SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 17
Page15
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah dengan judul “
Evaluasi Pencahayaan Alami pada Gedung Rusunawa Politeknik Negeri
Pontianak ”. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Fisika Bangunan.
Dalam Penulisan karya ilmiah ini saya merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya
miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
penyempurnaan pembuatan karya ilmiah ini.
Dalam penulisan karya ilmiah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, yaitu :
1. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan materi
2. Bpk. Ramli Abidin,ST,MT selaku dosen pembimbing
3. Teman-teman yang telah mendukung dalam proses penulisan
Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah. Dan juga karya ilmiah ini dapat menjadi sumbangsih
dalam pembelajaran serta bermanfaat untuk kedepannya.
Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Pontianak, 19 juli 2013
IKHSAN ADIYANTO
Page15
DAFTAR ISI
I. KATA PENGANTAR
II. DAFTAR ISI
III. BAB I PENDAHULUAN
IV. BAB II DASAR TEORI
V. BAB III PEMBAHASAN
VI. BAB IV PENUTUP
VII. Daftar Pustaka
Page15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
fenomena pada objek dan ruangan juga merupakan dari cahaya. Secara umum,
keseluruhan bagian tersebut merupakan fenomena bumi dan langit. Langit sebagai
asal cahaya dan bumi sebagai infestasinya. Oleh karena itu cahaya adalah
kesatuan dari alam semesta. Selalu sama dan berbeda, cahaya menyatakan
sesuatu.
Di dalam arsitektur pemanfaatan pencahayaan alami selalu menjadi bagian
penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan. Pencahayaan alami
mampu menciptakan ruangan secara visual. Menurut Lechner perancang yang
peka selalu menyadari bahwa apa yang kita lihat merupakan konsekuensi baik dari
kualitas rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh ke atasnya.
Pencahayaan alami pada ruangan difungsikan untuk memenuhi kebutuhan
ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tida sesuai
dengan fungsi ruangan berakibat pada tidak berjalan dengan baik kegiatan yang
ada. Ruang dengan cahaya yang sedikit menyebabkan ruang tersebut menjadi
gelap dan dingin. Pencahayaan yang terlalu terang akan meyebabkan silau dan
kurang baik bagi mata. Kenyamanan berada pada suatu ruangan dapat diciptakan
dari kualitas pencahayaan dalam ruangan tersebut. Untuk memperoleh
kenyamanan visual dalam ruangan,pencahayaan dapat dirancang untuk
menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik khusus dari sudut-sudut ruang.
Isu yang berkembang tentang pembahasan pencahayaan alami menyatakan
bahwa kualitas pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya
yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas
bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
Kualitas pencahayaan alami yang baik juga pengaruhi oleh letak bukaan terhadap
arah datangnya sinar matahari
Page15
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. mengetahui pengaruh letak bukaan pencahayaan alami terhadap
kulaitas pencahayaan kamar tidur.
b. Mengetahui kondisi intensitas pencahayaan di dalam kamar
tidur.
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik dalam disiplin ilmu arsitektur
maupun disiplin ilmu pasti yang lainnya, yang bertujuan untuk mengetahui
tentang pemanfaatan pencahayaan alami dalam bentuk kualitas visual ruang
kamar tidur
Page15
BAB II
DASAR TEORI
A. DEFINISI
Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagi cahaya yang masuk kedalam
ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk
kedalam ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu
dengan menggunakan “shading” . Shading dimaksud sebagai penyaring cahaya
yang masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas pencahayaan pada
ruangan yang diinginkan.
B. Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung
1. Ruang lingkup.
1.1 Standar,tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan
gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para perancang
dan pelaksana pembangunan gedung di dalam merancang sistem
pencahayaan alami siang hari, dan bertujuan agar diperoleh sistem
pencahayaan alami siang hari yang sesuai dengan syarat kesehatan, kenyamanan
dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku.
1.2 Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan alami siang
hari dalam bangunan gedung.
2. Acuan.
a. SNI. No. 03-2396-1991 : Tata cara perancangan Penerangan alami siang
hari untuk rumah dan gedung.
b. Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften, 1951, Deel 11,
“Dagverlichting Van Woningen (NBG II 1951).
Page15
c. Hopkinson (et.al), 1966, Daylighting, London.
d. Adhiwiyogo. M.U, 1969 ; Selection of the Design Sky for
Indonesia based on the Illumination Climate of Bandung. Symposium of
Enviromental Physics as Applied to Building in the Tropics.
3. Istilah dan definisi.
3.1 bidang lubang cahaya efektif. bidang vertikal sebelah dalam dari lubang
cahaya.
3.2 faktor langit ( fl ) angka karakteristik yang digunakan sebagai ukuran keadaan
pencahayaan alami siang hari diberbagai tempat dalam suatu ruangan.
3.3 langit perancangan langit dalam keadaan yang ditetapkan dan dijadikan dasar
untuk perhitungan.
3.4 lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur bagian dari bidang lubang
cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat langit.
3.5 terang langit sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk
penentuan syarat-syarat pencahayaan alami siang hari.
3.6 titik ukur titik di dalam ruangan yang keadaan pencahayaannya dipilih
sebagai indikator untuk keadaan pencahayaan seluruh ruangan.
4. Kriteria Perancangan
4.1 Ketentuan Dasar.
4.1.1 Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik
Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :
Page15
a. pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat,
terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.
b. distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak
menimbulkan kontras yang mengganggu.
4.1.2 Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang.
Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan
langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.
Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan
alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh :
a. hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.
b. ukuran dan posisi lubang cahaya.
c. distribusi terang langit.
d. bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.
1) Faktor pencahayaan alami siang hari
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat
pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan
terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan
ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut.
2) Komponen langit (faktor langit-fl);
yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit
Page15


































+












+
−





×=
22
1
arctan
1
1
arctan
2
1
D
H
D
L
D
HD
L
fl
π
Keterangan:
L : Lebar Lubang Cahaya Efektif
H : Tinggi Lubang Cahaya Efektif
D : Jarak Titik Ukur Ke Lubang Cahaya
Gambar 1. Komponen langit
3) Titik Ukur:
 Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75
meter di atas lantai. Bidang datar tersebut disebut bidang kerja
Page15
Gambar 2. Titik ukur
 Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan yang cukup
memuaskan, maka Faktor Langit (fl) titik ukur tersebut harus memenuhi
suatu nilai minimum tertentu yang ditetapkan menurut fungsi dan ukuran
ruangannya
 Dalam perhitungan digunakan 2 (dua) jenis titik ukur, yaoitu:
1) titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-tengah antar kedua
dinding samping, yang berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang
cahaya efektif
2) titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak 0,50 meter dari dinding
samping, yang juga berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya
efektif, dengan d adalah ukuran kedalaman ruangan, diukur dari mulai
bidang lubang cahaya efektif hingga pada dinding seberangnya, atau
hingga pada “bidang” batas dalam ruangan yang hendak dihitung
pencahayaannya itu
Page15
Gambar 3. Penjelasan Jarak d
 Jarak ”d” pada dinding tidak sejajar
Apabila kedua dinding yang berhadapan tidak sejajar, maka untuk d
diambil jarak di tengah antara kedua dinding samping tadi, atau diambil
jarak rata-ratanya
 Ketentuan jarak ”1/3 d” minimum
Untuk ruang dengan ukuran d sama dengan atau kurang dari pada 6 meter,
maka ketentuan jarak 1/3.d diganti dengan jarak minimum 2 meter
 Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dari langit melalui lubang-
lubang cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini
mempunyai bidang lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri
Page15
Gambar 4. Denah ruangan
4) Klasifikasi Kualitas Pencahayaan:
Klasifikasi kualitas pencahayaan adalah sebagai berikut :
1) Kualitas A : kerja halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus,
seperti menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan
sebagainya.
2) Kualitas B : kerja halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus
menerus, seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit
komponen-komponen kecil, dan sebagainya.
3) Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si
pelaku, seperti pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan
sebagainya.
4) Kualitas D : kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang besar
harus dikenal, seperti pada gudang, lorong lalu lintas orang, dan
sebagainya
Faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan : perbandingan luas lubang
cahaya dan luas lantai, bentuk dan letak lubang cahaya, refleksi cahaya didalam
ruangan. Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari didalam
ruangan, hendaknya ruangan menerima cahaya lebih dari satu arah. Kasa
nyamuk dapat mengurangi cahaya masuk 15%.
Page15
5). Persyaratan Faktor Langit Dalam Ruangan:
a) Nilai faktor langit (fl) dari suatu titik ukur dalam ruangan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1) sekurang-kurangnya memenuhi nilai-nilai faktor langit minimum
(flmin) yang tertera pada Tabel 1, 2 dan 3, dan dipilih menurut
klasifikasi kualitas pencahayaan yang dikehendaki dan dirancang
untuk bangunan tersebut.
2) nilai flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam BANGUNAN
UMUM untuk TUUnya, adalah seperti tertera pada tabel 1; dimana d
adalah jarak antara bidang lubang cahaya efektif ke dinding di
seberangnya, dinyatakan dalam meter. Faktor langit minimum untuk
TUS nilainya diambil 40% dari flmin untuk TUU dan tidak boleh
kurang dari 0,10 d
Tabel 1 : Nilai Faktor langit untuk bangunan umum
Klasifikasi Pencahayaan Flmin TUU
A 0,45 d
B 0,35 d
C 0,25 d
D 0,15 d
Tabel 2 : Nilai Faktor langit untuk bangunan sekolah
JENIS RUANGAN Flmin TUU Flmin TUS
Ruang kelas biasa 0,35 d 0,20 d
Ruang kelas khusus 0,45 d 0,20 d
Laboratorium 0,35 d 0,20 d
Bengkel Kayu / Besi 0,25 d 0,20 d
Ruang Olahraga 0,25 d 0,20 d
Kantor 0,35 d 0,15 d
Page15
Dapur 0,20 d 0,20 d
3) nilai dari flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam bangunan
sekolah, adalah seperti pada tabel 2; Untuk ruangan-ruangan kelas
biasa, kelas khusus dan laboratorium dimana dipergunakan papan tulis
sebagai alat penjelasan, maka flmin pada tempat 1/3 d di papan tulis
pada tinggi 1,20 m , ditetapkan sama dengan flmin = 50% TUU
4) nilai dari flmin dalam prosentase untuk ruangan-ruangan dalam
bangunan tempat tinggal seperti pada tabel 3
Tabel 3 : Nilai Faktor langit Bangunan Tempat Tinggal
JENIS RUANGAN Flmin TUU Flmin TUS
Ruang Tinggal 0,35 d 0,16 d
Ruang Kerja 0,35 d 0,16 d
Kamar Tidur 0,18 d 0,05 d
Dapur 0,20 d 0,20 d
5) untuk ruangan-ruangan lain yang tidak khusus disebut dalam tabel ini
dapat diperlakukan ketentuan-ketentuan dalam tabel 1
BAB III
PEMBAHASAN:
1. Ruang kamar kualitas pencahayaannya dikategorikan pada kualitas B
(RSNI 03-2369-2001 )
Page15
2. Lubang cahaya diukur diluar kusen ( ukuran kotor dari lubang cahaya )
3. Kusen pada lubang cahaya (jendela) diabaikan
4. Pengukuran ruang kamar dihitung hanya pada bagian dalam ruangan tanpa
menghitung as bangunan dan Ukuran dimensi ruang kamar dianggap sama
5. Ruang kamar yang dijadikan sampel adalah ruang yang berada pada satu
arah garis vertikal
6. Tinggi kamar yaitu 3 m
Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran ruangan ( panjang ,lebar dan
tinggi ruang maupun ukuran lubang cahaya ) adalah meteran
A. Perhitungan faktor langit pada ruangan kamar ( Fl )
Sebelum menghitung faktor langit terlebih dahulu mengumpulkan data-data
yang berhubungan dengan perhitungan faktor langit ini yaitu,ukuran ruangan
kamar ( panjang ,lebar ,tinggi serta ukuran lubang cahaya ),letak lubang cahaya
dari sampel ruangan di tiap lantainya.
Berdsarkan tabel 1 pada RSNI 03-2369-2001 faktor pencahayaan siang hari minimum
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
flmin TUU = 0,35 d = 0,35 . 4,90 = 1,715 %
Pada hasil pengukuran didapatkan data-data sebagai berikut:
 Panjang ruangan 4,90 m
 Lebar ruangan 3.90 m
 Tinggi ruangan 3 m
 Letak lubang cahaya berada pada posisi lebarnya ( 3,90 m )
Page15
 Nilai d 4,90 m
Berdasarkan data di atas maka dapat dihitung faktor langitnya ,yaitu sebagai
berikut .Menghitung titik ukur ; nilai D yaitu : ⅓ d = ⅓ . 4,90 m = 1,633 m , ½ l = ½ .
3.90 m = 1,95 m,dan 0,75 dari muka lantai. D = 2 m ( ketentuan RSNI Dmin ≤ 2 m )
Gambar 1.denah ruang kamar gambar 2. lay out lubang cahaya
Berdasarkan gambar layout diatas dapat dihitung faktor langit (Fl) dengan rumus :
Maka Fltotal = (FlHICF + FLHFDG ) - ( FLHIBE + FLHEAG )
Perhitungan faktor langit untuk FlHICF
Nilai L = 1,18 m,nilai H =1,65 m dan nilai D = 2 m
FlHICF = 2,8 %
Perhitungan faktor langit untuk FlHFDG
Nilai L = 1,47 m,nilai H =1,65 m dan nilai D = 2 m
Page15
FlHFDG = 3 %
Perhitungan faktor langit untuk FlHIBE
Nilai L = 1,18 m,nilai H =0,05 m dan nilai D = 2 m
FlHIBE = 0,00012 %
FlHEAG = 0,00014 %
Maka Fltotal = (FlHICF + FLHFDG ) - ( FLHIBE + FLHEAG )
Maka Fltotal = (2,8 % + 3 % ) - ( 0,00012 + 0,00014 )
Maka Fltotal = 5,79794 %
Jadi ,faktor langit pada ruang kamar saya 5,8 % dan lebih besar dari ( ≥ ) Fl min =
1,715 %
Page15
BAB IV
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa ;
1) Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda
penerang alam seperti matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang
ruang. Karena berasal dari alam, cahaya alami bersifat tidak menentu,
tergantung pada iklim, musim, dan cuaca. Diantara seluruh sumber cahaya
alami, matahari memiliki kuat sinar yang paling besar sehingga
keberadaanya sangat bermanfaat dalam penerangan dalam ruang.
2) Faktor langit adalah kualitas pencahayaan dari suatu ruangan. berdasarkan
hasil perhitungan faktor langit di dalam kamar.
3) Perletakan lubang pencahayaan sangat berpengaruh terhadap kualitas
pencahayaan alami dari suatu ruangan. Hal ini juga disesuaikan dengan
fungsi dari suatu ruangan.
II. SARAN
Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah ;
 Sebaiknya perletakkan lubang cahaya disesuaikan dengan fungsi dari
ruangan untuk mendapatkan kualitas pencahayaan yang maksimal
 Jika pencahayaan alami menggangu atau mengakibatkan silau yang
berlebihan maka dapat digunakan bahan yang dapat mengurangi /
mereduksi cahaya . Contoh : kain gorden,kasa dll.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamPpt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Mukhsinah PuDasya
 
Sni 03 6197 2000
Sni 03 6197 2000Sni 03 6197 2000
Sni 03 6197 2000
ical_am
 
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Nanda Reda
 

La actualidad más candente (20)

Buku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunanBuku pedoman standarisasi_bangunan
Buku pedoman standarisasi_bangunan
 
Teori Pita Energi
Teori Pita EnergiTeori Pita Energi
Teori Pita Energi
 
Analisis arah angin
Analisis arah anginAnalisis arah angin
Analisis arah angin
 
Sifat gelombang de broglie
Sifat gelombang de broglieSifat gelombang de broglie
Sifat gelombang de broglie
 
Fisika Statistik
Fisika StatistikFisika Statistik
Fisika Statistik
 
interferensi dan difraksi
interferensi dan difraksiinterferensi dan difraksi
interferensi dan difraksi
 
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda HitamPpt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
Ppt Aplikasi Radiasi Benda Hitam
 
Makalah Luxmeter
Makalah Luxmeter Makalah Luxmeter
Makalah Luxmeter
 
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"Fisika Zat Padat "Model Einstein"
Fisika Zat Padat "Model Einstein"
 
ppt fisika alat optik SMA kelas X
ppt fisika alat optik SMA kelas Xppt fisika alat optik SMA kelas X
ppt fisika alat optik SMA kelas X
 
Ijin mendirikan bangunan
Ijin mendirikan bangunanIjin mendirikan bangunan
Ijin mendirikan bangunan
 
Pers.Gelombang Berjalan
Pers.Gelombang BerjalanPers.Gelombang Berjalan
Pers.Gelombang Berjalan
 
Utilitas 2 lift dan elevator
Utilitas 2 lift dan elevatorUtilitas 2 lift dan elevator
Utilitas 2 lift dan elevator
 
Sistem utilitas bangunan tinggi
Sistem utilitas bangunan tinggiSistem utilitas bangunan tinggi
Sistem utilitas bangunan tinggi
 
makalah hukum keppler
makalah hukum kepplermakalah hukum keppler
makalah hukum keppler
 
Pembiasan pada prisma
Pembiasan pada prismaPembiasan pada prisma
Pembiasan pada prisma
 
Sni 03 6197 2000
Sni 03 6197 2000Sni 03 6197 2000
Sni 03 6197 2000
 
FISIKA BANGUNAN - PENCAHAYAAN DAN BUKAAN
FISIKA BANGUNAN - PENCAHAYAAN DAN BUKAANFISIKA BANGUNAN - PENCAHAYAAN DAN BUKAAN
FISIKA BANGUNAN - PENCAHAYAAN DAN BUKAAN
 
Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)Kelompok 4(medan magnet bumi)
Kelompok 4(medan magnet bumi)
 
Uji kenyamanan termal di Kedai Kopi Manyar
Uji kenyamanan termal di Kedai Kopi ManyarUji kenyamanan termal di Kedai Kopi Manyar
Uji kenyamanan termal di Kedai Kopi Manyar
 

Destacado

Dasar teknik pencahayaan
Dasar teknik pencahayaanDasar teknik pencahayaan
Dasar teknik pencahayaan
andrespjh
 
Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2
amandacahyani
 
Organisasi ruang
Organisasi ruangOrganisasi ruang
Organisasi ruang
Abdul Rozak
 
SNI Kayu
SNI KayuSNI Kayu
SNI Kayu
Tiwi20
 

Destacado (20)

Teknologi bahan kayu presentation
Teknologi bahan kayu presentationTeknologi bahan kayu presentation
Teknologi bahan kayu presentation
 
Fisika bangunan
Fisika bangunanFisika bangunan
Fisika bangunan
 
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
[Presenticcon Eps.2] Fisika Bangunan - Rizki
 
KAYU
KAYUKAYU
KAYU
 
Fisika. Pengukuran
Fisika. PengukuranFisika. Pengukuran
Fisika. Pengukuran
 
Tugas besar albayyinah putri
Tugas besar albayyinah putriTugas besar albayyinah putri
Tugas besar albayyinah putri
 
Dasar teknik pencahayaan
Dasar teknik pencahayaanDasar teknik pencahayaan
Dasar teknik pencahayaan
 
Fisika bangunan-1
Fisika bangunan-1Fisika bangunan-1
Fisika bangunan-1
 
402 teknik konstruksi kayu
402 teknik konstruksi kayu402 teknik konstruksi kayu
402 teknik konstruksi kayu
 
Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2Evaluasi termal 2
Evaluasi termal 2
 
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan AkustikDasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
Dasar-Dasar Tata Ruang Pencahayaan Penghawaan dan Akustik
 
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b) sistem ganda
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b)  sistem ganda Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b)  sistem ganda
Kelompok 2 (teknik sipil 2012 b) sistem ganda
 
Organisasi ruang
Organisasi ruangOrganisasi ruang
Organisasi ruang
 
Sifat termal-bahan
Sifat termal-bahanSifat termal-bahan
Sifat termal-bahan
 
SNI Kayu
SNI KayuSNI Kayu
SNI Kayu
 
PELATIHAN BA SAR PERAIRAN;Ilmu cuaca; AKBP DADANG DK MH
PELATIHAN BA SAR PERAIRAN;Ilmu cuaca; AKBP DADANG DK MHPELATIHAN BA SAR PERAIRAN;Ilmu cuaca; AKBP DADANG DK MH
PELATIHAN BA SAR PERAIRAN;Ilmu cuaca; AKBP DADANG DK MH
 
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...
Penghawaan Alami Terkait Sistem Ventilasi Terhadap Kenyamana Termal Bangunan ...
 
Rekayasa dan Pemodelan Furniture 1
Rekayasa dan Pemodelan Furniture 1Rekayasa dan Pemodelan Furniture 1
Rekayasa dan Pemodelan Furniture 1
 
pencahayaan buatan
pencahayaan buatanpencahayaan buatan
pencahayaan buatan
 
Dasar radiasi matahari
Dasar radiasi matahariDasar radiasi matahari
Dasar radiasi matahari
 

Similar a Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2

Analisi tingkat pencahayaan alami ( aan kurniawan ) j urnal
Analisi tingkat pencahayaan alami ( aan kurniawan ) j urnalAnalisi tingkat pencahayaan alami ( aan kurniawan ) j urnal
Analisi tingkat pencahayaan alami ( aan kurniawan ) j urnal
Aan Kurniawan
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Operator Warnet Vast Raha
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Operator Warnet Vast Raha
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Septian Muna Barakati
 
2. PKT SENIN, 16 JANUARI 2023.pptx
2. PKT SENIN, 16 JANUARI 2023.pptx2. PKT SENIN, 16 JANUARI 2023.pptx
2. PKT SENIN, 16 JANUARI 2023.pptx
ssuser8492c5
 
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docxMR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
RadoSimarmata1
 

Similar a Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2 (20)

HANDOUT PERKULIAHAN FISBANG_S1.pptx
HANDOUT PERKULIAHAN FISBANG_S1.pptxHANDOUT PERKULIAHAN FISBANG_S1.pptx
HANDOUT PERKULIAHAN FISBANG_S1.pptx
 
Analisi tingkat pencahayaan alami ( aan kurniawan ) j urnal
Analisi tingkat pencahayaan alami ( aan kurniawan ) j urnalAnalisi tingkat pencahayaan alami ( aan kurniawan ) j urnal
Analisi tingkat pencahayaan alami ( aan kurniawan ) j urnal
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
 
Cahaya makalah- instalasi listrik
Cahaya  makalah- instalasi listrikCahaya  makalah- instalasi listrik
Cahaya makalah- instalasi listrik
 
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otopartsKebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
 
LKPD_Optik_Haida_Aritonang.pdf
LKPD_Optik_Haida_Aritonang.pdfLKPD_Optik_Haida_Aritonang.pdf
LKPD_Optik_Haida_Aritonang.pdf
 
Pencahayaan_Pada_Bangunan_Alami_dan_Buat.doc
Pencahayaan_Pada_Bangunan_Alami_dan_Buat.docPencahayaan_Pada_Bangunan_Alami_dan_Buat.doc
Pencahayaan_Pada_Bangunan_Alami_dan_Buat.doc
 
PROPOSAL PENELITIAN YEHEZKIEL YOGI SAPUTRA.docx
PROPOSAL PENELITIAN YEHEZKIEL YOGI SAPUTRA.docxPROPOSAL PENELITIAN YEHEZKIEL YOGI SAPUTRA.docx
PROPOSAL PENELITIAN YEHEZKIEL YOGI SAPUTRA.docx
 
2. PKT SENIN, 16 JANUARI 2023.pptx
2. PKT SENIN, 16 JANUARI 2023.pptx2. PKT SENIN, 16 JANUARI 2023.pptx
2. PKT SENIN, 16 JANUARI 2023.pptx
 
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docxMR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
MR_Pedalaman Konsep fisika_kel 1.docx
 
Optik geometri
Optik geometriOptik geometri
Optik geometri
 
Penerangan tempat kerja (Kesehatan dan keselamatan kerja)
Penerangan tempat kerja (Kesehatan dan keselamatan kerja)Penerangan tempat kerja (Kesehatan dan keselamatan kerja)
Penerangan tempat kerja (Kesehatan dan keselamatan kerja)
 
12967550.ppt
12967550.ppt12967550.ppt
12967550.ppt
 
5 project based learning
5 project based learning5 project based learning
5 project based learning
 
Canisius College Natural Lighting Design Consultation
Canisius College Natural Lighting Design ConsultationCanisius College Natural Lighting Design Consultation
Canisius College Natural Lighting Design Consultation
 
ILUMINASI.pptx
ILUMINASI.pptxILUMINASI.pptx
ILUMINASI.pptx
 

Tgs besar fisika bangunan(siipp) 2

  • 1. Page15 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah dengan judul “ Evaluasi Pencahayaan Alami pada Gedung Rusunawa Politeknik Negeri Pontianak ”. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah Fisika Bangunan. Dalam Penulisan karya ilmiah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan karya ilmiah ini. Dalam penulisan karya ilmiah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, yaitu : 1. Orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan materi 2. Bpk. Ramli Abidin,ST,MT selaku dosen pembimbing 3. Teman-teman yang telah mendukung dalam proses penulisan Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Dan juga karya ilmiah ini dapat menjadi sumbangsih dalam pembelajaran serta bermanfaat untuk kedepannya. Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin. Pontianak, 19 juli 2013 IKHSAN ADIYANTO
  • 2. Page15 DAFTAR ISI I. KATA PENGANTAR II. DAFTAR ISI III. BAB I PENDAHULUAN IV. BAB II DASAR TEORI V. BAB III PEMBAHASAN VI. BAB IV PENUTUP VII. Daftar Pustaka
  • 3. Page15 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG fenomena pada objek dan ruangan juga merupakan dari cahaya. Secara umum, keseluruhan bagian tersebut merupakan fenomena bumi dan langit. Langit sebagai asal cahaya dan bumi sebagai infestasinya. Oleh karena itu cahaya adalah kesatuan dari alam semesta. Selalu sama dan berbeda, cahaya menyatakan sesuatu. Di dalam arsitektur pemanfaatan pencahayaan alami selalu menjadi bagian penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan. Pencahayaan alami mampu menciptakan ruangan secara visual. Menurut Lechner perancang yang peka selalu menyadari bahwa apa yang kita lihat merupakan konsekuensi baik dari kualitas rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh ke atasnya. Pencahayaan alami pada ruangan difungsikan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tida sesuai dengan fungsi ruangan berakibat pada tidak berjalan dengan baik kegiatan yang ada. Ruang dengan cahaya yang sedikit menyebabkan ruang tersebut menjadi gelap dan dingin. Pencahayaan yang terlalu terang akan meyebabkan silau dan kurang baik bagi mata. Kenyamanan berada pada suatu ruangan dapat diciptakan dari kualitas pencahayaan dalam ruangan tersebut. Untuk memperoleh kenyamanan visual dalam ruangan,pencahayaan dapat dirancang untuk menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik khusus dari sudut-sudut ruang. Isu yang berkembang tentang pembahasan pencahayaan alami menyatakan bahwa kualitas pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kualitas pencahayaan alami yang baik juga pengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah datangnya sinar matahari
  • 4. Page15 B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : a. mengetahui pengaruh letak bukaan pencahayaan alami terhadap kulaitas pencahayaan kamar tidur. b. Mengetahui kondisi intensitas pencahayaan di dalam kamar tidur. C. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik dalam disiplin ilmu arsitektur maupun disiplin ilmu pasti yang lainnya, yang bertujuan untuk mengetahui tentang pemanfaatan pencahayaan alami dalam bentuk kualitas visual ruang kamar tidur
  • 5. Page15 BAB II DASAR TEORI A. DEFINISI Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagi cahaya yang masuk kedalam ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk kedalam ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu dengan menggunakan “shading” . Shading dimaksud sebagai penyaring cahaya yang masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas pencahayaan pada ruangan yang diinginkan. B. Tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung 1. Ruang lingkup. 1.1 Standar,tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung di dalam merancang sistem pencahayaan alami siang hari, dan bertujuan agar diperoleh sistem pencahayaan alami siang hari yang sesuai dengan syarat kesehatan, kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku. 1.2 Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan alami siang hari dalam bangunan gedung. 2. Acuan. a. SNI. No. 03-2396-1991 : Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari untuk rumah dan gedung. b. Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften, 1951, Deel 11, “Dagverlichting Van Woningen (NBG II 1951).
  • 6. Page15 c. Hopkinson (et.al), 1966, Daylighting, London. d. Adhiwiyogo. M.U, 1969 ; Selection of the Design Sky for Indonesia based on the Illumination Climate of Bandung. Symposium of Enviromental Physics as Applied to Building in the Tropics. 3. Istilah dan definisi. 3.1 bidang lubang cahaya efektif. bidang vertikal sebelah dalam dari lubang cahaya. 3.2 faktor langit ( fl ) angka karakteristik yang digunakan sebagai ukuran keadaan pencahayaan alami siang hari diberbagai tempat dalam suatu ruangan. 3.3 langit perancangan langit dalam keadaan yang ditetapkan dan dijadikan dasar untuk perhitungan. 3.4 lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur bagian dari bidang lubang cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat langit. 3.5 terang langit sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat pencahayaan alami siang hari. 3.6 titik ukur titik di dalam ruangan yang keadaan pencahayaannya dipilih sebagai indikator untuk keadaan pencahayaan seluruh ruangan. 4. Kriteria Perancangan 4.1 Ketentuan Dasar. 4.1.1 Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila :
  • 7. Page15 a. pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat, terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan. b. distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan kontras yang mengganggu. 4.1.2 Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang. Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama. Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami pada bidang datar di lapangan terbuka ditentukan oleh : a. hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya. b. ukuran dan posisi lubang cahaya. c. distribusi terang langit. d. bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur. 1) Faktor pencahayaan alami siang hari Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan tersebut. 2) Komponen langit (faktor langit-fl); yakni komponen pencahayaan langsung dari cahaya langit
  • 8. Page15                                   +             + −      ×= 22 1 arctan 1 1 arctan 2 1 D H D L D HD L fl π Keterangan: L : Lebar Lubang Cahaya Efektif H : Tinggi Lubang Cahaya Efektif D : Jarak Titik Ukur Ke Lubang Cahaya Gambar 1. Komponen langit 3) Titik Ukur:  Titik ukur diambil pada suatu bidang datar yang letaknya pada tinggi 0,75 meter di atas lantai. Bidang datar tersebut disebut bidang kerja
  • 9. Page15 Gambar 2. Titik ukur  Untuk menjamin tercapainya suatu keadaan pencahayaan yang cukup memuaskan, maka Faktor Langit (fl) titik ukur tersebut harus memenuhi suatu nilai minimum tertentu yang ditetapkan menurut fungsi dan ukuran ruangannya  Dalam perhitungan digunakan 2 (dua) jenis titik ukur, yaoitu: 1) titik ukur utama (TUU), diambil pada tengah-tengah antar kedua dinding samping, yang berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif 2) titik ukur samping (TUS), diambil pada jarak 0,50 meter dari dinding samping, yang juga berada pada jarak 1/3 d dari bidang lubang cahaya efektif, dengan d adalah ukuran kedalaman ruangan, diukur dari mulai bidang lubang cahaya efektif hingga pada dinding seberangnya, atau hingga pada “bidang” batas dalam ruangan yang hendak dihitung pencahayaannya itu
  • 10. Page15 Gambar 3. Penjelasan Jarak d  Jarak ”d” pada dinding tidak sejajar Apabila kedua dinding yang berhadapan tidak sejajar, maka untuk d diambil jarak di tengah antara kedua dinding samping tadi, atau diambil jarak rata-ratanya  Ketentuan jarak ”1/3 d” minimum Untuk ruang dengan ukuran d sama dengan atau kurang dari pada 6 meter, maka ketentuan jarak 1/3.d diganti dengan jarak minimum 2 meter  Bila suatu ruangan mendapatkan pencahayaan dari langit melalui lubang- lubang cahaya di beberapa dinding, maka masing-masing dinding ini mempunyai bidang lubang cahaya efektifnya sendiri-sendiri
  • 11. Page15 Gambar 4. Denah ruangan 4) Klasifikasi Kualitas Pencahayaan: Klasifikasi kualitas pencahayaan adalah sebagai berikut : 1) Kualitas A : kerja halus sekali, pekerjaan secara cermat terus menerus, seperti menggambar detil, menggravir, menjahit kain warna gelap, dan sebagainya. 2) Kualitas B : kerja halus, pekerjaan cermat tidak secara intensif terus menerus, seperti menulis, membaca, membuat alat atau merakit komponen-komponen kecil, dan sebagainya. 3) Kualitas C : kerja sedang, pekerjaan tanpa konsentrasi yang besar dari si pelaku, seperti pekerjaan kayu, merakit suku cadang yang agak besar, dan sebagainya. 4) Kualitas D : kerja kasar, pekerjaan dimana hanya detil-detil yang besar harus dikenal, seperti pada gudang, lorong lalu lintas orang, dan sebagainya Faktor yang mempengaruhi kualitas penerangan : perbandingan luas lubang cahaya dan luas lantai, bentuk dan letak lubang cahaya, refleksi cahaya didalam ruangan. Untuk meningkatkan kualitas penerangan alami siang hari didalam ruangan, hendaknya ruangan menerima cahaya lebih dari satu arah. Kasa nyamuk dapat mengurangi cahaya masuk 15%.
  • 12. Page15 5). Persyaratan Faktor Langit Dalam Ruangan: a) Nilai faktor langit (fl) dari suatu titik ukur dalam ruangan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) sekurang-kurangnya memenuhi nilai-nilai faktor langit minimum (flmin) yang tertera pada Tabel 1, 2 dan 3, dan dipilih menurut klasifikasi kualitas pencahayaan yang dikehendaki dan dirancang untuk bangunan tersebut. 2) nilai flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam BANGUNAN UMUM untuk TUUnya, adalah seperti tertera pada tabel 1; dimana d adalah jarak antara bidang lubang cahaya efektif ke dinding di seberangnya, dinyatakan dalam meter. Faktor langit minimum untuk TUS nilainya diambil 40% dari flmin untuk TUU dan tidak boleh kurang dari 0,10 d Tabel 1 : Nilai Faktor langit untuk bangunan umum Klasifikasi Pencahayaan Flmin TUU A 0,45 d B 0,35 d C 0,25 d D 0,15 d Tabel 2 : Nilai Faktor langit untuk bangunan sekolah JENIS RUANGAN Flmin TUU Flmin TUS Ruang kelas biasa 0,35 d 0,20 d Ruang kelas khusus 0,45 d 0,20 d Laboratorium 0,35 d 0,20 d Bengkel Kayu / Besi 0,25 d 0,20 d Ruang Olahraga 0,25 d 0,20 d Kantor 0,35 d 0,15 d
  • 13. Page15 Dapur 0,20 d 0,20 d 3) nilai dari flmin dalam prosen untuk ruangan-ruangan dalam bangunan sekolah, adalah seperti pada tabel 2; Untuk ruangan-ruangan kelas biasa, kelas khusus dan laboratorium dimana dipergunakan papan tulis sebagai alat penjelasan, maka flmin pada tempat 1/3 d di papan tulis pada tinggi 1,20 m , ditetapkan sama dengan flmin = 50% TUU 4) nilai dari flmin dalam prosentase untuk ruangan-ruangan dalam bangunan tempat tinggal seperti pada tabel 3 Tabel 3 : Nilai Faktor langit Bangunan Tempat Tinggal JENIS RUANGAN Flmin TUU Flmin TUS Ruang Tinggal 0,35 d 0,16 d Ruang Kerja 0,35 d 0,16 d Kamar Tidur 0,18 d 0,05 d Dapur 0,20 d 0,20 d 5) untuk ruangan-ruangan lain yang tidak khusus disebut dalam tabel ini dapat diperlakukan ketentuan-ketentuan dalam tabel 1 BAB III PEMBAHASAN: 1. Ruang kamar kualitas pencahayaannya dikategorikan pada kualitas B (RSNI 03-2369-2001 )
  • 14. Page15 2. Lubang cahaya diukur diluar kusen ( ukuran kotor dari lubang cahaya ) 3. Kusen pada lubang cahaya (jendela) diabaikan 4. Pengukuran ruang kamar dihitung hanya pada bagian dalam ruangan tanpa menghitung as bangunan dan Ukuran dimensi ruang kamar dianggap sama 5. Ruang kamar yang dijadikan sampel adalah ruang yang berada pada satu arah garis vertikal 6. Tinggi kamar yaitu 3 m Alat ukur yang digunakan dalam pengukuran ruangan ( panjang ,lebar dan tinggi ruang maupun ukuran lubang cahaya ) adalah meteran A. Perhitungan faktor langit pada ruangan kamar ( Fl ) Sebelum menghitung faktor langit terlebih dahulu mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan perhitungan faktor langit ini yaitu,ukuran ruangan kamar ( panjang ,lebar ,tinggi serta ukuran lubang cahaya ),letak lubang cahaya dari sampel ruangan di tiap lantainya. Berdsarkan tabel 1 pada RSNI 03-2369-2001 faktor pencahayaan siang hari minimum yang diperlukan adalah sebagai berikut : flmin TUU = 0,35 d = 0,35 . 4,90 = 1,715 % Pada hasil pengukuran didapatkan data-data sebagai berikut:  Panjang ruangan 4,90 m  Lebar ruangan 3.90 m  Tinggi ruangan 3 m  Letak lubang cahaya berada pada posisi lebarnya ( 3,90 m )
  • 15. Page15  Nilai d 4,90 m Berdasarkan data di atas maka dapat dihitung faktor langitnya ,yaitu sebagai berikut .Menghitung titik ukur ; nilai D yaitu : ⅓ d = ⅓ . 4,90 m = 1,633 m , ½ l = ½ . 3.90 m = 1,95 m,dan 0,75 dari muka lantai. D = 2 m ( ketentuan RSNI Dmin ≤ 2 m ) Gambar 1.denah ruang kamar gambar 2. lay out lubang cahaya Berdasarkan gambar layout diatas dapat dihitung faktor langit (Fl) dengan rumus : Maka Fltotal = (FlHICF + FLHFDG ) - ( FLHIBE + FLHEAG ) Perhitungan faktor langit untuk FlHICF Nilai L = 1,18 m,nilai H =1,65 m dan nilai D = 2 m FlHICF = 2,8 % Perhitungan faktor langit untuk FlHFDG Nilai L = 1,47 m,nilai H =1,65 m dan nilai D = 2 m
  • 16. Page15 FlHFDG = 3 % Perhitungan faktor langit untuk FlHIBE Nilai L = 1,18 m,nilai H =0,05 m dan nilai D = 2 m FlHIBE = 0,00012 % FlHEAG = 0,00014 % Maka Fltotal = (FlHICF + FLHFDG ) - ( FLHIBE + FLHEAG ) Maka Fltotal = (2,8 % + 3 % ) - ( 0,00012 + 0,00014 ) Maka Fltotal = 5,79794 % Jadi ,faktor langit pada ruang kamar saya 5,8 % dan lebih besar dari ( ≥ ) Fl min = 1,715 %
  • 17. Page15 BAB IV PENUTUP I. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa ; 1) Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda penerang alam seperti matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang ruang. Karena berasal dari alam, cahaya alami bersifat tidak menentu, tergantung pada iklim, musim, dan cuaca. Diantara seluruh sumber cahaya alami, matahari memiliki kuat sinar yang paling besar sehingga keberadaanya sangat bermanfaat dalam penerangan dalam ruang. 2) Faktor langit adalah kualitas pencahayaan dari suatu ruangan. berdasarkan hasil perhitungan faktor langit di dalam kamar. 3) Perletakan lubang pencahayaan sangat berpengaruh terhadap kualitas pencahayaan alami dari suatu ruangan. Hal ini juga disesuaikan dengan fungsi dari suatu ruangan. II. SARAN Adapun saran yang dapat penulis berikan adalah ;  Sebaiknya perletakkan lubang cahaya disesuaikan dengan fungsi dari ruangan untuk mendapatkan kualitas pencahayaan yang maksimal  Jika pencahayaan alami menggangu atau mengakibatkan silau yang berlebihan maka dapat digunakan bahan yang dapat mengurangi / mereduksi cahaya . Contoh : kain gorden,kasa dll.