Dokumen tersebut membahas tentang potensi pengembangan komoditas ubi kayu di Indonesia, mencakup aspek produksi, konsumsi, prospek permintaan, permasalahan agribisnis, penerapan manajemen, risiko, teknologi alternatif, tujuan pengembangan, analisis SWOT, lembaga pemasaran, dan kesimpulan bahwa ubi kayu memiliki peluang pasar yang terbuka untuk ekspor dan dalam negeri serta petani diharapkan berperan
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Prospek Agribisnis
1. OLEH KELOMPOK 7
HERI EKO PURWANTO
RIYON EKA WAHYUDI
ARIF ZURDI BUSENDA
TITIANI EKA PUTRI
2. Latar Belakang
Ubi kayu atau ketela pohon (Manihot
Esculenta Grant) adalah salah satu komoditas
pertanian jenis umbi-umbian yang cukup penting
di Indonesia baik sebagai sumber pangan maupun
sumber pakan. Hal ini disebabkan karena
tanaman ubi kayu mempunyai beberapa
keunggulan dibandingkan dengan tanaman
pangan lain, diantaranya dapat tumbuh di lahan
kering dan kurang subur, daya tahan terhadap
penyakit relatif tinggi, masa panennya yang
tidak diburu waktu sehingga dapat dijadikan
lumbung hidup. Selain itu, daun dan umbi ubi
kayu dapat diolah menjadi aneka makanan, baik
makanan utama maupun selingan.
3. Tujuan :
Meningkatkan nilai tambah ubi kayu
mengetahui jenis – jenis produk olahan dari Ubi
Kayu yang memiliki nilai jual tinggi
Meningkatkan Produksi dan pendapatan pada
usaha tani ubi kayu
Manfaat :
Agar bisa membuka usaha agribisnis Ubi Kayu
sesuai dengan prospek yang ada.
Agar bisa meningkatkan nilai tambah dari Ubi
Kayu.
Agar pengusaha agribisnis Ubi Kayu bisa
mengatasi permasalahan dalam usaha agribisnis
Ubi Kayu
4. 2.1. Pentingnya Pengamatan Aspek Produksi dan
Konsumsi
2.1.1. Pentingnya Pengamatan Dari Aspek
Produksi
Dalam peta produksi ubi dunia, indonesia
merupakan negara produsen ubi ke tiga di dunia
setelah RRC dan Vietnam (Woolfe, 1992 dalam
Van de Fliert, e. Al., 2000).
Produksi ubi di Indonesia tersebar diseluruh
provinsi dengan wilayah sentra produksi utama
adalah provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sumatra Utara, Bali, NTT dan Papua
(BPS, 2008).
5. Potensi pengembangan komoditas ubi
masih bisa ditingkatkan dari sisi ketesediaan
lahan maupun produktivitas. Dalam hal ini ini
ubi dibudidayakan pada lahan sawah, kering
atau tegalan, dataran tinggi ataupun dataran
pengembangan teknologi budidaya, pasca
panen dan pengolahannya (Rahayuningsih, et
al. 2000; Rahayunigsih, et al. 1999).
Ubi kayu merupakan tanaman yang
relatif lebih mudah ditanam dan tahan
kekeringan dibandingkan dengan tanaman
pangan lainnya,
6. Kesesuaian Lahan
Ubi kayu merupakan tanaman yang
mudah ditanam, dapat tumbuh di berbagai
lingkungan agroklimat tropis, walaupun
tentunya tingkat produksinya akan bervariasi
menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan
air tanah.
Produksi yang optimal akan dapat
dicapai apabila tanaman mendapat sinar
matahari yang cukup, berada pada ketinggian
sampai dengan 800 m dpi, tanah gembur, dan
curah hujan di antara 750 - 2.500 mm/tahun
dengan bulan kering sekitar 6 bulan.
7. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah ini bertujuan untuk
membuat tanah menjadi gembur sehingga
pertumbuhan akar dan umbi berkembang dengan
baik. Waktu pengolahan tanah sebaiknya tidak
dilakukan pada saat tanah dalam keadaan basah
atau becek sehingga struktur tanah tidak rusak.
Pada tanah ringan atau gembur, pengolahan
tanah ini dilakukan dengan cara mencangkul 1-2
kali sedalam kurang lebih 20 cm, lalu setelah itu
diratakan dan ditanami bibit. Sedangkan pada
tanah becek atau berair, tanah dicangkul 1-2 kali
sedalam kurang lebih 20 cm, lalu dibuat
bedenganbedengan atau guludan yang berguna
sebagai saluran drainase lalu kemudian dapat
ditanam.
8. Penanaman
Penanaman bibit dapat dilakukan setelah
tanah disiapkan. Waktu yang baik untuk
menanam bibit ubi kayu adalah pada saat
musin hujan. Hal ini dikarenakan ubi kayu
memerlukan air terutama pada pertumbuhan
vegetatif yaitu umur 4-5 bulan, selanjutnya
kebutuhan air relatif sedikit. Cara menanam
ubi kayu dianjurkan bibit tegak lurus atau
minimal membentuk sudut 60 derajat dengan
tanah dan kedalamannya 10-15 cm. Jarak
tanam ubi kayu secara monokulture adalah
100 x 100 x 60, atau 100 x 40.
9. Pemupukan
Untuk mendapatkan potensi hasil yang
tinggi pemupukan dengan pupuk organik
(pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk
hijau) dan pupuk anorganik (urea, TSP, dan
KCL) perlu dilakukan. Pupuk organik
sebaiknya diberikan pada saat pengolahan
tanah dengan tujuan untuk memperbaiki
struktur tanah. Sedangkan pupuk anorganik
yang diberikan tergantung dari tingkat
kesuburan tanah.
10. Pemeliharaan tanaman
Penyulaman
Penyiangan dan pembubunan
Pembuangan tunas
Panen dan Pasca panen
Jika dalam mencabut tersebut dirasakan
susah, maka sebelumnya tanah disekitar
batang ubi kayu sebagian terlebih dahulu
digali dengan cangkul, baru setelah itu
batang dicabut sampai umbinya terangkat
semuanya.
11. 2.1.2. Pentingnya Pengamatan Dari Aspek
Konsumsi
Konsumsi ubi kayu terus bertambah
seiring dengan peranan ubi sebagai sumber
pangan, pakan dan bahan bakar.
Beberapa pengkonsumsian terhadap ubi kayu :
Konsumsi Untuk Pangan
Konsumsi Untuk Pakan
Konsumsi Bahan Bakar
Ubi kayu adalah salah satu tanaman yang
potensial untuk dijadikan salah satu
subtitusi.
12. 2.2. Prospek Komoditi Dari Segi Permintaan
Ditinjau dari sisi permintaan, permintaan
ubi dipasar diomestik terus meningkat baik
dalam bentuk konsumsi segar maupun olahan
sebagai akibat penigkatan jumlah penduduk
dan berkembangnya teknologi penanganan
pasca panen dan pengolahan berbahan baku
ubi. Dimasa yang akan datang diperkirakan
permintaan ubi meningkat seiring dengan
upaya pengembangan pangan lokal.
13. 2.3. Permasalahan Komoditi Dari Segi Agribisnis
Banyak masalah yang selama ini sering
dihadapi para petani ubi kayu dalam
memasarkan produksinya, terutama sekali
menyangkut harga, peran dan tingkah para
pengumpul, dan kebijakan yang dilakukan
sendiri oleh para Pengusaha Pabrik
Pengolahan Ubi Kayu dan Eksportir.
Beberapa permasalahannya :
Harga Jual Ubi Kayu
Pedagang Pengumpul Perantara
Kebijakan Pegusaha Pabrik tentang harga beli ubi
kayu petani
Pemasaran ubi kayu dalam rangka kemitraan
14. 2.4. Penerapan Fungsi Manajemen Pada Sub-
Sistem Agribisnis
Strategi pembangunan sistem agribisnis
yang bercirikan yakni berbasis pada
pemberdayagunaan keragaman sumberdaya
yang ada di setiap daerah (domestic
resources based), akomodatif terhadap
keragaman kualitas sumberdaya manusia
yang kita miliki, tidak mengandalkan impor
dan pinjaman luar negeri yang besar,
berorientasi ekspor (selain memanfaatkan
pasar domestik), diperkirakan mampu
memecahkan sebagian besar permasalahan
perekonomian yang ada.
15. Subsistem agribisnis ubi dalam penelitian ini diukur
dengan cara mengetahui jumlah skor dari 5
subsistem agribisnis yang meliputi :
2.4.1. Agribisnis Hulu
Kegiatan ekonomi yang menghasilkan dan
perdagangan sarana produksi pertanian primer
(seperti industry pupuk, obat-obatan,
bibit/benih, alat dan mesin pertanian, dan lain-
lain).
2.4.2. Agribisnis On-farm
Merupakan kegiatan ekonomi pertanian yang
menggunakan sarana produksi usahatani untuk
menghasilkan produk pertanian primer.
16. 2.4.3. Agribisnis Hilir
Kegiatan ekonomi yang mengolah hasil
pertanian primer menjadi produk olahan, baik
dalam bentuk yang siap untuk dimasak, siap
untuk disaji atau siap untuk dikonsumsi beserta
kegiatan perdagangannya di pasar domestik dan
internasional
2.4.4. Pemasaran
Merupakan semua kegiatan yang
mempengaruhi proses penyampaian produk dari
produsen ke konsumen.
2.4.5. Penunjang
Merupakan kegiatan jasa yag menyediakan
jasa bagi agribisnis seperti
koperasi, perbankan, litbang, penyuluh, trnsport
asi dan lain–lain.
17. 2.5. Sub-Sistem Yang Paling Berperan
Subsistem jasa dan penunjang adalah
sub-sistem yang paling berperan dalam
pertanian ubi ini, sama seperti komoditi
pertanian pada umumnya, meliputi
pemerintah (baik pusat maupun daerah),
lembaga pembiayaan, pendidikan dan
penyuluhan, transportasi dan pergudangan,
sera penelitian pengembangan.
18. 2.6. Resiko Penurunan Nilai Input Dan Output
dalam Agribisnis
Setiap kegiatan usaha yang bergerak
disektor pertanian khusunya Ubi selalu
dihadapkan pada resiko ketidakpastian yang
tidak terlalu tinggi. Resiko ketidakpastian
tersebut meliputi tingkat kegagalan
panen, resiko pemasaran dan juga resiko
harga.
19. 2.7.Teknologi Alternatif Dalam Upaya
Pengembangan Produksi Ubi
Tekonologi penyimpanan
Ubi tidak tahan disimpan lama. Untuk
memperpanjang masa simpan, umbi perlu diolah
menjadi bahan-bahan jadi atau setengah jadi.
Investasi peralatan dibutuhkan baik untuk
peningkatan kapasitas produksi maupun untuk
perbaikan kualitas produk ubi kayu.
Untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu
produk yang dihasilkan, maka pengusaha perlu
lebih memperdalam pengetahuan mengenai
teknik produksi, teknologi, dan informasi
mengenai produksi ubi kayu yang efektif dan
higienis
20. 2.8. Pengembangan Agribisnis Komoditi Ubi
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah :
Meningkatkan produktivitas
Meningkatkan penapatan petani
Meningkatkan serta membuka kesempatan kerja
2.9. Analisis SWOT
Instrument perencanaaan strategis yang
klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja
kekuatan dan kelemahan dan kesempatan
ekternal dan ancaman, instrument ini
memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan
sebuah strategi.
21. 2.9.1. Kekuatan
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.
Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang
terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep itu sendiri.
2.9.2. Kelemahan
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.
2.9.3. Peluang
Merupakan kondisi peluang berkembang dimasa
datang yang terjadi merupakan peluang dari luar
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2.9.4. Kendala
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar.
Ancaman ini dapat mengganggu
organisasi, proyek atau konsep itu sendiri.
22. 2.10. Lembaga Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan jembatan
antara dan petani akhir yang melaluio
berbagai tingkatan lembaga pemasaran.
Saluran pemasaran yang dilalui sangat
berpengaruh terhadap keuntungan yang
diterima oleh masing-masing lembaga
pemasaran yang terlibat dalam penyaluran
produksi ubi.
23. Lembaga pemasaran inilah yang kemudian
akan berperan dalam menjamin sampainya
produk ubi tersebut ketangan konsumen
secara efisien.
24. 3.1. Kesimpulan
Peluang pasar komoditas yang menggunakan
ubi kayu sebagai bahan bakunya, seperti tepung
tapioka dan gaplek, baik untuk ekspor ataupun
untuk keperluan dalam negeri masih terus
terbuka, sehingga secara tidak langsung
memberikan peluang bagi diadakannya
pengembangan dan peningkatan produksi ubi
kayu pada umumnya di Indonesia.
Besarnya potensi pengembangan
agroindustri tepung ubi merupakan modal dasar
bagi pembangunan agroindustri ubi jalar secara
lebih konkrit.
25. Petani diharapkan selain sebagai pelaku produksi
Ubi petani juga harus berperan sebagai pelaku
tataniaga karena dapat meningkatkan taraf hidup
petani.
Petani diharapkan selain menjual dalam bentuk
bahan baku namun juga petani harus menjual
dalam bentuk yang sudah diolah menjadei produk
jadi ataupun stengah jadi, seperti tepung ubi
yang dimkanfaatkan sebagai bahan baku industri,
dan kerupuk dan berbagai makanan sehingga
memiliki nilai tambah.