. Pengukuran panjang dan berat tubuh induk ikan selais
  • 54. e. Penyuntikan Induk Ikan selais f. Pembedahan induk Jantan g. Penebaran Telur ke Wadah
  • 55. h. Telur yang telah ditebar dalam wadah akuarium i. Telur yang tidak berhasil dibuahi j. Pakan Artemia dan Tubifex
  • 56. Lampiran 2: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Fertilitas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) DATA FERTILITAS TELUR IKAN SELAIS Perlakuan Ulangan Fertilitas Ikan Selais Jumlah (%) Telur Ovulasi Telur Terbuahi 1 1 156 104 66,66 2 142 90 63,38 3 163 111 68,10 Jumlah 461 305 Rata-rata 66,16 2 1 288 221 76,73 2 256 189 73,82 3 273 206 75,46 Jumlah 817 616 Rata-rata 75,40 3 1 106 58 54,71 2 118 70 59,32 3 110 62 56,36 Jumlah 334 190 Rata-rata 56,89 4 1 88 0 0 2 82 0 0 3 97 0 0 Jumlah 267 0 Rata-rata 0 5 1 232 171 73,70 2 215 154 71,62 3 224 163 72,77 Jumlah 671 488 Rata-rata 72,73
  • 57. Lampiran 3. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Fertilitas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Normalitas Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Fertilitas 15 .00 76.73 54.1753 28.84672 -1.045 .580 Valid N (listwise) 15 Anava Descriptives Fertilitas N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum MaximumLower Bound Upper Bound 1.00 3 66.0467 2.41904 1.39663 60.0374 72.0559 63.38 68.10 2.00 3 75.3367 1.45892 .84231 71.7125 78.9608 73.82 76.73 3.00 3 56.7967 2.33582 1.34858 50.9942 62.5992 54.71 59.32 4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00 5.00 3 72.6967 1.04194 .60156 70.1084 75.2850 71.62 73.70 Total 15 54.1753 28.84672 7.44819 38.2005 70.1501 .00 76.73 Test of Homogeneity of Variances Fertilitas Levene Statistic df1 df2 Sig. 2.488 4 10 .111 ANOVA Fertilitas Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups (Combined) 11620.826 4 2905.206 1000.289 .000 Linear Term Contrast 1154.564 1 1154.564 397.527 .000 Deviation 10466.261 3 3488.754 1201.210 .000 Within Groups 29.044 10 2.904 Total 11649.869 14 Uji Lanjut Fertilitas Student-Newman-Keulsa Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 4.00 3 .0000 3.00 3 56.7967 1.00 3 66.0467 5.00 3 72.6967 2.00 3 75.3367 Sig. 1.000 1.000 1.000 .087 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
  • 58. Lampiran 4: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) DAYA TETAS TELUR IKAN SELAIS Perlakuan Ulangan Daya Tetas Telur Ikan Selais Jumlah (%)Telur Terbuahi Telur Menetas 1 1 104 61 58,65 2 90 47 52,22 3 111 65 58,56 Jumlah 305 173 Rata-rata 56,72 2 1 221 172 77,82 2 189 140 74,07 3 206 157 76,21 Jumlah 616 469 Rata-rata 76,14 3 1 58 22 37,93 2 70 26 37,14 3 62 19 30,64 Jumlah 190 67 Rata-rata 35,26 4 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 Jumlah 0 0 Rata-rata 0 0 0 5 1 171 124 72,51 2 154 107 69,48 3 163 116 71,16 Jumlah 488 347 Rata-rata 71,11
  • 59. Lampiran 5. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Daya Tetas Telur Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Normalitas Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Daya Tetas Telur 15 .00 77.82 47.7593 28.83176 -.773 .580 Valid N (listwise) 15 Anava Descriptives Daya Tetas Telur N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum MaximumLower Bound Upper Bound 1.00 3 56.4767 3.68666 2.12849 47.3185 65.6348 52.22 58.65 2.00 3 76.0333 1.88123 1.08613 71.3601 80.7066 74.07 77.82 3.00 3 35.2367 4.00038 2.30962 25.2992 45.1742 30.64 37.93 4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00 5.00 3 71.0500 1.51799 .87641 67.2791 74.8209 69.48 72.51 Total 15 47.7593 28.83176 7.44433 31.7928 63.7258 .00 77.82 Test of Homogeneity of Variances Daya Tetas Telur Levene Statistic df1 df2 Sig. 4.903 4 10 .089 ANOVA Daya Tetas Telur Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups (Combined) 11566.912 4 2891.728 408.000 .000 Linear Term Contrast 659.508 1 659.508 93.051 .000 Deviation 10907.404 3 3635.801 512.983 .000 Within Groups 70.876 10 7.088 Total 11637.787 14 Post Hoc Tests Daya Tetas Telur Student-Newman-Keulsa Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 5 4.00 3 .0000 3.00 3 35.2367 1.00 3 56.4767 5.00 3 71.0500 2.00 3 76.0333 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
  • 60. Lampiran 6: Tabel Pengaruh Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 α Terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) KELULUSHIDUPAN IKAN SELAIS Perlakuan Ulangan Jumlah Telur yang Hidup Jumlah (%) Awal Akhir 1 1 61 18 29,51 2 47 14 29,79 3 65 20 30,77 Jumlah 173 52 Rata-rata 30,06 2 1 172 93 54,07 2 140 71 50,71 3 157 84 53,50 Jumlah 469 248 Rata-rata 52,88 3 1 22 7 31,82 2 26 9 34,61 3 19 6 31,58 Jumlah 67 22 Rata-rata 32,84 4 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 Jumlah 0 0 Rata-rata 0 5 1 124 55 44,35 2 107 38 35,51 3 116 47 40,52 Jumlah 347 140 Rata-rata 40,35
  • 61. Lampiran 7. Analisis Variansi (Anava) satu arah (one way) Kombinasi Penyuntikan Ovaprim dan PGF2 terhadap Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus) Normalitas Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Kelulushidupan 15 .00 54.07 31.1160 18.15947 -.775 .580 Valid N (listwise) 15 Anava Descriptives Kelulushidupan N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum MaximumLower Bound Upper Bound 1.00 3 30.0233 .66161 .38198 28.3798 31.6669 29.51 30.77 2.00 3 52.7600 1.79808 1.03812 48.2933 57.2267 50.71 54.07 3.00 3 32.6700 1.68437 .97247 28.4858 36.8542 31.58 34.61 4.00 3 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00 5.00 3 40.1267 4.43311 2.55946 29.1142 51.1391 35.51 44.35 Total 15 31.1160 18.15947 4.68875 21.0596 41.1724 .00 54.07 Test of Homogeneity of Variances Kelulushidupan Levene Statistic df1 df2 Sig. 3.281 4 10 .058 ANOVA Kelulushidupan Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups (Combined) 4564.407 4 1141.102 218.097 .000 Linear Term Contrast 317.916 1 317.916 60.763 .000 Deviation 4246.492 3 1415.497 270.542 .000 Within Groups 52.321 10 5.232 Total 4616.728 14 Post Hoc Tests Kelulushidupan Student-Newman-Keulsa Perlakuan N Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 4.00 3 .0000 1.00 3 30.0233 3.00 3 32.6700 5.00 3 40.1267 2.00 3 52.7600 Sig. 1.000 .187 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.