Buku ini membahas pertemuan antara Islam dan Kristen pada abad ke-7 Masehi. Pada saat itu, terdapat berbagai golongan Kristen seperti Ortodoksi, Monofisit, dan Nestorian. Masing-masing golongan memiliki perbedaan budaya dan kepercayaan. Nabi Muhammad dan umat Islam awal berinteraksi dengan berbagai golongan Kristen ini yang memiliki persepsi berbeda mengenai agama satu sama lain.
1. Titik Temu Islam
dan Kristen:
Persepsi dan Salah Persepsi
William Montgomery Watt
1996
2.
3. Titik Temu Islam
dan Kristen:
Persepsi dan Salah Persepsi
William Montgomery Watt
1996
4. TITIK TEMU ISLAM DAN KRISTEN
Persepsi dan Salah Persepsi
William Montgomery Watt
Penerjemah: Zaimudin
Hak Terjemahan pada Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta
Desain Sampul: Salimi Akhmad
Diterbitkan Oleh: Penerbit Gaya Media Pratama Jakarta
Dicetak Oleh: Percetakan Radar Jaya Jakarta
Anggota IKAPI
Cetakan 1, 1996
ISBN 979-578-007 7
5. Daftar Isi
Pengantar Penerjemah v
Kristen Dipertemukan Dengan Islam 1
Berbagai Perbedaan Kebudayaan 1
Ortodoksi 3
Golongan Monofisit 4
Golongan Nestorian 6
Pengetahuan Kristen di Mekah 7
Kelemahan Kristen 8
Persepsi Al-Qur'an Tentang Kristen 11
Persepsi Umum Kenabian 11
Persepsi Yahudi 15
Persepsi Tentang Kristen 18
Fungsi Persepsi yang Kurang Memadai 29
Elaborasi Persepsi Al Qur'an 37
Dugaan Ketidakmurnian Dalam Kitab Suci 37
Muhammad Telah Diramalkan Didalam Bibel 41
Persepsi Islam Tentang Sejarah 45
Kesempurnaan dan Kemandirian Islam 50
Persepsi Sejarah Selanjutnya 54
Titik Temu Dengan Filsafat Yunani 63
Sikap Islam Terhadap Filsafat Yunani 63
Sikap Kristen Terhadap Filsafat Yunani 67
Refleksi Lebih Lanjut 68
Titik Temu Dalam Kekuasaan Islam 73
Kolonialisme Islam 73
Polemik dan Apologetika Al-Qur'an 78
Apologetika Kristen 86
Refleksi 89
Titik Temu Dengan Eropa Zaman Pertengahan 91
Andalusia dan Spanyol Islam 91
Perubahan Persepsi dari Perang Salib 94
Persepsi Kristen Terhadap Islam 101
Latar Belakang Titik Temu Modern 109
6. Kerajaan Ottoman 109
Penjajahan Eropa 111
Gerakan Intelektual Baru di Eropa 115
Pengaruh Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern 118
Titik Temu Modern 123
Hasrat Umat Islam Terhadap Pendidikan dan Teknologi Barat 123
Golongan Misioner dan Persepsinya Terhadap Islam 127
Golongan Orentalis Eropa 131
Reaksi Islam Terhadap Orientalisme 141
Kebangkitan Islam 145
Awal Dialog 152
Menuju Hari Depan 159
Agama dan Kultur Keagamaan 159
Hidup Berdampingan dengan Agama Lain 168
Tuntutan Umat Kristen 177
Tuntutan Umat Islam 181
Menuju Sikap Hormat Kepada Agama-Agama 183
Tentang Pengarang 185
iv
7. Pengantar Penerjemah
W illiam Montgomery Watt adalah seorang penulis barat
tentang Islam. Ia pernah mendapatkan gelar "Emiritus
Professor," gelar penghormatan tertinggi bagi seorang ilmuwan.
Gelar ini diberikan kepadanya oleh Universitas Edinburgh.
Penghormatan ini diberikan kepada Watt atas keahliannya di
bidang bahasa Arab dan Kajian Islam (Islamic Studies). Tentu kajian
Islam ini beliau tekuni selama bertahun-tahun sehingga sampai
kepada keahlian yang dimilikinya. Hasilnya, berbagai buku telah
dilahirkan dari hasil pikiran dan penelitiannya tentang Islam.
Di pihak lain, beliau juga banyak menulis tentang kajian non
Islam, misalnya tentang Kristen, Hindu, Budha, dan agama-agama
besar lainnya di dunia, termasuk di dalamnya adalah agama
Yahudi. Kajian-kajian yang dilakukan meliputi berbagai aspek, baik
aspek ajaran maupun aspek masyarakat beragama sesuai dengan
landasan pemikiran fenomenal dalam kehidupan keagamaan yang
dipeluknya.
Dengan demikian, tidak salah bila dikatakan bahwa William
Montgomery Watt adalah sosok ilmuwan barat yang selalu
mengkaji masalah-masalah yang berkembang pada kehidupan
keberagamaan manusia di dunia. Perkembangan yang senantiasa
diikutinya ini mempengaruhi sikap Watt dalam menatap zaman
dan merangkumnya dalam sudut pandang yang lebih harmonis,
namun tetap menghorrnati peran agama yang dipeluk oleh
manusia di dunia.
Buku ini mencoba mengkaji persoalan-persoalan yang
berkembang bagi setiap pemeluk agama, yang satu dengan
yang lainnya tentu mempunyai perbedaan, entah esensial entah
substansial. Walaupun demikian, disadari bahwa agama-agama
yang dipeluk oleh manusia itu benar-benar mempunyai landasan
ajaran agamanya masing-masing pemeluknya. Lalu, tiap-tiap
pemeluk agama itu memahami ajaran-ajaran agamanya sendiri
sesuai dengan persepsi dan asumsi tiap pemeluknya. Berdasarkan
asumsi-asumsi dan persepsi-persepsi yang dimiliki oleh pemeluk
agama itu dijadikan alat untuk menafsiri ajaran agamanya yang
diyakini sebagai kebenaran -- mungkin bersifat sementara
mungkin juga bersifat permanen. Kemudian dipegangi sesuai
dengan aksiomatika yang diyakininya sebagai kebenaran.
8. Oleh karenanya, tentu hasilnya berbeda-beda antara satu
pemeluk agama dengan pemeluk agama yang lain. Ini pun
masih dalam kerangka memahami satu agama yang dipahami
oleh pemeluk-pemeluknya. Bagaimana jika pemeluk satu agama
tertentu mencoba memahami satu agama yang lain? Tentu
hasilnya akan berbeda dengan apa yang biasa dipahami oleh
pemeluk agamanya sendiri ketimbang oleh pemeluk agama
yang lain. Belum lagi apabila dikaitkan dengan sikap dan watak
manusia, apakah pengkaji suatu agama itu bisa jujur ataukah juga
bisa tidak jujur.
Seluruh sejarah pertentangan Islam-Kristen yang telah
berlangsung dalam waktu yang tidak sebentar itu, menurut Watt,
diliputi oleh mitos-mitos dan persepsi-persepsi yang salah. Namun
sebagian persepsi dan mitos itu masih diabadikan sampai hari ini.
Yang aneh bahwa mitos dan persepsi itu selalu bertumbuh dan
berkembang sehingga merusak persepsi Islam dan Kristen satu
sama lain.
Bagi Watt, memperdebatkan kedua agama -- Islam dan
Kristen -- itu diperlukan pengetahuan yang lebih akurat. Juga
diperlukan apresiasi yang lebih positif dan kreatif terhadap
agama lain. Jalan yang hendak ditempuhnya adalah bagaimana
pemeluk agama yang satu dapat menghormati pemeluk agama
yang lain, bagaimana menghormati agama satu dengan agama
yang lain, dan bagaimana antara berbagai pemeluk agama itu
memampukan dirinya untuk dapat melihat agama lain sebagai
partner bukan sebagai lawan yang harus dimusuhi dalam
kehidupan semesta.
Akhirnya, kepada sidang pembaca buku ini dipersembahkan
untuk sama,sama memahami isi dan maknanya dalam setiap
kajian yang dilakukan oleh Watt. Ditangan pembacalah penilaian
akan kebenaran dan manfaat yang terkandung dalam hasil
pena seorang Barat yang mencoba memahami Islam Kristen
dari sudut pandangnya sendiri. Sidang pembaca mempunyai
hak sepenuhnya untuk merenungi maknanya dan untuk
menjadikannya sebagai titik tolak memahami Islam-Kristen dalam
perspektif masa depan yang lebih luas.
Semoga Tuhan melindungi kita, dengan rahmat dan
petunjukNya. Amin.
Jakarta, 20 Januari 1996
Penterjemah
Zaimudin
vi
9. Kristen Dipertemukan
Bab: I
Bab: I
Dengan Islam
K etika kita mulai berfikir tentang Kristen yang diketemukan
oleh Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin awal, dapat
dikatakan bahwa Kristen pada masa itu memang sungguh
amat berbeda dengan Kristen yang kita kenal hari ini. Sekitar
tahun 600 Masehi, ada sekelompok khusus umat Kristen yang
melembagakan Gereja Besar, yang belakangan terpisah dan kini
terpecah menjadi Gereja Katolik Roma, Gereja Ortodoks Timur,
dan Gereja Protestan. Namun ada pula segolongan umat Kristen
penting yang telah keluar dari Gereja Besar itu seperti golongan
heretik (bid'ah). Yang disebut terakhir ini seringkali dikenal sebagai
golongan Monofisit (golongan Yakobit dan Copt) dan golongan
Nestorian. Sebagian terbesar umat Kristen Mesir, Palestina, Syria
dan Iraq --wilayah-wilayah negeri yang dipimpin oleh umat
Islam-- yang kemungkinan besar mempunyai golongan-golongan
heretikal (bid'ah) itu. Golongan-golongan bid'ah ini sebagian besar
terdiri dari umat Kristen yang berada di Arabia sendiri.
Berbagai Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan keagamaan antara ortodoksi dan heresi amat
dekat bertalian dengan perbedaan etnik ataupun mungkin lebih
bertalian dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan. Gereja Besar
yang secara akrab diasosiasikan dengan kelompok-kelompok
yang berkuasa di Byzantine atau Kekaisaran Roma Timur, dan yang
secara esensial di Byzantine atau Kekaisaran Roma Timur, dan
yang pada hakekatnya adalah berkebudayaan Yunani. Golongan
Heresy-Monofisit, di pihak lain, menjadi fokus perasaan anti-Yunani
di antara bangsa Mesir, pribumi dan Kopti serta di antara bangsa
Yakobit Syria, yang terkadang dilukiskan sebagai bangsa Syria
Barat. Golongan heresy Nestorian telah memainkan peranan yang
sama bagi orang-orang yang acapkali disebut sebagai bangsa
Syria Timur, dan bertentangan dengan pemikiran Yunani yang
menyebabkan mereka keluar dari Kekaisaran Byzantine. Semenjak
10. tahun 600 Masehi mereka membangun pusat kegiatannya yang
utama di Iraq pada Kekaisaran Sassanian (Persia). Gereja Besar ini
juga meliputi umat Kristen Eropa Barat, yang secara mendasar
memiliki kebudayaan Latin dan yang pada tahun 600 Masehi
mereka terpecah belah menjadi berbagai macam ajaran Prankish
dan kerajaan-kerajaan kecil yang lain. Namun semenjak awal
abad ke tujuh bangsa Arab tidak mempunyai kontak lagi dengan
mereka.
Pada konsili ekumenikal Gereja (misalnya Konsili Nicaea
pada tahun 325 Masehi dan Konsili Chalcedon pada tahun 451
Masehi) kultur uskup-uskup Gereja telah memainkan peranan
yang dominan. Rumusan-rumusan Trinitas dan ajaran Kristologi
secara resmi diterima oleh konsili tersebut, yang secara luas pada
terma-terma khas filsafat Yunani, yang lalu belakangan pada
terma-terma khas Kekaisaran Byzantine. Kultur uskup-uskup Latin
pada umumnya kurang berfikir falsafi ketimbang bangsa Yunani
melainkan menyetujui rumusan-rumusan Yunani. Kendatipun
demikian, barangkali ada catatan penting yang bermanfaat
sehingga terma-terma Latin untuk ajaran trinitas (satu substantia,
tiga personae) diakui sebagai equivalen dengan bahasa filsafat
Yunani (satu ousia, tiga hypostaseis), walaupun terma itu
tidak identik benar, karena kata substantia secara etimologis
berkorespondensi dengan kata hypostaseis. Uskup-uskup
mewakili masyarakat Mesir serta masyarakat Syria Timur dan Syria
Barat untuk menolak rumusan Yunani dan mengadopsi berbagai
alternatif. Akibatnya mereka keluar dari Gereja Besar dan pada
kasus golongan Nestorian, mereka keluar dari kekaisaran Kristen.
Sebagian bangsa manusia dewasa ini, ketika mereka
memperhatikan diskusi-diskusi doktrinal secara terinci tentang
Trinitas dan pribadi Kristus. Mereka mempunyai kesan berada
pada labirin abstraksi-abstraksi, yang mempuyai relevansi dengan
kehidupan aktual Kristen yang kelihatannya keras. Saya berpegang
pada pendapat bahwa kita dapat mulai membuat sedikit
pengertian tentang diskusi-diskusi tersebut apabila kita bertanya
mengapa para pendukung tersebut melakukan perhelatan
dan menjawab pertanyaan ini dengan melihat gambaran dari
latar belakang kebudayaan masing-masing. Apakah mereka
berpikir akan menjadi problema pokok kehidupan manusia,
dan bagaimana mereka memahami Yesus untuk memecahkan
problema yang mereka hadapi tersebut? Dengankata lain, apakah
kepercayaan dasariah itu yang melandasi argumen-argumen, dan
bagaimana kepercayaan-kepercayaan tersebut berkaitan dengan
perbedaan-perbedaan kebudayaan?
2
11. Ortodoksi
Memang benar, kebudayaan Yunani jauh dari realitas
homogenus, karena di bawah payung kebudayaan Yunani ini
bangsa manusia berasal dari berbagai macam latar belakang
dimana bahasa ibu, seperti logat Lycaonia, tidak mencapai status
bahasa kesusasteraan sebagaimana bahasa Koptik dan bahasa
Syria. Satu gambaran kebudayaan Yunani adalah kepercayaannya
kepada ortodoksi. Maka tak pelak lagi kalau kawasan timur Gereja
Besar itu dikenal sebagai Gereja Ortodoks, yang karenanya dapat
dikatakan di sini bahwa persetujuan-persetujuan paripurna
kepada kepercayaan tersebut diyakini menjadi landasan bagi
persatuan umat Kristen. Di pihak lain, kawasan barat lebih
berpihak kepada Katolisitas gereja, yakni persatuan gereja
sedunia, dan persatuan gereja sedunia ini dipertahankan oleh
makna otoritas hirarki yang berasal dari Rasul-rasul yang asli. Visi
ortodoks dari homoginitas komunitas pada iman dan persatuan
dalam peribadatan adalah penting bagi gereja sebagai suatu
keseluruhan. Namun pada prakteknya visi ini dapat diselewengkan
kepada alat mayoritas yang dominan untuk berbuat tirani kepada
minoritas. Ortodoksi menjadi berarti pengakuan rumusan-
rumusan kredal, dan dari pengertian inilah subyek negosiasi
antara berbagai macam golongan pada konsili-konsili ekumenikal
yang terjadi. Dalam negosiasi ini, golongan minoritas seperti
masyarakat Kristen di Mesir dan di Syria yang tidak mendapat
tempat, lalu harus memilih antara meninggalkan sebagian
kepercayaan mereka yang paling mendalam dan meninggalkan
Gereja Besar.
KebudayaanYunani sebelum zaman Kristen mempuyai ciri
khas yang membentuk konsep dualistik tentang pribadi manusia,
dimana ruh dianggap sebagai esensinya dan tubuh sebagai
instrumen semata. Bahkan telah menjadi tradisi dalam pemikiran
Yunani yang menyebutkan bahwa tubuh (soma) adalah kuburan
dari ruh (jiwa), sehingga kehidupan yang sesungguhnya hanya
dimulai ketika ruh itu terbebas dari badan. Pemikir awal Kristen
yang berpandangan Yunani adalah Clement dari Alexandria
(meninggal pada tahun 215 Masehi?) yang jelas-jelas bukan
orang Mesir sekalipun menghabiskan masa hidupnya di Mesir,
dan yang bertujuan untuk mempertahankan iman Kristen pada
terma filsafat belakangan ini. Menurut Clement, Ruh (jiwa) rasional
adalah person yang esensial, akan tetapi manusia dalam pemikiran
dan sikap menjadi irrasional. Karenanya dosa itu berada pada
tunduknya akal dari tekanan hawa nafsu. Inilah yang menjadi
problema utama bagi kemanusiaan, maka karya Kristus yang
3
12. unik itu dilihat sebagai membawa pengetahuan yang benar dan
terbebasnya akal manusia dari batasan-batasan alam irrasional.
Pengetahuan yang benar dipegangi membawa tindakan yang
benar, dan kehidupan manusia yang ideal adalah satu hal dimana
rasionalitas itu dikembangkan seluas-luasnya.
Tingkat berikutnya pada pemikiran Yunani dapat dilihat pada
karya Gregory dari Nyssa (meninggal tahun 395 Masehi) , adalah
salah seorang yang paling bertanggung jawab atas ajaran Trinitas
dalam Konsili Konstantinopel (tahun 381 Masehi). Dalam Konsili
Konstantinopel ini dinyatakan bahwa Kristus adalah manusia
seperti kita (homousios) sebagai sang Bapa, tidak sama seperti
manusia biasa (homogousios). Gregory menekankan bahwa
dalam diri Kristus kita lihat watak operasional yang identik dengan
diri Sang Bapa, yakni memberi kehidupan dan kesehatan, yang
membersihkan dosa dan memberi petunjuk. Bagi Gregory,
pribadi manusia yang secara hakikiah adalah ruh atau jiwanya,
diciptakan pada waktu yang sama seperti tubuh atau badan.
Tubuh atau badan jasmani itu dengan sendirinya tidak sehat, akan
tetapi lewat hubungannya dengan ruh, ruh jadi diwarnai dengan
pengaruh nafsu syahwat dan cinta, dan karya Kristus adalah untuk
membersihkan jiwa atau ruh dari pengaruh-pengaruh nafsu
tersebut. Pada kebangkitan ruh itu akan memberikan tubuh baru
yang tidak dilalui dan kekal abadi.
Pernyataan ringkas ini barangkali cukup memberikan
ide kebudayaan Yunani tentang rumusan suci (kredal) yang
didasarkan pada Gereja Besar.
Golongan Monofisit
Perbedaan antara kebudayaan Yunani, kebudayaan Mesir,
serta umat Kristen Syria paling jelas ditampilkan oleh pandangan
Kristen yang berkembang ke dalam Gereja Koptik. Diantara
gambaran-gambaran yang dikenal oleh kebudayaan Mesir
pra-Kristen adalah praktek mumifikasi dan bangunan piramida.
Mumifikasi dan piramida ini menunjukkan kecenderungan
yang intens kepada penguasaan mortalitas manusia dan
kecenderungan yang sama sebagai yang didapatkan pada
sebagian penulis Kristen yang berasal dari bangsa pribumi Mesir
asli, diantara mereka yang terkenal adalah Athanasius (meninggal
tahun 373 Masehi). Pada penulis-penulis tersebut kita ketahui
konsep monistik pribadi manusia, yakni, walaupun pribadi
manusia itu terdiri dari ruh dan badan, badan mendapat porsi
yang sama dengan ruh dalam diri manusia. Menurut Athanasius,
manusia pada hakekatnya adalah kekal abadi atau makhluk hidup
4
13. seperti binatang namun karena diberi akal oleh Tuhan (maka disini
binatang tidak identik manusia yang diberi ruh sehingga manusia
itu kekal abadi untuk selama-lamanya). Walaupun demikian,
manusia itu kehilangan keabadiannya karena diperdaya oleh iblis
atau setan dan bukan karena mempunyai tubuh yang dipandang
sebagai sumber kejahatan. Karya Kristus menurut Athanasius itu
ada dua hal. Di satu pihak, Kristus menerima hukuman mati atas
nama dosa kemanusiaan. Kendatipun demikian, ada yang lebih
penting dari ini adalah inkarnasi firman tuhan pada Yesus yang
menjadikan hakekat kemanusiaannya tidak dapat dikorupsi dan
akan dibangkitkan lagi nanti setelah manusia meninggal dunia.
Yesus benar-benar mati karena demi mencapai penyelamatan
bagi kemanusiaan, namun karena tubuhnya itu bersatu dengan
firman Tuhan maka tidak lama lagi akan mendapatkan korupsi
agar di hari ketiga akan dibangkitkan kembali. Melalui asosiasi
dengan tubuh Kristus ini, umat Kristen memberi sumbangan
kepada kebaikan dan keabadian. Athanasius mempunyai kalimat
yang menjelaskan: "Kristus mengalami inkarnasi karena dia yang
menjadikan sifat ketuhanan kita. Pada baris ini, tidak sulit untuk
memahami pemikiran Kristiani Mesir kuno sebelum penaklukan
dengan kematian dan membebaskannya.
Dari pertimbangan pemikiran ajaran Athanasius ini,
kemungkinan besar dapat dipahami bagaimana hal itu tidak
dapat dihindarkan bagi para pemikir Mesir atau para pemikir
Koptik terkemudian untuk mengadopsi monofisitisme, ajaran
akan adanya ketuhanan yang tunggal --hakekat manusia pada diri
Kristus. Problema sentral kehidupan manusia, problema mortalitas,
diatasi oleh penyatuan Firman Tuhan dengan hakekat manusia,
bahwa hakekat manusia itu kekal abadi. Di pihak lain, apabila pada
diri Kristus itu hakekat ketuhanan dan hakekat kemanusiaan yang
kekal abadi dua-duanya. Sementara itu, hakekat manusia biasanya
masih tetap menjadi subyek yang meninggal dunia, diyakini
oleh umat Kristen. Berdasarkan pemikiran yang ada pada tradisi
Mesir kuno ini, maka pemikiran tersebut sebetulnya mirip dengan
penolakan tugas penyelamatan Kristus.
Cabang dari golongan monofisit yang lain, golongan Yacobit
atau Syria Barat, bersikukuh dengan ajaran satu Tuhan --hakekat
manusia karena adanya perbedaan alasan yang rendah nan
sederhana. Pandangan mereka dengan baik sekali dapat dipelajari
pada tulisan-tulisan Severus dari Antioch (meninggal tahun 538
Masehi), yang menjadi penyokong pandangan Patriarch dari
Antioch sejak tahun 512 sampai 518 Masehi. Severus memegangi
pandangan monistik tentang pribadi manusia, paling kurang,
sampai meluas hingga dia tidak lagi mengakui penyelamatan
sebagai bebas merdeka dari tubuh. Menurut Severus sebagaimana
5
14. pandangan sebagian bangsa Semit, problema besar bagi makhluk
yang bemama manusia itu adalah tercapainya keselamatan
pada sisi kehidupan ekonomi dan material. Penderitaan dan
kesengsaraan, secara umum dipandang sebagai hukuman karena
dosa yang diperbuat manusia, sekalipun dalam beberapa kasus
digunakan oleh Tuhan untuk menarik kembali hamba-hambaNya
menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam pemikiran Severus,
Tuhan adalah "penguasa tindakan" - enezgeia - yang paling
utama bukannya akal budi. Inkarnasi Firman Tuhan dalam Yesus
berarti bahwa pada diri Yesuslah kita melihat hakekat ketuhanan-
manusia atau energeia teandrik. Dengan energeia teandrik
ini manusia dibebaskan dari kekuatan-kekuatan jahat yang
membujuk dan memperdaya manusia untuk berbuat dosa dan
dari perbuatan dosa inilah yang mendatangkan hukuman bagi
manusia. Umat Kristen hendaknya mendapatkan keuntungan-
keuntungan dari pembebasan tersebut dengan berpartisipasi
pada Eucharist. Pemikiran Severus yang paling mendasar adalah
konsepsi kekuasaan Tuhan ini yang mengejawantahkan dirinya
pada seluruh hidup manusia, dan membawa keselamatan bagi
kemanusiaan sebagai suatu keseluruhan. Kendatipun demikian,
hasil ini tidak dapat diraih apabila hakekat ketuhanan dan hakekat
kemanusiaan pada diri Yesus itu masih tetap terpisah tidak
manunggal jadi satu pada satu orang. Lebih lanjut pandangannya
bahwa Yesus itu sungguh-sungguh bersifat ketuhanan dan
sekaligus bersifat kemanusiaan, akan tetapi hakekat kemanusiaan
dan hakekat ketuhanan itu sesungguhnya berbeda satu dengan
yang lain. Pandangan seperti ini pada pandangan resmi konsili-
konsili eukumenikal dan sebagian besar umat Kristen dewasa
ini, tak pelak lagi, meyakini pandangan yang dikenal sebagai
Dyophysitisme.
Golongan Nestorian
Ketika kita kembali ke golongan Nestorian atau bangsa Syria
Timur, maka kita menemukan titik sentral pemikiran bahwa Tuhan
itu kekal abadi dan tidak dapat dilampaui. Berdasarkan alasan
ini maka golongan ini memberi obyek kepada terma theodokos
atau "Tuhan-beranak", yang dikembalikan kepada Maria. Oleh
karena Tuhan itu kekal abadi maka Tuhan tidak mungkin
menjadi seorang bayi yang pernah dilahirkan manusia. Nestorius
dan para pengikutnya memberi titik tekan kepada hakekat
kemanusiaan Yesus sebab pendapat kemanusiaan Yesus sebab
yang membawa kemenangan atas setan, melalui "kesahajaan
dirinya sendiri dan mengambil bentuk seorang hamba." Sebagai
6
15. makhluk manusia, dia digoda namun godaan-godaan yang
diarahkan kepadanya itu selalu menemui kegagalan dan dalam
perjuangan inilah dia tidak punya kemajuan yang tidak kita miliki
juga. Rupanya Nestorius menyatakan bahwa bangsa manusia
terdahulu itu tidak dapat mendeteksi tipu daya setan dan tidak
percaya kalau hal itu mungkin terjadi bagi kemanusiaan untuk
memenuhi perintah-perintah serta petunjuk-petunjuk secara
sempurna, sehingga mereka yang tidak tunduk itu jatuh ke
lembah kekufuran. Di balik itu, kini mereka mengetahui bahwa
ketundukan itu adalah kemungkinan dapat terjadi bagi hakekat
alam manusia dan lalu menjadi punya kemampuan untuk tunduk
dan patuh. Kemanusiaan Kristus dan bagi kita membantu cinta
kasih ketuhanan tanpa kecuali. Dalam kemanusiaannya itu, Kristus
dapat menguasai setan, namun dalam kehampaan dirinya untuk
mengambil bentuk seorang hamba yang terjadi bagi kemanusiaan
Yesus adalah model kerendahan yang paling tinggi. Sungguhpun
demikian, Nestorius mempunyai beberapa kesulitan dalam
menjelaskan bagaimana keabadian Tuhan dan kemutlakannya
dapat dipersatukan dengan kemanusiaan yang bersifat temporal
(sementara), padahal Tuhan tidak mungkin dapat terkena sakit
atau menderita. Nestorius meletakkan beberapa penekanan atas
kesatuan kehendak, karena kehendak Tuhan tidak berlaku pada
adat-kebiasaan yang temporal, melainkan kesatuan kehendak
ini adalah suatu konsekuensi dari kesatuan kemanusiaan dan
ketuhanan dan bukan dasarnya.
Pengetahuan Kristen di Mekah
Umat Kristen pada masa Nabi Muhammd SAW, golongan
Nestorian dan golongan Monofisit, adalah kelompok kultural
yang paling penting yang berbeda dengan golongan yang
bercampur gaul di bawah kepemimpinan kultur "Yunani." Pada
gilirannya, seorang ahli teologi, Hans Kung, membicarakan garis
pemikiran yang diikuti oleh para ilmuwan Jerman terdahulu dan
menyatakan bahwa bentuk Kristiani yang paling baik yang dikenal
masyarakat Mekah di masa itu adalah kelompok-kelompok kecil
umat Kristen dari latar belakang Yahudi. Kelompok-kelompok
kecil ini tidak pernah mau mengakui rumusan kredal Gereja Besar,
namun teratur untuk mempertahankan keberadaannya pada
isolasi yang relatif. Kelompok-kelompok kecil itu tetap mengakui
Yesus sebagai Sang Juru Selamat (Messiah) namun bukan sebagai
hypostasis ketuhanan. Mustahil untuk mengetahui apakah yang
diperluas umat Kristen Yahudi tersebut ataukah jumlah yang lebih
besar dari golongan monofisit Arab dan golongan Nestorian yang
7
16. mempengaruhi ide-ide tentang Kristianitas terakhir di Mekah
Dalam beberapa cara pandang kultural umum masyarakat Arab
Mekah kiranya paling dekat dengan golongan Nestorian. Lebih
dari itu, disamping hadirnya sejumlah kelompok umat Kristen
ditengah bangsa Arab yang nomadik dan bangsa Arab sebagai
penduduk yang menetap, agaknya hanya sedikit orang yang
mempunyai pengetahuan terpelajar tentang Kristen dan mereka
hanya terdiri dari sebagian kecil biarawan dan anggota gereja
(kleriks). Orang Kristen awam Arab ini diduga hanya mempunyai
pengetahuan yang amat sedikit tentang agamanya sendiri.
Tidak ada terjemahan kitab Bibel atau bahkan kitab Perjanjian
Baru kedalam bahasa Arab, walaupun hanya sebagian kecil
ayat-ayat pendek di biara-biara dan tempat-tempat yang sejenis.
Pernyataan Ibnu Ishaq bahwa Waraqah Ibnu Nawfal, saudara
sepupu Khadijah yang isteri Nabi Muhammad itu, adalah seorang
yang beragama Kristen dan mengetahui tentang kitab-kitab suci.
Pernyataan ini dimaksudkan bahwa orang ini hanya membaca
kitab Bibel dalam bahasa Syria atau apa yang dia pahami dengan
bahasa mereka sendiri. Sejumlah saudagar Mekah, termasuk
Muhammad yang tengah berjalan menuju ke Gaza dan Damascus
di wilayah kekaisaran Byzantine dan sebagian ke Abyssinia Kristen.
Akan tetapi tiap orang pada umumnya hanya belajar tentang
gambaran-gammbaran keabadian Kristianitas mereka yang
tertarik secara khusus. Ada pula sebagian umat Kristen Byzantine
di Mekah dari waktu ke waktu, boleh jadi terutama para ahli
pertukangan. Terkadang dikenal dengan bangsa Yahudi di Mekah
karena adanya klen-klen Yahudi di Madinah dan di berbagai oasis
Arabia. Jadi masyarakat di Mekah mengetahui adanya agama
Yahudi dan Kristen (Nasrani), namun informasi yang akurat tentang
kedua agama ini hanya sedikit sekali dan kurang memadai.
Kelemahan Kristen
Untuk mengapresiasi dengan benar titik temu pertama antara
Islam dan Kristen yang diperlukan bagi umat yang beragama
Kristen adalah agar mereka sadar akan kelemahan Kristiani di
periode zaman itu. Maka ada tiga hal penting yang perlu diketahui
tentang kelemahankelemahan mereka di zaman itu.
Pertama, adalah golongan Kristen Ortodoks, yakni Gereja
Besar pada umumnya, yang terlalu dekat diasosiasikan dengan
kekaisaran Byzantine setelah menjadi agama resmi negeri
kekaisaran ini pada kekuatan Konstantine. Haruskah masyarakat
Mekah menjadi penganut agama Kristen yang setia, tak pelak lagi,
mereka dalam beberapa segi telah menjadi subyek bagi kekuasaan
8
17. Byzantine. Walaupun demikian, demi interes mereka kepada
perdagangan, maka penting bagi mereka untuk mempertahankan
netralitas antara kekaisaran Byzantine dan kekaisaraan Sassanian.
Sekitar tahun 590 Masehi atau agak terkemudian sedikit, seorang
Mekah yang bernama Utsman Ibnu Al-Huwairits yang beragama
Kristen itu, agaknya mencoba mengajak masyarakat Mekah
untuk menerima agama Kristen sebagai sejenis pengertian
dengan menyatakan dia telah dapat mengajak perkampungan-
perkampungan khusus tertentu dari bangsa Byzantine; dan
barangkali aspek keagamaan yang baik sebaik pretensi-
pretensinya kepada keagungan yang menjadikan mereka itu
menolak rencana ajakan Al-Huwairits ini.
Kedua, teologi Yunani resmi sebagai didefinisikan oleh
konsili-konsili ekumenikal yang menjadi terlalu abstrak dan
secara sempurna berada di luar genggaman pemahaman orang
Kristen awam. Golongan Monofisit dan golongan Nestorian
dalam mendefinisikan posisi mereka menentang rumusan-
rumusan resmi Greja Besar, juga nyaris menjadi abstrak. Ini berarti
bahwa sebagian umat Kristen yang berada di Mekah sekiranya
diketemukan ketidakmampuan mereka menjelaskan seluk beluk
ajaran Kristen. Tidak heran kalau ide-ide mereka itu tidak cukup
dan malah salah tentang Kristiani yang belakangan ada di Mekah,
namun inilah yang seharusnya menjadi tanggung jawab umat
Kristen dengan sendirinya.
Ketiga dan yang terakhir, penolakan golongan Kopti, Yakobit,
dan Nestorian, oleh karena Gereja Besar hampir pasti merupakan
suatu faktor mudahnya bagi perpindahan agama mereka untuk
masuk ke agama Islam. Maka secara esensial, keputusan Gereja
Besar yang bersifat heretik (bid'ah) itu adalah suatu kegagalan
untuk membuat ketetapan yang benar bagi keanekaragaman
kultural diantara umat Kristen sendiri. Maka umat Kristen
hari ini seyogyanya berfikir serius tentang fakta tersebut di
tanah air tumpah darah agama mereka yang sebenarnya telah
digantikan oleh agama Islam, dan ummat Kristen hendaknya
mempertanyakan apakah Tuhan telah menitahkan kejadian ini
mengenai sebab kegagalan umat Kristen.
9
19. Bab: II
Bab: II
Persepsi Al-Qur'an Tentang
Kristen
Persepsi Umum Kenabian
S ecara umum persepsi Al-Qur'an tentang agama-agama lain
di luar Islam, khususnya Yahudi dan Kristen, tak pelak lagi,
tergantung atas tingkatan pemahaman historis mutakhir di Mekah
dan letak Arabia sekitar tahun 600 Masehi. Tingkatan pemahaman
ini jelas-jelas bersifat mendasar bagi persepsi tersebut. Bangsa
Arab tidak mempunyai dokumen sejarah tertulis. Ada beberapa
prasasti dari kerajaan-kerajaan terdahulu, namun apabila orang
dapat membacanya masih diragukan karena masih tetap kurang
mengapresiasikan signifikansinya. Jadi bagi bangsa Arab, sejarah
itu tergantung kepada tradisi oral dari mulut ke mulut. Mereka
mengetahui sesuatu dalam sejarah kesukuan dan klen-klen
mereka berkenaan dengan sebagian kecil generasi sebelumnya.
Akan tetapi kebanyakan sejarah suku-suku Arab ini berupa
bagaimana suku-suku ini tumbuh-kembang pada kekuasaan
lewat satu pemimpin terkemuka atau lebih, kemudian menjadi
makin kuat selama satu atau dua generasi, lalu kembali lagi
tidak menunjukkan peran signifikansinya. Arti kesementaraan
komunitas-komunitas manusia kemungkinan dapat diperteguh
oleh pengamatan tempat-tempat yang satu saat dapat ditempati
dalam waktu sekejap dan tidak tetap. Di sejumlah ayat Al-Qur'an,
umat Islam diberitahukan tentang perjalanan melewati negeri
dan melihat bencana-bencana yang menimpa bangsa-bangsa
terdahulu. Bencana yang menimpa ini disebabkan karena mereka
tidak mau memperhatikan ucapan-ucapan Nabi mereka.
Para saudagar Mekkah telah mengunjungi kekaisaran
Byzantine, Sassania dan Abyssinia, namun dalam waktu yang
lama mereka tidak mempunyai ide dimana mereka harus berada
pada suatu wilayah tertentu. Pemikiran bangsa Arab pada terma
generasi-generasi manusia, bukannya dalam terma dekade atau
abad-abad lamanya. Oleh karena itu, mustahil bagi mereka untuk
20. mengakui suatu komunitas; misalnya komunitas Yahudi dengan
mata rantai kesinambungan sejarah yang berakhir lebih dari seribu
tahun lamanya, tiga puluh generasi atau empat puluh generasi.
Gambaran lebih lanjut tentang pandangan historis Arab
adalah percaya kepada keabadian kondisi kehidupan manusia
dan masyarakat yang tidak pernah berubah, tetap, dan kebencian
yang konsekuen kepada semua hal yang baru. Salah satu
tuduhan permusuhan Muhammad SAW yang dilancarkan oleh
para penyembah berhala Mekah adalah karena kenabian ini
sebelumnya tidak dikenal di Arabia, dan di dalam Al-Qur'an Nabi
Muhammad SAW diperintahkan oleh Allah agar secara terang-
terangan menyebarkan ajaran kenabian ini dengan mendesak
bangsa Arab Mekah untuk meninggalkan kenabiannya yang
sesungguhnya tidak baru itu (46: 9).
"Katakanlah: Aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul-rasul
dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan
tidak pula terhadapmu. Aku tidak lain kecuali hanyalah mengikuti
apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah
seorang pemberi peringatan yang menjelaskan."
Kisah-kisah yang menceritakan nabi-nabi terdahulu dijelaskan
di dalam Al- Qur'an sekitar seperempat Al-Qur'an jumlahnya,
bukan hanya memberikan penguatan bagi Nabi Muhammad SAW
dan para pengikut beliau semata, melainkan juga tuntutan tegas
agar beliau mempunyai rentetan asal-usul keturunan spiritual
yang panjang dan bahwa nabi-nabi yang sebelum beliau itu
mempunyai pengalaman-pengalaman yang mirip sama dengan
pengalaman-pengalaman beliau sendiri. Bentuk umum kisah itu
memberitahukan bagaimana setelah nabi mengajak bangsanya
untuk beriman kepada Allah dan beribadah kepadaNya serta siap
sedia berkurban menghambakkan diri kepada Allah satu-satunya
yang tunggal dan Maha Esa. Namun mereka itu mengingkari
pesan risalah nabinya dan lalu mereka ditimpa oleh bencana
yang menghancurkan suatu bangsa tertentu itu. Pada surat 7, 11,
dan 25, ada hitungan paralel Nabi Luth, Nabi Nuh dan tiga nabi
dari bangsa Arab: Hud, Salih dan Syu'aib; dan ada acuan-acuan
lebih ringkas terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi tersebut
dimanapun berada; terkadang Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan nabi-
nabi yang lain, dan seterusnya. Pada QS. 7: 59-64, menceritakan
kisah Nabi Nuh AS., dari awal sampai akhir sebagaimana di bawah
ini:
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu
ia berkata: "Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
Tuhan selainNya."(Sesungguhnya kalau kamu tidak menyembah
12
21. Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).
Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: "Sesungguhnya kamu
berada dalam kesesatan yang nyata."
Nuh menjawab: "Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun,
tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam."
"Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku
memberi nasehat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa
yang tidak kamu ketahui melalui wahyu dari Allah."
"Dan apakah kamu tidak percaya dan heran bahwa datang kepada
kamu peringatan dari Tuhanmu dengan perantaraan seorang laki-
laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu dan
mudah-mudahan kamu bertaqwa dan supaya kamu mendapat
rahmat."
"Maka mereka mendustakan Nuh, kemudian Kami selamatkan
dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan
kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata
hatinya)."
Nabi-nabi bangsa Arab di atas, sama-sama menyeru bangsanya
masing-masing untuk beriman kepada Allah dan hanya
menyembah Allah, akan tetapi hukuman bencana yang dijatuhkan
kepada kaum nabi-nabi itu berbeda-beda. Nabi Luth menyalahkan
kaumnya melakukan hubungan seksual yang immoral. Lagi-lagi
mesti ditetapkan bahwa hukuman bencana yang dijatuhkan
kepada kaum Nabi Luth ini tetap diberikan oleh Allah meskipun
Nabi Luth berusaha menyelamatkan mereka dan hanya Nabi Luth
sajalah yang selamat dan orang-orang yang besertanya.
Pada konteks kekinian ada hal penting yang perlu dicatat
bahwa biasanya seorang Nabi atau Rasul itu dikirim oleh Allah
untuk membawakan ajaran monoteisme kepada bangsanya.
Sementara mereka ini diyakini menjadi kaum atau bangsa
yang menyembah banyak tuhan atau bahkan ateis yang tidak
menyembah tuhan sama sekali. Ayat Al-Qur'an berikut ini (23:
44) akan dapat mengindikasikan bagaimana kaum muslimin
merasakan kenabian sungguhpun mereka ini masih tetap lebih
sadar akan oposisinya kepada Muhammad ketimbang kesuksesan
beliau.
Kemudian Kami utus kepada umat-umat-Ku itu rasul-rasul Kami
berturut-turut. Tiap seorang rasul datang kepada umatnya, umat itu
mendustakannya, maka Kami binasakan sebagian mereka dengan
sebagian yang lain berturut-turut. Dan Kami jadikan mereka buah
13
22. tutur manusia, maka kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak
beriman.
Kebanyakan seorang nabi agaknya berkumpul menjadi satu
komunitas bersama orang-orang beriman yang mengelilinginya
pada generasi pertama. Maka tidak ada bukti yang menyatakan
bahwa seorang nabi atau seorang rasul itu datang ke suatu
masyarakat orang beriman kepada Tuhan (Allah) dalam rangka
mengajak kaumnya agar memperoleh pengetahuan tentangNya
lebih jauh. Orang-orang seperti para nabi pembawa kitab yang
berisi ajaran-ajaran. Kitab Perjanjian Lama (Ahl al-Kitab) yang tidak
dapat dipikirkan dan hal ini barangkali yang paling signifikan
adalah bahwa tak seorangpun dari mereka itu disebutkan di dalam
Al-Qur'an tanpa kecuali, selain Jonah. Maka sekarang diyakini oleh
para ilmuwan Kristen bahwa kitab dengan nama tersebut, selain
profunditas spirittualnya, tidak ditulis oleh pribadi aktual yang
disebut Jonah itu secara langsung.
Al-Qur'an secara implisit menyatakan bahwa pada hakekatnya
semua nabi/rasul itu mengajarkan pesan risalah yang secara
esensial adalah sama, utamanya percaya bahwa tidak ada tuhan
selain Allah, dan bahwa nanti di hari kiamat tiap-tiap manusia
akan dihadapkan kepada Allah secara langsung untuk menerima
pembalasan (diadili) atas perbuatan-perbuatan yang dilakukannya
di muka bumi ketika masih hidup. Ayat berikut ini (3: 81, 85)
menjelaskan perjanjian yang kemungkinan dapat diduga telah
terjadi sebelum masa penciptaan:
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian dari para Nabi:
"Sungguh apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab
dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang
membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-
sungguh beriman kepadanya dan menolongnya." Allah berfirman:
"Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap
yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui ..." Barang
siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima agama itu daripadanya.
Di akhir ayat di atas ada kata Islam yang muncul dengan
pengertiannya yang umum -- "tunduk patuh" (kepada Allah)
dan lalu menjadi satu kata yang menjelaskan deskripsi agama
yang diproklamirkan oleh semua nabi (rasul), bukan hanya
diproklamirkan oleh nabi Muhammad SAW semata-mata.
Dengan cara yang sama, kata muslim atau "orang yang tunduk
menyerah" terkadang dipakai untuk penganut agama yang
umum ini. Kata Rasul ketika dipakai untuk arti teknis benar-benar
mempunyai arti yang persis sama dengan kata Nabi, yakni orang
14
23. yang menyampaikan suatu pesan (risalah) dari Tuhan kepada
umatnya. Sebutan paling umum bagi Muhammad dalam bahasa
Arab adalah Rasul Allah, dan oleh karena kata ini cenderung
mengandung arti pengembangan konsepsi kenabian atau risalah,
seperti yang terjadi di tahun-tahun terakhir Muhammad ketika
beliau sudah menjadi seorang pemimpin dan pimpinan komunitas
masyarakat atau bangsa. Akan tetapi konotasi ini tidak akan
diperoleh pada bacaan dalam pemakaian kata-kata Al-Qur'an yang
turun sebelumnya.
Perjanjian nabi-nabi (rasul-rasul) ini rupanya terus berlangsung
semenjak masa perjanjian primordial antara Allah dan bangsa
manusia sebagai suatu keseluruhan (7: 172-173):
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian dari jiwa
mereka seraya berfirman: "Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka
menjawab: "Betul Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi." (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kelak kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan), atau agar kamu tidak
akan mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah
mempersekutukan Tuhan semenjak dahulu, sedang kami ini adalah
anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka. Maka apakah
Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang
yang sesat dahulu?
Barangkali terlalu jauh untuk bersikukuh dengan pendapat
bahwa ayat di atas secara implisit menyatakan bahwa semua
manusia anak Adam itu mempunyai pengetahuan bawaan
semenjak lahir tentang Tuhan. Namun hal ini juga sekaligus
mengatakan bahwa semua manusia anak Adam itu mempunyai
kapasitas untuk menanggapi atau memberi jawaban kepada
seorang nabi atau rasul. Pernyataan ini dijelaskan karena perjanjian
dan kesaksian di sini merupakan bagian dari latar belakang sejarah
keagamaan bangsa manusia sebagaimana dijelaskan di dalam
Al-Qur'an.
Persepsi Yahudi
Karena ini adalah konsepsi kenabian dan sejarah nabi-nabi
yang dipegangi oleh kaum muslimin awal, maka bagi mereka
tidak mungkin mempunyai ide yang cukup tentang Yahudi dan
Nasrani (Kristen). Penting pula dikatakan berapa banyak yang tidak
disebutkan di dalam Al-Qur'an, karena itu penulis modern barat
dengan pengetahuan agama-agama tersebut yang mempunyai
15
24. kerangka pikir dengan rincian-rincian pas yang diberikan,
tentu saja berbeda dengan yang dijelaskan di dalam Al- Qur'an.
Didalamnya ada kisah-kisah tentang Nabi Nuh, Ibrahim dan Musa
(yang semuanya dianggap sebagai nabi) dan karakter-karakter
lain di dalam Perjanjian Lama. Sebaliknya sama sekali tidak
memuat indikasi yang diberikan tentang bagaimana nabi-nabi itu
saling berkaitan satu sama lain dalam zaman. Demikian pula ada
berbagai kisah tentang nabi Musa yang terinci semenjak masa
infasinya, dan seterusnya, akan tetapi tentang kisah-kisah kejadian
ini disuguhkan secara terpisah-pisah dan tidak disuguhkan secara
kronologis dalam satu sajian yang berurutan.
Ada ide yang terdapat pada serentetan nabi-nabi pada bangsa
Israel. Bangsa ini disebut sebagai Banu Israel (anak-anak keturunan
Israel) di banyak cara yang sama sebagai suku-suku Arab yang
acapkali dipanggil sebagai Banu N (anak- anak keturunan N).
Namun hal itu asal-usulnya diduga didasarkan pada kitab suci
yang diberikan kepada Musa, kepada Nabi. Ayat Al-Qur'an berikut
ini mengatakan:
Sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada
Musa dan Kami telah menyusulinya berturut-turut sesudah itu
dengan rasul-rasul.
Kontinuitas Bani Israel sebagai sebuah suku bangsa boleh jadi
ditandai oleh pernyataan di bawah ini:
Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq dan Ya'kub, dan Kami
jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya.
Di pihak lain, ketika Muhammad SAW sendiri menghadapi
penolakan dan penentangan oleh orang-orang Yahudi Madinah
sebagai nabi, Al-Qur'an mengatakan (2: 130) bahwa setelah
Ibrahim dipilih putra-putranya dan Ya'kub untuk tunduk menyerah
(sebagai muslim) kepada Tuhan semesta alam, dan Ya'kub
demikian pula Allah telah memilih anak-anaknya dan mereka telah
memilih agama (Islam) ini, yaitu suatu komunitas yang telah lalu.
Lebih jauh perlu dicatat bahwa di dalam Al-Qur'an, tidak ada
kisah tentang Joshua dan perkampungan Bani Israel di Negeri
Yang Dijanjikan. Tidak ada informasi tentang bangunan kerajaan
yang dipimpin oleh nabi Dawud, tidak ada informasi tentang
pengusiran dan kembali dari pengasingan bangsa Israel. Ada
ayat Al-Qur'an (17: 4-7) yang mengisahkan tentang peringatan
yang diberikan kepada Bani Israel dengan dua hukuman, dan
satu hukuman menjadi pengusiran, namun pengusiran ini tidak
diinformasikan secara eksplisit. Di dalam Al- Qur'an, Dawud
16
25. menyebut dirinya sebagai nabi yang menerima kitab suci yang
disebut dengan nama Zabur yang diambil menjadi kitab Mazmur
(Amsal Sulaiman) (4: 163; 17: 55). Gunung-gunung dan burung-
burung dikatakan telah bersama-sama dengan Dawud dalam
memuji Allah. Ini dapat menjadi petunjuk ke ayat-ayat (surat-
surat) dalam kitab Mazmur yang mengatakan tentang makhluk-
makhluk untuk memuji Tuhan. Baik Nabi Dawud maupun Nabi
Sulaiman, keduanya telah diberikan (batas) kekuasaan (21: 78-80)
yang menyebutkan bahwa raja Dawud adalah raja yang kuat (38:
20) . Demikian juga dikatakan bagaimana Nabi Dawud membuat
baju besi (34: 10 dan seterusnya; 38: 17-20). Walaupun demikian,
semuanya ini gagal membuat ide tentang signifikansi Dawud di
dalam sejarah bangsa Israel.
Musa dikatakan sebagai nabi atau rasul yang menerima
sebuah kitab suci yang diturunkan oleh Allah yang diberi nama
kitab Taurat (6: 154; bandingkan dengan 5: 44). Sementara kata
Taurat ini dapat diidentikkan dengan nama Torah, yang di dalam
Al-Qur'an dinyatakan bahwa umat Islam tidak boleh memberi ide
tentang karakter Pentateuch, kitab Perjanjian Lama masih tetap
kurang sebagai suatu keseluruhan, karena kitab Taurat ini secara
luas berisikan tentang undang-undang hukum. Dimanapun juga
tidak dikatakan bahwa materi historis tentang Nabi Nuh, kepala
keluarga, awal kehidupan Nabi Musa dan Exodus yang berasal
dari Taurat. Memang benar, di dalam Al-Qur'an ada materi historis
tentang berbagai peristiwa yang terjadi pada sejarah terdahulu,
namun, lebih dari memberi informasi segar tentang hal-hal
yang gaib. Hal ini rupanya malah menggambarkan pelajaran
dari peristiwa-peristiwa yang terjadi yang segera akan mereka
ketahui. Berdasarkan tujuan ini, penjelasan ringkas atau petunjuk
yang cukup, seperti yang dapat dilihat oleh pembandingan ayat
tentang Nabi Nuh yang telah dikutip di dalam pernyataan Biblikal.
Keterangan di atas tidak menjelaskan mengapa perlu adanya
nabi-nabi. Barangkali karena bangsa Israel jatuh lagi ke dalam
kekufuran yang hampir menuju paganisme (menyembah berhala):
Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani
Israel dan telah Kami ambil di antara dua belas orang pemimpin dan
Allah berfirman: Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya
jika kamu mendirikan shalat serta beriman kepada rasul-rasulKu dan
kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman
yang banyak (menafkahkan harta untuk menunaikan kewajiban
dengan hati yang ikhlas), sesungguhnya Aku akan menghapus dosa-
dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan Ku-masukkan ke dalam
surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai. Maka barang
siapa yang kafir di antara kamu sesudah itu, sesungguhnya dia telah
tersesat dari jalan yang lurus. (Tetapi) karena mereka melanggar
17
26. janjinya, Kami kutuk mereka dan Kami jadikan hati mereka keras
membatu. (5: 12, dan seterusnya)
Pernyataan yang lebih positif adalah ayat di bawah ini:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya,
(ada) petunjuk dan cahaya yang menerangi. Yang dengan kitab
itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang
menyerahkan diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka
dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan
memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya
(5: 44).
Juga ada petunjuk-petunjuk yang kurang jelas tentang
pelanggaran-pelanggaran bangsa Yahudi di dalam 7: 167-169.
Setelah hadir di Madinah, Nabi Muhamad SAW segera
mengadakan kontak dengan kelompok-kelompok masyarakat
Yahudi yang ada di sana, dan Al-Qur'an tidak memberikan
argumen-argumen yang mengejutkan yang dapat digunakan
untuk menyerang mereka, terutama menyerang pernyataan
mereka yang tentu dengan sendirinya mereka telah mempunyai
pengetahuan yang benar tentang Allah. Argumen apologetik
utama yang dihadirkan bahwa Al-Qur'an mendatangkan agama
Ibrahim yang benar, yang menjadi orang hanif atau orang muslim
(dalam artian yang umum), dan bukan menjadi orang Yahudi
atau orang Nasrani. Pernyataan terakhir ini dengan tegas-tegas
menyatakan kebenaran, walaupun fakta menunjukkan bahwa
umat Yahudi dan umat Nasrani merujuk Ibrahim sebagai asal-
usul (bapak) agama mereka, dan ini membuktikan bahwa ada
pengetahuan tentang Allah yang benar yang berasal dari agama
Yahudi atau agama Nasrani. Walaupun demikian, semua argumen
ini tidak membantu umat Islam untuk membentuk ide yang jelas
tentang Judaisme atau agama Yahudi.
Persepsi Tentang Kristen
Pasal terdahulu mencoba menunjukkan bagaimana
Muhammad dan penduduk Mekah yang lain berkesempatan
untuk belajar tentang Kristiani yang terbatas. Berbagai
kesempatan telah dilakukan dalam perjalanan dagangnya ke Syria,
bahkan sebagaimana yang dilakukan sendiri oleh Muhammad,
akan tetapi tidak banyak berpartisipasi dalam diskusi-diskusi
keagamaan dengan orang-orang Kristen atau Nasrani. Sebagian
kecil masyarakkat Mekah adalah para penghuni asing yang tidak
tetap (atau masyarakkat yang berpindah-pindah). Sekalipun
18
27. demikian, dalam ayat-ayat Al-Qur'an terdahulu ada beberapa
petunjuk yang amat bersahabat tentang umat Kristen (Nasrani).
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orang-orang Shabi'in, siapa saja diantara mereka
yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal
salih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati (2:
62).
Pengakuan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai
golongan orang-orang yang beriman kepada Allah adalah sesuai
dengan jaminan yang diberikan oleh Waraqah, saudara sepupu
Khadijah isteri nabi Muhammad SAW itu, bahwa wahyu-wahyu
yang akan beliau terima itu dapat diperbandingkan dengan
wahyu-wahyu yang diterima oleh Nabi Musa.
Segera setelah Hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW
menerima wahyu berkenaan dengan kesulitan yang dialami
beliau terhadap orang-orang Yahudi di Madinah yang tengah
bermusuhan dengan orang-orang Nasrani:
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang beriman adalah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati
yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang beriman
adalah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya kami ini orang
Nasrani." Yang demikian itu disebabkan karena diantara mereka
(orang-orang Nasrani itu) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-
rahib, juga karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.
(5: 82).
Penghargaan dan pujian yang diberikan kepada orang-orang
Nasrani ini dapat mencerminkan kebaikan hati yang dahulu
ditunjukkan kepada segolongan umat Islam di kekaisaran Nasrani
Abyssinia (atau sekarang Ethiopia), ketika umat Islam melepaskan
diri dari penyiksaan dan penganiayaan masyarakat Quraish di
Mekah.
Ayat di bawah ini lebih lanjut dapat menunjukkan kemurahan
hati orang-orang Nasrani, namun demikian ayat ini juga tetap
mengkritik tradisi monastik mereka:
Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan
Kami iringkan pula Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya
Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya
rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan
rahbaniyyah (tradisi monastik yang membujang dan mengurung
diri di dalam biara), padahal Kami tidak mewajibkan kepada
19
28. mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakan untuk
mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan
semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang beriman di
antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang
fasik (5:27).
Ayat berikut ini rupanya menunjukkan kesadaran antara
perpecahan dan perselisihan di antara orang-orang Nasrani,
meskipun menurut pemikiran dapat menunjukkan perselisihan
antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Perjanjian
itu dapat menjadi perjanjian atau statemen baru sebagaimana
dipahami oleh orang-orang Nasrani pertama:
Dan di antara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami
ini orang-orang Nasrani", ada yang telah Kami ambil perjanjian
mereka, tetapi mereka sengaja melupakan sebagian dari apa yang
mereka telah diberi peringatan dengannya; maka Kami timbulkan
di antara mereka permusuhan dan kebencian sampai hari kiamat.
Dan kelak Allah akan memberikan kepada mereka apa yang selalu
mereka kerjakan (5: 14).
Argumen-argumen yang ditunjukkan pada ayat di bawah ini di
antara orang-orang Yahudi dan Nasrani:
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak
mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata:
"Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal
mereka sama-sama membaca Al-Kitab. Demikian pula orang-orang
yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka itu.
Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat,
tentang apa-apa yang mereka perselisihkan itu (2: 113).
Ayat di atas menyebutkan bahwa tuduhan-tuduhan satu
sama lain antara orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani,
menyebabkan mereka saling menghapuskan pihak lain.
Kecaman orang-orang Yahudi dan Nasrani satu sama lain di
atas benar-benar membuktikan bahwa mereka sama-sama tidak
mengakui kenabian Muhammad SAW, meskipun masing-masing
tetap mempertahankan kebenaran mereka secara eksklusif,
sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut ini:
Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama
Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk." Katakanlah:
"Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus, dan
bukanlah Ibrahim itu dari golongan orang musyrik (2: 135).
Bahkan dikatakan bahwa Ibrahim dan keturunan-keturunannya
langsung itu bukan orang-orang Yahudi ataupun bukan orang-
orang Nasrani. Ada yang perlu dicatat bahwa tak dapat disangkal
20
29. Nabi Ibrahim AS dan lain-lainnya adalah "petunjuk" dan tidak
mungkin mengakui petunjuk ini sebagai orang Yahudi atau orang
Nasrani; tentu saja ini secara implisit harus ada sumber petunjuk
yang lain. (Ibrahim dalam pandangan Islam adalah seorang
nabi/rasul, yang dengan sendirinya menerima dan mengakui
petunjuk). Kata hanif yang dipergunakan di dalam Al-Qur'an
menunjukkan seorang monoteis yang bukan Yahudi atau bukan
Nasrani, dan kata ini hanya digunakan untuk agama Nabi Ibrahim
dan Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau.
Sebagian apologetika Al-Qur'an, ada yang menentang agama-
agama yang terlebih tua dan terlebih dahulu hadirnya di muka
bumi ini. Para ulama muslim terdahulu menyebutkan sebagian
kecil manusia yang menganggap rendah Muhammad, mereka
katakan menjadi orang-orang yang hanif terhadap para pengikut
Ibrahim dan Muhammad ini. Namun demikian, tidak ada bukti
yang menunjukkan sebutan orang-orang hanif itu adalah kata itu
sendiri, sungguhpun penjelasan demikian diberlakukan. Dalam
syair Jahili dan dalam bahasa Nasrani, kata hanif ini berarti kafir
atau penyembah berhala dikarenakan tidak mengikuti agama
Nasrani itu.
Apa yang barangkali dapat dipandang sebagai awal mula kisah
Nasrani (Kristen) di dalam Al-Qur'an adalah materi legenda yang
tidak diketemukan pada Perjanjian Baru:
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim
dan keluarga Imran, melebihi segala umat (di masa mereka masing-
masing), sebagai satu keturunan yang sebagiannya keturunan
dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Ingatlah ketika isteri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya
aku menadzarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku
menjadi hamba yang salih dan berhidmat (di Bait al-Maqdis). Karena
itu terimalah nadzar itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Maka tatkala isteri Imran
melahirkan anaknya, iapun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku
melahirkan seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui
apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah sama
seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamainya
Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak
keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang
terkutuk." Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nadzar) dengan
baik dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah
menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk
menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria
berkata: "Hai Maryam, dari mana kamu memperoleh makanan ini?"
Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah." Sesungguhnya
Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa hisab
(3: 34-37).
21
30. Imran dalam bahasa Arab dengan membentuk kata amran,
ayah Musa, Aaron dan Miriam di dalam Bibel. Sebagian masyarakat
Mekah seolah dibingungkan antara kata Mary dengan Miriam,
karena nama tersebut menjadi sama dalam bahasa Arabnya dan
bahkan Mary dialamatkan sebagai anak putri Aaron pada (19: 28).
Ayat tersebut dilanjutkan dengan pertimbangan kelahiran
John sang pembaptis (Yahya) yang kira-kira secara kasar sesuai
dengan Lukas dalam 1: 5 25, 57-64:
Disanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya
Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do'a. Kemudian malaikat
(Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat
di mihrab (katanya): Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu
dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan
kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari
hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang orang
salih." Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat
anak sedang aku sudah sangat tua dan istriku pun seorang yang
mandul? Berfirman Allah: "Demikianlah Allah berbuat apa yang
dikehendakiNya." Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda-tanda
(bahwa istriku telah mengandung)." Allah berfirman: "Tandanya
bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama
tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu
sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi
hari." (3:38-41).
Ada pula penjelasan yang sama namun dalam surat dan ayat
yang lebih panjang pada 19: 1-15. Selanjutnya diikuti oleh kisah
yang tersebar luas tentang Maryam dan kelahiran Isa:
Dan ceritakanlah tentang kisah Maria (Maryam) di dalam Al-Qur'an,
yaitu ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat
di sebelah timur. Maka ia mengadakan tabir (yang melindunginya)
dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami (Jibril) kepadanya,
maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang
sempurna. Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung
daripadamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang
yang taqwa." Ia (Jibril) berkata: "Sesungguhnya aku ini hanyalah
seorang utusan Tuhanmu untuk memberimu seorang anak laki-laki
yang Suci." Maryam berkata: "Bagaimana akan ada bagiku seorang
anak laki-laki, sedang tidak pernah ada seorang manusia pun
menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina." Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiKu;
dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia
dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara
yang sudah diputuskan." Maka Maryam mengandungnya, lalu ia
menyisihkan diri. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa
22
31. ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: "Aduhai,
alangkah baiknya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu
yang tidak berarti, lagi dilupakan." Maka Jibril menyerunya dari
tempat yang rendah: "Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya
Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan
goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu
akan menggugurkan buah kurma yang sudah masak kepadamu.
Maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu
melihat seorang manusia, maka katakanlah: "Sesungguhnya aku
telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka
aku tidak akan berbicara kepada seorang manusia pun pada hari
ini." Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan
menggendongnya. Kaumnya berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya
kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat
dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina," maka Maryam
menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan." Berkata
Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab
(Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan
aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak
menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan sejahtera
semoga dilimpahan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada
hari aku meninggal dunia dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali." Itulah Isa putra Maryam yang mengatakan perkataan yang
benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya (19:
16-34).
Di samping kisah yang diceritakan ayat di atas bukannya
tidak sama dengan kisah yang ada pada Lukas 1: 26-38. Kisah
kelahiran tersebut sama sekali memang berbeda, agar sekiranya
umat Kristen membaca tentang peristiwa lain yang terjadi. Tidak
ada penjelasan tentang hubungan Maria (Maryam) dengan
Yusuf (Joseph), juga tidak ada hubungan dengan perjalanannya
ke Bethlehem, juga tidak ada kaitannya dengan kelemahan.
Sebelumnya tidak ada sumber-sumber lain tentang kisah kelahiran
ini, namun boleh jadi ada bagi orangorang Kristen di Arabia yang
berpegang teguh dengan pandangan yang demikian itu. Apa
yang penting adalah sesuai dengan sebagian besar tafsir Al-Qur'an
yang mengajarkan konsepsi keperawanan berkaitan dengan
kelahiran Yesus (Isa), walaupun sebagian komentator muslim
modern mencoba menolak keperawanan ini. Agaknya Al-Qur'an
lebih perduli ketimbang ajaran-ajaran yang mempertahankan
Maryam dari tuduhan ketidaksucian dan zina; dan kata-kata di ayat
terakhir yang dikutip -- "pernyataan kebenaran" -- kemungkinan
mengimplisitkan ayat tersebut yang berakhir dengan semua fitnah
23
32. yang menjelaskan persoalan pokok konsepsi secara tepat yang
sebenamya. Pengakuan konsepsi kesucian Yesus (Isa) oleh umat
Islam bersamaan dengan penolakan mereka atas ketuhanannya,
agaknya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan penting antara
konsepsi keperawanan, kesucian dan ketuhanan, dan refleksi yang
cenderung mendukung hal ini. Namun yang dapat dikatakan
bahwa bagi orang-orang yang beriman kepada hakekat ketuhanan
Yesus atas dasar yang lain adalah menguntungkan pada konsepsi
kesucian dan keperawanan.
Pernyataan paling penuh tentang hakekat kenabian Yesus (Isa)
diberikan pada kisah periwayatan yang lain:
(Ingatlah) ketika malaikat berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya
Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra
yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang daripada Nya)
Al-Masih Isa putra Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di
akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada
Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika
sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang orang yang salih."
Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai
anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-
lakipun." Allah berfirman (dengan perantaraan malaikat Jibril):
"Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.
Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya
cukup berkata kepadanya: "Jadilah," lalu jadilah dia. Dan Allah akan
mengajarkan kepadanya Al-Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan
(sebagai) Rasul kepada Bani Israel (yang berkata kepada mereka):
"Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa
sesuatu tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk
kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya,
kemudian ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku
menyembuhkkan orang buta sejak dari lahirnya dan orang yang
berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang yang mati dengan
seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan
dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada
yang demikian itu adalah satu tanda (kebenaran kerasulanku)
bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman." Dan (aku datang
kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan
untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan
untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu
tanda (mukjizat) dari Tuhanku. Karena itu bertaqwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya, Allah Tuhanku dan Tuhanmu,
karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus." Maka tatkala
Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia:
"Siapakah yang menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan
agama) Allah?" Para hawariyin (sahabat-sahabat setia) menjawab:
"Kamilah penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah dan
saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
24
33. berserah diri (muslimin). Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada
apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, karena
itu masukkanlah kami ke dalam gologan orang-orang yang menjadi
saksi (tentang keesaan Allah)" (3: 45-53).
Nama orang- orang yang menolong (ansar) yang diberikan
kepada para pendukung Nabi Muhammad SAW di Madinah, dan
juga penyatuannya dengan nasara (umat Kristen). Kata hawariyun
yang dipakai didalam Al-Qur'an hanya dimaksudkan bagi murid-
murid (sahabat-sahabat setia) Yesus (Isa).
Mu'jizat yang dijelaskan pada ayat terdahulu juga terdapat
pada ayat lain, walaupun tanpa adanya preskripsi-preskripsi legal,
lalu ditambahkan:
Dan (ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israel (dari keinginan
mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir
di antara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata"
(5: 110).
Pada ayat-ayat di atas dijelaskan bahwa Isa dikirim oleh
Tuhan kepada Bani Israel, dan dengan demikian mejadi salah
satu keturunan Ibrahim. Walaupun demikian, dia ini dipandang
sebagai seorang hakim, "memperkuat" Torah (Taurat), sekalipun
dengan berbagai variasi yang berbeda-beda satu sama lain.
Mu'jizat burung dari tanah yang kemudian dapat hidup, yang
tidak terdapat pada Perjanjian Baru, begitu dikenal sampai ke para
ilmuwan dari berbagai macam ajaran heretikal.
Ada dua hal yang tampil di dalam Al-Qur'an untuk menolak
kepercayaan bahwa Isa itu mati di tiang salib. Hal yang kedua ialah
menolak hakekat ketuhanan Yesus (Isa). Mengenai penolakannya
terhadap kematian Yesus di tiang salib adalah ayat Al-Qur'an yang
menyebutkan:
Dan karena kekafiran mereka (umat Yahudi terhadap Isa) dan
karena tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kedustaan
besar (zina), dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami
telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, padahal
mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi
(yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa
bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham
tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keraguan tentang
yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang yang
dibunuh itu kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak
pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang
sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepadaNya, dan adalah
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (4: 156-158).
25
34. Sementara ada ayat lain yang kurang jelas:
(Ingatlah) ketika Allah berfirman: "Wahai Isa, sesungguhnnya Aku
akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat
kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir,
dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-
orang kafir sampai hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah
kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang
selalu kamu berselisih padanya" (3: 55).
Pada ayat yang kedua ini terma yang samar-samar
diterjemahkan dengan "menyampaikan kamu ke akhir ajalmu"
(mutawaffika) yang biasanya digunakan untuk pengertian
"menyebabkan engkau mati" (selain arti mati di tiang salib).
Orang-orang kafir yang mengikuti Isa yang disebutkan itu bisa
jadi orang-orang Yahudilah yang tidak mengakui Yesus dan yang
sekarang dalam posisi yang lebih rendah di Kekaisaran Byzantine.
Ayat pertama menunjukkan serangan orang-orang Yahudi
dan menegaskan bahwa mereka tidak membunuh Yesus. Dalam
pengertian ini, sebenarnya karena penyaliban adalah perbuatan
serdadu-serdadu Romawi; dan benar juga dalam artiannya
yang lebih mendalam, karena penyaliban itu bukan merupakan
kemenangan bagi orang-orang Yahudi dalam pandangan mereka
tentang kebangkitan kembali Yesus setelah mati. Kalimat shubbiha
lahun itu diterjemahkan "seolah olah menjadi seperti mereka"
adalah samar-samar dan dapat diterjemahkan dengan cara-cara
yang sangat berbeda. Penafsiran umum di tengah kaum muslimin
adalah bahwa ada orang lain, kemungkinan sekali Yudas yang
diserupakan dan menggantikan Yesus. Sekte heretik modern
dari Ahmadiyah berpegang pada pendapat yang mengatakan
bahwa Yesus hanyalah pingsan di atas tiang salib, masih tetap
hidup dan pulih kembali menjadi sehat seperti sedia kala. Lalu
pergi ke arah timur untuk menjalankan da'wah; dan golongan
Ahmadiyah mengklaim telah menemukan kuburannya di Kashmir.
Selama berabad-abad sebelum lahimya Nabi Muhammad
SAW, berbagai macam kelompok heretikal Kristen mencoba
menjelaskan kematian Yesus di tiang salib dengan cara yang sama.
Di tahun-tahun belakangan ini satu atau dua orang muslim telah
mencoba menemukan penafsiran-penafsiran ayat di atas yang
tidak bertentangan dengan kepercayaan Kristen, karena Yesus
benar-benar meninggal dunia. Walaupun demikian, masih tetap
ada bukti bahwa hampir seluruh umat Islam sejak zaman Nabi
Muhammad sampai hari ini telah menafsirkan ayat di atas dengan
maksud bahwa Yesus itu tidak mati di tiang salib. Jadi persepsi
Kristianitas mereka itu meliputi penolakan apa yang menjadi
masalah sentral terhadap seluruh keimanan Kristen.
26
35. Penolakan hakekat ketuhanan Yesus (Isa) dikemukakan
dalam banyak ayat Al-Qur'an dan dengan demikian juga berarti
penolakan secara langsung terhadap ajaran Trinitas. Sebagaimana
dijelaskan pada ayat-ayat berikut ini:
Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam
agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah
kecuali yang benar. Sesungguhnya Al-Masih, putra Maryam, itu
adalah Rasulullah dan yang diciptakan dengan kalimat-Nya. Maka
berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan jangan
kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga." Berhentilah dari ucapan itu,
itu lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa,
Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di
bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai pemelihara (4:
171).
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
"Sesungguhnya Allah adalah Al-Masih putra Maryam," padahal Al-
Masih sendiri berkata: "Wahai Bani Israel, sembahlah Allah, Tuhanmu
dan Tuhanku." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang
dzalim itu seorang penolongpun. Sesungguhnya kafirlah orang-
orang yang mengatakan, "bahwasanya Allah salah satu dari yang
tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Tuhan Yang Esa (5: 72-73).
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Wahai Isa putra Maryam,
adakah kamu mengatakan kepada manusia. Jadikanlah aku dan
ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci
Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakkan apa yang bukan hakku
dan mengatakannya. Jika aku pernah mengatakannya niscaya
Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau
Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib ... Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan
kepadaku mengatakannya, yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan
Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka selama
aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan
(angkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau
adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." (5: 116-117).
Pada konteks di atas jelas tidak perlu mendiskusikan ayat-
ayat tersebut secara terinci. Masalah-masalah ilmiah yang
membicarakan tentang kematian Isa itu telah lama dibicarakan
oleh Geoffrey Parrinder. Al-Qur'an tidak mempunyai pertimbangan
sahih tentang kepercayaan mayoritas luas umat Kristen di masa
hayat Nabi Muhammad, baik kepercayaan umat Kristen yang
ada di Gereja Besar maupun golongan Monofisit dan golongan
27
36. Nestorian. Ide bahwa Maryam adalah salah satu dari Trinitas
barangkali berasal dari ketentuan kelompok Coliridian yang
tidak jelas, di Arabia kedengarannya lebih dari dua abad sebelum
Muhammad lahir. Juga mungkin adanya kebimbangan terhadap
kenyataan bahwa dalam bahasa Semit, kata yang menunjukkan
Ruh itu adalah feminim (mu'annats). Al-Qur'an juga agaknya
berasumsi bahwa umat Kristen memahami "anak" dalam
arti fisikal sebenarnya, sementara ketika bangsa Arab pagan
mengatakan beriman kepada "anak perempuan Tuhan" ini tidak
memungkinkan diartikannya secara fisik.
Dalam kasus Kristen sebagaimana yang terjadi di dalam Yahudi,
yang penting adalah untuk mencatat seberapa banyak yang tidak
dikatakan. Tidak disebutkan kalau Yesus itu tidak ada kaitannya
dengan orang-orang bidaah yang sebenarnya, melainkan
berkenaan dengan orang-orang yang beriman kepada Tuhan
tetapi memberikan penekanan-penekanan yang salah kedalam
praktek-praktek keagamaan. Misalnya, menuntut dipenuhinya
secara seksama kewajiban-kewajiban ritual namun lalai terhadap
keadilan dan memelihara hal-hal yang lain; dan mereka juga tidak
mau memperlakukan orang-orang yang mereka anggap berdosa
secara benar. Untuk menemukan kerusakan yang terakhir inilah
Yesus menegaskan bahwa dalam kasus penyesalan diri atau taubat
bagi pelaku perbuatan dosa, Tuhan bukan hanya mengampuni
hukuman melainkan malah memperbaiki orang-orang yang
berbuat dosa agar bahagia dan terlepas dari dosa. Lagi-lagi di
dalam Al-Qur'an tidak ada yang membicarakan tugas utama Yesus
(Isa), baik yang disebutkan sebagai pengabsahan kerajaan Tuhan
maupun penyelamatan dunia atau dengan beberapa nama yang
lain. Sementara itu dikatakan bahwa Yesus menerima kitab suci
dari Tuhan yang diberi nama Injil (Gospel atau Evangel). Maka tidak
ada yang mengatakan bahwa ini sepertinya merupakan ajaran
yang lebih aktual di dalam Perjanjian Baru ketimbang kitab Taurat
yang diterima oleh Musa yang dianggap sama aktualnya dengan
kitab Pentateuch. Selanjutnya umat Islam biasanya menolak
ajaran-ajaran aktual kita, yaitu kitab yang diterima oleh Yesus,
karena terdiri dari seluruh wahyu yang berasal dari Tuhan dan
bukan merupakan pemyataan-pernyataan historis tentang Yesus.
Ada ayat yang dapat dinyatakan dalam mana umat Kristen
dapat melihat petunjuk Eucharist:
(Ingatlah) ketika pengikut-pengikut Isa berkata: "Wahai Isa putra
Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit
kepada kami?" Isa menjawab: "Bertaqwalah kepada Allah jika
betul-betul orang beriman." Mereka berkata: "Kami ingin memakan
hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin
28
37. bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu." Isa putra Maryam
berdo'a: "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya
bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang
datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau;
beri rizkilah kami, dan Engkaulah Pemberi rizki Yang Paling Utama."
Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu."
Dari ayat ini tidak mungkin memberikan ide yang signifikan
tentang Eucharist bagi umat Kristen.
Fungsi Persepsi yang Kurang
Memadai
Dari berbagai ayat yang dikutip dan komentar-komentar
yang dilakukan atas ayat-ayat tersebut, jelas bahwa bagi seorang
modern persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen itu secara serius
kurang cukup kuat dan dalam beberapa hal malah boleh jadi
salah atau keliru. Namun begitu, ada hal yang penting bahwa
Kristen hari ini tidak perlu mengambil ini sebagai alasan untuk
mengingkari bahwa Muhammad itu diberi petunjuk oleh Allah.
Apa yang menjadi penting adalah pertimbangan ulang tentang
hakekat kenabian. Hal ini penting terutama sekali bagi umat
Islam, karena menurut pandangan Islam tradisional Al-Qur'an
adalah benar-benar firman Allah dan sulit untuk melihat betapa
kesalahan-kesalahan yang terjadi itu dapat dikembalikan kepada
Allah. Solusi terbaik dengan adanya problem ini bagi umat Islam
yang berfikir dengan gaya tradisional itu kemungkinan hendak
mengatakan bahwa Allah berfirman dalam terma-terma yang
dipercayai di Madinah.
Menurut para ahli teologi Kristen terkemuka dewasa ini, nabi/
rasul adalah seorang yang membawa pesan-pesan risalah dari
Tuhan kepada umat manusia pada ruang dan waktu dimana ia
hidup. Sejauh tentang persoalan-persoalan manusia universal
yang terlibat pada ruang dan waktu yang khusus ini, pesan-pesan
tersebut akan relevan dengan sedemikian banyak lingkungan
manusia yang lebih luas. Namun di tempat pertama nabi/rasul
hidup ini, mereka adalah orang-orang yang sezaman langsung
bagi tiap-tiap nabi. Isa sendiri berkata: "aku dikirim hanya untuk
cara hidup yang sesaat dari Bani Israel" (Matius: 15: 24), akan tetapi
setelah kebangkitannya kembali pengikut-pengikut Yesus itu
segera dikatakan bahwa pesan-pesan Yesus ini adalah pekabaran
29
38. yang baik bagi orang-orang yang bukan Yahudi (kafir), begitu
pula merupakan pekabaran yang baik bagi orang-orang Yahudi.
Meramalkan masa depan acapkali dipandang sebagai aspek
ramalan, akan tetapi kebanyakan ramalan-ramalan kenabian itu
terutama agaknya berada pada titik konsekuensi-konsekuensi
sikap kekinian dengan jalan hukuman atau pahala. Masalah ini
agaknya akan dibicarakan lebih lengkap lagi pada bab yang akan
datang.
Agaknya Al Qur'an menyatakan relevansinya yang paling
utama kepada bangsa Arab di masa Nabi Muhammad ketika
menegaskan keberadaan Al Qur'an yang berbahasa Arab itu, dan
bahwa nabi nabi/rasul rasul membawa wahyu dengan bahasa
yang dimiliki bangsanya di mana nabi/rasul itu hidup. Bahasa
suatu bangsa atau suatu kaum ini memasukkan keseluruhan
cara berfikir (pandangan hidupnya) tentang dunia dan tentang
makhluk yang bernama manusia itu. Jadi kata Arab -ijara dapat
diterjemahkan dengan pengertian "pemberian perlindungan
dengan baik hati", akan tetapi dalam frase bahasa Inggris
sebenarnya tidak ada yang membawa kepada orang-orang yang
tidak akrab dengan pandangan pandangan dan kebiasaan-
kebiasaan bangsa Arab. Ayat "Allah melindungi (yujiru)", namun
tidak ada yang dapat dilindungi dari azabNya la-yujaru 'alayh
(23: 88), agaknya tidak dapat dipahami oleh orang barat tanpa
keterangan lebih lanjut. Maksudnya, wahyu Allah kepada seorang
nabi/rasul itu biasanya dikondisi oleh bahasa dan cara berfikir
nabi/rasul dan bangsanya kepada siapa wahyu itu ditujukan di
tempat yang pertama.
Pada keterangan tentang wahyu itu, masalah ketidak sahihan
persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen harus dilihat secara lebih
teliti. Kekurangan ini secara pasti sebagai persepsi umat Islam
terhadap Kristen yang sampai ke barat dalam kontaknya dewasa
ini. Kekurangan ini juga terjadi pada persepsi terhadap kekristenan
Kaisar Byzantine dan negeri-negeri lain yang mengelilingi Arabia
di masa hayat Nabi Muhammad SAW. Tetapi apakah ada persepsi-
persepsi yang sahih terhadap kekristenan dari orang Kristen
dalam kaitannya dengan Nabi Muhammad SAW sendiri? Ternyata
untuk menjawab pertanyaan ini, juga tidak mudah. Tentu saja
pertanyaan ini mengandung dua aspek: kebenaran faktual dan
memadai sebagai suatu petunjuk terhadap tindakan. Karena
kita tahu bahwa sesungguhnya tidak ada pandangan yang tepat
dari umat Kristen yang hidup menetap atau yang berkunjung ke
Mekah. Kita hendaknya menghargai bahwa persepsi Al-Qur'an
terhadap kepercayaan mereka kemungkinan secara luas memang
benar. Juga boleh dikatakan bahwa persepsi tersebut cukup benar
menjadi petunjuk yang sahih bagi Nabi Muhammad SAW dalam
30
39. menghadapi umat Kristen Mekah dengan kelompok-kelompok
Kristen yang lain yang ada di Arabia yang ditemui pada dua tahun
terakhir di masa hayat Nabi Muhammad SAW.
Ini bukan tempat untuk menguraikan secara terinci perlakuan
Nabi Muhammad SAW terhadap orang-orang Yahudi Madinah dan
tempat-tempat lain di Arabia. Masalah lain yang timbul dari sini
adalah karena Muhammad menyandarkan pernyataan kenabian
beliau berdasarkan atas kesamaan pengalaman kenabian beliau
dengan pengalaman Musa dan Isa (Yesus). Maka beliau tidak
dapat mengingkari kalau orang-orang Yahudi dan orang-orang
Kristen itu adalah ahli kitab, walaupun mereka nyaris hampir
menyimpang dari keaslian wahyu yang diberikan kepada Isa
dan Musa, sebagaimana yang diduga. Al-Qur'an memberikan
argumen-argumen yang menyerang orang-orang Nasrani
(Kristen). Sebagian terbesar umat mengatakan bahwa perubahan
serta ketidak murnian kitab suci Kristen dan Yahudi itu, secara
eksplisit disebutkan di dalam Al-Qur'an. Padahal dalam bab
ini akan dibicarakan kebenaran pernyataan tersebut, malahan
ajaran tersebut merupakan penafsiran yang meragukan terhadap
beberapa surat (dan ayat Al-Qur'an) dan hanya dikeluarkan oleh
ulama-ulama Islam setelah nabi Muhammad SAW wafat. Persepsi
pokok Al-Qur'an terhadap Yahudi dan Kristen dapat dikatakan
kalau mereka adalah ahli kiab, yang menerima kitab suci, pada
hakekatnya mengajarkan ajaran-ajaran yang sama seperti yang
ada pada Al-Qur'an. Sekalipun demikian, orang Yahudi dan Kristen
(ahli kitab) ini nyaris hampir menyimpang dari kebenaran kitab
suci yang asli, sekurang-kurangnya, mereka makin memperluas
ketidak mengertian dan ketidak menerimaannya kepada Nabi
Muhammad SAW.
Berdasarkan landasan persepsi nabi Muhammad SAW pada
tahun-tahun pengasingan, beliau berinisiasi tentang apa yang
dikembangkan ke dalam sistem "minoritas yang terlindungi"
(dzimmi, ahl al-dzimmah) di dalam negeri Islam. Kelompok-
kelompok Yahudi dan Kristen diberi kadar otonomi internal di
bawah pemimpin-pemimpin agama mereka masing-masing,
menawarkan kepada mereka agar membayar pajak perlindungan
(jizyah) yang tidak memberatkan. Kebijakan perlindungan kepada
golongan minoritas ini sesuai dengan ide-ide tradisional Arab
untuk "melindungi" suku-suku yang lemah oleh suku-suku yang
kuat. Hal ini juga mendorong umat Islam untuk menghindarkan
hampir semua tanggung jawab yang tidak mungkin dapat dipikul
untuk mengubah orang-orang Yahudi dan Kristen atau mengusir
mereka dari wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan
Islam. Di mana para penyembah berhala dan orang-orang kafir itu
memilih Islam atau memilih pedang, maka orang-orang Kristen
31
40. dan Yahudi dapat menjadi bangsa minoritas yang dilindungi. Maka
dengan cara inilah persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen, walaupun
hanya sebagian kecil saja yang benar dari umat Kristen di masa
nabi Muhammad SAW, memberikan landasan-landasan bagi solusi
pragmatis problema umat Kristen ke dalam negara Islam. Dalam
hal ini, Al-Qur'an menambahkan sesuatu yang berguna bagi
persepsi Kristiani terdahulu di Mekah.
Setelah mengamati bagaimana persepsi Al-Qur'an terhadap
Kristen, sungguhpun dalam berbagai cara yang tidak memadai,
namun nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin awal mampu
membuat kerangka kebijakan yang memuaskan terhadap
umat Kristen, maka masalah kenabian Muhammad kembali
dapat diperhatikan lagi. Ini adalah penting karena umat Kristen
dewasa ini seharusnya mempunyai pandangan positif yang jelas.
Sekalipun demikian, agaknya tidak mudah untuk menyusun
rumusan pandangan, sebab memang ada perbedaan antara
konsepsi Islam tentang nabi dan konsepsi Kristen kontemporer
tentang nabi. Sementara bagi kristen, nabi itu mempunyai pesan
risalah dari Tuhan untuk tempat dan zaman di mana nabi itu
hidup. Dalam pada itu, dalam tradisi Islam nabi menerima wahyu
yang aktual tanpa adanya campur tangan manusia selain bahasa
dan sebagian pesan-pesan yang diwahyukan itu mempunyai
validitas yang universal. Maka tidak dapat dipertahankan kalau
segala hal yang ada di dalam Al-Qur'an itu universal, karena
meliputi penegasan tentang kebijakan-kebijakan kontemporer,
misalnya, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada Perang Badar dan
Uhud. Di abad ke delapan, seorang golongan Nestorian yang
bernama Catholicos Timothy menyatakan bahwa Muhammad
masuk ke jalan seorang "nabi", walaupun kenyataannya beliau
bukanlah seorang nabi, dan hal ini mungkin saja terjadi karena
Timothy ini sadar akan konsepsi kenabian Islam.
Umat Kristen mulai mempertimbangkan masalah ini dengan
menengok latar belakang historis karir Muhammad dan akibat
historisnya. Sebagaimana yang nampak pada bab terdahulu,
Kristen di masa itu mempunyai sejumlah kelemahan. Bangsa
Arab Mekah yang tiba-tiba mempunyai kemakmuran ekonomi,
menemukan jalan hidup tua mereka terdahulu yang sudah hilang,
hingga mereka mengejar sesuatu misalnya suatu agama baru.
Akan tetapi tidak satu pun bentuk yang ada di dalam Kristen yang
mampu menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka itu. Dengan
kata lain, ada kevakuman agama di Mekah pada saat itu, yang
pada saat yang sama umat Kristen tidak dapat memenuhinya.
Pengakuan berikutnya oleh sebagian yang hidup di Afrika Utara,
tanah Bulan Sabit yang subur makmur dan Iran, menunjukkan
bahwa ada pula kevakuman religius di wilayah-wilayah yang
32
41. disebutkan itu. Ada landasan-landasan untuk berpegang kepada
pendapat bahwa Allah di samping menunjukkan Islam untuk
memberi petunjuk yang lebih baik kepada umat manusia yang
sedang dirundung keruwetan. Dengan kata lain, Islam hadir di
muka bumi ini bukan disebabkan oleh usaha dan rencana manusia
melainkan oleh karena inisiatif ilahiah.
Apabila inisiatif ilahiah ini diakui, maka dipertanyakan
bagaimana Tuhan telah bertitah melalui Muhammad. Dalam
semua tulisan saya tentang Muhammad yang dimulai hampir
selama empat puluh tahun yang lalu, saya senantiasa berpendapat
bahwa Muhammad itu tulus murni dalam berfikir karena Al-
Qur'an itu bukan ciptaannya sendiri, melainkan datang kepada
beliau dari luar dirinya. Oleh karena itu saya tidak pernah
menggunakan kata "Muhammad berkata" tentang pernyataan-
pernyataan Al-Qur'an sungguhpun saya sendiri menyalahkan ini,
namun saya selalu menggunakan frase yang netral "Al-Qur'an
berkata" atau "Al-Qur'an mengatakan." Pada tahun 1953 yang lalu
saya pernah berpandangan bahwa Al-Qur'an adalah ciptaan Ilahi,
namun diciptakan lewat kepribadian Muhammad SAW, maka
dalam cara yang sama bahwa gambaran-gambaran tertentu Al-
Qur'an terutama dianggap berasal dari kemanusiaan Muhammad."
Namun belakangan ini saya menyatakan bahwa pesan-pesan
risalah yang diwahyukan dapat dianggap sebagai diperantarai
oleh ketidaksadaran Nabi SAW, sekalipun langsung berasal dari
Tuhan. Pandangan tersebut akan mampu menjelaskan gambaran
persepsi-persepsi Al-Qur'an tentang Kristen, namun saya tidak
akan mempertahankan pandangan tersebut. Berdasarkan
pandangan Islam yang baku bahwa Al-Qur'an itu seluruhnya
berasal dari Allah dan bahwa kepribadian Muhammad SAW
itu sama sekali tidak memberi kontribusi terhadap Al-Qur'an.
Barangkali sulit untuk menjelaskan kekurangan dan kekeliruan
pernyataan-pernyataan tentang masalah-masalah yang dikandung
oleh Bibel. Walaupun demikian, apa yang penting di sini bukannya
memberikan penjelasan yang tepat tentang "cara" wahyu turun
dalam terma-terma modern, baik pemyataan ketidaksadaran
maupun yang lain. Sebaliknya, yang penting di sini adalah untuk
menegaskan tentang bagaimana kepribadian atau bagaimana
kepribadian yang lain dan pandangan dunia Muhammad masuk
ke dalam pesan-pesan wahyu yang diturunkan oleh Tuhan.
Petunjuk yang dapat dilacak berkenaan dengan kasus Hosea di
dalam Perjanjian Lama, karena Tuhan memperlihatkan kepada
Hosea dengan pengalaman isterinya sendiri yang tidak beriman,
maka ada suatu pengalaman yang paralel tentang pengalaman
ketidak berimanan (kekufuran) bangsa Israel kepada Tuhan.
Yang terutama penting bagi umat Kristen dewasa ini adalah
33
42. ketidak sempurnaan persepsi Al-Qur'an terhadap Kristen itu tidak
perlu membatasi nilai-nilai positif kebesaran ajaran Al-Qur'an, yang
menambahkan bukti kebenaran-kebenaran sentral tradisi agama
Ibrahim. Tuhan adalah Sang Pencipta sekalian manusia, yang
telah menciptakan dunia sebagai tempat yang sesuai bagi makna
kehidupan manusia. Tuhan menghendaki seluruh umat manusia
itu beriman kepadaNya. Tuhan menghendaki keseimbangan
kualitas moral kehidupan manusia di Hari Kemudian. Tuhan
memanggil kepada semua manusia yang beriman untuk hanya
menyembah kepada satu-satunya Allah bukan menyembah
kepada yang lain selain Allah; agar berterima kasih kepadaNya dan
mengikuti jalan hidup yang lurus, terutama dengan bersedekah
dan bermurah hati mendermakan rejeki yang diberikan kepada
mereka. Al-Qur'an juga menghadirkan Muhammad sebagai
pribadi yang dipilih oleh Allah untuk membawa pesan risalah
kenabian kepada penduduk Mekah, kepada bangsa Arab dan
bahkan kepada publik manusia yang lebih luas. Dalam cahaya
nilai-nilai positif yang agung tentang ajaran Al-Qur'an dan
kesuksesan-kesuksesan praktis yang dihasilkan dari kenabian ini,
persepsi-persepsi yang tak memadai terhadap Yahudi dan Kristen
tidak dapat dinilai menjadi kelemahan yang serius, misalnya,
untuk meniadakan semua hal yang disuarakan dan benar. Ada
prinsip Kristiani yakni, "dari buah-buah mereka yang hendaknya
engkau ketahui", dan secara pasti Islam membawa berjuta-juta
kehidupan yang lebih baik ketimbang sisi lain yang sudah mereka
miliki. Bahkan harus dikatakan agar dapat menolong menjadikan
sebagian orang suci Kristen.
Massignon dan Foucauld masuk Kristen dengan menyaksikan
Islam kepada kebenaran hidup Tuhan. Seseorang menulis tentang
Foucauld dan ketaatannya kepada kematian dalam Islam. Bagi
seorang mistik, jiwa-jiwa yang mati itu dinilai sebanyak jiwa-jiwa
yang hidup dan pekerjaan pokoknya yang khusus adalah untuk
mensucikan keabadian Islam -- yang telah dan akan menjadi atas
nama keabadian -- dalam menolong untuk memberikan seorang
suci kepada Kristen.
Lebih dari itu, ada banyak contoh dalam Bibel dan sejarah
Kristiani, bagaimana Tuhan dapat mencapai tujuan-Nya lewat alat-
alat apapun yang ada di tangan (kekuasaan)-Nya, bahkan ketika
mereka memiliki kelemahan.
Jadi umat Kristen harus mengikuti kebenaran mendalam pada
pernyataan Al-Qur'an agar mengakui agama Ibrahim. Umat Yahudi,
umat Kristen dan umat Islam, semua mempunyai keimanan
yang kembali kepada Ibrahim, sungguhpun dengan nama apa
saja keimanan itu diberi nama. Sementara, sebagian umat Islam
agaknya berfikir bahwa suatu agama itu wajib tetap asli-murni
34
43. tidak berubah-ubah. Dalam pada itu, sebagian umat Kristen
melihat agama sebagai suatu hal yang hidup yang tumbuh dan
berkembang sampai-sampai menemukan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat manusia yang senantiasa menjadi dan berubah tak
kenal usai, dan hanya di pusatnyalah yang tetap dan yang tidak
berubah untuk selama-lamanya.
35
45. Bab: III
Bab: III
Elaborasi Persepsi
Al Qur'an
D i masa Khalifah Umar bin Khatthab (634-644 Masehi),
pasukan kaum muslimin menaklukkan Syria, Iraq dan
Mesir. Umat Kristen di negeri-negeri yang ditaklukkan oleh kaum
muslimin ini mengakui status minoritas yang dilindungi dan
tidak mendapat tekanan apa pun dari kaum muslimin. Ini berarti
bahwa umat Islam yang hidup di wilayah-wilayah negeri tersebut
memperoleh kesempatan pindah agama Kristen. Sementara
sebagian umat Kristen dapat menghasilkan argumen-argumen
yang kuat untuk menentang Islam dengan menunjukkan ketidak
sesuaian antara Al-Qur'an dan Bibel. Persepsi Al-Qur'an tentang
Kristen ketika dipublikasikan ke dalam situasi semacam ini benar-
benar tidak berdaya. Namun demikian, tak dapat disangkal bahwa
tanpa penolakan AI-Qur'an dan demikian pula tanpa penolakan
ulama Islam yang mulai mengelaborasi beberapa aspek persepsi
dengan masing-masing caranya untuk melemahkan argumen-
argumen yang anti Islam.
Dugaan Ketidakmurnian Dalam
Kitab Suci
Salah satu prestasi paling penting para ulama Islam masa awal
adalah pengembangan ajaran pada titik pandang yang luas, dalam
mana masa lampau Yahudi dan Kristen telah mengkorupsi atau
mengubah kitab suci mereka. Pengubahan ini dilakukan tidak
lama setelah kitab Taurat dan Injil yang sebenamya asli diterima
oleh Nabi Musa dan Isa secara berturut-turut. Hal ini memudahkan
bagi umat Islam untuk menepis berbagai argumen dari umat
Kristen yang didasarkan atas kitab Bibel. Klaim bahwa ajaran
Kristen ini telah dikorupsi atau "berubah" --tahrif-- diketemukan
di dalam Al-Qur'an. Ada empat ayat Al-Qur'an yang memakai kata
yuharrifuna yang merupakan bentuk kata kerja dari kata tahrif
sebagai masdarnya. Pengujian keempat ayat ini menunjukkan