SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 28
Descargar para leer sin conexión
1 
WAHYU, NUZUL AL-QUR’AN, DAN TUJUH HURUF 
Oleh: PAUSIL : 088142085* 
I. PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Mempelajari al-Quran dan Ilmu-ilmunya adalah tanggungjawab 
ahlul ilmi. Karena al-Quran merupakan Kalamullah yang sempurna dan 
terpelihara, di dalamnya berisi petunjuk dan pelajaran. Di antara yang 
berkaitan dengan ilmu al-Quran adalah wahyu. Wahyu merupakan 
pemberitahuan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih secara rahasia dan 
cepat. Wahyu berisi risalah yang membuktikan kenabian dan kerasulan 
hamba pilihan Allah. Risalah yang harus disampaikan kepada umatnya 
agar menemukan jalan kebenaran menuju kebahagiaan dunia dan 
akhirat.Wahyu sangat erat kaitannya dengan nuzul. Karena Nuzul secara 
bahasa berarti turun dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. 
Wahyu turun dari Allah di langit yang tinggi kepada nabi-Nya di bumi. 
Nuzul al-Quran yaitu al-Quran turun dari Lauh Mahfuzh ke Baitul 
Izzah secara keseluruhan pada malam yang mulia, yakni lailatul Qadr. 
Kemudian secara berangsur atau bertahap (Munajjaman) kepada Nabi 
saw. kurun waktu lebih kurang 23 tahun. 
Keagungan al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab yang 
memiliki banyak dialek. Inilah yang menakjubkan bahwa bahasa Arab 
adalah bahasa yang sangat fasih, jelas, dan mudah dipahami bagi yang 
mempelajarinya. Al-Quran menurut riwayat yang shahih dan banyak dari 
golongan sahabat yang meriwayatkannya bahwa ia diturunkan dengan 
tujuh huruf. 
Dalam makalah ini penulis ingin mengkaji lebih dalam berkaitan 
dengan wahyu, nuzul al-Quran, dan al-Quran diturunkan dengan tujuh 
huruf. 
* Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Ilmu al-Qur’an pada Prodi 
Pendidikan Bahasa Arab Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, disampaikan pada hari Selasa 
tanggal 16 September 2014 pukul 10.30 – 12.30 WIB
2 
B. RUMUSAN MASALAH 
Adapun rumusan makalah ini yaitu: 
1. Pengertian wahyu, cara penyampaiannya, kategori wujud wahyu, dan 
urgensi mempelajarinya 
2. Makna Nuzul al-Quran, tahap turunnya al-Quran, ayat pertama dan 
terakhir diturunkan, dan pengulangan pada proses turunnya ayat 
3. Pengertian tujuh huruf, dalil diturunkannya al-Quran dengan tujuh 
huruf, buktinya dalam al-Quran, pendapat ulama, dan akhir dari al- 
Quran tujuh huruf 
C. TUJUAN 
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu: 
1. Mengetahui dan memahami pengertian wahyu, cara penyampaiannya, 
kategori wujud wahyu, dan urgensi mempelajarinya 
2. Mengetahui dan memahami makna Nuzul al-Quran, tahap turunnya al- 
Quran, ayat pertama dan terakhir diturunkan, dan pengulangan pada 
proses turunnya ayat 
3. Mengetahui dan memahami pengertian tujuh huruf, dalil 
diturunkannya al-Quran dengan tujuh huruf, buktinya dalam al-Quran, 
pendapat ulama, dan akhir dari al-Quran tujuh huruf 
II. PEMBAHASAN 
A. WAHYU 
1. Makna Wahyu Secara Bahasa 
Secara etimologi wahyu adalah “al-isharah al-sari’ah” (isyarat 
yang cepat), “al-kitabah” (tulisan), “al-maktub” (tertulis), “al-risalah” 
(pesan), “al-ilham” (ilham), “al-kalam al-khafi” (perkataan yang bersifat 
rahasia) dan setiap sesuatu yang disampaikan kepada orang lain.1 
1 Majduddin Muhammad bin Ya’kub al-Fairuzabady, al-Qamus al-Muhith, (Beirut: 
Mu’assasah ar-Risalah, 2005), Cet. VIII, hal. 1342
Kata wahyu dalam al-Qur’an terdapat sebanyak 78 kali, yaitu 6 
kali dalam bentuk kata benda (isim) dan 72 kali dalam bentu kata kerja 
(fi’l).2 Kata wahyu memiliki beberapa arti, yaitu sebagai berikut: 
a. Ilham naluriah bagi manusia (al-Ilham al-Gharizi li al-insan atau al- 
Ilhamu al-Fithri) yaitu yang disampaikan oleh Allah kepada manusia 
yang sehat fitrahnya dan bersih jiwanya, seperti ilham kepada ibu 
Nabi Musa alaihissalam. Firman Allah: 
             
          
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila 
kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). 
dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, 
karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan 
men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.” (QS. al-Qashash: 7) 
b. Ilham naluriah bagi binatang (Al-Ilham al-Gharizi li al-Hayawan), 
seperti wahyu kepada lebah. Sebagaimana firman Allah dalam al- 
Qur’an surat an-Nahl ayat 68: 
           
  
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang 
di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang 
dibikin manusia",” (QS. An-Nahl: 68) 
c. Isyarat yang cepat yakni menyampaikan informasi atau pesan dalam 
bentuk lambang atau simbol sehingga penerima bisa memahami 
informasi dengan cepat. Sebagaimana Nabi Zakaria mengisyaratkan 
kepada kaumnya dalam al-Quran: 
2 Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahharasy li Alfazh al-Qur’an al- 
3 
Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), Cet. II, hal. 746-747
          
 
“Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi 
isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan 
petang.” (QS. Maryam: 11) 
d. Bisikan dan tipu daya setan untuk menyesatkan manusia, 
sebagaimana firman Allah ta’ala: 
        ... 
   
“... Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya 
agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, 
Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” 
(QS. al-An’am: 121) 
         
             
   
“Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu 
syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian 
mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan 
yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau 
Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, 
Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. 
al-An’am: 121) 
4 
e. Perintah Allah kepada para malaikat untuk melaksanakannya.3 
           
3 Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al-‘Ashr 
al-Hadits, 1990), hal. 32-33
“(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: 
"Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) 
orang-orang yang telah beriman"...” (QS. Al-Anfal: 12) 
Tulisan (al-Kitabah) atau tertulis (al-Maktub) maksudnya ialah 
risalah yang disampaikan dari seseorang kepada yang lainnya.4 Yaitu 
pesan (ar-risalah) yang disampaikan oleh Allah kepada para nabi dan 
rasul-Nya berupa wahyu. 
Semua makna tersebut tercakup dalam makna “Menyampaikan 
informasi secara rahasia, cepat, dan khusus kepada orang yang diarahkan 
kepadanya dan dirahasiakan kepada yang lain. Inilah makna asal dari 
wahyu, yakni apa yang diturunkan dan disampaikan oleh Allah kepada 
para Nabi dan Rasulnya berupa berita-berita gaib dan syariat. Sebagian 
mereka ada yang diberi kitab dan ada yang tidak diberi kitab. 5 
2. Pengertian Wahyu, dan bedanya dengan instink, gharizah, dan ilham 
Secara terminologi, Nuruddin ‘Atar mendefinisikan wahyu adalah 
pemberitahuan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih secara rahasia dan 
cepat.6 Al-Zarqani mendefinisikan bahwa wahyu adalah Allah 
memberitahukan kepada hamba pilihan-Nya setiap keinginan yang 
muncul dari-Nya berupa hidayah dan ilmu, tetapi dengan cara rahasia 
yang lain dari kebiasaan manusia.7 Menurut Muhammad Ra’afat Sa’id, 
Allah mewahyukan kepada nabi alaihissalam berupa hukum syari’at dan 
sebagainya. Maka yang mewahyukan (al-Muhiy) adalah Allah, yang 
menerima wahyu (al-Muhaa ilaih) adalah seorang nabi di antara nabi-nabi 
Allah, dan yang diwahyukan (al-Muhaa bih) adalah hukum syari’at 
berupa perintah, larangan, berita-berita masa lalu, sekarang, dan akan 
4 Luis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), hal. 
5 
672 
5 Muhammad Rasyid Ridha. Al-Wahyu al-Muhammady, (Beirut: Mu’assasah ‘Izz ad-Din, 
1985), hal. 81-82 
6 Nuruddin ‘Atar, ‘Ulum al-Qur’an al-Karim, (Damaskus: Mathba’ah al-Shabl, 1993), 
hal. 15 
7 Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al’Qur’an, (Beirut: 
Dar al-Kitab al-Arabi, 1990), Juz I, hal. 55
datang, membangun prinsip-prinsip aqidah tauhid yang murni, 
membentuk akhlak yang mulia, ibadah, dan mu’amalah.8 
Berkaitan dengan kitab-kitab samawy wahyu adalah risalah yang 
disampaikan oleh Allah kepada nabi dan rasul-Nya. Risalah tersebut 
berisi perintah, larangan, hukum, ibadah, mu’amalah, dan lainnya. Bagi 
nabi wahyu hanya untuk dirinya, sedangkan rasul wahyu untuk dirinya 
dan disampaikan kepada umatnya. 
Menurut Ibnu Manzur “Ilham ialah bahwa Allah menanamkan di 
dalam jiwa seseorang sesuatu yang dapat mendorongnya untuk 
melakukan atau meninggalkan sesuatu, dan ia termasuk jenis wahyu yang 
dengannya Allah mengkhususkan siapa saja yang dikehendaki-Nya 
diantara hamba-hamba-Nya.”9 Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ilham 
adalah menuangkan suatu pengetahuan ke dalam jiwa yang meminta 
supaya dikerjakan oleh yang menerimanya dengan tidak lebih dahulu 
dilakukan ijtihad dan menyelidiki hujjah-hujjah agama.10 
Perbedaan antara keduanya ialah bahwa ilham adalah perasaan 
jiwa yang datang kepada seseorang yang dipilih oleh Allah, sehingga 
dengannya seseorang itu terdorong untuk melakukan suatu perbuatan atau 
meninggalkannya. Namun orang tersebut tidak mengetahui secara pasti 
dari mana datangnya perasaan tersebut. Perasaan itu hamper mirip dengan 
perasaan haus, lapar, gundah, senang, dan lainnya. Sedangkan wahyu 
adalah suatu pengetahuan yang datang kepada hamba pilihan Allah, dan 
ia meyakini bahwa itu adalah wahyu yang datang dari Allah swt. 
6 
3. Cara Penyampaian Wahyu Allah kepada Nabi dan Rasul 
Nabi Muhammad menerima wahyu dengan cara sebagai berikut: 
a. Melalui mimpi yang benar ketika tidur 
8 Muhammad Ra’afat Sa’id, Tarekh Nuzul al-Qur’an al-Karim, (al-Jami’ah al- 
Munawwifiyyah, 2001), hal. 11 
9 Ibnu Manzur al-Afriqiy al-Mishriy, Lisan al-Arab, (Beirut: Daru Shadir, 1879), Jilid 
XII, hal. 555 
10 Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, 
(Semarang: PT Pustaka Rezki Putra, 2000) Cet. III, hal. 16-17
Wahyu melalui mimpi yang benar, bisa saja Allah langsung 
bertemu dalam mimpi tersebut ataupun Allah mengutus Malaikat. 
Sebagaimana terdapat dalam hadis dari ‘Aisyah: 
أول ما بدىء به رسول الله صلى الله عليه و سلم من الوحي الرؤيا الصالحة 
فى النوم .… 
“Permulaan wahyu yang pertama kepada Rasulullah shallallahu alaihi 
wa sallam dalam mimpi yang benar ketika tidur...” 
b. Jibril mendatangi Rasulullah dengan cara rahasia sehingga tidak bisa 
dilihat akan tetapi tampak pengaruh perubahan sikap. Jibril 
mewahyukan ke hati Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 
c. Jibril mendatangi Rasulullah menyerupai seorang laki-laki dan bisa 
dilihat dan didengar oleh orang-orang yang hadir, seperti ketika Jibril 
bertanya kepada Rasulullah tentang Iman, Islam, dan Ihsan. 
d. Jibril mendatangi Rasulullah dalam keadaan ghaib, wahyu diturunkan 
kepada Nabi seperti bunyi lonceng. Keadaan ini yang paling berat bagi 
Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 
e. Jibril mendatangi Rasulullah dalam bentuk yang asli. Hal ini terjadi 
dua kali, yaitu di bumi atau di gua hira’ dan satu kali di langit ketika 
beliau Mi’raj ke langit ke tujuh. 
f. Allah berfirman di balik tabir, seperti yang terjadi pada diri Rasulullah 
ketika malam mi’raj setelah menetapkan kewajibah shalat lima waktu. 
g. Allah mewahyukan secara langsung tanpa perantara malaikat dan tidak 
pula dari balik tabir, seperti ketika malam Mi’raj yakni di atas langit 
ketika menetapkan kewajiban shalat dan melipatkgandakan kebaikan 
menjadi sepuluh kali lipat.11 
Empat cara dengan mengeluarkan yang pertama adalah satu 
kesatuan, yang keenam, dan ketujuh sebagaimana terdapat dalam 
firman Allah: 
7 
11 Nuruddin ‘Atar, Op. Cit. hal 16-19
              
         
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata 
dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang 
tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu 
diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. 
Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Syura: 
51) 
8 
4. Kategori Wujud Wahyu kepada Nabi Muhammad saw. 
Imam Al-Juwaini sebagaimana diungkapkan oleh Imam As- 
Suyuthy mengatakan bahwa, Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi 
Muhammad saw. itu terbagi kepada dua, yaitu : 
a. Allah berfirman kepada Jibril : “Katakanlah kepada seseorang Nabi 
(Muhammad saw.) yang engkau sengaja dikirim kepadanya, 
bahwasanya Allah berfirman begini atau menyuruh begitu”. Jibrilpun 
paham makna yang disampaikan Tuhan kepadanya, kemudian ia turun 
dan mengatakan hal itu kepada Nabi tersebut apa-apa yang dikatakan 
Tuhan kepadanya. Akan tetapi ungkapan yang dipergunakan Jibril 
bukan merupakan ungkapan Allah sendiri, tetapi maknanya saja yang 
dipahaminya dari Allah, sedangkan susunan bahasanya adalah dari 
Jibril sendiri. 
b. Allah berfirman kepada Jibril, “Bacakanlah kitab ini kepada seseorang 
Nabi”. Kemudian Jibrilpun turun menyampaikan pesan itu tanpa 
mengubah sedikitpun kalimat demi kalimat yang telah difirmankan 
Allah kepadanya. 12 
Bagian yang kedua merupakan wahyu Allah yang berupa al- 
Quran. Sedangkan bagian yang pertama adalah as-Sunnah, sebab pada 
waktu menurunkan wahyu yang berupa as-Sunnah juga sama caranya 
dengan menurunkan al-Quran, hanya as-Sunnah maknanya saja yang 
12 Jalaluddin al-Suyuthy, Op. Cit., hal. 61
diterima dari Allah, sedangkan redaksinya Jibril sendiri yang 
menyusunnya. 
Dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang turunkan kepada 
nabi Muhammad saw. adalah wahyu. Al-Qur’an adalah wahyu yakni 
lafazh dan maknanya dari Allah dan penyandarannya kepada Allah. al- 
Hadits al-Qudsiy adalah wahyu, maknya dari Allah, lafaznya dari Nabi 
saw. dan penyandarannya kepada Allah. Sedangkan Al-Hadits an- 
Nabawy juga wahyu yang mana maknanya dari Allah, lafazhnya dari 
Nabi dan penyandarannya kepada Nabi saw. 
9 
5. Urgensi Membahas Wahyu 
Pengetahuan tentang wahyu dan segala sesuatu yang berkaitan 
dengannya sangat penting untuk dipelajari. Kepentingan ini hakikatnya 
tidak hanya untuk kalangan ahli ilmu saja. Namun secara umum untuk 
masyarakat luas yang memahami al-Quran sebagai pedoman hidupnya. Di 
antara urgensi tersebut ialah: 
a. Wahyu adalah bukti kenabian dan kerasulan, dan kenabian itu telah 
tertutup dengan diutusnya Muhammad saw. sebagai penutup para nabi 
dan rasul. 
b. Wahyu tidak lagi diturunkan setelah nabi Muhammad wafat. Oleh 
karena itu, apabila ada setelah Nabi Muhammad orang yang 
mengatakan dirinya mendapat wahyu, maka dia adalah pendusta. 
c. Memahami bahwa wahyu itu tidak hanya al-Quran, tetapi segala 
sesuatu yang diberitahukan kepada nabi dan rasul adalah wahyu. 
Firman Allah ta’ala: 
           
“Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan 
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang 
diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm: 3-4) 
Al-Hafizh Ibn Katsir mengatakan: Beliau saw hanya 
mengatakan apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya dan
menyampaikannya kepada umat secara sempurna tanpa ada 
penambahan dan pengurangan.13 Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu 
Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda: “Aku tidak berkata melainkan 
kebenaran.” 
10 
B. NUZUL AL-QUR”AN 
1. Makna Nuzul, dan tanzil, inzal, dalam al-Quran, perbedaan dan 
kesamaan 
Kata nuzul adalah mashdar dari kata nazala – yanzilu – nuzulan, 
yang berarti turun dari yang tinggi ke yang rendah.14 Kata nazala dan 
turunannya banyak terdapat dalam al-Quran dalam bentuk yang beragam, 
mencapai 44 turunan dalam 295 ayat.15 Sedangkan tanzil dan inzal adalah 
mashdar dari kata nazzala dan anzala yang merupakan turunan dari kata 
nazala yang ditambah satu huruf. 
Perbedaan antara tanzil dan inzal dalam menggambarkan al-Quran 
dan malaikat ialah bahwa tanzil bersifat khusus pada satu tempat yang 
mana al-Quran diturunkan secara terpisah dari yang lainnya dan sekaligus, 
sedangkan inzal berarti umum.16 Yaitu bahwa al-Qur’an diturunkan secara 
berangsur-angsur dan terkait dengan waktu dan keadaan. Menurut al- 
Jurjaniy, perbedaan antara Inzal dan tanzil adalah bahwa inzal digunakan 
untuk (turunnya al-Quran) sekaligus sedangkan tanzil untuk berangsur-angsur. 
17 
Kata Inzal atau anzala digunakan dalam al-Quran untuk 
menunjukkan bahwa al-Quran duturunkan sekaligus dari lauh mahfizh ke 
baitul izza pada malam lailatul qadr. Sebagaimana firman Allah ta’alaa: 
13 Al-Hafizh Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir Jilid VII, terjemahan Abdul Ghofar dan Abu 
Ihsan al-Atsari, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2004), hal. 568 
14 Luis Ma’luf, Op. Cit. hal 802 
15 Muhammad bin Abdurrahman al-Syayi’, Nuzul al-Qur’an al-Karim, (Riyadh: 
Maktabah al-Malk, 1997), hal. 2 
16 Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, (Beirut: 
Maktabah Nazar Mushthafa al-Baz), Juz I, hal. 631 
17 Muhammad bin Abdurrahman al-Syayi’, Op. Cit. hal. 9
      
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam 
kemuliaan.” (QS. al-Qadr: 1) 
         
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi 
dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. al-Dukhan: 
3) 
Sedangkan kata tanzil atau nazzala digunakan untuk menunjukkan 
11 
bahwa al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur, firman Allah: 
       
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya 
Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9) 
Berkaitan dengan kitab-kitab Allah yang lainnya, kata Nazzal 
berarti bahwa al-Quran tidak seperti kitab-kitab samawy lainnya. Al-Quran 
sendiri dengan tegas menjelaskan bahwa al-Quran tidak diturunkan seperti 
Taurat, Inji, atau Zabur yang diturunkan sekaligus.18 Allah berfirman: 
          
 
“Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; 
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan 
Taurat dan Injil,” (QS. Ali Imran: 3) 
2. Pengertian Nuzul Al-Qur’an dan kaitan dengan makna wahyu 
Al-Zarqani menjelaskan bahwa kata nuzul mempunyai makna dasar 
(perpindahan sesuatu dari atas ke bawah) atau (suatu gerak dari atas ke 
bawah). Menurutnya, dua batasan tersebut memang tidak layak diberikan 
untuk maksud diturunkannya al-Quran oleh Allah, karena keduanya hanya 
18 MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Studi al-Quran, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), 
hal7
lebih tepat dan lazim dipergunakan dalam hal yang berkenaan dengan 
tempat dan benda atau materi yang mempunyai berat jenis tertentu. 
Sedangkan al-Quran bukan semacam benda yang memerlukan 
tempat perpindahan dari atas ke bawah. Tapi yang benar adalah memahami 
bahwa kata nuzul itu bersfat majazi, yakni pengertian nuzul Al- 
Qur’an bukan tergambar dalam wujud perpindahannya al-Quran, atau al- 
Quran itu turun dari atas ke bawah, tetapi harus dipahami sebagai 
pengetahuan bahwa al-Quran telah diberitakan oleh Allah swt. kepada 
penghuni langit dan bumi. Di sini terkandung maksud bahwa nuzul harus di 
ta’wilkan dengan kata i’lam yang berarti pemberitahuan atau pengajaran. 
Maka nuzul Al Qur’an berarti proses pemberitaan atau penyampaian ajaran 
Al Qur’an yang terkandung di dalamnya.19 
Pendapat ini berkenaan dengan pemahaman wahyu bahwa Allah 
menyampaikan risalah kepada nabi-Nya dengan cara rahasia dan cepat. 
Sedangkan Nuzul al-Quran yakni turunnya al-Quran dari Lauh Mahfuzh ke 
Baitul Izzah secara keseluruhan dan kepada Nabi Muhammad saw. secara 
berangsur-angsur. 
3. Pengertian Lauh Mahfuz/Imam Mubin, dan Baitul Izzah serta Malaikat 
12 
Jibril dalam kaitan pewahyuan atau nuzul al-Quran 
Lauh mahfuzh adalah suatu tempat yang merupakan catatan tentang 
segala ketentuan dan kepastian Allah. Sebagaimana firman Allah: 
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Quran yang mulia, Yang 
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.“ (QS. al-Buruj : 21-22) 
Juga diisyaratkan oleh firman Allah Swt : 
“Sesungguhnya al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia, Pada Kitab 
yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang 
yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil ‘alamiin.“ (QS. al-Waqi‘ah : 
77-80) 
19 Muhammad Abdul Azhim al-Zarqaniy, Op. Cit. 37-38
Sedangkan Baitul Izzah terdapat di langit dunia, yakni langit yang 
paling rendah, di sana tempat beredarnya bintang-bintang. Imam al-Hakim, 
al-Baihaqy, dan yang lainnya meriwayatkan dari Sa’id ibn Jubair dari Ibn 
Abbas, katanya: 
“Al-Quran diturunkan satu kali secara keseluruhan ke langit dunia, di 
tempat beredarnya bintang-bintang. Allah juga menurunkannya kepada 
Rasul-Nya saw. sebagian demi sebagian.” 
Dari Baitul Izzah malaikat Jibril as. menyampaikannya kepada Nabi 
saw. secara berangsur-angsur lebih kurang selama 23 tahun. Sesuai dengan 
situasi dan kondisi yang dialami oleh Nabi saw. 
4. Nuzul Quran pada malam lailatu Qadar, secara bertahap, dan dengan 
13 
bahasa Arab 
Para ulama berbeda pendapat tentang tahap penurunan al-Quran. 
Dalam hal ini ada tiga pandangan ulama yang berbeda yaitu: 
a. Al-Quran diturunkan ke langit dunia pada malam al-Qadar sekaligus, 
yakni lengkap dari awal hingga akhirnya. Kemudian diturunkan 
berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau 23 tahun atau 
25 tahun, berdasar kepada perselisihan yang terjadi tentang berapa 
lama Nabi bermukim di Mekkah sesudah beliau diangkat menjadi 
Rasul. 
b. Al-Quran ke langit dunia dalam dua puluh kali lailatul Qadar dalam 
20 tahun, atau dalam 23 kali lailatul Qadar dalam 23 tahun, atau 
dalam 25 kali lailatul Qadar dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap malam 
diturunkan ke langit dunia sekedar yang hendak diturunkan dalam 
tahun itu kepada Muhammad saw. dengan cara berangsur-angsur. 
c. Permulaan al-Quran turunnya ialah di malam al-Qadar. Kemudian 
diturunkan sesudah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai 
waktu.20 
20 Ibid., hal. 41-42
Berdasarkan uraian di atas pendapat pertama adalah pendapat yang 
lebih kuat. Karena al-Quran diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke 
Baitul Izzah pada malam Qadar dan secara berangsur-angsur kepada Nabi 
Muhammad saw. selama 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun, tergantung 
pendapat ulama tentang berapa lama Rasulullah berdakwah di Mekkah. 
Bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling 
luas, dan paling tepat untuk dapat menyampaikan makna yang ada di dalam 
jiwa. Oleh karena itu, Al-Quran kitab yang paling mulia diturunkan dengan 
bahasa yang paling mulia, kepada Rasul yang paling mulia, melalui utusan 
Malaikat yang paling mulia, di bumi yang mulia, dan pada malam yang 
paling mulia yaitu malam lailatul Qadar bulan Ramadhan. Oleh karena itu, 
al-Qur’an sempurna dari segala aspek, pedoman dan petunjuk bagi 
manusia. Diturunkan al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar mudah untuk 
dipahami, Allah swt. berfirman: 
      
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa 
Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2) 
Yakni dengan bahasa Arab yang jelas, Allah swt berfirman: 
14 
“Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. asy-Syu’araa’: 195) 
5. Ayat-ayat pertama dan terakhir diturunkan 
Berbeda pendapat ulama mengenai ayat yang pertama turun kepada 
Nabi Muhammad saw. Menurut Manna’ al-Qaththan ada empat pendapat 
yang termasyhur, yaitu: 
a. Pendapat yang paling shahih, bahwa ayat yang pertama diturunkan 
adalah firman Allah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Dalilnya pertama, hadits 
yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya dari 
‘Aisyah: 
“Wahyu yang mula-mula terjadi pada Rasulullah saw. adalah mimpi 
yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi kecuali dalam keadaan 
seperti terang di pagi hari. Kemudian beliau mulai senang menyepi. 
Beliau menyepi di gua Hira’. Beliau bertahannuts, yaitu beribadah di
dalamnya beberapa malam sebelum kembali kepada keluarga dan 
membawa bekal untuk keperluan. Kemudian beliau kembali kepada 
Khadijah, lalu membawa bekal untuk keperluan yang sama, sampai 
datang kebenaran kepada belaiu, saat berada di gua Hira’. Lalu datang 
kepada beliau malaikat (Jibril) seraya berakata: “Bacalah!”, “Saya 
(Nabi Muhammad) menjawab: Aku tak dapat membaca, lalu ia 
memegang dan merangkulku, sampai menimbulkan kepayahan pada 
diriku, kemudian ia melepaskanku. Lalu ia berkata: “Bacalah!”. Aku 
menjawab: “Aku tak dapat membaca”. Lalu ia memegangku dan 
merangkulku untuk kedua kalinya, sampai menimbulkan kepayahan 
pada diriku, kemudian melepaskanku. Lalu ia berkata lagi: “Bacalah!”. 
Aku menjawab: “Aku tak dapat membaca”. Lalu ia memegangku dan 
merangkulku untuk ketiga kalinya, kemudian melepaskanku. Lalu 
berkata: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang 
menciptakanmu, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah (al-‘Alaq: 1-3). 
Sebagian riwayat menyebutkan sampai “Dia mengajarkan manusia apa 
yang tidak diketahuinya.” (al-‘Alaq: 5) (Sampai akhir hadits yang 
memang sangat panjang). 
Kedua, hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam 
Mustadrak dan al-Baihaqiy dalam al-Dala’il, juga dari ‘Aisyah, 
berkata: 
“Surat yang pertama diturunkan dari al-Quran adalah “Bacalah dengan 
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakanmu (al-‘Alaq: 1) 
b. Pendapat yang mengatakan bahwa ayat yang pertama diturunkan 
adalah surat al-Muddatstsir. Dalilnya sabda Rasulullah saw.: 
“Beberapa hari aku berada di gua Hira’. Lalu sewaktu aku selesai, aku 
turun. Lalu hendak memasuki tengah lembah. “Riwayat lain 
menyebutkan bahwa beliau menambahkan: “Kemudian aku dipanggil. 
Lalu aku melihat ke depan, ke belakang, ke kanan, dan ke kiri. 
Kemudian aku melihat ke langit. Tiba-tiba, ia (Jibril), riwayat lain 
menambahkan: “Duduk di kursi, antara langit dan bumi”. Kemudian 
aku merasa gemetar, lalu aku mendatangi Khadijah. Aku 
memerintahkan ia agar menyelimutiku. Lalu Allah menurunkan, “Hai 
orang yang berselimut, berdirilah lalu berilah peringatan.” (al- 
Muddatstsir: 1-2) 
Namun dalam riwayat ini mengandung kemungkinan 
menceritakan ayat yang diturunkan pertama kali sesudah terjadi 
kekosongan turunnya wahyu untuk beberapa lama. Inilah yang tampak 
15
jelas dari riwayat lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan 
Imam Muslim, dari Abu Salamah dari Jabir: “Sewaktu aku berjalan, 
aku mendengar suara dari langit. Lalu aku melihat ke langit. Tiba-tiba, 
Malaikat yang mendatangiku di gua Hira’ duduk di atas kursi antara 
langit dan bumi. Lalu tubuhku terasa berat, sehingga aku tersungkur. 
Aku mendatangi keluarga, lalu berkata: Selimutilah aku, selimutilah 
aku. Lalu Allah swt. menurunkan: 
 ،  ،  ،  ،  
 
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah 
peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, 
dan perbuatan dosa tinggalkanlah,” (al-Muddatstsir: 1-5) 
c. Pendapat bahwa ayat yang pertama diturunkan adalah surat al-Fatihah. 
Mereka mengemukakan pendapat ini berdalil dengan riwayat al- 
Baihaqy di dalam al-Dala’il dengan sanadnya sendiri dari Maisarah 
Umar ibn Syurahbil, bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada 
Khadijah: 
“Sesungguhnya aku ketika menyepi sendirian, aku mendengar 
panggilan. Demi Allah, sungguh aku mengkhawatirkan diriku, bahwa 
hal itu merupakan sesuatu (yang tidak baik).” 
Khadijah menjawab: Hanya Allah-lah tempat berlindung. Tak 
mungkin Allah melakukan sesuatu (yang buruk) kepadamu. Karena 
engkau benar-benar memberikan amanat, menyambung tali 
persaudaraan, dan jujur dalam berbicara. Kemudian sewaktu aBu 
Bakar masuk, Khadijah menceritakan peristiwa itu kepadanya dan 
berkata: Pergilah bersama Muhammad kepada Waraqah. Lalu 
keduanya pergi ke rumah Waraqah dan menceritakan kejadian itu 
kepadanya. Nabi saw. berkata: “Ketika aku menyepi sendirian, aku 
mendengar panggilan: Hai Muhammad, hai Muhammad. Lalu aku 
pergi ke arah berhembusnya angin.” Waraqah berkata: Jangan begitu 
16
seharusnya, tetaplah di tempat sampai engkau mendengar apa yang 
dikatakannya. Lalu bawalah dan beritahukan kepadaku. Kemudian 
sewaktu Nabi Muhammad saw. menyepi, kembali ada yang 
memanggil: Hai Muhammad, katakanlah: “Dengan menyebut nama 
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi 
Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Fatihah: 1-2), sampai ayat terakhir. 
Namun riwayat ini tidak bisa dijadikan dalil bahwa surat al- 
Fatihah merupakan yang pertama kali turun. Karena dalam riwayat 
tersebut surat al-Fatihah itu diturunkan setelah Nabi Muhammad saw. 
menemui Waraqah bin an-Naufal. Sedangkan sebelum ke rumah 
Waraqah Nabi telah menerima wahyu. Bisa jadi al-Fatihah turun 
setelah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Sanad riwayat ini menurut al-Zarqany 
gugur atau terputus salah seorang sahabat. Sehingga hadis ini mursal, 
dan tidak kuat untuk menasikh dalil yang marfu’. 
d. Pendapat bahwa ayat yang pertama turun adalah 
17 
“Bismillahirrahmanirrahim”. 
Pendapat yang mengeluarkan pendapat ini berdalil dengan 
riwayat yang ditakhrij oleh al-Wahidiy dengan sanadnya sendiri dari 
Ikrimah dan al-Hasan, keduanya berkata: Yang mula-mula diturunkan 
adalah : Bismillahirrahmanirrahim dan awal surat al-‘Alaq. 
Penggunaan dalil ini tertolak dengan dua alasan: pertama, hadits itu 
mursal, seperti hadis sebelumnya, sehingga tidak bisa menggoyahkan 
yang marfu’. Kedua, bahwa Basmallah biasanya memang turun 
mengawali setiap surat, kecuali surat yang dikecualikan. Dengan 
demikian posisinya merupakan sesuatu yang turun bersama surat al- 
‘Alaq yang diturunkan, sehingga tidak tepat menyebutnya sebagai 
yang pertama diturunkan secara mandiri.21 
Adapun surat dan ayat yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah 
saw., ulama juga berbeda pendapat. Namun semuanya perpegang kepada 
21 Muhammad Abdul Azhim al-Zarqaniy, Op. Cit., hal. 37-38
atsar sahabat, karena memang tidak ada hadits yang marfu’ mengenai hal 
ini. 
Pertama, mengatakan bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah 
firman Allah swt: 
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada 
waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 281) 
Riwayat yang mengatakan demikian adalah yang ditakhrij oleh 
Imam Nasa’iy melalui Ikrimah dari Ibn Abbas. Setelah ayat ini turun nabi 
saw. masih hidup selama sembilan malam. 
Kedua, ayat yang terakhir diturunkan adalah firman Allah swt. 
surat al-Baqarah ayat 278: 
           
  
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan 
sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” 
(QS. Al-Baqarah: 278) 
Riwayat ini ditakhrij oleh Imam al-Bukhari dari Ibn Abbas dan al- 
18 
Baihaqiy dari Ibn Umar. 
Ketiga, ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat tentang utang 
piutang, yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 282, yakni sampai pada 
Firman-Nya: 
    
“...dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282) 
Ayat ini merupakan ayat yang terpanjang, riwayatnya ditakhrij 
oleh Ibn Jarir dari Sa’id ibn al-Musayyab. 
Keempat, ayat yang terakhir diturunkan adalah firman Allah swt. 
surat Ali Imran:
              
          
         
            
“Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan 
berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang 
yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) 
sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang 
yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada 
jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan 
kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam 
surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi 
Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS. Ali Imran: 195) 
Riwayat ini ditakhrij oleh Ibn Marduyah melalui Mujahid dari 
19 
Ummu Salamah. 
Kelima, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah: 
           
     
“Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja 
Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka 
kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar 
baginya.” (QS. An-Nisa: 93) 
Riwayat ini ditakhrij oleh Imam Bukhari dan yang lainnya dari Ibn 
Abbas, katanya: ayat ini merupakan ayat terakhir dan tidak dinasakh oleh 
sesuatu pun. 
Keenam, ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat: 
      
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah.” (QS. An-Nisa: 176)
Pendapat ini berpegang pada riwayat Imam Bukhari dan Imam 
Muslim dari al-Barra’ Ibn Azib, bahwa ia berkata: ayat yang terakhir 
diturunkan adalah surat an-Nisa’ ayat 176. 
Ketujuh, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah pada surat al- 
Ma’idah. Pendapat ini berhujjah pada riwayat Imam Tirmidziy dan al- 
Hakim dari ‘Aisyah ra. 
Kedelapan, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah akhir surat 
“Bara’ah”, diriwayatkan oleh al-Hakim dan Ibn Marduyah dari Ubay ibn 
Ka’ab. 
Kesembilan, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat pada 
surat al-Kahfi, yaitu firman Allah swt.: 
              
           
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang 
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah 
Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, 
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia 
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".” (QS. 
Al-Kahfi: 110) 
Riwayat ini ditakhrij oleh Ibn Jarir dari Mu’awiyyah ibn Abi 
20 
Sufyan. 
Kesepuluh, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah pada surat: 
     
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,” (QS. An- 
Nashr: 1) 
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibn Abbas. Akan tetapi surat 
ini merupakan yang terakhir turun mengenai isyarat akan kewafatan Nabi 
saw. 
Kesebelas, ayat yang terakhir turun adalah firman Allah swt.:
          
  
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan 
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama 
21 
bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3) 
Pendapat ini berhujjah karena ayat ini menerangkan bahwa telah 
sempurnanya agama dan cukupnya nikmat Allah, dengan sempurnanya 
agama berarti sempuna juga hukum syari’at. Namun ayat ini diturunkan 
ketika hari ‘Arafah haji Wada’ tahun ke 10 H. Sedangkan Rasulullah wafat 
setelah ayat itu turun kira-kira 80 malam.22 
Dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling kuat tentang ayat 
yang terakhir diturunkan adalah menurut pendapat yang pertama. Karena 
dalam riwayat tersebut ditegaskan dengan lamanya Rasulullah hidup 
setelah ayat itu turun, yakni 9 malam. Sedangkan dalam riwayat-riwayat 
yang lain tidak disebutkan, kecuali riwayat yang terakhir. Namun terlalu 
lama disbanding pendapat yang pertama, yakni 80 malam. 
6. Pengulangan pada proses turunnya ayat atau surat 
Pengulangan (al-tikrar) turunnya ayat atau surat dalam al-Quran 
adalah untuk pengagungan dan peringatan. Pengulangan pada ayat atau 
surat yaitu diturunkan secara berulang, seperti surat al-Fatihah diturunkan 
dua kali. Satu kali di Mekkah, selainnya di Madinah. 23 
C. TUJUH HURUF (AHRUF SAB’AH) 
1. Pengertian tujuh huruf (Sab’ah Ahruf) 
Kata sab’ah atau tujuh di sini dipahami sebagian ulama dengan 
makna jumlah bilangan yang sebenarnya dan merupakan batas akhir. 
Sedangkan Kata al-ahruf adalah bentuk jamak dari kata huruf. Lafal ahruf 
22 Muhammad Ra’afat Sa’id, Op. Cit., hal. 51-54 
23 Badaruddin Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, 
(Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1971), hal. 29
ini memiliki banyak arti sesuai dengan konteks penggunaanya. Bisa berarti 
tepi sesuatu, puncak, satu huruf ejaan, bahasa, wajh (bentuk) dan 
sebagainya. Dari pengertian ini dapat kita ketahui bahwa makna tujuh 
huruf ini masih sangat samar, oleh karena itu para ulama pun saling 
memberikan pendapatnya.24 
Berdasarkan kriteria kelonggaran daan kemudahan, al-Quran 
diturunkan dengan tujuh huruf untuk kelonggaran dan kemudahan bagi 
pembaca untuk membacanya berdasarkan tujuh wajah, membacanya 
dengan huruf mana saja yang ia inginkan.25 
2. Landasan/dalil hadits tentang turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf 
22 
(Ahruf Saba’ah) 
Terdapat sejumlah riwayat yang secara jelas menyebutkan bahwa 
al-Quran diturunkan dalam tujuh huruf (sab’ah ahruf). Riwayatnya 
dinyatakan kuat dan bersumber dari para sahabat terkemuka yang 
jumlahnya cukup banyak, bahkan jumlahnya sekitar 40 orang.26 Di 
antaranya Ubai bin Ka’ab, Anas bin Malik Hudzaifah bin Yaman, Abdullah 
bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, dan lain-lain. Berikut riwayat yang 
paling masyhur tentang tujuh huruf adalah: 
عن ابن عبّاس رضي الله عنهما انّه قال : قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : 
اقرأني جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستزيده ويزيدنى حتّى إنتهى إلى سبعة 
أحرفٍ 
“Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Jibril 
membacakan kepadaku denagn satu huruf, kemudian aku mengulanginya 
(setelah itu) senantiasa aku meminta tambah dan ia pun menambahiku 
samapai dengan tujuh huruf.” (HR. Bukhari dan Muslim) 
24 Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qura’an I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 
153 
25 Al-Zarqany, Op. Cit., hal. 164 
26 Jalaluddin as-Suyuthy, Op. Cit., hal. 105
ثمّ قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : إنّ هذا القرأن أنزل على سبعة أحرف 
فا قرأ وا ما تيسّر منه 
“Kemudian bersabda Rasulullah saw.: Sesungguhnya Al-Quran itu 
diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah yang paling mudah.” (HR. 
Bukhari dan Muslim) 
Hadits kedua ini berasal dari Umar bin Khattab yang membawa 
Hisyam bin Hakim ke hadapan Rasulullah karena membaca surat al-Furqan 
dengan cara baca yang tidak pernah diajarkan Rasulullah kepadanya. 
Hisyam pun memperdengarkan bacaanya kepada Rasulullah, beliau 
berkata: “demikianlah ia diturunkan” dan seterusnya menyambung dengan 
sabdanya di atas. 
Jadi, dapat disimpulkan bahwa turunnya al-Quran dalam tujuh huruf 
berakar dari hadist-hadits Rasulullah yang sangat banyak diriwayatkan oleh 
para sahabat. 
23 
3. Bukti adanya al-Quran turun dalam tujuh huruf 
Firman Allah swt: 
     
Bisa dibaca مE لأمانا dengan bentuk jamak, dan dibaca لأمانتهم dengan 
bentuk mufrad. 
      
Ini dibaca dengan me-nashab-kan kata ربنا karena menjadi munada dan 
dengan membaca باعد dalam bentuk amar, atau tepatnya fi’il doa. Juga 
dibaca ربنا بعد dengan membaca rafa’ ربنا menjadi mubtada’ dan بعد 
dalam bentuk madhiy, menjadi khabar mubtada’.
24 
4. Pendapat ulama tentang makna al-Qur’an turun dalam tujuh huruf 
Terdapat perbedaan pendapat ulama dalam memahami al-Qur’an 
diturunkan dengan tujuh huruf. Ibnu Hibban berkata: “Terjadi perbedaan 
pendapat ahli ilmu tentang al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf 
mencapai 35 pendapat,” di antaranya yaitu:27 
a. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh 
huruf adalah tujuh bahasa dari bahasa-bahasa yang ada di Arab dalam 
satu makna. 
b. Tujuh huruf itu adalah tujuh bahasa dari bahasa-bahasa yang terdapat di 
Arab yang mana al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa-bahasa 
tersebut. 
c. Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa tujuh huruf itu adalah tujuh 
bentuk, yakni al-amr, an-Nahy, al-Wa’ad, al-Wa’iid, al-Jadl, al- 
Qashash, dan al-Mitsal. 
d. Ada yang berpendapat bahwa tujuh huruf itu adalah tujuh bentuk 
perubahan yang terjadi perbedaan di dalamnya, yaitu: 
1) Perbedaan isim-isim pada mufrad, mudzakkar, dan cabang-cabangnya 
yaitu tatsniyah, jama’, dan ta’nits. Misalnya Firman 
Allah: 
( م و عهدهم راعون (المزمنون: ٨ E و الذين هم لأمانا 
Dibaca li amanatihim dengan jama’ dan li amanatihim dengan 
mufrad. 
2) Perbedaan dalam I’rab, seperti firman Allah: 
( ما هذا بشرا (يوسف: ٣١ 
Umumnya membaca dengan nashab, yang mana ma beramal 
seperti amalan laisa yaitu bahasa penduduk hijaz dan al-Quran 
diturunkan dengan bahasa tersebut. Ibnu Mas’ud membaca basyar 
27 Manna’ Khalil al-Qaththan, Op. Cit., hal. 158-162
dengan rafa’, yang merupakan bahasa bani Tamim. Maka mereka 
tidak mengamalkan ma sebagaimana amalan laisa 
3) Perbedaan dalam tashrif 
4) Perbedaan dalam taqdim dan takhir 
5) Perbedaan dalam Ibdal 
6) Perbedaan dalam penambahan dan pengurangan 
7) Perbedaan dialek (lahjah) seperti bacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq 
(tipis), imalah, izhar, dan idgham. Seperti membaca imalah dan 
tidak imalah yang terdapat pada surat an-Nazi’at: 15 
    
Dibaca dengan meng-imalah-kan kata أتى dan موسى Pendapat ini 
dipegang oleh Ibnu Qutahibah Imam ar-Razi, al-Zarqani, Ibnu 
Jazari. Subhi Shalih juga mengikuti pendapat ini dan mengatakan 
bahwa pendapat inilah yang paling mendekati kebenaran, terutama 
berbedaan yang terjadi pada lahjah (dialek). Karena ia 
menonjolkan hikamh besar yang terkandung di dalam hadis 
Rasulullah saw. mengenai turunnnya al-Quran tujuh huruf. 
Disinilah terdapat hal-hal yang meringankan dan memudahkan 
umat Isalm yang terdiri dari berbagai kabilah dialek yang berbeda-beda. 
25 
28 
e. Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa tujuh huruf itu adalah jumlahnya 
tujuh 
f. Pendapat yang lainnya bahwa tujuh huruf yaitu Qiraat yang tujuh. 
5. Akhir dari al-Qur’an tujuh huruf 
Berbeda pendapat ulama tentang akhir dari al-Qur’an tujuh huruf. 
Apakah masih ada dalam mushaf hari ini atau tidak. Ulama fikih, ulama 
Qira’at, dan Mutakallimin berpendapat bahwa seluruh huruf ini (tujuh 
28 Subhi al-Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayiin, 
1977), Cet. X, hal. 104-105
huruf) ada dalam mushaf Utsmaniy. Ulama salaf, khalaf dan para imam 
kaum muslimin berpendapat bahwa dalam mushaf utsmaniy mencakup apa 
yang terkandung dalam rasamnya tujuh huruf saja. Al-Thabari dan para 
pengikutnya berpendapat bahwa mushaf Utsmani hanya mencakup satu 
huruf dari tujuh huruf yang dengannya al-Quran diturunnkan. Dengan 
alasan bahwa al-Quran yang mencakup tujuh huruf hanya berlaku pada 
masa Rasulullah saw. saja, kemudian pada masa Utsman dihapus enam 
dialek berdasarkan ijma’ para ulama.29 
26 
III. PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Berdasarkan uraian di atas tentang wahyu, nuzul al-Quran, dan nuzul 
al-Quran dengan tujuh huruf, pemakalah dapat menyimpulkan sebagai berikut: 
1. Secara bahasa wahyu mengandung dua istilah yaitu rahasia (khafa’) dan 
cepat (sari’ah), jadi secara bahasa wahyu adalah pemberitahuan allah 
kepada hamba-Nya dengan cara rahasia dan cepat. Wahyu menurut istilah 
adalah pemberitahuan Allah kepada hamba pilihan-Nya sebagai bukti 
kenabiannya berupa risalah yang berisi kebenaran. 
2. Wahyu sama-sama petunjuk dan ilmu dari Allah, namun wahyu sebagai 
tanda kenabian dan rasul, sedangkan ilham untuk hamba pilihan Allah 
selain nabi dan rasul. 
3. Nuzul al-Quran tidak bisa dipahami secara ma’nawy tetapi mesti dipahami 
secara majazy. Karena al-Quran yang diturunkan bukanlah benda yang 
berisi satuan isi atau berat. Sedang kata Nuzul menurut al-Zarqany berarti 
turun dari satu tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. 
4. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah pada 
malam Qadar bulan Ramadhan. Kemudian diturunkan oleh Malaikat Jibril 
as. kepada Nabi saw. secara berangsur-angsur lebih kurang 23 tahun. 
29 Muhammad Ali al-Shobuniy, Op. Cit., hal 52
5. Menurut pendapat shahih dan kuat bahwa surat dan ayat yang pertama 
diturunkan adalah surat al-‘Alaq ayat 1-3. Sedang ayat yang terakhir 
diturunkan adalah surat al-Baqarah ayat 281 
6. Di antara ayat dan surat ada yang diturunkan berulang-ulang yakni terjadi 
dua kali. Seperti surat al-Ikhlas diturunkan di Mekkah untuk membantah 
orang-orang kafir Quraisy, dan di Madinah untuk membantah orang 
yahudi. 
7. Terdapat banyak riwayat yang kuat bahkan ada yang mengatakan 
mutawatir tentang turunnya al-Quran dengan tujuh huruf. Bahkan sampai 
lebih kurang 40 sahabat yang meriwayatkan haditsnya. 
8. Terjadi perbedaan pendapat ulama dalam memahami makna al-Quran 
27 
diturunkan dengan tujuh huruf. 
9. Ulama Fikih, Qira’at, dan Mutakallimin sepakat bahwa huruf yang tujuh 
itu masih terdapat dalam mushaf utsmaniy. Sedangkan al-Zarqany 
berpendapat bahwa tujuh huruf itu hanya berlaku di zaman Rasulullah 
saja, pada masa Utsman telah dihapuskan enam dialek yang lainnya 
berdasarkan kesepakatan ulama, dan hanya berpedoman kepada dialek 
Quraisy saja. 
B. KRITIK DAN SARAN 
Sepanjang uraian makalah yang penulis paparkan di atas, penulis 
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalah. 
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan dari 
pembaca agar makalah ini lebih baik di masa yang akan datang. Sebagai 
bahan perbandingan dan menambah wawasan bagi pembaca, penulis 
menyarankan untuk meneliti lebih jauh dan mendalam ke buku-buku ulama 
yang berkaitan dengan al-Qur’an dan Ilmu-ilmunya. Hanya kepada Allah 
penulis memohon, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
28 
DAFTAR KEPUSTAKAAN 
al-Baqi, Muhammad Fu’ad ‘Abd, al-Mu’jam al-Mufahharasy li Alfazh al-Qur’an 
al-Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), Cet. II 
al-Fairuzabady, Majduddin Muhammad bin Ya’kub, al-Qamus al-Muhith, (Beirut: 
Mu’assasah ar-Risalah, 2005), Cet. VIII 
Al-Husain bin Muhammad, Abu al-Qasim, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, 
(Beirut: Maktabah Nazar Mushthafa al-Baz), Juz I 
al-Mishriy, Ibnu Manzur al-Afriqiy, Lisan al-Arab, (Beirut: Daru Shadir, 1879), 
Jilid XII 
al-Qaththan, Manna’ Khalil, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al- 
‘Ashr al-Hadits, 1990) 
al-Shalih, Subhi, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayiin, 
1977), Cet. X 
Al-Shobuniy, Muhammad Ali, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, (Pakistan: Maktabah 
al-Busyra, 2011) Cet. II 
Al-Syayi’, Muhammad bin Abdurrahman, Nuzul al-Qur’an al-Karim, (Riyadh: 
Maktabah al-Malk, 1997) 
Al-Zarkasyi, Badaruddin Muhammad bin Abdullah, al-Burhan fi ‘Ulum al- 
Qur’an, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1971) 
Al-Zarqani, Muhammad Abdul Azhim, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al’Qur’an, 
(Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1990), Juz I 
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan 
Tafsir, (Semarang: PT Pustaka Rezki Putra, 2000) Cet. III 
‘Atar, Nuruddin, ‘Ulum al-Qur’an al-Karim, (Damaskus: Mathba’ah al-Shabl, 
1993) 
Ma’luf, Luis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986) 
Ridha, Muhammad Rasyid, Al-Wahyu al-Muhammady, (Beirut: Mu’assasah ‘Izz 
ad-Din, 1985) 
Sa’id, Muhammad Ra’afat, Tarekh Nuzul al-Qur’an al-Karim, (al-Jami’ah al- 
Munawwifiyyah, 2001) 
Umar, Nasaruddin, Ulumul Qur’an Mengungkap Makna-makna Tersembunyi al- 
Qur’an, (Jakarta: al-Ghazali Center, 1020) 
Zenrif, MF., Sintesis Paradigma Studi al-Quran, (Malang: UIN-Malang Press, 
2008)

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Meyakini kitab kitab allah swt, mencintai al-qur’an
Meyakini kitab kitab allah swt, mencintai al-qur’anMeyakini kitab kitab allah swt, mencintai al-qur’an
Meyakini kitab kitab allah swt, mencintai al-qur’anKhasbihMaslekhah
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointLontongSayoer
 
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27Adeng Supriatna
 
Materi power point belajar tajwid
Materi power point belajar tajwidMateri power point belajar tajwid
Materi power point belajar tajwidraudahtgr
 
Al qur'an hadits m ts.smp
Al qur'an hadits m ts.smpAl qur'an hadits m ts.smp
Al qur'an hadits m ts.smpHazana Itriya
 
KEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SWT
KEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SWTKEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SWT
KEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SWTArifuddin Ali
 
Surat Al kautsar
Surat Al   kautsar Surat Al   kautsar
Surat Al kautsar mbak_aul
 
LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH SWT YANG SANGAT INDAH NAMANYA
LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH SWT YANG SANGAT INDAH NAMANYA LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH SWT YANG SANGAT INDAH NAMANYA
LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH SWT YANG SANGAT INDAH NAMANYA Faridatunnisa
 
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamMemahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamFitriHastuti2
 
PPT Iman Kepada Qodho dan Qadhar
PPT Iman Kepada Qodho dan QadharPPT Iman Kepada Qodho dan Qadhar
PPT Iman Kepada Qodho dan QadharVienna_Maulee
 
Ppt ski-bani-umayyah
Ppt ski-bani-umayyahPpt ski-bani-umayyah
Ppt ski-bani-umayyahselikurfa
 
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdfMuhammad Iqbal
 
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Erta Erta
 
Ilmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihIlmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihwidya adhy
 

La actualidad más candente (20)

Meyakini kitab kitab allah swt, mencintai al-qur’an
Meyakini kitab kitab allah swt, mencintai al-qur’anMeyakini kitab kitab allah swt, mencintai al-qur’an
Meyakini kitab kitab allah swt, mencintai al-qur’an
 
Tugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power pointTugas al quran hadist power point
Tugas al quran hadist power point
 
Iman kepada malaikat
Iman kepada malaikatIman kepada malaikat
Iman kepada malaikat
 
Nuzulul Quran
Nuzulul QuranNuzulul Quran
Nuzulul Quran
 
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
 
Nuzul al qur’an ppt
Nuzul al qur’an pptNuzul al qur’an ppt
Nuzul al qur’an ppt
 
Materi power point belajar tajwid
Materi power point belajar tajwidMateri power point belajar tajwid
Materi power point belajar tajwid
 
Al qur'an hadits m ts.smp
Al qur'an hadits m ts.smpAl qur'an hadits m ts.smp
Al qur'an hadits m ts.smp
 
METODE KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
METODE KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN ISLAMMETODE KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
METODE KETELADANAN DALAM PENDIDIKAN ISLAM
 
KEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SWT
KEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SWTKEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SWT
KEESAAN DAN KEKUASAAN ALLAH SWT
 
Al’islam agama sempurna
Al’islam agama sempurnaAl’islam agama sempurna
Al’islam agama sempurna
 
Surat Al kautsar
Surat Al   kautsar Surat Al   kautsar
Surat Al kautsar
 
Makalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquranMakalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquran
 
LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH SWT YANG SANGAT INDAH NAMANYA
LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH SWT YANG SANGAT INDAH NAMANYA LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH SWT YANG SANGAT INDAH NAMANYA
LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH SWT YANG SANGAT INDAH NAMANYA
 
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islamMemahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
Memahami alquran, al hadist, dan istihad sebagai sumber hukum islam
 
PPT Iman Kepada Qodho dan Qadhar
PPT Iman Kepada Qodho dan QadharPPT Iman Kepada Qodho dan Qadhar
PPT Iman Kepada Qodho dan Qadhar
 
Ppt ski-bani-umayyah
Ppt ski-bani-umayyahPpt ski-bani-umayyah
Ppt ski-bani-umayyah
 
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
04 LKPD Ingin Meneladani Ketaatan Malaikat-Malaikat Allah Swt.pdf
 
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
 
Ilmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihIlmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabih
 

Destacado

Mengupas Nuzulul Qur'an
Mengupas Nuzulul Qur'anMengupas Nuzulul Qur'an
Mengupas Nuzulul Qur'anaswajanu
 
konsep kenabian & wahyu
konsep kenabian & wahyukonsep kenabian & wahyu
konsep kenabian & wahyuRaden Ngampar
 
Makalah wahyu yudha 11131328. 6bmsdm
Makalah wahyu yudha 11131328. 6bmsdmMakalah wahyu yudha 11131328. 6bmsdm
Makalah wahyu yudha 11131328. 6bmsdmWahyu Yudha
 
Muslim.or.id 4 keutamaan ayat kursi
Muslim.or.id 4 keutamaan ayat kursiMuslim.or.id 4 keutamaan ayat kursi
Muslim.or.id 4 keutamaan ayat kursiherasetiawan
 
Tafsir ibnu katsir juz 3
Tafsir ibnu katsir juz 3Tafsir ibnu katsir juz 3
Tafsir ibnu katsir juz 3Abu Husain
 
Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ibnu Ahmad
 
8.iman kpd malaikat
8.iman kpd malaikat8.iman kpd malaikat
8.iman kpd malaikatadulcharli
 

Destacado (9)

Mengupas Nuzulul Qur'an
Mengupas Nuzulul Qur'anMengupas Nuzulul Qur'an
Mengupas Nuzulul Qur'an
 
konsep kenabian & wahyu
konsep kenabian & wahyukonsep kenabian & wahyu
konsep kenabian & wahyu
 
Makalah wahyu yudha 11131328. 6bmsdm
Makalah wahyu yudha 11131328. 6bmsdmMakalah wahyu yudha 11131328. 6bmsdm
Makalah wahyu yudha 11131328. 6bmsdm
 
Muslim.or.id 4 keutamaan ayat kursi
Muslim.or.id 4 keutamaan ayat kursiMuslim.or.id 4 keutamaan ayat kursi
Muslim.or.id 4 keutamaan ayat kursi
 
Tafsir ibnu katsir juz 3
Tafsir ibnu katsir juz 3Tafsir ibnu katsir juz 3
Tafsir ibnu katsir juz 3
 
Wahyu
WahyuWahyu
Wahyu
 
Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)Ulumul Qur'an (3)
Ulumul Qur'an (3)
 
Makalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'anMakalah Nuzulul Qur'an
Makalah Nuzulul Qur'an
 
8.iman kpd malaikat
8.iman kpd malaikat8.iman kpd malaikat
8.iman kpd malaikat
 

Similar a Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf

Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ibnu Ahmad
 
materi IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.pptx
materi IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.pptxmateri IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.pptx
materi IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.pptxTohirQolby1
 
Resume Ulumul Qur'an
Resume Ulumul Qur'anResume Ulumul Qur'an
Resume Ulumul Qur'anSuya Yahya
 
Pengertian al quran
Pengertian al quranPengertian al quran
Pengertian al quranYatie Emkay
 
Iman kepada kitab kitab allah
Iman kepada kitab kitab allahIman kepada kitab kitab allah
Iman kepada kitab kitab allahGita Sumarna
 
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.docx
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.docxSejarah Turunnya Al-Qur’an.docx
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.docxZukét Printing
 
Memelihara dan mengamalkan al quran
Memelihara dan mengamalkan al quranMemelihara dan mengamalkan al quran
Memelihara dan mengamalkan al quranaldianzeta
 
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanSejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanRiyan Smart
 
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanSejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanRiyan Smart
 
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.pdf
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.pdfSejarah Turunnya Al-Qur’an.pdf
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.pdfZukét Printing
 
Resume kajian karekteristik_rosuulullooh_masjid_imanudin_24_april2015
Resume kajian karekteristik_rosuulullooh_masjid_imanudin_24_april2015Resume kajian karekteristik_rosuulullooh_masjid_imanudin_24_april2015
Resume kajian karekteristik_rosuulullooh_masjid_imanudin_24_april2015Risalah An-Najat Media
 

Similar a Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf (20)

Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).Ulumul Qur'an (1).
Ulumul Qur'an (1).
 
materi IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.pptx
materi IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.pptxmateri IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.pptx
materi IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH SWT.pptx
 
Iman Kepada Kitab Allah
Iman Kepada Kitab AllahIman Kepada Kitab Allah
Iman Kepada Kitab Allah
 
Al quran
Al quranAl quran
Al quran
 
Studi al qur'an
Studi al qur'anStudi al qur'an
Studi al qur'an
 
Ulumul qur’an 4
Ulumul qur’an 4Ulumul qur’an 4
Ulumul qur’an 4
 
Resume Ulumul Qur'an
Resume Ulumul Qur'anResume Ulumul Qur'an
Resume Ulumul Qur'an
 
Nuzulul qur'an
Nuzulul qur'anNuzulul qur'an
Nuzulul qur'an
 
RISALAH.pptx
RISALAH.pptxRISALAH.pptx
RISALAH.pptx
 
Pengertian al quran
Pengertian al quranPengertian al quran
Pengertian al quran
 
Iman kepada kitab kitab allah
Iman kepada kitab kitab allahIman kepada kitab kitab allah
Iman kepada kitab kitab allah
 
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.docx
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.docxSejarah Turunnya Al-Qur’an.docx
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.docx
 
Dr nadzirah mohd(tadaburkan)
Dr nadzirah mohd(tadaburkan)Dr nadzirah mohd(tadaburkan)
Dr nadzirah mohd(tadaburkan)
 
Memelihara dan mengamalkan al quran
Memelihara dan mengamalkan al quranMemelihara dan mengamalkan al quran
Memelihara dan mengamalkan al quran
 
Icsb223
Icsb223Icsb223
Icsb223
 
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanSejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
 
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaanSejarah turun,penulisan&pemeliharaan
Sejarah turun,penulisan&pemeliharaan
 
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.pdf
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.pdfSejarah Turunnya Al-Qur’an.pdf
Sejarah Turunnya Al-Qur’an.pdf
 
Ulumul qur'an ii
Ulumul qur'an iiUlumul qur'an ii
Ulumul qur'an ii
 
Resume kajian karekteristik_rosuulullooh_masjid_imanudin_24_april2015
Resume kajian karekteristik_rosuulullooh_masjid_imanudin_24_april2015Resume kajian karekteristik_rosuulullooh_masjid_imanudin_24_april2015
Resume kajian karekteristik_rosuulullooh_masjid_imanudin_24_april2015
 

Último

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 

Último (20)

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 

Makalah Wahyu, Nuzul al-Quran, dan Sab'ah Ahruf

  • 1. 1 WAHYU, NUZUL AL-QUR’AN, DAN TUJUH HURUF Oleh: PAUSIL : 088142085* I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mempelajari al-Quran dan Ilmu-ilmunya adalah tanggungjawab ahlul ilmi. Karena al-Quran merupakan Kalamullah yang sempurna dan terpelihara, di dalamnya berisi petunjuk dan pelajaran. Di antara yang berkaitan dengan ilmu al-Quran adalah wahyu. Wahyu merupakan pemberitahuan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih secara rahasia dan cepat. Wahyu berisi risalah yang membuktikan kenabian dan kerasulan hamba pilihan Allah. Risalah yang harus disampaikan kepada umatnya agar menemukan jalan kebenaran menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.Wahyu sangat erat kaitannya dengan nuzul. Karena Nuzul secara bahasa berarti turun dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Wahyu turun dari Allah di langit yang tinggi kepada nabi-Nya di bumi. Nuzul al-Quran yaitu al-Quran turun dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah secara keseluruhan pada malam yang mulia, yakni lailatul Qadr. Kemudian secara berangsur atau bertahap (Munajjaman) kepada Nabi saw. kurun waktu lebih kurang 23 tahun. Keagungan al-Quran diturunkan dengan bahasa Arab yang memiliki banyak dialek. Inilah yang menakjubkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang sangat fasih, jelas, dan mudah dipahami bagi yang mempelajarinya. Al-Quran menurut riwayat yang shahih dan banyak dari golongan sahabat yang meriwayatkannya bahwa ia diturunkan dengan tujuh huruf. Dalam makalah ini penulis ingin mengkaji lebih dalam berkaitan dengan wahyu, nuzul al-Quran, dan al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf. * Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Ilmu al-Qur’an pada Prodi Pendidikan Bahasa Arab Pascasarjana IAIN Imam Bonjol Padang, disampaikan pada hari Selasa tanggal 16 September 2014 pukul 10.30 – 12.30 WIB
  • 2. 2 B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan makalah ini yaitu: 1. Pengertian wahyu, cara penyampaiannya, kategori wujud wahyu, dan urgensi mempelajarinya 2. Makna Nuzul al-Quran, tahap turunnya al-Quran, ayat pertama dan terakhir diturunkan, dan pengulangan pada proses turunnya ayat 3. Pengertian tujuh huruf, dalil diturunkannya al-Quran dengan tujuh huruf, buktinya dalam al-Quran, pendapat ulama, dan akhir dari al- Quran tujuh huruf C. TUJUAN Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu: 1. Mengetahui dan memahami pengertian wahyu, cara penyampaiannya, kategori wujud wahyu, dan urgensi mempelajarinya 2. Mengetahui dan memahami makna Nuzul al-Quran, tahap turunnya al- Quran, ayat pertama dan terakhir diturunkan, dan pengulangan pada proses turunnya ayat 3. Mengetahui dan memahami pengertian tujuh huruf, dalil diturunkannya al-Quran dengan tujuh huruf, buktinya dalam al-Quran, pendapat ulama, dan akhir dari al-Quran tujuh huruf II. PEMBAHASAN A. WAHYU 1. Makna Wahyu Secara Bahasa Secara etimologi wahyu adalah “al-isharah al-sari’ah” (isyarat yang cepat), “al-kitabah” (tulisan), “al-maktub” (tertulis), “al-risalah” (pesan), “al-ilham” (ilham), “al-kalam al-khafi” (perkataan yang bersifat rahasia) dan setiap sesuatu yang disampaikan kepada orang lain.1 1 Majduddin Muhammad bin Ya’kub al-Fairuzabady, al-Qamus al-Muhith, (Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 2005), Cet. VIII, hal. 1342
  • 3. Kata wahyu dalam al-Qur’an terdapat sebanyak 78 kali, yaitu 6 kali dalam bentuk kata benda (isim) dan 72 kali dalam bentu kata kerja (fi’l).2 Kata wahyu memiliki beberapa arti, yaitu sebagai berikut: a. Ilham naluriah bagi manusia (al-Ilham al-Gharizi li al-insan atau al- Ilhamu al-Fithri) yaitu yang disampaikan oleh Allah kepada manusia yang sehat fitrahnya dan bersih jiwanya, seperti ilham kepada ibu Nabi Musa alaihissalam. Firman Allah:                        “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah Dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya Maka jatuhkanlah Dia ke sungai (Nil). dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan men- jadikannya (salah seorang) dari Para rasul.” (QS. al-Qashash: 7) b. Ilham naluriah bagi binatang (Al-Ilham al-Gharizi li al-Hayawan), seperti wahyu kepada lebah. Sebagaimana firman Allah dalam al- Qur’an surat an-Nahl ayat 68:              “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",” (QS. An-Nahl: 68) c. Isyarat yang cepat yakni menyampaikan informasi atau pesan dalam bentuk lambang atau simbol sehingga penerima bisa memahami informasi dengan cepat. Sebagaimana Nabi Zakaria mengisyaratkan kepada kaumnya dalam al-Quran: 2 Muhammad Fu’ad ‘Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahharasy li Alfazh al-Qur’an al- 3 Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), Cet. II, hal. 746-747
  • 4.            “Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang.” (QS. Maryam: 11) d. Bisikan dan tipu daya setan untuk menyesatkan manusia, sebagaimana firman Allah ta’ala:         ...    “... Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (QS. al-An’am: 121)                          “Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (QS. al-An’am: 121) 4 e. Perintah Allah kepada para malaikat untuk melaksanakannya.3            3 Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits, 1990), hal. 32-33
  • 5. “(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman"...” (QS. Al-Anfal: 12) Tulisan (al-Kitabah) atau tertulis (al-Maktub) maksudnya ialah risalah yang disampaikan dari seseorang kepada yang lainnya.4 Yaitu pesan (ar-risalah) yang disampaikan oleh Allah kepada para nabi dan rasul-Nya berupa wahyu. Semua makna tersebut tercakup dalam makna “Menyampaikan informasi secara rahasia, cepat, dan khusus kepada orang yang diarahkan kepadanya dan dirahasiakan kepada yang lain. Inilah makna asal dari wahyu, yakni apa yang diturunkan dan disampaikan oleh Allah kepada para Nabi dan Rasulnya berupa berita-berita gaib dan syariat. Sebagian mereka ada yang diberi kitab dan ada yang tidak diberi kitab. 5 2. Pengertian Wahyu, dan bedanya dengan instink, gharizah, dan ilham Secara terminologi, Nuruddin ‘Atar mendefinisikan wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada hamba-Nya yang terpilih secara rahasia dan cepat.6 Al-Zarqani mendefinisikan bahwa wahyu adalah Allah memberitahukan kepada hamba pilihan-Nya setiap keinginan yang muncul dari-Nya berupa hidayah dan ilmu, tetapi dengan cara rahasia yang lain dari kebiasaan manusia.7 Menurut Muhammad Ra’afat Sa’id, Allah mewahyukan kepada nabi alaihissalam berupa hukum syari’at dan sebagainya. Maka yang mewahyukan (al-Muhiy) adalah Allah, yang menerima wahyu (al-Muhaa ilaih) adalah seorang nabi di antara nabi-nabi Allah, dan yang diwahyukan (al-Muhaa bih) adalah hukum syari’at berupa perintah, larangan, berita-berita masa lalu, sekarang, dan akan 4 Luis Ma’luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), hal. 5 672 5 Muhammad Rasyid Ridha. Al-Wahyu al-Muhammady, (Beirut: Mu’assasah ‘Izz ad-Din, 1985), hal. 81-82 6 Nuruddin ‘Atar, ‘Ulum al-Qur’an al-Karim, (Damaskus: Mathba’ah al-Shabl, 1993), hal. 15 7 Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al’Qur’an, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1990), Juz I, hal. 55
  • 6. datang, membangun prinsip-prinsip aqidah tauhid yang murni, membentuk akhlak yang mulia, ibadah, dan mu’amalah.8 Berkaitan dengan kitab-kitab samawy wahyu adalah risalah yang disampaikan oleh Allah kepada nabi dan rasul-Nya. Risalah tersebut berisi perintah, larangan, hukum, ibadah, mu’amalah, dan lainnya. Bagi nabi wahyu hanya untuk dirinya, sedangkan rasul wahyu untuk dirinya dan disampaikan kepada umatnya. Menurut Ibnu Manzur “Ilham ialah bahwa Allah menanamkan di dalam jiwa seseorang sesuatu yang dapat mendorongnya untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu, dan ia termasuk jenis wahyu yang dengannya Allah mengkhususkan siapa saja yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya.”9 Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, ilham adalah menuangkan suatu pengetahuan ke dalam jiwa yang meminta supaya dikerjakan oleh yang menerimanya dengan tidak lebih dahulu dilakukan ijtihad dan menyelidiki hujjah-hujjah agama.10 Perbedaan antara keduanya ialah bahwa ilham adalah perasaan jiwa yang datang kepada seseorang yang dipilih oleh Allah, sehingga dengannya seseorang itu terdorong untuk melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya. Namun orang tersebut tidak mengetahui secara pasti dari mana datangnya perasaan tersebut. Perasaan itu hamper mirip dengan perasaan haus, lapar, gundah, senang, dan lainnya. Sedangkan wahyu adalah suatu pengetahuan yang datang kepada hamba pilihan Allah, dan ia meyakini bahwa itu adalah wahyu yang datang dari Allah swt. 6 3. Cara Penyampaian Wahyu Allah kepada Nabi dan Rasul Nabi Muhammad menerima wahyu dengan cara sebagai berikut: a. Melalui mimpi yang benar ketika tidur 8 Muhammad Ra’afat Sa’id, Tarekh Nuzul al-Qur’an al-Karim, (al-Jami’ah al- Munawwifiyyah, 2001), hal. 11 9 Ibnu Manzur al-Afriqiy al-Mishriy, Lisan al-Arab, (Beirut: Daru Shadir, 1879), Jilid XII, hal. 555 10 Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT Pustaka Rezki Putra, 2000) Cet. III, hal. 16-17
  • 7. Wahyu melalui mimpi yang benar, bisa saja Allah langsung bertemu dalam mimpi tersebut ataupun Allah mengutus Malaikat. Sebagaimana terdapat dalam hadis dari ‘Aisyah: أول ما بدىء به رسول الله صلى الله عليه و سلم من الوحي الرؤيا الصالحة فى النوم .… “Permulaan wahyu yang pertama kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam mimpi yang benar ketika tidur...” b. Jibril mendatangi Rasulullah dengan cara rahasia sehingga tidak bisa dilihat akan tetapi tampak pengaruh perubahan sikap. Jibril mewahyukan ke hati Nabi shallallahu alaihi wa sallam. c. Jibril mendatangi Rasulullah menyerupai seorang laki-laki dan bisa dilihat dan didengar oleh orang-orang yang hadir, seperti ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah tentang Iman, Islam, dan Ihsan. d. Jibril mendatangi Rasulullah dalam keadaan ghaib, wahyu diturunkan kepada Nabi seperti bunyi lonceng. Keadaan ini yang paling berat bagi Nabi shallallahu alaihi wa sallam. e. Jibril mendatangi Rasulullah dalam bentuk yang asli. Hal ini terjadi dua kali, yaitu di bumi atau di gua hira’ dan satu kali di langit ketika beliau Mi’raj ke langit ke tujuh. f. Allah berfirman di balik tabir, seperti yang terjadi pada diri Rasulullah ketika malam mi’raj setelah menetapkan kewajibah shalat lima waktu. g. Allah mewahyukan secara langsung tanpa perantara malaikat dan tidak pula dari balik tabir, seperti ketika malam Mi’raj yakni di atas langit ketika menetapkan kewajiban shalat dan melipatkgandakan kebaikan menjadi sepuluh kali lipat.11 Empat cara dengan mengeluarkan yang pertama adalah satu kesatuan, yang keenam, dan ketujuh sebagaimana terdapat dalam firman Allah: 7 11 Nuruddin ‘Atar, Op. Cit. hal 16-19
  • 8.                        “Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (QS. al-Syura: 51) 8 4. Kategori Wujud Wahyu kepada Nabi Muhammad saw. Imam Al-Juwaini sebagaimana diungkapkan oleh Imam As- Suyuthy mengatakan bahwa, Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. itu terbagi kepada dua, yaitu : a. Allah berfirman kepada Jibril : “Katakanlah kepada seseorang Nabi (Muhammad saw.) yang engkau sengaja dikirim kepadanya, bahwasanya Allah berfirman begini atau menyuruh begitu”. Jibrilpun paham makna yang disampaikan Tuhan kepadanya, kemudian ia turun dan mengatakan hal itu kepada Nabi tersebut apa-apa yang dikatakan Tuhan kepadanya. Akan tetapi ungkapan yang dipergunakan Jibril bukan merupakan ungkapan Allah sendiri, tetapi maknanya saja yang dipahaminya dari Allah, sedangkan susunan bahasanya adalah dari Jibril sendiri. b. Allah berfirman kepada Jibril, “Bacakanlah kitab ini kepada seseorang Nabi”. Kemudian Jibrilpun turun menyampaikan pesan itu tanpa mengubah sedikitpun kalimat demi kalimat yang telah difirmankan Allah kepadanya. 12 Bagian yang kedua merupakan wahyu Allah yang berupa al- Quran. Sedangkan bagian yang pertama adalah as-Sunnah, sebab pada waktu menurunkan wahyu yang berupa as-Sunnah juga sama caranya dengan menurunkan al-Quran, hanya as-Sunnah maknanya saja yang 12 Jalaluddin al-Suyuthy, Op. Cit., hal. 61
  • 9. diterima dari Allah, sedangkan redaksinya Jibril sendiri yang menyusunnya. Dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang turunkan kepada nabi Muhammad saw. adalah wahyu. Al-Qur’an adalah wahyu yakni lafazh dan maknanya dari Allah dan penyandarannya kepada Allah. al- Hadits al-Qudsiy adalah wahyu, maknya dari Allah, lafaznya dari Nabi saw. dan penyandarannya kepada Allah. Sedangkan Al-Hadits an- Nabawy juga wahyu yang mana maknanya dari Allah, lafazhnya dari Nabi dan penyandarannya kepada Nabi saw. 9 5. Urgensi Membahas Wahyu Pengetahuan tentang wahyu dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya sangat penting untuk dipelajari. Kepentingan ini hakikatnya tidak hanya untuk kalangan ahli ilmu saja. Namun secara umum untuk masyarakat luas yang memahami al-Quran sebagai pedoman hidupnya. Di antara urgensi tersebut ialah: a. Wahyu adalah bukti kenabian dan kerasulan, dan kenabian itu telah tertutup dengan diutusnya Muhammad saw. sebagai penutup para nabi dan rasul. b. Wahyu tidak lagi diturunkan setelah nabi Muhammad wafat. Oleh karena itu, apabila ada setelah Nabi Muhammad orang yang mengatakan dirinya mendapat wahyu, maka dia adalah pendusta. c. Memahami bahwa wahyu itu tidak hanya al-Quran, tetapi segala sesuatu yang diberitahukan kepada nabi dan rasul adalah wahyu. Firman Allah ta’ala:            “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm: 3-4) Al-Hafizh Ibn Katsir mengatakan: Beliau saw hanya mengatakan apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya dan
  • 10. menyampaikannya kepada umat secara sempurna tanpa ada penambahan dan pengurangan.13 Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda: “Aku tidak berkata melainkan kebenaran.” 10 B. NUZUL AL-QUR”AN 1. Makna Nuzul, dan tanzil, inzal, dalam al-Quran, perbedaan dan kesamaan Kata nuzul adalah mashdar dari kata nazala – yanzilu – nuzulan, yang berarti turun dari yang tinggi ke yang rendah.14 Kata nazala dan turunannya banyak terdapat dalam al-Quran dalam bentuk yang beragam, mencapai 44 turunan dalam 295 ayat.15 Sedangkan tanzil dan inzal adalah mashdar dari kata nazzala dan anzala yang merupakan turunan dari kata nazala yang ditambah satu huruf. Perbedaan antara tanzil dan inzal dalam menggambarkan al-Quran dan malaikat ialah bahwa tanzil bersifat khusus pada satu tempat yang mana al-Quran diturunkan secara terpisah dari yang lainnya dan sekaligus, sedangkan inzal berarti umum.16 Yaitu bahwa al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dan terkait dengan waktu dan keadaan. Menurut al- Jurjaniy, perbedaan antara Inzal dan tanzil adalah bahwa inzal digunakan untuk (turunnya al-Quran) sekaligus sedangkan tanzil untuk berangsur-angsur. 17 Kata Inzal atau anzala digunakan dalam al-Quran untuk menunjukkan bahwa al-Quran duturunkan sekaligus dari lauh mahfizh ke baitul izza pada malam lailatul qadr. Sebagaimana firman Allah ta’alaa: 13 Al-Hafizh Ibn Katsir, Tafsir Ibn Katsir Jilid VII, terjemahan Abdul Ghofar dan Abu Ihsan al-Atsari, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2004), hal. 568 14 Luis Ma’luf, Op. Cit. hal 802 15 Muhammad bin Abdurrahman al-Syayi’, Nuzul al-Qur’an al-Karim, (Riyadh: Maktabah al-Malk, 1997), hal. 2 16 Abu al-Qasim al-Husain bin Muhammad, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, (Beirut: Maktabah Nazar Mushthafa al-Baz), Juz I, hal. 631 17 Muhammad bin Abdurrahman al-Syayi’, Op. Cit. hal. 9
  • 11.       “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. al-Qadr: 1)          “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. al-Dukhan: 3) Sedangkan kata tanzil atau nazzala digunakan untuk menunjukkan 11 bahwa al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur, firman Allah:        “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr: 9) Berkaitan dengan kitab-kitab Allah yang lainnya, kata Nazzal berarti bahwa al-Quran tidak seperti kitab-kitab samawy lainnya. Al-Quran sendiri dengan tegas menjelaskan bahwa al-Quran tidak diturunkan seperti Taurat, Inji, atau Zabur yang diturunkan sekaligus.18 Allah berfirman:            “Dia menurunkan Al kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil,” (QS. Ali Imran: 3) 2. Pengertian Nuzul Al-Qur’an dan kaitan dengan makna wahyu Al-Zarqani menjelaskan bahwa kata nuzul mempunyai makna dasar (perpindahan sesuatu dari atas ke bawah) atau (suatu gerak dari atas ke bawah). Menurutnya, dua batasan tersebut memang tidak layak diberikan untuk maksud diturunkannya al-Quran oleh Allah, karena keduanya hanya 18 MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Studi al-Quran, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), hal7
  • 12. lebih tepat dan lazim dipergunakan dalam hal yang berkenaan dengan tempat dan benda atau materi yang mempunyai berat jenis tertentu. Sedangkan al-Quran bukan semacam benda yang memerlukan tempat perpindahan dari atas ke bawah. Tapi yang benar adalah memahami bahwa kata nuzul itu bersfat majazi, yakni pengertian nuzul Al- Qur’an bukan tergambar dalam wujud perpindahannya al-Quran, atau al- Quran itu turun dari atas ke bawah, tetapi harus dipahami sebagai pengetahuan bahwa al-Quran telah diberitakan oleh Allah swt. kepada penghuni langit dan bumi. Di sini terkandung maksud bahwa nuzul harus di ta’wilkan dengan kata i’lam yang berarti pemberitahuan atau pengajaran. Maka nuzul Al Qur’an berarti proses pemberitaan atau penyampaian ajaran Al Qur’an yang terkandung di dalamnya.19 Pendapat ini berkenaan dengan pemahaman wahyu bahwa Allah menyampaikan risalah kepada nabi-Nya dengan cara rahasia dan cepat. Sedangkan Nuzul al-Quran yakni turunnya al-Quran dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah secara keseluruhan dan kepada Nabi Muhammad saw. secara berangsur-angsur. 3. Pengertian Lauh Mahfuz/Imam Mubin, dan Baitul Izzah serta Malaikat 12 Jibril dalam kaitan pewahyuan atau nuzul al-Quran Lauh mahfuzh adalah suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Sebagaimana firman Allah: “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Quran yang mulia, Yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.“ (QS. al-Buruj : 21-22) Juga diisyaratkan oleh firman Allah Swt : “Sesungguhnya al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia, Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil ‘alamiin.“ (QS. al-Waqi‘ah : 77-80) 19 Muhammad Abdul Azhim al-Zarqaniy, Op. Cit. 37-38
  • 13. Sedangkan Baitul Izzah terdapat di langit dunia, yakni langit yang paling rendah, di sana tempat beredarnya bintang-bintang. Imam al-Hakim, al-Baihaqy, dan yang lainnya meriwayatkan dari Sa’id ibn Jubair dari Ibn Abbas, katanya: “Al-Quran diturunkan satu kali secara keseluruhan ke langit dunia, di tempat beredarnya bintang-bintang. Allah juga menurunkannya kepada Rasul-Nya saw. sebagian demi sebagian.” Dari Baitul Izzah malaikat Jibril as. menyampaikannya kepada Nabi saw. secara berangsur-angsur lebih kurang selama 23 tahun. Sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh Nabi saw. 4. Nuzul Quran pada malam lailatu Qadar, secara bertahap, dan dengan 13 bahasa Arab Para ulama berbeda pendapat tentang tahap penurunan al-Quran. Dalam hal ini ada tiga pandangan ulama yang berbeda yaitu: a. Al-Quran diturunkan ke langit dunia pada malam al-Qadar sekaligus, yakni lengkap dari awal hingga akhirnya. Kemudian diturunkan berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun, berdasar kepada perselisihan yang terjadi tentang berapa lama Nabi bermukim di Mekkah sesudah beliau diangkat menjadi Rasul. b. Al-Quran ke langit dunia dalam dua puluh kali lailatul Qadar dalam 20 tahun, atau dalam 23 kali lailatul Qadar dalam 23 tahun, atau dalam 25 kali lailatul Qadar dalam 25 tahun. Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia sekedar yang hendak diturunkan dalam tahun itu kepada Muhammad saw. dengan cara berangsur-angsur. c. Permulaan al-Quran turunnya ialah di malam al-Qadar. Kemudian diturunkan sesudah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.20 20 Ibid., hal. 41-42
  • 14. Berdasarkan uraian di atas pendapat pertama adalah pendapat yang lebih kuat. Karena al-Quran diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah pada malam Qadar dan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw. selama 20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun, tergantung pendapat ulama tentang berapa lama Rasulullah berdakwah di Mekkah. Bahasa Arab adalah bahasa yang paling fasih, paling jelas, paling luas, dan paling tepat untuk dapat menyampaikan makna yang ada di dalam jiwa. Oleh karena itu, Al-Quran kitab yang paling mulia diturunkan dengan bahasa yang paling mulia, kepada Rasul yang paling mulia, melalui utusan Malaikat yang paling mulia, di bumi yang mulia, dan pada malam yang paling mulia yaitu malam lailatul Qadar bulan Ramadhan. Oleh karena itu, al-Qur’an sempurna dari segala aspek, pedoman dan petunjuk bagi manusia. Diturunkan al-Qur’an dengan berbahasa Arab agar mudah untuk dipahami, Allah swt. berfirman:       “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (QS. Yusuf: 2) Yakni dengan bahasa Arab yang jelas, Allah swt berfirman: 14 “Dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. asy-Syu’araa’: 195) 5. Ayat-ayat pertama dan terakhir diturunkan Berbeda pendapat ulama mengenai ayat yang pertama turun kepada Nabi Muhammad saw. Menurut Manna’ al-Qaththan ada empat pendapat yang termasyhur, yaitu: a. Pendapat yang paling shahih, bahwa ayat yang pertama diturunkan adalah firman Allah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Dalilnya pertama, hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya dari ‘Aisyah: “Wahyu yang mula-mula terjadi pada Rasulullah saw. adalah mimpi yang benar. Beliau tidak pernah bermimpi kecuali dalam keadaan seperti terang di pagi hari. Kemudian beliau mulai senang menyepi. Beliau menyepi di gua Hira’. Beliau bertahannuts, yaitu beribadah di
  • 15. dalamnya beberapa malam sebelum kembali kepada keluarga dan membawa bekal untuk keperluan. Kemudian beliau kembali kepada Khadijah, lalu membawa bekal untuk keperluan yang sama, sampai datang kebenaran kepada belaiu, saat berada di gua Hira’. Lalu datang kepada beliau malaikat (Jibril) seraya berakata: “Bacalah!”, “Saya (Nabi Muhammad) menjawab: Aku tak dapat membaca, lalu ia memegang dan merangkulku, sampai menimbulkan kepayahan pada diriku, kemudian ia melepaskanku. Lalu ia berkata: “Bacalah!”. Aku menjawab: “Aku tak dapat membaca”. Lalu ia memegangku dan merangkulku untuk kedua kalinya, sampai menimbulkan kepayahan pada diriku, kemudian melepaskanku. Lalu ia berkata lagi: “Bacalah!”. Aku menjawab: “Aku tak dapat membaca”. Lalu ia memegangku dan merangkulku untuk ketiga kalinya, kemudian melepaskanku. Lalu berkata: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakanmu, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah (al-‘Alaq: 1-3). Sebagian riwayat menyebutkan sampai “Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (al-‘Alaq: 5) (Sampai akhir hadits yang memang sangat panjang). Kedua, hadits yang diriwayatkan oleh al-Hakim dalam Mustadrak dan al-Baihaqiy dalam al-Dala’il, juga dari ‘Aisyah, berkata: “Surat yang pertama diturunkan dari al-Quran adalah “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakanmu (al-‘Alaq: 1) b. Pendapat yang mengatakan bahwa ayat yang pertama diturunkan adalah surat al-Muddatstsir. Dalilnya sabda Rasulullah saw.: “Beberapa hari aku berada di gua Hira’. Lalu sewaktu aku selesai, aku turun. Lalu hendak memasuki tengah lembah. “Riwayat lain menyebutkan bahwa beliau menambahkan: “Kemudian aku dipanggil. Lalu aku melihat ke depan, ke belakang, ke kanan, dan ke kiri. Kemudian aku melihat ke langit. Tiba-tiba, ia (Jibril), riwayat lain menambahkan: “Duduk di kursi, antara langit dan bumi”. Kemudian aku merasa gemetar, lalu aku mendatangi Khadijah. Aku memerintahkan ia agar menyelimutiku. Lalu Allah menurunkan, “Hai orang yang berselimut, berdirilah lalu berilah peringatan.” (al- Muddatstsir: 1-2) Namun dalam riwayat ini mengandung kemungkinan menceritakan ayat yang diturunkan pertama kali sesudah terjadi kekosongan turunnya wahyu untuk beberapa lama. Inilah yang tampak 15
  • 16. jelas dari riwayat lain yang juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu Salamah dari Jabir: “Sewaktu aku berjalan, aku mendengar suara dari langit. Lalu aku melihat ke langit. Tiba-tiba, Malaikat yang mendatangiku di gua Hira’ duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Lalu tubuhku terasa berat, sehingga aku tersungkur. Aku mendatangi keluarga, lalu berkata: Selimutilah aku, selimutilah aku. Lalu Allah swt. menurunkan:  ،  ،  ،  ،   “Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah,” (al-Muddatstsir: 1-5) c. Pendapat bahwa ayat yang pertama diturunkan adalah surat al-Fatihah. Mereka mengemukakan pendapat ini berdalil dengan riwayat al- Baihaqy di dalam al-Dala’il dengan sanadnya sendiri dari Maisarah Umar ibn Syurahbil, bahwa Rasulullah saw. bersabda kepada Khadijah: “Sesungguhnya aku ketika menyepi sendirian, aku mendengar panggilan. Demi Allah, sungguh aku mengkhawatirkan diriku, bahwa hal itu merupakan sesuatu (yang tidak baik).” Khadijah menjawab: Hanya Allah-lah tempat berlindung. Tak mungkin Allah melakukan sesuatu (yang buruk) kepadamu. Karena engkau benar-benar memberikan amanat, menyambung tali persaudaraan, dan jujur dalam berbicara. Kemudian sewaktu aBu Bakar masuk, Khadijah menceritakan peristiwa itu kepadanya dan berkata: Pergilah bersama Muhammad kepada Waraqah. Lalu keduanya pergi ke rumah Waraqah dan menceritakan kejadian itu kepadanya. Nabi saw. berkata: “Ketika aku menyepi sendirian, aku mendengar panggilan: Hai Muhammad, hai Muhammad. Lalu aku pergi ke arah berhembusnya angin.” Waraqah berkata: Jangan begitu 16
  • 17. seharusnya, tetaplah di tempat sampai engkau mendengar apa yang dikatakannya. Lalu bawalah dan beritahukan kepadaku. Kemudian sewaktu Nabi Muhammad saw. menyepi, kembali ada yang memanggil: Hai Muhammad, katakanlah: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Fatihah: 1-2), sampai ayat terakhir. Namun riwayat ini tidak bisa dijadikan dalil bahwa surat al- Fatihah merupakan yang pertama kali turun. Karena dalam riwayat tersebut surat al-Fatihah itu diturunkan setelah Nabi Muhammad saw. menemui Waraqah bin an-Naufal. Sedangkan sebelum ke rumah Waraqah Nabi telah menerima wahyu. Bisa jadi al-Fatihah turun setelah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Sanad riwayat ini menurut al-Zarqany gugur atau terputus salah seorang sahabat. Sehingga hadis ini mursal, dan tidak kuat untuk menasikh dalil yang marfu’. d. Pendapat bahwa ayat yang pertama turun adalah 17 “Bismillahirrahmanirrahim”. Pendapat yang mengeluarkan pendapat ini berdalil dengan riwayat yang ditakhrij oleh al-Wahidiy dengan sanadnya sendiri dari Ikrimah dan al-Hasan, keduanya berkata: Yang mula-mula diturunkan adalah : Bismillahirrahmanirrahim dan awal surat al-‘Alaq. Penggunaan dalil ini tertolak dengan dua alasan: pertama, hadits itu mursal, seperti hadis sebelumnya, sehingga tidak bisa menggoyahkan yang marfu’. Kedua, bahwa Basmallah biasanya memang turun mengawali setiap surat, kecuali surat yang dikecualikan. Dengan demikian posisinya merupakan sesuatu yang turun bersama surat al- ‘Alaq yang diturunkan, sehingga tidak tepat menyebutnya sebagai yang pertama diturunkan secara mandiri.21 Adapun surat dan ayat yang terakhir diturunkan kepada Rasulullah saw., ulama juga berbeda pendapat. Namun semuanya perpegang kepada 21 Muhammad Abdul Azhim al-Zarqaniy, Op. Cit., hal. 37-38
  • 18. atsar sahabat, karena memang tidak ada hadits yang marfu’ mengenai hal ini. Pertama, mengatakan bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah firman Allah swt: “Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. (QS. Al-Baqarah: 281) Riwayat yang mengatakan demikian adalah yang ditakhrij oleh Imam Nasa’iy melalui Ikrimah dari Ibn Abbas. Setelah ayat ini turun nabi saw. masih hidup selama sembilan malam. Kedua, ayat yang terakhir diturunkan adalah firman Allah swt. surat al-Baqarah ayat 278:              “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 278) Riwayat ini ditakhrij oleh Imam al-Bukhari dari Ibn Abbas dan al- 18 Baihaqiy dari Ibn Umar. Ketiga, ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat tentang utang piutang, yang terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 282, yakni sampai pada Firman-Nya:     “...dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 282) Ayat ini merupakan ayat yang terpanjang, riwayatnya ditakhrij oleh Ibn Jarir dari Sa’id ibn al-Musayyab. Keempat, ayat yang terakhir diturunkan adalah firman Allah swt. surat Ali Imran:
  • 19.                                              “Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik." (QS. Ali Imran: 195) Riwayat ini ditakhrij oleh Ibn Marduyah melalui Mujahid dari 19 Ummu Salamah. Kelima, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah:                 “Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.” (QS. An-Nisa: 93) Riwayat ini ditakhrij oleh Imam Bukhari dan yang lainnya dari Ibn Abbas, katanya: ayat ini merupakan ayat terakhir dan tidak dinasakh oleh sesuatu pun. Keenam, ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat:       “Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah.” (QS. An-Nisa: 176)
  • 20. Pendapat ini berpegang pada riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim dari al-Barra’ Ibn Azib, bahwa ia berkata: ayat yang terakhir diturunkan adalah surat an-Nisa’ ayat 176. Ketujuh, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah pada surat al- Ma’idah. Pendapat ini berhujjah pada riwayat Imam Tirmidziy dan al- Hakim dari ‘Aisyah ra. Kedelapan, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah akhir surat “Bara’ah”, diriwayatkan oleh al-Hakim dan Ibn Marduyah dari Ubay ibn Ka’ab. Kesembilan, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah ayat pada surat al-Kahfi, yaitu firman Allah swt.:                          “Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".” (QS. Al-Kahfi: 110) Riwayat ini ditakhrij oleh Ibn Jarir dari Mu’awiyyah ibn Abi 20 Sufyan. Kesepuluh, bahwa ayat yang terakhir diturunkan adalah pada surat:      “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,” (QS. An- Nashr: 1) Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ibn Abbas. Akan tetapi surat ini merupakan yang terakhir turun mengenai isyarat akan kewafatan Nabi saw. Kesebelas, ayat yang terakhir turun adalah firman Allah swt.:
  • 21.             “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama 21 bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3) Pendapat ini berhujjah karena ayat ini menerangkan bahwa telah sempurnanya agama dan cukupnya nikmat Allah, dengan sempurnanya agama berarti sempuna juga hukum syari’at. Namun ayat ini diturunkan ketika hari ‘Arafah haji Wada’ tahun ke 10 H. Sedangkan Rasulullah wafat setelah ayat itu turun kira-kira 80 malam.22 Dapat disimpulkan bahwa pendapat yang paling kuat tentang ayat yang terakhir diturunkan adalah menurut pendapat yang pertama. Karena dalam riwayat tersebut ditegaskan dengan lamanya Rasulullah hidup setelah ayat itu turun, yakni 9 malam. Sedangkan dalam riwayat-riwayat yang lain tidak disebutkan, kecuali riwayat yang terakhir. Namun terlalu lama disbanding pendapat yang pertama, yakni 80 malam. 6. Pengulangan pada proses turunnya ayat atau surat Pengulangan (al-tikrar) turunnya ayat atau surat dalam al-Quran adalah untuk pengagungan dan peringatan. Pengulangan pada ayat atau surat yaitu diturunkan secara berulang, seperti surat al-Fatihah diturunkan dua kali. Satu kali di Mekkah, selainnya di Madinah. 23 C. TUJUH HURUF (AHRUF SAB’AH) 1. Pengertian tujuh huruf (Sab’ah Ahruf) Kata sab’ah atau tujuh di sini dipahami sebagian ulama dengan makna jumlah bilangan yang sebenarnya dan merupakan batas akhir. Sedangkan Kata al-ahruf adalah bentuk jamak dari kata huruf. Lafal ahruf 22 Muhammad Ra’afat Sa’id, Op. Cit., hal. 51-54 23 Badaruddin Muhammad bin Abdullah al-Zarkasyi, al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1971), hal. 29
  • 22. ini memiliki banyak arti sesuai dengan konteks penggunaanya. Bisa berarti tepi sesuatu, puncak, satu huruf ejaan, bahasa, wajh (bentuk) dan sebagainya. Dari pengertian ini dapat kita ketahui bahwa makna tujuh huruf ini masih sangat samar, oleh karena itu para ulama pun saling memberikan pendapatnya.24 Berdasarkan kriteria kelonggaran daan kemudahan, al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf untuk kelonggaran dan kemudahan bagi pembaca untuk membacanya berdasarkan tujuh wajah, membacanya dengan huruf mana saja yang ia inginkan.25 2. Landasan/dalil hadits tentang turunnya al-Qur’an dalam tujuh huruf 22 (Ahruf Saba’ah) Terdapat sejumlah riwayat yang secara jelas menyebutkan bahwa al-Quran diturunkan dalam tujuh huruf (sab’ah ahruf). Riwayatnya dinyatakan kuat dan bersumber dari para sahabat terkemuka yang jumlahnya cukup banyak, bahkan jumlahnya sekitar 40 orang.26 Di antaranya Ubai bin Ka’ab, Anas bin Malik Hudzaifah bin Yaman, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, dan lain-lain. Berikut riwayat yang paling masyhur tentang tujuh huruf adalah: عن ابن عبّاس رضي الله عنهما انّه قال : قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : اقرأني جبريل على حرف فراجعته فلم أزل أستزيده ويزيدنى حتّى إنتهى إلى سبعة أحرفٍ “Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Jibril membacakan kepadaku denagn satu huruf, kemudian aku mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku meminta tambah dan ia pun menambahiku samapai dengan tujuh huruf.” (HR. Bukhari dan Muslim) 24 Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qura’an I, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 153 25 Al-Zarqany, Op. Cit., hal. 164 26 Jalaluddin as-Suyuthy, Op. Cit., hal. 105
  • 23. ثمّ قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : إنّ هذا القرأن أنزل على سبعة أحرف فا قرأ وا ما تيسّر منه “Kemudian bersabda Rasulullah saw.: Sesungguhnya Al-Quran itu diturunkan atas tujuh huruf, maka bacalah yang paling mudah.” (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits kedua ini berasal dari Umar bin Khattab yang membawa Hisyam bin Hakim ke hadapan Rasulullah karena membaca surat al-Furqan dengan cara baca yang tidak pernah diajarkan Rasulullah kepadanya. Hisyam pun memperdengarkan bacaanya kepada Rasulullah, beliau berkata: “demikianlah ia diturunkan” dan seterusnya menyambung dengan sabdanya di atas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa turunnya al-Quran dalam tujuh huruf berakar dari hadist-hadits Rasulullah yang sangat banyak diriwayatkan oleh para sahabat. 23 3. Bukti adanya al-Quran turun dalam tujuh huruf Firman Allah swt:      Bisa dibaca مE لأمانا dengan bentuk jamak, dan dibaca لأمانتهم dengan bentuk mufrad.       Ini dibaca dengan me-nashab-kan kata ربنا karena menjadi munada dan dengan membaca باعد dalam bentuk amar, atau tepatnya fi’il doa. Juga dibaca ربنا بعد dengan membaca rafa’ ربنا menjadi mubtada’ dan بعد dalam bentuk madhiy, menjadi khabar mubtada’.
  • 24. 24 4. Pendapat ulama tentang makna al-Qur’an turun dalam tujuh huruf Terdapat perbedaan pendapat ulama dalam memahami al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf. Ibnu Hibban berkata: “Terjadi perbedaan pendapat ahli ilmu tentang al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf mencapai 35 pendapat,” di antaranya yaitu:27 a. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh bahasa dari bahasa-bahasa yang ada di Arab dalam satu makna. b. Tujuh huruf itu adalah tujuh bahasa dari bahasa-bahasa yang terdapat di Arab yang mana al-Quran diturunkan dengan menggunakan bahasa-bahasa tersebut. c. Sebagian ahli ilmu mengatakan bahwa tujuh huruf itu adalah tujuh bentuk, yakni al-amr, an-Nahy, al-Wa’ad, al-Wa’iid, al-Jadl, al- Qashash, dan al-Mitsal. d. Ada yang berpendapat bahwa tujuh huruf itu adalah tujuh bentuk perubahan yang terjadi perbedaan di dalamnya, yaitu: 1) Perbedaan isim-isim pada mufrad, mudzakkar, dan cabang-cabangnya yaitu tatsniyah, jama’, dan ta’nits. Misalnya Firman Allah: ( م و عهدهم راعون (المزمنون: ٨ E و الذين هم لأمانا Dibaca li amanatihim dengan jama’ dan li amanatihim dengan mufrad. 2) Perbedaan dalam I’rab, seperti firman Allah: ( ما هذا بشرا (يوسف: ٣١ Umumnya membaca dengan nashab, yang mana ma beramal seperti amalan laisa yaitu bahasa penduduk hijaz dan al-Quran diturunkan dengan bahasa tersebut. Ibnu Mas’ud membaca basyar 27 Manna’ Khalil al-Qaththan, Op. Cit., hal. 158-162
  • 25. dengan rafa’, yang merupakan bahasa bani Tamim. Maka mereka tidak mengamalkan ma sebagaimana amalan laisa 3) Perbedaan dalam tashrif 4) Perbedaan dalam taqdim dan takhir 5) Perbedaan dalam Ibdal 6) Perbedaan dalam penambahan dan pengurangan 7) Perbedaan dialek (lahjah) seperti bacaan tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis), imalah, izhar, dan idgham. Seperti membaca imalah dan tidak imalah yang terdapat pada surat an-Nazi’at: 15     Dibaca dengan meng-imalah-kan kata أتى dan موسى Pendapat ini dipegang oleh Ibnu Qutahibah Imam ar-Razi, al-Zarqani, Ibnu Jazari. Subhi Shalih juga mengikuti pendapat ini dan mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling mendekati kebenaran, terutama berbedaan yang terjadi pada lahjah (dialek). Karena ia menonjolkan hikamh besar yang terkandung di dalam hadis Rasulullah saw. mengenai turunnnya al-Quran tujuh huruf. Disinilah terdapat hal-hal yang meringankan dan memudahkan umat Isalm yang terdiri dari berbagai kabilah dialek yang berbeda-beda. 25 28 e. Sebagian ahli ilmu berpendapat bahwa tujuh huruf itu adalah jumlahnya tujuh f. Pendapat yang lainnya bahwa tujuh huruf yaitu Qiraat yang tujuh. 5. Akhir dari al-Qur’an tujuh huruf Berbeda pendapat ulama tentang akhir dari al-Qur’an tujuh huruf. Apakah masih ada dalam mushaf hari ini atau tidak. Ulama fikih, ulama Qira’at, dan Mutakallimin berpendapat bahwa seluruh huruf ini (tujuh 28 Subhi al-Shalih, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayiin, 1977), Cet. X, hal. 104-105
  • 26. huruf) ada dalam mushaf Utsmaniy. Ulama salaf, khalaf dan para imam kaum muslimin berpendapat bahwa dalam mushaf utsmaniy mencakup apa yang terkandung dalam rasamnya tujuh huruf saja. Al-Thabari dan para pengikutnya berpendapat bahwa mushaf Utsmani hanya mencakup satu huruf dari tujuh huruf yang dengannya al-Quran diturunnkan. Dengan alasan bahwa al-Quran yang mencakup tujuh huruf hanya berlaku pada masa Rasulullah saw. saja, kemudian pada masa Utsman dihapus enam dialek berdasarkan ijma’ para ulama.29 26 III. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas tentang wahyu, nuzul al-Quran, dan nuzul al-Quran dengan tujuh huruf, pemakalah dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Secara bahasa wahyu mengandung dua istilah yaitu rahasia (khafa’) dan cepat (sari’ah), jadi secara bahasa wahyu adalah pemberitahuan allah kepada hamba-Nya dengan cara rahasia dan cepat. Wahyu menurut istilah adalah pemberitahuan Allah kepada hamba pilihan-Nya sebagai bukti kenabiannya berupa risalah yang berisi kebenaran. 2. Wahyu sama-sama petunjuk dan ilmu dari Allah, namun wahyu sebagai tanda kenabian dan rasul, sedangkan ilham untuk hamba pilihan Allah selain nabi dan rasul. 3. Nuzul al-Quran tidak bisa dipahami secara ma’nawy tetapi mesti dipahami secara majazy. Karena al-Quran yang diturunkan bukanlah benda yang berisi satuan isi atau berat. Sedang kata Nuzul menurut al-Zarqany berarti turun dari satu tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. 4. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke Baitul Izzah pada malam Qadar bulan Ramadhan. Kemudian diturunkan oleh Malaikat Jibril as. kepada Nabi saw. secara berangsur-angsur lebih kurang 23 tahun. 29 Muhammad Ali al-Shobuniy, Op. Cit., hal 52
  • 27. 5. Menurut pendapat shahih dan kuat bahwa surat dan ayat yang pertama diturunkan adalah surat al-‘Alaq ayat 1-3. Sedang ayat yang terakhir diturunkan adalah surat al-Baqarah ayat 281 6. Di antara ayat dan surat ada yang diturunkan berulang-ulang yakni terjadi dua kali. Seperti surat al-Ikhlas diturunkan di Mekkah untuk membantah orang-orang kafir Quraisy, dan di Madinah untuk membantah orang yahudi. 7. Terdapat banyak riwayat yang kuat bahkan ada yang mengatakan mutawatir tentang turunnya al-Quran dengan tujuh huruf. Bahkan sampai lebih kurang 40 sahabat yang meriwayatkan haditsnya. 8. Terjadi perbedaan pendapat ulama dalam memahami makna al-Quran 27 diturunkan dengan tujuh huruf. 9. Ulama Fikih, Qira’at, dan Mutakallimin sepakat bahwa huruf yang tujuh itu masih terdapat dalam mushaf utsmaniy. Sedangkan al-Zarqany berpendapat bahwa tujuh huruf itu hanya berlaku di zaman Rasulullah saja, pada masa Utsman telah dihapuskan enam dialek yang lainnya berdasarkan kesepakatan ulama, dan hanya berpedoman kepada dialek Quraisy saja. B. KRITIK DAN SARAN Sepanjang uraian makalah yang penulis paparkan di atas, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan banyak kesalah. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan masukan dari pembaca agar makalah ini lebih baik di masa yang akan datang. Sebagai bahan perbandingan dan menambah wawasan bagi pembaca, penulis menyarankan untuk meneliti lebih jauh dan mendalam ke buku-buku ulama yang berkaitan dengan al-Qur’an dan Ilmu-ilmunya. Hanya kepada Allah penulis memohon, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
  • 28. 28 DAFTAR KEPUSTAKAAN al-Baqi, Muhammad Fu’ad ‘Abd, al-Mu’jam al-Mufahharasy li Alfazh al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), Cet. II al-Fairuzabady, Majduddin Muhammad bin Ya’kub, al-Qamus al-Muhith, (Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 2005), Cet. VIII Al-Husain bin Muhammad, Abu al-Qasim, Al-Mufradat fi Gharib al-Qur’an, (Beirut: Maktabah Nazar Mushthafa al-Baz), Juz I al-Mishriy, Ibnu Manzur al-Afriqiy, Lisan al-Arab, (Beirut: Daru Shadir, 1879), Jilid XII al-Qaththan, Manna’ Khalil, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al- ‘Ashr al-Hadits, 1990) al-Shalih, Subhi, Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ilmi li al-Malayiin, 1977), Cet. X Al-Shobuniy, Muhammad Ali, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, (Pakistan: Maktabah al-Busyra, 2011) Cet. II Al-Syayi’, Muhammad bin Abdurrahman, Nuzul al-Qur’an al-Karim, (Riyadh: Maktabah al-Malk, 1997) Al-Zarkasyi, Badaruddin Muhammad bin Abdullah, al-Burhan fi ‘Ulum al- Qur’an, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1971) Al-Zarqani, Muhammad Abdul Azhim, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulum al’Qur’an, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1990), Juz I Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT Pustaka Rezki Putra, 2000) Cet. III ‘Atar, Nuruddin, ‘Ulum al-Qur’an al-Karim, (Damaskus: Mathba’ah al-Shabl, 1993) Ma’luf, Luis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986) Ridha, Muhammad Rasyid, Al-Wahyu al-Muhammady, (Beirut: Mu’assasah ‘Izz ad-Din, 1985) Sa’id, Muhammad Ra’afat, Tarekh Nuzul al-Qur’an al-Karim, (al-Jami’ah al- Munawwifiyyah, 2001) Umar, Nasaruddin, Ulumul Qur’an Mengungkap Makna-makna Tersembunyi al- Qur’an, (Jakarta: al-Ghazali Center, 1020) Zenrif, MF., Sintesis Paradigma Studi al-Quran, (Malang: UIN-Malang Press, 2008)