SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 106
Descargar para leer sin conexión
Jurnal


Islam, Doktrin dan Peradaban

      Yayasan Paramadina


            2000
Kolofon
Tulisan ini diambil dari artikel yang dimuat di situs media.isnet.org tanpa seijin dari pengelola dan menurut situs tersebut,
                                           tulisan ini pernah diterbitkan oleh:
                                                     Yayasan Paramadina
 Digitalisasi dengan menggunakan aplikasi Adobe® InDesign® CS6 for Mac® OS X yang dibuat oleh Adobe® Systems Inc.
Typeface yang dipergunakan disini adalah: Myriad Pro, Adobe® Naskh dan Adobe® Garamond Pro yang dibuat oleh Adobe®
                                                        Systems Inc.
Jurnal


Islam, Doktrin dan Peradaban

      Yayasan Paramadina


            2000
iv
Daftar Isi
       Kolofon	ii

1.	 Disiplin Keilmuan Tradisional Islam: Ilmu Kalam 	                                       1
   (Sebuah Tinjauan Singkat Kritis Kesejarahan)
       Pertumbuhan Ilmu Kalam	                                                          2
       Peranan Kaum Khawarij dan Mu'tazilah	                                            4
       Plus-Minus Ilmu Kalam	                                                           8

2.	 Falsafah Islam: Unsur-Unsur Hellenisme di Dalamnya	                                     15
       Pertumbuhan	16
       Neoplatonisme	21
       Aristotelianisme	22
       Penutup	24

3.	 Disiplin Ilmu Keislaman Tradisional: Fiqh (Tinjauan Dari Segi Makna Kesejarahan)	       29
       Pangkal Pertumbuhan Fiqh	        30
       Masa-masa Perkembangan Formatif	 33
       Ushul al-Fiqh (I)	               35
       Hadits sebagai Sunnah	           36
       Ushul al-Fiqh (II)	              40
       Penutup	41
4.	 Kekuatan dan Kelemahan Paham Asyari Sebagai Doktrin Aqidah Islamiah	                  43
            Imam al-Asy'ari	                                                             44
            Beberapa Inti Pokok Paham Asy'ari	                                           46
            Alur Argumen Kalam Asy'ari	                                                  50
            Masalah Perilaku Manusia	                                                    54

     5.	 Disiplin Keilmuan Islam Tradisional: Tasawuf	                                         59
        (Letak dan Peran Mistisisme dalam Penghayatan Keagamaan Islam)
            Tasawuf Sebagai Gerakan Oposisi	                                             61
            Tarik-menarik Antara Syari'ah dan Thariqah	                                  63
            Tasawuf Sebagai Olah Ruhani	                                                 65
            Masalah Keabsahan Tasawuf	                                                   68

     6.	 Menangkap Kembali Dinamika Islam Klasik: Masyarakat Salaf Sebagai Masyarakat Etika	   73
            Golongan Salaf	                                                              74
            Masyarakat Salaf Sebagai Masyarakat Etik	                                    79

     7.	 Pertimbangan Kemaslahatan Dalam Menangkap Makna dan Semangat Ketentuan Keagamaan:
            Kasus Ijtihad 'Umar Ibn Al-Khattab	                                        87




vi
Disiplin Keilmuan Tradisional Islam:
                                                                                                           1
                 Ilmu Kalam
                          (Sebuah Tinjauan Singkat Kritis Kesejarahan)


I  lmu Kalam adalah salah satu dari empat disiplin
   keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian
dari tradisi kajian tentang agama Islam. Tiga lainnya
                                                        sebagai Teologia, sekalipun sebenarnya tidak
                                                        seluruhnya sama dengan pengertian Teologia
                                                        dalam agama Kristen, misalnya. (Dalam pengertian
ialah disiplin-disiplin keilmuan Fiqh, Tasawuf, dan     Teologia dalam agama kristen, Ilmu Fiqh akan
Falsafah. Jika Ilmu Fiqh membidangi segi-segi           termasuk Teologia). Karena itu sebagian kalangan
formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan          ahli yang menghendaki pengertian yang lebih
orientasinya sangat eksoteristik, mengenai hal-hal      persis akan menerjemahkan Ilmu Kalam sebagai
lahiriah, dan Ilmu Tasawuf membidangi segi-             Teologia dialektis atau Teologia Rasional, dan
segi penghayatan dan pengamalan keagamaan               mereka melihatnya sebagai suatu disiplin yang
yang lebih bersifat pribadi, sehingga tekanan           sangat khas Islam.
orientasinya pun sangat esoteristik, mengenai hal-          Sebagai unsur dalam studi klasik pemikiran
hal batiniah, kemudian Ilmu Falsafah membidangi         keislaman. Ilmu Kalam menempati posisi yang
hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif             cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum
tentang hidup ini dan lingkupnya seluas-luasnya,        Muslim. Ini terbukti dari jenis-jenis penyebutan
maka Ilmu Kalam mengarahkan pembahasannya               lain ilmu itu, yaitu sebutan sebagai Ilmu Aqd'id
kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai            (Ilmu Akidah-akidah, yakni, Simpul-simpul
derivasinya. Karena itu ia sering diterjemahkan         [Kepercayaan]), Ilmu Tawhid (Ilmu tentang
Kemaha-Esaan [Tuhan]), dan Ilmu Ushul al-Din        kaya dan beraneka ragam. Sedangkan kajian
    (Ushuluddin, yakni, Ilmu Pokok-pokok Agama). Di     tentang Ilmu Kalam meliputi hanya khazanah yang
    negeri kita, terutama seperti yang terdapat dalam   cukup terbatas, yang mencakup jenjang-jenjang
    sistem pengajaran madrasah dan pesantren, kajian    permulaan dan menengah saja, tanpa atau sedikit
    tentang Ilmu Kalam merupakan suatu kegiatan         sekali menginjak jenjang yang lanjut (advanced).
    yang tidak mungkin ditinggalkan. Ditunjukkan        Berkenaan dengan hal ini dapat disebutkan
    oleh namanya sendiri dalam sebutan-sebutan lain     contoh-contoh kitab yang banyak digunakan di
    tersebut di atas, Ilmu Kalam menjadi tumpuan        negeri kita, khususnya di pesantren-pesantren,
    pemahaman tentang sendi-sendi paling pokok          untuk pengajaran Ilmu Kalam. Yaitu dimulai
    dalam ajaran agama Islam, yaitu simpul-simpul       dengan kitab 'Aqidat al-'Awamm (Akidat Kaum
    kepercayaan, masalah Kemaha-Esaan Tuhan, dan        Awam), diteruskan dengan Bad' al-Amal (Pangkal
    pokok-pokok ajaran agama. Karena itu, tujuan        Berbagai Cita) atau Jawharat al-Tauhid (Pertama
    pengajaran Ilmu Kalam di madrasah dan pesantren     Tauhid), mungkin juga dengan kitab Al-Sanusiyyah
    ialah untuk menanamkan paham keagamaan yang         (disebut demikian karena dikarang oleh seseorang
    benar. Maka dari itu pendekatannya pun biasanya     bernama al-Sanusi).
    doktrin, seringkali juga dogmatis.                       Disamping itu, sesungguhnya Ilmu Kalam
        Meskipun begitu, dibanding dengan kajian        tidak sama sekali bebas dari kontroversi atau
    tentang Ilmu Fiqh, kajian tentang Ilmu Kalam di     sikap-sikap pro dan kontra, baik mengenai isinya,
    kalangan kaum "Santri" masih kalah mendalam dan     metodologinya, maupun klaim-klaimnya. Karena
    meluas. Mungkin dikarenakan oleh kegunaannya        itu penting sekali mengerti secukupnya ilmu
    yang praktis, kajian Ilmu Fiqh yang membidangi      ini, agar terjadi pemahaman agama yang lebih
    masalah-masalah peribadatan dan hukum itu           seimbang.
    meliputi khazanah kitab dan bahan rujukan yang




2
Pertumbuhan Ilmu Kalam                                                        1
    Sama halnya dengan disiplin-disiplin keilmuan      kalam tidaklah dimaksudkan "pembicaraan"
Islam lainnya, Ilmu Kalam juga tumbuh beberapa         dalam pengertian sehari-hari, melainkan dalam
abad setelah wafat Nabi. Tetapi lebih dari disiplin-   pengertian pembicaraan yang bernalar dengan
disiplin keilmuan Islam lainnya, Ilmu Kalam sangat     menggunakan logika. Maka ciri utama Ilmu Kalam
erat terkait dengan skisme dalam Islam. Karena         ialah rasionalitas atau logika. Karena kata-kata
itu dalam penelusurannya ke belakang, kita akan        kalam sendiri memang dimaksudkan sebagai ter
sampai kepada peristiwa pembunuhan 'Utsman             jemahan kata dan istilah Yunani logos yang juga
Ibn 'Aff'an, Khalifah III. Peristiwa menyedihkan       secara harfiah berarti "pembicaraan", tapi yang dari
dalam sejarah Islam yang sering dinamakan al-          kata itulah terambil kata logika dan logis sebagai
Fitnat al-Kubra (Fitnah Besar), sebagaimana telah      derivasinya. Kata Yunani logos juga disalin ke
banyak dibahas, merupakan pangkal pertumbuhan          dalam kata Arab manthiq, sehingga ilmu logika,
masyarakat (dan agama) Islam di berbagai bidang,       khususnya logika formal atau silogisme ciptaan
khususnya bidang-bidang politik, sosial dan paham      Aristoteles dinamakan Ilmu Mantiq ('Ilm al-Mantiq).
keagamaan. Maka Ilmu Kalam sebagai suatu               Maka kata Arab "manthiqi" berarti "logis".
bentuk pengungkapan dan penalaran paham                    Dari penjelasan singkat itu dapat diketahui
keagamaan juga hampir secara langsung tumbuh           bahwa Ilmu Kalam amat erat kaitannya dengan
dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu.           Ilmu Mantiq atau Logika. Itu, bersama dengan
    Sebelum pembahasan tentang proses                  Falsafah secara keseluruhan, mulai dikenal orang-
pertumbuhan Ilmu Kalam ini dilanjutkan,                orang Muslim Arab setelah mereka menaklukkan
dirasa perlu menyisipkan sedikit keterangan            dan kemudian bergaul dengan bangsa-bangsa
tentang Ilmu Kalam ('Ilm al-Kalam), dan akan           yang berlatar-belakang peradaban Yunani dan
lebih memperjelas sejarah pertumbuhannya itu           dunia pemikiran Yunani (Hellenisme). Hampir
sendiri. Secara harfiah, kata-kata Arab kalam,         semua daerah menjadi sasaran pembebasan
berarti "pembicaraan". Tetapi sebagai istilah,         (fat'h, liberation) orang-orang Muslim telah
terlebih dahulu mengalami Hellenisasi (disamping     atau harus dibunuh? Karena ia berbuat dosa
    Kristenisasi). Daerah-daerah itu ialah Syria,        besar (berbuat tidak adil dalam menjalankan
    Irak, Mesir dan Anatolia, dengan pusat-pusat         pemerintahan) padahal berbuat dosa besar adalah
    Hellenisme yang giat seperti Damaskus, Atiokia,      kekafiran. Dan kekafiran, apalagi kemurtadan
    Harran, dan Aleksandria. Persia (Iran) pun, meski    (menjadi kafir setelah Muslim), harus dibunuh.
    tidak mengalami Kristenisasi (tetap beragama         Mengapa perbuatan dosa besar suatu kekafiran?
    Majusi atau Zoroastrianisme), juga sedikit banyak    Karena manusia berbuat dosa besar, seperti
    mengalami Hellenisasi, dengan Jundisapur sebagai     kekafiran, adalah sikap menentang Tuhan. Maka
    pusat Hellenisme Persia.                             harus dibunuh! Dari jalan pikiran itu, para (bekas)
        Adalah untuk keperluan penalaran logis itu       pembunuh 'Utsman atau pendukung mereka
    bahan-bahan Yunani diperlukan. Mula-mula ialah       menjadi cikal-bakal kaum Qadari, yaitu mereka
    untuk membuat penalaran logis oleh orang-            yang berpaham Qadariyyah, suatu pandangan
    orang yang melakukan pembunuhan 'Utsm'an             bahwa manusia mampu menentukan amal
    atau menyetujui pembunuhan itu. Jika urutan          perbuatannya, maka manusia mutlak bertanggung
    penalaran itu disederhanakan, maka kira-kira         jawab atas segala perbuatannya itu, yang baik dan
    akan berjalan seperti ini: Mengapa 'Utsman boleh     yang buruk.

                        Peranan Kaum Khawarij dan Mu'tazilah
                                                         netral dari peperangan itu bukanlah orang-
       Para pembunuh 'Utsman itu, menurut beberapa       orang yang membunuh 'Utsman. Sebaliknya,
    petunjuk kesejarahan, menjadi pendukung              para pembunuh 'Utsman itu adalah sekelompok
    kekhalifahan 'Ali Ibn Abi Thalib, Khalifah IV. Ini   kecil dari pasukan 'Ali, sedangkan umat saat
    disebutkan, misalnya, oleh Ibn Taymiyyah, sebagai    kekhalifahan 'Utsman itu berjumlah dua ratus ribu
    berikut:                                             orang, dan yang menyetujui pembunuhannya
       Sebagian besar pasukan Ali, begitu pula mereka    seribu orang sekitar itu.(1)
    yang memerangi Ali dan mereka yang bersikap
                                                           1  Ibn Taymiyyah, Minhaj al-Sunnah, jil. 4, h. 237.

4
Tetapi mereka kemudian sangat kecewa kepada      boleh dikatakan binasa. Tetapi dalam perjalanan
'Ali, karena Khalifah ini menerima usul perdamaian    sejarah pemikiran Islam, pengaruh mereka tetap
dengan musuh mereka, Mu'awiyah ibn Abu Sufyan,        saja menjadi pokok problematika pemikiran Islam.
dalam "Peristiwa Shiffin" di situ 'Ali mengalami      Yang paling banyak mewarisi tradisi pemikiran
kekalahan di plomatis dan kehilangan kekuasaan        Khawarij ialah kaum Mu'tazilah. Mereka inilah
"de jure"-nya. Karena itu mereka memisahkan           sebenarnya kelompok Islam yang paling banyak
diri dengan membentuk kelompok baru yang              mengembangkan Ilmu Kalam seperti yang kita
kelak terkenal dengan sebutan kaum Khawarij           kenal sekarang. Berkenaan dengan Ibn Taymiyyah
(al-Kahwarij, kaum Pembelot atau Pemberontak).        mempunyai kutipan yang menarik dari keterangan
Seperti sikap mereka terhadap 'Utsman, kaum           salah seorang 'ulama' yang disebutnya Imam
Khawarij juga memandang 'Ali dan Mu'awiyah            'Abdull'ah ibn al-Mubarak. Menurut Ibn Taymiyyah,
sebagai kafir karena mengkompromikan yang             sarjana itu menyatakan demikian:
benar (haqq) dengan yang palsu (bathil). Karena           Agama adalah kepunyaan ahli (pengikut)
itu mereka merencanakan untuk membunuh 'Ali           Hadits, kebohongan kepunyaan kaum Rafidlah,
dan Mu'awiyah, juga Amr ibn al-'Ash, gubernur         (ilmu) Kalam kepunyaan kaum Mu'tazilah, tipu daya
Mesir yang sekeluarga membantu Mu'awiyah              kepunyaan (pengikut) Ra'y (temuan rasional) ... (3)
mengalahkan Ali dalam "Peristiwa Shiffin" tersebut.       Karena itu ditegaskan oleh Ibn Taymiyyah
Tapi kaum Khawarij, melalui seseorang bernama         bahwa Ilmu Kalam adalah keahlian khusus kaum
Ibn Muljam, berhasil membunuh hanya 'Ali,             Mu'tazilah.(4) Maka salah satu ciri pemikiran
sedangkan Mu'awiyah hanya mengalami luka-luka,        Mu'tazili ialah rasionalitas dan paham Qadariyyah.
dan 'Amr ibn al-'Ash selamat sepenuhnya (tapi         Namun sangat menarik bahwa yang pertama
mereka membunuh seseorang bernama Kharijah            kali benar-benar menggunakan unsur-unsur
yang disangka 'Amr, karena rupanya mirip).(2)         Yunani dalam penalaran keagamaan ialah
     Karena sikap-sikap mereka yang sangat            seseorang bernama Jahm ibn Shafwan yang justru
ekstrem dan eksklusifistik, kaum Khawarij akhirnya
                                                        3  Ibid, h. 110.
  2  Ibid, hh. 12-13.                                   4 Ibid.

                                                                                                            5
penganut paham Jabariyyah, yaitu pandangan            hendak mereka tegakkan. Golongan yang
    bahwa manusia tidak berdaya sedikit pun juga          mengingkari adanya sifat-sifat Tuhan itu dikenal
    berhadapan dengan kehendak dan ketentuan              sebagai al-Nufat ("pengingkar" [sifat-sifat Tuhan])
    Tuhan. Jahm mendapatkan bahan untuk penalaran         atau al-Mu'aththilah ("pembebas" [Tuhan dari sifat-
    Jabariyyah-nya dari Aristotelianisme, yaitu bagian    sifat]).(5)
    dari paham Aristoteles yang mengatakan bahwa              Kaum Mu'tazilah menolak paham Jabiriyyah-
    Tuhan adalah suatu kekuatan yang serupa dengan        nya kaum Jahmi. Kaum Mu'tazilah justru menjadi
    kekuatan alam, yang hanya mengenal keadaan-           pembela paham Qadariyyah seperti halnya
    keadaan umum (universal) tanpa mengenal               kaum Khawarij. Maka kaum Mu'tazilah disebut
    keadaan-keadaan khusus (partikular). Maka             sebagai "titisan" doktrinal (namun tanpa gerakan
    Tuhan tidak mungkin memberi pahala dan dosa,          politik) kaum Khawarij. Tetapi kaum Mu'tazilah
    dan segala sesuatu yang terjadi, termasuk pada        banyak mengambil alih sikap kaum Jahmi yang
    manusia, adalah seperti perjalanan hukum alam.        mengingkari sifat-sifat Tuhan itu. Lebih penting
    Hukum alam seperti itu tidak mengenal pribadi         lagi, kaum Mu'tazilah meminjam metologi
    (impersonal) dan bersifat pasti, jadi tak terlawan    kaum Jahmi, yaitu penalaran rasional, meskipun
    oleh manusia. Aristoteles mengingkari adanya          dengan berbagai premis yang berbeda, bahkan
    Tuhan yang berpribadi personal God. Baginya           berlawanan (seperti premis kebebasan dan
    Tuhan adalah kekuatan maha dasyat namun tak           kemampuan manusia). Hal ini ikut membawa kaum
    berkesadaran kecuali mengenai hal-hal universal.      Mu'tazilah kepada penggunaan bahan-bahan
    Maka mengikuti Aristoteles itu Jahm dan para          Yunani yang dipermudah oleh adanya kegiatan
    pengikutpya sampai kepada sikap mengingkari           penerjemahan buku-buku Yunani, ditambah
    adanya sifat bagi Tuhan, seperti sifat-sifat kasib,   dengan buku-buku Persi dan India, ke dalam
    pengampun, santun, maha tinggi, pemurah, dan          bahasa Arab. Kegiatan itu memuncak di bawah
    seterusnya. Bagi mereka, adanya sifat-sifat itu       pemerintahan al-Ma'mun ibn Harun al-Rasyid.
    membuat Tuhan menjadi ganda, jadi bertentangan        Penterjemahan itu telah mendorong munculnya
    dengan konsep Tauhid yang mereka akui sebagai
                                                            5  Ibid., jil. 1, hh. 344 dan 345.

6
Ahli Kalam dan Falsafah.(6)                                     Mu'tazilah berpendapat bahwa Kalam Allah itu
    Khalifah al-Ma'mun sendiri, di tengah-tengah                hadits, sementara kaum Hadits (dalam arti Sunnah,
pertikaian paham berbagai kelompok Islam,                       dan harap diperhatikan perbedaan antara kata-
memihak kaum Mu'tazilah melawan kaum                            kata hadits [a dengan topi] dan hadits [i dengan
Hadits yang dipimpin oleh Ahmad ibn Hanbal                      topi]) berpendapat al-Qur'an itu qadim seperti
(pendiri mazhab Hanbali, salah satu dari empat                  Dzat Allah sendiri.(9) Pemenjaraan Ahmad ibn
mazhab Fiqh). Lebih dari itu, Khalifah al-Ma'mun,                   "orang yang banyak bicara"), ialah karena bertengkar sesama
                                                                    mereka dengan adu argumen melalui pembicaraan kosong,
dilanjutkan oleh penggantinya, Khalifah al-                         tidak substantif. (Lihat Ibn Taymiyyah, Naqdl al-Manthiq, hh.
Mu'tashim, melakukan mihnah (pemeriksaan                            205-206).
paham pribadi, inquisition), dan menyiksa serta                  9  Berkenaan dengan kontroversi ini, seorang orientalis
                                                                    kenamaan, Wilfred Cantwell Smith dari Institute of Islamic
menjebloskan banyak orang, termasuk Ahmad ibn                       Studies, McGill University, Montreal, Canada (tempat banyak
Hanbal, ke dalam penjara.(7) Salah satu masalah                     ahli keislaman Indonesia dan Dunia belajar dan mengajar,
                                                                    termasuk, Prof. H.M. Rasydi), membandingkan paham orang
yang diperselisihkan ialah apakah Kalam atau                        Islam, khususnya aliran Sunni, dengan paham orang Kristen.
Sabda Allah, berujud al-Qur'an, itu qadim (tak                      Kata Smith, yang sebanding dengan al-Qur'an dalam Islam itu
                                                                    bukanlah Injil dalam Kristen, melainkan diri 'Isa al-masih atau
terciptakan karena menjadi satu dengan Hakikat
                                                                    Yesus Kristus. Sebab, sebagaimana orang-orang Muslim (aliran
atau Dzat Ilahi) ataukah hadits (terciptakan, karena                Sunni) memandang al-Qur'an itu qadiim seperti Dzat Ilahi,
berbentuk suara yang dinyatakan dalam huruf                         orang-orang Kristen memandang 'Isa sebagai penjelmaan
                                                                    Allah dalam sistem teologia Trinitas, yang juga qadim, sama
dan bahasa Arab)?(8) Khalifah al-Ma'mun dan kaum                    dengan al-Qur'an. Jadi jika bagi agama Islam al-Qur'an itulah
  6  Ibn Taymiyyah, Naqdl al-Manthiq, h. 185.                       wahyu Allah (Inggris: revelation, pengungkapan diri), maka
                                                                    bagi agama Kristen 'Isa al-Masih itulah wahyu, menampakkan
  7  Minhaj, jil. 1, h. 344.                                        Tuhan. Sedangkan Injil bukanlah wahyu, melainkan catatan
  8  Karena dominannya isu Kalam atau Sabda Allah apakah            tentang kehidupan 'Isa al-Masih, sehingga tidak sama
     qadim atau hadits sebagai pusat kontroversi itu maka ada       kedudukannya dengan al-Qur'an, tetapi bisa dibandingkan
     kaum ahli yang mengatakan penalaran tentang segi ajaran        dengan Hadits. Maka sejalan dengan itu Nabi Muhammad
     Islam yang relevan itu disebut Ilmu Kalam, seolah-olah         tidaklah harus dibandingkan dengan 'Isa al-Masih (karena
     merupakan ilmu atau teori tentang Kalam Allah. Disamping       dia ini "Tuhan"), tetapi dengan Paulus (karena dia ini, sama
     itu, seperti Ibn Taymiyyah, mengatakan bahwa ilmu              dengan Nabi Muhammad, adalah "rasul"). (Lihat, W. C.
     itu disebut Ilmu Kalam dan para ahlinya disebut kaum           Smith, Islam in Modern History [Princenton, N.J.: Princeton
     Mutakallim, sesuai dengan makna harfiah perkataan kalam        University Press, 19771, hh. 17-18 fn). Pandangan Islam
     dan mutakallim (pembicaraan, hampir mengarah kepada arti       tentang Isa al-Masih sudah sangat terkenal, dan tidak perlu

                                                                                                                                      7
Hanbal adalah karena masalah ini.                                  Namun jasa al-Ma'mun dalam membuka pintu
        Mihnah itu memang tidak berlangsung terlalu                    kebebasan berpikir dan ilmu pengetahuan tetap
    lama, dan orang pun bebas kembali. Tetapi ia                       diakui besar sekali dalam sejarah umat manusia.
    telah meninggalkan luka yang cukup dalam pada                      Maka kekhalifahan al-Ma'mun (198-218 H/813-833
    tubuh pemikiran Islam, yang sampai saat inipun                     M), dengan campuran unsur-unsur positif dan
    masih banyak dirasakan orang-orang Muslim.                         negatifnya, dipandang sebagai salah satu tonggak
        dikemukakan di sini. Tetapi tentang Paulus, cukup menarik      sejarah perkembangan pemikiran Islam, termasuk
        mengetahui bahwa sudah sejak awal sekali orang-orang           perkembangan Ilmu Kalam, dan juga Falsafah
        Muslim terlibat dalam kontroversi dan polemik sekitar tokoh
        ini. Menurut Ibn Taymiyyah, misalnya, Paulus (Arab: Bawlush    Islam."(10)
        ibn Yusya') adalah scorang tokoh Yahudi yang berpura-pura        10  Disini perlu kita tegaskan bahwa mihnah Khalifah
        masuk agama Nasrani dengan maksud merusak agama itu                 al-Ma'mun itu, meskipun sangat buruk, tidak dapat
        melalui pengembangan paham bahwa 'Isa al-Masih adalah               disamakan dengan inquisition yang terjadi di Spanyol
        Tuhan atau jelmaan Tuhan. Ibn Taymiyyah mengemukakan                setelah reconquest. Karena mihnah itu dilancarkan dibawah
        bahwa peranan Paulus dalam merusak agama Nasrani sama               semacam "liberalisme" Islam atau kebebasan berpikir yang
        dengan peranan 'Abdullah ibn Saba' dalam tnerusak agama             menjadi paham Mu'tazilah, melawan mereka yang dianggap
        Islam. Serupa dengan Paulus, 'Abdullah ibn Saba', kata Ibn          menghalangi "liberalisme" dan kebebasan itu, khususnya
        Taymiyyah, adalah seorang tokoh Yahudi dari Yaman yang              kaum "fundamentalis" (al-Hasywiyyun, sebuah sebutan
        menyelundup ke dalam Islam dengan tujuan merusak agama              ejekan, yang secara harfiah berarti kurang lebih "kaum
        itu dari dalam, dengan mengembangkan paham yang salah               sampah" karena malas berpikir dan menolak melakukan
        dan serba melewati batas tentang Ali ibn Abi Thalib dan             interprestasi terhadap ketentuan agama yang bagi mereka tidak
        Anggota Keluarga Nabi (Ahl al-Bayt) sebagaimana kemudian            masuk akal). Sedangkan inquisition di Spanyol kemudian
        dianut oleh kaum Rafidlah dan kaum Syi'ah pada umumnya.             Eropa pada umumnya secara total kebalikannya, yaitu atas
        (Lihat, Minhaj, jil. 1, h. 8 dan jil. 4, h. 269). Kiranya           nama paham agama yang fundamentalistik dan sempit
        kontroversi dan polemik serupa itu tidak perlu mengejutkan          melawan pikiran bebas yang menjadi paham para pengemban
        kita, karena telah merupakan bagian dari sejarah pertumbuhan        ilmu pengetahuan, termasuk para failasuf yang saat itu telah
        pemikiran keagamaan itu sendiri.                                    belajar banyak dari warisan pemikiran Islam.


                                             Plus-Minus Ilmu Kalam
        Dalam perkembangan selanjutnya, Ilmu Kalam                     Irak, bernama Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324
    tidak lagi menjadi monopoli kaum Mu'tazilah.                       H/873-935 M) yang terdidik dalam alam pikiran
    Adalah seorang sarjana dari kota Basrah di                         Mu'tazilah (dan kota Basrah memang pusat

8
pemikiran Mu'tazili). Tetapi kemudian pada usia 40   'Umar Samarani (yang populer dengan sebutan
tahun ia meninggalkan paham Mu'tazilinya, dan        Kiai Saleh Darat dari daerah dekat Semarang),
justru mempelopori suatu jenis Ilmu Kalam yang       dengan mengutip dan menafsirkan Sabda nabi
anti Mu'tazilah. Ilmu Kalam al-Asy'ar'i itu, yang    dalam sebuah hadits yang amat terkenal tentang
juga sering disebut sebagai paham Asy'ariyyah,       perpecahan umat Islam dan siapa dari mereka itu
kemudian tumbuh dan berkembang untuk                 yang bakal selamat:
menjadi Ilmu Kalam yang paling berpengaruh
dalam Islam sampai sekarang, karena dianggap            ...Wus dadi prenca-prenca umat ingkang dihin-
paling sah menurut pandangan sebagian besar             dihin ing atase pitung puluh loro pontho, lan
kaum Sunni. Kebanyakan mereka ini kemudian              mbesuk bakal pada prenca-prenca sira kabeh
menegaskan bahwa "jalan keselamatan" hanya              dadi pitting puluh telu pontho, setengah saking
didapatkan seseorang yang dalam masalah Kalam           pitung puluh telu namung sewiji ingkang
menganut al-Asy'ari.                                    selamet, lan ingkang pitung puluh loro kabeh ing
    Seorang pemikir lain yang Ilmu Kalam-nya            dalem neraka. Ana dene ingkang sewiji ingkang
mendapat pengakuan sama dengan al-Asy'ari ialah         selamet iku, iya iku kelakuan ingkang wus den
Abu Manshur al-Maturidi (wafat di Samarkand             lakoni Gusti Rasulullah s.a.w., lan iya iku 'aqa'ide
pada 333 H/944 M). Meskipun terdapat sedikit            Ahl al-Sunnah wa 'l-Jama'ah Asy'ariyyah lan
perbedaan dengan al-Asy 'ari, khususnya                 Maturidiyyah.(11)
berkenaan dengan teori tentang kebebasan                (...Umat yang telah lalu telah terpecah-pecah
manusia (al-Maturidi mengajarkan kebebasan              menjadi tujuh puluh dua golongan, dan kelak
manusia yang lebih besar daripada al-Asy'ari),          kamu semua akan terpecah-pecah menjadi tujuh
al-Maturidi dianggap sebagai pahlawan paham             puluh tiga golongan, dari antara tujuh puluh
Sunni, dan sistem Ilmu Kalamnya dipandang
                                                      11  Hajj Muhammad Shalih ibn 'Umar Samarani, Tarjamat
sebagai "jalan keselamatan", bersama dengan              Sabil al-Abid 'ala Jawharat al-Tawhid (sebuah terjemah dan
sistem al-Asy'ari. Sangat ilustratif tentang sikap       uraian panjang lebar atas kitab Ilmu Kalam yang terkenal,
                                                         Jawharat al-Tawhid, dalam bahasa Jawa huruf Pego, tanpa data
ini adalah pernyataan Haji Muhammad Shalih ibn
                                                         penerbitan), hh. 27-28.

                                                                                                                        9
tiga itu hanya satu yang selamat, sedangkan      kontroversi yang paling dini dalam pemikiran
        yang tujuh puluh dua semuanya dalam neraka.      Islam, yaitu masalah manusia dan perbuatannya,
        Adapun yang satu yang selamat itu ialah          apakah dia bebas menurut paham Qadariyyah
        mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan   atau terpaksa seperti dalam paham Jabariyyah.
        junjungan Rasulullah s.a.w., yaitu 'aqa' id      Dengan maksud menengahi antara keduanya, al-
        (pokok-pokok kepercayaan) Ahl al-Sunnah wa
                                                         Asy'ari mengajukan gagasan dan teorinya sendiri,
        ' l-Jama'ah Asy'ariyyah dan M'aturidiyyah).
                                                         yang disebutnya teori Kasb (al-kasb, acquisition,
         Kehormatan besar yang diterima al-Asy'ari       perolehan). Menurut teori itu, perbuatan manusia
     ialah karena solusi yang ditawarkannya mengenai     tidaklah dilakukan dalam kebebasan dan juga
     pertikaian klasik antara kaum "liberal" dari        tidak dalam keterpaksaan. Perbuatan manusia
     golongan Mu'tazilah dan kaum "konservatif"          tetap dijadikan dan ditentukan Tuhan, yakni
     dari golongan Hadits (Ahl al-Hadits, seperti yang   dalam keterlaksanaannya. Tetapi manusia tetap
     dipelopori oleh Ahmad ibn Hanbal dan sekalian       bertanggung-jawab atas perbuatannya itu, sebab
     imam mazhab Fiqh). Kesuksesan al-Asy'ari            ia telah melakukan kasb atau acquisition, dengan
     merupakan contoh klasik cara mengalahkan lawan      adanya keinginan, pilihan, atau keputusan untuk
     dengan meminjam dan menggunakan senjata             melakukan suatu perbuatan tertentu, dan bukan
     lawan. Dengan banyak meminjam metodologi            yang lain, meskipun ia sendiri tidak menguasai dan
     pembahasan kaum Mu'tazilah, al-Asy'ari dinilai      tidak bisa menentukan keterlaksanaan perbuatan
     berhasil mempertahankan dan memperkuat              tertentu yang diinginkan, dipilih dan diputus
     paham Sunni di bidang Ketuhanan (di bidang          sendiri untuk dilakukan itu. Ini diungkapkan
     Fiqh yang mencakup peribadatan dan hukum            secara singkat dalam nadham Jawharat al-Tawhid
     telah diselesaikan terutama oleh para imam          demikian:
     mazhab yang empat, sedangkan di bidang
     tasawuf dan filsafat terutama oleh al-Ghazali,         Wa indana li l abdi kasbun kullifa, wa lam yakun
     450-505 H/1058-1111 M). Salah satu solusi yang         mu atstsiran fa 'l-tarifa.
     diberikan oleh al-Asy'ari menyangkut salah satu

10
Fa laysa majburan wa la 'khtiyara wa laysa kullan       Tetapi tak urung konsep kasb al-Asy'ari itu
   yaf'alu 'khtiyara                                   menjadi sasaran kritik lawan-lawannya. Dan
   (Bagi kita Ahl al-Sunnah manusia terbebani          lawan-lawan al-Asy'ari tidak hanya terdiri dari
   oleh kasb dan ketahuilah bahwa ia tidak             kaum Mu'tazilah dan Syi'ah (yang dalam Ilmu
   mempengaruhi tindakannya.                           Kalam banyak mirip dengan kaum Mu'tazilah),
                                                       tetapi juga muncul, dari kalangan Ahl al-Sunnah
   Jadi manusia bukanlah terpaksa dan bukan            sendiri, khususnya kaum Hanbali. Dalam hal ini bisa
pula bebas, namun tidak seorang pun mampu              dikemukakan, sebagai contoh, yaitu pandangan
berbuat sekehendaknya).                                Ibn Taymiyyah (661-728 H/1263-1328 M), seorang
   Terhadap rumus itu Kiai Saleh Darat memberi         tokoh paling terkemuka dari kalangan kaum
komentar tipikal paham Sunni (menurut Ilmu             Hanbali. Ibn Taymiyyah menilai bahwa dengan
Kalam Asy'ari) sebagai berikut:                        teori kasb-nya itu alAsy'ari bukannya menengahi
                                                       antara kaum Jabari dan Qadari, melainkan lebih
   ... Maka Jabariyyah lan Qadariyyah iku sasar        mendekati kaum Jabari, bahkan mengarah kepada
   karone.Maka ana madshab Ahl al-Sunnah               dukungan terhadap Jahm ibn Shafwin, teoretikus
   iku tengah-tengah antarane Jabariyyah lan           Jabariyyah yang terkemuka. Dalam ungkapan
   Qadariyyah, metu antarane telethong lan getih       yang menggambarkan pertikaian pendapat
   metu rupa labanan khalishan sa'ghan li al-          beberapa golongan di bidang ini, Ibn Taymiyyah
   syaribin.(12)                                       yang nampak lebih cenderung kepada paham
   (... Maka Jabariyyah dan Qadariyyah itu kedua-      Qadariyyah (meskipun ia tentu akan mengingkari
   duanya sesat. Kemudian adalah mazhab Ahl            penilaian terhadap dirinya seperti itu) mengatakan
   al-Sunnah berada di tengah antara Jabariyyah        demikian:
   dan Qadariyyah, keluar dari antara kotoran dan          ... Sesungguhnya para pengikut paham Asy'ari
   darah susu yang murni, yang menyegarkan orang       dan sebagian orang yang menganut paham
   yang meminumnya).                                   Qadariyyah telah sependapat dengan al-Jahm
                                                       ibn Shafwan dalam prinsip pendapatnya tentang
 12  Ibid., hh. 149-151.

                                                                                                             11
Jabariyyah, meskipun mereka ini menentangnya         aneh dalam Ilmu Kalam.(15)
     secara verbal dan mengemukakan hal-hal                   Ilmu Kalam, termasuk yang dikembangkan
     yang tidak masuk akal... Begitu pula mereka itu      oleh al-Asy'ari, juga dikecam kaum Hanbali
     berlebihan dalam menentang kaum Mu'tazilah           dari segi metodologinya. Persoalan yang juga
     dalam masalah-masalah Qadariyyah —sehingga           menjadi bahan kontroversi dalam Ilmu Kalam
     kaum Mu'tazilah menuduh mereka ini pengikut          khususnya dan pemahaman Islam umumnya
     Jabariyyah— dan mereka (kaum Asy'ariyyah) itu        ialah kedudukan penalaran rasional ('aql, akal)
     mengingkari bahwa pembawaan dan kemampuan            terhadap keterangan tekstual (naql, "salinan" atau
     yang ada pada benda-benda bernyawa                   "kutipan"), baik dari Kitab Suci maupun Sunnah
     mempunyai dampak atau menjadi sebab adanya           Nabi. Kaum "liberal", seperti golongan Mut'azilah,
     kejadiankejadian (tindakan-tindakan).(13)            cenderung mendahulukan akal, dan kaum
         Namun agaknya Ibn Taymiyyah menyadari            "konservatif" khususnya kaum Hanbali, cenderung
     sepenuhnya betapa rumit dan tidak sederhananya       mendahulukan naql. Terkait dengan persoalan ini
     masalah ini. Maka sementara ia mengkritik konsep     ialah masalah interprestasi (ta'wil), sebagaimana
     kasb alAsy'ari yang ia sebutkan dirumuskan           telah kita bahas.(16) Berkenaan dengan masalah ini,
     sebagai "sesuatu perbuatan yang terwujud             metode al-Asy'ari cenderung mendahulukan naql
     pada saat adanya kemampuan yang diciptakan           dengan membolehkan interprestasi dalam hal-hal
     (oleh Tuhan untuk seseorang) dan perbuatan itu       yang memang tidak menyediakan jalan lain. Atau
     dibarengi dengan kemampuan tersebut"(14) Ibn         mengunci dengan ungkapan "bi la kayfa" (tanpa
     Taymiyyah mengangkat bahwa pendapatnya itu           bagaimana) untuk pensifatan Tuhan yang bernada
     disetujui oleh banyak tokoh Sunni, termasuk Malik,   antropomorfis (tajsim) —menggambarkan Tuhan
     Syafii dan Ibn Hanbal. Namun Ibn Taymiyyah juga      seperti manusia, misalnya, bertangan, wajah, dan
     mengatakan bahwa konsep kasb itu dikecam oleh        lain-lain. Metode al-Asy'ari ini sangat dihargai, dan
     ahli yang lain sebagai salah satu hal yang paling
                                                            15 Ibid.
       13  Minhaj, jil. 1, h. 172.                          16  Lihat kajian kita tentang "Interprestasi Metaforis" yang telah
       14  Ibid., h. 170.                                      lalu.

12
merupakan unsur kesuksesan sistemnya.                              haqiqah fi al-ayan, la fi al-adzhan).(18)
    Tetapi bagian-bagian lain dari metodologi                          Epistemologi Ibn Taymiyyah tidak
al-Asy'ari, juga epistemologinya, banyak dikecam                   mengizinkan terlalu banyak intelektualisasi,
oleh kaum Hanbali. Di mata mereka, seperti halnya                  termasuk interprestasi. Sebab baginya dasar ilmu
dengan Ilmu Kalam kaum Mu'tazilah, Ilmu Kalam                      pengetahuan manusia terutama ialah fithrah-
al-Asy'ari pun banyak menggunakan unsur-                           nya: dengan fithrah itu manusia mengetahui
unsur filsafat Yunani, khususnya logika (manthiq)                  tentang baik dan buruk, dan tentang benar dan
Aristoteles. Dalam penglihatan Ibn Taymiyyah,                      salah.(19) Fithrah yang merupakan asal kejadian
logika Aritoteles bertolak dari premis yang salah,                 manusia, yang menjadi satu dengan dirinya
yaitu premis tentang kulliyyat (universals) atau                   melalui intuisi, hati kecil, hati nurani, dan lain-lain,
al-musytarak al-muthlaq (pengertian umum                           diperkuat oleh agama, yang disebut Ibn Taymiyyah
mutlak), yang bagi Ibn Taymiyyah tidak ada dalam                   sebagai "fithrah yang diturunkan" (al-fithrah
kenyataan, hanya ada dalam pikiran manusia                         al-munazzalah). Maka metodologi kaum Kalam
saja karena tidak lebih daripada hasil ta'aqqul                    baginya adalah sesat.(20)
(intelektualisasi).(17) Demikian pula konsep-konsep                    Yang amat menarik ialah bahwa epistemologi
Aristoteles yang lain, seperti kategori-kategori                   Ibn Taymiyyah Yang Hanbali berdasarkan fithrah
yang sepuluh (esensi, kualitas, kuantitas, relasi,                 itu paralel dengan epistemologi Abu Ja'far
lokasi, waktu, situasi, posesi, aksi, dan pasi), juga              Muhammad ibn Ali ibn al-Husayn Babwayh
konsep-konsep tentang genus, spesi, aksiden,                       al-Qummi (wafat 381 H), seorang "ahli Ilmu
properti, dan lain-lain, ditolak oleh Ibn Taymiyyah                Kalam" terkemuka kalangan Syi'ah. Al-Qummi,
sebagai basil intelektualisasi yang tidak ada                      dengan mengutip berbagai hadits, memperoleh
kenyataannya di dunia luas. Maka terkenal sekali                   penegasan bahwa pengetahuan tentang Tuhan
ucapan Ibn Taymiyyah bahwa "hakikat ada di alam                    diperoleh manusia melalui fitrah-nya, dan hanya
kenyataan (di luar), tidak dalam alam pikiran" (Al-
                                                                     18  Minhaj, jil. 1, hh. 243 dan 245.
  17  Lihat Minhaj, jil. 1, hh. 235, 243, 254, 261, dan hh. 266.     19  Ibid., hh. 281 dan 291.
     Juga Naqdl al-Manthiq, h. 25,164 dan 202.                       20  Naqdl al-Manthiq, hh. 38, 39, 171, 160-162, dan 172.

                                                                                                                                13
dengan adanya fitrah itulah manusia mendapat
     manfaat dari bukti-bukti dan dalil-dalil.(21)
        Maka sejalan dengan itu, Ibn Taymiyyah
     menegaskan, bahwa pangkal iman dan ilmu ialah
     ingat (dzikr) kepada Allah. "Ingat kepada Allah
     memberi iman, dan ia adalah pangkal iman .....
     pangkal ilmu.(22)




      21  Abu Ja'far Muhammad ibn 'Ali ibn al-Husayn Babwayh
         al-Qummi, al-Tawhid (Qumm: Mu'assasat al-Nasyr al-Islami,
         1398 H), hh. 22, 35, 82 dan 230.
      22  Naqdl al-Manthiq, h. 34.

14
Falsafah Islam: Unsur-Unsur Hellenisme
                                                                                                                      2
              di Dalamnya
D    i antara empat disiplin keilmuan Islam
     tradisional: fiqh, kalam, tasawuf dan falsafah,
yang disebutkan terakhir ini barangkali adalah
                                                       orang-orang yang berjiwa keagamaan (religious),
                                                       sekalipun berbagai titik pandangan keagamaan
                                                       mereka cukup banyak berbeda, jika tidak justru
yang paling sedikit dipahami, bisa juga berarti        berlawanan, dengan yang dipunyai oleh kalangan
paling banyak disalahpahami, sekaligus juga yang       ortodoks.(1) Dan tidak mungkin menilai bahwa
paling kontroversial. Sejarah pemikiran Islam          falsafah Islam adalah carbon copy pemikiran
ditandai secara tajam antara lain oleh adanya          Yunani atau Hellenisme.(2)
polemik-polemik sekitar isi, subyek bahasan dan            Meskipun begitu, kenyataannya ialah bahwa
sikap keagamaan falsafah dan para failasuf. Karena     kata Arab "falsafah" sendiri dipinjam dari kata
itu pembahasan tentang falsafah dapat diharapkan       Yunani yang sangat terkenal, "philosophia", yang
menjadi pengungkapan secara padat dan mampat           berarti kecintaan kepada kebenaran (wisdom).
tentang peta dan perjalanan pemikiran Islam di         Dengan sedikit perubahan, kata "falsafah" itu
antara sekalian mereka yang terlibat.                  di-Indonesia-kan menjadi "filsafat" atau, akhir-
    Sebelum yang lain-lain, di sini harus ditegaskan   akhir ini, juga "filosofi" (karena adanya pengaruh
bahwa sumber dan pangkal tolak falsafah dalam          ucapan Inggris, "philosophy"). Dalam ungkapan
Islam adalah ajaran Islam sendiri sebagaimana          Arabnya yang lebih "asli", cabang ilmu tradisional
terdapat dalam al-Qur'an dan Sunnah. Para failasuf       1  R.T. Wallis, Neo Platonism (London: Gerlad Duckworth &
dalam lingkungan agama-agama yang lain,                     Company Limited, 1972), h. 164.
                                                         2  C A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World
sebagaimana ditegaskan oleh R.T. Wallis, adalah
                                                            (London: Croom Helm, 1988). h. 28.
Islam ini disebut 'ulum al-hikmah atau secara                       Disinilah pangkal kontroversi yang ada sekitar
     singkat "alhikmah" (padanan kata Yunani "sophia"),                  falsafah: sampai di mana agama Islam mengizinkan
     yang artinya ialah "kebijaksanaan" atau, lebih                      adanya masukan dari luar, khususnya jika datang
     tepat lagi, "kawicaksanaan" (Jawa) atau "wisdom"                    dari kalangan yang tidak saja bukan "ahl al-kitab"
     (Inggris). Maka "failasuf' (ambilan dari kata Yunani                seperti Yahudi dan Kristen, tetapi malahan dari
     "philosophos", pelaku filsafat), disebut juga "al-                  orang-orang Yunani kuna yang "pagan" atau
     hakim" (ahli hikmah atau orang bijaksana), dengan                   musyrik (penyembah binatang). Sesungguhnya
     bentuk jamak "al-hukama".                                           beberapa ulama ortodoks, seperti Ibn Taymiyyah
         Dari sepintas riwayat kata "filsafah" itu kiranya               dan Jalal al-Din al-Suyuthi (salah seorang
     menjadi jelas bahwa disiplin ilmu keislaman ini,                    pengarang tafsir Jalalayn), menunjuk kemusyrikan
     meskipun memiliki dasar yang kokoh dalam                            orang-orang Yunani itu sebagai salah satu alasan
     sumber-sumber ajaran Islam sendiri, banyak                          keberatan mereka terhadap falsafah. Tetapi
     mengandung unsur-unsur dari luar, yaitu terutama                    sebelum membahas lebih jauh segi-segi polemis
     Hellenisme atau dunia pemikiran Yunani.(3)                          ini, lebih dahulu dibahas pertumbuhan falsafah
       3  Istilah "Hellenisme" pertama kali diperkenalkan oleh ahli      dalam sejarah pemikiran Islam.
          sejarah dari Jerman, J. G. Droysen. Ia menggunakan perkataan
          "Hellenismus" sebagai sebutan untuk masa yang dianggapnya          kekaisaran Romawi. Sebab dalam periode itu muncul banyak
          sebagai periode peralihan antara Yunani kuna dan dunia             kerajaan di sekitar Laut Tengah, khususnya pesisir timur dan
          Kristen. Droysen lupa akan peranan Roma dalam agama                selatan seperti Syria dan Mesir, yang diperintah oleh bangsa
          Kristen (dan membatasi seolah-olah hanya Yunani saja yang          Makedonia dari Yunani. Akibatnya, mereka ini membawa
          berperan). Namun ia diakui telah berhasil mengidentifikasi         berbagai perubahan besar dalam banyak bidang di kawasan
          suatu kenyataan sejarah yang amat penting. Biasanya yang           itu, antara lain bahasa (daerah-daerah itu didominasi Bahasa
          disebut zaman Hellenik yang merupakan peralihan itu ialah          Yunani) dan pemikiran (ilmu pengetahuan Yunani, terutama
          masa sejak tahun 323 sampai 30 S.M. atau dari saat kematian        filsafatnya, diserap oleh daerah-daerah itu melalui berbagai
          Iskandar Agung sampai penggabungan Mesir kedalam                   cara). (Lihat Britannica. s.v. "Hellenic Age").


                                                         Pertumbuhan
         Falsafah tumbuh sebagai hasil interaksi                         bangsa-bangsa sekitarnya. Khususnya interaksi
     intelektual antara bangsa Arab Muslim dengan                        mereka dengan bangsa-bangsa yang ada di

16
sebelah utara Jazirah Arabia, yaitu bangsa-bangsa      (keturunan suku Bani Ghassan Yang Kristen, satelit
Syria, Mesir, dan Persia.                              Romawi). Namun berkat politik keagamaan para
    Interaksi itu berlangsung setelah adanya           penguasa Muslim berdasarkan konsep toleransi
pembebasan-pembebasan (al-futuhat) atas                Islam, sampai sekarang masih banyak kantong-
daerah-daerah tersebut segera setelah wafat Nabi       kantong minoritas Kristen dan Yahudi yang tetap
s.a.w., dibawah para khalifah. Daerah-daerah yang      bertahan dengan aman. Karena adanya konsep
segera dibebaskan oleh orang-orang Muslim itu          Islam tentang kontinuitas agama-agama (yaitu,
adalah daerah-daerah yang telah lama mengalami         bahwa agama Nabi Muhammad adalah kelanjutan
Hellenisasi. Lebih dari itu, kecuali Persia, daerah-   agama para nabi sebelumnya, khususnya Nabi-
daerah yang kemudian menjadi pusat-pusat               nabi Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub atau Isra'il,
peradaban Islam itu adalah daerah-daerah yang          Musa dan Isa-Yahudi dan Kristen),(4) orang-orang
telah terlebih dahulu mengalami Kristenisasi.          Muslim menyimpan rasa dekat atau afinitas
Bahkan sebenarnya daerah-daerah Islam sampai           tertentu kepada mereka itu. Dan rasa dekat itu ikut
sekarang ini, sejak dari Irak di timur sampai ke       melahirkan adanya sikap-sikap toleran, simpatik
Spanyol di barat, adalah praktis bekas daerah          dan akomodatif terhadap mereka dan pikiran-
agama Kristen, termasuk heartlandnya, yaitu            pikiran mereka. (Toleransi dan sikap akomodatif
Palestina. Daerah-daerah itu, dibawah kekuasaan        Islam ini ternyata kelak menimbulkan situasi ironis
pemerintahan orang-orang Muslim, selanjutnya           di zaman moderen, akibat adanya kolonialisme
memang mengalami proses Islamisasi. Tetapi
                                                         4  "Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada engkau
proses itu berjalan dalam jangka waktu yang                 (Muhammad) seperti yang telah Kami wahyukan kepada
panjang, selama berabad-abad, dan secara damai.             Nuh dan para nabi sesudahnya, dan seperti yang telah
                                                            Kami wahyukan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan
Bahkan daerah-daerah Kristen itu tidak hanya                kelompok-kelompok (para nabi), serta kepada 'Isa Ayyub,
mengalami proses Islamisasi, tetapi juga Arabisasi,         Yunus, Harun dan Sulayman. Telah pula Kami berikan
                                                            kepada Dawud (kitab) Zabur. Juga kepada para rasul yang
disamping adanya daerah-daerah yang memang                  telah Kami kisahkan mereka itu kepadamu (Muhammad)
sejak jauh sebelum Islam secara asli merupakan              sebelumnya, dan para rasul yang tidak Kami kisahkan mereka
                                                            itu kepadamu. Dan sungguh Allah telah berbicara (langsung)
daerah suku Arab tertentu seperti Libanon
                                                            kepada Musa." (Q., s. al-Nisa /4:163-165).

                                                                                                                         17
Barat, seperti adanya hubungan tidak mudah         Mesopotamia. Sebab sekalipun ilmu pengetahuan
     antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi di           Yunani merupakan bagian paling penting ilmu
     Palestina, dengan kaum Maronite di Libanon, dan    pengetahuan yang diserap orang-orang Muslim
     dengan kaum Koptik di .Mesir).                     Arab, namun mereka ini juga dengan penuh
         Toleransi dan keterbukaan orang-orang Islam    kebebasan dan kepercayaan diri menyerap dari
     dalam melihat kaum agama lain, khususnya           orang-orang Majusi dan Sabean tersebut tadi,
     Ahli Kitab tersebut mendasari adanya interaksi     bahkan juga dari orang-orang Hindu dan Cina.
     intelektual yang positif di kalangan mereka,       Karena futuhat, bangsa-bangsa non-Muslim itu
     dengan sedikit sekali kemasukan unsur prasangka    berada dibawah kekuasaan politik orang-orang
     yang berlebihan. Disamping itu, dan sebagaimana    Arab Muslim. Tetapi biarpun orang-orang Arab
     telah dikemukakan dalam pembahasan kita            itu memiliki keunggulan militer dan politik,
     tentang Islam dan pengembangan ilmu                mereka tetap menunjukkan sikap-sikap penuh
     pengetahuan yang lalu, kelebihan orang-orang       penghargaan dan pengertian kepada bangsa-
     Muslim Arab itu ialah kepercayaan kepada diri      bangsa dan budaya-budaya (termasuk agama-
     sendiri yang sedemikian mantap. Kemantapan itu     agama) yang mereka kuasai. Hasilnya ialah, seperti
     kemudian memancar pada sikap-sikap mereka          dikatakan Halkin sebagai berikut (kutipan yang
     yang positif kepada bangsa-bangsa dan budaya-      penting untuk memahami pembahasan):
     budaya lain, dengan kesediaan yang besar untuk
     menyerap dan mengadopsinya sebagai milik              ...It is to the credit of the Arabs that although they
     sendiri. Posisi psikologis yang menguntungkan         were the victors militarily and politically, they did
     itu berada tidak hanya dalam hubungannya              not regard the civilization of the vanquished lands
     dengan kaum Ahli Kitab yang memang dekat              with contempt. The riches of Syrian, Persian, and
     dengan orang-orang Muslim, tetapi juga dengan         Hindu cultures were no sooner discovered than
     kelompok-kelompok keagamaan lain seperti              they were adapted into Arabic. Caliphs, governors,
     kaum Majusi (orang-orang Persi pengikut ajaran        and others patronized scholars who did the work
     Zoroaster) dan kaum Sabean dari Harran, di utara      of translation, so that a vast body of non-Islamic

18
learning became accessible in Arabic. During                        Interaksi intelektual orang-orang Muslim
 the ninth and tenth centuries, a steady flow of                 dengan dunia pemikiran Hellenik terutama terjadi
 works on Greek medicine, physics, astronomy,                    antara lain di Iskandaria (Mesir), Damaskus, Antioch
 mathematics, and philosophy, Persian belles-                    dan Ephesus (Syria), Harran (Mesopotamia) dan
 lettres, and Hindu mathematics and astronomy                    Jundisapur (Persia). Di tempat-tempat itulah lahir
 poured into Arabic.(5)                                          dorongan pertama untuk kegiatan penelitian dan
 (...Adalah jasa orang-orang Arab bahwa                          penterjemahan karya-karya kefilsafatan dan ilmu
 sekalipun mereka itu para pemenang secara                       pengetahuan Yunani kuna, yang kelak kemudian
 militer dan politik, mereka tidak memandang                     didukung dan disponsori oleh para penguasa
 peradaban negeri-negeri yang mereka taklukkan                   Muslim.
 dengan sikap menghina. Kekayaan budaya-                             Suatu hal yang patut sekali mendapat perhatian
 budaya Syria, Persia, dan Hindu mereka salin                    lebih besar di sini ialah suasana kebebasan
 ke bahasa Arab segera setelah diketemukan.                      intelektual di zaman klasik Islam itu. Interaksi
 Para khalifah, gubernur, dan tokoh-tokoh yang
                                                                 positif antara orang-orang Arab Muslim dengan
 lain menyantuni para sarjana yang melakukan
                                                                 kalangan bukan-Muslim itu dapat terjadi hanya
 tugas penterjemahan, sehingga kumpulan ilmu
                                                                 dalam suasana penuh kebebasan, toleransi dan
 bukan-Islam yang luas dapat diperoleh dalam
 bahasa Arab. Selama abad-abad kesembilan                        keterbukaan. Sebab meskipun orang-orang Arab
 dan kesepuluh, karya-karya yang terus mengalir                  itu mempunyai ajaran agamanya yang sangat
 dalam ilmu-ilmu kedokteran, fisika, astronomi,                  tegas dan gamblang, dengan penuh lapang dada
 matematika, dan filsafat dari Yunani, sastra dari               membiarkan semua kegiatan intelektual di pusat-
 Persia, serta matematika dan astronomi dari                     pusat yang ada sejak sebelum kedatangan dan
 Hindu tercurah ke dalam bahasa Arab).                           pembebasan oleh mereka. Seperti dikatakan oleh
                                                                 C.A. Qadir:
5  Abraham S, Halkin, "The Judeo-Islamic Age, The Great
   Fusion" dalarn Leo W. Schwarz, ed., Great Ages & Ideas of        "...the centers of learning led by the Christians
   the Jewish People (New York: The Modern Library, 1956), hh.
                                                                    continued to function unmolested even after they
   218-219.

                                                                                                                        19
were subjugated by the Muslims. This indicates not         yang menjadi cikal-bakal ilmu kimia moderen.(7)
        only the intellectual freedom that prevailed under         Bahkan seorang khalifah Bani Umayyah, Marwan
        Muslim rule in those days, but also testifies to the       ibn al-Hakam (683-685 M), memerintahkan agar
        Muslims' love of knowledge and the respect they            buku kedokteran oleh Harun, seorang dokter
        paid to the scholars irrespective of their religion."(6)   dari Iskandaria Mesir, diterjemahkan dari bahasa
        (...pusat-pusat pengajaran yang dipimpin oleh              Suryani (Syriac) ke bahasa Arab.(8)
        orang-orang Kristen terus berfungsi tanpa                      Harus diketahui bahwa dalam pembagian ilmu
        terusik bahkan setelah mereka itu ditaklukkan              pengetahuan zaman itu, baik ilmu kedokteran
        oleh orang-orang Muslim. Ini menunjukkan                   maupun alkemi, sebagaimana juga metafisika,
        tidak saja kebebasan intelektual yang terdapat             matematika, astronomi, bahkan musik dan puisi,
        di mana-mana di bawah pemerintahan Islam                   dan seterusnya, termasuk falsafah. Sebab istilah
        zaman itu, tetapi juga membuktikan kecintaan               falsafah itu, dalam pengertiannya yang luas,
        orang-orang Muslim kepada ilmu dan sikap
                                                                   mencakup bidang-bidang yang sekarang bisa
        hormat yang mereka berikan kepada para
                                                                   disebut sebagai "ilmu-pengetahuan umum", yakni,
        sarjana tanpa mempedulikan agama mereka).
                                                                   bukan "ilmu pengetahuan agama", yaitu dunia
         Interaksi intelektual itu memperoleh                      kognitif yang dasar perolehannya bukan wahyu
     wujudnya yang nyata semenjak masa dini sekali                 tetapi akal, baik yang dari penalaran deduktif
     sejarah Islam. Disebut-sebut bahwa al-Harits                  maupun yang dari penyimpangan empiris. Ini
     ibn Qaladah, seorang Sahabat Nabi, sempat                     penting disadari, antara lain untuk dapat dengan
     mempelajari ilmu kedokteran di Jundisapur,                    tepat melihat segi-segi mana dari sistem falsafah
     Persia, tempat berkumpulnya beberapa failasuf                 itu yang kontroversial karena dipersoalkan oleh
     yang dikutuk gereja Kristen karena dituduh telah              kalangan ortodoks. Umumnya mereka ini, seperi
     melakukan bid'ah. Disebut-sebut juga bahwa
                                                                    7  Drs. Hasyim Asy'ari MA, Bahasa Arab dan Perkembangan
     Khalid ibn Yazid (ibn Mu'awiyah) dan Ja'far al-                   Ilmu Pengetahuan (makalah dalam seminar tentang Bahasa
     Shadiq sempat mendalami alkemi (al-kimya)                         Arab, Fakultas Sastra, UGM, Yogyakarta, 15-16 Oktober
                                                                       1988).
       6  Qadir, op. cit., h. 34.                                   8  Qadir, op. cit., h. 34.

20
Ibn Taymiyyah dan lain-lain, menolak yang bersifat      dalam banyak hal menyangkut bidang yang bagi
penalaran murni dan deduktif, dalam hal ini             mereka merupakan wewenang agama. Tetapi
khususnya metafisika (al-falsafah al-ula), karena       mereka membenarkan yang induktif dan empiris.

                                          Neoplatonisme
    Dari berbagai unsur pikiran Hellenik,               atau "Kenyataan Mutlak."(9) Untuk memahami
Platonisme Baru (Neoplatonisme) adalah                  sedikit lebih lanjut ajaran Plotinus kita perlu
salah satu yang paling berpengaruh dalam                memperhatikan beberapa unsur dalam ajaran-
sistem falsafah Islam. Neoplatonisme sendiri            ajaran Plato, Aristoteles, Pythagoras (baru) dan
merupakan falsafah kaum musyrik (pagans),               kaum Stoic.
dan rekonsiliasinya dengan suatu agama wahyu                Plato membagi kenyataan kepada yang bersifat
menimbulkan masalah besar. Tapi sebagai ajaran          "akali" (ideas, intelligibles) dan yang bersifat
yang berpangkal pada pemikiran Plotinus (205-           "inderawi" (sensibles), dengan pengertian bahwa
270 M), sebetulnya Neoplatonisme mengandung             yang akali itulah yang sebenarnya ada (ousia),
unsur yang memberi kesan tentang ajaran Tauhid.         jadi juga yang abadi dan tak berubah. Termasuk
Sebab Plotinus yang diperkirakan sebagai orang          diantara yang akali itu ialah konsep tentang
Mesir hulu yang mengalami Hellenisasi di kota           "Yang Baik", yang berada di atas semuanya dan
Iskandaria itu mengajarkan konsep tentang "yang         disebut sebagai berada di luar yang ada (beyond
Esa" (the One) sebagai prinsip tertinggi atau           being, epekeina ousias). "Yang Baik" ini kemudian
sumber penyebab (sabab, cause). Lebih dari itu,         diidentifikasi sebagai "Yang Esa", yang tak
Plotinus dapat disebut sebagai seorang mistikus,        terjangkau dan tak mungkin diketahui.
tidak. dalam arti "irrasionalis", "occultist" ataupun       Selanjutnya, mengenai wujud inderawi,
"guru ajaran esoterik", tetapi dalam artinya yang       Plato menyebutkannya sebagai hasil kerja suatu
terbatas kepada seseorang yang mempercayai              "seniman ilahi" (divine artisan, demiurge) yang
dirinya telah mengalami penyatuan dengan Tuhan          menggunakan wujud kosmos yang akali sebagai
                                                         9  Wallis, op. cit., h. 3.

                                                                                                            21
model karyanya. Disamping membentuk dunia              dengan tindakan Akal untuk menjangkau wujud
     fisik, demiurge juga membentuk jiwa kosmis dan         itu.
     jiwa atau ruh individu yang tidak akan mati. Jiwa           Dualisme Plato di atas kemudian diusahakan
     kosmis dan jiwa individu yang immaterial dan           penyatuannya oleh para penganut Pythagoras
     substansial itu merupakan letak hakikatnya yang        (baru), dan dirubahnya menjadi monisme dan
     bersifat ada sejak semula (pre-existence) dan akan     berpuncak pada konsep tentang adanya Yang
     ada untuk selamanya (post-existence immortality),      Esa dan serba maha (transenden). Ini melengkapi
     yang semuanya tunduk kepada hukum reinkarnasi.         ajaran kaum Stoic yang di samping materialistik
          Dari Aristoteles, unsur terpenting yang diambil   tapi juga immanenistik, yang mengajarkan tentang
     Plotinus ialah doktrin tentang Akal (nous) yang        kemahaberadaan (omnipresence) Tuhan dalam
     lebih tinggi daripada semua jiwa. Aristoteles          alam raya.(10)
     mengisyaratkan bahwa hanya Akal-lah yang tidak              Kesemua unsur tersebut digabung dan
     bakal mati (immortal), sedangkan wujud lainnya         diserasikan oleh Plotinus, dan menuntunnya
     hanyalah "bentuk" luar, sehingga tidak mungkin         kepada ajaran tentang tiga hypostase atau prinsip
     mempunyai eksistensi terpisah. Aristoteles juga        di atas materi, yaitu Yang Esa atau Yang Baik, Akal
     menerangkan bahwa "dewa tertinggi" (supreme            atau Intelek, dan Jiwa.(11)
     deity) ialah Akal yang selalu merenung dan
     berpikir tentang dirinya. Kegiatan kognitif Akal itu     10  Paul Edwards, ed., The Encyclopedia of Philosophy, s.v.
                                                                 "Plotinus".
     berbeda dari kegiatan inderawi, karena obyeknya,         11  I.R. Netton, Muslim Neoplatonists (London: George Allen
     yaitu wujud akali yang immaterial, adalah identik           & Unwin, 1982), h. 34.


                                             Aristotelianisme
        Telah dinyatakan bahwa Neoplatonisme cukup          ke Eropa sebelumnya, yang telah tercampur
     banyak mempengaruhi falsafah Islam. Tetapi             dengan unsur-unsur kuat Aristotelianisme. Bahkan
     sebenarnya Neoplatonisme yang sampai ke tangan         sebetulnya para failasuf Muslim justru memandang
     orang-orang Muslim, berbeda dengan yang sampai         Aristoteles sebagai "guru pertama" (al-mu'allim

22
al-awwal), yang menunjukkan rasa hormat                berbeda-beda dari kalangan agama. Orang-orang
mereka yang amat besar, dan dengan begitu juga         Kristen zaman itu, dengan doktrin Trinitasnya,
pengaruh Aristoteles kepada jalan pikiran para         tidak mungkin luput dari memperhatikan betapa
failasuf Muslim yang menonjol dalam falsafah           tiga hypostase Plotinus tidak sejalan, atau
Islam.                                                 bertentangan dengan Trinitas Kristen. Polemik-
    Neoplatonisme sendiri, sebagai gerakan,            polemik yang terjadi tentu telah mendapatkan
telah berhenti semenjak jatuhnya Iskandaria di         jalannya ke penulisan. Maka orang-orang
tangan orang-orang Arab Muslim pada tahun 642.(12)     Muslim, melalui tulisan-tulisan dalam bahasa
Sebab sejak itu yang ada secara dominan ialah          Suryani yang disalin ke Bahasa Arab, mewarisi
falsafah Islam, yang daerah pengaruhnya meliputi       versi neoplatonisme yang berbeda, yaitu Neo-
hampir seluruh bekas daerah Hellenisme.                platonisme dengan unsur kuat Aristotelianisme.(14)
    Tetapi sebelum gerakan Neoplatonis itu             Menurut pelukisan F.E. Peters, mengutip kitab al-
mandeg, ia harus terlebih dahulu bergulat              Fihrist oleh Ibn al-Nadim,
dan berhadapan dengan agama Kristen.
Dan interaksinya dengan agama Kristen itu                 The Arab version of the arrival of the Aristotelian
tidak mudah, dengan ciri pertentangan yang                corpus in the Islamic world has to do with the
cukup nyata. Salah seorang tokohnya yang                  discovery of manuseripts in a deserted house. Even
harus disebut di sini ialah pendeta Nestorius,            if true, the story omits two very important details
patriark Konstantinopel, yang karena menganut             which may be supplied from the sequel: first, the
Neoplatonisme dan melawan ajaran gereja                   manuseripts were certainly not written in Arabic;
terpaksa lari ke Syria dan akhirnya ke Jundisapur di      second, the Arabs discovered not only Aristotle but
Persia.(13)                                               a whole series of commentators as well.(15)
    Sebenarnya Neoplatonisme sebagai filsafat             (Versi Arab tentang datangnya karya-karya
musyrik memang mendapat perlakuan yang
                                                         14  Netton, op. cit., h. 33.
  12  Edwards, loc. cit.                                 15  F.E. Peters. Aristotle and the Arabs (New York: New York
  13  Qadir, op. cit., h. 32.                               University Press, 1986), h. 7.

                                                                                                                        23
Aristoteles di dunia Islam ada kaitannya           Islam, tetapi Aristotelianisme. Apalagi jika
        dengan diketemukannya naskah-naskah di             diingat bahwa orang-orang Muslim menerima
        suatu rumah kosong. Seandainya benarpun,           pikiran Yunani itu lima ratus tahun setelah fase
        kisah itu menghilangkan dua rinci penting yang     terakhir perkembangannya di Yunani sendiri, dan
        bisa melengkapi jalan cerita: pertama, naskah-     setelah dua ratus tahun pikiran itu digarap dan
        naskah itu pastilah tidak tertulis dalam Bahasa
                                                           diolah oleh para pemikir Kristen Syria. Menurut
        Arab; kedua, orang-orang Arab itu tidak hanya
                                                           Peters lebih lanjut, paham Kristen telah mencuci
        menemukan Aristoteles tetapi seluruh rangkaian
                                                           bersih tendensi "eksistensial" filsafat Yunani,
        para penafsir juga).
                                                           sehingga ketika diwariskan kepada orang-
         Ini berarti bahwa pikiran-pikiran Aristoteles     orang Arab Muslim, filsafat itu menjadi lebih
     yang sampai ke tangan orang-orang Muslim sudah        berorientasi pedagogik, bermetode skolastik, dan
     tidak "asli" lagi, melainkan telah tercampur dengan   berkecenderungan logik dan metafisik. Khususnya
     tafsiran-tafsirannya. Karena itu, meskipun orang-     logika Aristoteles (al-manthiq al-aristhi) sangat
     orang Muslim sedemikian tinggi menghormati            berpengaruh kepada pemikiran Islam melalui ilmu
     Aristoteles dan menamakannya "guru pertama",          kalam. Karena banyak menggunakan penalaran
     namun yang mereka ambil dari dia bukan hanya          logis menurut metodologi Aristoteles itu, maka
     pikiran-pikiran dia sendiri saja, melainkan justru    ilmu kalam yang mulai tampak sekitar abad VIII
     kebanyakan adalah pikiran, pemahaman, dan             dan menjadi menonjol pada abad IX itu disebut
     tafsiran orang lain terhadap ajaran Aristoteles.      juga sebagai suatu versi teologi alamiah (natural
     Singkatnya, memang bukan Aristoteles sendiri          theology, al-kalam al-thabi'i, sebagai bandingan al-
     yang berpengaruh besar kepada falsafah dalam          kalam al-Qur'ani) di kalangan orang-orang Muslim.(16)
                                                             16  Ibid., h. xx-xxxi (Introduction).


                                                      Penutup
       Sebagaimana telah diisyaratkan, orang-orang         dalam bentuknya yang telah ditafsirkan dan diolah
     Muslim berkenalan dengan ajaran Aristoteles           oleh orang-orang Syria, dan itu berarti masuknya

24
unsur-unsur Neoplatonisme. Maka cukup menarik                        Demikian pula, kita sepenuhnya
bahwa sementara orang-orang Muslim begitu                        dapat berbicara tentang pengaruh besar
sadar tentang Aristoteles dan apa yang mereka                    Aristotelianisme, yaitu dari sudut kenyataan bahwa
anggap sebagai ajaran-ajarannya, namun mereka                    kaum Muslim banyak memanfaatkan metode
tidak sadar, atau sedikit sekali mengetahui                      berpikir logis menurut logika formal (silogisme)
adanya unsur-unsur Neoplatonis didalamnya. Ini                   Aristoteles. Cukup sebagai bukti betapa jauhnya
menyebabkan sulitnya membedakan antara kedua                     pengaruh ajaran Aristoteles ini ialah populernya
unsur Hellenisme yang paling berpengaruh kepada                  ilmu mantiq di kalangan orang-orang Islam.
falsafah Islam itu, karena memang terkait satu                   Sampai sekarang masih ada dari kalangan 'ulama'
sama lainnya.                                                    kita yang menulis tentang mantiq, seperti K.H.
    Sekalipun begitu masih dapat dibenarkan                      Bishri Musthafa dari Rembang, dan ilmu mantiq
melihat adanya pengaruh khas Neoplatonisme                       masih diajarkan di beberapa pesantren. Memang
dalam dunia pemikiran Islam, seperti yang kelak                  telah tampil beberapa 'ulama' di masa lalu yang
muncul dengan jelas dalam berbagai paham                         mencoba meruntuhkan ilmu mantiq (seperti Ibn
Tasauf. Ibn Sina, misalnya, dapat dikatakan seorang              Taymiyyah dengan kitabnya, Naqdl al-Manthiq dan
Neoplatonis, disebabkan ajarannya tentang mistik                 al-Suyuthi dengan kitabnya, Shawn al-Mantiq wa
perjalanan ruhani menuju Tuhan seperti yang                      al-Kalam 'an Fann al-Manthiq wa al-Kalam). Tetapi
dimuat dalam kitabnya, Isharat. Dan memang                       bahkan al-Ghazali pun, meski telah berusaha
Neoplatonisme yang spiritualistik itu banyak                     menghancurkan falsafah dari segi metafisikanya,
mendapatkan jalan masuk ke dalam ajaran-ajaran                   adalah seorang pembela ilmu mantiq yang gigih,
Sufi. Yang paling menonjol ialah yang ada dalam                  dengan kitab-kitabnya seperti Mi'yar al-Ilm dan
ajaran sekelompok orang-orang Muslim yang                        Mihakk al-Nadhar. Bahkan kitabnya, al-Qisthas
menamakan diri mereka Ikhwan al-Shafa (secara                    al-Mustaqim, dinilai dan dituduh Ibn Taymiyyah
longgar: Persaudaraan Suci).(17)                                 sebagai usaha pencampur-adukan tak sah ajaran
                                                                 Nabi dengan falsafah Aristoteles, karena uraian-
  17  Pembahasan tentang kelompok ini yang cukup lengkap ialah
                                                                 uraian keagamaannya, dalam hal ini ilmu fiqh, yang
     yang dilakukan Netton. op. cit.

                                                                                                                      25
menggunakan sistem ilmu mantiq.                         kaum Muslim tampak nyata. Seperti dikatakan
        Tetapi, seperti telah dikemukakan di atas,           William Lane Craig,
     adalah mustahil melihat falsafah Islam sebagai
     carbon copy Hellenisme. Misalnya, meskipun                 ... the kalam argument as a proof for God's
     terdapat variasi, tetapi semua pemikir Muslim              existence originated in the minds of medieval
     berpandangan bahwa wahyu adalah sumber                     Arabic theologians, who bequeathed to the West,
     ilmu pengetahuan, dan, karena itu, mereka juga             where it became the center of hotly disputed
     membangun berbagai teori tentang kenabian                  controversy. Great minds on both sides were raged
     seperti yang dilakukan Ibn Sina dengan risalahnya          against each other: al-Ghazali versus Ibn Rushd,
     yang terkenal, Itsbat al-Nubuwwat. Mereka juga             Saadia versus Maimonides, Bonaventure versus
     mencurahkan banyak tenaga untuk membahas                   Aquinas. The central issue in this entire debate was
     kehidupan sesudah mati, suatu hal yang tidak               whether the temporal series of past events could
     terdapat padanannya dalam Hellenisme, kecuali              be actually infinite.(19)
     dengan sendirinya pada kaum Hellenis Kristen.              (...argumen kalam sebagai bukti adanya Tuhan
     Para failasuf Muslim juga membahas masalah                 berasal dari dalam pikiran para teolog Arab
     baik dan buruk, pahala dan dosa, tanggungjawab             zaman pertengahan, yang menyusup ke Barat,
     pribadi di hadapan Allah, kebebasan dan                    di mana ia menjadi pusat kontroversi yang
     keterpaksaan (determinisme), asal usul penciptaan,         diperdebatkan secara hangat. Pemikir-pemikir
     dan seterusnya, yang kesemuanya itu merupakan              dari dua pihak berhadapan satu sama lain: al-
     bagian integral dari ajaran Islam, dan sedikit sekali      Ghazali lawan Ibn Rusyd, Saadia lawan Musa
                                                                ibn Maymun, Bonaventura lawan Aquinas.
     terdapat hal serupa dalam Hellenisme.(18)
                                                                Persoalan pokok dalam seluruh debat itu ialah
        Lebih lanjut, falsafah kemudian mempengaruhi
                                                                apakah rentetan zaman dari kejadian masa
     ilmu kalam. Meski begitu, lagi-lagi, tidaklah benar
                                                                lampau itu dapat secara aktual tak terbatas).
     memandang ilmu kalam sebagai jiplakan belaka
     dari falsafah. Justru dalam ilmu kalam orisinalitas
                                                              19  William Craig, Kalam Cosmological Argument (London:
       18  Qadir, op. cit., h. 28.                               The Macmillan Press Ltd, 1979), "preface".

26
Ilmu kalam adalah unik dalam pemikiran umat           they inherited these arguments from the Arabic
manusia. Ia merupakan sumbangan Islam dalam              theologians and philosophers, whom we tend
dunia kefilsafatan yang paling orisinil. Argumen-        unfortunately to neglect.(20)
argumen yang dikembangkan dalam ilmu kalam               (Para pemikir Yahudi berpartisipasi sepenuhnya
menerobos dunia pemikiran Barat, sebagaimana             dalam kehidupan intelektual masyarakat
banyak pikiran-pikiran Islam yang lain, meskipun         Muslim, banyak di antara mereka yang menulis
hanya sedikit dari orang-orang Barat yang                dalam Bahasa Arab dan menterjemahkan
mengakuinya. Berkenaan dengan ini, Craig                 karya-karya Arab ke dalam Bahasa Ibrani.
mengatakan lebih lanjut:                                 Dan orang-orang Kristen kemudian membaca
                                                         dan menterjemahkan karya-karya para pemikir
                                                         Yahudi itu. Argumen kalam bagi permulaan
   The Jewish thinkers fully participated in the
                                                         adanya alam raya menjadi perdebatan yang
   intellectual life of the Muslim society, many of
                                                         panas, karena ditentang oleh Aquinas namun
   them writing in Arabic and translating Arabic
                                                         digunakan dan didukung oleh Bonaventure.
   works into Hebrew. And the Christians in turn read    Argumen falsafah dari wujud pasti (wajib) dan
   and translated works of these Jewish thinkers.        wujud mungkin (mumkin) banyak digunakan
   The kalam argument for the beginning of the           dalam berbagai bentuk dan akhirnya menjadi
   universe became a subject heated debate, being        kunci argumen Thomis untuk adanya Tuhan.
   opposed by Aquinas, but adopted and supported         Begitulah, bahwa argumen kosmologis itu
   by Bonaventure. The falsafa argument from             sampai ke para teolog berbahasa Latin, yang
   necessary and possible being was widely used          dalam budaya Barat kita mereka itu menerima
   in various forms and eventually became the            pengakuan untuk orisinalitas, yang mereka
   key Thomist argument for God's existence. Thus        sendiri tidak sepenuhnya berhak, karena mereka
   it was that the cosmological argument came            mewarisi argumen-argumen itu dari para teolog
                                                         dan failasuf Arab, yang sayangnya cenderung
   to the Latinspeaking theologians of the West,
                                                         kita lupakan).
   who receive in our Western culture a credit for
   originality that they do not fully deserve, since
                                                        20  Ibid., h. 18.

                                                                                                          27
Sebagaimana telah menjadi pokok                     Argumen kosmologi kalam membimbing kita ke
     pembicaraan buku William Craig yang dikutip itu,        arah adanya Khaliq yang bersifat pribadi alam
     argumen-argumen kosmologis kalam ternyata kini          raya...)
     banyak mendapatkan dukungan temuan-temuan                Adakah membuktikan adanya Tuhan yang
     ilmiah moderen. Teori big bang dari Chandrasekhar    personal itu yang menjadi titik perhatian sentral
     (pemenang hadiah Nobel), dan dikatakan dengan        falsafah dan kalam? Setelah membuktikan dengan
     temuan-temuan astronomi moderen, begitu pula         dalil-dalil dan argumen-argumen yang mantap,
     konsep waktu dari Newton dan Einstein, semuanya      para failasuf dan mutakallim beralih ke usaha
     itu, menurut Craig, mendukung argumen                memahami makna wujudnya Tuhan itu bagi
     kosmologi ilmu kalam tentang adanya Tuhan dan        manusia, kemudian dikembangkan menjadi dalil-
     "personal", yang telah menciptakan alam raya ini:    dalil dan argumen-argumen untuk mendukung
                                                          kebenaran agama. Seperti ditegaskan oleh Ibn
        We have thus concluded to a personal Creator      Rusyd dalam Fashl al-Maqal, kegiatan berfalsafah
        of the universe who exists changelessly and       adalah benar-benar pelaksanaan perintah Allah
        independently prior to creation and in time       dalam Kitab Suci. Maka, kata Ibn Rusyd, falsafah
        subsequent to creation. This ia a central core    dan agama atau syari'ah adalah dua saudara
        of what theists mean by "God"...The kalam         kandung, sehingga merupakan suatu kezaliman
        cosmological argument leads us to a personal      besar jika antara keduanya dipisahkan. Hanya
        Creator of the universe..."(21)                   memang, kata Ibn Rusyd lagi, terdapat halangan
        (Dengan begitu kita telah menyimpulkan adanya     agama yang karena ketidak-tahuannya memusuhi
        Khaliq yang personal bagi alam raya, yang ada     falsafah, dan terhadap kalangan falsafah yang juga
        tanpa berubah dan berdiri sendiri sebelum         karena ketidak-tahuannya memusuhi syari'ah. Ibn
        penciptaan alam dan dalam waktu sesudah           Rusyd sendiri adalah seorang failasuf yang amat
        penciptaan itu. Inilah inti pusat apa yang oleh   mendalami syari'ah.
        kaum teist dimaksudkan dengan "Tuhan"...

      21  Ibid., h. 152.

28
Disiplin Ilmu Keislaman Tradisional:
                                                                                                                                       3
       Fiqh (Tinjauan Dari Segi Makna
                  Kesejarahan)
D    ari empat disiplin Ilmu Keislaman Tradisional
     yang mapan yaitu ilmu fiqh ('ilm al-fiqh),
ilmu kalam ('ilm al-kalam), ilmu tasawuf ('ilm
                                                                      mendominasi pemahaman orang-orang Muslim
                                                                      akan agama mereka sehingga, karenanya, paling
                                                                      banyak membentuk bagian terpenting cara
al-tashawwuf) dan falsafah (al-falsafah atau                          berpikir mereka. Kenyataan ini dapat dikembalikan
al-hikmah),(1) fiqh adalah yang paling kuat                           kepada berbagai proses sejarah pertumbuhan
  1  Dari empat disiplin ilmu keislaman tradisional itu masing-       masyarakat Muslim masa lalu, juga kepada
     masing dapat diidentifikasikan sebagai berikut: ilmu fiqh        sebagian dari inti semangat ajaran agama Islam
     merupakan disiplin dengan bidang garapan segi-segi eksoteris
     (lahiriah) agama, yaitu terutama aspek hukum dari amalan         sendiri.
     keagamaan. Para ahli fiqh juga disebut ahl al-dhawahir               Salah satu karakteristik historis agama Islam
     (kelompok eksoteris). Ilmu tasawuf memperhatikan segi-segi
     esoteris (kedalaman, kebatinan), dan para ahli tasawuf disebut   ialah kesuksesan yang cepat luar biasa dalam
     ahl al-bawathin (kelompok esoteris). Ilmu kalam menggarap        ekspansi militer dan politik.(2) Ada indikasi bahwa
     segi-segi rasional, namun tetap lebih mengutamakan wahyu,
     sedangkan falsafah menggarap segi-segi spekulatif dengan              yang dalam peradaban Islam dikenal dengan ilmu mantiq
     kecenderungan kuat kepada metode interprestasi metaforis              (lengkapnya, 'ilm al-manthiq al-aristhi). Al-Ghazali pun,
     kepada teks-teks suci. Dari keempatnya itu falsafah adalah            yang terkenal telah berusaha merubuhkan falsafah, menaruh
     yang paling kontroversial, disebabkan persandarannya kepada           kepercayaan besar kepada ilmu mantiq ini.
     filsafat Yunani yang amat jauh. Namun ada bagian dari              2  Seperti halnya dengan Nabi Musa a.s. dan beberapa Nabi
     filsafat yang diterima hampir universal di kalangan orang-            yang lain, Nabi Muhammad dikenal dalam sosiologi agama
     orang Muslim, yaitu logika formal (silogisme) Aristoteles,            sebagai "nabi bersenjata" (armed prophet). Tapi jauh
ekspansi militer ke luar Jazirah Arabia itu mula-                       "daerah beradab" (Oikoumene, menurut sebutan
     mula dilakukan dalam keadaan terpaksa dan                               orang-orang Yunani kuna), yang membentang
     untuk tujuan pertahanan diri.(3) Tetapi dinamika                        dari Lautan Atlantik di barat sampai Gurun Gobi di
     gerakan perluasan itu kemudian seperti tidak                            timur. Sebuah kemaharajaan (empire) dunia telah
     dapat dikekang, dan dalam tempo amat singkat                            lahir dengan keluasan wilayah yang tidak pernah
     orang-orang Muslim menguasai sepenuhnya                                 terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia.
          melampaui "prestasi" Nabi Musa a.s., Nabi Muhammad s.a.w.              Disebabkan oleh ciri kekuasaan itu maka
          berhasil merampungkan hal-hal yang berlipatganda lebih
          besar dari yang dirampungkan oleh Nabi Musa dan generasi           sejak dari semula, khususnya dikalangan kaum
          berikutnya sampai Nabi Daud a.s. Ketika Rasulullah wafat,          Sunni, agama Islam dengan erat terkait dengan
          praktis seluruh Jazirah Arabia telah tunduk kepada Madinah,
          dan hanya selang beberapa tahun saja sesudah itu wilayah
                                                                             kemapanan politik. Di antara sekian banyak
          kekuasaan politik Islam meluas sampai meliputi daerah inti         implikasinya ialah bahwa para pemimpin Islam,
          peradaban manusia saat itu.
                                                                             baik yang berada pada lingkungan kekuasaan
       3  Salah satu yang mendorong orang-orang Muslim itu keluar
          Jazirah Arabia dan mengadakan bcrbagai ekspedisi militer           maupun yang menekuni bidang pemikiran, banyak
          ialah karena berita-berita yang telah beredar saat-saat terakhir   sekali disibukkan oleh usaha-usaha mengatur
          hidup Nabi bahwa orang-orang Byzantium yang telah merasa
          terancam oleh munculnya gerakan Islam itu telah menyiapkan
                                                                             masyarakat dan negara sebaik-baiknya. Ini
          pasukan yang sangat besar di perbatasan utara untuk                mendorong kepada curahan perhatian yang luar
          menghancurkan masyarakat Islam. Bahkan sebelum wafatnya,
                                                                             biasa besar untuk menggali dan mengembangkan
          Rasulullah s.a.w. telah sempat mengirim ekspedisi militer ke
          sana. Ekspedisi yang dikirim Nabi itu kemudian ditafsirkan         unsur-unsur dalam ajaran agama Islam yang
          sebagai semacam wasiat yang harus dilaksanakan, dan itulah         berhubungan dengan masalah pengaturan
          permulaan sekalian ekspedisi dan ekspansi militer yang terjadi
          selanjutnya.                                                       masyarakat dan negara.

                                              Pangkal Pertumbuhan Fiqh
         Dari suatu segi, ilmu fiqh, seperti halnya dengan                   sebagai "hukum" seperti yang sekarang umum
     ilmu-ilmu keislaman lainnya, dapat dikatakan                            dipahami orang, maka akar "hukum" yang amat
     telah tumbuh semenjak masa Nabi sendiri. Jika                           erat kaitannya dengan kekuasaan itu berada
     "fiqh" dibatasi hanya kepada pengertiannya                              dalam salah satu peranan Nabi sendiri selama

30
beliau mengemban tugas suci kerasulan (risalah),                    hirarki sosial) dan yang bersifat universal (berlaku
khususnya selama periode sesudah hijrah ke                          untuk semua orang, di semua tempat dan waktu).
Madinah, yaitu peranan sebagai pemimpin                                 Tetapi peranan Nabi dengan tugas kerasulan
masyarakat politik (Madinah) dan sebagai hakim                      (risalah) yang diembannya tidaklah hanya
pemutus perkara.(4)                                                 bersangkutan dengan hal-hal kemasyarakatan
    Peranan Nabi sebagai pemutus perkara itu                        semata. Dalam kesanggupan menangkap dan
sendiri harus dipandang sebagai tak terpisahkan                     memahami serta mengamalkan keseluruhan
dari fungsi beliau sebagai utusan Tuhan. Seperti                    makna agama yang serba segi itu ialah
halnya dengan semua penganjur agama dan                             sesungguhnya letak perbaikan dan peningkatan
moralitas, Nabi Muhammad s.a.w. membawa                             nilai kemanusiaan seseorang. Inilah kurang lebih
ajaran dengan tujuan amat penting reformasi atau                    yang dimaksudkan Nabi ketika beliau bersabda
pembabaruan dan perbaikan (ishlah)(5) kehidupan                     dalam sebuah hadits yang amat terkenal bahwa
masyarakat. Berada dalam inti reformasi itu ialah                   jika Tuhan menghendaki kebaikan untuk seseorang
aspirasi keruhanian (sebagai pengimbang aspirasi                    maka dibuatlah ia menjadi faqih (orang yang
keduniawian semata) yang populis (cita-cita                         paham) akan agamanya.(6) Demikian pula sebuah
keadilan dengan semangat kuat anti elitisme dan                     firman Ilahi yang tidak jauh maknanya dari hadits
 4  Kedudukan Nabi sebagai hakim pemutus perkara ini antara         itu, yang menegaskan hendaknya dalam setiap
    lain dikukuhkan dalam sebuah firman, Q., s. al-Nisa'/4:65,      masyarakat selalu ada kelompok orang yang
    "Maka demi Tuhanmu, mereka tidaklah beriman sehingga
    mereka berhakim kepadamu berkenaan dengan hal-hal
                                                                    melakukan tafaqquh (usaha memahami secara
    yang diperselisihkan antara mereka, kemudian mereka tidak       mendalam) tentang agamanya. Diharapkan agar
    menemui kekerabatan dalam diri mereka atas keputusan yang
                                                                    para "Spesialis" ini dapat menjalankan peran
    telah kau ambil, dan mereka pasrah sepenuh-penuhnya."
    Firman ini dan lain-lainnya juga sering menjadi acuan sebagai   sebagai sumber kekuatan moral (moral force)
    penegasan kewajiban mengikuti Nabi melalui Sunnah yang          masyarakat.(7) Maka suatu masyarakat tumbuh
    ditinggalkan beliau.
 5  Ini bisa dipahami dari firman Allah, Q. s. Hud/11:88, yang        6  Hadits yang terkenal mengatakan, "Barangsiapa Allah
    menuturkan Nabi Syu'aib dalam pernyataannya kepada                   menghendaki kebaikan baginya, maka ia dibuat paham (fiqh)
    kaumnya; "Aku hanyalah menghendaki perbaikan (ishlah,                dalam agama."
    reformasi) sedapatdapatku."                                       7  Q. s. al-Tawbah/9:122," Maka hendaknyalah pada setiap

                                                                                                                                     31
menjadi masyarakat hukum (legal society),                       simpul kepercayaan (al-'aqa'id) dan peribadatan (al-
     namun dasar strukturnya itu ialah hakikat suatu                 'ibadat), maka diberikan secara terinci (mufashshal)
     masyarakat akhlaq (ethical society).(8)                         dengan rincian yang sempurna, serta dijelaskan
         Berkenaan dengan prinsip ini al-Sayyid Sabiq,               dengan nas-nas yang serba meliputi. Karena itu
     misalnya, mengatakan bahwa Allah mengutus                       tidak seorang pun dibenarkan menambah atau
     Muhammad s.a.w. dengan kecenderungan suci                       mengurangi. Sedangkan hal-hal yang berubah
     yang lapang (al-hanifiyyat al-samhah). Rasulullah               dengan perubahan zaman dan tempat, seperti
     s.a.w. bersabda bahwa "Agama yang paling disukai                berbagai kemaslahatan sipil (al-mashalih al-
     Allah ialah al-hanifiyyat al-samhah." Kemudian                  madaniyyah) serta berbagai perkara politik dan
     kecenderungan suci yang lapang itu dilengkapi                   perang, maka diberikan secara garis besar (mujmal)
     dengan tata cara hidup praktis yang serba meliputi              agar bersesuaian dengan kemaslahatan manusia
     (al-syari'at al-jami'ah). Namun dalam sifatnya yang             di setiap masa, dan dengan ketentuan itu para
     menyeluruh itu masih dapat dikenali adanya dua                  pemegang wewenang (ulu al-amr, jamak dari wali
     hal yang berbeda: hal-hal parametris keagamaan                  al-amr, pemegang kekuasaan, yakni, pemerintah)
     yang tidak berubah-ubah, dan hal-hal dinamis,                   dapat mencari petunjuk dalam usaha menegakkan
     yang berubah menurut perubahan zaman dan                        kebenaran dan keadilan.(9)
     tempat:                                                             Maka ilmu fiqh dalam makna asalnya adalah
         ... Adapun hal-hal yang tidak berubah karena                ilmu yang berusaha memahami secara tepat
     perubahan zaman dan tempat, seperti simpul-                     ketentuan-ketentuan terinci (al-mufashshalat) dan
          golongan dari mereka (orang-orang yang beriman) itu        ketentuan-ketentuan garis besar (al-mujmalat)
          ada sekelompok orang yang tidak ikut (berperang) untuk
                                                                     dalam ajaran agama itu. Tentang hal-hal yang telah
          mendalami agama (tafaqquh), dan untuk dapat memberi
          peringatan kepada kaumnya bila mereka itu telah kembali    terinci, dengan sendirinya tidak banyak kesulitan.
          (dari perang) agar mereka semuanya waspada." Dan waspada   Tetapi tentang hal-hal yang bersifat garis besar,
          dalam hal ini, seperti taqwa, mengandung arti menjunjung
          tinggi moralitas.                                          perbedaan penafsiran dan penjabarannya sering
       8  Sebuah Hadits yang terkenal bahwa Nabi Muhammad
          bersabda, "Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi     9  Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Kuwait: Dar al-Bayan, 1388
          pekerti luhur."                                                 H/ 1968 M), j. 1, h. 13.

32
menjadi sumber kesulitan yang menimbulkan              Muslim dalam fase perkembangan historis mereka
berbagai perbedaan pendapat antara para pemikir        yang paling formatif.

                        Masa-masa Perkembangan Formatif
    Melalui masa-masa perkembangan formatifnya,        ini diperlukan penyusunan hukum-hukum
ilmu fiqh memperoleh batasnya yang jelas. Sejalan      pembalasan, dan inilah bagian 'uqubat dari ilmu
dengan yang telah dikemukakan di atas, batasan         fiqh.(10)
itu kurang lebih adalah:                                   Dari definisi dan penjelasan tentang hakikat
    ... Fiqh ialah ilmu tentang masalah-masalah        ilmu fiqh itu nampak dengan jelas titik berat
syara'iyah secara teoritis. Masalah-masalah fiqh itu   orientasi fiqh kepada masalah pengaturan hidup
berkenaan dengan perkara akhirat seperti hal-          bersama manusia dalam tatanan sosialnya, yang
hal peribadatan (ibadat) atau berkenaan dengan         inti kerangka pengaturan itu ialah masalah-
perkara dunia yang terbagi menjadi munakahat           masalah hukum. Bahkan meskipun masalah-
(tentang pernikahan), mu'amalat (tentang berbagai      masalah ibadat juga termasuk ke dalam ilmu fiqh
transaksi dalam masyarakat) dan 'uqubat (tentang       —justru merupakan yang pertama-tama dibahas—
hukuman)                                               namun cara pandang ilmu fiqh terhadap ibadat
    ...Demi terpeliharanya keadilan dan ketertiban     pun tetap bertitikberatkan orientasi hukum. Dalam
antara sesama manusia serta menjaga mereka             hal ini terkenal pembagian hukum yang lima: wajib
dari kehancuran maka diperlukanlah ketentuan-          mandub, mubah, makruh dan haram. Disamping
ketentuan yang diperkuat oleh syari'at berkenaan       itu terdapat cara penilaian kepada sesuatu sebagai
dengan perkara perkawinan, dan itulah bagian           sah atau batal, yaitu dilihat dari kenyataan apakah
munakahat dari ilmu fiqh; kemudian berkenaan           semua syarat dan rukunnya terpenuhi atau tidak.(11)
dengan perkara peradaban dalam bentuk                      Telah dikemukakan bahwa situasi yang
gotong-royong dan kerjasama, dan itulah bagian
mu'amalat dari ilmu fiqh; dan untuk memelihara           10  Majallat al-Ahkam al-'Adliyyah (Beirut: Mathba'at Syiarku,
                                                            1388 H/1968 M, cetakan kelima), h. 15
perkara peradaban itu agar tetap pada garisnya
                                                         11  Lihat catatan 1 di atas.

                                                                                                                          33
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban
Islam, Doktrin dan Peradaban

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Ahlak tasawuf
Ahlak tasawufAhlak tasawuf
Ahlak tasawufAndi Uli
 
Perkembangan Pemikiran Islam: Ilmu kalam
Perkembangan Pemikiran Islam: Ilmu kalamPerkembangan Pemikiran Islam: Ilmu kalam
Perkembangan Pemikiran Islam: Ilmu kalamZaenal Arifin
 
Bangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamAnwar Ma'rufi
 
Pengantar ilmu-kalam
Pengantar ilmu-kalamPengantar ilmu-kalam
Pengantar ilmu-kalamfaizhasbie
 
Kelompok 4 filsafat islam
Kelompok 4 filsafat islamKelompok 4 filsafat islam
Kelompok 4 filsafat islamDewi_Sejarah
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
 
Sejarah perkembangan filsafat dakwah
Sejarah perkembangan filsafat dakwahSejarah perkembangan filsafat dakwah
Sejarah perkembangan filsafat dakwahmuttaqinamafazah
 
Pemikiran Tokoh Teologi (Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho)
Pemikiran Tokoh Teologi (Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho)Pemikiran Tokoh Teologi (Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho)
Pemikiran Tokoh Teologi (Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho)Islamic Studies
 
Nota pengajian islam mpw 1143 t4
Nota pengajian islam mpw 1143 t4Nota pengajian islam mpw 1143 t4
Nota pengajian islam mpw 1143 t4Fadhil Ismail
 
Studi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamStudi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamApri Kusanto
 
Filsafat Agama Islam
Filsafat Agama IslamFilsafat Agama Islam
Filsafat Agama Islamfikarcool
 
ilmu dalam islam
ilmu dalam islamilmu dalam islam
ilmu dalam islammkazree
 
Islam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiIslam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiM fazrul
 
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & StudiesMakalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & StudiesAgus Murdadi
 
Psikologi islami-pola-pola-pengembangan-psikologi-islami
Psikologi islami-pola-pola-pengembangan-psikologi-islamiPsikologi islami-pola-pola-pengembangan-psikologi-islami
Psikologi islami-pola-pola-pengembangan-psikologi-islamiRidwan Sehat
 
makalah teologi modern oleh wahyudin dompu UIN
makalah teologi modern oleh wahyudin dompu  UINmakalah teologi modern oleh wahyudin dompu  UIN
makalah teologi modern oleh wahyudin dompu UINabdul gonde
 

La actualidad más candente (20)

Ahlak tasawuf
Ahlak tasawufAhlak tasawuf
Ahlak tasawuf
 
Perkembangan Pemikiran Islam: Ilmu kalam
Perkembangan Pemikiran Islam: Ilmu kalamPerkembangan Pemikiran Islam: Ilmu kalam
Perkembangan Pemikiran Islam: Ilmu kalam
 
Bangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalamBangunan epistemologi ilmu kalam
Bangunan epistemologi ilmu kalam
 
Pengantar ilmu-kalam
Pengantar ilmu-kalamPengantar ilmu-kalam
Pengantar ilmu-kalam
 
Konsep ilmu
Konsep ilmuKonsep ilmu
Konsep ilmu
 
Kelompok 4 filsafat islam
Kelompok 4 filsafat islamKelompok 4 filsafat islam
Kelompok 4 filsafat islam
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Sejarah perkembangan filsafat dakwah
Sejarah perkembangan filsafat dakwahSejarah perkembangan filsafat dakwah
Sejarah perkembangan filsafat dakwah
 
Pemikiran Tokoh Teologi (Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho)
Pemikiran Tokoh Teologi (Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho)Pemikiran Tokoh Teologi (Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho)
Pemikiran Tokoh Teologi (Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho)
 
makalah teologi islam
makalah teologi islammakalah teologi islam
makalah teologi islam
 
Nota pengajian islam mpw 1143 t4
Nota pengajian islam mpw 1143 t4Nota pengajian islam mpw 1143 t4
Nota pengajian islam mpw 1143 t4
 
Studi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islamStudi pemikiran filsafat islam
Studi pemikiran filsafat islam
 
Agama & filsafat
Agama & filsafatAgama & filsafat
Agama & filsafat
 
Filsafat Agama Islam
Filsafat Agama IslamFilsafat Agama Islam
Filsafat Agama Islam
 
Filsafat islam
Filsafat islamFilsafat islam
Filsafat islam
 
ilmu dalam islam
ilmu dalam islamilmu dalam islam
ilmu dalam islam
 
Islam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologiIslam dalam pandangan epistimologi
Islam dalam pandangan epistimologi
 
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & StudiesMakalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
Makalah Presentasi "Filsafat Islam" Media Culture & Studies
 
Psikologi islami-pola-pola-pengembangan-psikologi-islami
Psikologi islami-pola-pola-pengembangan-psikologi-islamiPsikologi islami-pola-pola-pengembangan-psikologi-islami
Psikologi islami-pola-pola-pengembangan-psikologi-islami
 
makalah teologi modern oleh wahyudin dompu UIN
makalah teologi modern oleh wahyudin dompu  UINmakalah teologi modern oleh wahyudin dompu  UIN
makalah teologi modern oleh wahyudin dompu UIN
 

Similar a Islam, Doktrin dan Peradaban

Arah baru metode pemikiran hukum islam
Arah baru metode pemikiran hukum islamArah baru metode pemikiran hukum islam
Arah baru metode pemikiran hukum islamRaden Aziz
 
Fikih kel 6
Fikih kel 6Fikih kel 6
Fikih kel 6Ltfltf
 
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptxMata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptxLaskarAjiMuhammadNur
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Ltfltf
 
PPT Ilmu Kalam.pptx
PPT Ilmu Kalam.pptxPPT Ilmu Kalam.pptx
PPT Ilmu Kalam.pptxHelendya
 
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.Faseha 3
 
Makalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuMakalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuAbuy Thea
 
Makalah Metodologi Sutudi Islam
Makalah Metodologi Sutudi IslamMakalah Metodologi Sutudi Islam
Makalah Metodologi Sutudi IslamMuhammad Idris
 
metodologi studi islam
metodologi studi islam metodologi studi islam
metodologi studi islam Muhammad Idris
 
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamSejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamoonx
 
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)Abdul Khaliq
 
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docxDavid Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docxoktavianusbaptista1
 
2. ISLAM SEBAGAI ILMU (PART 2).pptx
2. ISLAM SEBAGAI ILMU (PART 2).pptx2. ISLAM SEBAGAI ILMU (PART 2).pptx
2. ISLAM SEBAGAI ILMU (PART 2).pptxGhifariYuristiadhi1
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamEdwarn Abazel
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)Aina Sofieyah
 

Similar a Islam, Doktrin dan Peradaban (20)

Berbagai pendekatan konteks studi islam
Berbagai pendekatan konteks studi islamBerbagai pendekatan konteks studi islam
Berbagai pendekatan konteks studi islam
 
Pengantar studi islam Komprehensif
Pengantar studi islam KomprehensifPengantar studi islam Komprehensif
Pengantar studi islam Komprehensif
 
Arah baru metode pemikiran hukum islam
Arah baru metode pemikiran hukum islamArah baru metode pemikiran hukum islam
Arah baru metode pemikiran hukum islam
 
Ilmu Kalam.ppt
Ilmu Kalam.pptIlmu Kalam.ppt
Ilmu Kalam.ppt
 
Fikih kel 6
Fikih kel 6Fikih kel 6
Fikih kel 6
 
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptxMata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
Mata Kuliah MSI, KLP 1 TERM 2.pptx
 
Fiqh kel 6
Fiqh kel 6Fiqh kel 6
Fiqh kel 6
 
Metodologi studiislam2010
Metodologi studiislam2010Metodologi studiislam2010
Metodologi studiislam2010
 
PPT Ilmu Kalam.pptx
PPT Ilmu Kalam.pptxPPT Ilmu Kalam.pptx
PPT Ilmu Kalam.pptx
 
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
Jurnal. usuluddin.30.2009.09.basri.ilmu.
 
Makalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmuMakalah integrasi ilmu
Makalah integrasi ilmu
 
Makalah Metodologi Sutudi Islam
Makalah Metodologi Sutudi IslamMakalah Metodologi Sutudi Islam
Makalah Metodologi Sutudi Islam
 
metodologi studi islam
metodologi studi islam metodologi studi islam
metodologi studi islam
 
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamSejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
 
Ahlul ra'yi
Ahlul ra'yiAhlul ra'yi
Ahlul ra'yi
 
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
UICI 2022 - Bab 03 sains dan islam (nota)
 
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docxDavid Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
David Ben Usolin Jawaban Modul 7-13.docx
 
2. ISLAM SEBAGAI ILMU (PART 2).pptx
2. ISLAM SEBAGAI ILMU (PART 2).pptx2. ISLAM SEBAGAI ILMU (PART 2).pptx
2. ISLAM SEBAGAI ILMU (PART 2).pptx
 
Pengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islamPengertian metodologi studi islam
Pengertian metodologi studi islam
 
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
tokoh pemikiran islam semasa: Fazlur rahman ( fpi ukm)
 

Más de Idul Choliq

Membumikan al qur'an
Membumikan al qur'anMembumikan al qur'an
Membumikan al qur'anIdul Choliq
 
Musyawarah burung
Musyawarah burungMusyawarah burung
Musyawarah burungIdul Choliq
 
Titik temu islam kristen
Titik temu islam kristenTitik temu islam kristen
Titik temu islam kristenIdul Choliq
 
Asal usul kitab suci
Asal usul kitab suciAsal usul kitab suci
Asal usul kitab suciIdul Choliq
 
Perjalanan menuju mimbar
Perjalanan menuju mimbarPerjalanan menuju mimbar
Perjalanan menuju mimbarIdul Choliq
 

Más de Idul Choliq (6)

Membumikan al qur'an
Membumikan al qur'anMembumikan al qur'an
Membumikan al qur'an
 
Musyawarah burung
Musyawarah burungMusyawarah burung
Musyawarah burung
 
Titik temu islam kristen
Titik temu islam kristenTitik temu islam kristen
Titik temu islam kristen
 
Asal usul kitab suci
Asal usul kitab suciAsal usul kitab suci
Asal usul kitab suci
 
Perjalanan menuju mimbar
Perjalanan menuju mimbarPerjalanan menuju mimbar
Perjalanan menuju mimbar
 
Membaca ulil
Membaca ulilMembaca ulil
Membaca ulil
 

Islam, Doktrin dan Peradaban

  • 1. Jurnal Islam, Doktrin dan Peradaban Yayasan Paramadina 2000
  • 2. Kolofon Tulisan ini diambil dari artikel yang dimuat di situs media.isnet.org tanpa seijin dari pengelola dan menurut situs tersebut, tulisan ini pernah diterbitkan oleh: Yayasan Paramadina Digitalisasi dengan menggunakan aplikasi Adobe® InDesign® CS6 for Mac® OS X yang dibuat oleh Adobe® Systems Inc. Typeface yang dipergunakan disini adalah: Myriad Pro, Adobe® Naskh dan Adobe® Garamond Pro yang dibuat oleh Adobe® Systems Inc.
  • 3. Jurnal Islam, Doktrin dan Peradaban Yayasan Paramadina 2000
  • 4. iv
  • 5. Daftar Isi Kolofon ii 1. Disiplin Keilmuan Tradisional Islam: Ilmu Kalam 1 (Sebuah Tinjauan Singkat Kritis Kesejarahan) Pertumbuhan Ilmu Kalam 2 Peranan Kaum Khawarij dan Mu'tazilah 4 Plus-Minus Ilmu Kalam 8 2. Falsafah Islam: Unsur-Unsur Hellenisme di Dalamnya 15 Pertumbuhan 16 Neoplatonisme 21 Aristotelianisme 22 Penutup 24 3. Disiplin Ilmu Keislaman Tradisional: Fiqh (Tinjauan Dari Segi Makna Kesejarahan) 29 Pangkal Pertumbuhan Fiqh 30 Masa-masa Perkembangan Formatif 33 Ushul al-Fiqh (I) 35 Hadits sebagai Sunnah 36 Ushul al-Fiqh (II) 40 Penutup 41
  • 6. 4. Kekuatan dan Kelemahan Paham Asyari Sebagai Doktrin Aqidah Islamiah 43 Imam al-Asy'ari 44 Beberapa Inti Pokok Paham Asy'ari 46 Alur Argumen Kalam Asy'ari 50 Masalah Perilaku Manusia 54 5. Disiplin Keilmuan Islam Tradisional: Tasawuf 59 (Letak dan Peran Mistisisme dalam Penghayatan Keagamaan Islam) Tasawuf Sebagai Gerakan Oposisi 61 Tarik-menarik Antara Syari'ah dan Thariqah 63 Tasawuf Sebagai Olah Ruhani 65 Masalah Keabsahan Tasawuf 68 6. Menangkap Kembali Dinamika Islam Klasik: Masyarakat Salaf Sebagai Masyarakat Etika 73 Golongan Salaf 74 Masyarakat Salaf Sebagai Masyarakat Etik 79 7. Pertimbangan Kemaslahatan Dalam Menangkap Makna dan Semangat Ketentuan Keagamaan: Kasus Ijtihad 'Umar Ibn Al-Khattab 87 vi
  • 7. Disiplin Keilmuan Tradisional Islam: 1 Ilmu Kalam (Sebuah Tinjauan Singkat Kritis Kesejarahan) I lmu Kalam adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama Islam. Tiga lainnya sebagai Teologia, sekalipun sebenarnya tidak seluruhnya sama dengan pengertian Teologia dalam agama Kristen, misalnya. (Dalam pengertian ialah disiplin-disiplin keilmuan Fiqh, Tasawuf, dan Teologia dalam agama kristen, Ilmu Fiqh akan Falsafah. Jika Ilmu Fiqh membidangi segi-segi termasuk Teologia). Karena itu sebagian kalangan formal peribadatan dan hukum, sehingga tekanan ahli yang menghendaki pengertian yang lebih orientasinya sangat eksoteristik, mengenai hal-hal persis akan menerjemahkan Ilmu Kalam sebagai lahiriah, dan Ilmu Tasawuf membidangi segi- Teologia dialektis atau Teologia Rasional, dan segi penghayatan dan pengamalan keagamaan mereka melihatnya sebagai suatu disiplin yang yang lebih bersifat pribadi, sehingga tekanan sangat khas Islam. orientasinya pun sangat esoteristik, mengenai hal- Sebagai unsur dalam studi klasik pemikiran hal batiniah, kemudian Ilmu Falsafah membidangi keislaman. Ilmu Kalam menempati posisi yang hal-hal yang bersifat perenungan spekulatif cukup terhormat dalam tradisi keilmuan kaum tentang hidup ini dan lingkupnya seluas-luasnya, Muslim. Ini terbukti dari jenis-jenis penyebutan maka Ilmu Kalam mengarahkan pembahasannya lain ilmu itu, yaitu sebutan sebagai Ilmu Aqd'id kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai (Ilmu Akidah-akidah, yakni, Simpul-simpul derivasinya. Karena itu ia sering diterjemahkan [Kepercayaan]), Ilmu Tawhid (Ilmu tentang
  • 8. Kemaha-Esaan [Tuhan]), dan Ilmu Ushul al-Din kaya dan beraneka ragam. Sedangkan kajian (Ushuluddin, yakni, Ilmu Pokok-pokok Agama). Di tentang Ilmu Kalam meliputi hanya khazanah yang negeri kita, terutama seperti yang terdapat dalam cukup terbatas, yang mencakup jenjang-jenjang sistem pengajaran madrasah dan pesantren, kajian permulaan dan menengah saja, tanpa atau sedikit tentang Ilmu Kalam merupakan suatu kegiatan sekali menginjak jenjang yang lanjut (advanced). yang tidak mungkin ditinggalkan. Ditunjukkan Berkenaan dengan hal ini dapat disebutkan oleh namanya sendiri dalam sebutan-sebutan lain contoh-contoh kitab yang banyak digunakan di tersebut di atas, Ilmu Kalam menjadi tumpuan negeri kita, khususnya di pesantren-pesantren, pemahaman tentang sendi-sendi paling pokok untuk pengajaran Ilmu Kalam. Yaitu dimulai dalam ajaran agama Islam, yaitu simpul-simpul dengan kitab 'Aqidat al-'Awamm (Akidat Kaum kepercayaan, masalah Kemaha-Esaan Tuhan, dan Awam), diteruskan dengan Bad' al-Amal (Pangkal pokok-pokok ajaran agama. Karena itu, tujuan Berbagai Cita) atau Jawharat al-Tauhid (Pertama pengajaran Ilmu Kalam di madrasah dan pesantren Tauhid), mungkin juga dengan kitab Al-Sanusiyyah ialah untuk menanamkan paham keagamaan yang (disebut demikian karena dikarang oleh seseorang benar. Maka dari itu pendekatannya pun biasanya bernama al-Sanusi). doktrin, seringkali juga dogmatis. Disamping itu, sesungguhnya Ilmu Kalam Meskipun begitu, dibanding dengan kajian tidak sama sekali bebas dari kontroversi atau tentang Ilmu Fiqh, kajian tentang Ilmu Kalam di sikap-sikap pro dan kontra, baik mengenai isinya, kalangan kaum "Santri" masih kalah mendalam dan metodologinya, maupun klaim-klaimnya. Karena meluas. Mungkin dikarenakan oleh kegunaannya itu penting sekali mengerti secukupnya ilmu yang praktis, kajian Ilmu Fiqh yang membidangi ini, agar terjadi pemahaman agama yang lebih masalah-masalah peribadatan dan hukum itu seimbang. meliputi khazanah kitab dan bahan rujukan yang 2
  • 9. Pertumbuhan Ilmu Kalam 1 Sama halnya dengan disiplin-disiplin keilmuan kalam tidaklah dimaksudkan "pembicaraan" Islam lainnya, Ilmu Kalam juga tumbuh beberapa dalam pengertian sehari-hari, melainkan dalam abad setelah wafat Nabi. Tetapi lebih dari disiplin- pengertian pembicaraan yang bernalar dengan disiplin keilmuan Islam lainnya, Ilmu Kalam sangat menggunakan logika. Maka ciri utama Ilmu Kalam erat terkait dengan skisme dalam Islam. Karena ialah rasionalitas atau logika. Karena kata-kata itu dalam penelusurannya ke belakang, kita akan kalam sendiri memang dimaksudkan sebagai ter sampai kepada peristiwa pembunuhan 'Utsman jemahan kata dan istilah Yunani logos yang juga Ibn 'Aff'an, Khalifah III. Peristiwa menyedihkan secara harfiah berarti "pembicaraan", tapi yang dari dalam sejarah Islam yang sering dinamakan al- kata itulah terambil kata logika dan logis sebagai Fitnat al-Kubra (Fitnah Besar), sebagaimana telah derivasinya. Kata Yunani logos juga disalin ke banyak dibahas, merupakan pangkal pertumbuhan dalam kata Arab manthiq, sehingga ilmu logika, masyarakat (dan agama) Islam di berbagai bidang, khususnya logika formal atau silogisme ciptaan khususnya bidang-bidang politik, sosial dan paham Aristoteles dinamakan Ilmu Mantiq ('Ilm al-Mantiq). keagamaan. Maka Ilmu Kalam sebagai suatu Maka kata Arab "manthiqi" berarti "logis". bentuk pengungkapan dan penalaran paham Dari penjelasan singkat itu dapat diketahui keagamaan juga hampir secara langsung tumbuh bahwa Ilmu Kalam amat erat kaitannya dengan dengan bertitik tolak dari Fitnah Besar itu. Ilmu Mantiq atau Logika. Itu, bersama dengan Sebelum pembahasan tentang proses Falsafah secara keseluruhan, mulai dikenal orang- pertumbuhan Ilmu Kalam ini dilanjutkan, orang Muslim Arab setelah mereka menaklukkan dirasa perlu menyisipkan sedikit keterangan dan kemudian bergaul dengan bangsa-bangsa tentang Ilmu Kalam ('Ilm al-Kalam), dan akan yang berlatar-belakang peradaban Yunani dan lebih memperjelas sejarah pertumbuhannya itu dunia pemikiran Yunani (Hellenisme). Hampir sendiri. Secara harfiah, kata-kata Arab kalam, semua daerah menjadi sasaran pembebasan berarti "pembicaraan". Tetapi sebagai istilah, (fat'h, liberation) orang-orang Muslim telah
  • 10. terlebih dahulu mengalami Hellenisasi (disamping atau harus dibunuh? Karena ia berbuat dosa Kristenisasi). Daerah-daerah itu ialah Syria, besar (berbuat tidak adil dalam menjalankan Irak, Mesir dan Anatolia, dengan pusat-pusat pemerintahan) padahal berbuat dosa besar adalah Hellenisme yang giat seperti Damaskus, Atiokia, kekafiran. Dan kekafiran, apalagi kemurtadan Harran, dan Aleksandria. Persia (Iran) pun, meski (menjadi kafir setelah Muslim), harus dibunuh. tidak mengalami Kristenisasi (tetap beragama Mengapa perbuatan dosa besar suatu kekafiran? Majusi atau Zoroastrianisme), juga sedikit banyak Karena manusia berbuat dosa besar, seperti mengalami Hellenisasi, dengan Jundisapur sebagai kekafiran, adalah sikap menentang Tuhan. Maka pusat Hellenisme Persia. harus dibunuh! Dari jalan pikiran itu, para (bekas) Adalah untuk keperluan penalaran logis itu pembunuh 'Utsman atau pendukung mereka bahan-bahan Yunani diperlukan. Mula-mula ialah menjadi cikal-bakal kaum Qadari, yaitu mereka untuk membuat penalaran logis oleh orang- yang berpaham Qadariyyah, suatu pandangan orang yang melakukan pembunuhan 'Utsm'an bahwa manusia mampu menentukan amal atau menyetujui pembunuhan itu. Jika urutan perbuatannya, maka manusia mutlak bertanggung penalaran itu disederhanakan, maka kira-kira jawab atas segala perbuatannya itu, yang baik dan akan berjalan seperti ini: Mengapa 'Utsman boleh yang buruk. Peranan Kaum Khawarij dan Mu'tazilah netral dari peperangan itu bukanlah orang- Para pembunuh 'Utsman itu, menurut beberapa orang yang membunuh 'Utsman. Sebaliknya, petunjuk kesejarahan, menjadi pendukung para pembunuh 'Utsman itu adalah sekelompok kekhalifahan 'Ali Ibn Abi Thalib, Khalifah IV. Ini kecil dari pasukan 'Ali, sedangkan umat saat disebutkan, misalnya, oleh Ibn Taymiyyah, sebagai kekhalifahan 'Utsman itu berjumlah dua ratus ribu berikut: orang, dan yang menyetujui pembunuhannya Sebagian besar pasukan Ali, begitu pula mereka seribu orang sekitar itu.(1) yang memerangi Ali dan mereka yang bersikap 1  Ibn Taymiyyah, Minhaj al-Sunnah, jil. 4, h. 237. 4
  • 11. Tetapi mereka kemudian sangat kecewa kepada boleh dikatakan binasa. Tetapi dalam perjalanan 'Ali, karena Khalifah ini menerima usul perdamaian sejarah pemikiran Islam, pengaruh mereka tetap dengan musuh mereka, Mu'awiyah ibn Abu Sufyan, saja menjadi pokok problematika pemikiran Islam. dalam "Peristiwa Shiffin" di situ 'Ali mengalami Yang paling banyak mewarisi tradisi pemikiran kekalahan di plomatis dan kehilangan kekuasaan Khawarij ialah kaum Mu'tazilah. Mereka inilah "de jure"-nya. Karena itu mereka memisahkan sebenarnya kelompok Islam yang paling banyak diri dengan membentuk kelompok baru yang mengembangkan Ilmu Kalam seperti yang kita kelak terkenal dengan sebutan kaum Khawarij kenal sekarang. Berkenaan dengan Ibn Taymiyyah (al-Kahwarij, kaum Pembelot atau Pemberontak). mempunyai kutipan yang menarik dari keterangan Seperti sikap mereka terhadap 'Utsman, kaum salah seorang 'ulama' yang disebutnya Imam Khawarij juga memandang 'Ali dan Mu'awiyah 'Abdull'ah ibn al-Mubarak. Menurut Ibn Taymiyyah, sebagai kafir karena mengkompromikan yang sarjana itu menyatakan demikian: benar (haqq) dengan yang palsu (bathil). Karena Agama adalah kepunyaan ahli (pengikut) itu mereka merencanakan untuk membunuh 'Ali Hadits, kebohongan kepunyaan kaum Rafidlah, dan Mu'awiyah, juga Amr ibn al-'Ash, gubernur (ilmu) Kalam kepunyaan kaum Mu'tazilah, tipu daya Mesir yang sekeluarga membantu Mu'awiyah kepunyaan (pengikut) Ra'y (temuan rasional) ... (3) mengalahkan Ali dalam "Peristiwa Shiffin" tersebut. Karena itu ditegaskan oleh Ibn Taymiyyah Tapi kaum Khawarij, melalui seseorang bernama bahwa Ilmu Kalam adalah keahlian khusus kaum Ibn Muljam, berhasil membunuh hanya 'Ali, Mu'tazilah.(4) Maka salah satu ciri pemikiran sedangkan Mu'awiyah hanya mengalami luka-luka, Mu'tazili ialah rasionalitas dan paham Qadariyyah. dan 'Amr ibn al-'Ash selamat sepenuhnya (tapi Namun sangat menarik bahwa yang pertama mereka membunuh seseorang bernama Kharijah kali benar-benar menggunakan unsur-unsur yang disangka 'Amr, karena rupanya mirip).(2) Yunani dalam penalaran keagamaan ialah Karena sikap-sikap mereka yang sangat seseorang bernama Jahm ibn Shafwan yang justru ekstrem dan eksklusifistik, kaum Khawarij akhirnya 3  Ibid, h. 110. 2  Ibid, hh. 12-13. 4 Ibid. 5
  • 12. penganut paham Jabariyyah, yaitu pandangan hendak mereka tegakkan. Golongan yang bahwa manusia tidak berdaya sedikit pun juga mengingkari adanya sifat-sifat Tuhan itu dikenal berhadapan dengan kehendak dan ketentuan sebagai al-Nufat ("pengingkar" [sifat-sifat Tuhan]) Tuhan. Jahm mendapatkan bahan untuk penalaran atau al-Mu'aththilah ("pembebas" [Tuhan dari sifat- Jabariyyah-nya dari Aristotelianisme, yaitu bagian sifat]).(5) dari paham Aristoteles yang mengatakan bahwa Kaum Mu'tazilah menolak paham Jabiriyyah- Tuhan adalah suatu kekuatan yang serupa dengan nya kaum Jahmi. Kaum Mu'tazilah justru menjadi kekuatan alam, yang hanya mengenal keadaan- pembela paham Qadariyyah seperti halnya keadaan umum (universal) tanpa mengenal kaum Khawarij. Maka kaum Mu'tazilah disebut keadaan-keadaan khusus (partikular). Maka sebagai "titisan" doktrinal (namun tanpa gerakan Tuhan tidak mungkin memberi pahala dan dosa, politik) kaum Khawarij. Tetapi kaum Mu'tazilah dan segala sesuatu yang terjadi, termasuk pada banyak mengambil alih sikap kaum Jahmi yang manusia, adalah seperti perjalanan hukum alam. mengingkari sifat-sifat Tuhan itu. Lebih penting Hukum alam seperti itu tidak mengenal pribadi lagi, kaum Mu'tazilah meminjam metologi (impersonal) dan bersifat pasti, jadi tak terlawan kaum Jahmi, yaitu penalaran rasional, meskipun oleh manusia. Aristoteles mengingkari adanya dengan berbagai premis yang berbeda, bahkan Tuhan yang berpribadi personal God. Baginya berlawanan (seperti premis kebebasan dan Tuhan adalah kekuatan maha dasyat namun tak kemampuan manusia). Hal ini ikut membawa kaum berkesadaran kecuali mengenai hal-hal universal. Mu'tazilah kepada penggunaan bahan-bahan Maka mengikuti Aristoteles itu Jahm dan para Yunani yang dipermudah oleh adanya kegiatan pengikutpya sampai kepada sikap mengingkari penerjemahan buku-buku Yunani, ditambah adanya sifat bagi Tuhan, seperti sifat-sifat kasib, dengan buku-buku Persi dan India, ke dalam pengampun, santun, maha tinggi, pemurah, dan bahasa Arab. Kegiatan itu memuncak di bawah seterusnya. Bagi mereka, adanya sifat-sifat itu pemerintahan al-Ma'mun ibn Harun al-Rasyid. membuat Tuhan menjadi ganda, jadi bertentangan Penterjemahan itu telah mendorong munculnya dengan konsep Tauhid yang mereka akui sebagai 5  Ibid., jil. 1, hh. 344 dan 345. 6
  • 13. Ahli Kalam dan Falsafah.(6) Mu'tazilah berpendapat bahwa Kalam Allah itu Khalifah al-Ma'mun sendiri, di tengah-tengah hadits, sementara kaum Hadits (dalam arti Sunnah, pertikaian paham berbagai kelompok Islam, dan harap diperhatikan perbedaan antara kata- memihak kaum Mu'tazilah melawan kaum kata hadits [a dengan topi] dan hadits [i dengan Hadits yang dipimpin oleh Ahmad ibn Hanbal topi]) berpendapat al-Qur'an itu qadim seperti (pendiri mazhab Hanbali, salah satu dari empat Dzat Allah sendiri.(9) Pemenjaraan Ahmad ibn mazhab Fiqh). Lebih dari itu, Khalifah al-Ma'mun, "orang yang banyak bicara"), ialah karena bertengkar sesama mereka dengan adu argumen melalui pembicaraan kosong, dilanjutkan oleh penggantinya, Khalifah al- tidak substantif. (Lihat Ibn Taymiyyah, Naqdl al-Manthiq, hh. Mu'tashim, melakukan mihnah (pemeriksaan 205-206). paham pribadi, inquisition), dan menyiksa serta 9  Berkenaan dengan kontroversi ini, seorang orientalis kenamaan, Wilfred Cantwell Smith dari Institute of Islamic menjebloskan banyak orang, termasuk Ahmad ibn Studies, McGill University, Montreal, Canada (tempat banyak Hanbal, ke dalam penjara.(7) Salah satu masalah ahli keislaman Indonesia dan Dunia belajar dan mengajar, termasuk, Prof. H.M. Rasydi), membandingkan paham orang yang diperselisihkan ialah apakah Kalam atau Islam, khususnya aliran Sunni, dengan paham orang Kristen. Sabda Allah, berujud al-Qur'an, itu qadim (tak Kata Smith, yang sebanding dengan al-Qur'an dalam Islam itu bukanlah Injil dalam Kristen, melainkan diri 'Isa al-masih atau terciptakan karena menjadi satu dengan Hakikat Yesus Kristus. Sebab, sebagaimana orang-orang Muslim (aliran atau Dzat Ilahi) ataukah hadits (terciptakan, karena Sunni) memandang al-Qur'an itu qadiim seperti Dzat Ilahi, berbentuk suara yang dinyatakan dalam huruf orang-orang Kristen memandang 'Isa sebagai penjelmaan Allah dalam sistem teologia Trinitas, yang juga qadim, sama dan bahasa Arab)?(8) Khalifah al-Ma'mun dan kaum dengan al-Qur'an. Jadi jika bagi agama Islam al-Qur'an itulah 6  Ibn Taymiyyah, Naqdl al-Manthiq, h. 185. wahyu Allah (Inggris: revelation, pengungkapan diri), maka bagi agama Kristen 'Isa al-Masih itulah wahyu, menampakkan 7  Minhaj, jil. 1, h. 344. Tuhan. Sedangkan Injil bukanlah wahyu, melainkan catatan 8  Karena dominannya isu Kalam atau Sabda Allah apakah tentang kehidupan 'Isa al-Masih, sehingga tidak sama qadim atau hadits sebagai pusat kontroversi itu maka ada kedudukannya dengan al-Qur'an, tetapi bisa dibandingkan kaum ahli yang mengatakan penalaran tentang segi ajaran dengan Hadits. Maka sejalan dengan itu Nabi Muhammad Islam yang relevan itu disebut Ilmu Kalam, seolah-olah tidaklah harus dibandingkan dengan 'Isa al-Masih (karena merupakan ilmu atau teori tentang Kalam Allah. Disamping dia ini "Tuhan"), tetapi dengan Paulus (karena dia ini, sama itu, seperti Ibn Taymiyyah, mengatakan bahwa ilmu dengan Nabi Muhammad, adalah "rasul"). (Lihat, W. C. itu disebut Ilmu Kalam dan para ahlinya disebut kaum Smith, Islam in Modern History [Princenton, N.J.: Princeton Mutakallim, sesuai dengan makna harfiah perkataan kalam University Press, 19771, hh. 17-18 fn). Pandangan Islam dan mutakallim (pembicaraan, hampir mengarah kepada arti tentang Isa al-Masih sudah sangat terkenal, dan tidak perlu 7
  • 14. Hanbal adalah karena masalah ini. Namun jasa al-Ma'mun dalam membuka pintu Mihnah itu memang tidak berlangsung terlalu kebebasan berpikir dan ilmu pengetahuan tetap lama, dan orang pun bebas kembali. Tetapi ia diakui besar sekali dalam sejarah umat manusia. telah meninggalkan luka yang cukup dalam pada Maka kekhalifahan al-Ma'mun (198-218 H/813-833 tubuh pemikiran Islam, yang sampai saat inipun M), dengan campuran unsur-unsur positif dan masih banyak dirasakan orang-orang Muslim. negatifnya, dipandang sebagai salah satu tonggak dikemukakan di sini. Tetapi tentang Paulus, cukup menarik sejarah perkembangan pemikiran Islam, termasuk mengetahui bahwa sudah sejak awal sekali orang-orang perkembangan Ilmu Kalam, dan juga Falsafah Muslim terlibat dalam kontroversi dan polemik sekitar tokoh ini. Menurut Ibn Taymiyyah, misalnya, Paulus (Arab: Bawlush Islam."(10) ibn Yusya') adalah scorang tokoh Yahudi yang berpura-pura 10  Disini perlu kita tegaskan bahwa mihnah Khalifah masuk agama Nasrani dengan maksud merusak agama itu al-Ma'mun itu, meskipun sangat buruk, tidak dapat melalui pengembangan paham bahwa 'Isa al-Masih adalah disamakan dengan inquisition yang terjadi di Spanyol Tuhan atau jelmaan Tuhan. Ibn Taymiyyah mengemukakan setelah reconquest. Karena mihnah itu dilancarkan dibawah bahwa peranan Paulus dalam merusak agama Nasrani sama semacam "liberalisme" Islam atau kebebasan berpikir yang dengan peranan 'Abdullah ibn Saba' dalam tnerusak agama menjadi paham Mu'tazilah, melawan mereka yang dianggap Islam. Serupa dengan Paulus, 'Abdullah ibn Saba', kata Ibn menghalangi "liberalisme" dan kebebasan itu, khususnya Taymiyyah, adalah seorang tokoh Yahudi dari Yaman yang kaum "fundamentalis" (al-Hasywiyyun, sebuah sebutan menyelundup ke dalam Islam dengan tujuan merusak agama ejekan, yang secara harfiah berarti kurang lebih "kaum itu dari dalam, dengan mengembangkan paham yang salah sampah" karena malas berpikir dan menolak melakukan dan serba melewati batas tentang Ali ibn Abi Thalib dan interprestasi terhadap ketentuan agama yang bagi mereka tidak Anggota Keluarga Nabi (Ahl al-Bayt) sebagaimana kemudian masuk akal). Sedangkan inquisition di Spanyol kemudian dianut oleh kaum Rafidlah dan kaum Syi'ah pada umumnya. Eropa pada umumnya secara total kebalikannya, yaitu atas (Lihat, Minhaj, jil. 1, h. 8 dan jil. 4, h. 269). Kiranya nama paham agama yang fundamentalistik dan sempit kontroversi dan polemik serupa itu tidak perlu mengejutkan melawan pikiran bebas yang menjadi paham para pengemban kita, karena telah merupakan bagian dari sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan, termasuk para failasuf yang saat itu telah pemikiran keagamaan itu sendiri. belajar banyak dari warisan pemikiran Islam. Plus-Minus Ilmu Kalam Dalam perkembangan selanjutnya, Ilmu Kalam Irak, bernama Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324 tidak lagi menjadi monopoli kaum Mu'tazilah. H/873-935 M) yang terdidik dalam alam pikiran Adalah seorang sarjana dari kota Basrah di Mu'tazilah (dan kota Basrah memang pusat 8
  • 15. pemikiran Mu'tazili). Tetapi kemudian pada usia 40 'Umar Samarani (yang populer dengan sebutan tahun ia meninggalkan paham Mu'tazilinya, dan Kiai Saleh Darat dari daerah dekat Semarang), justru mempelopori suatu jenis Ilmu Kalam yang dengan mengutip dan menafsirkan Sabda nabi anti Mu'tazilah. Ilmu Kalam al-Asy'ar'i itu, yang dalam sebuah hadits yang amat terkenal tentang juga sering disebut sebagai paham Asy'ariyyah, perpecahan umat Islam dan siapa dari mereka itu kemudian tumbuh dan berkembang untuk yang bakal selamat: menjadi Ilmu Kalam yang paling berpengaruh dalam Islam sampai sekarang, karena dianggap ...Wus dadi prenca-prenca umat ingkang dihin- paling sah menurut pandangan sebagian besar dihin ing atase pitung puluh loro pontho, lan kaum Sunni. Kebanyakan mereka ini kemudian mbesuk bakal pada prenca-prenca sira kabeh menegaskan bahwa "jalan keselamatan" hanya dadi pitting puluh telu pontho, setengah saking didapatkan seseorang yang dalam masalah Kalam pitung puluh telu namung sewiji ingkang menganut al-Asy'ari. selamet, lan ingkang pitung puluh loro kabeh ing Seorang pemikir lain yang Ilmu Kalam-nya dalem neraka. Ana dene ingkang sewiji ingkang mendapat pengakuan sama dengan al-Asy'ari ialah selamet iku, iya iku kelakuan ingkang wus den Abu Manshur al-Maturidi (wafat di Samarkand lakoni Gusti Rasulullah s.a.w., lan iya iku 'aqa'ide pada 333 H/944 M). Meskipun terdapat sedikit Ahl al-Sunnah wa 'l-Jama'ah Asy'ariyyah lan perbedaan dengan al-Asy 'ari, khususnya Maturidiyyah.(11) berkenaan dengan teori tentang kebebasan (...Umat yang telah lalu telah terpecah-pecah manusia (al-Maturidi mengajarkan kebebasan menjadi tujuh puluh dua golongan, dan kelak manusia yang lebih besar daripada al-Asy'ari), kamu semua akan terpecah-pecah menjadi tujuh al-Maturidi dianggap sebagai pahlawan paham puluh tiga golongan, dari antara tujuh puluh Sunni, dan sistem Ilmu Kalamnya dipandang 11  Hajj Muhammad Shalih ibn 'Umar Samarani, Tarjamat sebagai "jalan keselamatan", bersama dengan Sabil al-Abid 'ala Jawharat al-Tawhid (sebuah terjemah dan sistem al-Asy'ari. Sangat ilustratif tentang sikap uraian panjang lebar atas kitab Ilmu Kalam yang terkenal, Jawharat al-Tawhid, dalam bahasa Jawa huruf Pego, tanpa data ini adalah pernyataan Haji Muhammad Shalih ibn penerbitan), hh. 27-28. 9
  • 16. tiga itu hanya satu yang selamat, sedangkan kontroversi yang paling dini dalam pemikiran yang tujuh puluh dua semuanya dalam neraka. Islam, yaitu masalah manusia dan perbuatannya, Adapun yang satu yang selamat itu ialah apakah dia bebas menurut paham Qadariyyah mereka yang berkelakuan seperti yang dilakukan atau terpaksa seperti dalam paham Jabariyyah. junjungan Rasulullah s.a.w., yaitu 'aqa' id Dengan maksud menengahi antara keduanya, al- (pokok-pokok kepercayaan) Ahl al-Sunnah wa Asy'ari mengajukan gagasan dan teorinya sendiri, ' l-Jama'ah Asy'ariyyah dan M'aturidiyyah). yang disebutnya teori Kasb (al-kasb, acquisition, Kehormatan besar yang diterima al-Asy'ari perolehan). Menurut teori itu, perbuatan manusia ialah karena solusi yang ditawarkannya mengenai tidaklah dilakukan dalam kebebasan dan juga pertikaian klasik antara kaum "liberal" dari tidak dalam keterpaksaan. Perbuatan manusia golongan Mu'tazilah dan kaum "konservatif" tetap dijadikan dan ditentukan Tuhan, yakni dari golongan Hadits (Ahl al-Hadits, seperti yang dalam keterlaksanaannya. Tetapi manusia tetap dipelopori oleh Ahmad ibn Hanbal dan sekalian bertanggung-jawab atas perbuatannya itu, sebab imam mazhab Fiqh). Kesuksesan al-Asy'ari ia telah melakukan kasb atau acquisition, dengan merupakan contoh klasik cara mengalahkan lawan adanya keinginan, pilihan, atau keputusan untuk dengan meminjam dan menggunakan senjata melakukan suatu perbuatan tertentu, dan bukan lawan. Dengan banyak meminjam metodologi yang lain, meskipun ia sendiri tidak menguasai dan pembahasan kaum Mu'tazilah, al-Asy'ari dinilai tidak bisa menentukan keterlaksanaan perbuatan berhasil mempertahankan dan memperkuat tertentu yang diinginkan, dipilih dan diputus paham Sunni di bidang Ketuhanan (di bidang sendiri untuk dilakukan itu. Ini diungkapkan Fiqh yang mencakup peribadatan dan hukum secara singkat dalam nadham Jawharat al-Tawhid telah diselesaikan terutama oleh para imam demikian: mazhab yang empat, sedangkan di bidang tasawuf dan filsafat terutama oleh al-Ghazali, Wa indana li l abdi kasbun kullifa, wa lam yakun 450-505 H/1058-1111 M). Salah satu solusi yang mu atstsiran fa 'l-tarifa. diberikan oleh al-Asy'ari menyangkut salah satu 10
  • 17. Fa laysa majburan wa la 'khtiyara wa laysa kullan Tetapi tak urung konsep kasb al-Asy'ari itu yaf'alu 'khtiyara menjadi sasaran kritik lawan-lawannya. Dan (Bagi kita Ahl al-Sunnah manusia terbebani lawan-lawan al-Asy'ari tidak hanya terdiri dari oleh kasb dan ketahuilah bahwa ia tidak kaum Mu'tazilah dan Syi'ah (yang dalam Ilmu mempengaruhi tindakannya. Kalam banyak mirip dengan kaum Mu'tazilah), tetapi juga muncul, dari kalangan Ahl al-Sunnah Jadi manusia bukanlah terpaksa dan bukan sendiri, khususnya kaum Hanbali. Dalam hal ini bisa pula bebas, namun tidak seorang pun mampu dikemukakan, sebagai contoh, yaitu pandangan berbuat sekehendaknya). Ibn Taymiyyah (661-728 H/1263-1328 M), seorang Terhadap rumus itu Kiai Saleh Darat memberi tokoh paling terkemuka dari kalangan kaum komentar tipikal paham Sunni (menurut Ilmu Hanbali. Ibn Taymiyyah menilai bahwa dengan Kalam Asy'ari) sebagai berikut: teori kasb-nya itu alAsy'ari bukannya menengahi antara kaum Jabari dan Qadari, melainkan lebih ... Maka Jabariyyah lan Qadariyyah iku sasar mendekati kaum Jabari, bahkan mengarah kepada karone.Maka ana madshab Ahl al-Sunnah dukungan terhadap Jahm ibn Shafwin, teoretikus iku tengah-tengah antarane Jabariyyah lan Jabariyyah yang terkemuka. Dalam ungkapan Qadariyyah, metu antarane telethong lan getih yang menggambarkan pertikaian pendapat metu rupa labanan khalishan sa'ghan li al- beberapa golongan di bidang ini, Ibn Taymiyyah syaribin.(12) yang nampak lebih cenderung kepada paham (... Maka Jabariyyah dan Qadariyyah itu kedua- Qadariyyah (meskipun ia tentu akan mengingkari duanya sesat. Kemudian adalah mazhab Ahl penilaian terhadap dirinya seperti itu) mengatakan al-Sunnah berada di tengah antara Jabariyyah demikian: dan Qadariyyah, keluar dari antara kotoran dan ... Sesungguhnya para pengikut paham Asy'ari darah susu yang murni, yang menyegarkan orang dan sebagian orang yang menganut paham yang meminumnya). Qadariyyah telah sependapat dengan al-Jahm ibn Shafwan dalam prinsip pendapatnya tentang 12  Ibid., hh. 149-151. 11
  • 18. Jabariyyah, meskipun mereka ini menentangnya aneh dalam Ilmu Kalam.(15) secara verbal dan mengemukakan hal-hal Ilmu Kalam, termasuk yang dikembangkan yang tidak masuk akal... Begitu pula mereka itu oleh al-Asy'ari, juga dikecam kaum Hanbali berlebihan dalam menentang kaum Mu'tazilah dari segi metodologinya. Persoalan yang juga dalam masalah-masalah Qadariyyah —sehingga menjadi bahan kontroversi dalam Ilmu Kalam kaum Mu'tazilah menuduh mereka ini pengikut khususnya dan pemahaman Islam umumnya Jabariyyah— dan mereka (kaum Asy'ariyyah) itu ialah kedudukan penalaran rasional ('aql, akal) mengingkari bahwa pembawaan dan kemampuan terhadap keterangan tekstual (naql, "salinan" atau yang ada pada benda-benda bernyawa "kutipan"), baik dari Kitab Suci maupun Sunnah mempunyai dampak atau menjadi sebab adanya Nabi. Kaum "liberal", seperti golongan Mut'azilah, kejadiankejadian (tindakan-tindakan).(13) cenderung mendahulukan akal, dan kaum Namun agaknya Ibn Taymiyyah menyadari "konservatif" khususnya kaum Hanbali, cenderung sepenuhnya betapa rumit dan tidak sederhananya mendahulukan naql. Terkait dengan persoalan ini masalah ini. Maka sementara ia mengkritik konsep ialah masalah interprestasi (ta'wil), sebagaimana kasb alAsy'ari yang ia sebutkan dirumuskan telah kita bahas.(16) Berkenaan dengan masalah ini, sebagai "sesuatu perbuatan yang terwujud metode al-Asy'ari cenderung mendahulukan naql pada saat adanya kemampuan yang diciptakan dengan membolehkan interprestasi dalam hal-hal (oleh Tuhan untuk seseorang) dan perbuatan itu yang memang tidak menyediakan jalan lain. Atau dibarengi dengan kemampuan tersebut"(14) Ibn mengunci dengan ungkapan "bi la kayfa" (tanpa Taymiyyah mengangkat bahwa pendapatnya itu bagaimana) untuk pensifatan Tuhan yang bernada disetujui oleh banyak tokoh Sunni, termasuk Malik, antropomorfis (tajsim) —menggambarkan Tuhan Syafii dan Ibn Hanbal. Namun Ibn Taymiyyah juga seperti manusia, misalnya, bertangan, wajah, dan mengatakan bahwa konsep kasb itu dikecam oleh lain-lain. Metode al-Asy'ari ini sangat dihargai, dan ahli yang lain sebagai salah satu hal yang paling 15 Ibid. 13  Minhaj, jil. 1, h. 172. 16  Lihat kajian kita tentang "Interprestasi Metaforis" yang telah 14  Ibid., h. 170. lalu. 12
  • 19. merupakan unsur kesuksesan sistemnya. haqiqah fi al-ayan, la fi al-adzhan).(18) Tetapi bagian-bagian lain dari metodologi Epistemologi Ibn Taymiyyah tidak al-Asy'ari, juga epistemologinya, banyak dikecam mengizinkan terlalu banyak intelektualisasi, oleh kaum Hanbali. Di mata mereka, seperti halnya termasuk interprestasi. Sebab baginya dasar ilmu dengan Ilmu Kalam kaum Mu'tazilah, Ilmu Kalam pengetahuan manusia terutama ialah fithrah- al-Asy'ari pun banyak menggunakan unsur- nya: dengan fithrah itu manusia mengetahui unsur filsafat Yunani, khususnya logika (manthiq) tentang baik dan buruk, dan tentang benar dan Aristoteles. Dalam penglihatan Ibn Taymiyyah, salah.(19) Fithrah yang merupakan asal kejadian logika Aritoteles bertolak dari premis yang salah, manusia, yang menjadi satu dengan dirinya yaitu premis tentang kulliyyat (universals) atau melalui intuisi, hati kecil, hati nurani, dan lain-lain, al-musytarak al-muthlaq (pengertian umum diperkuat oleh agama, yang disebut Ibn Taymiyyah mutlak), yang bagi Ibn Taymiyyah tidak ada dalam sebagai "fithrah yang diturunkan" (al-fithrah kenyataan, hanya ada dalam pikiran manusia al-munazzalah). Maka metodologi kaum Kalam saja karena tidak lebih daripada hasil ta'aqqul baginya adalah sesat.(20) (intelektualisasi).(17) Demikian pula konsep-konsep Yang amat menarik ialah bahwa epistemologi Aristoteles yang lain, seperti kategori-kategori Ibn Taymiyyah Yang Hanbali berdasarkan fithrah yang sepuluh (esensi, kualitas, kuantitas, relasi, itu paralel dengan epistemologi Abu Ja'far lokasi, waktu, situasi, posesi, aksi, dan pasi), juga Muhammad ibn Ali ibn al-Husayn Babwayh konsep-konsep tentang genus, spesi, aksiden, al-Qummi (wafat 381 H), seorang "ahli Ilmu properti, dan lain-lain, ditolak oleh Ibn Taymiyyah Kalam" terkemuka kalangan Syi'ah. Al-Qummi, sebagai basil intelektualisasi yang tidak ada dengan mengutip berbagai hadits, memperoleh kenyataannya di dunia luas. Maka terkenal sekali penegasan bahwa pengetahuan tentang Tuhan ucapan Ibn Taymiyyah bahwa "hakikat ada di alam diperoleh manusia melalui fitrah-nya, dan hanya kenyataan (di luar), tidak dalam alam pikiran" (Al- 18  Minhaj, jil. 1, hh. 243 dan 245. 17  Lihat Minhaj, jil. 1, hh. 235, 243, 254, 261, dan hh. 266. 19  Ibid., hh. 281 dan 291. Juga Naqdl al-Manthiq, h. 25,164 dan 202. 20  Naqdl al-Manthiq, hh. 38, 39, 171, 160-162, dan 172. 13
  • 20. dengan adanya fitrah itulah manusia mendapat manfaat dari bukti-bukti dan dalil-dalil.(21) Maka sejalan dengan itu, Ibn Taymiyyah menegaskan, bahwa pangkal iman dan ilmu ialah ingat (dzikr) kepada Allah. "Ingat kepada Allah memberi iman, dan ia adalah pangkal iman ..... pangkal ilmu.(22) 21  Abu Ja'far Muhammad ibn 'Ali ibn al-Husayn Babwayh al-Qummi, al-Tawhid (Qumm: Mu'assasat al-Nasyr al-Islami, 1398 H), hh. 22, 35, 82 dan 230. 22  Naqdl al-Manthiq, h. 34. 14
  • 21. Falsafah Islam: Unsur-Unsur Hellenisme 2 di Dalamnya D i antara empat disiplin keilmuan Islam tradisional: fiqh, kalam, tasawuf dan falsafah, yang disebutkan terakhir ini barangkali adalah orang-orang yang berjiwa keagamaan (religious), sekalipun berbagai titik pandangan keagamaan mereka cukup banyak berbeda, jika tidak justru yang paling sedikit dipahami, bisa juga berarti berlawanan, dengan yang dipunyai oleh kalangan paling banyak disalahpahami, sekaligus juga yang ortodoks.(1) Dan tidak mungkin menilai bahwa paling kontroversial. Sejarah pemikiran Islam falsafah Islam adalah carbon copy pemikiran ditandai secara tajam antara lain oleh adanya Yunani atau Hellenisme.(2) polemik-polemik sekitar isi, subyek bahasan dan Meskipun begitu, kenyataannya ialah bahwa sikap keagamaan falsafah dan para failasuf. Karena kata Arab "falsafah" sendiri dipinjam dari kata itu pembahasan tentang falsafah dapat diharapkan Yunani yang sangat terkenal, "philosophia", yang menjadi pengungkapan secara padat dan mampat berarti kecintaan kepada kebenaran (wisdom). tentang peta dan perjalanan pemikiran Islam di Dengan sedikit perubahan, kata "falsafah" itu antara sekalian mereka yang terlibat. di-Indonesia-kan menjadi "filsafat" atau, akhir- Sebelum yang lain-lain, di sini harus ditegaskan akhir ini, juga "filosofi" (karena adanya pengaruh bahwa sumber dan pangkal tolak falsafah dalam ucapan Inggris, "philosophy"). Dalam ungkapan Islam adalah ajaran Islam sendiri sebagaimana Arabnya yang lebih "asli", cabang ilmu tradisional terdapat dalam al-Qur'an dan Sunnah. Para failasuf 1  R.T. Wallis, Neo Platonism (London: Gerlad Duckworth & dalam lingkungan agama-agama yang lain, Company Limited, 1972), h. 164. 2  C A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World sebagaimana ditegaskan oleh R.T. Wallis, adalah (London: Croom Helm, 1988). h. 28.
  • 22. Islam ini disebut 'ulum al-hikmah atau secara Disinilah pangkal kontroversi yang ada sekitar singkat "alhikmah" (padanan kata Yunani "sophia"), falsafah: sampai di mana agama Islam mengizinkan yang artinya ialah "kebijaksanaan" atau, lebih adanya masukan dari luar, khususnya jika datang tepat lagi, "kawicaksanaan" (Jawa) atau "wisdom" dari kalangan yang tidak saja bukan "ahl al-kitab" (Inggris). Maka "failasuf' (ambilan dari kata Yunani seperti Yahudi dan Kristen, tetapi malahan dari "philosophos", pelaku filsafat), disebut juga "al- orang-orang Yunani kuna yang "pagan" atau hakim" (ahli hikmah atau orang bijaksana), dengan musyrik (penyembah binatang). Sesungguhnya bentuk jamak "al-hukama". beberapa ulama ortodoks, seperti Ibn Taymiyyah Dari sepintas riwayat kata "filsafah" itu kiranya dan Jalal al-Din al-Suyuthi (salah seorang menjadi jelas bahwa disiplin ilmu keislaman ini, pengarang tafsir Jalalayn), menunjuk kemusyrikan meskipun memiliki dasar yang kokoh dalam orang-orang Yunani itu sebagai salah satu alasan sumber-sumber ajaran Islam sendiri, banyak keberatan mereka terhadap falsafah. Tetapi mengandung unsur-unsur dari luar, yaitu terutama sebelum membahas lebih jauh segi-segi polemis Hellenisme atau dunia pemikiran Yunani.(3) ini, lebih dahulu dibahas pertumbuhan falsafah 3  Istilah "Hellenisme" pertama kali diperkenalkan oleh ahli dalam sejarah pemikiran Islam. sejarah dari Jerman, J. G. Droysen. Ia menggunakan perkataan "Hellenismus" sebagai sebutan untuk masa yang dianggapnya kekaisaran Romawi. Sebab dalam periode itu muncul banyak sebagai periode peralihan antara Yunani kuna dan dunia kerajaan di sekitar Laut Tengah, khususnya pesisir timur dan Kristen. Droysen lupa akan peranan Roma dalam agama selatan seperti Syria dan Mesir, yang diperintah oleh bangsa Kristen (dan membatasi seolah-olah hanya Yunani saja yang Makedonia dari Yunani. Akibatnya, mereka ini membawa berperan). Namun ia diakui telah berhasil mengidentifikasi berbagai perubahan besar dalam banyak bidang di kawasan suatu kenyataan sejarah yang amat penting. Biasanya yang itu, antara lain bahasa (daerah-daerah itu didominasi Bahasa disebut zaman Hellenik yang merupakan peralihan itu ialah Yunani) dan pemikiran (ilmu pengetahuan Yunani, terutama masa sejak tahun 323 sampai 30 S.M. atau dari saat kematian filsafatnya, diserap oleh daerah-daerah itu melalui berbagai Iskandar Agung sampai penggabungan Mesir kedalam cara). (Lihat Britannica. s.v. "Hellenic Age"). Pertumbuhan Falsafah tumbuh sebagai hasil interaksi bangsa-bangsa sekitarnya. Khususnya interaksi intelektual antara bangsa Arab Muslim dengan mereka dengan bangsa-bangsa yang ada di 16
  • 23. sebelah utara Jazirah Arabia, yaitu bangsa-bangsa (keturunan suku Bani Ghassan Yang Kristen, satelit Syria, Mesir, dan Persia. Romawi). Namun berkat politik keagamaan para Interaksi itu berlangsung setelah adanya penguasa Muslim berdasarkan konsep toleransi pembebasan-pembebasan (al-futuhat) atas Islam, sampai sekarang masih banyak kantong- daerah-daerah tersebut segera setelah wafat Nabi kantong minoritas Kristen dan Yahudi yang tetap s.a.w., dibawah para khalifah. Daerah-daerah yang bertahan dengan aman. Karena adanya konsep segera dibebaskan oleh orang-orang Muslim itu Islam tentang kontinuitas agama-agama (yaitu, adalah daerah-daerah yang telah lama mengalami bahwa agama Nabi Muhammad adalah kelanjutan Hellenisasi. Lebih dari itu, kecuali Persia, daerah- agama para nabi sebelumnya, khususnya Nabi- daerah yang kemudian menjadi pusat-pusat nabi Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub atau Isra'il, peradaban Islam itu adalah daerah-daerah yang Musa dan Isa-Yahudi dan Kristen),(4) orang-orang telah terlebih dahulu mengalami Kristenisasi. Muslim menyimpan rasa dekat atau afinitas Bahkan sebenarnya daerah-daerah Islam sampai tertentu kepada mereka itu. Dan rasa dekat itu ikut sekarang ini, sejak dari Irak di timur sampai ke melahirkan adanya sikap-sikap toleran, simpatik Spanyol di barat, adalah praktis bekas daerah dan akomodatif terhadap mereka dan pikiran- agama Kristen, termasuk heartlandnya, yaitu pikiran mereka. (Toleransi dan sikap akomodatif Palestina. Daerah-daerah itu, dibawah kekuasaan Islam ini ternyata kelak menimbulkan situasi ironis pemerintahan orang-orang Muslim, selanjutnya di zaman moderen, akibat adanya kolonialisme memang mengalami proses Islamisasi. Tetapi 4  "Sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada engkau proses itu berjalan dalam jangka waktu yang (Muhammad) seperti yang telah Kami wahyukan kepada panjang, selama berabad-abad, dan secara damai. Nuh dan para nabi sesudahnya, dan seperti yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan Bahkan daerah-daerah Kristen itu tidak hanya kelompok-kelompok (para nabi), serta kepada 'Isa Ayyub, mengalami proses Islamisasi, tetapi juga Arabisasi, Yunus, Harun dan Sulayman. Telah pula Kami berikan kepada Dawud (kitab) Zabur. Juga kepada para rasul yang disamping adanya daerah-daerah yang memang telah Kami kisahkan mereka itu kepadamu (Muhammad) sejak jauh sebelum Islam secara asli merupakan sebelumnya, dan para rasul yang tidak Kami kisahkan mereka itu kepadamu. Dan sungguh Allah telah berbicara (langsung) daerah suku Arab tertentu seperti Libanon kepada Musa." (Q., s. al-Nisa /4:163-165). 17
  • 24. Barat, seperti adanya hubungan tidak mudah Mesopotamia. Sebab sekalipun ilmu pengetahuan antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi di Yunani merupakan bagian paling penting ilmu Palestina, dengan kaum Maronite di Libanon, dan pengetahuan yang diserap orang-orang Muslim dengan kaum Koptik di .Mesir). Arab, namun mereka ini juga dengan penuh Toleransi dan keterbukaan orang-orang Islam kebebasan dan kepercayaan diri menyerap dari dalam melihat kaum agama lain, khususnya orang-orang Majusi dan Sabean tersebut tadi, Ahli Kitab tersebut mendasari adanya interaksi bahkan juga dari orang-orang Hindu dan Cina. intelektual yang positif di kalangan mereka, Karena futuhat, bangsa-bangsa non-Muslim itu dengan sedikit sekali kemasukan unsur prasangka berada dibawah kekuasaan politik orang-orang yang berlebihan. Disamping itu, dan sebagaimana Arab Muslim. Tetapi biarpun orang-orang Arab telah dikemukakan dalam pembahasan kita itu memiliki keunggulan militer dan politik, tentang Islam dan pengembangan ilmu mereka tetap menunjukkan sikap-sikap penuh pengetahuan yang lalu, kelebihan orang-orang penghargaan dan pengertian kepada bangsa- Muslim Arab itu ialah kepercayaan kepada diri bangsa dan budaya-budaya (termasuk agama- sendiri yang sedemikian mantap. Kemantapan itu agama) yang mereka kuasai. Hasilnya ialah, seperti kemudian memancar pada sikap-sikap mereka dikatakan Halkin sebagai berikut (kutipan yang yang positif kepada bangsa-bangsa dan budaya- penting untuk memahami pembahasan): budaya lain, dengan kesediaan yang besar untuk menyerap dan mengadopsinya sebagai milik ...It is to the credit of the Arabs that although they sendiri. Posisi psikologis yang menguntungkan were the victors militarily and politically, they did itu berada tidak hanya dalam hubungannya not regard the civilization of the vanquished lands dengan kaum Ahli Kitab yang memang dekat with contempt. The riches of Syrian, Persian, and dengan orang-orang Muslim, tetapi juga dengan Hindu cultures were no sooner discovered than kelompok-kelompok keagamaan lain seperti they were adapted into Arabic. Caliphs, governors, kaum Majusi (orang-orang Persi pengikut ajaran and others patronized scholars who did the work Zoroaster) dan kaum Sabean dari Harran, di utara of translation, so that a vast body of non-Islamic 18
  • 25. learning became accessible in Arabic. During Interaksi intelektual orang-orang Muslim the ninth and tenth centuries, a steady flow of dengan dunia pemikiran Hellenik terutama terjadi works on Greek medicine, physics, astronomy, antara lain di Iskandaria (Mesir), Damaskus, Antioch mathematics, and philosophy, Persian belles- dan Ephesus (Syria), Harran (Mesopotamia) dan lettres, and Hindu mathematics and astronomy Jundisapur (Persia). Di tempat-tempat itulah lahir poured into Arabic.(5) dorongan pertama untuk kegiatan penelitian dan (...Adalah jasa orang-orang Arab bahwa penterjemahan karya-karya kefilsafatan dan ilmu sekalipun mereka itu para pemenang secara pengetahuan Yunani kuna, yang kelak kemudian militer dan politik, mereka tidak memandang didukung dan disponsori oleh para penguasa peradaban negeri-negeri yang mereka taklukkan Muslim. dengan sikap menghina. Kekayaan budaya- Suatu hal yang patut sekali mendapat perhatian budaya Syria, Persia, dan Hindu mereka salin lebih besar di sini ialah suasana kebebasan ke bahasa Arab segera setelah diketemukan. intelektual di zaman klasik Islam itu. Interaksi Para khalifah, gubernur, dan tokoh-tokoh yang positif antara orang-orang Arab Muslim dengan lain menyantuni para sarjana yang melakukan kalangan bukan-Muslim itu dapat terjadi hanya tugas penterjemahan, sehingga kumpulan ilmu dalam suasana penuh kebebasan, toleransi dan bukan-Islam yang luas dapat diperoleh dalam bahasa Arab. Selama abad-abad kesembilan keterbukaan. Sebab meskipun orang-orang Arab dan kesepuluh, karya-karya yang terus mengalir itu mempunyai ajaran agamanya yang sangat dalam ilmu-ilmu kedokteran, fisika, astronomi, tegas dan gamblang, dengan penuh lapang dada matematika, dan filsafat dari Yunani, sastra dari membiarkan semua kegiatan intelektual di pusat- Persia, serta matematika dan astronomi dari pusat yang ada sejak sebelum kedatangan dan Hindu tercurah ke dalam bahasa Arab). pembebasan oleh mereka. Seperti dikatakan oleh C.A. Qadir: 5  Abraham S, Halkin, "The Judeo-Islamic Age, The Great Fusion" dalarn Leo W. Schwarz, ed., Great Ages & Ideas of "...the centers of learning led by the Christians the Jewish People (New York: The Modern Library, 1956), hh. continued to function unmolested even after they 218-219. 19
  • 26. were subjugated by the Muslims. This indicates not yang menjadi cikal-bakal ilmu kimia moderen.(7) only the intellectual freedom that prevailed under Bahkan seorang khalifah Bani Umayyah, Marwan Muslim rule in those days, but also testifies to the ibn al-Hakam (683-685 M), memerintahkan agar Muslims' love of knowledge and the respect they buku kedokteran oleh Harun, seorang dokter paid to the scholars irrespective of their religion."(6) dari Iskandaria Mesir, diterjemahkan dari bahasa (...pusat-pusat pengajaran yang dipimpin oleh Suryani (Syriac) ke bahasa Arab.(8) orang-orang Kristen terus berfungsi tanpa Harus diketahui bahwa dalam pembagian ilmu terusik bahkan setelah mereka itu ditaklukkan pengetahuan zaman itu, baik ilmu kedokteran oleh orang-orang Muslim. Ini menunjukkan maupun alkemi, sebagaimana juga metafisika, tidak saja kebebasan intelektual yang terdapat matematika, astronomi, bahkan musik dan puisi, di mana-mana di bawah pemerintahan Islam dan seterusnya, termasuk falsafah. Sebab istilah zaman itu, tetapi juga membuktikan kecintaan falsafah itu, dalam pengertiannya yang luas, orang-orang Muslim kepada ilmu dan sikap mencakup bidang-bidang yang sekarang bisa hormat yang mereka berikan kepada para disebut sebagai "ilmu-pengetahuan umum", yakni, sarjana tanpa mempedulikan agama mereka). bukan "ilmu pengetahuan agama", yaitu dunia Interaksi intelektual itu memperoleh kognitif yang dasar perolehannya bukan wahyu wujudnya yang nyata semenjak masa dini sekali tetapi akal, baik yang dari penalaran deduktif sejarah Islam. Disebut-sebut bahwa al-Harits maupun yang dari penyimpangan empiris. Ini ibn Qaladah, seorang Sahabat Nabi, sempat penting disadari, antara lain untuk dapat dengan mempelajari ilmu kedokteran di Jundisapur, tepat melihat segi-segi mana dari sistem falsafah Persia, tempat berkumpulnya beberapa failasuf itu yang kontroversial karena dipersoalkan oleh yang dikutuk gereja Kristen karena dituduh telah kalangan ortodoks. Umumnya mereka ini, seperi melakukan bid'ah. Disebut-sebut juga bahwa 7  Drs. Hasyim Asy'ari MA, Bahasa Arab dan Perkembangan Khalid ibn Yazid (ibn Mu'awiyah) dan Ja'far al- Ilmu Pengetahuan (makalah dalam seminar tentang Bahasa Shadiq sempat mendalami alkemi (al-kimya) Arab, Fakultas Sastra, UGM, Yogyakarta, 15-16 Oktober 1988). 6  Qadir, op. cit., h. 34. 8  Qadir, op. cit., h. 34. 20
  • 27. Ibn Taymiyyah dan lain-lain, menolak yang bersifat dalam banyak hal menyangkut bidang yang bagi penalaran murni dan deduktif, dalam hal ini mereka merupakan wewenang agama. Tetapi khususnya metafisika (al-falsafah al-ula), karena mereka membenarkan yang induktif dan empiris. Neoplatonisme Dari berbagai unsur pikiran Hellenik, atau "Kenyataan Mutlak."(9) Untuk memahami Platonisme Baru (Neoplatonisme) adalah sedikit lebih lanjut ajaran Plotinus kita perlu salah satu yang paling berpengaruh dalam memperhatikan beberapa unsur dalam ajaran- sistem falsafah Islam. Neoplatonisme sendiri ajaran Plato, Aristoteles, Pythagoras (baru) dan merupakan falsafah kaum musyrik (pagans), kaum Stoic. dan rekonsiliasinya dengan suatu agama wahyu Plato membagi kenyataan kepada yang bersifat menimbulkan masalah besar. Tapi sebagai ajaran "akali" (ideas, intelligibles) dan yang bersifat yang berpangkal pada pemikiran Plotinus (205- "inderawi" (sensibles), dengan pengertian bahwa 270 M), sebetulnya Neoplatonisme mengandung yang akali itulah yang sebenarnya ada (ousia), unsur yang memberi kesan tentang ajaran Tauhid. jadi juga yang abadi dan tak berubah. Termasuk Sebab Plotinus yang diperkirakan sebagai orang diantara yang akali itu ialah konsep tentang Mesir hulu yang mengalami Hellenisasi di kota "Yang Baik", yang berada di atas semuanya dan Iskandaria itu mengajarkan konsep tentang "yang disebut sebagai berada di luar yang ada (beyond Esa" (the One) sebagai prinsip tertinggi atau being, epekeina ousias). "Yang Baik" ini kemudian sumber penyebab (sabab, cause). Lebih dari itu, diidentifikasi sebagai "Yang Esa", yang tak Plotinus dapat disebut sebagai seorang mistikus, terjangkau dan tak mungkin diketahui. tidak. dalam arti "irrasionalis", "occultist" ataupun Selanjutnya, mengenai wujud inderawi, "guru ajaran esoterik", tetapi dalam artinya yang Plato menyebutkannya sebagai hasil kerja suatu terbatas kepada seseorang yang mempercayai "seniman ilahi" (divine artisan, demiurge) yang dirinya telah mengalami penyatuan dengan Tuhan menggunakan wujud kosmos yang akali sebagai 9  Wallis, op. cit., h. 3. 21
  • 28. model karyanya. Disamping membentuk dunia dengan tindakan Akal untuk menjangkau wujud fisik, demiurge juga membentuk jiwa kosmis dan itu. jiwa atau ruh individu yang tidak akan mati. Jiwa Dualisme Plato di atas kemudian diusahakan kosmis dan jiwa individu yang immaterial dan penyatuannya oleh para penganut Pythagoras substansial itu merupakan letak hakikatnya yang (baru), dan dirubahnya menjadi monisme dan bersifat ada sejak semula (pre-existence) dan akan berpuncak pada konsep tentang adanya Yang ada untuk selamanya (post-existence immortality), Esa dan serba maha (transenden). Ini melengkapi yang semuanya tunduk kepada hukum reinkarnasi. ajaran kaum Stoic yang di samping materialistik Dari Aristoteles, unsur terpenting yang diambil tapi juga immanenistik, yang mengajarkan tentang Plotinus ialah doktrin tentang Akal (nous) yang kemahaberadaan (omnipresence) Tuhan dalam lebih tinggi daripada semua jiwa. Aristoteles alam raya.(10) mengisyaratkan bahwa hanya Akal-lah yang tidak Kesemua unsur tersebut digabung dan bakal mati (immortal), sedangkan wujud lainnya diserasikan oleh Plotinus, dan menuntunnya hanyalah "bentuk" luar, sehingga tidak mungkin kepada ajaran tentang tiga hypostase atau prinsip mempunyai eksistensi terpisah. Aristoteles juga di atas materi, yaitu Yang Esa atau Yang Baik, Akal menerangkan bahwa "dewa tertinggi" (supreme atau Intelek, dan Jiwa.(11) deity) ialah Akal yang selalu merenung dan berpikir tentang dirinya. Kegiatan kognitif Akal itu 10  Paul Edwards, ed., The Encyclopedia of Philosophy, s.v. "Plotinus". berbeda dari kegiatan inderawi, karena obyeknya, 11  I.R. Netton, Muslim Neoplatonists (London: George Allen yaitu wujud akali yang immaterial, adalah identik & Unwin, 1982), h. 34. Aristotelianisme Telah dinyatakan bahwa Neoplatonisme cukup ke Eropa sebelumnya, yang telah tercampur banyak mempengaruhi falsafah Islam. Tetapi dengan unsur-unsur kuat Aristotelianisme. Bahkan sebenarnya Neoplatonisme yang sampai ke tangan sebetulnya para failasuf Muslim justru memandang orang-orang Muslim, berbeda dengan yang sampai Aristoteles sebagai "guru pertama" (al-mu'allim 22
  • 29. al-awwal), yang menunjukkan rasa hormat berbeda-beda dari kalangan agama. Orang-orang mereka yang amat besar, dan dengan begitu juga Kristen zaman itu, dengan doktrin Trinitasnya, pengaruh Aristoteles kepada jalan pikiran para tidak mungkin luput dari memperhatikan betapa failasuf Muslim yang menonjol dalam falsafah tiga hypostase Plotinus tidak sejalan, atau Islam. bertentangan dengan Trinitas Kristen. Polemik- Neoplatonisme sendiri, sebagai gerakan, polemik yang terjadi tentu telah mendapatkan telah berhenti semenjak jatuhnya Iskandaria di jalannya ke penulisan. Maka orang-orang tangan orang-orang Arab Muslim pada tahun 642.(12) Muslim, melalui tulisan-tulisan dalam bahasa Sebab sejak itu yang ada secara dominan ialah Suryani yang disalin ke Bahasa Arab, mewarisi falsafah Islam, yang daerah pengaruhnya meliputi versi neoplatonisme yang berbeda, yaitu Neo- hampir seluruh bekas daerah Hellenisme. platonisme dengan unsur kuat Aristotelianisme.(14) Tetapi sebelum gerakan Neoplatonis itu Menurut pelukisan F.E. Peters, mengutip kitab al- mandeg, ia harus terlebih dahulu bergulat Fihrist oleh Ibn al-Nadim, dan berhadapan dengan agama Kristen. Dan interaksinya dengan agama Kristen itu The Arab version of the arrival of the Aristotelian tidak mudah, dengan ciri pertentangan yang corpus in the Islamic world has to do with the cukup nyata. Salah seorang tokohnya yang discovery of manuseripts in a deserted house. Even harus disebut di sini ialah pendeta Nestorius, if true, the story omits two very important details patriark Konstantinopel, yang karena menganut which may be supplied from the sequel: first, the Neoplatonisme dan melawan ajaran gereja manuseripts were certainly not written in Arabic; terpaksa lari ke Syria dan akhirnya ke Jundisapur di second, the Arabs discovered not only Aristotle but Persia.(13) a whole series of commentators as well.(15) Sebenarnya Neoplatonisme sebagai filsafat (Versi Arab tentang datangnya karya-karya musyrik memang mendapat perlakuan yang 14  Netton, op. cit., h. 33. 12  Edwards, loc. cit. 15  F.E. Peters. Aristotle and the Arabs (New York: New York 13  Qadir, op. cit., h. 32. University Press, 1986), h. 7. 23
  • 30. Aristoteles di dunia Islam ada kaitannya Islam, tetapi Aristotelianisme. Apalagi jika dengan diketemukannya naskah-naskah di diingat bahwa orang-orang Muslim menerima suatu rumah kosong. Seandainya benarpun, pikiran Yunani itu lima ratus tahun setelah fase kisah itu menghilangkan dua rinci penting yang terakhir perkembangannya di Yunani sendiri, dan bisa melengkapi jalan cerita: pertama, naskah- setelah dua ratus tahun pikiran itu digarap dan naskah itu pastilah tidak tertulis dalam Bahasa diolah oleh para pemikir Kristen Syria. Menurut Arab; kedua, orang-orang Arab itu tidak hanya Peters lebih lanjut, paham Kristen telah mencuci menemukan Aristoteles tetapi seluruh rangkaian bersih tendensi "eksistensial" filsafat Yunani, para penafsir juga). sehingga ketika diwariskan kepada orang- Ini berarti bahwa pikiran-pikiran Aristoteles orang Arab Muslim, filsafat itu menjadi lebih yang sampai ke tangan orang-orang Muslim sudah berorientasi pedagogik, bermetode skolastik, dan tidak "asli" lagi, melainkan telah tercampur dengan berkecenderungan logik dan metafisik. Khususnya tafsiran-tafsirannya. Karena itu, meskipun orang- logika Aristoteles (al-manthiq al-aristhi) sangat orang Muslim sedemikian tinggi menghormati berpengaruh kepada pemikiran Islam melalui ilmu Aristoteles dan menamakannya "guru pertama", kalam. Karena banyak menggunakan penalaran namun yang mereka ambil dari dia bukan hanya logis menurut metodologi Aristoteles itu, maka pikiran-pikiran dia sendiri saja, melainkan justru ilmu kalam yang mulai tampak sekitar abad VIII kebanyakan adalah pikiran, pemahaman, dan dan menjadi menonjol pada abad IX itu disebut tafsiran orang lain terhadap ajaran Aristoteles. juga sebagai suatu versi teologi alamiah (natural Singkatnya, memang bukan Aristoteles sendiri theology, al-kalam al-thabi'i, sebagai bandingan al- yang berpengaruh besar kepada falsafah dalam kalam al-Qur'ani) di kalangan orang-orang Muslim.(16) 16  Ibid., h. xx-xxxi (Introduction). Penutup Sebagaimana telah diisyaratkan, orang-orang dalam bentuknya yang telah ditafsirkan dan diolah Muslim berkenalan dengan ajaran Aristoteles oleh orang-orang Syria, dan itu berarti masuknya 24
  • 31. unsur-unsur Neoplatonisme. Maka cukup menarik Demikian pula, kita sepenuhnya bahwa sementara orang-orang Muslim begitu dapat berbicara tentang pengaruh besar sadar tentang Aristoteles dan apa yang mereka Aristotelianisme, yaitu dari sudut kenyataan bahwa anggap sebagai ajaran-ajarannya, namun mereka kaum Muslim banyak memanfaatkan metode tidak sadar, atau sedikit sekali mengetahui berpikir logis menurut logika formal (silogisme) adanya unsur-unsur Neoplatonis didalamnya. Ini Aristoteles. Cukup sebagai bukti betapa jauhnya menyebabkan sulitnya membedakan antara kedua pengaruh ajaran Aristoteles ini ialah populernya unsur Hellenisme yang paling berpengaruh kepada ilmu mantiq di kalangan orang-orang Islam. falsafah Islam itu, karena memang terkait satu Sampai sekarang masih ada dari kalangan 'ulama' sama lainnya. kita yang menulis tentang mantiq, seperti K.H. Sekalipun begitu masih dapat dibenarkan Bishri Musthafa dari Rembang, dan ilmu mantiq melihat adanya pengaruh khas Neoplatonisme masih diajarkan di beberapa pesantren. Memang dalam dunia pemikiran Islam, seperti yang kelak telah tampil beberapa 'ulama' di masa lalu yang muncul dengan jelas dalam berbagai paham mencoba meruntuhkan ilmu mantiq (seperti Ibn Tasauf. Ibn Sina, misalnya, dapat dikatakan seorang Taymiyyah dengan kitabnya, Naqdl al-Manthiq dan Neoplatonis, disebabkan ajarannya tentang mistik al-Suyuthi dengan kitabnya, Shawn al-Mantiq wa perjalanan ruhani menuju Tuhan seperti yang al-Kalam 'an Fann al-Manthiq wa al-Kalam). Tetapi dimuat dalam kitabnya, Isharat. Dan memang bahkan al-Ghazali pun, meski telah berusaha Neoplatonisme yang spiritualistik itu banyak menghancurkan falsafah dari segi metafisikanya, mendapatkan jalan masuk ke dalam ajaran-ajaran adalah seorang pembela ilmu mantiq yang gigih, Sufi. Yang paling menonjol ialah yang ada dalam dengan kitab-kitabnya seperti Mi'yar al-Ilm dan ajaran sekelompok orang-orang Muslim yang Mihakk al-Nadhar. Bahkan kitabnya, al-Qisthas menamakan diri mereka Ikhwan al-Shafa (secara al-Mustaqim, dinilai dan dituduh Ibn Taymiyyah longgar: Persaudaraan Suci).(17) sebagai usaha pencampur-adukan tak sah ajaran Nabi dengan falsafah Aristoteles, karena uraian- 17  Pembahasan tentang kelompok ini yang cukup lengkap ialah uraian keagamaannya, dalam hal ini ilmu fiqh, yang yang dilakukan Netton. op. cit. 25
  • 32. menggunakan sistem ilmu mantiq. kaum Muslim tampak nyata. Seperti dikatakan Tetapi, seperti telah dikemukakan di atas, William Lane Craig, adalah mustahil melihat falsafah Islam sebagai carbon copy Hellenisme. Misalnya, meskipun ... the kalam argument as a proof for God's terdapat variasi, tetapi semua pemikir Muslim existence originated in the minds of medieval berpandangan bahwa wahyu adalah sumber Arabic theologians, who bequeathed to the West, ilmu pengetahuan, dan, karena itu, mereka juga where it became the center of hotly disputed membangun berbagai teori tentang kenabian controversy. Great minds on both sides were raged seperti yang dilakukan Ibn Sina dengan risalahnya against each other: al-Ghazali versus Ibn Rushd, yang terkenal, Itsbat al-Nubuwwat. Mereka juga Saadia versus Maimonides, Bonaventure versus mencurahkan banyak tenaga untuk membahas Aquinas. The central issue in this entire debate was kehidupan sesudah mati, suatu hal yang tidak whether the temporal series of past events could terdapat padanannya dalam Hellenisme, kecuali be actually infinite.(19) dengan sendirinya pada kaum Hellenis Kristen. (...argumen kalam sebagai bukti adanya Tuhan Para failasuf Muslim juga membahas masalah berasal dari dalam pikiran para teolog Arab baik dan buruk, pahala dan dosa, tanggungjawab zaman pertengahan, yang menyusup ke Barat, pribadi di hadapan Allah, kebebasan dan di mana ia menjadi pusat kontroversi yang keterpaksaan (determinisme), asal usul penciptaan, diperdebatkan secara hangat. Pemikir-pemikir dan seterusnya, yang kesemuanya itu merupakan dari dua pihak berhadapan satu sama lain: al- bagian integral dari ajaran Islam, dan sedikit sekali Ghazali lawan Ibn Rusyd, Saadia lawan Musa ibn Maymun, Bonaventura lawan Aquinas. terdapat hal serupa dalam Hellenisme.(18) Persoalan pokok dalam seluruh debat itu ialah Lebih lanjut, falsafah kemudian mempengaruhi apakah rentetan zaman dari kejadian masa ilmu kalam. Meski begitu, lagi-lagi, tidaklah benar lampau itu dapat secara aktual tak terbatas). memandang ilmu kalam sebagai jiplakan belaka dari falsafah. Justru dalam ilmu kalam orisinalitas 19  William Craig, Kalam Cosmological Argument (London: 18  Qadir, op. cit., h. 28. The Macmillan Press Ltd, 1979), "preface". 26
  • 33. Ilmu kalam adalah unik dalam pemikiran umat they inherited these arguments from the Arabic manusia. Ia merupakan sumbangan Islam dalam theologians and philosophers, whom we tend dunia kefilsafatan yang paling orisinil. Argumen- unfortunately to neglect.(20) argumen yang dikembangkan dalam ilmu kalam (Para pemikir Yahudi berpartisipasi sepenuhnya menerobos dunia pemikiran Barat, sebagaimana dalam kehidupan intelektual masyarakat banyak pikiran-pikiran Islam yang lain, meskipun Muslim, banyak di antara mereka yang menulis hanya sedikit dari orang-orang Barat yang dalam Bahasa Arab dan menterjemahkan mengakuinya. Berkenaan dengan ini, Craig karya-karya Arab ke dalam Bahasa Ibrani. mengatakan lebih lanjut: Dan orang-orang Kristen kemudian membaca dan menterjemahkan karya-karya para pemikir Yahudi itu. Argumen kalam bagi permulaan The Jewish thinkers fully participated in the adanya alam raya menjadi perdebatan yang intellectual life of the Muslim society, many of panas, karena ditentang oleh Aquinas namun them writing in Arabic and translating Arabic digunakan dan didukung oleh Bonaventure. works into Hebrew. And the Christians in turn read Argumen falsafah dari wujud pasti (wajib) dan and translated works of these Jewish thinkers. wujud mungkin (mumkin) banyak digunakan The kalam argument for the beginning of the dalam berbagai bentuk dan akhirnya menjadi universe became a subject heated debate, being kunci argumen Thomis untuk adanya Tuhan. opposed by Aquinas, but adopted and supported Begitulah, bahwa argumen kosmologis itu by Bonaventure. The falsafa argument from sampai ke para teolog berbahasa Latin, yang necessary and possible being was widely used dalam budaya Barat kita mereka itu menerima in various forms and eventually became the pengakuan untuk orisinalitas, yang mereka key Thomist argument for God's existence. Thus sendiri tidak sepenuhnya berhak, karena mereka it was that the cosmological argument came mewarisi argumen-argumen itu dari para teolog dan failasuf Arab, yang sayangnya cenderung to the Latinspeaking theologians of the West, kita lupakan). who receive in our Western culture a credit for originality that they do not fully deserve, since 20  Ibid., h. 18. 27
  • 34. Sebagaimana telah menjadi pokok Argumen kosmologi kalam membimbing kita ke pembicaraan buku William Craig yang dikutip itu, arah adanya Khaliq yang bersifat pribadi alam argumen-argumen kosmologis kalam ternyata kini raya...) banyak mendapatkan dukungan temuan-temuan Adakah membuktikan adanya Tuhan yang ilmiah moderen. Teori big bang dari Chandrasekhar personal itu yang menjadi titik perhatian sentral (pemenang hadiah Nobel), dan dikatakan dengan falsafah dan kalam? Setelah membuktikan dengan temuan-temuan astronomi moderen, begitu pula dalil-dalil dan argumen-argumen yang mantap, konsep waktu dari Newton dan Einstein, semuanya para failasuf dan mutakallim beralih ke usaha itu, menurut Craig, mendukung argumen memahami makna wujudnya Tuhan itu bagi kosmologi ilmu kalam tentang adanya Tuhan dan manusia, kemudian dikembangkan menjadi dalil- "personal", yang telah menciptakan alam raya ini: dalil dan argumen-argumen untuk mendukung kebenaran agama. Seperti ditegaskan oleh Ibn We have thus concluded to a personal Creator Rusyd dalam Fashl al-Maqal, kegiatan berfalsafah of the universe who exists changelessly and adalah benar-benar pelaksanaan perintah Allah independently prior to creation and in time dalam Kitab Suci. Maka, kata Ibn Rusyd, falsafah subsequent to creation. This ia a central core dan agama atau syari'ah adalah dua saudara of what theists mean by "God"...The kalam kandung, sehingga merupakan suatu kezaliman cosmological argument leads us to a personal besar jika antara keduanya dipisahkan. Hanya Creator of the universe..."(21) memang, kata Ibn Rusyd lagi, terdapat halangan (Dengan begitu kita telah menyimpulkan adanya agama yang karena ketidak-tahuannya memusuhi Khaliq yang personal bagi alam raya, yang ada falsafah, dan terhadap kalangan falsafah yang juga tanpa berubah dan berdiri sendiri sebelum karena ketidak-tahuannya memusuhi syari'ah. Ibn penciptaan alam dan dalam waktu sesudah Rusyd sendiri adalah seorang failasuf yang amat penciptaan itu. Inilah inti pusat apa yang oleh mendalami syari'ah. kaum teist dimaksudkan dengan "Tuhan"... 21  Ibid., h. 152. 28
  • 35. Disiplin Ilmu Keislaman Tradisional: 3 Fiqh (Tinjauan Dari Segi Makna Kesejarahan) D ari empat disiplin Ilmu Keislaman Tradisional yang mapan yaitu ilmu fiqh ('ilm al-fiqh), ilmu kalam ('ilm al-kalam), ilmu tasawuf ('ilm mendominasi pemahaman orang-orang Muslim akan agama mereka sehingga, karenanya, paling banyak membentuk bagian terpenting cara al-tashawwuf) dan falsafah (al-falsafah atau berpikir mereka. Kenyataan ini dapat dikembalikan al-hikmah),(1) fiqh adalah yang paling kuat kepada berbagai proses sejarah pertumbuhan 1  Dari empat disiplin ilmu keislaman tradisional itu masing- masyarakat Muslim masa lalu, juga kepada masing dapat diidentifikasikan sebagai berikut: ilmu fiqh sebagian dari inti semangat ajaran agama Islam merupakan disiplin dengan bidang garapan segi-segi eksoteris (lahiriah) agama, yaitu terutama aspek hukum dari amalan sendiri. keagamaan. Para ahli fiqh juga disebut ahl al-dhawahir Salah satu karakteristik historis agama Islam (kelompok eksoteris). Ilmu tasawuf memperhatikan segi-segi esoteris (kedalaman, kebatinan), dan para ahli tasawuf disebut ialah kesuksesan yang cepat luar biasa dalam ahl al-bawathin (kelompok esoteris). Ilmu kalam menggarap ekspansi militer dan politik.(2) Ada indikasi bahwa segi-segi rasional, namun tetap lebih mengutamakan wahyu, sedangkan falsafah menggarap segi-segi spekulatif dengan yang dalam peradaban Islam dikenal dengan ilmu mantiq kecenderungan kuat kepada metode interprestasi metaforis (lengkapnya, 'ilm al-manthiq al-aristhi). Al-Ghazali pun, kepada teks-teks suci. Dari keempatnya itu falsafah adalah yang terkenal telah berusaha merubuhkan falsafah, menaruh yang paling kontroversial, disebabkan persandarannya kepada kepercayaan besar kepada ilmu mantiq ini. filsafat Yunani yang amat jauh. Namun ada bagian dari 2  Seperti halnya dengan Nabi Musa a.s. dan beberapa Nabi filsafat yang diterima hampir universal di kalangan orang- yang lain, Nabi Muhammad dikenal dalam sosiologi agama orang Muslim, yaitu logika formal (silogisme) Aristoteles, sebagai "nabi bersenjata" (armed prophet). Tapi jauh
  • 36. ekspansi militer ke luar Jazirah Arabia itu mula- "daerah beradab" (Oikoumene, menurut sebutan mula dilakukan dalam keadaan terpaksa dan orang-orang Yunani kuna), yang membentang untuk tujuan pertahanan diri.(3) Tetapi dinamika dari Lautan Atlantik di barat sampai Gurun Gobi di gerakan perluasan itu kemudian seperti tidak timur. Sebuah kemaharajaan (empire) dunia telah dapat dikekang, dan dalam tempo amat singkat lahir dengan keluasan wilayah yang tidak pernah orang-orang Muslim menguasai sepenuhnya terjadi sebelumnya dalam sejarah umat manusia. melampaui "prestasi" Nabi Musa a.s., Nabi Muhammad s.a.w. Disebabkan oleh ciri kekuasaan itu maka berhasil merampungkan hal-hal yang berlipatganda lebih besar dari yang dirampungkan oleh Nabi Musa dan generasi sejak dari semula, khususnya dikalangan kaum berikutnya sampai Nabi Daud a.s. Ketika Rasulullah wafat, Sunni, agama Islam dengan erat terkait dengan praktis seluruh Jazirah Arabia telah tunduk kepada Madinah, dan hanya selang beberapa tahun saja sesudah itu wilayah kemapanan politik. Di antara sekian banyak kekuasaan politik Islam meluas sampai meliputi daerah inti implikasinya ialah bahwa para pemimpin Islam, peradaban manusia saat itu. baik yang berada pada lingkungan kekuasaan 3  Salah satu yang mendorong orang-orang Muslim itu keluar Jazirah Arabia dan mengadakan bcrbagai ekspedisi militer maupun yang menekuni bidang pemikiran, banyak ialah karena berita-berita yang telah beredar saat-saat terakhir sekali disibukkan oleh usaha-usaha mengatur hidup Nabi bahwa orang-orang Byzantium yang telah merasa terancam oleh munculnya gerakan Islam itu telah menyiapkan masyarakat dan negara sebaik-baiknya. Ini pasukan yang sangat besar di perbatasan utara untuk mendorong kepada curahan perhatian yang luar menghancurkan masyarakat Islam. Bahkan sebelum wafatnya, biasa besar untuk menggali dan mengembangkan Rasulullah s.a.w. telah sempat mengirim ekspedisi militer ke sana. Ekspedisi yang dikirim Nabi itu kemudian ditafsirkan unsur-unsur dalam ajaran agama Islam yang sebagai semacam wasiat yang harus dilaksanakan, dan itulah berhubungan dengan masalah pengaturan permulaan sekalian ekspedisi dan ekspansi militer yang terjadi selanjutnya. masyarakat dan negara. Pangkal Pertumbuhan Fiqh Dari suatu segi, ilmu fiqh, seperti halnya dengan sebagai "hukum" seperti yang sekarang umum ilmu-ilmu keislaman lainnya, dapat dikatakan dipahami orang, maka akar "hukum" yang amat telah tumbuh semenjak masa Nabi sendiri. Jika erat kaitannya dengan kekuasaan itu berada "fiqh" dibatasi hanya kepada pengertiannya dalam salah satu peranan Nabi sendiri selama 30
  • 37. beliau mengemban tugas suci kerasulan (risalah), hirarki sosial) dan yang bersifat universal (berlaku khususnya selama periode sesudah hijrah ke untuk semua orang, di semua tempat dan waktu). Madinah, yaitu peranan sebagai pemimpin Tetapi peranan Nabi dengan tugas kerasulan masyarakat politik (Madinah) dan sebagai hakim (risalah) yang diembannya tidaklah hanya pemutus perkara.(4) bersangkutan dengan hal-hal kemasyarakatan Peranan Nabi sebagai pemutus perkara itu semata. Dalam kesanggupan menangkap dan sendiri harus dipandang sebagai tak terpisahkan memahami serta mengamalkan keseluruhan dari fungsi beliau sebagai utusan Tuhan. Seperti makna agama yang serba segi itu ialah halnya dengan semua penganjur agama dan sesungguhnya letak perbaikan dan peningkatan moralitas, Nabi Muhammad s.a.w. membawa nilai kemanusiaan seseorang. Inilah kurang lebih ajaran dengan tujuan amat penting reformasi atau yang dimaksudkan Nabi ketika beliau bersabda pembabaruan dan perbaikan (ishlah)(5) kehidupan dalam sebuah hadits yang amat terkenal bahwa masyarakat. Berada dalam inti reformasi itu ialah jika Tuhan menghendaki kebaikan untuk seseorang aspirasi keruhanian (sebagai pengimbang aspirasi maka dibuatlah ia menjadi faqih (orang yang keduniawian semata) yang populis (cita-cita paham) akan agamanya.(6) Demikian pula sebuah keadilan dengan semangat kuat anti elitisme dan firman Ilahi yang tidak jauh maknanya dari hadits 4  Kedudukan Nabi sebagai hakim pemutus perkara ini antara itu, yang menegaskan hendaknya dalam setiap lain dikukuhkan dalam sebuah firman, Q., s. al-Nisa'/4:65, masyarakat selalu ada kelompok orang yang "Maka demi Tuhanmu, mereka tidaklah beriman sehingga mereka berhakim kepadamu berkenaan dengan hal-hal melakukan tafaqquh (usaha memahami secara yang diperselisihkan antara mereka, kemudian mereka tidak mendalam) tentang agamanya. Diharapkan agar menemui kekerabatan dalam diri mereka atas keputusan yang para "Spesialis" ini dapat menjalankan peran telah kau ambil, dan mereka pasrah sepenuh-penuhnya." Firman ini dan lain-lainnya juga sering menjadi acuan sebagai sebagai sumber kekuatan moral (moral force) penegasan kewajiban mengikuti Nabi melalui Sunnah yang masyarakat.(7) Maka suatu masyarakat tumbuh ditinggalkan beliau. 5  Ini bisa dipahami dari firman Allah, Q. s. Hud/11:88, yang 6  Hadits yang terkenal mengatakan, "Barangsiapa Allah menuturkan Nabi Syu'aib dalam pernyataannya kepada menghendaki kebaikan baginya, maka ia dibuat paham (fiqh) kaumnya; "Aku hanyalah menghendaki perbaikan (ishlah, dalam agama." reformasi) sedapatdapatku." 7  Q. s. al-Tawbah/9:122," Maka hendaknyalah pada setiap 31
  • 38. menjadi masyarakat hukum (legal society), simpul kepercayaan (al-'aqa'id) dan peribadatan (al- namun dasar strukturnya itu ialah hakikat suatu 'ibadat), maka diberikan secara terinci (mufashshal) masyarakat akhlaq (ethical society).(8) dengan rincian yang sempurna, serta dijelaskan Berkenaan dengan prinsip ini al-Sayyid Sabiq, dengan nas-nas yang serba meliputi. Karena itu misalnya, mengatakan bahwa Allah mengutus tidak seorang pun dibenarkan menambah atau Muhammad s.a.w. dengan kecenderungan suci mengurangi. Sedangkan hal-hal yang berubah yang lapang (al-hanifiyyat al-samhah). Rasulullah dengan perubahan zaman dan tempat, seperti s.a.w. bersabda bahwa "Agama yang paling disukai berbagai kemaslahatan sipil (al-mashalih al- Allah ialah al-hanifiyyat al-samhah." Kemudian madaniyyah) serta berbagai perkara politik dan kecenderungan suci yang lapang itu dilengkapi perang, maka diberikan secara garis besar (mujmal) dengan tata cara hidup praktis yang serba meliputi agar bersesuaian dengan kemaslahatan manusia (al-syari'at al-jami'ah). Namun dalam sifatnya yang di setiap masa, dan dengan ketentuan itu para menyeluruh itu masih dapat dikenali adanya dua pemegang wewenang (ulu al-amr, jamak dari wali hal yang berbeda: hal-hal parametris keagamaan al-amr, pemegang kekuasaan, yakni, pemerintah) yang tidak berubah-ubah, dan hal-hal dinamis, dapat mencari petunjuk dalam usaha menegakkan yang berubah menurut perubahan zaman dan kebenaran dan keadilan.(9) tempat: Maka ilmu fiqh dalam makna asalnya adalah ... Adapun hal-hal yang tidak berubah karena ilmu yang berusaha memahami secara tepat perubahan zaman dan tempat, seperti simpul- ketentuan-ketentuan terinci (al-mufashshalat) dan golongan dari mereka (orang-orang yang beriman) itu ketentuan-ketentuan garis besar (al-mujmalat) ada sekelompok orang yang tidak ikut (berperang) untuk dalam ajaran agama itu. Tentang hal-hal yang telah mendalami agama (tafaqquh), dan untuk dapat memberi peringatan kepada kaumnya bila mereka itu telah kembali terinci, dengan sendirinya tidak banyak kesulitan. (dari perang) agar mereka semuanya waspada." Dan waspada Tetapi tentang hal-hal yang bersifat garis besar, dalam hal ini, seperti taqwa, mengandung arti menjunjung tinggi moralitas. perbedaan penafsiran dan penjabarannya sering 8  Sebuah Hadits yang terkenal bahwa Nabi Muhammad bersabda, "Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan budi 9  Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Kuwait: Dar al-Bayan, 1388 pekerti luhur." H/ 1968 M), j. 1, h. 13. 32
  • 39. menjadi sumber kesulitan yang menimbulkan Muslim dalam fase perkembangan historis mereka berbagai perbedaan pendapat antara para pemikir yang paling formatif. Masa-masa Perkembangan Formatif Melalui masa-masa perkembangan formatifnya, ini diperlukan penyusunan hukum-hukum ilmu fiqh memperoleh batasnya yang jelas. Sejalan pembalasan, dan inilah bagian 'uqubat dari ilmu dengan yang telah dikemukakan di atas, batasan fiqh.(10) itu kurang lebih adalah: Dari definisi dan penjelasan tentang hakikat ... Fiqh ialah ilmu tentang masalah-masalah ilmu fiqh itu nampak dengan jelas titik berat syara'iyah secara teoritis. Masalah-masalah fiqh itu orientasi fiqh kepada masalah pengaturan hidup berkenaan dengan perkara akhirat seperti hal- bersama manusia dalam tatanan sosialnya, yang hal peribadatan (ibadat) atau berkenaan dengan inti kerangka pengaturan itu ialah masalah- perkara dunia yang terbagi menjadi munakahat masalah hukum. Bahkan meskipun masalah- (tentang pernikahan), mu'amalat (tentang berbagai masalah ibadat juga termasuk ke dalam ilmu fiqh transaksi dalam masyarakat) dan 'uqubat (tentang —justru merupakan yang pertama-tama dibahas— hukuman) namun cara pandang ilmu fiqh terhadap ibadat ...Demi terpeliharanya keadilan dan ketertiban pun tetap bertitikberatkan orientasi hukum. Dalam antara sesama manusia serta menjaga mereka hal ini terkenal pembagian hukum yang lima: wajib dari kehancuran maka diperlukanlah ketentuan- mandub, mubah, makruh dan haram. Disamping ketentuan yang diperkuat oleh syari'at berkenaan itu terdapat cara penilaian kepada sesuatu sebagai dengan perkara perkawinan, dan itulah bagian sah atau batal, yaitu dilihat dari kenyataan apakah munakahat dari ilmu fiqh; kemudian berkenaan semua syarat dan rukunnya terpenuhi atau tidak.(11) dengan perkara peradaban dalam bentuk Telah dikemukakan bahwa situasi yang gotong-royong dan kerjasama, dan itulah bagian mu'amalat dari ilmu fiqh; dan untuk memelihara 10  Majallat al-Ahkam al-'Adliyyah (Beirut: Mathba'at Syiarku, 1388 H/1968 M, cetakan kelima), h. 15 perkara peradaban itu agar tetap pada garisnya 11  Lihat catatan 1 di atas. 33