Dokumen ini membahas berbagai teori perkembangan, termasuk teori biologi, lingkungan, psikodinamika, keroharian, dan interaksionisme. Teori-teori tersebut menjelaskan pengaruh faktor genetik, lingkungan, psikologis, spiritual, dan interaksi sosial terhadap perkembangan individu.
2. DISUSUN OLEH :
YOGI HANADIOKTA
PUTRA HARISMA L.
RIO MARHASAN
AN NISA ILMA P.
IENDAH SRI LESTARI N. F.
DEWI KUSUMANINGSIH
NITA RISQILA
DESY PUTRI L.
RATNA ENDAH W.
4. TEORI BIOLOGI
Teori ini menitik beratkan pada pengaruh
bakat,perkembangan tidak secara spontan, dan jika
perkembangan telah maju tidak dapat mundur lagi.
Pengaruh lingkungan yang menguntungkan dan tidak
menguntungkan ikut menetukan sifat yang dimiliki
organisme dalam periode tertentu ( fenotype ).
5. TEORI LINGKUNGAN
Teori lingkungan ( Ekologis )memberikan tekanan pada
sistem lingkungan. Tokoh utama teori ekologi adalah
Urie Brofenbrenner. Dalam teori Ekologisnya,
Brofenbrenner mengambarkan empat kondisi
lingkungan dimana perkembangan terjadi, yaitu
Mikrosistem, Mesosistem, Ekosistem, dan Makrosistem.
6. TEORI PSIKODINAMIKA
Teori ini berpendapat bahwa perkembangan jiwa atau
kepribadian seseorang ditentukan oleh komponen dasar
yang bersifat sosio-efektif,yakni keteganggan yang ada
dalam diri seseorang itu ikut menentukan dinamikanya
ditengah lingkungannya.
7. KONSEP TEORI ILMU KEROHANIAN
Menurut pendapat Dilthey (1833-1911) ia mengemukakan
bahwa gejala-gejala psikis seseorang tidak mungkin dapat
diterangkan seperti halnya dilakukan pada gejala-gejala fisik.
Hal itu dapat dilakukan pada gejala fisiologi seperti misalnya
pada permulaan pemasakan sesuak (pubertas atau
permulaan masa remaja). Pemasakan seksual adalah suatu
gejala psikologis tetapi remaja memberikan suatu arti dalam
keseluruhan struktur psikologinya.
8. Teori Interaksionisme
Menurut teori ini, perkembangan jiwa atau perilaku anak
ditentukan oleh adanya dialektif dengan lingkungannya.
Maksud perkembangan kognitif seorang anak bukan
merupakan perkembangan yang wajar, melainkan
ditentukan interaksi budaya.
Pengaruh datang dari pengalaman dalam berinteraksi
budaya serta dari penamaan nilai-niai lewat pendidikan
(disebut transmisi sosial) itu diharapkan mencapai
suatubstadium yang disebut ekuilibrasi yakni keseimbangan
antara asimilasi dan akomodasi pada diri anak.