SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 22
ASAS, TUJUAN, DAN FUNGSI PERKEBUNAN
(UU No.18 Tahun 2004 Pasal 2, 3, dan 4 tentang Perkebunan)
ASAS
Perkebunan diselenggarakan
berdasarkan atas asas :
Manfaat dan berkelanjutan,
Keterpaduan,
Kebersamaan,
Keterbukaan, serta
Berkeadilan
FUNGSI
EKONOMI, yaitu peningkatan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
serta penguatan struktur ekonomi
wilayah dan nasional.
EKOLOGI, yaitu peningkatan
konservasi tanah dan air, penyerap
karbon, penyediaan oksigen, dan
penyangga kawasan lindung.
SOSIAL BUDAYA, yaitu sebagai
perekat dan pemersatu bangsa.
TUJUAN
Meningkatkan pendapatan
masyarakat
Meningkatkan penerimaan negara
Meningkatkan penerimaan devisa
negara
Menyediakan lapangan kerja
Meningkatkan produktivitas, nilai
tambah, dan daya saing
Memenuhi kebutuhan dan bahan
baku industri dalam negeri
Mengoptimalkan pengelolaan
sumber daya alam secara
berkelanjutan
Masalah yang berkaitan dengan kepentingan
rakyat dan nasional
Orientasi kebijakan perkebunan sejauh ini membedakan secara tajam antara
perkebunan besar (BUMN dan swasta) dengan perkebunan rakyat. Implikasi
kebijakan dualistik ini telah memberi kemudahan bagi yang “besar” dan tekanan
bagi yang “kecil”, dengan gambaran sebagai berikut :
1) Perkebunan Indonesia masih diliputi oleh dualisme ekonomi, yaitu antara
perkebunan besar yang menggunakan modal dan teknologi secara intensif dan
menggunakan lahan secara ekstensif serta manajemen eksploitatif terhadap SDA
dan SDM, dan perkebunan rakyat yang susbsisten dan tradisional serta luas lahan
terbatas. Kedua sistem ini menguasai bagian tertentu dari masyarakat dan keduanya
hidup berdampingan. Perbedaan keduanya tidak jarang menimbulkan konflik
ekonomi yang berkembang menjadi konflik sosial.
2) Perkebunan Rakyat (PR) yang luasnya sekitar 80% dari perkebunan nasional
masih belum mendapatkan fasilitas dan perlindungan yang memadai dari
pemerintah. Masalah ini menjadi penting antara lain karena jumlah KK yang
tergantung pada perkebunan rakyat sekitar 15 juta.
3) Hak menguasai oleh negara atas tanah yang kemudian diberikan kepada badan hukum
sebagai Hak Guna Usaha untuk usaha perkebunan sangat dominan, sementara itu ketidak-
pastian hak masyarakat (lokal dan adat) atas sumberdaya lahan untuk perkebunan belum
kunjung diselesaikan.
4) Masuknya pemodal besar ke usaha perkebunan masih belum memberikan kontribusi
pada kesejahteraan rakyat setempat. Hingga saat ini masih belum ada re-distribusi aset dan
manfaat yang adil (proporsional) kepada masyarakat dari usaha perkebunan.
5) Kebijakan pengembangan perkebunan lebih berpihak pada perkebunan besar yang
ditunjukkan oleh alokasi pemanfaatan kredit, dukungan penelitian dan pengembangan,
serta pelatihan sumberdaya manusia.
6) Pengembangan perkebunan besar lebih dilandasi pada pembukaan lahan hutan dalam
skala besar yang dilakukan dengan mengabaikan hak-hak masyarakat di dalamnya. Pada
beberapa daerah kondisi demikian ini telah menimbulkan konflik sosial serta dampak
negatif terhadap lingkungan.
7) Organisasi-organisasi usaha perkebunan yang menghimpun diri dalam asosiasi
pengusaha perkebunan bersifat eksklusif dan powerful dengan tingkat kepedulian terhadap
pemberdayaan organisasi-organisasi petani/pekebun rendah.
Masalah Manajemen Pengelolaan
Perkebunan
Kebijakan pengembangan perkebunan yang ekstentif, sejauh ini
telah mengesampingkan produktivitas, efisiensi, dan product 
development . Dengan berbagai upaya pembangunan, secara umum
beberapa komoditas mengalami kenaikan produktivitas, namun secara
umum produktivitas komoditas perkebunan masih rendah dan masih dapat
ditingkatkan. Masih rendahnya produktivitas komoditas perkebunan
tersebut merupakan tantangan bagi pengembangan perkebunan kedepan.
Produktivitas perkebunan nasional masih tertinggal dari
perkebunan negara tetangga, khususnya Malaysia dan Thailand .
Produktivitas kelapa sawit misalnya di Malaysia rata-rata berkisar antara
18 – 21 ton Tandan Buah Segar (TBS)/ha/tahun. Sementara produktivitas
kelapa sawit di Indonesia baru berkisar 14 – 16 ton/ha/tahun. Produktivitas
rata-rata karet di Thailand mencapai 1 – 2 ton/ha, sementara di Indonesia
berkisar antara 0,6 – 1 ton/ha.
Masalah Pemasaran dan EkonomiMasalah Pemasaran dan Ekonomi
Produk perkebunan merupakan produk yang diperdagangkan secara
internasional sehingga mekanisme pasar terjadi di pasar internasional. Dengan
keterbatasan aksesnya, pekebun pada Perkebunan Rakyat tidak mendapatkan
informasi pasar secara efektif. Informasi pasar (harga, mutu, jumlah yang
dibutuhkan, dan lain-lain) yang diperoleh secara efektif berasal dari pedagang
atau industri pengolahan. Akibatnya, pekebun memperoleh informasi pasar
yang bersifat tidak simetris.
Secara nasional perkembangan pangsa pasar beberapa produk
perkebunan utama menunjukkan adanya kecenderungan penurunan dari waktu
ke waktu, tergeser oleh beberapa negara pesaing, seperti Malaysia, Thailand,
Vietnam, India dan Sri Lanka. Hal ini mengindikasikan daya saing industri dan
produk perkebunan Indonesia masih sangat lemah. Perekonomian perkebunan
juga masih didominasi oleh produk primer perkebunan. Padahal, potensi untuk
mengembangkan industri hilir perkebunan masih terbuka dan pasar produk
hilir perkebunan lebih prospektif. Malaysia merupakan salah satu contoh
negara produsen produk perkebunan, baik primer maupun hilir.
Masalah Lingkungan
Metode paling efisien dalam kegiatan pembukaan lahan perkebunan
adalah pembakaran. Namun dampak lingkungan yang
ditimbulkannya sangat merugikan. Pembakaran dalam kegiatan
pembukaan lahan masih dijalankan, baik di perkebunan rakyat
maupun perkebunan besar. UU tentang pengelolaan lingkungan
hidup masih memberi toleransi adanya pembakaran terkendali untuk
perkebunan rakyat dan pelarangan untuk perkebunan besar dan
limbah padat, cair dan gas masih menjadi masalah penting di
perkebunan
Masalah Iptek
Apresiasi dan perhatian terhadap hasil Iptek masih rendah. Manajemen
feodalistik perkebunan besar menganggap penggunaan dana untuk kebutuhan
Iptek sebagai pemborosan. Iptek dianggap belum menjadi bagian integral dari
pengembangan usaha perkebunan. Penyediaan dana penelitian dan
pengembangan perkebunan masih mengandalkan pemerintah dan sebagian
kecil dari BUMN.
Masalah SDM (Sumber Daya Manusia)
Permasalahan perkebunan lainnya terkait dengan masalah kualitas sumber
daya manusia perkebunan, baik dari kalangan petani, pengusaha maupun
aparat pemerintah. Sampai saat ini masih dijumpai berbagai permasalahan
sebagai berikut:
1. Mentalitas yang hidup dan berkembang di masyarakat belum
mendukung berkembangnya nilai-nilai yang dibutuhkan untuk kemajuan,
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, pada sebagian
masyarakat masih sangat tergantung kepada proyek-proyek pemerintah.
2. Daya asimilasi dan absorbsi terhadap teknologi masih lemah. Hal ini
terlihat dengan masih terbatasnya (sekitar 20%) dari masyarakat petani yang
menggunakan klon unggul dalam usaha kebunnya.
3. Kemampuan teknis, wira usaha dan manajemen masih rendah.
Dengan kondisi ini, petani ataupun kelembagaan ekonomi petani belum
mampu memanfaatkan peluang bisnis yang ada di lingkungannya.
4. Kemampuan lobby yang masih rendah. Kemampuan lobby ini
dibutuhkan untuk dapat memperluas peluang usaha, baik petani mapun
dunia usaha.
JENIS GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNAN
I. SENGKETA LAHAN (terdapat 18 jenis):
1. Penggunaan tanah adat/ulayat tanpa persetujuan pemuka adat/
masyarakat
2. Penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di
Provinsi/Kabupaten/Kota belum selesai
3. Okupasi/penyerobotan lahan oleh masyarakat
4. Tumpang tindih lahan antara perkebunan dengan kawasan hutan
5. Tumpang tindih lahan perkebunan dengan kawasan pertambangan
6. Tumpang tindih lahan karena izin baru
7. Proses penerbitan HGU tidak mengikuti ketentuan yang berlaku
8. Tuntutan pengembalian lahan masyarakat terhadap tanah yang
sedang dalam proses perpanjangan HGU
9. Ganti rugi lahan dan tanam tumbuh belum selesai tetapi
perusahaan sudah operasional
10.Tanah masyarakat diambil alih perusahaan
Lanjutan ...
SENGKETA LAHAN :
11.Kebun plasma yang menjadi agunan kredit diperjualbelikan oleh
petani tanpa sepengetahuan perusahaan/bank
12.Tuntutan masyarakat terhadap kebun plasma yang telah dijanjikan
tidak dipenuhi perusahaan
13.Masyarakat menuntut pengembalian tanah yang sudah dilakukan
ganti rugi oleh perusahaan
14.Izin Lokasi sudah berakhir dan tidak dilakukan pembaharuan/
perpanjangan
15.Masyarakat menuntut lahan perusahaan untuk dimiliki/dikuasai
16.Luas lahan plasma tidak sesuai dengan penetapan jumlah calon
petani peserta oleh Bupati
17.Tuntutan masyarakat atas pembangunan kebun plasma minimal 20
% dari areal yang diusahakan oleh perusahaan (Permentan No.98
Th.2013)
18.Lahan ditelantarkan oleh perusahaan
Lanjutan ...
II. SENGKETA NON LAHAN (terdapat 12 jenis) :
1. Petani tidak mampu dan atau tidak ada keinginan membayar/melunasi
kredit
2. Penetapan harga pembelian produksi kebun plasma tidak sesuai
ketentuan
3. Masyarakat menolak pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit karena
dipengaruhi oleh LSM dan pihak ketiga lainnya (oknum)
4. Penetapan plafond kredit kebun plasma tidak sesuai ketentuan
5. Penjarahan dan pencurian produksi
6. Petani ingin ikut sebagai peserta plasma
7. Keterlambatan konversi kebun plasma
8. Perusahaan tidak secara rutin menyampaikan informasi sisa hutang
kepada petani
9. Pelaku usaha perkebunan tidak memiliki perizinan usaha perkebunan
10. Wanprestasi/ingkar janji kemitraan perusahaan dengan masyarakat
11. Penerbitan Izin Usaha Perkebunan yang belum/tidak sesuai ketentuan
12. Pembangunan kebun melebihi luas areal perizinan
Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012*)
Jumlah Kasus 475 596 508 694 822 739
Penyelesaian 123 64 196 57 49 83
PERKEMBANGAN KASUS GUKP NASIONAL
(2007 S/D 2012)
*) GUKP yang tercatat/terlaporkan di Ditjen Perkebunan
sebanyak 739 kasus, terdiri atas :
 Sengketa lahan sebanyak : 539 kasus (72,25%)
 Sengketa non lahan sebanyak : 185 kasus (25,05%)
 Sengketa dengan Kehutanan : 15 kasus ( 2,00%)
Kasus Lahan Yang Banyak Terjadi Tahun 2012
1. Okupasi Lahan, 116 Kasus (15,5%);
2. Tumpang tindih Lahan, 78 Kasus (10,45%);
3. Ganti Rugi Lahan, 61 Kasus (8,17%);
4. Masyarakat Menuntut Lahan, 51 Kasus (6,84%);
5.Tanah Masyarakat Diambil Alih Perusahaan, 29
Kasus (3,88%).
23,86 %
5 Provinsi Dengan Kasus GUKP TerbanyakTahun 2012
Kalimantan
Tengah
178 Kasus
Sumatera
Utara
88 kasus
Riau
43
Kasus
Kalimanta
n Barat
54 Kasus
Kalimantan
Timur
74 Kasus
9,9 %
6,9 %
5,9 %
11 %
Mempercepat penyelesaian permasalahan konflik melalui :
1. Musyawarah untuk mufakat (win-win solution);
2. Penyelesaian ganti rugi lahan/ganti rugi tanam tumbuh;
3. Komunikasi intensif dan persuasif antara pihak yang
bersengketa dengan instansi terkait;
4. Fasilitasi melalui pertemuan;
5. Pembinaan Kemitraan Usaha;
6. Mempercepat pembangunan kebun plasma sesuai
peraturan dan ketentuan yang berlaku;
7. Penilaian Usaha Perkebunan;
8. Penerapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO);
9. Pemberdayaan PPNS;
10. Penerapan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
KEBIJAKAN PENANGANAN
KONFLIK LAHAN PERKEBUNAN
KENDALA PENANGANAN MASALAH
1. Sulitnya koordinasi dalam penyelesaian masalah
karena melibatkan banyak pihak dan instansi terkait.
2. Adanya provokator, LSM dan pihak ketiga (oknum)
yang memanfaatkan situasi konflik antara masyarakat
dengan perusahaan.
3. Lemahnya penegakan hukum.
4. Perbedaan persepsi terhadap peraturan dan
perundang-undangan yang terkait dengan
pembangunan perkebunan.
5. Terjadinya pergantian pimpinan/pejabat yang
menangani usaha perkebunan.
PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN GANGGUAN USAHA DAN KONFLIKPERATURAN YANG TERKAIT DENGAN GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK
PERKEBUNANPERKEBUNAN
1. UU No.5 Thn 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria;
2. UU No.18 Thn 2004 tentang Perkebunan;
3. UU No.12 Thn 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;
4. UU No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara;
5. UU No.41 Tahun 2009 tentang Kehutanan;
6. UU No.7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial;
7. PP No. 40 Thn 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan
Hak Pakai Atas Tanah;
8. PP No. 4 Thn 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran
Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau
Lahan;
9. PP No.10 Thn 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional;
10. PP No.11 Thn 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaaan Tanah
Terlantar;
11. PP No.10 Thn 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi
Kawasan Hutan;
Lanjutan ...Lanjutan ...
12.Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang
Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan;
13.Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang
Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO);
14.Peraturan Menteri Pertanian No. 14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang
Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit;
15.Peraturan Menteri Pertanian No. 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang
Pedoman Izin Usaha Perkebunan;
16.Surat Keputusan Dirjenbun No. 38 Thn. 1995 tentang Petunjuk Teknis
Pembukaan Lahan Tanpa Bakar untuk Pengembangan Perkebunan.
17.Peraturan-peraturan di daerah yang terkait di bidang usaha perkebunan.
Usulan Penyelesaian Masalah
Perkebunan
Penyelesaian masalah dan konflik yang terjadi di perkebunan meliputi tahap pencegahan dan penyelesaian.
Selain itu, kerangka kebijakan dan aksi untuk penyelesaian konflik perlu memperhatikan durasi kerja jangka
pendek maupun jangka panjang.
1. Perbaikan peraturan, kebijakan dan perizinan
Pelaksanaan TAP MPR No. IX/MPR/2001 oleh Pemerintah dan DPR;
Revisi PP 40/1996 terkait dengan syarat perpanjangan HGU agar memasukkan prasyarat konsultasi pada
masyarakat;
Moratorium izin usaha perkebunan dan izin lokasi;
Moratorium pemberian HGU baru dan perpanjangan HGU lama;
Pembentukan peraturan/ketentuan terkait batas maksimum HGU oleh perusahaan dan kelompok
perusahaan;
Evaluasi terhadap kebijakan reforma agraria BPN; Percepatan pembentukan dasar hukum yang kuat bagi
Reforma Agraria (pengesahan RPP Reforma Agraria secepatnya); Revisi peraturan tentang hak masyarakat
hukum adat (Permen Agraria No. 5/1999 terutama terkait dengan kejelasan objek tanah ulayat); persyaratan
prioritas penyelesaian konflik melalui mekanisme ADR.
2. Kelembagaan dan mekanisme penyelesaian konflik
Evaluasi terhadap kinerja dan kemampuan Kedeputian V BPN dalam percepatan penyelesaian konflik dan
sengketa pertanahan;
Pembentukan komite independen penyelesaian konflik agraria oleh Presiden atau pembentukan Peradilan
Agraria.Pembentukan unit pengaduan dan penanganan konflik di instansi terkait.
Pembentukan Menteri Koordinator Sumber Daya Agraria/Sumber Daya Alam.
Kebijakan pemerintah daerah untuk mediasi konflik tanah.
Membentuk dewan/komite land reform.
3. Penguatan dan pemberdayaan petani dan masyarakat adat
Penguatan organisasi tani dan masyarakat adat;
Perluasan jaringan organisasi tani dan masyarakat adat;
Konsolidasi gerakan tani dan masyarakat adat untuk menghadapi konflik perkebunan;
Pendampingan hukum dan ekonomi bagi petani dan masyarakat adat.
4. Penguatan jaringan kelompok masyarakat sipil (LSM, akademisi)
Pembentukan/penguatan jejaring LSM dan akademisi agraria di tingkat lokal dan nasional.
5. Upaya-upaya lain untuk pencegahan konflik:
Pengamanan fisik terhadap tanah perkebunan dengan cara menciptakan batas areal
perkebunan yang jelas.
Perlindungan bagi pemegang sertipikat yang diperoleh dengan proses yang benar.
6. Usulan Tindak Lanjut
Mengembangkan suatu konsepsi Konstitusi Agraria dan Kerangka Umum Reforma Agraria
yang siap dipromosikan oleh ahli-ahli Agraria untuk dipergunakan sebagai rujukan bagi
pembuatan kebijakan dalam rangka pemerintahan baru 2014;
pengajaran, kursus-kursus, latihan-latihan, seminar dan lokakarya;
kegiatan-kegiatan gerakan sosial;
studi-studi lanjutan; Membuat jaringan antar simpul-simpul pelaku studi agraria yang
beragam fokus tematik maupun geografis, termasuk untuk para pengajar mata kuliah
agraria di perguruan tinggi, pestudi agraria di badan-badan penbelitian pemerintah, dan
organisasi gerakan sosial; Menggunakan Mahkamah Konstitusi dan MPR sebagai tempat
berangkat sekaligus muara dari upaya pengembangan Konstitusi Agraria, dan Kerangka
Umum Reforma Agraria
1. Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik
Perkebunan.
2. Surat Menteri Pertanian No. 120/HK.410/M/5/2013 perihal Fasilitasi Penyelesaian
Sengketa Lahan yang ditujukan kepada Kepala BPN dan Menteri Kehutanan.
3. Penyusunan Pedoman Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan
(GUKP).
4. Memfasilitasi penyelesaian GUKP melalui klarifikasi dan mediasi permasalahan
dengan pihak-pihak yang bersengketa.
UPAYA PENANGANAN GANGGUAN USAHA DAN
KONFLIK PERKEBUNAN
Masalah Perkebunan di Indonesia

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Proposal proyek pembangunan
Proposal proyek pembangunanProposal proyek pembangunan
Proposal proyek pembangunanmus takim
 
04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak LengkapIr. Zakaria, M.M
 
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Sugeng Budiharsono
 
Proposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotProposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotFidayatul Kasanah
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Ruth Dian
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianHerry Mulyadie
 
Proposal usaha makanan
Proposal usaha makananProposal usaha makanan
Proposal usaha makanansohibikhsan
 
Peranan sumber daya manusia dalam pengembangan pertanian
Peranan sumber daya manusia dalam pengembangan pertanianPeranan sumber daya manusia dalam pengembangan pertanian
Peranan sumber daya manusia dalam pengembangan pertanianJoel mabes
 
presentasi Kewirausahaan
presentasi Kewirausahaan presentasi Kewirausahaan
presentasi Kewirausahaan Edwin Irwanto
 
Contoh Format Kuesioner Penelitian yang Profesional
Contoh Format Kuesioner Penelitian yang ProfesionalContoh Format Kuesioner Penelitian yang Profesional
Contoh Format Kuesioner Penelitian yang ProfesionalTrisnadi Wijaya
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduPurwandaru Widyasunu
 
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianTemplate Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianAlvian Alvian
 
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunMOSES HADUN
 

La actualidad más candente (20)

Presentasi Jurnal
Presentasi JurnalPresentasi Jurnal
Presentasi Jurnal
 
Proposal proyek pembangunan
Proposal proyek pembangunanProposal proyek pembangunan
Proposal proyek pembangunan
 
04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap04. Rancangan Acak Lengkap
04. Rancangan Acak Lengkap
 
Proposal usaha makanan
Proposal usaha makananProposal usaha makanan
Proposal usaha makanan
 
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
 
Proposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swotProposal usaha dengan analisis swot
Proposal usaha dengan analisis swot
 
Kata pengantar pkl
Kata pengantar pklKata pengantar pkl
Kata pengantar pkl
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
Laporan Praktek Kerja Lapangan(PKL)
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
 
Proposal usaha makanan
Proposal usaha makananProposal usaha makanan
Proposal usaha makanan
 
Peranan sumber daya manusia dalam pengembangan pertanian
Peranan sumber daya manusia dalam pengembangan pertanianPeranan sumber daya manusia dalam pengembangan pertanian
Peranan sumber daya manusia dalam pengembangan pertanian
 
presentasi Kewirausahaan
presentasi Kewirausahaan presentasi Kewirausahaan
presentasi Kewirausahaan
 
Contoh proposal pkl
Contoh proposal pklContoh proposal pkl
Contoh proposal pkl
 
Contoh Format Kuesioner Penelitian yang Profesional
Contoh Format Kuesioner Penelitian yang ProfesionalContoh Format Kuesioner Penelitian yang Profesional
Contoh Format Kuesioner Penelitian yang Profesional
 
4. tabel program kerja
4. tabel program kerja4. tabel program kerja
4. tabel program kerja
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi AlvianTemplate Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
Template Presentasi Powerpoint - Seminar Proposal Skripsi Alvian
 
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
 
Pkl bab 1
Pkl bab 1Pkl bab 1
Pkl bab 1
 

Similar a Masalah Perkebunan di Indonesia

Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxghaibgp
 
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxghaibgp
 
IUT PERKEMBANGAN PERTANIAN dan Masalah UT.pptx
IUT PERKEMBANGAN PERTANIAN dan Masalah UT.pptxIUT PERKEMBANGAN PERTANIAN dan Masalah UT.pptx
IUT PERKEMBANGAN PERTANIAN dan Masalah UT.pptxbudiresno
 
Makalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilirMakalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilirWarnet Raha
 
Petani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
Petani Indonesia Yang Modern Dan ProfesionalPetani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
Petani Indonesia Yang Modern Dan ProfesionalHikmat Hikmatullah
 
Analisa usaha tani_perkebunan_kelapa_sawit_rakyat
Analisa usaha tani_perkebunan_kelapa_sawit_rakyatAnalisa usaha tani_perkebunan_kelapa_sawit_rakyat
Analisa usaha tani_perkebunan_kelapa_sawit_rakyatOckto Traigani
 
Perspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisPerspektif Agribisnis
Perspektif Agribisniskodok666
 
Strategi kemandirian pangan indonesia
Strategi kemandirian pangan indonesiaStrategi kemandirian pangan indonesia
Strategi kemandirian pangan indonesiaTogar Simatupang
 
Sukma, peranan sektor pertanian
Sukma, peranan sektor pertanianSukma, peranan sektor pertanian
Sukma, peranan sektor pertanianSukma Wijaya
 
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)Herry Mulyadie
 
Industri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energi
Industri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energiIndustri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energi
Industri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energiFawwaz Amirullah Shidiq
 
Perspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisPerspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisBBPP_Batu
 
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan panganKeynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan panganZain Corps
 
Tugas Ekonomi Pembangunan
Tugas Ekonomi PembangunanTugas Ekonomi Pembangunan
Tugas Ekonomi PembangunanLisa Wijayanti
 

Similar a Masalah Perkebunan di Indonesia (20)

Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
 
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptxKelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
Kelompok Peng Ekonomi Kelompok 2.pptx
 
konsep dasar ekonomi pertanian
konsep dasar ekonomi pertanian konsep dasar ekonomi pertanian
konsep dasar ekonomi pertanian
 
IUT PERKEMBANGAN PERTANIAN dan Masalah UT.pptx
IUT PERKEMBANGAN PERTANIAN dan Masalah UT.pptxIUT PERKEMBANGAN PERTANIAN dan Masalah UT.pptx
IUT PERKEMBANGAN PERTANIAN dan Masalah UT.pptx
 
Makalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilirMakalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilir
 
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptxPembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
 
Makalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilirMakalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilir
 
Makalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilirMakalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilir
 
Makalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilirMakalah agribisnis hilir
Makalah agribisnis hilir
 
Petani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
Petani Indonesia Yang Modern Dan ProfesionalPetani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
Petani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
 
Analisa usaha tani_perkebunan_kelapa_sawit_rakyat
Analisa usaha tani_perkebunan_kelapa_sawit_rakyatAnalisa usaha tani_perkebunan_kelapa_sawit_rakyat
Analisa usaha tani_perkebunan_kelapa_sawit_rakyat
 
Perspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisPerspektif Agribisnis
Perspektif Agribisnis
 
Strategi kemandirian pangan indonesia
Strategi kemandirian pangan indonesiaStrategi kemandirian pangan indonesia
Strategi kemandirian pangan indonesia
 
Sukma, peranan sektor pertanian
Sukma, peranan sektor pertanianSukma, peranan sektor pertanian
Sukma, peranan sektor pertanian
 
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
Pertemuan 1 pendahuluan (penyuluhan pertanian)
 
Industri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energi
Industri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energiIndustri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energi
Industri kelapa sawit sebagai solusi alternatif penghasil energi
 
Pertanian organik
Pertanian organikPertanian organik
Pertanian organik
 
Perspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisPerspektif Agribisnis
Perspektif Agribisnis
 
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan panganKeynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
Keynote speech menteri pertanian dalam seminar keadulatan pangan
 
Tugas Ekonomi Pembangunan
Tugas Ekonomi PembangunanTugas Ekonomi Pembangunan
Tugas Ekonomi Pembangunan
 

Último

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 

Último (20)

PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 

Masalah Perkebunan di Indonesia

  • 1.
  • 2. ASAS, TUJUAN, DAN FUNGSI PERKEBUNAN (UU No.18 Tahun 2004 Pasal 2, 3, dan 4 tentang Perkebunan) ASAS Perkebunan diselenggarakan berdasarkan atas asas : Manfaat dan berkelanjutan, Keterpaduan, Kebersamaan, Keterbukaan, serta Berkeadilan FUNGSI EKONOMI, yaitu peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. EKOLOGI, yaitu peningkatan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyediaan oksigen, dan penyangga kawasan lindung. SOSIAL BUDAYA, yaitu sebagai perekat dan pemersatu bangsa. TUJUAN Meningkatkan pendapatan masyarakat Meningkatkan penerimaan negara Meningkatkan penerimaan devisa negara Menyediakan lapangan kerja Meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing Memenuhi kebutuhan dan bahan baku industri dalam negeri Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan
  • 3. Masalah yang berkaitan dengan kepentingan rakyat dan nasional Orientasi kebijakan perkebunan sejauh ini membedakan secara tajam antara perkebunan besar (BUMN dan swasta) dengan perkebunan rakyat. Implikasi kebijakan dualistik ini telah memberi kemudahan bagi yang “besar” dan tekanan bagi yang “kecil”, dengan gambaran sebagai berikut : 1) Perkebunan Indonesia masih diliputi oleh dualisme ekonomi, yaitu antara perkebunan besar yang menggunakan modal dan teknologi secara intensif dan menggunakan lahan secara ekstensif serta manajemen eksploitatif terhadap SDA dan SDM, dan perkebunan rakyat yang susbsisten dan tradisional serta luas lahan terbatas. Kedua sistem ini menguasai bagian tertentu dari masyarakat dan keduanya hidup berdampingan. Perbedaan keduanya tidak jarang menimbulkan konflik ekonomi yang berkembang menjadi konflik sosial. 2) Perkebunan Rakyat (PR) yang luasnya sekitar 80% dari perkebunan nasional masih belum mendapatkan fasilitas dan perlindungan yang memadai dari pemerintah. Masalah ini menjadi penting antara lain karena jumlah KK yang tergantung pada perkebunan rakyat sekitar 15 juta.
  • 4. 3) Hak menguasai oleh negara atas tanah yang kemudian diberikan kepada badan hukum sebagai Hak Guna Usaha untuk usaha perkebunan sangat dominan, sementara itu ketidak- pastian hak masyarakat (lokal dan adat) atas sumberdaya lahan untuk perkebunan belum kunjung diselesaikan. 4) Masuknya pemodal besar ke usaha perkebunan masih belum memberikan kontribusi pada kesejahteraan rakyat setempat. Hingga saat ini masih belum ada re-distribusi aset dan manfaat yang adil (proporsional) kepada masyarakat dari usaha perkebunan. 5) Kebijakan pengembangan perkebunan lebih berpihak pada perkebunan besar yang ditunjukkan oleh alokasi pemanfaatan kredit, dukungan penelitian dan pengembangan, serta pelatihan sumberdaya manusia. 6) Pengembangan perkebunan besar lebih dilandasi pada pembukaan lahan hutan dalam skala besar yang dilakukan dengan mengabaikan hak-hak masyarakat di dalamnya. Pada beberapa daerah kondisi demikian ini telah menimbulkan konflik sosial serta dampak negatif terhadap lingkungan. 7) Organisasi-organisasi usaha perkebunan yang menghimpun diri dalam asosiasi pengusaha perkebunan bersifat eksklusif dan powerful dengan tingkat kepedulian terhadap pemberdayaan organisasi-organisasi petani/pekebun rendah.
  • 5. Masalah Manajemen Pengelolaan Perkebunan Kebijakan pengembangan perkebunan yang ekstentif, sejauh ini telah mengesampingkan produktivitas, efisiensi, dan product  development . Dengan berbagai upaya pembangunan, secara umum beberapa komoditas mengalami kenaikan produktivitas, namun secara umum produktivitas komoditas perkebunan masih rendah dan masih dapat ditingkatkan. Masih rendahnya produktivitas komoditas perkebunan tersebut merupakan tantangan bagi pengembangan perkebunan kedepan. Produktivitas perkebunan nasional masih tertinggal dari perkebunan negara tetangga, khususnya Malaysia dan Thailand . Produktivitas kelapa sawit misalnya di Malaysia rata-rata berkisar antara 18 – 21 ton Tandan Buah Segar (TBS)/ha/tahun. Sementara produktivitas kelapa sawit di Indonesia baru berkisar 14 – 16 ton/ha/tahun. Produktivitas rata-rata karet di Thailand mencapai 1 – 2 ton/ha, sementara di Indonesia berkisar antara 0,6 – 1 ton/ha.
  • 6. Masalah Pemasaran dan EkonomiMasalah Pemasaran dan Ekonomi Produk perkebunan merupakan produk yang diperdagangkan secara internasional sehingga mekanisme pasar terjadi di pasar internasional. Dengan keterbatasan aksesnya, pekebun pada Perkebunan Rakyat tidak mendapatkan informasi pasar secara efektif. Informasi pasar (harga, mutu, jumlah yang dibutuhkan, dan lain-lain) yang diperoleh secara efektif berasal dari pedagang atau industri pengolahan. Akibatnya, pekebun memperoleh informasi pasar yang bersifat tidak simetris. Secara nasional perkembangan pangsa pasar beberapa produk perkebunan utama menunjukkan adanya kecenderungan penurunan dari waktu ke waktu, tergeser oleh beberapa negara pesaing, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, India dan Sri Lanka. Hal ini mengindikasikan daya saing industri dan produk perkebunan Indonesia masih sangat lemah. Perekonomian perkebunan juga masih didominasi oleh produk primer perkebunan. Padahal, potensi untuk mengembangkan industri hilir perkebunan masih terbuka dan pasar produk hilir perkebunan lebih prospektif. Malaysia merupakan salah satu contoh negara produsen produk perkebunan, baik primer maupun hilir.
  • 7. Masalah Lingkungan Metode paling efisien dalam kegiatan pembukaan lahan perkebunan adalah pembakaran. Namun dampak lingkungan yang ditimbulkannya sangat merugikan. Pembakaran dalam kegiatan pembukaan lahan masih dijalankan, baik di perkebunan rakyat maupun perkebunan besar. UU tentang pengelolaan lingkungan hidup masih memberi toleransi adanya pembakaran terkendali untuk perkebunan rakyat dan pelarangan untuk perkebunan besar dan limbah padat, cair dan gas masih menjadi masalah penting di perkebunan Masalah Iptek Apresiasi dan perhatian terhadap hasil Iptek masih rendah. Manajemen feodalistik perkebunan besar menganggap penggunaan dana untuk kebutuhan Iptek sebagai pemborosan. Iptek dianggap belum menjadi bagian integral dari pengembangan usaha perkebunan. Penyediaan dana penelitian dan pengembangan perkebunan masih mengandalkan pemerintah dan sebagian kecil dari BUMN.
  • 8. Masalah SDM (Sumber Daya Manusia) Permasalahan perkebunan lainnya terkait dengan masalah kualitas sumber daya manusia perkebunan, baik dari kalangan petani, pengusaha maupun aparat pemerintah. Sampai saat ini masih dijumpai berbagai permasalahan sebagai berikut: 1. Mentalitas yang hidup dan berkembang di masyarakat belum mendukung berkembangnya nilai-nilai yang dibutuhkan untuk kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, pada sebagian masyarakat masih sangat tergantung kepada proyek-proyek pemerintah. 2. Daya asimilasi dan absorbsi terhadap teknologi masih lemah. Hal ini terlihat dengan masih terbatasnya (sekitar 20%) dari masyarakat petani yang menggunakan klon unggul dalam usaha kebunnya. 3. Kemampuan teknis, wira usaha dan manajemen masih rendah. Dengan kondisi ini, petani ataupun kelembagaan ekonomi petani belum mampu memanfaatkan peluang bisnis yang ada di lingkungannya. 4. Kemampuan lobby yang masih rendah. Kemampuan lobby ini dibutuhkan untuk dapat memperluas peluang usaha, baik petani mapun dunia usaha.
  • 9. JENIS GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNAN I. SENGKETA LAHAN (terdapat 18 jenis): 1. Penggunaan tanah adat/ulayat tanpa persetujuan pemuka adat/ masyarakat 2. Penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di Provinsi/Kabupaten/Kota belum selesai 3. Okupasi/penyerobotan lahan oleh masyarakat 4. Tumpang tindih lahan antara perkebunan dengan kawasan hutan 5. Tumpang tindih lahan perkebunan dengan kawasan pertambangan 6. Tumpang tindih lahan karena izin baru 7. Proses penerbitan HGU tidak mengikuti ketentuan yang berlaku 8. Tuntutan pengembalian lahan masyarakat terhadap tanah yang sedang dalam proses perpanjangan HGU 9. Ganti rugi lahan dan tanam tumbuh belum selesai tetapi perusahaan sudah operasional 10.Tanah masyarakat diambil alih perusahaan
  • 10. Lanjutan ... SENGKETA LAHAN : 11.Kebun plasma yang menjadi agunan kredit diperjualbelikan oleh petani tanpa sepengetahuan perusahaan/bank 12.Tuntutan masyarakat terhadap kebun plasma yang telah dijanjikan tidak dipenuhi perusahaan 13.Masyarakat menuntut pengembalian tanah yang sudah dilakukan ganti rugi oleh perusahaan 14.Izin Lokasi sudah berakhir dan tidak dilakukan pembaharuan/ perpanjangan 15.Masyarakat menuntut lahan perusahaan untuk dimiliki/dikuasai 16.Luas lahan plasma tidak sesuai dengan penetapan jumlah calon petani peserta oleh Bupati 17.Tuntutan masyarakat atas pembangunan kebun plasma minimal 20 % dari areal yang diusahakan oleh perusahaan (Permentan No.98 Th.2013) 18.Lahan ditelantarkan oleh perusahaan
  • 11. Lanjutan ... II. SENGKETA NON LAHAN (terdapat 12 jenis) : 1. Petani tidak mampu dan atau tidak ada keinginan membayar/melunasi kredit 2. Penetapan harga pembelian produksi kebun plasma tidak sesuai ketentuan 3. Masyarakat menolak pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit karena dipengaruhi oleh LSM dan pihak ketiga lainnya (oknum) 4. Penetapan plafond kredit kebun plasma tidak sesuai ketentuan 5. Penjarahan dan pencurian produksi 6. Petani ingin ikut sebagai peserta plasma 7. Keterlambatan konversi kebun plasma 8. Perusahaan tidak secara rutin menyampaikan informasi sisa hutang kepada petani 9. Pelaku usaha perkebunan tidak memiliki perizinan usaha perkebunan 10. Wanprestasi/ingkar janji kemitraan perusahaan dengan masyarakat 11. Penerbitan Izin Usaha Perkebunan yang belum/tidak sesuai ketentuan 12. Pembangunan kebun melebihi luas areal perizinan
  • 12. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011 2012*) Jumlah Kasus 475 596 508 694 822 739 Penyelesaian 123 64 196 57 49 83 PERKEMBANGAN KASUS GUKP NASIONAL (2007 S/D 2012) *) GUKP yang tercatat/terlaporkan di Ditjen Perkebunan sebanyak 739 kasus, terdiri atas :  Sengketa lahan sebanyak : 539 kasus (72,25%)  Sengketa non lahan sebanyak : 185 kasus (25,05%)  Sengketa dengan Kehutanan : 15 kasus ( 2,00%)
  • 13. Kasus Lahan Yang Banyak Terjadi Tahun 2012 1. Okupasi Lahan, 116 Kasus (15,5%); 2. Tumpang tindih Lahan, 78 Kasus (10,45%); 3. Ganti Rugi Lahan, 61 Kasus (8,17%); 4. Masyarakat Menuntut Lahan, 51 Kasus (6,84%); 5.Tanah Masyarakat Diambil Alih Perusahaan, 29 Kasus (3,88%).
  • 14. 23,86 % 5 Provinsi Dengan Kasus GUKP TerbanyakTahun 2012 Kalimantan Tengah 178 Kasus Sumatera Utara 88 kasus Riau 43 Kasus Kalimanta n Barat 54 Kasus Kalimantan Timur 74 Kasus 9,9 % 6,9 % 5,9 % 11 %
  • 15. Mempercepat penyelesaian permasalahan konflik melalui : 1. Musyawarah untuk mufakat (win-win solution); 2. Penyelesaian ganti rugi lahan/ganti rugi tanam tumbuh; 3. Komunikasi intensif dan persuasif antara pihak yang bersengketa dengan instansi terkait; 4. Fasilitasi melalui pertemuan; 5. Pembinaan Kemitraan Usaha; 6. Mempercepat pembangunan kebun plasma sesuai peraturan dan ketentuan yang berlaku; 7. Penilaian Usaha Perkebunan; 8. Penerapan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO); 9. Pemberdayaan PPNS; 10. Penerapan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. KEBIJAKAN PENANGANAN KONFLIK LAHAN PERKEBUNAN
  • 16. KENDALA PENANGANAN MASALAH 1. Sulitnya koordinasi dalam penyelesaian masalah karena melibatkan banyak pihak dan instansi terkait. 2. Adanya provokator, LSM dan pihak ketiga (oknum) yang memanfaatkan situasi konflik antara masyarakat dengan perusahaan. 3. Lemahnya penegakan hukum. 4. Perbedaan persepsi terhadap peraturan dan perundang-undangan yang terkait dengan pembangunan perkebunan. 5. Terjadinya pergantian pimpinan/pejabat yang menangani usaha perkebunan.
  • 17. PERATURAN YANG TERKAIT DENGAN GANGGUAN USAHA DAN KONFLIKPERATURAN YANG TERKAIT DENGAN GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNANPERKEBUNAN 1. UU No.5 Thn 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; 2. UU No.18 Thn 2004 tentang Perkebunan; 3. UU No.12 Thn 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman; 4. UU No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara; 5. UU No.41 Tahun 2009 tentang Kehutanan; 6. UU No.7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial; 7. PP No. 40 Thn 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah; 8. PP No. 4 Thn 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan; 9. PP No.10 Thn 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional; 10. PP No.11 Thn 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaaan Tanah Terlantar; 11. PP No.10 Thn 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan;
  • 18. Lanjutan ...Lanjutan ... 12.Peraturan Menteri Pertanian No. 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha Perkebunan; 13.Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO); 14.Peraturan Menteri Pertanian No. 14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit; 15.Peraturan Menteri Pertanian No. 98/Permentan/OT.140/9/2013 tentang Pedoman Izin Usaha Perkebunan; 16.Surat Keputusan Dirjenbun No. 38 Thn. 1995 tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa Bakar untuk Pengembangan Perkebunan. 17.Peraturan-peraturan di daerah yang terkait di bidang usaha perkebunan.
  • 19. Usulan Penyelesaian Masalah Perkebunan Penyelesaian masalah dan konflik yang terjadi di perkebunan meliputi tahap pencegahan dan penyelesaian. Selain itu, kerangka kebijakan dan aksi untuk penyelesaian konflik perlu memperhatikan durasi kerja jangka pendek maupun jangka panjang. 1. Perbaikan peraturan, kebijakan dan perizinan Pelaksanaan TAP MPR No. IX/MPR/2001 oleh Pemerintah dan DPR; Revisi PP 40/1996 terkait dengan syarat perpanjangan HGU agar memasukkan prasyarat konsultasi pada masyarakat; Moratorium izin usaha perkebunan dan izin lokasi; Moratorium pemberian HGU baru dan perpanjangan HGU lama; Pembentukan peraturan/ketentuan terkait batas maksimum HGU oleh perusahaan dan kelompok perusahaan; Evaluasi terhadap kebijakan reforma agraria BPN; Percepatan pembentukan dasar hukum yang kuat bagi Reforma Agraria (pengesahan RPP Reforma Agraria secepatnya); Revisi peraturan tentang hak masyarakat hukum adat (Permen Agraria No. 5/1999 terutama terkait dengan kejelasan objek tanah ulayat); persyaratan prioritas penyelesaian konflik melalui mekanisme ADR. 2. Kelembagaan dan mekanisme penyelesaian konflik Evaluasi terhadap kinerja dan kemampuan Kedeputian V BPN dalam percepatan penyelesaian konflik dan sengketa pertanahan; Pembentukan komite independen penyelesaian konflik agraria oleh Presiden atau pembentukan Peradilan Agraria.Pembentukan unit pengaduan dan penanganan konflik di instansi terkait. Pembentukan Menteri Koordinator Sumber Daya Agraria/Sumber Daya Alam. Kebijakan pemerintah daerah untuk mediasi konflik tanah. Membentuk dewan/komite land reform.
  • 20. 3. Penguatan dan pemberdayaan petani dan masyarakat adat Penguatan organisasi tani dan masyarakat adat; Perluasan jaringan organisasi tani dan masyarakat adat; Konsolidasi gerakan tani dan masyarakat adat untuk menghadapi konflik perkebunan; Pendampingan hukum dan ekonomi bagi petani dan masyarakat adat. 4. Penguatan jaringan kelompok masyarakat sipil (LSM, akademisi) Pembentukan/penguatan jejaring LSM dan akademisi agraria di tingkat lokal dan nasional. 5. Upaya-upaya lain untuk pencegahan konflik: Pengamanan fisik terhadap tanah perkebunan dengan cara menciptakan batas areal perkebunan yang jelas. Perlindungan bagi pemegang sertipikat yang diperoleh dengan proses yang benar. 6. Usulan Tindak Lanjut Mengembangkan suatu konsepsi Konstitusi Agraria dan Kerangka Umum Reforma Agraria yang siap dipromosikan oleh ahli-ahli Agraria untuk dipergunakan sebagai rujukan bagi pembuatan kebijakan dalam rangka pemerintahan baru 2014; pengajaran, kursus-kursus, latihan-latihan, seminar dan lokakarya; kegiatan-kegiatan gerakan sosial; studi-studi lanjutan; Membuat jaringan antar simpul-simpul pelaku studi agraria yang beragam fokus tematik maupun geografis, termasuk untuk para pengajar mata kuliah agraria di perguruan tinggi, pestudi agraria di badan-badan penbelitian pemerintah, dan organisasi gerakan sosial; Menggunakan Mahkamah Konstitusi dan MPR sebagai tempat berangkat sekaligus muara dari upaya pengembangan Konstitusi Agraria, dan Kerangka Umum Reforma Agraria
  • 21. 1. Pembentukan Tim Terpadu Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan. 2. Surat Menteri Pertanian No. 120/HK.410/M/5/2013 perihal Fasilitasi Penyelesaian Sengketa Lahan yang ditujukan kepada Kepala BPN dan Menteri Kehutanan. 3. Penyusunan Pedoman Penanganan Gangguan Usaha dan Konflik Perkebunan (GUKP). 4. Memfasilitasi penyelesaian GUKP melalui klarifikasi dan mediasi permasalahan dengan pihak-pihak yang bersengketa. UPAYA PENANGANAN GANGGUAN USAHA DAN KONFLIK PERKEBUNAN