Dokumen tersebut membahas analisis hama ulat bawang (Spodoptera exigua) pada tanaman bawang merah (Allium cepa). Ia menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian, rumusan masalah, tinjauan umum tentang tanaman bawang merah dan hama ulat bawang, serta teknik budidaya bawang merah.
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)
1. MK. Klimatologi Terapan Hari/Tanggal: Rabu/ 17 Desember 2011
Dosen : Prof.Dr.Ir. Rizaldi Boer
ANALISIS HAMA ULAT BAWANG (Spodoptera exigua) PADA
TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa)
Disusun oleh:
Hanifah Nurhayati
(G24080013)
1
2. DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
BAB I Rumusan masalah yang digunakan
PENDAHULUAN untuk mempermudah analasis mengenai
hama ulat bawang pada tanaman bawang
merah, diantaranya:
1.1. Latar Belakang
1.3.1 Bagaimana kondisi secara umum
Bawang merah (Allium cepa) tentang hama ulat bawang
merupakan salah satu komoditas hortikultura (Spodoptera exigua) pada tanaman
yang sangat dibutuhkan oleh manusia. bawang merah (Allium cepa)?
Dalam budidaya bawang, masalah yang
1.3.2 Bagaimana pengaruh hama ulat
sering dihadapi yaitu cara budidaya,
bawang (Spodoptera exigua) pada
serangan hama dan penyakit, kekurangan
tanaman bawang merah (Allium
unsur mikro, dan lain sebagainya yang
cepa)?
menyebabkan produksi menurun.
1.3.3 Bagaimana pengaruh faktor iklim
Jenis hama yang sering dijumpai pada
terhadap penyebaran dan kehidupan
bawang merah yaitu ulat bawang
hama ulat bawang (Spodoptera
(Spodoptera exigua). Bawang merah
exigua)?
merupakan inang utama Spodoptera exigua.
Kehilangan hasil akibat serangan hama ini 1.3.4 Bagaimana pengaruh faktor manusia
bisa mencapai 57% karena terjadi sejak fase dan organisme lain sebagai upaya
pertumbuhan awal sampai dengan fase pengendalian hama ulat bawang
pematangan umbi, bahkan bisa (Spodoptera exigua)?
mengakibatkan gagal panen terutama di
musim kemarau apabila pengendalian tidak BAB II
dilakukan sesegera mungkin.
TINJAUAN UMUM
1.2. Tujuan
2.1 Tanaman Bawang Merah (Allium
Tujuan dilakukannya analisis cepa)
mengenai hama ulat bawang pada tanaman
Bawang merah, yang lebih dikenal
bawang merah, diantaranya:
1.2.1 Untuk mengetahui secara umum
tentang hama ulat bawang
(Spodoptera exigua) pada tanaman
bawang merah (Allium cepa)
1.2.2 Untuk mengetahui pengaruh hama ulat
bawang (Spodoptera exigua) pada
tanaman bawang merah (Allium cepa)
1.2.3 Untuk mengetahui pengaruh faktor
iklim terhadap penyebaran dan
kehidupan hama ulat bawang
(Spodoptera exigua) dengan nama brambang (Jawa) dan bawang
beureum (Sunda), sedangkan dalam bahasa
1.2.4 Untuk mengetahui pengaruh faktor
Inggris disebut shallot. Bawang merah
manusia dan organisme lain sebagai
berasal dari Asia/Mediterania. Bawang
upaya pengendalian hama ulat
merah dibedakan atas bawang merah,
bawang (Spodoptera exigua)
bawang merah shallot, dan bawang bakung.
Ketiga macam bawang merah ini berasal
1.3. Rumusan Masalah dari daerah tropika di Asia. Bentuk umbi
2
3. bawang merah shallot (brambang) lebih pembuluh darah dan maag) karena
kecil dari bawang merah yang lain. kandungan senyawa allin dan allisin yang
Di Indonesia, Pulau Jawa merupakan bersifat bakterisida (Rahayu,Estu. 2008).
daerah sentra produksi dan pengembangan Adapun teknik budidaya bawang
bawang merah dataran rendah. Sentra merah menurut Singgih Wobowo (2008)
penanaman di Jawa Timur antara lain: yaitu harus memperhatikan hal-hal berikut
Malang, Nganjuk, Probolinggo, dan Kediri. ini:
Di Jawa Tengah antara lain: Tegal, Brebes 1) Syarat Tumbuh Bawang Merah
dan Wates. Sedangkan di Jawa Barat antara
Bawang merah dapat tumbuh pada
lain: Majalengka, Kuningan dan Cirebon.
tanah sawah atau tegalan, berstruktur remah,
Daerah di luar Jawa yang merupakan sentra
dan bertekstur sedang sampai liat. Jenis
bawang merah adalah Samosir( Sumatra
tanah Alluvial, Glei Humus atau Latosol, pH
utara) dan Lombok Timur.
5.6 - 6.5. Tanaman bawang merah
Gambar 1. Bawang Merah memerlukan udara hangat untuk
pertumbuhannya (25 s/d 320C), curah hujan
Kingdom : Plantae (Tumbuhan) 300 sampai 2500 mm pertahun, ketinggian
0-400 mdpl, dan kelembaban 50-70 %.
Subkingdom : Tracheobionta
2) Pengolahan Tanah
Super Divisi : Spermatophyta
Pengolahan tanah dilakukan dengan
Divisi : Magnoliophyta
tujuan untuk menciptakan lapisan tanah
Kelas : Liliopsida (berkeping yang gembur, memperbaiki drainase dan
satu / monokotil) aerasi tanah, meratakan permukaan tanah,
Sub Kelas : Liliidae dan mengendalikan gulma. Tanah dibajak
Ordo : Liliales atau dicangkul dengan kedalaman 20 cm,
kemudian dibuat bedengan selebar 120 - 175
Famili : Liliaceae (suku bawang-
cm, tinggi 25 - 30 cm, serta panjang sesuai
bawangan)
disesuaikan dengan kondisi lahan. Saluran
Genus : Allium drainase dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan
Spesies : Allium cepa kedalaman 50 - 60 cm. Apabila pH tanah
Tanaman bawang merah (Allium kurang dari 5,6 diberi Dolomit dosis + 1,5
ascalonicum L.) merupakan salah satu ton/ha disebarkan di atas bedengan dan
komoditas sayuran dataran rendah, berasal diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2
dari Syria dan telah dibudidayakan semenjak minggu. Untuk mencegah serangan penyakit
5.000 tahun yang lalu. Bawang merah layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus
merupakan tanaman semusim yang memiliki GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang
umbi yang berlapis, berakar serabut, dengan matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan
daun berbentuk silinder berongga. Umbi merata di atas bedengan.
bawang merah terbentuk dari pangkal daun 3) Penyediaan Bibit
yang bersatu dan membentuk batang yang Pada umumnya perbanyakan
berubah bentuk dan fungsi, membesar dan bawang merah dilakukan dengan
membentuk umbi. Umbi terbentuk dari menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas
lapisan-lapisan daun yang membesar dan umbi bibit merupakan salah satu faktor yang
bersatu. Tanaman ini dapat ditanam di menentukan tinggi rendahnya hasil produksi
daratan rendah sampai daratan tinggi yang bawang merah. Umbi yang baik untuk bibit
tidak lebih dari 1200 m dpl. Di daratan harus berasal dari tanaman yang cukup tua
tinggi umbinya lebih kecil dibanding daratan yaitu berumur 70 - 80 hari setelah tanam,
rendah. dengan ukuran sedang (beratnya 5 - 10
Kegunaan utama bawang merah gram, diameter 1,5 - 1,8 cm). Umbi bibit
adalah sebagai bumbu masak. Meskipun tersebut harus terlihat segar dan sehat, tidak
bukan merupakan kebutuhan pokok, bawang keriput, dan warnanya cerah. Umbi bibit
merah cenderung selalu dibutuhkan sebagai telah siap tanam apabila telah disimpan 2 - 4
pelengkap bumbu masak sehari-hari. bulan sejak dipanen dan tunasnya sudah
Kegunaan lainnya adalah sebagai obat sampai ke ujung umbi.
tradisional (sebagai kompres penurun panas,
diabetes, penurun kadar gula dan kolesterol
darah, mencegah penebalan dan pengerasan
3
4. 4) Penanaman dan Pemberian Pupuk umur 60-70 hari setelah tanam. Tanaman
Dasar bawang merah dipanen setelah terlihat
Setelah tanah selesai diolah
selanjutnya dilakukan kegiatan pemupukan.
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk
organik yang sudah matang seperti pupuk
kandang sapi dengan dosis 10-20 ton/ha atau
pupuk kandang ayam dengan dosis 5-6
ton/ha, atau kompos dengan dosis 4-5
ton/ha. Selain itu pupuk P (SP-36) dengan
dosis 200-250 kg/ha diberikan 2-3 hari tanda-tanda 60-70% daun telah rebah atau
sebelum penanaman. leher batang lunak, sedangkan untuk bibit
kerebahan daun lebih dari 90%. Panen
Umbi bibit ditanam dengan jarak 10 dilakukan waktu udara cerah. Pada waktu
cm x 20 cm atau 15 cm x 15 cm. Lobang panen, bawang merah diikat dalam ikatan-
tanaman dibuat setinggi umbi dengan ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), kemudian
menggunakan alat penugal. Umbi bawang dijemur selama 5-7 hari). Setelah kering
merah dimasukkan ke dalam lobang (penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan bawang
tanaman dengan gerakan seperti memutar merah diikat menjadi satu, kemudian
sekrup, hingga ujung umbi tampak rata bawang dijemur dengan posisi penjemuran
dengan permukaan tanah. Setelah tanam bagian umbi di atas selama 3-4 hari. Pada
dilakukan penyiraman dengan menggunakan penjemuran tahap kedua dilakukan
embrat yang halus. pembersihan umbi bawang dari tanah dan
5) Pemupukan Susulan kotoran. Bila sudah cukup kering (kadar air
Pemupukan susulan dilakukan pada kurang lebih 85 %), umbi bawang merah
umur 10-15 hari dan umur 30-35 hari setelah siap dipasarkan atau disimpan di gudang.
tanam. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan 10) Kriteria Kualitas Bawang Merah
adalah : Urea 75-100 kg/ha, ZA 150-250 Kriteria kualitas bawang merah
kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. Pupuk diaduk rata yang dikehendaki oleh konsumen rumah
dan diberikan di sepanjang garitan tanaman. tangga adalah : umbi berukuran besar,
6) Pengairan bentuk umbi bulat, warna kulit merah
Tanaman bawang membutuhkan air keunguan, dan umbi kering askip.
yang cukup dalam pertumbuhannya. Sedangkan konsumen luar (untuk ekspor)
Penyiraman pada musim kemarau dilakukan yang dikehendaki adalah : umbi berukuran
1 kali dalam sehari pada pagi hari atau sore, besar, bentuk umbi bulat, wana kulit merah
sejak tanam sampai menjelang panen. muda, dan umbi kering lokal.
7) Menyiangan dan Pembumbunan
Menyiang dilakukan sesuai dengan 2.2 Hama Ulat Bawang (Spodoptera
kondisi gulma, minimal dilakukan dua exigua)
kali/musim, yaitu menjelang dilakukannya Gambar 2. Ulat Bawang
pemupukan susulan. Kegiatan membumbun
dilakukan saat tanaman umur 30 dan 45 hari
setelah tanam atau disesuaikan dengan Ulat Bawang : Spodoptera exigua Hbn.
kondisi umbi sampai muncul ke permukaan Famili : Noctuidae
tanah. Ordo : Lepidoptera
8) Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang sering Rentangan sayap ngengat
menyerang tanaman bawang merah adalah panjangnya antara 25 – 30 mm. Sayap
ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun, depan berwarna coklat tua dengan garis-
nematoda akar, bercak ungu alternaria, garis yang kurang tegas dan terdapat pula
embun tepung, busuk leher batang, otomatis/ bintik-bintik hitam. Sayap belakang
antraknose, busuk Umbi, layu fusarium dan berwarna keputih-putihan dan tepinya
busuk basah. bergaris-garis hitam. Ngengat betina mulai
9) Panen dan Pasca Panen bertelur pada umur 2 – 10 hari.
Bawang merah dipanen apabila Telur berbentuk bulat sampai bulat
umurnya sudah cukup tua, biasanya pada panjang, diletakkan oleh induknya dalam
4
5. bentuk kelompok pada permukaan daun atau Perbedaan tingkat kesesuaian dapat terjadi
batang dan tertutup oleh bulu-bulu atau sisik baik pada tanaman yang sama maupun pada
dari induknya. Tiap kelompok telur tanaman yang berbeda spesiesnya
maksimum terdapat 80 butir. Jumlah telur (Fadruddind, 1980).
yang dihasilkan oleh seekor ngengat betina Tanaman bawang merah merupakan
sekitar 500 – 600 butir. Setelah 2 hari telur salah satu inang utama S. exigua. Tanaman
menetas menjadi larva. inang lainnya adalah tanaman padi, terutama
Larva atau ulat muda berwarna yang di tanam pada dataran tinggi
hijau dengan garis-garis hitam pada (Kalshoven, 1981). Selain itu S.exiqua juga
punggungnya. Ulat tua mempunyai dapat meyerang tanaman tomat, lombok,
beberapa variasi warna, yaitu hijau, coklat tembakau, orok-orok, kapri, jagung dan
muda dan hitam kecoklatan. Ulat yang sayuran lainnya (Sunarjono dan Soedomo,
hidup di dataran tinggi umumnya berwarna 1983).
coklat. Ulat grayak (Spodoptera spp).
Stadium ulat terdiri dari 5 instar. dikenal sebagai hama yang polifag dan
Instar pertama panjangnya sekitar 1,2 – 1,5 banyak jenisnya. Hama ini disebut sebagai
mm, instar kedua sampai instar terakhir ulat grayak karena serangannya mendadak
antara 1,5 – 19 mm. Setelah instar terakhir atau secara tiba-tiba dan menyerang dalam
ulat merayap atau menjatuhkan diri ke tanah jumlah yang banyak. Spodoptera exigua
untuk berkepompong. Ulat lebih aktif pada merupakan salah satu jenis ulat grayak yang
malam hari. Stadium larva berlangsung menjadi kendala utama dalam budidaya
selama 8 – 10 hari. bawang merah ( Sutarya, 1996). Menurut
Pupa berwarna coklat muda dengan Sastrosiswojo dan Rubiati ( 2001) ulat
panjang 9 – 11 mm, tanpa rumah pupa. grayak ( S.exigua ) dan thrips ( Thrips tabact
Pupa berada di dalam tanah dengan Lind) seringkali berstatus sebagai hama
kedalaman + 1 cm, dan sering dijumpai juga utama pada tanaman bawang merah. Biaya
pada pangkal batang, terlindung di bawah yang dikeluarkan untuk pengendalian hama
daun kering, atau di bawah partikel tanah. dan penyakit mencapai 30-50 % dari total
Pupa memerlukan waktu 5 hari untuk biaya produksi dan setengahnya untuk
berkembang menjadi ngengat. pembelian pestisida ( Moekasan, 2002).
Hama ulat bawang tersebut Serangan S. exigua dijumpai
menyebar di daerah sentra produksi bawang hampir disetiap fase pertumbuhan tanaman
merah di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara bawang merah. Pada fase awal pertumbuhan
Barat dan Irian. biasanya dijumpai kelompok telur dan stadia
awal. Populasinya akan terus meningkat
mulai umur tanaman dua minggu dan
BAB IV mencapai puncaknya pada tanaman umur 4-
PEMBAHASAN 7 minggu ( Sutarya, 1996). Moekasan (1996)
menyatakan populasi hama S. exigua
meningkat pada minggu kedua setelah tanam
4.1 Pengaruh Hama Ulat Bawang
dan mencapai puncaknya pada minggu
(Spodoptera exigua) Pada Tanaman
keempat atau kelima setelah tanam.
Bawang Merah (Allium cepa)
Ngengat S. exigua meletakkan telur
Tanaman inang adalah tanaman yang
secara berkelompok pada malam hari. Telur
dapat memenuhi kebutuhan serangga baik
ditutupi oleh rambut dan sisik-sisik halus
yang berhubungan dengan perilaku maupun
yang berasal dari tubuhnya
dengan kebutuhan gizi serangga. Hubungan
Gejala serangan :
antara tanaman inang dan serangga
merupakan serangkaian proses interaksi • Dimulai dari ujung daun, ulat memakan
antara lain mekanisme pemilihan tanaman jaringan tanaman bagian dalam sehingga
inang. Pemanfaatan tanaman tersebut yang tertinggal hanya jaringan epidermis
sebagai sumber makanan serta tempat saja.
berlinung dan tempat bertelur. Serangga • Daun akan berwarna kecoklatan dan pada
berkembang biak lebih cepat pada tanaman tahap selanjutnya daun akan mati dan
inang yang sesuai dan sebaliknya akhirnya tanaman juga akan mati.
perkembangan serangga menjadi lambat Kerugian yang ditimbulkan akibat
pada tanaman inang yang kurang sesuai. serangan S. exigua pada bawang merah
5
6. neragam. Koestomi dan Sastrowardojo untuk tanaman bawang merah adalah 800-
(1991 dalam Moekasan, 1994 ) 1000 m dpl. Ketinggian suatu daerah
menyebabkan kehilangan hasil panen berkaitan erat dengan suhu udara. Semakin
bawang merah akibat S. exigua berkisar 45- tinggi letak suatu daerah dari permukaan
47 %. Menurut Setiawati (1996 dalam laut, suhu udara makin rendah. Sementara
Moekasan, 2002) kepadatan tiga dan lima itu, seperti dengan ulat bawang pertumbuhan
larva S. exigua perrumpun tanaman bawang tanaman juga dipengaruhi oleh suhu udara.
merah dapat menyebabkan kehilangan hasil Bawang merah sangat cocok ditanam di
msing-masing sebesar 32 dan 42 %. Pada daerah dengan suhu udara yang hangat-
tanaman bawang merah yang berumur 49 hangat panas, kering dan cerah. Bawang
hari, serangannya dapat mencapai 62,98% merah yang ditanam di daerah dengan suhu
dengan rata-rata populasi larva 11,52 ekor/ udara rendah dan dingin pertumbuhannya
rumpun ( Sutarya, 1996) dengan demikian terhambat. Suhu udara yang ideal untuk
kehilangan hasil berkisar antara 46,56 – tanaman bawang merah antara 25-30 derajat
56,94% (Dibyantoro,1996 dalam Sutarya C dan suhu ideal untuk tanaman bawang
1996) jika tanaman bawang merah mendapat merah ini juga merupakan suhu optomum
serangan yang relative berat pada awal fase untuk pertumbuhan ualat bawang, sehingga
pemebentukan umbi, maka resiko kegagalan ulat bawang mengalami pertumbuhan dan
panen akan lebih besar ( moekasan, 1994) kehidupan yang baik karena didukung faktor
iklim dan makanan yang baik.
4.2 Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Angin
Penyebaran Dan Kehidupan Hama Angin merupakan faktor iklim yang
Ulat Bawang (Spodoptera exigua) juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ulat
Lingkungan merupakan faktor yang bawang . Penyebaran telur-telur ulat bawang
paling dominan dalam menetukan kehidupan juga dilakukan oleh angin.
suatu makhluk hidup. Kondisi lingkungan Curah Hujan
khususnya iklim yang mendukung Fase kehidupan ulat bawang sangat
pertumbuhan dan perkembangan ulat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah
bawang (Spodoptera exigua) tentunya tidak hujan yang sesuai untuk pertumbuhan ulat
berbeda jauh dengan tanaman inangnya bawang adalah antara 300-2500 mm/tahun.
yaitu bawang merah. Kehidupan serangga
Intensitas Sinar Matahari
sangat erat hubungan dengan keadaan
lingkungan dan serangga memiliki cara Intensitas sinar matahari penuh
hidup tersendiri berbeda-beda menurut lebih dari 14 jam/hari. Ulat bawang yang
jenisnya. Menurut Smith (1987 dalam hidup di daerah yang tidak cukup
Sutarya 1996), bahwa lamanya daur hidup mendapatkan sinar matahari, tempat yang
ulat bawang ini sangat tergantung dari teduh, sering berkabut atau terlindung
temperature. Temperatur yang tinggi akan pepohonan akan memperpendek stadium
memperpendek stadium larva, pupa dan larva, pupa dan imago. Dengan demikian,
imago. Dengan demikian, daur hidup ulat daur hidup ulat bawang ini di tempat yang
bawang ini di dataran tinggi memerlukan tidak cukup sinar matahari memerlukan
waktu yang relative lama di bandingkan waktu yang relative.
dataran rendah. Suhu optimum yang di Kelembaban udara
butuhkan oleh serangga ini adalah 28°C Kelembaban udara (nisbi). Untuk
(HILL, 1983). Faktor iklim yang berperan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik
dalam berbagai aspek kehidupan ulat untuk ulat bawang yaitu kalembaban udara
bawang antara lain suhu dan ketinggian nisbi antara 80-90 prosen.
tempat, angin, curah hujan, Intensitas sinar
matahari, dan kelembaban.
Suhu dan Ketinggian Tempat 4.3 Pengaruh Faktor Organisme Lain dan
manusia Sebagai Upaya Pengendalian
Oleh karena itu, dataran rendah Hama Ulat Bawang (Spodoptera
yang meiliki merupakan tempat cocok untuk exigua)
membudidayakan tanaman bawang
merah/brambang (shallot) merupakan tempat Prinsip pengendalian hama tanaman
yang cocok juga untuk pertumbuhan hama yang di kembangkan oleh manusia dewasa
ulat bawang . Ketinggian tempat terbaik ini adalah menekan jumlah populasi hama
yang menyerang tanaman sampai pada
6
7. tingkat populasi yang tidak merugikan. mulliksisida untuk mengendalikan molluska
Komponen pengendalian hama yang dapat atau siput, akarisida untuk mengendalikan
di terapkan untuk mencapai sasaran tersebut akarina atau tungau, herbisida untuk
antara lain pengendalian hayati, mengendalikan gulma dan bakterisida untuk
pengendalian secara fisik dan mekanik, mengendalikan bakteri (Rukmana dan
pengendalian secara kultur teknis dan Sugandi, 2002). Insektisida yang di izinkan
pengendalian secara kimiawi. untuk pengendalian hama pada tanaman
Pengendalian Hayati bawang merah yaitu Atabron 50 EC, Buldok
25 EC, Curacron 500 EC, Larvin 375 AS,
Suatu teknik pengendalian hama
Larvin 75 WP, Matador 25 EC, Lannate 25
secara biologi yaitu dengan memanfaatkan
WP, Decis 2,5 EC, Drusband 20 EC, Metal
musuh alami seperti prodator, parasitoid dan
30 EC (Anonim, 2004).
pathogen. Keuntungan pengendalian hayati
ini adalah aman, tidak menimbulkan Insektisida Pratenofos 500 g/l dengan
pencemaran lingkungan dan tidak nama dagang Curacron 500 EC merupakan
menyebabkan resistensi (Jumar, 2000). racun kontak dan racun lambung den
Beberapa spesies predator dari S. litura termasuk dalam golongan organofosfat,
adalah Solenopsis sp, Paedorus sp, Decis 2,5 EC berbahan aktif Deltametrin 25
Euberellia sp, Lycosa sp, dan laba-laba. g/l dan termasuk golongan piretroid yang
bersifat racun kontak dan racun lambung
Pengendalian Secara Kultur Teknis
serta Dursband 200 EC barbahan aktif
Pengendalian serangga hama dengan klorpiritos 200 g/l dan termasuk golongan
memodifikasi kegiatan pertanian agar organotostak yang bersifat racun kontak dan
lingkungan pertanian menjadi tidak lambung
menguntungkan bagi perkembangan hama.
Usaha-usaha tersebut mencakup sanitasi,
pengolahan tanah, pergiliran tanaman, KESIMPULAN
pemupukan berimbang, penggunaan mulsa,
penggunaan tanaman perangkap (Endah dan Tanaman bawang merah
Novisan, 2003). merupakan salah satu inang utama
Pengendalian Kimiawi Spodoptera exigua. Ulat bawang dikenal
Usaha mengendalikan hama dengan sebagai hama yang polifag dan banyak
menggunakan bahan kimia pestisida yang jenisnya. Hama ini disebut sebagai ulat
mempunyai daya racun terhadap serangga grayak karena serangannya mendadak atau
hama yang di sebut Insektisida. Insektisida secara tiba-tiba dan menyerang dalam
dapat bersifat racun perut, racub konkak, dan jumlah yang banyak.
racun pernapasan. Insektisida yang dapat Lingkungan merupakan faktor yang
bersifat racun perut seperti : Curacron paling dominan dalam menetukan kehidupan
500EC dan Decis 2,5 EC (Anonim, 1994). suatu makhluk hidup. Kehidupan serangga
Pengendalian ulat bawang pada sangat erat hubungan dengan keadaan
tanaman bawang merah hingga saat ini lingkungan dan serangga memiliki cara
masih mengandalkan penggunaan hidup tersendiri berbeda-beda menurut
insektisida secara intensik baik dengan jenisnya. Faktor iklim yang berperan dalam
meningkatkan dosis maupun dengan berbagai aspek kehidupan ulat bawang
meningkatkan interval waktu penyemprotan antara lain suhu dan ketinggian tempat,
dengan system kelender (Moeksan dan angin, curah hujan, Intensitas sinar matahari,
Supriyadi, 1993). dan kelembaban.
Pestisida adalah semua zat campuran Prinsip pengendalian hama tanaman
zat yang khusus di gunakan untuk yang di kembangkan oleh manusia dewasa
mengendalikan, mencegah gangguan ini adalah menekan jumlah populasi hama
serangga, binatang mengerat, nematode, yang menyerang tanaman sampai pada
gulma, virus, bakteri, jasad renik yang di tingkat populasi yang tidak merugikan.
anggap hama. Pestisida dapat di golongkan Komponen pengendalian hama yang dapat
berdasarkan sasaran yaitu insektisida untuk di terapkan untuk mencapai sasaran tersebut
mengendalikan serangga hama, fungisida antara lain pengendalian hayati,
untuk mengendalikan cendawan, rodentisida pengendalian secara fisik dan mekanik,
untuk mengendalikan binatang pengerat, pengendalian secara kultur teknis dan
nematisida untuk mengendalikan nematode, pengendalian secara kimiawi.
7
8. DAFTAR PUSTAKA
Limbongan j dan Maskar, 2003. Potensi
Pengembanagan dan Ketersediaan
Tehnologi Bawang Merah Palu di
Sulawesi Tengah. J Litbang
Pertanian 22 (3) 103-108
Moekasan,TK 1994. Pengujian Ambang
Pengendalian Hama Spedoptera
exigua Berdasarkan Umur
Tanaman dan Intensitas Kerusakan
Tanaman Bawang Merah di
Dataran Rendah. Pros Seminar
Hasil Penelitian Pendukung
Pengendalian Hama Terpadu.
Lembang
Moekasan,TK 2002. Efikasi dan Formulasi
seNPV Terhadap Larva Spedoptera
exigua pada Tanaman Bawang
Merah di Rumah Kasa. J.Hort 12
Rahayu, Estu. 2008. Bawang Merah.
Jakarta: Penebar Swadaya
Sastrosiswojo dan Rubiati. 2001. Pengaruh
Aplikasi Insektisida Kloropirifos
Dan Deltamentrin Pada Tanaman
Bawang Merah Terhadap
Resurgensi Spedoptera exigua. J
Hort 11
Sutarya, 1996. Hama Ulat Spedoptera
exigua Pada Bawang Merah Dan
Strategi Pengendaliannya. J
Litbang Pertanian.
Wibowo, Singgih. 2006. Budi Daya Bawang
Putih, Merah, dan Bombay. Jakarta:
Penebar Swadaya.
8