Dokumen ini membahas tentang industri kelapa sawit di Indonesia, termasuk peningkatan pesat industri ini, kontribusinya terhadap ekonomi, karakteristiknya, sebaran konflik lahan yang terkait, dan mekanisme bagi masyarakat untuk mengontrol industri ini.
1. Keterlibatan :
Solusi Konflik
Industri Kelapa
Sawit ?
Gita Syahrani | syahranigita@gmail.com
Legal & Institutional Design Specialist | Working Group on
Funding Instruments | Presidential Task Force on REDD+
Jambi | Diskusi Hijau - Nasib Hutan Indonesia Ada di
Tangan Generasi Muda | April 9, 2013
4. Potret Industri Kelapa Sawit
• Pertumbuhan industri kelapa sawit di Indonesia
mengalami perkembangan yang sangat pesat
selama beberapa dekade terakhir;
• Saat ini Indonesia adalah eksportir kelapa sawit
kedua terbesar di dunia;
• Industri kelapa sawit di Indonesia
mempekerjakan lebih dari 3 juta orang; dan
• Industri kelapa sawit menghasilkan laba ekspor
sekitar 16 milyar dolar per tahun.
5. Karakteristik Industri Kelapa Sawit
• Perkebunan bersifat
monokultur;
• Perkebunan membutuhkan
area skala besar;
• Tumbuhan Palma ber-akar
serabut sehingga kemampuan
untuk menahan air lebih
rendah tapi konsumsi airnya
lebih tinggi;
• Pengaruh negatif terhadap
kualitas air;
• Perizinan yang seringkali
bermasalah dan terkait
praktek korupsi.
6. Tingkat Investasi Industri Kelapa Sawit
Perusahaan Jumlah
Sinar Mas Group IDR 2,3 Triliun
Musim Mas Group IDR 2 Triliun
Wilmar Group USD 900 juta
Permata Hijau Group IDR 2 Triliun
Domba Mas USD 180 juta
PTPN III & Ferrostal Indonesia IDR 3 Triliun
PT VVF USD 100 juta
2012
Total Kebutuhan 57,3 Triliun
1,5 Triliun Rupiah
APBN
55,83 Triliun Rupiah
APBD, perbankan & swadaya masyarakat
Sumber : Crude Palm Oil Database 2012 – Media Data Riset
7. Ilustrasi Kondisi Jambi
• Perkebunan kelapa sawit adalah lahan
perkebunan kedua terluas di Jambi setelah
perkebunan karet;
• Sumbangan terhadap pendapatan daerah dari
industri kelapa sawit cukup besar bagi
perekonomian Jambi.
• Di Sumatera, lahan kelapa sawit Jambi
merupakan keempat terluas setelah Riau,
Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan.
8. Sebaran Konflik SDA & Agraria
Kasus di Kalimantan Tengah
85% Sektor Perkebunan
10% Sektor Kehutanan
Sumber : Pusat Database dan Informasi Hukum Masyarakat
9. Modus Utama Kejahatan Kehutanan
Sektor Perkebunan
9 dari 12 kasus prioritas yang ditangani Satgas
REDD+ saat ini terkait sektor perkebunan dan
modus utamanya adalah :
1. Kegiatan perkebunan di dalam kawasan hutan
tanpa izin pelepasan kawasan hutan dan tanpa
dilengkapi izin usaha perkebunan (IUP);
2. Penanaman tanpa mengantongi IUP di atas
wilayah moratorium (PIPIB); dan
3. Persiapan lahan dengan cara membakar
10. Faktor Utama Pemicu Konflik
(i) kurang tegasnya
pengaturan dan
konsistensi tata ruang di
tiap level pemerintahan;
(ii) tidak jelasnya status lahan
& bukti kepemilikan; dan
(iii) kurangnya kebijakan
pengaman lingkungan,
sosial & ekonomi yang
memadai.
Sumber : UKP4, Sawit Watch, Forest Peoples Programme, HuMA dan ICRAF
12. Mekanisme Kontrol Masyarakat (2)
Pemahaman atas kewajiban perusahaan di bidang
kelapa sawit agar pemenuhannya dapat diawasi.
Contoh Kasus
Lahan Gambut Rawa Tripa – Pelanggaran Keputusan Presiden Nomor 32
Tahun 1990 yang menyatakan, gambut berkedalaman lebih dari 3
meter harus dijadikan area lindung.
70% perkebunan milik asing di Indonesia, khususnya Sumatera, tidak
memiliki kebun inti plasma rakyat – pelanggaran pengusaha
perkebunan kelapa sawit wajib membangun kebun plasma untuk
masyarakat sesuai tercantum dalam revisi Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan
13. Mekanisme Kontrol Masyarakat (3)
Keterlibatan dalam proses perencanaan tata ruang
kawasan, sehingga terdapat kejelasan fungsi kawasan.
Contoh Kasus
Rencana Tata Ruang Wilayah Aceh (RTRWA) yang mencakup
permohonan alih fungsi lahan yang berpotensi melegalisasi
perkebunan kelapa sawit tanpa izin di kawasan Aceh Tamiang.
Sebelumnya, CSO dan kepolisian telah menutup 24 perkebunan
ilegal di area tersebut.
14. Proses Rancangan Tata Ruang Wilayah
Tahap A
Tahap E
Tahap B
Evaluasi Materi Tahap D
Tahap C
Gubernur ajukan Surat
Permohonan
Perset uj uan Substansi
Gubernur ajukan Raperda, bersama
dok. pendukung RTRW yang belum
diset uj ui bersama kepada DPRD
Provinsi
Raperda disampaikan
kepada Menteri PU
c.q. Dirjen Penataan
Ruang
Disposisi Surat
kepada Direktur
Penataan Ruang
Wilayah
Pembahasan Raperda di
BKPRD provinsi
Rapat Koordinasi antara
BKPRN dengan Pemda
(apabila perlu dgn
Kementerian atau Pemda
lain yang terkait)
Pembahasan RTRW
oleh DPRD bersama
Pemda
Persiapan berita acara
rapat, konsep surat
persetujuan substansi
untuk ditandantangani
oleh Menteri PU
Persetujuan
bersama antara
Pemda dan DPRD
atas Raperda
RTRW
Penyampaian
Raperda kepada
Mendagri untuk
dievaluasi sesuai
ketentuan
perundangan
Penet apan Raperda oleh
Sekret aris Daerah.
Penyempurnaan
Raperda oleh
Pemda apabila
ada
ketidaksesuaian
Dokumen dinyatakan lengkap
Apabila telah
sesuai
PENERBI TAN
PERSETUJUAN SUBSTANSI
oleh Ment eri PU
15. Mekanisme Kontrol Masyarakat (4)
Memantau pelaksanaan inisiatif konservasi
hutan oleh industri kelapa sawit
Contoh Kasus
Proyek percontohan (pilot project) konservasi hutan Stok
Karbon Tinggi (SKT) di PT Kartika Prima Cipta (KPC), Kalimantan
Barat, untuk memastikan bahwa kegiatan operasinya tidak
memiliki rekam jejak deforestasi. Proyek ini digawangi oleh
Golden Agri-Resources Ltd (GAR) dengan anak perusahaannya,
PT SMART Tbk (SMART) bersama dengan The Forest Trust &
Greenpeace - Maret 2013 dan akan berlangsung selama 12
bulan.
Berdasarkan data dari Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan pada Kementerian Pertanian, 59 persen dari 1.000 perusahaan kelapa sawit di Indonesia, terlibat konflik dengan masyarakat. Perselisihan terkait lahan yang terjadi di 23 provinsi dengan 591 kasus.
Ya, korupsinya juga ada. Jadi itu menjalar ke tata kelolanya, dan sebenarnya ini juga sudah meresahkan banyak pihak. Ingat, dulu ada kasus korupsi Gubernur Kalimantan Timur Suwarna Abdul Fatah yang terkait dengan kelapa sawit, kemudian Bupati Buol Amran Batalipu. Artinya, praktek hari ini sangat buruk dalam konteks bagaimana penggunaan uang pelicin yang berujung pada korupsi.
Perluasan areal perkebunan baru untuk kelapa sawit di dalam negeri, diarahkan ke Kawasan Timur Indonesia (KTI), menyusul lahan yang makin terbatas di Pulau Sumatra dan Jawa. Dari 6 juta ha luas areal perkebunan sawit nasional sekitar, 24,17% yang berlokasi di KTI. Sebanyak tujuh perusahaan yang bergerak di sektor minyak sawit mentah ( Crude Palm Oil/CPO) melakukan investasi di Indonesia pada 2011. Ketujuh perusahaan tersebut yaitu Sinar Mas Group dengan investasi sebesar Rp2,3 triliun, Musim Mas Group Rp2 triliun, Wilmar Group USD900 juta, Permata Hijau Group Rp2 triliun, Domba Mas USD180 juta, PTPN III dan Ferrostal Indonesia Rp3 triliun, dan PT VVF dengan investasi USD100 juta untuk tahap pertama. Pada 2012, kebutuhan investasi perkebunan mencapai Rp57,3 triliun. Kontribusi investasi dari APBN sekitar Rp1,5 triliun atau 2,26%, termasuk Gerakan Nasional Kakao Rp500,18 miliar. Sisanya bersumber dari APBD, perbankan, dan swadaya masyarakat sebesar Rp55,83 triliun atau 97,4%. Alokasi APBN ditargetkan untuk mencapai pertumbuhan PDB perkebunan sebesar 11,22%, kesempatan kerja baru 370.000 tenaga kerja dengan melibatkan petani 20,45 juta kepala keluarga. Dari sisi ekspor, Kementan menargetkan ekspor produk perkebunan mencapai US$44,08 miliar. Ekspansi lahan kelapa sawit bisa dilakukan hingga mencapai luasan 1 juta ha lagi, sehingga luas perkebunan sawit bisa mencapai 9 juta ha dengan produksi CPO sebanyak 40 juta ton. Dengan terus meningkatnya produksi CPO nasional, dibutuhkan percepatan pembangunan industri turunan minyak sawit yang mampu menyerap CPO. Pengembangan industri hilir ( hilirisasi) minyak sawit, diperuntukan guna meningkatkan nilai tambah produk turunan minyak sawit. Pemerintah menargetkan, industri hilir kelapa sawit dalam negeri mampu menyerap 50% minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) nasional pada 2014.
PT Toba Pulp Lestari Lokasi : Kab. Humbang Hasundutan, Sumatera Utara Dibabatnya Hutan Kemenyan (Tombak Haminjon) yang sudah dikuasai masyarakat adat Pandumaan dan Sipituhuta turun temurun. PT. Wira Karya Sakti Lokasi : Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi serta kasus PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) membabat hutan primer untuk akasia dan ekaliptus di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi serta kasus PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Semenanjung Kampar, Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau.
Berdasarkan data dari Direktur Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan pada Kementerian Pertanian, 59 persen dari 1.000 perusahaan kelapa sawit di Indonesia, terlibat konflik dengan masyarakat. Perselisihan terkait lahan yang terjadi di 23 provinsi dengan 591 kasus.
Ya, itu pasti berbeda. Organisasi sawit dunia (Roundtable on Sustainable Palm Oil/RSPO) pernah menghitung beberapa tahun lalu bahwa sawit dalam konteks emisi tingkat absorb and release (menyerap dan melepaskannya) lebih menguntungkan kalau dikembangkan di daerah alang-alang. Kalau masih hutan-hutan sekunder malah menjadi negatif. Padahal seperti kita tahu bahwa sawit banyak sekali dikembangkan di kawasan hutan, baik di hutan alam maupun sekunder. Alang-alang itu sendiri sebenarnya vegetasinya paling banyak di Nusa Tenggara dan sebagainya.
Peraturan itu di antaranya Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 yang menyatakan, gambut berkedalaman lebih dari 3 meter harus dijadikan area lindung. Hal itu diperkuat Peraturan Pemerintah No 26/2008 yang memasukkan Rawa Gambut Tripa sebagai bagian Kawasan Ekosistem Leuser. Instruksi Presiden No 10/2011 tentang Penundaan Izin Baru di Hutan Primer dan Lahan Gambut dikeluarkan tahun 2011.
Organisasi sawit dunia (Roundtable on Sustainable Palm Oil/RSPO) pernah menghitung beberapa tahun lalu bahwa sawit dalam konteks emisi tingkat absorb and release (menyerap dan melepaskannya) lebih menguntungkan kalau dikembangkan di daerah alang-alang. Kalau masih hutan-hutan sekunder malah menjadi negatif. Padahal seperti kita tahu bahwa sawit banyak sekali dikembangkan di kawasan hutan, baik di hutan alam maupun sekunder. Alang-alang itu sendiri sebenarnya vegetasinya paling banyak di Nusa Tenggara dan sebagainya.
Organisasi sawit dunia (Roundtable on Sustainable Palm Oil/RSPO) pernah menghitung beberapa tahun lalu bahwa sawit dalam konteks emisi tingkat absorb and release (menyerap dan melepaskannya) lebih menguntungkan kalau dikembangkan di daerah alang-alang. Kalau masih hutan-hutan sekunder malah menjadi negatif. Padahal seperti kita tahu bahwa sawit banyak sekali dikembangkan di kawasan hutan, baik di hutan alam maupun sekunder. Alang-alang itu sendiri sebenarnya vegetasinya paling banyak di Nusa Tenggara dan sebagainya.