SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 3
Descargar para leer sin conexión
DEMOKRASI BIANGB KORUPSI 
Korupsi tidak berdiri, ini kan semacam arisan. Karena semua kan berkoalisi. Sebab, hujannyakan merata, kecuali 
kalau s endiri,” kata Marzuki Alie (04/02/2013) di Jakarta. 
Pernyataan Marzuki dilontarkan setelah kian panasnya kasus korupsi di Tanah Air yang melibatkan elit-elit parpol 
yang berkoalisi dalam Setgab (Sekretariat Gabungan). Semua parpol yang bernaung di bawahnya terjerat kasus 
korupsi. Itulah sebabnya, elit parpol Demokrat sekaligus Ketua DPR RI ini menganalogikannya den gan ‘hujan yang 
merata’. Semua melakukan. Semua dis eret ke pengadilan. 
Meratanya korupsi di parpol-parpol besar juga ditunjukkan dari data Sekretaris Kabinet Dipo Alam yang menunjukkan 
sepanjang 2004-2011 Presiden menerima permohonan izin pemeriksaan ratus an pejabat negara dari parpol dalam 
perkara korupsi. Dari jumlah itu, Partai Golkar bertengger di urutan teratas dengan 64 orang, disusul PDIP (32) dan 
Demokrat (20). Itu belum termasuk kasus yang bertebaran selama 2012 hingga awal 2013 ini. Jadi, memang s ulit 
untuk membantah pernyataan Marzuki di atas. 
Kian besarnya bola korupsi di negeri ini merupakan gambaran rapuhnya pemerintahan digerogoti korupsi. Seperti 
kata pepatah: ikan membusuk dari kepalanya. Korupsi banyak dilakukan elit parpol dan pemerintahan . Kementerian 
Dalam Negeri mencatat sejak 2004 hingga Juli 2012 ada ribuan pejabat daerah yang terlibat korupsi. Mereka mulai 
dari gubernur, walikota, bupati hingga anggota dewan perwakilan rakyat daerah. 
Sepanjang kurun waktu itu ada 277 gubernur yang terjerat korupsi. Di tingkat kabupaten dan kota dari total 16.267 
kepala daerah, ada 2.553 yang terlibat kasus. Menurut Dirjen Otonomi Daerah Djohermansyah Djohan, itu belum 
meliputi bawahan mereka yang kongkalikong melakukan kejahatan tersebut. Secara umum, menurut Djohan, 
minimal ada lima bawahan yang terlibat kasus sama. Adapun jumlah anggota DPRD juga tidak kecil. Dari 2008 
jumlah anggota dewan di daerah, ada sekitar 431 yang terlibat korupsi. 
Tidak heran bila indeks korupsi RI tidak pernah membaik. Indeks tingkat korupsi di Indonesia dilaporkan naik dari 
peringkat 100 menjadi 118 pada 2012. Indikasinya, tindak pidana korupsi pun masih kerap terjadi. Tingkat korupsi 
tersebut merupakan laporan hasil survei lembaga Transparency Internasional (TI) yang berked udukan di Berlin, 
Jerman. Dari situs resmi TI, Indonesia dilaporkan mendapat nilai 32 dari 0 yang terkorup dan 100 merupakan negara 
terbersih. Survei tersebut dilakukan terhadap 176 negara di seluruh dunia. 
Praktik suap-menyuap juga makin sering terjadi di Indonesia. Transparency International meluncurkan bribe payer 
index tahun 2011. Hasilnya, menempatkan Indonesia sebagai peringkat keempat terbawah negara yang paling 
banyak melakukan suap dalam transaksi bisnis di luar negeri. 
Bribe payer index (BPI) merupakan hasil survei yang dilakukan secara berkala oleh Transparency International. Survei 
BPI dilakukan terhadap 28 negara yang secara kumulatif berperan signifikan terhadap perekonomian dunia, dengan 
total rasio foreign direct investment dan ekspor global sebesar 78 persen. 
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Luky Djani, di Jakarta, BPI 2011 
memotret praktik suap yang dilakukan pelaku usaha terhadap penyelenggara negara di luar negara domisili 
kelompok usaha tersebut. 
Demokrasi Biaya Tinggi 
Publik tidak bisa lagi membantah bahwa korupsi menjadi -jadi dalam sistem demokrasi. Ini bukan tudingan kosong 
tanpa bukti. Selain akibat sanksi pidana yang terbilang ringan (sebagai catatan, Angelina Sondakh yang menilep 
uang negara sebanyak 14,5 miliar hanya dihukum 4,5 tahun), korupsi di alam demokrasi diakibatkan oleh demokrasi 
yang memang berbiaya tinggi. Apalagi setelah muncul kebijakan Pilkada. 
Dirjen Otonomi Daerah Djohermansyah Djohan menyatakan korupsi di pemerintahan dan p arpol kian kencang 
setelah UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah diberlakukan. Ini menyebabkan biaya politik mendadak 
melonjak tinggi dibanding masa-masa sebelumnya. Melalui UU tersebut rakyat langsung memilih kepala daerahnya 
sendiri. Akibatnya, kebutuhan dana calon kepala daerah menjadi besar. 
Karena itu calon kepala daerah banyak yang bergerilya mencari dana kampanye. Dana itu bisa didapat dengan dua 
cara. Pertama: melalui sumbangan anggota mereka yang duduk di legislatif. Ini akan memaksa anggo ta dewan
menggelembungkan pundi-pundi kekayaan mereka dengan cara ilegal seperti korupsi, fee proyek atau mark 
up proyek, dsb. demi membiayai Pilkada jago dari parpol mereka. 
Kedua: menerima sumbangan dari broker-broker politik yang menginvestasikan uang mereka dalam Pilkada kepada 
calon-calon kepala daerah. Saat sang calon menjabat kepala daerah, mereka akhirnya terjerat rente dalam jumlah 
besar. Akhirnya, mereka tunduk pada kemauan para broker tersebut untuk memuluskan proyek-proyek bisnis 
mereka. Ambil contoh, dalam Pilkada Jawa Barat pada tahun 2013 ini setiap kandidat gubernur harus menyiapkan 
dana kampanye Rp 25 juta untuk tiap desa. Di Jawa Barat ada 5.953 desa. Bila seluruh desa itu disambangi setiap 
calon gubernur Jawa Barat maka dibutuhkan dana sekitar Rp 175-350 miliar. Jelas tidak mungkin dana sebesar itu 
didapat dengan hanya mengandalkan sumbangan kader parpol atau simpatisan mereka. 
Kongkalikong yang sudah nyata secara hukum adalah yang dilakukan Pengusaha Siti Hartati Tjakra Murdaya dalam 
kasus dugaan suap kepada Bupati Buol, Amran Batalipu. Perkara ini terkait dengan pengurusan hak guna lahan 
kelapa sawit perusahaan milik Hartati, yang membuka lahan baru di kawasan Bukal, Kabupaten Buol, Sulawesi 
Tengah. Hartati diduga membuat kesepakatan dalam penerbitan hak guna lahan seluas 70 ribu hektare di Bukal. 
Menjelang Pemilu 2014 diperkirakan korupsi dan praktik suap oleh kader parpol diperkirakan akan semakin tinggi 
intensitasnya. KPU mengiyakan bahwa godaan finansial akan semakin besar menjelang pe rhelatan akbar di negeri 
ini. KPU mengungkapkan ada sejumlah petinggi parpol yang berusaha melobi sejumlah komisioner KPU agar 
meloloskan parpolnya saat verifikasi parpol peserta pemilu berlangsung. 
“Nanti ada tahapan pencalegan. Itu ada caleg -caleg yang tidak memenuhi syarat, menggoda komisioner atau 
menggoda sekretariat. Nanti juga pada perhitungan, itu rentan digoda lagi. Kemudian pengalokasian kursi, 
penetapan calon terpilih itu adalah zona-zona yang rentan dalam pros es Pemilu ini,” terang Sigit Pamungkas yang 
merupakan Komisioner KPU. 
Dilegitimasi 
Untuk mencegah terus ambruknya sistem demokrasi, para politisi dan pemerintah berupaya meminimalisasi 
terjadinya penyanderaan parpol oleh broker atau investor politik. Caranya adalah dengan mengatur besaran da na 
sumbangan kepada parpol. Dengan adanya aturan tersebut maka diharapkan parpol akan tetap independen, tidak 
terkooptasi para donaturnya. 
Namun, dalam kenyataannya, DPR justru menjadikan celah kolusi dengan para broker politik kian lebar. Dalam UU 
No 51 Tahun 2010 Tentang Parpol yang disahkan oleh DPR, disebutkan sumbangan dana Parpol dari satu 
pengusaha maksimal Rp 7,5 miliar pertahun anggaran. Angka itu meningkat hingga Rp 3 miliar jika dibandingkan 
dengan UU Parpol sebelumnya, yakni maksimal Rp 4,5 miliar. Alasannya, kenaikan plafon sumbangan akan 
mengamankan parpol dari mencari dana ilegal, dengan syarat, sumbangan tersebut dilakukan secara transparan. 
Argumen itu sulit diterima logika. Dengan menaikkan nilai sumbangan maka parpol dalam sistem demokrasi hanya 
akan menjadi ‘kuda troya politik’ yang akan diis i oleh kalangan politis i oportunis dan pebis nis pemburu rente. 
Kalangan seperti inilah yang akan mengisi pemerintahan dan parlemen. Tidak mengherankan bila kemudian tidak 
ada satu pun peraturan yang dihasilkan parlemen yang benar-benar membela kepentingan rakyat. Hampir 
seluruhnya justru mengakomodasi keinginan para pengusaha. 
Lobi politik, suap dan korupsi adalah modus sama di setiap negara demokrasi. Amerika Serikat yang sudah 
menerapkan demokrasi selama lebih 200 tahun lebih dulu berada dalam pengaruh lobi para pengusaha kakap 
ataupun kelompok-kelompok lain yang berpengaruh. Akan tetapi, lobi, suap dan korupsi yang dilakukan pengusaha 
dan penguasa AS dilakukan dengan halus dan tak tampak oleh kebanyakan orang. 
Pada tahun 2010, industri tembakau menghabiskan dana sebesar 16.6 juta US$ untuk melobi Kongres. Industri 
rokok raksasa seperti Philip Morris, R. J. Reynolds Tobacco Company, and Lorillard Tobacco Co mempelopori lobi 
tersebut. Mereka bahkan ikut mensponsori regulasi tembakau di AS. Sebagian dari dana itu dipakai anggota Kongres 
dalam Pemilu mereka. Tujuannya agar pemerintah tidak terlalu ketat dalam menerapkan regulasi tembakau. 
Lobi ini membuat pemerintah AS bersikap mendua dalam keputusan regulasi tembakau. Di satu sisi mereka 
mengakomodasi tekanan publik agar dilakukan pembatasan peredaran rokok, tetapi mereka juga tidak mau 
kehilangan income dari industri tembakau yang berkontribusi 27 juta US$ pertahun.
New York Times edisi 9 Juni tahun lalu juga menurunkan bukti telah terjadi kolusi antara pemerintah Obama dengan 
perusahaan-perusahaan farmasi di AS seperti Big Pharma yang dilakukan pada tahun 2009. Dari bocoran email 
diketahui bahwa Obama menyetujui permintaan perusahaan-perusahaan farmasi tersebut untuk tidak menurunkan 
harga obat-obatan. Sebagai imbal baliknya, industri farmasi akan memberikan dana hingga 80 juta US$ untuk 
membantu program kesehatan pemerintah yang dinamakan Obamacare. 
Pemerintah AS juga selalu setengah hati menerima desakan warganya dalam soal pembatasan peredaran senjata 
berapi. Hal ini karena kuatnya lobi NRA (National Rifle Association) terhadap Gedung Putih dan Kongres. Rencana 
Pemerintah Obama mengetatkan distribusi senjata pasca sejumlah insiden penembakan tahun lalu m endapat 
tentangan keras dari NRA. Ini tak lepas dari upaya mereka menyelamatkan produksi senjata di AS yang bernilai 11 
miliar US dolar pertahun. Padahal mayoritas rakyat AS menginginkan pengetatan penjualan senjata setelah 
berulangkali terjadi insiden penembakan yang dilakukan warga sipil. 
Ralph Nader seorang politisi dan penulis buku terkemuka di AS berkomentar tentang besarnya pengaruh lobi 
pengusaha terhadap pemerintahnya. Ia mengatakan, “Corporations have taken over the government and turned it against 
its own people.” 
Bukan untuk Rakyat 
Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16 memberikan penjelasan tentang demokrasi sebagaigovernment of people, by the 
people, for the people. Kredo inilah yang membuat orang demikian memuja demokrasi karena dianggap mampu 
memuaskan aspirasi seluruh masyarakat. 
Akan tetapi, perjalanan sejarah membuktikan bahwa demokrasi hanyalah mainan bagi parpol dan kaum kapitalis. 
Profesor Sosiologi Universitas Colombia C. Wright Mills memberikan antitesis terhadap pernyataan Lincoln. 
Demokrasi tidak pernah benar-benar memihak rakyat. Menurut dia, struktur masyarakat demokrasi terbagi menjadi 
tiga level. Yang paling bawah adalah rakyat jelata yang tidak berdaya, tidak terorganisir, terbelah dan dimanipulasi 
oleh media massa untuk mempercayai demokrasi sebagai sistem terbaik. Pada bagian di atasnya adalah 
Kongres/DPR, partai politik dan kelompok politik atau yang disebut sebagai pemimpin politik. Posisi paling puncak 
adalah yang dis ebut oleh Mills s ebagai ‘ the power elite’ yang terdiri atas militer, pemerintah dan perusahaan-perusahaan 
besar. Kelompok inilah yang memainkan peranan penting dalam sebuah negara. Mills mengatakan, 
pemerintah dapat memperkuat militer dan para pengusaha dengan kebijakan mereka. Adapun pengusaha akan 
menggelontorkan uang untuk membantu kampanye politik mereka. 
Alhasil, berharap bahwa demokrasi akan memenuhi aspirasi rakyat banyak dan mensejahterakan mereka ibarat 
pungguk merindukan rembulan; angan-angan kosong yang jauh dari realita. Demokrasi hanya manis dalam teori, 
tetapi busuk dalam praktik. Perjalanan sejarah bangsa ini telah memberikan pelajaran bahwa demokrasi tak kunjung 
menuntaskan cita-cita rakyat. Sudah saatnya kita mencampakkan sistem ini dan berpaling kepada sistem yang 
datang dari Al-Khaliq. Dialah Yang menciptakan manusia dan pastinya paling tahu kebutuhan manusia, yakni syariah 
Islam. [Iwan Januar; Lajnah Siyasiyah DPP HTI]

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...Rudy Harland
 
Analisa korupsi di indonesia
Analisa korupsi di indonesiaAnalisa korupsi di indonesia
Analisa korupsi di indonesiaBunda Violyn
 
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMakalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMuhammad Iqbal
 
Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011
Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011
Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011samueltc
 
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...Idik Saeful Bahri
 
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan TerbelahPublik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan TerbelahReza Yunanto
 
Laporan Ilmiah Kasus Korupsi E-KTP
Laporan Ilmiah Kasus Korupsi E-KTPLaporan Ilmiah Kasus Korupsi E-KTP
Laporan Ilmiah Kasus Korupsi E-KTPyaumilannisa
 
Materi 8 pemberantasan korupsi_negara_lain 2010_
Materi 8 pemberantasan korupsi_negara_lain 2010_Materi 8 pemberantasan korupsi_negara_lain 2010_
Materi 8 pemberantasan korupsi_negara_lain 2010_Fathur Rohman
 
Pemberantasan Korupsi di Korsel
Pemberantasan Korupsi di KorselPemberantasan Korupsi di Korsel
Pemberantasan Korupsi di KorselM Arief Fakhruddin
 
PRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADAPRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADAHISHNUL180695
 
Monitoring Pengaduan Dugaan Korupsi Ke KPK Periode Desember 2011 - Agustus 2014
Monitoring Pengaduan Dugaan Korupsi Ke KPK Periode Desember 2011 - Agustus 2014Monitoring Pengaduan Dugaan Korupsi Ke KPK Periode Desember 2011 - Agustus 2014
Monitoring Pengaduan Dugaan Korupsi Ke KPK Periode Desember 2011 - Agustus 2014Indonesia Media Monitoring Center (IMMC)
 

La actualidad más candente (14)

BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
BE & GG, Rudy Harland Seniang Sakti, Prof. Dr. Hapzi Ali, MM, Corruption and ...
 
Analisa korupsi di indonesia
Analisa korupsi di indonesiaAnalisa korupsi di indonesia
Analisa korupsi di indonesia
 
Krisis oh Krisis
Krisis oh KrisisKrisis oh Krisis
Krisis oh Krisis
 
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunanMakalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
Makalah kasus korupsi penggelapan pajak gayus tambunan
 
Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011
Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011
Tren Penegakan Hukum Kasus Korupsi 2011
 
Fenomena pilkada
Fenomena pilkadaFenomena pilkada
Fenomena pilkada
 
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
Pendidikan anti korupsi - Hubungan faktor penyebab korupsi dan dampak korupsi...
 
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan TerbelahPublik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
 
Laporan Ilmiah Kasus Korupsi E-KTP
Laporan Ilmiah Kasus Korupsi E-KTPLaporan Ilmiah Kasus Korupsi E-KTP
Laporan Ilmiah Kasus Korupsi E-KTP
 
Materi 8 pemberantasan korupsi_negara_lain 2010_
Materi 8 pemberantasan korupsi_negara_lain 2010_Materi 8 pemberantasan korupsi_negara_lain 2010_
Materi 8 pemberantasan korupsi_negara_lain 2010_
 
Pemberantasan Korupsi di Korsel
Pemberantasan Korupsi di KorselPemberantasan Korupsi di Korsel
Pemberantasan Korupsi di Korsel
 
PRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADAPRO KONTRA UU PILKADA
PRO KONTRA UU PILKADA
 
Monitoring Pengaduan Dugaan Korupsi Ke KPK Periode Desember 2011 - Agustus 2014
Monitoring Pengaduan Dugaan Korupsi Ke KPK Periode Desember 2011 - Agustus 2014Monitoring Pengaduan Dugaan Korupsi Ke KPK Periode Desember 2011 - Agustus 2014
Monitoring Pengaduan Dugaan Korupsi Ke KPK Periode Desember 2011 - Agustus 2014
 
Makalah pemilu
Makalah pemiluMakalah pemilu
Makalah pemilu
 

Destacado

Книжные выставки 2013 г.
Книжные выставки 2013 г.Книжные выставки 2013 г.
Книжные выставки 2013 г.PS11011010
 
презентация цпи
презентация цпипрезентация цпи
презентация цпиPS11011010
 
Презентация журалы
Презентация журалыПрезентация журалы
Презентация журалыPS11011010
 

Destacado (9)

Книжные выставки 2013 г.
Книжные выставки 2013 г.Книжные выставки 2013 г.
Книжные выставки 2013 г.
 
20140530資料
20140530資料20140530資料
20140530資料
 
презентация цпи
презентация цпипрезентация цпи
презентация цпи
 
Taqorrub ilallah
Taqorrub ilallahTaqorrub ilallah
Taqorrub ilallah
 
Презентация журалы
Презентация журалыПрезентация журалы
Презентация журалы
 
Slums
SlumsSlums
Slums
 
Brosur smpit 2013 2014
Brosur smpit 2013 2014Brosur smpit 2013 2014
Brosur smpit 2013 2014
 
Data analysis copy
Data analysis   copyData analysis   copy
Data analysis copy
 
platinum
 platinum  platinum
platinum
 

Similar a DEMOKRASI KORUPSI

Mahalnya biaya capres
Mahalnya biaya capresMahalnya biaya capres
Mahalnya biaya capresRizky Faisal
 
Siapa Butuh Negara Demokrasi (Who Needs Democratic State)
Siapa Butuh Negara Demokrasi   (Who Needs Democratic State)Siapa Butuh Negara Demokrasi   (Who Needs Democratic State)
Siapa Butuh Negara Demokrasi (Who Needs Democratic State)Alat_Survey_Pemetaan
 
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxpenanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxHRLEGALERGYORBINTANE
 
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...Tri Widodo W. UTOMO
 
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosAndy Susanto
 
Tugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbiantiTugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbiantiRoad Hog
 
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JNDmelisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND04JusufObajaArchened
 
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...siti muliawati
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Materi 5 dampak korupsi 2010
Materi 5 dampak korupsi 2010Materi 5 dampak korupsi 2010
Materi 5 dampak korupsi 2010Fathur Rohman
 
Bahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiBahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiAzinuddin Haq
 
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)vien hadiriyani
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiDini Islamiana
 
Uu melayani pemilik modal, bukan rakyat
Uu   melayani pemilik modal, bukan rakyatUu   melayani pemilik modal, bukan rakyat
Uu melayani pemilik modal, bukan rakyatRizky Faisal
 
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)vien hadiriyani
 
Anti Korupsi_Bapelkes Mataram.pptx
Anti Korupsi_Bapelkes Mataram.pptxAnti Korupsi_Bapelkes Mataram.pptx
Anti Korupsi_Bapelkes Mataram.pptxFahmiTgh
 
Musni Umar: Poligami dan Korupsi
Musni Umar: Poligami dan Korupsi Musni Umar: Poligami dan Korupsi
Musni Umar: Poligami dan Korupsi musniumar
 
Sistem membuat “gila” !
Sistem membuat “gila” !Sistem membuat “gila” !
Sistem membuat “gila” !Rizky Faisal
 

Similar a DEMOKRASI KORUPSI (20)

Mahalnya biaya capres
Mahalnya biaya capresMahalnya biaya capres
Mahalnya biaya capres
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
DASAR2 ILMU POLITIK.pptx
DASAR2 ILMU POLITIK.pptxDASAR2 ILMU POLITIK.pptx
DASAR2 ILMU POLITIK.pptx
 
Siapa Butuh Negara Demokrasi (Who Needs Democratic State)
Siapa Butuh Negara Demokrasi   (Who Needs Democratic State)Siapa Butuh Negara Demokrasi   (Who Needs Democratic State)
Siapa Butuh Negara Demokrasi (Who Needs Democratic State)
 
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docxpenanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
penanggulangan money laundring perkara korupsi.docx
 
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
Pilkada Langsung: Antara Tuntutan Efektivitas Pemerintahan Daerah dan Harapan...
 
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansosProposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
Proposal Skripsi Penegakan Hukum TP korupsi dana bansos
 
Tugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbiantiTugas powerpoint seppty warbianti
Tugas powerpoint seppty warbianti
 
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JNDmelisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
melisafd,+309-329+Donal.pdfkjncADJCl;JND
 
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Corruption and Frau...
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Materi 5 dampak korupsi 2010
Materi 5 dampak korupsi 2010Materi 5 dampak korupsi 2010
Materi 5 dampak korupsi 2010
 
Bahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiBahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten Korupsi
 
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas kelompok akuntansi pemerintah (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
 
Upaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan KorupsiUpaya Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi
 
Uu melayani pemilik modal, bukan rakyat
Uu   melayani pemilik modal, bukan rakyatUu   melayani pemilik modal, bukan rakyat
Uu melayani pemilik modal, bukan rakyat
 
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
Tugas akuntansi pemerintahan (kasus suap dan korupsi Bupati Jambi)
 
Anti Korupsi_Bapelkes Mataram.pptx
Anti Korupsi_Bapelkes Mataram.pptxAnti Korupsi_Bapelkes Mataram.pptx
Anti Korupsi_Bapelkes Mataram.pptx
 
Musni Umar: Poligami dan Korupsi
Musni Umar: Poligami dan Korupsi Musni Umar: Poligami dan Korupsi
Musni Umar: Poligami dan Korupsi
 
Sistem membuat “gila” !
Sistem membuat “gila” !Sistem membuat “gila” !
Sistem membuat “gila” !
 

DEMOKRASI KORUPSI

  • 1. DEMOKRASI BIANGB KORUPSI Korupsi tidak berdiri, ini kan semacam arisan. Karena semua kan berkoalisi. Sebab, hujannyakan merata, kecuali kalau s endiri,” kata Marzuki Alie (04/02/2013) di Jakarta. Pernyataan Marzuki dilontarkan setelah kian panasnya kasus korupsi di Tanah Air yang melibatkan elit-elit parpol yang berkoalisi dalam Setgab (Sekretariat Gabungan). Semua parpol yang bernaung di bawahnya terjerat kasus korupsi. Itulah sebabnya, elit parpol Demokrat sekaligus Ketua DPR RI ini menganalogikannya den gan ‘hujan yang merata’. Semua melakukan. Semua dis eret ke pengadilan. Meratanya korupsi di parpol-parpol besar juga ditunjukkan dari data Sekretaris Kabinet Dipo Alam yang menunjukkan sepanjang 2004-2011 Presiden menerima permohonan izin pemeriksaan ratus an pejabat negara dari parpol dalam perkara korupsi. Dari jumlah itu, Partai Golkar bertengger di urutan teratas dengan 64 orang, disusul PDIP (32) dan Demokrat (20). Itu belum termasuk kasus yang bertebaran selama 2012 hingga awal 2013 ini. Jadi, memang s ulit untuk membantah pernyataan Marzuki di atas. Kian besarnya bola korupsi di negeri ini merupakan gambaran rapuhnya pemerintahan digerogoti korupsi. Seperti kata pepatah: ikan membusuk dari kepalanya. Korupsi banyak dilakukan elit parpol dan pemerintahan . Kementerian Dalam Negeri mencatat sejak 2004 hingga Juli 2012 ada ribuan pejabat daerah yang terlibat korupsi. Mereka mulai dari gubernur, walikota, bupati hingga anggota dewan perwakilan rakyat daerah. Sepanjang kurun waktu itu ada 277 gubernur yang terjerat korupsi. Di tingkat kabupaten dan kota dari total 16.267 kepala daerah, ada 2.553 yang terlibat kasus. Menurut Dirjen Otonomi Daerah Djohermansyah Djohan, itu belum meliputi bawahan mereka yang kongkalikong melakukan kejahatan tersebut. Secara umum, menurut Djohan, minimal ada lima bawahan yang terlibat kasus sama. Adapun jumlah anggota DPRD juga tidak kecil. Dari 2008 jumlah anggota dewan di daerah, ada sekitar 431 yang terlibat korupsi. Tidak heran bila indeks korupsi RI tidak pernah membaik. Indeks tingkat korupsi di Indonesia dilaporkan naik dari peringkat 100 menjadi 118 pada 2012. Indikasinya, tindak pidana korupsi pun masih kerap terjadi. Tingkat korupsi tersebut merupakan laporan hasil survei lembaga Transparency Internasional (TI) yang berked udukan di Berlin, Jerman. Dari situs resmi TI, Indonesia dilaporkan mendapat nilai 32 dari 0 yang terkorup dan 100 merupakan negara terbersih. Survei tersebut dilakukan terhadap 176 negara di seluruh dunia. Praktik suap-menyuap juga makin sering terjadi di Indonesia. Transparency International meluncurkan bribe payer index tahun 2011. Hasilnya, menempatkan Indonesia sebagai peringkat keempat terbawah negara yang paling banyak melakukan suap dalam transaksi bisnis di luar negeri. Bribe payer index (BPI) merupakan hasil survei yang dilakukan secara berkala oleh Transparency International. Survei BPI dilakukan terhadap 28 negara yang secara kumulatif berperan signifikan terhadap perekonomian dunia, dengan total rasio foreign direct investment dan ekspor global sebesar 78 persen. Menurut Wakil Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Luky Djani, di Jakarta, BPI 2011 memotret praktik suap yang dilakukan pelaku usaha terhadap penyelenggara negara di luar negara domisili kelompok usaha tersebut. Demokrasi Biaya Tinggi Publik tidak bisa lagi membantah bahwa korupsi menjadi -jadi dalam sistem demokrasi. Ini bukan tudingan kosong tanpa bukti. Selain akibat sanksi pidana yang terbilang ringan (sebagai catatan, Angelina Sondakh yang menilep uang negara sebanyak 14,5 miliar hanya dihukum 4,5 tahun), korupsi di alam demokrasi diakibatkan oleh demokrasi yang memang berbiaya tinggi. Apalagi setelah muncul kebijakan Pilkada. Dirjen Otonomi Daerah Djohermansyah Djohan menyatakan korupsi di pemerintahan dan p arpol kian kencang setelah UU No. 34 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah diberlakukan. Ini menyebabkan biaya politik mendadak melonjak tinggi dibanding masa-masa sebelumnya. Melalui UU tersebut rakyat langsung memilih kepala daerahnya sendiri. Akibatnya, kebutuhan dana calon kepala daerah menjadi besar. Karena itu calon kepala daerah banyak yang bergerilya mencari dana kampanye. Dana itu bisa didapat dengan dua cara. Pertama: melalui sumbangan anggota mereka yang duduk di legislatif. Ini akan memaksa anggo ta dewan
  • 2. menggelembungkan pundi-pundi kekayaan mereka dengan cara ilegal seperti korupsi, fee proyek atau mark up proyek, dsb. demi membiayai Pilkada jago dari parpol mereka. Kedua: menerima sumbangan dari broker-broker politik yang menginvestasikan uang mereka dalam Pilkada kepada calon-calon kepala daerah. Saat sang calon menjabat kepala daerah, mereka akhirnya terjerat rente dalam jumlah besar. Akhirnya, mereka tunduk pada kemauan para broker tersebut untuk memuluskan proyek-proyek bisnis mereka. Ambil contoh, dalam Pilkada Jawa Barat pada tahun 2013 ini setiap kandidat gubernur harus menyiapkan dana kampanye Rp 25 juta untuk tiap desa. Di Jawa Barat ada 5.953 desa. Bila seluruh desa itu disambangi setiap calon gubernur Jawa Barat maka dibutuhkan dana sekitar Rp 175-350 miliar. Jelas tidak mungkin dana sebesar itu didapat dengan hanya mengandalkan sumbangan kader parpol atau simpatisan mereka. Kongkalikong yang sudah nyata secara hukum adalah yang dilakukan Pengusaha Siti Hartati Tjakra Murdaya dalam kasus dugaan suap kepada Bupati Buol, Amran Batalipu. Perkara ini terkait dengan pengurusan hak guna lahan kelapa sawit perusahaan milik Hartati, yang membuka lahan baru di kawasan Bukal, Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah. Hartati diduga membuat kesepakatan dalam penerbitan hak guna lahan seluas 70 ribu hektare di Bukal. Menjelang Pemilu 2014 diperkirakan korupsi dan praktik suap oleh kader parpol diperkirakan akan semakin tinggi intensitasnya. KPU mengiyakan bahwa godaan finansial akan semakin besar menjelang pe rhelatan akbar di negeri ini. KPU mengungkapkan ada sejumlah petinggi parpol yang berusaha melobi sejumlah komisioner KPU agar meloloskan parpolnya saat verifikasi parpol peserta pemilu berlangsung. “Nanti ada tahapan pencalegan. Itu ada caleg -caleg yang tidak memenuhi syarat, menggoda komisioner atau menggoda sekretariat. Nanti juga pada perhitungan, itu rentan digoda lagi. Kemudian pengalokasian kursi, penetapan calon terpilih itu adalah zona-zona yang rentan dalam pros es Pemilu ini,” terang Sigit Pamungkas yang merupakan Komisioner KPU. Dilegitimasi Untuk mencegah terus ambruknya sistem demokrasi, para politisi dan pemerintah berupaya meminimalisasi terjadinya penyanderaan parpol oleh broker atau investor politik. Caranya adalah dengan mengatur besaran da na sumbangan kepada parpol. Dengan adanya aturan tersebut maka diharapkan parpol akan tetap independen, tidak terkooptasi para donaturnya. Namun, dalam kenyataannya, DPR justru menjadikan celah kolusi dengan para broker politik kian lebar. Dalam UU No 51 Tahun 2010 Tentang Parpol yang disahkan oleh DPR, disebutkan sumbangan dana Parpol dari satu pengusaha maksimal Rp 7,5 miliar pertahun anggaran. Angka itu meningkat hingga Rp 3 miliar jika dibandingkan dengan UU Parpol sebelumnya, yakni maksimal Rp 4,5 miliar. Alasannya, kenaikan plafon sumbangan akan mengamankan parpol dari mencari dana ilegal, dengan syarat, sumbangan tersebut dilakukan secara transparan. Argumen itu sulit diterima logika. Dengan menaikkan nilai sumbangan maka parpol dalam sistem demokrasi hanya akan menjadi ‘kuda troya politik’ yang akan diis i oleh kalangan politis i oportunis dan pebis nis pemburu rente. Kalangan seperti inilah yang akan mengisi pemerintahan dan parlemen. Tidak mengherankan bila kemudian tidak ada satu pun peraturan yang dihasilkan parlemen yang benar-benar membela kepentingan rakyat. Hampir seluruhnya justru mengakomodasi keinginan para pengusaha. Lobi politik, suap dan korupsi adalah modus sama di setiap negara demokrasi. Amerika Serikat yang sudah menerapkan demokrasi selama lebih 200 tahun lebih dulu berada dalam pengaruh lobi para pengusaha kakap ataupun kelompok-kelompok lain yang berpengaruh. Akan tetapi, lobi, suap dan korupsi yang dilakukan pengusaha dan penguasa AS dilakukan dengan halus dan tak tampak oleh kebanyakan orang. Pada tahun 2010, industri tembakau menghabiskan dana sebesar 16.6 juta US$ untuk melobi Kongres. Industri rokok raksasa seperti Philip Morris, R. J. Reynolds Tobacco Company, and Lorillard Tobacco Co mempelopori lobi tersebut. Mereka bahkan ikut mensponsori regulasi tembakau di AS. Sebagian dari dana itu dipakai anggota Kongres dalam Pemilu mereka. Tujuannya agar pemerintah tidak terlalu ketat dalam menerapkan regulasi tembakau. Lobi ini membuat pemerintah AS bersikap mendua dalam keputusan regulasi tembakau. Di satu sisi mereka mengakomodasi tekanan publik agar dilakukan pembatasan peredaran rokok, tetapi mereka juga tidak mau kehilangan income dari industri tembakau yang berkontribusi 27 juta US$ pertahun.
  • 3. New York Times edisi 9 Juni tahun lalu juga menurunkan bukti telah terjadi kolusi antara pemerintah Obama dengan perusahaan-perusahaan farmasi di AS seperti Big Pharma yang dilakukan pada tahun 2009. Dari bocoran email diketahui bahwa Obama menyetujui permintaan perusahaan-perusahaan farmasi tersebut untuk tidak menurunkan harga obat-obatan. Sebagai imbal baliknya, industri farmasi akan memberikan dana hingga 80 juta US$ untuk membantu program kesehatan pemerintah yang dinamakan Obamacare. Pemerintah AS juga selalu setengah hati menerima desakan warganya dalam soal pembatasan peredaran senjata berapi. Hal ini karena kuatnya lobi NRA (National Rifle Association) terhadap Gedung Putih dan Kongres. Rencana Pemerintah Obama mengetatkan distribusi senjata pasca sejumlah insiden penembakan tahun lalu m endapat tentangan keras dari NRA. Ini tak lepas dari upaya mereka menyelamatkan produksi senjata di AS yang bernilai 11 miliar US dolar pertahun. Padahal mayoritas rakyat AS menginginkan pengetatan penjualan senjata setelah berulangkali terjadi insiden penembakan yang dilakukan warga sipil. Ralph Nader seorang politisi dan penulis buku terkemuka di AS berkomentar tentang besarnya pengaruh lobi pengusaha terhadap pemerintahnya. Ia mengatakan, “Corporations have taken over the government and turned it against its own people.” Bukan untuk Rakyat Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16 memberikan penjelasan tentang demokrasi sebagaigovernment of people, by the people, for the people. Kredo inilah yang membuat orang demikian memuja demokrasi karena dianggap mampu memuaskan aspirasi seluruh masyarakat. Akan tetapi, perjalanan sejarah membuktikan bahwa demokrasi hanyalah mainan bagi parpol dan kaum kapitalis. Profesor Sosiologi Universitas Colombia C. Wright Mills memberikan antitesis terhadap pernyataan Lincoln. Demokrasi tidak pernah benar-benar memihak rakyat. Menurut dia, struktur masyarakat demokrasi terbagi menjadi tiga level. Yang paling bawah adalah rakyat jelata yang tidak berdaya, tidak terorganisir, terbelah dan dimanipulasi oleh media massa untuk mempercayai demokrasi sebagai sistem terbaik. Pada bagian di atasnya adalah Kongres/DPR, partai politik dan kelompok politik atau yang disebut sebagai pemimpin politik. Posisi paling puncak adalah yang dis ebut oleh Mills s ebagai ‘ the power elite’ yang terdiri atas militer, pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar. Kelompok inilah yang memainkan peranan penting dalam sebuah negara. Mills mengatakan, pemerintah dapat memperkuat militer dan para pengusaha dengan kebijakan mereka. Adapun pengusaha akan menggelontorkan uang untuk membantu kampanye politik mereka. Alhasil, berharap bahwa demokrasi akan memenuhi aspirasi rakyat banyak dan mensejahterakan mereka ibarat pungguk merindukan rembulan; angan-angan kosong yang jauh dari realita. Demokrasi hanya manis dalam teori, tetapi busuk dalam praktik. Perjalanan sejarah bangsa ini telah memberikan pelajaran bahwa demokrasi tak kunjung menuntaskan cita-cita rakyat. Sudah saatnya kita mencampakkan sistem ini dan berpaling kepada sistem yang datang dari Al-Khaliq. Dialah Yang menciptakan manusia dan pastinya paling tahu kebutuhan manusia, yakni syariah Islam. [Iwan Januar; Lajnah Siyasiyah DPP HTI]