2. 1.1 Latar Belakang Masalah
Pengelolaan lahan disekitar daerah aliran sungai terutama pada
daerah hulu, seperti pembukaan lahan pertanian baik industri
maupun oleh masyarakat sekitar sedikit banyaknya akan
mempengaruhi kondisi lingkungan daerah aliran sungai tersebut
dan memberikan dampak seperti terjadinya erosi dan sedimentasi.
Laju erosi dan sedimen yang terjadi dapat mengakibatkan
perubahan kondisi tata air dalam daerah aliran sungai. Besarnya
aliran permukaan yang terjadi pada musim penghujan dan
berkurangnya luas kawasan hutan menyebabkan erosi permukaan
menjadi semakin besar sehingga angkutan sedimen aliran
permukaan bertambah besar pula. Angkutan sedimen yang
terbawa aliran air akan mengendap di aliran sungai bagian hilir
sehingga dapat terjadi pendangkalan yang terjadi pada daerah
aliran sungai.
3. Sehubungan dengan adanya interaksi antara kebutuhan dan
perubahan sungai karena kegiatan pengelolaan tersebut, ada beberapa
hal yang perlu mendapatkan perhatian, diantaranya adalah
penanggulangan laju erosi dan sedimen pada bagian hulu aliran
sungai.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan studi penelitian tentang “ Pengaruh Tata Guna Lahan
Terhadap Angkutan Sedimen Pada Aliran Sungai Wanggu “.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa besar laju erosi dan angkutan sedimen yang
terjadi di daerah hulu aliran Sungai Wanggu akibat
pengaruh tata guna tahun 2006-2010?
2. Menentukan metode penanggulangan sehingga dapat
mengurangi laju erosi dan angkutan sedimen pada aliran
Sungai Wanggu akibat dari pengaruh tata guna lahan!
4. 1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam Manfaat yang ingin dicapai
penelitian ini adalah :
dalam penelitian ini adalah:
Menganalisa besarnya laju erosi yang
terjadi pada daerah hulu aliran Sungai
Wanggu akibat pengaruh tata guna Dapat mengetahui besarnya laju
lahan dengan menggunakan rumus erosi yang terjadi di daerah hulu
USLE. pada aliran Sungai Wanggu.
Menganalisa besarnya angkutan
Dapat mengetahui besarnya
sedimen yang terjadi pada daerah
hulu aliran Sungai Wanggu akibat angkutan sedimen yang terjadi di
pengaruh tata guna lahan dengan daerah hulu pada aliran Sungai
menggunakan rumus Schoklitsch. Wanggu.
Menentukan tata guna lahan yang Dapat memberikan metode
sesuai untuk mengurangi laju erosi penaggulangan agar laju erosi dan
dan sedimentasi dengan mensimulasi sedimentasi pada daerah aliran
faktor vegetasi dan pengolahan lahan Sungai Wangu dapat dikurangi
pada daerah aliran Sungai Wanggu. akibat dari pengaruh tata guna
lahan.
5. 1.4 Batasan Masalah
Yang menjadi batasan
masalah dalam penulisan
ini adalah meneliti dan 1.5 Sistematika Penulisan
membahas besarnya laju
erosi dan angkutan sedimen • Bab I Pendahuluan
pada bagian hulu aliran • Bab II Tinjauan Pustaka
Sungai Wanggu serta
menetukan metode • Bab III Metodologi
penanggulangan agar erosi Penelitian
dan angkutan sedimen pada • Bab IV Hasil dan
daerah aliran Sungai Pembahasan
Wanggu dapat dikurangi • Bab V Kesimpulan dan
akibat dari pengaruh tata Saran
guna lahan.
7. 2.2 DAS dan Karakteristik Aliran Sungai
Tengah
Hulu Hilir
Suatu penampang dapat
dihitung debit alirannya dengan
menggunakan persamaan:
DAS
Q = A . V
Keterangan :
Q = Debit (m3/detik)
Uniform
A = Luas penampang (m2)
Stady flow
V = Kecepatan aliran rata-rata
flow (m/det)
klasifikasi Ununiform
aliran flow
Unsteady
flow
8. Sifat – sifat aliran dapat juga di Selain klasifikasi menurut kekentalan,
identifikasi dengan melihat suatu aliran dapat pula diklasifikasikan
gaya kekentalan (viskositas) berdasarkan kecepatan dan kedalaman
aliran dengan menggunakan aliran dengan menggunkan persamaan
persamaan berikut : Froude :
Bila Re < 500 = aliran laminer Bila Fr < 1 aliran lambat (subkritis)
500 < Re <1000 = aliran transisi Fr = 1 aliran kritis
Re >1000 = aliran turbulen Fr > 1 aliran cepat (super kritis)
Pengukuran aliran sungai dibagi menjadi 2, yakni :
1. Pengukuran secara langsung (direct measurement), yaitu
pengukuran aliran yang dilakukan tepat pada saat banjir atau debit
maksimum.
2. Pengukuran aliran secara tidak langsung (indirect measurement),
yaitu pengukuran aliran tepat setelah banjir besar.
9. 2.3 Erosi dan Sedimentasi 2.3.2 Penyebab terjadinya Erosi
Penyebab tejadinya, erosi dapat dibedakan menjadi
2.3.1 Faktor Penentu Erosi dua, yaitu
Erosi adalah peristiwa terkikisnya atau • Erosi normal disebut juga erosi geologi atau erosi
alami, merupakan proses – proses pengangkutan
terlepasnya tanah atau bagian – bagian tanah yang terjadi di bawah keadaan vegetasi alami.
tanah dari suatu tempat ke tempat lain
• Erosi dipercepat atau accelerated erosion adalah
akibat curah hujan yang deras dengan pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan
bantuan media alami seperti angin dan tanah sebagai akibat perbuatan manusia.
aliran air.
Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi Erosi percikan
(splash erosion)
terjadinya erosi adalah: Erosi lembar
•Faktor iklim (sheet erosion)
•Faktor tanah Erosi alur
•Faktor topografi (riil
erosion)
•Faktor vegetasi Macam – macam Erosi selokan
•Peranan manusia erosi atau parit (gully
erosion)
2.3.3 Sedimentasi
Erosi tanah
longsor (land
slide)
Menutrut asalnya, sediemen dibedakan
Erosi tebing
atas dua golongan, yaitu: sungai (stream
bank erosion)
• Angkutan sedimen dasar (bed material Erosi internal
teransport) (internal or
subsurfaces
• Muatan kikis (wash load) erosion)
10. 2.4 PerkiraanErosi
Untuk menghitung besarnya laju erosi, 2.5 Angkutan Sedimen
digunkan persamaan USLE: (Transport Sedimen)
A = R x K x Ls x C x P
Muatan bilas (Wash load)
Erosi aktual Muatan Layang (Suspended Load)
Erosi Potensial Qs = 0,0864 x C x Q
Muatan Dasar (Bed Load)
q 2,500 S 2 / 3 (q q)
2.6 Pengaruh Tata Guna Lahan s cr
Pada Daerah Aliran Sungai
Pemanfaatan tata guna lahan yang
2.7 Metode penanggulangan
tidak memperhatikan daya
dukungnya, budidaya pertanian
yang tidak memperdulikan asas Penanganan laju erosi dan angkutan
konservasi tanah serta penggunaan sedimentasi pada DAS terutama pada
lahan yang tidak sesuai dengan bagian hulu dapat ditangani dengan
fungsinya dapat menurunkan mutu metode vegetatife seperti menanam
tanah, degradasi lingkungan di tanaman penutup tanah dan reboisasi
wilayah daerah aliran sungai, serta dapat pula dengan
terganggunya tatanan air, terutama mengembangkan kawasan budidaya
ketersediaan air dalam kualitas dan pertanian secara terpadu.
kuantitasnya.
11. 3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian tugas akhir ini dilakukan
di bagian hulu Daerah Aliran Sungai
Wanggu, yang terletak di wilayah
Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi
Sulawesi Tenggara.
3.2 Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Time Schedule Penelitian
Bulan
No Kegiatan Oktober November Desember
I II III IV I II III IV I II III IV
1. Persiapan awal
a. Study Pustaka
b. Pembuatan Proposal
2. Seminar Proposal
3. Kegiatan Penelitian
a. Pengumpulan Data
4. Analisa Data
5. Hasil dan Pembahasan
6. Penyusunan Laporan
12. 3.4 Analisa Data
3.3 Pengumpulan Data Adapun tahapan analisis data dalam
penelitian ini, yakni :
3.3.1 Data Primer • Analisa Debit Aliran
Data primer dapat diperoleh dari hasil Analisa ini dilakukan untuk
peninjauan langsung di lapangan seperti: mengetahui besarnya debit aliran pada
•Kondisi sungai aliran Sungai Wanggu.
•Profil sungai • Analisa Perkiraan Erosi
Analisa ini dilakukan untuk
•Kondisi sedimen mengetahui tingkat erosi yang terjadi
di bagian hulu aliran Sungai Wanggu
dengan menggunakan persamaan
3.3.2 Data Sekunder USLE.
Data sekunder diperoleh dari data • Analisa Sedimen
Analisa sedimen ini dilakukan untuk
nonfisik bangunan berupa : mengetahui besarnya laju angkutan
•Struktur tanah sedimen yang terjadi di bagian hulu
•Data debit aliran Sungai Wanggu dengan
•Kondisi lahan menggunakan persamaan Schoklitsch.
•Data topografi • Menentukan Tata Guna Lahan yang
•Data morfologi dan vegetasi Sesuai
Hal ini dilakukan sebagai metode
•Data tata guna lahan penanggulangan agar dapat
mengurangi laju erosi dan angkutan
sediemen pada aliran Sungai Wanggu.
13. 4.1 Gambaran Umum Sungai Wanggu
Daerah Aliran Sungai (DAS) Wanggu dengan luas areal 45234.582
Ha mencakup areal mulai dari bagian hulu di Kabupaten Konawe
Selatan sampai di hilir Teluk Kendari sebagai outlet DAS, Provinsi
Sulawesi Tenggara.
Namun tinjauan lokasi penelitian disini ialah DAS Wanggu pada
bagian hulu. Tinjauan ini ditik beratkan pada struktur tanah.
kondisi topografi dan morfologis. serta kondisi vegatasi yang
dianggap berkaitan langsung dengan sedimentasi.
14. Muka Air Kecepatan Rata–rata (V) Luas (A) Debit (Q)
No Tanggal Tertinggi (H)
Penampungan (m2) (m/detik)
(meter) (m/detik)
1 24 Jan 2006 0.68 0.54 9.03 4.88
2 25 Feb 2006 0.57 0.57 7.26 4.14
3 20 Mar 2006 1.11 0.76 11 8.36
Q=A.V
4 05 Mei 2006 0.63 0.75 9.35 7.01
5 02 Agst 2006 0.64 0.43 9.01 3.87
6 06 Sep 2006 0.67 0.56 2.6 1.46
7 14 Okt 2006 0.91 1.29 10.1 13.03
8 05 Nov 2006 0.73 0.68 8.89 6.05
15.
16. 4.3.1 Faktor Erosivitas Hujan
EI30 = 6.119 x Rb1.211 x N-0.474 x Rmax0.526
Tahun Bulan Rb N Rbmax Rb1.211 N-0.474 Rbmax 0.526 EI30
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jan 20.5 9 4.5 38.7734 0.3529 2.2059 184.7112
Feb 13 15 1.9 22.3350 0.2770 1.4016 53.0668
Mar 14.9 15 2 26.3468 0.2770 1.4399 64.3107
Apr 18.7 11 3 34.6897 0.3209 1.7822 121.4021
Mei 21.9 14 4.1 42.0028 0.2862 2.1005 154.5318
Jun 14.9 12 3.4 26.3468 0.3079 1.9035 94.5007
2006
Jul 2.1 3 0.9 2.4559 0.5941 0.9461 8.4463
Agst 4.2 5 2.4 5.6853 0.4663 1.5849 25.7107
Sep 0 0 0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Okt 0 0 0 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
Nov 3.2 3 1.4 4.0901 0.5941 1.1936 17.7470
Des 2.5 7 2.5 3.0332 0.3976 1.6193 11.9488
Jumlah (Ʃ) 736.3762
17. 4.3.2 Faktor Erodibilitas
Tanah 4.3.3 Faktor Panjang
dan Kemiringan
No.
Jenis Tingkat
Nilai K
Lereng
Tanah Kepekaan Untuk mendapatkan nilai
1 Litosol Sangat peka 0.30 panjang dan kemiringan lereng
2 Kambisol Agak peka 0.75 digunakan persamaan
Weischmeier :
3 Podsolik Peka 0.60
0,6 1,4
L S
Ls
22,1 9
4.3.4 Faktor Nilai
Maka :
C x P
0,6 1,4
No Jenis Penggunaan Tanah Nilai C x P 37,0601 40
Ls
1 Hutan 0.001
22,1 9
2 Sawah 0.01
3 Kebun campuran 0.02
= 11.0066
4 Lahan kering 0.02
5 Semak belukar 0.01
6 Padang rumput 0.02
24. 4.5 Pengaruh Perubahan Pemanfataan Lahan
Terhadap Angkutan Sedimen
180000
160000
140000 hutan
120000 sawah
100000 kebun campuran
80000 lahan kering
60000
semak belukar
40000
padang rumput
20000
0
2006 2007 2008 2009 2010
25. 4.6 Metode Penanggulangan
Berdasarkan hasil studi dan observasi dilapangan yang
dilakukan penulis, maka penulis menyaranakan bahwa perlu
adanya pengelolaan vegetasi di sub DAS Wanggu (Hulu), seperti
reboisasi. Hal ini dikarenakan banyaknya lahan hutan yang berubah
fungsi menjadi lahan pertanian, perkebunan, sawah, lahan
kering, maupun menjadi daerah pemukiman warga.
Selain dengan cara vegetatife, pemasangan bronjong pada
pinggir sungai juga dapat mencegah tanah longsor dari pinggir
sungai masuk ke dalam saluran sungai.