SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 7
MUNGKIN BUKAN JODOHKU
                       Karya Mardiono

 Usai mengikuti pengajian rutin disekolah tempat mereka mengajar.
   “ Luna, gak biasanya kamu gini. Apa kamu sakit ? koq kelihatannya
dari tadi melamun terus “ Tanya Rahmi sambil jalan menuju ke rumah.
  “ seandainya kamu tahu apa yang ada dihatiku Rahmi, kau pasti gak
                 akan terima ini…” gumam Luna dalam hati.
            “ hallo….” Tegur rahmi membuyarkan lamunannya.
     “ ha, oh,. Ehm… gak papa kok mi, oh ya gimana? tadi malam jadi
       kerumah Bu Zuraidah ?, trus gimana hasilnya ? “ jawab Luna
                        mengalihkan pembicaraan.
 “ sudah kubilang. Untuk sekarang ini, aku belum mau memikirkan hal
    itu. Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral, yang harus kita
      jalani dengan serius, karena itu bukan sementara, tapi untuk
   selamanya…” ucap rahmi sedih. Ia terus memikirkan ayahnya yang
 sakit – sakitan. Ia masih ingin terus mengurusnya. Ia tak tega kalau
     harus meninggalkannya. Sementara Bu Zuraidah, ketua yayasan
    mereka, ingin menjodohkan Rahmi dengan salah satu guru disitu.
  “ Rahmi, aku ngerti kok perasaanmu. Tapi cobalah kamu istikharah
 meminta petunjuk kepada Allah. Kesempatan tidak datang dua kali.
Pak Ferdhi sangat cocok untukmu. Dia seorang Da’i. Kami semua guru
  – guru disini mendukung..” ucap Luna membesarkan hatinya, sambil
      menghapus setetes air mata Rahmi yang tiba – tiba saja jatuh
     mengingat ayahnya yang sedang sakit. Mereka berhenti sesaat.
      Sebenarnya Luna tidak tega kalau harus merebut ferdhi dari
            tangannya karena Rahmi begitu akrab dengannya.
                                    ***
Malam                                                           itu.
Kepala luna sakit sekali, mengingat ucapan yang baru saja didengar.
Ia    menangis.     Masih    terngiang  ditelinga  ucapan   ibunya.
“ Luna, kapan lagi kamu menikah…?, sudah dua adikmu yang
melangkahimu, cepat – cepatlah kamu cari jodoh. Ibu sudah ingin
menimang                  cucu             dari             kamu..”
Ia masih duduk terdiam ditempat tidur, melihat fhoto kekasihnya.
Selaksa raut wajah dan tragedi itu terputar kembali mengenang masa
lalunya.
Pesta yang megah telah digelar. Seratus undangan lebih telah
tersebar. Tapi bukannya mempelai laki – laki yang datang, malahan
seorang lelaki berkumis tebal, berbaju seragam cokelat dan bertitel,
datang dan menanyakan kejelasan KTP yang diberikan. Korban
kecelakaan lalu lintas.

Gaun kebaya yang masih melekat, menjadi saksi perpisahan mereka
dirumah sakit. Sang calon suami hanya diam terbujur lemas
bersanding infus dan hirupan oksigen yang melekat di wajahnya. Ia
mengejar dokter usai proses operasi. Namun dokter berkata, “ hanya
ini yang sanggup kami lakukan. Tuhanlah yang menentukan segalanya. “
ucap dokter itu sedih penuh penyesalan. Mendengar itu, perasaan
bahagia dan cinta yang telah terbangun lama, kini roboh berserakan.
Jilbab yang anggun, tak lagi tertata rapi oleh sedihnya. Lututnya
melantai. Derai air matanya tak kunjung henti. Dalam hati ia ingin
berteriak, ya Rabb…. Kenapa kau timpakan ini padaku?

Sepertiga malam ia habiskan untuk bermunajat kepada Allah swt. Ia
terus menangis, memohon pada yang Kuasa, agar dimudahkan
jodohnya. Sebenarnya beberapa calon telah ditawarkan kepadanya.
Ada yang pengusaha, PNS, angkatan, bahkan ada yang ingin
melamarnya seorang konglomerat. Namun semua itu ia tolak. Apalah
artinya harta yang melimpah apabila tidak dilandasi keimanan dan
ketaqwaan yang dapat mengokohkan bahtera rumah tangga. Semua
itu ia tuangkan dalam diary mungil, selepas tahajjudnya.
***

Fajar sidik mulai membangunkan sang mentari dari peraduannya.
Selesai       sholat      subuh,      ia      tidur       kembali.
“ Luna, kamu gak ngajar ?, sekarang sudah jam delapan..” ibunya
membangunkan                     dengan                    lembut.
“ astaghfirullah…” ucapnya tersentak saat mendengar jam delapan.
Langsung ia berberes dan mempersiapkan segala sesuatunya. Bukupun
asal sahut saja tanpa melihat – lihat lagi yang mana yang akan
diajarkan                                                    nanti.
***

Ferdhi tiba di sekolah telat. Ia melihat Madrasah sepi. Beberapa
orang tua menggandeng tangan anaknya kembali pulang.
“ kenapa pulang bu?” Tanya ferdhi penuh penasaran, sambil memarkir
sepeda     motornya    dan     melepas    helm    dari   kepalanya.
“ lho kok Bapak gak pergi?, ayahnya bu rahmi sekarang sedang kritis
di rumah sakit. Semua guru menjenguk kesana. Anak – anak hari ini
diliburkan.”        Jawab          orang         tua        murid.

Ferdhi langsung balik arah menuju rumah sakit. Tapi ketika ia sampai
disimpang, angkot warna putih berhenti didepannya. Luna turun
tergesa.
“     Bu      Luna..     ,”    panggil    Ferdhi       mengejutkan.
Baru     saja   Luna     membayar      ongkos    pada    pak   supir.
“ ada apa pak?” Tanya Luna heran. Jarang sekali Ferdhi mau ngobrol
dengan rekan guru akhwat. Kecuali ada sesuatu hal yang sangat
penting. Dengan singkat ferdhi memberitahukan kabar yang ia dapat.
Merekapun bergegas ingin pergi ke rumah sakit. Luna sangat segan
dan ragu, ingin minta bonceng. Begitu juga ferdhi. Ia sangat menjaga
hijab. Mungkin ia lebih baik memberikan sepeda motornya untuk luna
kendarai,           daripada          harus          memboncengnya.
“       Bu        Luna       naik        angkot       saja      ya?”
“ ya pak. Gak papa, Bapak duluan saja. Nanti saya menyusul. “

Madrasah sunyi. Semua murid – murid sudah dijemput oleh orang
tuanya. Ada juga yang pulang sendiri karena rumahnya dekat. Ferdhi
tidak tega harus meninggalkannya luna sendirian. Iapun menunggu
Luna sampai dapat angkot. Satu setengah jam mereka menunggu
angkot. Tetap tak tampak melintas. Angkot lintas ke madrasah
memang sangat jarang. Satu – satu. Apalagi kalau sudah jam delapan
keatas. Tidak ada sewa. Para pekerja dan pelajar sudah berada
ditempatnya masing – masing. Angkot – angkot itu juga menunggu
sewa    diterminal    sampai    penuh,    baru     mau   berangkat.
Mereka resah. Entah apa yang sudah terjadi dirumah sakit sana.
Mereka ingin segera kesana. Ferdhi juga bingung. Satupun becak juga
tak ada yang muncul. Kalaupun ada, sudah berisi kian penumpang yang
ia bawa dari tempat mangkal. Mentari semakin meninggi.

Mereka tidak mungkin melama – lamakannya. Saat darurat, segala
sesuatu yang tidak boleh menjadi boleh. Gak mungkin ferdhi
meninggalkan    Luna    sendiri  ditempat    yang    sepi.  Ferdhi
mempersilahkan Luna naik disepeda motornya. Mereka segera
meluncur. Ferdhi cukup tangkas menerobos mobil – mobil besar yang
mengangkut                pasir             dan               batu.
Luna juga tahu batas. Tidak seperti remaja sekarang pada umumnya.
Gak tahu malu. Boncengan dengan bukan muhrimnya. Memeluknya
layaknya suami istri. Bahkan mungkin suami istripun malu melakukan
itu       ditempat     umum.       Dasar       zaman       edan      !!

Dus, mereka sampai dirumah sakit. Sejurus kemudian, mereka
menemui guru – guru lainnya yang telah lama berada disana. Keluarga
Rahmi berada didepan ruang gawat darurat. Spontan Bu Zuraidah
mendekati Ferdhi dan menggiringnya ke sudut ruangan.
“ Pak Ferdhi, mungkin hanya Bapak yang dapat menyelamatkan ini.
Rahmi sedari tadi pingsan belum siuman. Ia sangat takut ayahnya
meninggal. Dari sekian orang saudaranya, hanya Rahmi-lah yang paling
disayang oleh ayahnya” ucap Bu Zuraidah penuh pengharapan dan
sedih.                        Ia                       melanjutkan..
“ sebelum ayahnya sakit, ayahnya berpesan bahwa ia ingin melihat
Rahmi menikah sebelum ia pergi…, entah apa maksudnya. Tolonglah
Pak Ferdhi, Rahmi orangnya ta’at, ia sabar dan sebentar lagipun akan
diwisuda. Cocok untuk jadi da’iah pendamping pak Ferdhi”, jelasnya
runut, mendesak penuh harapan. Wajahnya memelas.

Sebenarnya telah lama juga Ferdhi jatuh hati pada Rahmi. Ia beda
dengan guru – guru yang lainnya, yang hanya memakai jilbab dan rok
saat mengajar saja. Bahkan rahmi sering ikut pengajian rutin ibu – ibu
arisan yang diisi oleh Ferdhi. Jilbabnya yang menjulur lebar, baju
gamisnya yang longgar dan panjang, mampu menusuk hati Ferdhi bagai
panah asmara. Seketika itu juga Bu Zuraidah mengurus tuan kadi dan
mahar yang ala kadarnya. Asal ini berlangsung.

Sementara itu, Luna terus mengipasi Rahmi yang tengah pingsan di
ruang tunggu dengan buku yang asal cabut dari tasnya. Tapi tiba –
tiba saja tangan Luna di tarik oleh salah satu guru yang lain, sebentar
keluar. Kondisi ayah Rahmi semakin parah. Buku yang dipakai luna
untuk mengipas, tertinggal disamping Rahmi yang mulai sadar.
Tanpa sengaja rahmi membuka buku itu. Wangi penuh hiasan stabilo
dan tinta warna. Itu buku diary Luna. Ia buka halaman terakhir…

Jum’at,                22                  januari                2010
Pukul                              03:                              15
……..
“ ya Rabb, seandainya aku boleh menjual diriku, akan kuberikan
seluruh jiwa dan ragaku untuknya seorang. Aku mencintainya karena
keimanan dan ketaqwaannya. Namun aku tak mau menjadi pagar
makan tanaman. Biarlah pak Ferdhi bahagia dengan Bu Rahmi.
Rabbighfirli             ala            kulli            dzunubi..
***

Semua berkumpul diruang UGD. Termasuk Rahmi yang dibopong
masuk oleh guru yang lain. Bu Zuraidah sudah mengkonfirmasikan ke
dokter      yang    menangani    ini.   Iapun     mendapat     izin.
“ayah !! bangun ayah. Sekarang Rahmi akan penuhi permintaan ayah…”
ucapnya sesenggukan dengan terus mengharap jawaban. Air matanya
tak terbendung. Tuan kadi, Ferdhi, Bu Zuraidah, Luna dan rekan guru
lainnya juga cemas. Namun jawaban yang keluar, lain dari apa yang
diharapkan.

Titttttttt……
Gambar gelombang deteksi jantung dilayar monitor bergaris lurus.
Innalillahi        wa           inna          lillahi       roji’un…
Suasana haru pilu berkelebat dalam ruangan itu. Ferdhi, Luna, Bu
Zuraidah, tuan kadi, rekan guru dan beberapa suster yang
direncanakan akan jadi saksi nikah, melihat Rahmi yang tengah sedih
tak karuan. Ia memeluk ibunya dan terus menangis. Tak ada yang
berani mengusik mereka.

Cepat – cepat Ferdhi membenahi posisi ayahnya. Mengatur
perlengkapan mayat seadanya. Sementara Bu Zuraidah menyelesaikan
administrasi rumah sakit agar jenazah ayahnya cepat dibawa pulang.
Tapi Luna, ia hanya bisa melihat sosok sahabat karibnya tengah
berkabung. Kasihan. Dalam beberapa minggu ini Rahmi terus sedih
memikirkan ayahnya.

Luna mendekati Rahmi. Ia memeluknya. Sesaat hanyut dalam
kesedihan.
“mi, kamu harus ikhlas ya. Semua ini sudah kehendak yang kuasa..”
ucapnya     berusaha   menyeka      air   mata     Rahmi   dipipinya.
Setelah selesai memposisikan jenazah, Ferdhipun menghampiri
mereka. Ia memberi semangat agar terus positif menatap hidup ke
depan. Namun semua itu tetap tak dapat melunturkan kesedihan
rahmi. Tatapan matanya kosong. Fikirannya buntu. Tapi entah kenapa,
saat melihat mereka berdua, ia jadi teringat dengan tulisan yang
sempat        ia     baca        di       diary      Luna       tadi.
“Setidaknya aku bahagia melihat kalian berdua bahagia” ucap Rahmi
yang tiba – tiba bereaksi. Ia menarik tangan Luna dan Ferdhi yang
beralaskan baju kokonya. Begitu juga saat disatukan. Tangan Ferdhi
diletakkan ditangan yang berbalut gamisnya. Luna masih bingung
“aku sudah membaca buku diary mu na, aku ingin kalian menikah”.
Lanjut Rahmi pasrah. Semua yang mendengar bergetar heran dengan
keputusan rahmi. Bu zuraidah menatap penuh kebimbangan. Bahagia
dalam pilu. Dua sahabat yang saling mencintai karena Allah. Didepan
rahmi, tuan kadi menjalankan prosesi akad nikah untuk Luna dan
Ferdhi. Sungguh mulia hati Rahmi. Disaat kekalutannya ia masih bias
memikirkan                          orang                        lain.
Tahajjud luna tak sia – sia. Allah tidak tidur. Ia maha tahu isi hati
hambanya. Dan cintapun merebak dengan ikhlasnya.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (20)

Cerpen -our tale
Cerpen -our taleCerpen -our tale
Cerpen -our tale
 
Kliping cerpen
Kliping cerpenKliping cerpen
Kliping cerpen
 
Tersayat cinta
Tersayat cintaTersayat cinta
Tersayat cinta
 
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by MardhatillahCerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
Cerpen "Cinta salah benci juga salah" by Mardhatillah
 
Cerpen d hikayat
Cerpen d hikayatCerpen d hikayat
Cerpen d hikayat
 
Deja Vu
Deja VuDeja Vu
Deja Vu
 
Lost One Love
Lost One LoveLost One Love
Lost One Love
 
cerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiricerpen karangan sendiri
cerpen karangan sendiri
 
Hujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberHujan di bulan desember
Hujan di bulan desember
 
My cerpen "Kotak Buah"
My cerpen "Kotak Buah"My cerpen "Kotak Buah"
My cerpen "Kotak Buah"
 
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlapCerita ceweksma dalamduniagemerlap
Cerita ceweksma dalamduniagemerlap
 
Aku terpaksa-menikahinya
Aku terpaksa-menikahinyaAku terpaksa-menikahinya
Aku terpaksa-menikahinya
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
Hyrftu
HyrftuHyrftu
Hyrftu
 
Imajinasi yang nyata
Imajinasi yang nyataImajinasi yang nyata
Imajinasi yang nyata
 
Belum ada judul
Belum ada judulBelum ada judul
Belum ada judul
 
Perihal kisah kita
Perihal kisah  kitaPerihal kisah  kita
Perihal kisah kita
 
Cinta pertama
Cinta pertamaCinta pertama
Cinta pertama
 
Terjalnya jalan hidupku
Terjalnya  jalan hidupkuTerjalnya  jalan hidupku
Terjalnya jalan hidupku
 

Destacado

Hand-out event Ondernemen in de cloud door Omar Benameur - KPN
Hand-out event Ondernemen in de cloud door Omar Benameur - KPNHand-out event Ondernemen in de cloud door Omar Benameur - KPN
Hand-out event Ondernemen in de cloud door Omar Benameur - KPNRich Tiggeler
 
Chelsea roadpp
Chelsea roadppChelsea roadpp
Chelsea roadppsebhawker
 
English(eng) - Английский язык
English(eng) - Английский языкEnglish(eng) - Английский язык
English(eng) - Английский языкMr Intenglish
 
Oc201506学科説明(公開用)
Oc201506学科説明(公開用)Oc201506学科説明(公開用)
Oc201506学科説明(公開用)Koichiro Kinai
 
Просто, нудно, сложно. Андрей Аксенов. Unigine Open Air 2013
Просто, нудно, сложно. Андрей Аксенов. Unigine Open Air 2013Просто, нудно, сложно. Андрей Аксенов. Unigine Open Air 2013
Просто, нудно, сложно. Андрей Аксенов. Unigine Open Air 2013Unigine Corp.
 
Les metamorphose1
Les metamorphose1Les metamorphose1
Les metamorphose1華強 吳
 
General meeting 1
General meeting 1General meeting 1
General meeting 1Kevin Gong
 
HITECH-Meaningful Use and the Benefits of the PMI and ITIL Relationship
HITECH-Meaningful Use and the Benefits of the PMI and ITIL RelationshipHITECH-Meaningful Use and the Benefits of the PMI and ITIL Relationship
HITECH-Meaningful Use and the Benefits of the PMI and ITIL RelationshipWilliam Buddy Gillespie ITIL Certified
 
Ilmu Sosial Budaya Dasar - Komodifikasi Budaya Bali
Ilmu Sosial Budaya Dasar - Komodifikasi Budaya BaliIlmu Sosial Budaya Dasar - Komodifikasi Budaya Bali
Ilmu Sosial Budaya Dasar - Komodifikasi Budaya BaliMargii Utamii
 
2015 04-26-27ste parelvangrootjabbeke
2015 04-26-27ste parelvangrootjabbeke2015 04-26-27ste parelvangrootjabbeke
2015 04-26-27ste parelvangrootjabbekeRbs Jabbeke
 
Vee's playlist
Vee's playlistVee's playlist
Vee's playlistquinnkov
 
基礎ゼミナールI1501
基礎ゼミナールI1501基礎ゼミナールI1501
基礎ゼミナールI1501Koichiro Kinai
 
The Numeral - Числительное
The Numeral - ЧислительноеThe Numeral - Числительное
The Numeral - ЧислительноеMr Intenglish
 
Social Media for volunteers in a cultural event
Social Media for volunteers in a cultural eventSocial Media for volunteers in a cultural event
Social Media for volunteers in a cultural eventAggelos Synadakis
 
ενοτητα 2, λέξεις και νοημα
ενοτητα 2, λέξεις και νοημαενοτητα 2, λέξεις και νοημα
ενοτητα 2, λέξεις και νοημαAthina Georgiadou
 

Destacado (20)

El 'Info' del encuentro de Autogestores 2016
El 'Info' del encuentro de Autogestores 2016El 'Info' del encuentro de Autogestores 2016
El 'Info' del encuentro de Autogestores 2016
 
Hand-out event Ondernemen in de cloud door Omar Benameur - KPN
Hand-out event Ondernemen in de cloud door Omar Benameur - KPNHand-out event Ondernemen in de cloud door Omar Benameur - KPN
Hand-out event Ondernemen in de cloud door Omar Benameur - KPN
 
Chelsea roadpp
Chelsea roadppChelsea roadpp
Chelsea roadpp
 
English(eng) - Английский язык
English(eng) - Английский языкEnglish(eng) - Английский язык
English(eng) - Английский язык
 
Oc201506学科説明(公開用)
Oc201506学科説明(公開用)Oc201506学科説明(公開用)
Oc201506学科説明(公開用)
 
Просто, нудно, сложно. Андрей Аксенов. Unigine Open Air 2013
Просто, нудно, сложно. Андрей Аксенов. Unigine Open Air 2013Просто, нудно, сложно. Андрей Аксенов. Unigine Open Air 2013
Просто, нудно, сложно. Андрей Аксенов. Unigine Open Air 2013
 
Removalist
RemovalistRemovalist
Removalist
 
Les metamorphose1
Les metamorphose1Les metamorphose1
Les metamorphose1
 
General meeting 1
General meeting 1General meeting 1
General meeting 1
 
HITECH-Meaningful Use and the Benefits of the PMI and ITIL Relationship
HITECH-Meaningful Use and the Benefits of the PMI and ITIL RelationshipHITECH-Meaningful Use and the Benefits of the PMI and ITIL Relationship
HITECH-Meaningful Use and the Benefits of the PMI and ITIL Relationship
 
Ilmu Sosial Budaya Dasar - Komodifikasi Budaya Bali
Ilmu Sosial Budaya Dasar - Komodifikasi Budaya BaliIlmu Sosial Budaya Dasar - Komodifikasi Budaya Bali
Ilmu Sosial Budaya Dasar - Komodifikasi Budaya Bali
 
2015 04-26-27ste parelvangrootjabbeke
2015 04-26-27ste parelvangrootjabbeke2015 04-26-27ste parelvangrootjabbeke
2015 04-26-27ste parelvangrootjabbeke
 
Nespres
NespresNespres
Nespres
 
Vee's playlist
Vee's playlistVee's playlist
Vee's playlist
 
基礎ゼミナールI1501
基礎ゼミナールI1501基礎ゼミナールI1501
基礎ゼミナールI1501
 
Actes abril 2013
Actes abril 2013Actes abril 2013
Actes abril 2013
 
The Numeral - Числительное
The Numeral - ЧислительноеThe Numeral - Числительное
The Numeral - Числительное
 
Social Media for volunteers in a cultural event
Social Media for volunteers in a cultural eventSocial Media for volunteers in a cultural event
Social Media for volunteers in a cultural event
 
Instructional 1
Instructional 1Instructional 1
Instructional 1
 
ενοτητα 2, λέξεις και νοημα
ενοτητα 2, λέξεις και νοημαενοτητα 2, λέξεις και νοημα
ενοτητα 2, λέξεις και νοημα
 

Similar a Sad

Cerita bukan dosamua
Cerita bukan dosamuaCerita bukan dosamua
Cerita bukan dosamuaRozita Yusoff
 
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanSkrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanandry_dwi
 
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYEKetika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYEHesti Romadhoni
 
Cinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuCinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuRio Soeqer
 
Ada cinta di jogja
Ada cinta di jogjaAda cinta di jogja
Ada cinta di jogjaZuardi ardi
 

Similar a Sad (7)

Cerita bukan dosamua
Cerita bukan dosamuaCerita bukan dosamua
Cerita bukan dosamua
 
Folio novel ting.4
Folio novel ting.4Folio novel ting.4
Folio novel ting.4
 
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatanSkrip cerita arti sebuah persahabatan
Skrip cerita arti sebuah persahabatan
 
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYEKetika cinta harus bersabar - TERE LIYE
Ketika cinta harus bersabar - TERE LIYE
 
Cinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuCinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satu
 
Sahabat baru
Sahabat baruSahabat baru
Sahabat baru
 
Ada cinta di jogja
Ada cinta di jogjaAda cinta di jogja
Ada cinta di jogja
 

Sad

  • 1. MUNGKIN BUKAN JODOHKU Karya Mardiono Usai mengikuti pengajian rutin disekolah tempat mereka mengajar. “ Luna, gak biasanya kamu gini. Apa kamu sakit ? koq kelihatannya dari tadi melamun terus “ Tanya Rahmi sambil jalan menuju ke rumah. “ seandainya kamu tahu apa yang ada dihatiku Rahmi, kau pasti gak akan terima ini…” gumam Luna dalam hati. “ hallo….” Tegur rahmi membuyarkan lamunannya. “ ha, oh,. Ehm… gak papa kok mi, oh ya gimana? tadi malam jadi kerumah Bu Zuraidah ?, trus gimana hasilnya ? “ jawab Luna mengalihkan pembicaraan. “ sudah kubilang. Untuk sekarang ini, aku belum mau memikirkan hal itu. Pernikahan merupakan suatu hal yang sakral, yang harus kita jalani dengan serius, karena itu bukan sementara, tapi untuk selamanya…” ucap rahmi sedih. Ia terus memikirkan ayahnya yang sakit – sakitan. Ia masih ingin terus mengurusnya. Ia tak tega kalau harus meninggalkannya. Sementara Bu Zuraidah, ketua yayasan mereka, ingin menjodohkan Rahmi dengan salah satu guru disitu. “ Rahmi, aku ngerti kok perasaanmu. Tapi cobalah kamu istikharah meminta petunjuk kepada Allah. Kesempatan tidak datang dua kali. Pak Ferdhi sangat cocok untukmu. Dia seorang Da’i. Kami semua guru – guru disini mendukung..” ucap Luna membesarkan hatinya, sambil menghapus setetes air mata Rahmi yang tiba – tiba saja jatuh mengingat ayahnya yang sedang sakit. Mereka berhenti sesaat. Sebenarnya Luna tidak tega kalau harus merebut ferdhi dari tangannya karena Rahmi begitu akrab dengannya. ***
  • 2. Malam itu. Kepala luna sakit sekali, mengingat ucapan yang baru saja didengar. Ia menangis. Masih terngiang ditelinga ucapan ibunya. “ Luna, kapan lagi kamu menikah…?, sudah dua adikmu yang melangkahimu, cepat – cepatlah kamu cari jodoh. Ibu sudah ingin menimang cucu dari kamu..” Ia masih duduk terdiam ditempat tidur, melihat fhoto kekasihnya. Selaksa raut wajah dan tragedi itu terputar kembali mengenang masa lalunya. Pesta yang megah telah digelar. Seratus undangan lebih telah tersebar. Tapi bukannya mempelai laki – laki yang datang, malahan seorang lelaki berkumis tebal, berbaju seragam cokelat dan bertitel, datang dan menanyakan kejelasan KTP yang diberikan. Korban kecelakaan lalu lintas. Gaun kebaya yang masih melekat, menjadi saksi perpisahan mereka dirumah sakit. Sang calon suami hanya diam terbujur lemas bersanding infus dan hirupan oksigen yang melekat di wajahnya. Ia mengejar dokter usai proses operasi. Namun dokter berkata, “ hanya ini yang sanggup kami lakukan. Tuhanlah yang menentukan segalanya. “ ucap dokter itu sedih penuh penyesalan. Mendengar itu, perasaan bahagia dan cinta yang telah terbangun lama, kini roboh berserakan. Jilbab yang anggun, tak lagi tertata rapi oleh sedihnya. Lututnya
  • 3. melantai. Derai air matanya tak kunjung henti. Dalam hati ia ingin berteriak, ya Rabb…. Kenapa kau timpakan ini padaku? Sepertiga malam ia habiskan untuk bermunajat kepada Allah swt. Ia terus menangis, memohon pada yang Kuasa, agar dimudahkan jodohnya. Sebenarnya beberapa calon telah ditawarkan kepadanya. Ada yang pengusaha, PNS, angkatan, bahkan ada yang ingin melamarnya seorang konglomerat. Namun semua itu ia tolak. Apalah artinya harta yang melimpah apabila tidak dilandasi keimanan dan ketaqwaan yang dapat mengokohkan bahtera rumah tangga. Semua itu ia tuangkan dalam diary mungil, selepas tahajjudnya. *** Fajar sidik mulai membangunkan sang mentari dari peraduannya. Selesai sholat subuh, ia tidur kembali. “ Luna, kamu gak ngajar ?, sekarang sudah jam delapan..” ibunya membangunkan dengan lembut. “ astaghfirullah…” ucapnya tersentak saat mendengar jam delapan. Langsung ia berberes dan mempersiapkan segala sesuatunya. Bukupun asal sahut saja tanpa melihat – lihat lagi yang mana yang akan diajarkan nanti. *** Ferdhi tiba di sekolah telat. Ia melihat Madrasah sepi. Beberapa orang tua menggandeng tangan anaknya kembali pulang. “ kenapa pulang bu?” Tanya ferdhi penuh penasaran, sambil memarkir sepeda motornya dan melepas helm dari kepalanya. “ lho kok Bapak gak pergi?, ayahnya bu rahmi sekarang sedang kritis di rumah sakit. Semua guru menjenguk kesana. Anak – anak hari ini diliburkan.” Jawab orang tua murid. Ferdhi langsung balik arah menuju rumah sakit. Tapi ketika ia sampai disimpang, angkot warna putih berhenti didepannya. Luna turun tergesa. “ Bu Luna.. ,” panggil Ferdhi mengejutkan.
  • 4. Baru saja Luna membayar ongkos pada pak supir. “ ada apa pak?” Tanya Luna heran. Jarang sekali Ferdhi mau ngobrol dengan rekan guru akhwat. Kecuali ada sesuatu hal yang sangat penting. Dengan singkat ferdhi memberitahukan kabar yang ia dapat. Merekapun bergegas ingin pergi ke rumah sakit. Luna sangat segan dan ragu, ingin minta bonceng. Begitu juga ferdhi. Ia sangat menjaga hijab. Mungkin ia lebih baik memberikan sepeda motornya untuk luna kendarai, daripada harus memboncengnya. “ Bu Luna naik angkot saja ya?” “ ya pak. Gak papa, Bapak duluan saja. Nanti saya menyusul. “ Madrasah sunyi. Semua murid – murid sudah dijemput oleh orang tuanya. Ada juga yang pulang sendiri karena rumahnya dekat. Ferdhi tidak tega harus meninggalkannya luna sendirian. Iapun menunggu Luna sampai dapat angkot. Satu setengah jam mereka menunggu angkot. Tetap tak tampak melintas. Angkot lintas ke madrasah memang sangat jarang. Satu – satu. Apalagi kalau sudah jam delapan keatas. Tidak ada sewa. Para pekerja dan pelajar sudah berada ditempatnya masing – masing. Angkot – angkot itu juga menunggu sewa diterminal sampai penuh, baru mau berangkat. Mereka resah. Entah apa yang sudah terjadi dirumah sakit sana. Mereka ingin segera kesana. Ferdhi juga bingung. Satupun becak juga tak ada yang muncul. Kalaupun ada, sudah berisi kian penumpang yang ia bawa dari tempat mangkal. Mentari semakin meninggi. Mereka tidak mungkin melama – lamakannya. Saat darurat, segala sesuatu yang tidak boleh menjadi boleh. Gak mungkin ferdhi meninggalkan Luna sendiri ditempat yang sepi. Ferdhi mempersilahkan Luna naik disepeda motornya. Mereka segera meluncur. Ferdhi cukup tangkas menerobos mobil – mobil besar yang mengangkut pasir dan batu. Luna juga tahu batas. Tidak seperti remaja sekarang pada umumnya. Gak tahu malu. Boncengan dengan bukan muhrimnya. Memeluknya layaknya suami istri. Bahkan mungkin suami istripun malu melakukan
  • 5. itu ditempat umum. Dasar zaman edan !! Dus, mereka sampai dirumah sakit. Sejurus kemudian, mereka menemui guru – guru lainnya yang telah lama berada disana. Keluarga Rahmi berada didepan ruang gawat darurat. Spontan Bu Zuraidah mendekati Ferdhi dan menggiringnya ke sudut ruangan. “ Pak Ferdhi, mungkin hanya Bapak yang dapat menyelamatkan ini. Rahmi sedari tadi pingsan belum siuman. Ia sangat takut ayahnya meninggal. Dari sekian orang saudaranya, hanya Rahmi-lah yang paling disayang oleh ayahnya” ucap Bu Zuraidah penuh pengharapan dan sedih. Ia melanjutkan.. “ sebelum ayahnya sakit, ayahnya berpesan bahwa ia ingin melihat Rahmi menikah sebelum ia pergi…, entah apa maksudnya. Tolonglah Pak Ferdhi, Rahmi orangnya ta’at, ia sabar dan sebentar lagipun akan diwisuda. Cocok untuk jadi da’iah pendamping pak Ferdhi”, jelasnya runut, mendesak penuh harapan. Wajahnya memelas. Sebenarnya telah lama juga Ferdhi jatuh hati pada Rahmi. Ia beda dengan guru – guru yang lainnya, yang hanya memakai jilbab dan rok saat mengajar saja. Bahkan rahmi sering ikut pengajian rutin ibu – ibu arisan yang diisi oleh Ferdhi. Jilbabnya yang menjulur lebar, baju gamisnya yang longgar dan panjang, mampu menusuk hati Ferdhi bagai panah asmara. Seketika itu juga Bu Zuraidah mengurus tuan kadi dan mahar yang ala kadarnya. Asal ini berlangsung. Sementara itu, Luna terus mengipasi Rahmi yang tengah pingsan di ruang tunggu dengan buku yang asal cabut dari tasnya. Tapi tiba – tiba saja tangan Luna di tarik oleh salah satu guru yang lain, sebentar keluar. Kondisi ayah Rahmi semakin parah. Buku yang dipakai luna untuk mengipas, tertinggal disamping Rahmi yang mulai sadar. Tanpa sengaja rahmi membuka buku itu. Wangi penuh hiasan stabilo dan tinta warna. Itu buku diary Luna. Ia buka halaman terakhir… Jum’at, 22 januari 2010 Pukul 03: 15
  • 6. …….. “ ya Rabb, seandainya aku boleh menjual diriku, akan kuberikan seluruh jiwa dan ragaku untuknya seorang. Aku mencintainya karena keimanan dan ketaqwaannya. Namun aku tak mau menjadi pagar makan tanaman. Biarlah pak Ferdhi bahagia dengan Bu Rahmi. Rabbighfirli ala kulli dzunubi.. *** Semua berkumpul diruang UGD. Termasuk Rahmi yang dibopong masuk oleh guru yang lain. Bu Zuraidah sudah mengkonfirmasikan ke dokter yang menangani ini. Iapun mendapat izin. “ayah !! bangun ayah. Sekarang Rahmi akan penuhi permintaan ayah…” ucapnya sesenggukan dengan terus mengharap jawaban. Air matanya tak terbendung. Tuan kadi, Ferdhi, Bu Zuraidah, Luna dan rekan guru lainnya juga cemas. Namun jawaban yang keluar, lain dari apa yang diharapkan. Titttttttt…… Gambar gelombang deteksi jantung dilayar monitor bergaris lurus. Innalillahi wa inna lillahi roji’un… Suasana haru pilu berkelebat dalam ruangan itu. Ferdhi, Luna, Bu Zuraidah, tuan kadi, rekan guru dan beberapa suster yang direncanakan akan jadi saksi nikah, melihat Rahmi yang tengah sedih tak karuan. Ia memeluk ibunya dan terus menangis. Tak ada yang berani mengusik mereka. Cepat – cepat Ferdhi membenahi posisi ayahnya. Mengatur perlengkapan mayat seadanya. Sementara Bu Zuraidah menyelesaikan administrasi rumah sakit agar jenazah ayahnya cepat dibawa pulang. Tapi Luna, ia hanya bisa melihat sosok sahabat karibnya tengah berkabung. Kasihan. Dalam beberapa minggu ini Rahmi terus sedih memikirkan ayahnya. Luna mendekati Rahmi. Ia memeluknya. Sesaat hanyut dalam kesedihan.
  • 7. “mi, kamu harus ikhlas ya. Semua ini sudah kehendak yang kuasa..” ucapnya berusaha menyeka air mata Rahmi dipipinya. Setelah selesai memposisikan jenazah, Ferdhipun menghampiri mereka. Ia memberi semangat agar terus positif menatap hidup ke depan. Namun semua itu tetap tak dapat melunturkan kesedihan rahmi. Tatapan matanya kosong. Fikirannya buntu. Tapi entah kenapa, saat melihat mereka berdua, ia jadi teringat dengan tulisan yang sempat ia baca di diary Luna tadi. “Setidaknya aku bahagia melihat kalian berdua bahagia” ucap Rahmi yang tiba – tiba bereaksi. Ia menarik tangan Luna dan Ferdhi yang beralaskan baju kokonya. Begitu juga saat disatukan. Tangan Ferdhi diletakkan ditangan yang berbalut gamisnya. Luna masih bingung “aku sudah membaca buku diary mu na, aku ingin kalian menikah”. Lanjut Rahmi pasrah. Semua yang mendengar bergetar heran dengan keputusan rahmi. Bu zuraidah menatap penuh kebimbangan. Bahagia dalam pilu. Dua sahabat yang saling mencintai karena Allah. Didepan rahmi, tuan kadi menjalankan prosesi akad nikah untuk Luna dan Ferdhi. Sungguh mulia hati Rahmi. Disaat kekalutannya ia masih bias memikirkan orang lain. Tahajjud luna tak sia – sia. Allah tidak tidur. Ia maha tahu isi hati hambanya. Dan cintapun merebak dengan ikhlasnya.