Inspirasi dari keseluruhan STIFIn Personality adalah jangan berdiam diri dan menanti. Lakukanlah sesuatu, berbuatlah yang terbaik. Tuhan menginginkan kita semua menjadi terbaik. Untuk itu Tuhan telah memberikan ‘senjata keberhasilan’ agar kita menjadi yang terbaik. Sambutlah pemberian Tuhan tersebut dengan sukacita. Dalam paket pemberian Tuhan tersebut terdapat rahasia, kekuatan, dan kelemahan. Ke tiganya berada dalam satu paket yang mesti diterima sekaligus. Kenali paket tersebut. STIFIn Personality menuntun Anda memahami paket ‘senjata keberhasilan’ tersebut secara baik. Sekali lagi, kekuatan dimanfaatkan dengan cara bersyukur, kelemahan dihadapi dengan cara bersabar, dan untuk bersyukur dan bersabar serta mengenali rahasia-rahasia dalam paket tersebut tuntunlah dengan berilmu. Jalur ilmu yang paling baik, adalah jalur ilmu yang semakin mendekatkan kita kepada Tuhan. Jalur ilmu yang menerima dengan serta merta ilmu Tuhan dengan menggunakan kemampuan otak kita sebagai pendukung. Yakini dahulu bahwa ilmu Tuhan yang Maha Benar itu pas tibenar adanya. Adapun logika, filsafat, pengetahuan, ilmu sains modern, penelitian, laboratorium, dan kajian-kajian berbagai disiplin ilmu hanyalah sebagai alat untuk menemukan ilmu Tuhan yang tidak habis ditulis dengan tinta lautan. Salah satu sifat ilmu Tuhan yang bisa kita ambil hikmahnya bahwa tidak ada satu pertentangan pun antara satu rumus dengan rumus lainnya di seluruh jagad raya ini. Semua rumus diantara berbagai cabang ilmu pasti sejalan. STIFIn Personality mencoba menguak secuil ilmu Tuhan dengan menginduksi berbagai bidang ilmu dengan mencari ‘benang merah’ atau kesejalanannya menggunakan kerangka lima jenis kecerdasan. Rahasia kepemimpinan, pendidikan, interaksi sosial, psikologi perkembangan, manajemen karir, dan khususnya kajian tentang kecerdasan serta kepribadian ternyata dapat dirujuk perkara-perkara dasarnya menggunakan pendekatan lima madzab yang berasal dari lima jenis kecerdasan. Seolah-olah hukum jagat raya ini dapat disistema tikkan dalam lima mahdzab kecerdasan. Jika segala sesuatu di jagad raya ini begitu sistema tis, begitu mekanis tis, maka sebenarnya menjadi lebih mudah memahami gejala-gejala alamiah yang terjadi di sekitar kita. Contoh, jangan heran kalau di negara seperti Indonesia yang antropologinya Feeling lebih banyak memiliki presiden orang Feeling juga. Soekarno, Habibie, dan SBY adalah orang Feeling. Dalam sistema tika dan mekanisasinya Tuhan mengelola alam semesta itu yang begitu kompleks ini menjadi sistem yang simpel, berpola, dan seimbang. Jika kesederhanaan, keterpolaan, dan keseimbangan tertanggu maka akan menghadirkan musibah alam atau pun musibah kemanusiaan. Jika daya tarik magnet (baca hubungan pasangan) itu sepatutnya posi tif-nega tif, pria-wanita, tiba-tiba kesederhanaan ini diperumit dengan pasangan pria-pria dan wanita-wanita, maka keseimbangan sosial menjadi terganggu. Muncullah bencana kemanusiaan.