SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 28
Descargar para leer sin conexión
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
               TIDAK ADA ARTINYA”




                                KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya maka
KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011
dapat diselesaikan dengan baik. KALEIDOSKOP ini merupakan salah satu produk dari Sistem
Informasi Kesehatan Propinsi Sumatera Barat yang dapat digunakan untuk mamantau dan
mengevaluasi    indikator   kesehatan   yang    merupakan    modal   bagi   tercapainya   Visi
MASYARAKAT SUMBAR PEDULI SEHAT, MANDIRI, BERKUALITAS DAN
BERKEADILAN


Berbagai data dan informasi yang dimuat dalam KALEIDOSKOP ini dapat digunakan sebagai
masukan untuk penyusunan Program Pembangunan Kesehatan di Propinsi Sumatera Barat. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam penerbitan KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN
PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 ini. Untuk itu kami mengharapkan masukan
dan saran untuk perbaikan sehingga penerbitan KALEIDOSKOP yang akan datang akan lebih
baik lagi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penerbitan KALEIDOSKOP ini.


Harapan kami semoga KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA
BARAT TAHUN 2011 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


                                                          Padang, 30 Oktober 2011
                                               Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat




                                                       Dr Hj Rosnini Savitri, M.Kes
                                                        NIP 19561207 198310 2 001




     KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                 1
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
              TIDAK ADA ARTINYA”




          KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN TAHUN 2011




PENDAHULUAN
Ada berbagai keberhasilan yang telah dicapai, namun ada pula tantangan dan masalah kesehatan
yang harus disikapi. Tantangan tersebut diantaranya semakin meningkatnya kebutuhan
masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu; beban ganda penyakit (di satu sisi, angka
kesakitan penyakit infeksi masih tinggi namun di sisi lain penyakit tidak menular mengalami
peningkatan yang cukup bermakna); disparitas status kesehatan antar wilayah cukup besar,
terutama di wilayah timur (daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan/DTPK); peningkatan
kebutuhan distribusi obat yang bermutu dan terjangkau; jumlah SDM Kesehatan kurang, disertai
distribusi yang tidak merata; adanya potensi masalah kesehatan akibat bencana dan perubahan
iklim, serta integrasi pembangunan infrastruktur kesehatan yang melibatkan lintas sektor di
lingkungan pemerintah, Pusat-Daerah, dan Swasta.




      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |              2
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
              TIDAK ADA ARTINYA”




Pada periode 2010-2014, Dinas Kesehatan melaksanakan terobosan dalam bentuk Reformasi
Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menghilangkan kesenjangan pembangunan
kesehatan antar daerah, antar sosial ekonomi, serta meningkatkan akses masyarakat pada
pelayanan kesehatan yang bermutu. Reformasi Bangkes dilakukan melalui 7 upaya, yaitu
revitalisasi primary health care (PHC) dan sistem rujukannya, serta pemenuhan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK); ketersediaan, keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan,
termasuk saintifikasi jamu; ketersediaan, distribusi SDM Kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata; pengembangan jaminan kesehatan; penanganan daerah bermasalah kesehatan
(PDBK), dan peningkatan pelayanan kesehatan di DTPK; pelaksanaan reformasi birokrasi serta
world class health care. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA
BARAT TAHUN 2011 ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan situasi kesehatan secara
merata di dalam wilayah Kabupaten / Kota Di Propinsi Sumatera Barat guna meningkatkan
kemampuan manajemen dalam pengelolaan operasional di lapangan dan pelayanan prima
terhadap masyarakat dalam mengembangkan informasi sebagai bahan evaluasi untuk
memberikan petunjuk dan pembuatan rencana strategis (Renstra) pembangunan
1. VISI :
   Masyarakat Sumbar Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan
2. MISI :
   1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,
       termasuk swasta dan masyarakat madani
   2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
       paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan.
   3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan Sumber Daya Kesehatan.
   4. Menciptakan tatakelola Kepemerintahan yang baik
3. Tujuan dan Sasaran :
   Tujuan Dinas Kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil-
   guna dan    berdaya-guna dalam      rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
   setinggi-tingginya.
      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                3
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                 TIDAK ADA ARTINYA”




SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 2011-2015 YAITU :

Sasaran pembangunan kesehatan 2011-2015 yaitu :

1. Meningkatnya           Umur
   Harapan Hidup dari 71,2
   tahun menjadi 72,56 tahun
   2015;
2. Menurunnya             Angka
   Kematian Ibu melahirkan
   dari    190     per   100.000
   kelahiran hidup tahun 2011
   menjadi 102 per 100.000
   kelahiran hidup tahun 2015;
3. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 22 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2011 menjadi 14
   per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 ;
4. Angka Gizi Kurang (BB/TB) dari 8,2 % pada tahun 2011 menjadi 6,6 % pada tahun 2015;


5. Penemuan kasus baru Tuberculosis dari 55% pada tahun 2011 menjadi 90% pada tahun
   2015;
6. Menurunnya kasus Malaria ( Annual Paracite Index-API) dari 2 pada tahun 2011 menjadi 1
   per 1.000 penduduk pada tahun 2015;
7. Persentase ODHA yang diobati dari 90% tahun 2011 menjadi 100% pada tahun 2015;
8. Meningkatnya cakupan immunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80% pada tahun
   2011 menjadi 100% pada tahun 2015;
9. Persentase penduduk yang memiliki Akses Air Minum yang berkualitas dari 64% pada
   tahun 2011 menjadi 68% pada tahun 2015;
10. Persentase penduduk yang menggunakan Jamban Sehat dari 67% pada tahun 2011 menjadi
   75% pada tahun 2015;


     KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |               4
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                TIDAK ADA ARTINYA”




11. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (total coverage) dari 63,8% pada tahun 2011 menjadi
   100% pada tahun 2015;
12. BOR Rumah Sakit dari 71 % pada tahun 2011 menjadi 80 % pada tahun 2015;


PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN PADA TAHUN 2011-2015 DIFOKUSKAN
PADA DELAPAN FOKUS PRIORITAS YAITU :

1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana (KB);
2. Perbaikan     status     gizi
   masyarakat;
3. Pengendalian      penyakit
   menular serta penyakit
   tidak   menular        diikuti
   penyehatan lingkungan;
4. Pemenuhan,
   pengembangan,             dan
   pemberdayaan            SDM
   kesehatan;
5. Peningkatan ketersediaan,
   keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat
   dan makanan;
6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas);
7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan;
8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.




      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |            5
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                TIDAK ADA ARTINYA”




                 BEBERAPA KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN DINAS
  KESEHATAN DALAM RANGKA PENCAPAIAN TARGET MILLENIUM
                           DEVELOPMENT GOALS (MDGS) UNTUK TAHUN 2011


PENCANANGAN POSBINDU PTM
Posbindu atau Pos Pelayanan
Terpadu       Penyakit       Tidak
Menular      merupakan       suatu
kegiatan     pencegahan        dan
pengendalian      faktor     risiko
penyakit tidak menular secara
dini yang berbasis masyarakat.
Adapun bentuk peran serta dari
masyarakat diharapkan secara
aktif sehingga kegiatan ini dapat
berlangsung dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Kegiatan yang dilakukan
di Posbindu PTM ini bersifat integratif mulai dari monitoring faktor risiko bersama PTM secara
rutin periodik, konseling faktor risiko, penyuluhan, aktifitas fisik bersama dan rujukan kasus
faktor risko sesuai kriteria klinis.
Dari hasil Riskesdas 2007,
    -   22,2% penduduk Kabupaten Padang Pariaman yang berumur 10 tahun ke atas merokok
        setiap hari.
    -   Kebiasaan makan sayur dan buahpun sangat kurang sekali, 99,2% masyarakat kurang
        makan sayur dan buah setiap harinya.
    -   33,3% masyarakatnya kurang aktifitas fisik.




        KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |              6
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                  TIDAK ADA ARTINYA”




Dengan dibentuknya Posbindu
sebagai layanan terpadu deteksi
dini dan pengendalian faktor
risiko     penyakit   tidak    menular
berbasis     masyarakat       di   atas,
diharapkan       derajat      kesehatan
masyarakat khususnya di Padang
Pariaman dapat lebih meningkat.
Posbindu PTM di Padang Pariaman
ini dicanangkan langsung oleh Ibu
menteri Kesehatan RI pada tanggal
15 Juli 2011.


KEGIATAN IMUNISASI

Imunisasi merupakan salah satu dari 8 target dalam pencapaian Millenium Development Goals
(MDGs) yaitu target 4A, menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990
dan 2015, dengan indikator persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak. Dari
sekian banyak keberhasilan program imunisasi masih terdapat beberapa kendala yang berpotensi
untuk menurunkan pencapaian imunisasi yang dapat berakibat peningkatan kasus/Kejadian Luar
Biasa sampai wabah yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
(PD3I). Dimana saat ini pencapaian cakupan imunisasi Provinsi Sumatera Barat sangat jauh dari
target nasional (campak yang sampai Agustus 2011 baru mencapai 42,3%, sedangkan target
nasional yang harus dicapai adalah 82%). Dari 19 kabupaten/kota, yang sudah mencapai target
imunisasi campak adalah Kabupaten Pasaman Barat, Dharmasraya, Kota Padang, Kota
Payakumbuh, Kota Solok dan Kota Sawahlunto, sementara 13 kabupaten/kota lain masih jauh
dari yang diharapkan.




         KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |            7
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                  TIDAK ADA ARTINYA”




Hal    ini    tentu    saja    akan
mengancam masa depan anak
bangsa.       Sepanjang       tahun
2011, telah terdapat kasus
campak positif di Kabupaten
Agam,        Kabupaten    Padang
Pariaman, Kota Pariaman dan
baru-baru ini terjadi Kejadian
Luar      Biasa       campak     di
Kabupaten       Pesisir   Selatan
yang menyerang anak-anak
usia balita dan anak usia
sekolah. Dari hasil analisis ternyata cakupan imunisasi di daerah tersebut belum mencapai target
sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Jika cakupan imunisasi BCG
dibawah target tentu saja anak-anak kita sangat rentan terhadap penyakit tuberkulosis yang akan
berdampak pada kualitas kehidupan mereka di masa depan. Begitu juga dengan polio yang
menyebabkan kelumpuhan dan difteri yang bahkan bisa menyebabkan kematian.



Saat ini berkembang di tengah-tengah masyarakat kita mitos-mitos negatif seperti antara lain
imunisasi menyebabkan anak cacat/meninggal atau bahkan melalui doktrin agama bahwa
imunisasi haram seperti halnya yang dilakukan oleh kelompok ummu salamah yang memberikan
ceramah, serta melalui media majalah dan buku-buku (majalah bekam, Deadly Mist, Bayang-
Bayang Gurita) yang sudah beredar dibeberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Hal ini tentu
memberikan efek negatif terhadap program imunisasi di Provinsi Sumatera Barat. Isu ini telah
berkembang hampir di seluruh Kabupaten/Kota,         kabupaten/kota yang mengalami dampak
terberat adalah Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Padang Panjang,
Kabupaten Agam, Kabupaten Dharmasraya, Kota Padang.



       KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                 8
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
              TIDAK ADA ARTINYA”




Telah dilaksanakan seminar sehari imunisasi dengan tema Imunisasi untuk Kesehatan Buah Hati
Kita yang dihadiri oleh 150 tokoh agama, tokoh adat, PKK Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Kandepag Kabupaten/Kota. Dari seluruh rangkaian acara seminar ini baik
dari presentasi maupun diskusi terlihat bahwa output yang diharapkan dapat tercapai, peserta
mengerti akan pentingnya imunisasi. Hanya sebagaian kecil/kelompok tertentu yang masih
menolak program ini.

Rapid Village Survey (RVS) Kusta di Maek Kab. 50 Kota
                                                                            Penyakit        kusta
                                                                                      merupakan
                                                                            penyakit menular
                                                                            menahun         yang
                                                                            disebabkan       oleh
                                                                                         kuman
                                                                               Mycobacterium
                                                                            leprae, tersebar di
                                                                            seluruh         dunia
                                                                                         dengan
                                                                            endemisitas yang
                                                                            berbeda-beda. Di
                                                                            antara 122 negara
                                                                            yang        endemis
pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi kusta. Di antara 11 negara penyumbang
penderita kusta di dunia, Indonesia menempati urutan ke 3 setelah India dan Brazil. Penyakit
Kusta saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas Kesehatan. Hal ini
disebabkan masih kurangnya pengetahuan / pengertian kepercayaan yang keliru terhadap kusta
dan cacat yang timbulkannya. Dengan kemajuan teknologi dibidang promotif,pencegahan,
pengobatan serta pemulihan kesehatan dibidang penyakit kusta, maka diperlukan program
pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas

      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                  9
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                   TIDAK ADA ARTINYA”




penyakit kusta. Selain
itu      juga            harus
diperhatikan
rehabilitasi medis dan
rehabilitas              social
ekonomi                  untuk
meningkatkan kualitas
hidup    penderita         dan
mantan penderita kusta,
upaya         –      upaya
pencegahan cacat dapat
dilakukan         baik      di
rumah ,Puskesmas dan
unit kesehatan lainnya.


Untuk di Propinsi Sumatera Barat penderita kusta termasuk daerah endemik rendah akan tetapi
selalu ditemukan penderita kusta, hal ini menunjukan adanya penularan di masyarakat. Sebagian
besar penderita kusta yang ditemukan dalam keadaan cacat hal ini disebutkan oleh penemuan
penderita secara dini yang masih kurang. Lokasi RVS adalah di Maek Kabupaten 50 Kota.
Daerah ini secara geografis adalah daerah yang sulit dijangkau, berbukit-bukit. Tercatat ada 30
orang penderita yang masih terdaftar dan 10 penderita kusta yang cacat tingkat 2, untuk itu
dilakukan kegiatan pencarian kasus di daerah tersebut untuk memutus mata rantai penularan.
Kegiatan ini diikuti oleh tim dari dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten 50 Kota, Kementerian
Kesehatan dan diliput oleh wartawan dari TV Aljazeera. RVS (penemuan kasus) kusta dilakukan
di 3 lokasi yatu Taeh Baruah, Padang Tui dan Nenan. Dari hasil RVS didapatkan 5 kasus
observasi.




        KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |               10
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
              TIDAK ADA ARTINYA”




IMEJ NEGATIF IMUNISASI TAK BENAR
Imunisasi tidak akan membuat anak-anak bodoh, cacat, dan lain sebagainya. Imunisasi bukanlah
program yang mematikan. Seandainya itu benar, sudah banyak anak-anak di Indonesia atau
bahkan di dunia yang bodoh dan cacat. Demikian dikatakan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno
pada seminar ‘Imunisasi untuk Kesehatan Buah Hati Kita’ di Auditorium Gubernuran Sumbar,
“Justru sebaliknya, dengan tidak melakukan imunisasi, berdampak pada pertumbuhan dan
kesehatan anak,” ujar Gubernur pada seminar yang juga dihadiri Dirjen Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, Chandra Yoga Adhitama, Kadinas
Kesehatan Provinsi Sumbar, Rosnini Savitri, Ketua LKAAM Sumbar M Sayuti Datuak Rajo
Panghulu, dan sejumlah Organisasi Islam di Sumbar.


Gubernur menyebutkan, capaian cakupan imunisasi di Sumbar masih sangat jauh dari target
nasional. Sampai Agustus 2011 baru 42 persen dari target nasional yang seharusnya sudah
mencapai 82 persen. Sebab itulah, Pemprov mohon dukungan kepada organisasi Islam,
      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |              11
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
               TIDAK ADA ARTINYA”




masyarakat, maupun orangtua dalam menyukseskan program tersebut. “Kami sangat peduli, dan
tidak ingin penyakit seperti campak, hipatitis. tuberkulosis, polio dan lain- lain, mewabah di
tengah-tengah masyarakat, khususnya anak-anak kita. Kita tidak menginginkan kejadian luar
biasa, apalagi kematian akibat dari rendahnya kesedaran masyarakat untuk mengimunisasi anak-
anaknya,” tegas politisi dari partai PKS ini.


WASPADAI POLIO
                                                             Dalam hal pencapaian imunisasi,
                                                             dari 19 kabupaten dan kota di
                                                             Sumbar, Kabupaten Kepulauan
                                                             Mentawai berada pada urutan
                                                             terbawah. Pada tingkat nasional
                                                             Mentawai berada pada urutan
                                                             409 dari 440 kabupaten dan kota
                                                             di Indonesia. Sementara itu,
                                                             Bukittingi teratas di Sumbar,
                                                             dengan urutan 33 di tingkat
                                                             nasional.Sementara itu, Chandra
Yoga Aditama mengatakan, sejak tahun 2006, polio sudah tidak ada lagi ditemukan di Indonesia.
Namun, dia masih khawatir polio bisa kembali berjangkit, yang masuknya dari negara tetangga.


“Artinya, kita tetap perlu waspada. Dalam hal ini, pemerintah akan menjadikan tahun 2012
sebagai tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin (IIR). Untuk itu, pemerintah pusat telah sepakat
dengan kepala daerah di seluruh Indonesia dalam mendukung dan menyukseskan kegiatan ini,”
tuturnya.Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Rosnini Savitri mengakui, sesungguhnya ada kendala
kecil yang justru berpotensi menurunkan capaian peserta imunisasi. “Salah satunya adalah
berkembangnya mitos negatif yang menyatakan imunisasi menyebabkan anak cacat hingga
menyebabkan kematian,” sebutnya.


      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                12
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                TIDAK ADA ARTINYA”




Bahkan,         informasi-
informasi negatif yang
sesungguhnya         tidak
sepenuhnya benar, tak
jarang pula disampaikan
melalui doktrin agama
yang sengaja dilakukan
oleh kelompok tertentu,
dengan      memberikan
ceramah    di    beberapa
tempat.Merujuk       pada
fatwa MUI Nomor 16
Tahun 2005 tentang Penggunaan Vaksin Polio, semua vaksin polio yang diproduksi saat ini, baik
di dalam maupun luar negeri, masih menggunakan media dan proses pembuatan yang belum
sepenuhnya sesuai dengan syariat Islam. Antara lain dengan menggunakan media jaringan ginjal
kera.


Dalam fatwa MUI tersebut, pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin yang
berasal dari atau mengandung benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram. Namun,
pemberian vaksin polio kepada seluruh balita pada saat ini dibolehkan, sepanjang belum ada
vaksin polio jenis lain yang produksinya menggunakan media dan proses yang sesuai dengan
syariat Islam.Untuk itu, sesuai fatwa tersebut, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar, Gusrizal
Gazahar menyebutkan, pemerintah hendaknya mengupayakan secara maksimal bersama WHO
dan negara-negara Islam atau yang berpenduduk muslim, agar memproduksi vaksin polio yang
sesuai dengan syariat Islam.




        KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |             13
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
               TIDAK ADA ARTINYA”




                                                          Sementara itu, Ketua LKAAM Sumbar
                                                          M      Sayuti     Dt    Rajo   Panghulu
                                                          berpendapat, untuk beberapa penyakit
                                                          dari   dulu     Minangkabau    memiliki
                                                          imunisasi untuk        kekebalan    tubuh.
                                                          Bedanya, imunisasi ala Minangkabau
                                                          tersebut tidak disuntikkan ke tubuh
                                                          seperti    vaksin      dalam       program
                                                          imunisasi modern saat ini.Imunisasi
                                                          ala    kearifan     lokal   Minangkabau
tersebut, ada sebanyak empat macam. Pertama, diluma atau menghaluskan beberapa jenis
ramuan obat-obatan, yang nantinya dioleskan kepada anak-anak yang berusia di bawah tiga
bulan. Ini berguna untuk menolak penyakit serangan serangga.


Kemudian, diburo atau beberapa jenis ramuan disiramkan kepada anak-anak umur tertentu,
untuk tahan dari penyakit kulit, seperti cacar. Ada juga didiang atau diasapi. Berguna untuk
tahan dari penyakit dalam. Dan terakhir dirandam atau direndam, untuk tahan mengahadapi
cuaca hujan atau panas.“Imunisasi la keraifan lokal Minangkabau tersebut secara filosifis
tertuang dalam ungkapan adat, tahan pahek dek gergaji, tahan tapo jo tapalian, tahan ujan jo
paneh, tahan angek jo dingin,” tukasnya.(*)



WASPADAI VIRUS DIFTERI
KASUS penyakit difteri kembali terjadi. Kali ini korbannya, seorang bocah berumur 5,5 tahun
berinisial RA, warga Padang Panjang diduga terserang virus difteri, yakni virus berbahaya yang
menyerang saluran pernapasan. Akibatnya, ia terpaksa diisolasi dan menjalani perawatan intensif
di RSUD setempat sejak Selasa (25/10) malam lalu. Sebagaimana diwartakan Singgalang edisi
Sabtu (29/10), virus yang lebih berbahaya dari flu burung itu, sudah muncul dua kali di kota ini.


      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                       14
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                  TIDAK ADA ARTINYA”




Peristiwa   ini    terjadi,   karena   kelalaian   pemerintah   yang   tak   mengimunisasi    anak.
Atas kejadian itu, pihak Kementrian Kesehatan RI dan pihak Dinkes Sumbar dan Dinkes Padang
Panjang memantau kasus itu ke Padang Panjang. Menurut Kepala Dinas Kesehatan SumbarDr.
Rosnini Savitri,M.Kes., munculnya kasus difteri karena imunisasi di Padang Panjang tidak
tuntas. Minimal cakupannya 80 persen. Sehubungan dengan hal itu ia meminta seluruh jajaran
kesehetan di Padang Panjang melakukan sweeping ke rumah-rumah mencari anak yang akan
diimunisasi. Jika diabaikan, maka persoalan akan muncul. Dinas kesehatan sudah meminta
bantuan mubaligh untuk menyebarluaskan betapa pentingnya imunisasi. Sekadar diketahui,
bahwa difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak. Penyakit ini
mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan
biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang
sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.


Difteri disebabkan oleh kuman corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang
berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Gejala utama dari penyakit
difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini.
Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul
terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan


      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                       15
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
               TIDAK ADA ARTINYA”




                                                                      pseudomembran,
kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya
karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf Melihat bahayanya penyakit ini maka
bila ada anak yang sakit dan ditemukan gejala di atas maka harus segera dibawa ke dokter atau
rumah sakit untuk segera mendapatkan penanganan.


Pasien biasanya akan masuk rumah sakit untuk diopname dan diisolasi dari orang lain guna
mencegah penularan. Di rumah sakit akan dilakukan pengawasan yang ketat terhadap fungsi
fungsi vital penderita untuk mencegah terjadinya komplikasi. Umumnya difteri dapat dicegah
melalui imunisasi. Dengan pengobatan yang cepat dan tepat maka komplikasi yang berat dapat
dihindari. Untuk mengeleminir kasus itu kita berharap pemerintah melalui Dinkes harus
melakukan gerakan imunisasi secara gencar ke tengah masyarakat, dengan harapan masyarakat
menyadari akan bahaya akan timbul pada anak-anak jika tidak mendapatkan imunisasi. Jika
semua bayi maupun balita mendapatkan imunisasi, maka generasi ke depan akan tumbuh secara
sehat.




         KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |            16
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                  TIDAK ADA ARTINYA”




18 PUSKESMAS TERIMA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN

Pemkab Solok lewat Dinas
Kesehatan          memperoleh
bantuan             operasional
kesehatan (BOK) 2011 dari
pemerintah pusat. Bantuan
itu       ditujukan      untuk
melaksanakan          pelayanan
kesehatan dalam mem bantu
pemerintahan daerah menuju
millennium         development
goals (MDGs). Sedikitnya,
18        pusat       kesehatan
masyarakat (Puskesmas) di daerah ini akan menerima kucuran BOK. Masing-masing Puskesmas
memperoleh bantuan sebesar Rp80 juta. “BOK untuk biaya operasional bagi Puskesmas,” tutur
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Asmairizal menjawab Singgalang di Arosuka.
Harapan akhir dari BOK, tentu meningkatkan kinerja Puskesmas dan jaringannya dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.


Sementara MDGs merupakan komitmen global guna mengupayakan pencapaian delapan tujuan
bersama pada 2015. SPM yakni standar pelayanan minimal adalah tolok ukur kinerja pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan pemerintah daerah. BOK salah satunya untuk mewujudkan SPM
dalam layanan kesehatan itu. Dikatakan, BOK utamanya digunakan untuk kegiatan upaya
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif di Puskesmas, termasuk Posyandu dan Poskesri.
Dari upaya kesehatan itu, dana BOK dilaksanakan pada kegiatan kesehatan ibu dan anak,
imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan
pengendalian penyakit. Dari kegiatan itu, secara garis besarnya BOK bisa digunakan pada
kegiatan yang dapat dikelompokkan. Antara lain, pendataan sasaran seperti ibu hamil, ibu

      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |              17
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
               TIDAK ADA ARTINYA”




bersalin balita, wanita usia subur dan sebagainya. Selain itu, juga untuk surveilans berupa gizi,
KIA, imunisasi, penyakit menular, dan lainnya. Di samping itu, bisa juga pada kegiatan
kunjungan rumah atau lapangan, pelayanan di Posyandu, kegiatan sweeping, pengambilan
spesimen dan sebagainya. “Untuk meningkatkan kua litas pelayanan di Puskesmas, sebagian
kecil BOK bisa di manfaatkan untuk pemeliharaan ringan pada Puskesmas dan jaringannya. Ia
menjelaskan, BOK tidak boleh dimanfaatkan untuk upaya kuratif dan rehabilitatif. Juga tidak
boleh digunakan untuk gaji, uang lembur, insentif dan pemeliharaan gedung, kendaraan, biaya
listrik, telepon dan air. Tidak pula boleh untuk pengadaan obat, vaksin, biaya konsumsi kegiatan
penyuluhan, pencetakan serta ATK dan penggandaan untuk kegiatan rutin Puskesmas.


Ditemukan 1.469 Penderita TB

                                                   Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4)
                                                   Lubuk     Alung    2010    menemukan         1.469
                                                   penderita tubercolosies (TB) paru atau di
                                                   masyarakat dikenal dengan sebutan TBC.
                                                   Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun
                                                   sebe-lumnya yang hanya menca-pai sekitar
                                                   1.000 penderita. Kepala BP4 Lubuk Alung,
                                                   Dasmiwarita, pada kunjung-an kerja Komisi
IV DPRD Sumbar, Jumat (7/1) menya-takan, jumlah itu merupakan penderita yang datang ke
balai pengobatan tersebut. “Dari 1.469 pasien pen-derita TB paru, hanya 25 orang yang kami
obati di sini, sedangkan 1.444 orang lagi kami rujuk ke puskesmas setempat atau puskesmas
dekat tempat tinggal me-rekaRujukan diberikan kepada penderita karena banyak di antara yang
datang ke sana berasal dari seluruh kabu-paten/kota di Sumbar. Bah-kan, juga ada yang datang
dari provinsi tetangga, Riau, Jambi, Bengkulu dan Su-matra Utara. Sementara, untuk pengobatan
TBC      diper-lukan      waktu      paling     sedikit    enam       bulan     untuk      sembuh.
“Selama itu, mereka harus mengkonsumsi obat setiap hari. Bila tidak, mereka tidak akan sembuh
atau menjadi penderita resistensi atau sulit untuk diobati lagi,” jelas Emi, sapaan akrabnya.

      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                      18
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
              TIDAK ADA ARTINYA”




                                           Pelayanan di BP4 disampaikan Emi dilaksanakan
                                           dengan sistem one day care atau satu hari pelayanan.
                                           Hal itu dilakukan agar pasien tidak bolak balik hanya
                                           untuk mengetahui kondisinya. Apa-lagi, pasien yang
                                           datang berasal dari berbagai tempat dan daerah.
                                           “Kasihan kalau harus bolak balik, sehingga kami
                                           selalu berusaha mela-yani sebaik mungkin dan tuntas
                                           dalam satu hari,” kata Emi yang didampingi sejum-
                                           lah dokter dan staf BP4. Namun dalam membe-rikan
                                           pelayanan kepada ma-syarakat, BP4 masih diha-
                                           dapkan pada berbagai keku-rangan sarana prasarana.
                                           Gedung BP4 disampaikan-nya, masih gedung hasil
                                           penyerahan dari pemerintah pusat beberapa puluh
tahun silam. Instalasi Gawat Da-rurat (IGD) BP4 juga belum representatif untuk melayani pasien
gawat darurat. Belum lagi, mereka saat ini baru memiliki satu dokter ahli paru. “Untuk itu, kami
ber-harap bapak dan ibu anggota dewan bisa membantu peng-anggaran dalam APBD Sum-bar,”
harapnya    sambil     menye      butkan     di    sana    terdapat    59    orang     pegawai.
Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Hj. Rosnini Savitri yang ikut mendampingi ber-sama bagian
Promkes Dinas Kesehatan Sumbar, Yuli meng akui, satu-satunya pembia-yaan BP4 sebagai unit
pelak-sana teknis (UPT) Dinas Kese-hatan Sumbar adalah APBD. Tahun 2010 lalu, dalam
APBD Sumbar, BP4 menda-patkan Rp2,750 miliar lebih.


Secara nasional disampaikan Nini, sapaan akrabnya Sum-bar berada pada rangking 16 penderita
TB Paru. Sama halnya dengan Kepa la BP4 Lubuk Alung, Nini berharap dukungan pem-biayaan
dari APBD Sumbar lebih ditingkatkan. Walaupun ditekankannya, keberadaan BP4 bukanlah
sebagai rumah sakit. Justru, BP4 merupakan lembaga yang berupaya mem berikan kemandirian
bagi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pada 2010 lalu, lembaga ini
berhasil me-nyumbangkan pendapatan daerah dari retribusi men-capai Rp656.871.000 atau lebih


      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                  19
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                 TIDAK ADA ARTINYA”




tinggi dari target Rp-625juta. Kondisi itu dipicu salah satunya rasa malu dari pen-derita terhadap
penyakitnya yang menular. Dari itu, mere-ka menyarankan agar BP4 segera mengajukan master
plan dari bangunan BP4 itu, sehingga menjadi balai pe-ngobatan yang lebih rep-resentatif.


MAKANAN              BERZAT            KIMIA    DIRAZIA          WASPADAI            PRODUK
MAKANAN DAN PARSEL
Dinas      Kesehatan       (Dinkes)
Sumbar bekerja sama dengan
Balai     Pengawas     Obat     dan
Makanan      (BPOM)        Sumbar,
Satpol     PP,     serta      aparat
kepolisian melakukan inspeksi
mendadak (sidak) ke sejumlah
swalayan dan toko di Padang,.
Produk kedaluwarsa, legalitas
produk,    zat   kimia     terlarang
menjadi incaran Beberapa toko
dan swalayan yang ikut dirazia oleh tim gabungan ini antara lain meliputi toko Jun, toko
Saudara, dan beberapa minimarket dan swalayan lainnya. Selain itu, tim ini juga melakukan
sidak ke Ramayana yang berada di Jalan Pemuda. Dalam razia kemarin, pada salah satu toko di
kawasan Pondok, sempat ditemukan beberapa jenis makanan dan minuman yang kedaluwarsa.
Produk dimasukkan dalam paket parsel untuk dijual. Begitu juga dengan legalitas produk, seperti
kemasan saus tiram ilegal dijual di salah satu toko di Pondok.


Selain itu, petugas yang melakukan razia juga sempat menemukan kemasan produk makanan
kaleng yang rusak dan berkarat. “Memang ditemukan di beberapa toko makanan kedaluwarsa.
Tapi sudah dipisah dari rak makanan yang dijual. Makanan itu tidak mereka jual lagi, tapi
menunggu distributor untuk ditukarkan makanan tersebut,” kata Kepala Dinas Kesehatan

        KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                  20
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
               TIDAK ADA ARTINYA”




Sumbar, Rosnini Savitri usai dilakukannya sidak. Dari sejumlah razia yang digelar selama bulan
puasa, terjadi penurunan temuan barang kedaluwarsa yang mengandung zat berbahaya bagi
kesehatan. Hampir tiap minggu tim dari Dinas Kesehatan dan BPOM turun ke lapangan merazia
makanan berbahaya bagi kesehatan.Razia parsel semakin intensif dilakukan jelang Lebaran
menyusul tingginya perminyaan konsumen. Situasi ini dimanfaatkan pedagang untuk menjual
produk kedaluwarsa dan berbahaya bagi kesehatan.Pengawasan ketat terhadap peredaran parsel
untuk mencegah peredaran makanan dan minuman kedaluwarsa. Pada pemantauan Dinkes tahun
lalu, tercium indikasi produk “basi” dalam parsel yang dibeli konsumen.
                                    Beredarnya barang makanan dan minuman kedaluwarsa tak
                                    lepas dari keteledoran distributor yang lamban mengontrol
                                    barang dagangannya yang dititipkan ke pedagang. Dari
                                    pantauan Dinkes, distributor terkesan membiarkan barang
                                    kedaluwarsa ditumpuk di gudang pedagang dan lambat
ditarik.“Kemasan yang rusak diyakini turut mempengaruhi layak tidaknya dikonsumsi. Sebab,
kemasan rusak termasuk kemasan kaleng yang penyok membuat kualitas makanan dan minuman
tak steril dan mudah tercemar bakteri,” jelas Rosnini.


“Hari ini, kita menyita beberapa jenis produk makanan yang tidak layak jual seperti cokelat,
susu, sarden, minuman kaleng, minyak saus tiram, dan lain sebagainya untuk dimusnahkan,”
tambah Rosnini pada wartawan.Untuk selanjutnya, kata Rosnini, seluruh pemilik toko diminta
memisahkan produk yang tidak layak jual tersebut. “Besok kita akan kembali lagi untuk
mengambil produk makanan yang telah dipisahkan pedagang tersebut untuk dimusnahkan secara
masal. Kita imbau masyarakat untuk berhati hati dan teliti sebelum membeli,” pungkasnya.




      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                21
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
         TIDAK ADA ARTINYA”




PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL PROPINSI SUMBAR THN.2010




   KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |        22
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
      TIDAK ADA ARTINYA”




KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |        23
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
               TIDAK ADA ARTINYA”




                                                                   Anak      perlu       mendapat
                                                                   kesempatan     yang     seluas-
                                                                   luasnya untuk tumbuh dan
                                                                   berkembang secara optimal,
                                                                   baik fisik, mental maupun
                                                                   sosial, dan berakhlak mulia,
                                                                   untuk itu perlu dilakukan
                                                                   upaya    perlindungan       serta
                                                                   mewujudkan        kesejahteraan
                                                                   anak dengan memberikan
jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Dalam
pandangan Islam, perlindungan anak memiliki makna fundamental, yaitu sebagai basis nilai dan
paradigma untuk melakukan perubahan nasib anak, serta sebagai pendekatan komprehensif bagi
manusia dalam pendidikan rohani, pembinaan generasi, pembentukan umat, dan pembangunan
budaya, serta penerapan prinsip – prinsip kemulian dan peradaban. Anak perlu mendapat
kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik,
mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan serta
mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya
serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Dalam pandangan Islam, perlindungan anak memiliki
makna fundamental, yaitu sebagai basis nilai dan paradigma untuk melakukan perubahan nasib
anak, serta sebagai pendekatan komprehensif bagi manusia dalam pendidikan rohani, pembinaan
generasi, pembentukan umat, dan pembangunan budaya, serta penerapan prinsip – prinsip
kemulian dan peradaban.

Selama ini masih belum dipahami perlunya partisipasi anak, namun sesuai amanah dari Undang
Undang Perlindungan AnakNomor. 23 Tahun 2002 maka perlu dilakukan upaya memunculkan
partisipasi Anak. Karena itu, prinsip – prinsip partisipasi anak sekarang harus menjadisalah satu
landasan dari perlindungan anak di Indonesia khususnya Sumatera Barat. Dari fakta yang ada
pada saat sekarang ada beberapa permasalahan anak antara lain :

      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                    24
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
              TIDAK ADA ARTINYA”




     1.   Anak yang mengalami masalah dengan hukum;
     2.   Anak yang mengalami situasi eksploitasi, yang meliputi eksploitasi ekonomi,
          penyalahgunaan obat, ekspoitasi seksual, perdagangan anak dan bentuk – bentuk
          eksploitasi lainnya
     3.   Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan masyarakat adat.


                                                         Meskipun perundang-undangan yang
                                                         ada, telah memberikan pengaturan
                                                         untuk kesejahteraan dan perlindungan
                                                         terhadap anak akan tetapi praktek
                                                         ditengah masyarakat, masih banyak
                                                         ditemukan                bentuk-bentuk
                                                         pelanggaran terhadap hak-hak anak.
                                                         Situasi ini juga dipengaruhi oleh krisis
                                                         ekonomi yang melahirkan kondisi
                                                         kemiskinan    yang    semakin     parah,
                                                         sehingga      menyebabkan        situasi
                                                         menjadi     teramat   sulit.   Kesulitan
                                                         ekonomi keluarga, juga menyebabkan
seorang anak harus membantu keluarganya mencari uang seperti kita saksikan kegiatan-kegiatan
di jalan. Anak harus meninggalkan bangku sekolah, pada Usia muda. Kita lihat jumlah anak
yang hidup dengan mencari nafkah di jalanan semakin meningkat. Anak sering menjadi korban
sehingga menyebabkan terhambat proses tumbuh kembang mereka secara wajar karena
ketidakmampuan orangtua dan terpaksa menjadi pengemis di jalanan. Dimasyarakat masih
ditemukan anak-anak terlantar, penyandang cacat, anak dengan gizi buruk dan anak nakal, yang
berhubungan dengan masalah kesejahteraan anak. Anak merupakan kelompok yang paling
rentan terhadap proses perubahan sosial, politik dan ekonomi dan sebagainya.




      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                   25
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
              TIDAK ADA ARTINYA”




                                                              Berdasarkan data statistik gender
                                                              dan Analisis Propinsi Sumatera
                                                              Barat tahun 2008 Anak usia 0 –
                                                              19       Tahun        berjumlah
                                                              1.692.200 Jiwa,   yang    terdiri
                                                              dari yang terdiri dari usia 0-4
                                                              tahun 483.600 jiwa, usia 5 – 9
                                                              berjumlah 465.000jiwa usia 10 –
                                                              14 tahun berjumlah 497.500 jiwa
                                                              dan anak yang berusia 15 – 18
                                                              tahun berjumlah 245.400 jiwa.
                                                              Sudah saatnya pemerintah dan
seluruh rakyat Indonesia memberikan dukungan agar setiap anak memperoleh haknya antara lain
: (1) pelayanan pendidikan dan pengajaran bermutu dalam rangka pengembangan pribadi ; (2)
pelayanan kesehatan bermutu dan jaminan sosial; (3) kebebasan berpartisipasi untuk menyatakan
dan didengar pendapatnya; (4) beristirahat dan memanfaatkan waktu luang; (5) perlindungan dari
diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual. Hal ini haruslah dimulai dari Institusi
Dasar yakni Keluarga, Lembaga Pendidikan formal dan non formal, Lembaga di Kecamatan, di
Kabupaten/Kota dan Propinsi serta Media Massa. Pemberdayaan dan Pendayagunaan
Kelembangaan yang ada, diperlukan agar mampu memenuhi tanggungjawab, hak dan kewajiban
dalam membangun kesejahteraan dan perlindungan anak.


Mari implementasikan Undang-undangnomor 23 tahun 2010 tentang Perlindungan Anak, dan
pahami hak anak apa saja yang mesti dilakukan, apa upaya untuk memenuhi hak-hak anak.
Pertama hak asuh, kedua hak kesehatan, ketiga hak pendidikan dan rekreasi dan yang keempat
hak berlindungan dari kekerasan. Oleh karena itu, berikanlah pengasuhan dan perlindungan
kepada anak-anak kita dari berbagai bentuk kekerasan termasuk kekerasan dalam rumah tangga.
Marilah kita asuh anak mereka dengan penuh kasih sayang dan penuh tanggungjawab. Mari kita


      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                 26
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                TIDAK ADA ARTINYA”




cegah dan hentikan tidakan-tindakan yang negatif, tindakan-tindakan yang tidak terpuji, seperti
kekerasan, eksploitasi, perlakuan kasar, penelantaran, diskriminasi dan perdagangan anak.


Dihari yang berbahagia ini, kita memperingati Hari Anak Nasional Tingkat Provinsi Sumatera
Barat, walaupun pelaksanaan di Propinsi Sumatera Barat tidak bertepatan dengan Hari Anak
Nasional yakni tanggal 23 Juli, Namun kita telah dapat memperingatinya dengan khidmat dan
sederhana, yang penting agar kita semua mau peduli meujudkan kepentingan terbaik bagi anak,
tentu ini tidak dapat dilaksanakan oleh Pemerintah saja perlu komitmen kita semua termasuk
anak itu sendiri, keluarga dan juga dunia usaha serta masyarakat.
Mudah-mudahan kita semua dapat melahirkan
generasi yang berkualitas, berakhlak mulia dan
berbudi pekerti sesuai dengan Thema kita pada
tahun ini yakni:“Kami anak Indonesia, Jujur
Beraklak Mulia, Cerdas dan berprestasi “
Tujuan :
   Adapun       tujuan     memperingati Hari      Anak
   Nasional     pada     tahun   2010   adalah   untuk
   menumbuhkan kepedulian, kesadaran dan peran
   aktif   keluarga,     masyarakat,    dunia    usaha,
   pemerintah dan negara dalam perlindungan, perawatan dan pengasuhan, pemberian
   pelayanan pendidikan, kesehatan, gizi serta memberikan informasi yang seluas-luasnya
   kepada seluruh anak dan komponen bangsa Indonesia tentang penyelenggaraan Hari Anak
   Nasional tahun 2010.
   Peserta.
   Adapun peserta yang hadir dan di undang dalam peringatan Hari Anak Nasional Tingkat
   Provinsi Sumatera Barat berjumlah 550 orang yang terdiri dari :
       -      Muspida Sumatera Barat
       -      Dinas/Instansi/ Organisasi Perempuan
       -      Duta Anak Provinsi Sumatera Barat
      KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                  27
“SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA
                TIDAK ADA ARTINYA”




     -        Wakil pelajar TK, SD, SLTP dan SLTA Kota Padang
     -        Organisasi Perempuan , LSM dan NGO yang peduli terhadap kepentingan anak
Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan
         a.    Fasilitasi Forum Anak yang melibatkan anak-anak Kab/Kota sebanyak 55 orang
               dan telah memilih 10 (sepuluh) orang Duta Anak Sumbar yang dipilih langsung
               oleh peserta Forum Anak secara terbuka.
         b.    Mengikuti Kongres Anak Indonesia pada tanggal 19 s.d 24 Juli 2010 di Provinsi
               Bangka Belitung dengan 10 (sepuluh) orang Anak yang didampingi oleh Putri
               Yanhelmi,SH.M.Si , Ngadiar,S.Sos dari Badan Pemberdayaan Perempuan & KB
               dan Adi Juanda dari LPA Sumbar.
         c.     Penyerahan Beras bantuan untuk panti asuhan dan sekaligus menghadirkan anak-
                anak panti oleh Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat.
         d.    Lomba melukis dan lomba Fashion Show oleh Dinas Pendidikan
         e.    Pelayanan kesehatan di Lapas Anak dan Panti Asuhan Mentawai Ulu Gadut serta
               lomba bayi dan balita sehat, oleh Dinas Kesehatan
         f.    Dialog inter aktif dengan tema “ Gangguan Tumbuh Kembang Anak” (Dinas
               Kesehatan).


   Kegiatan Yang DIilaksanakan Pada Acara Puncak
         a.    Pada kesempatan ini kita saksikan Penampilan Aktraksi Kesenian dan Bidang
               Agama oleh anak-anak.
         b.    Dialog antara Duta Anak Sumatera Barat dengan Gubernur, Ketua DPRD dan
               Dinas/Instansi terkait.
         c.     Penyerahan Piagam Penghargaan bagi Pemimpin Muda Indonesia, Duta Anak,
                LPA Sumbar sebagai lembaga sosial yang peduli terhadap anak,
         d.     Penyerahan Piagam Penghargaan oleh SKPD terkait.




    KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 |                28

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Materi kadis anak sehat ibu selamat
Materi kadis anak sehat ibu selamatMateri kadis anak sehat ibu selamat
Materi kadis anak sehat ibu selamatMuh Saleh
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Kamu Aku
 
Presentasi bu menkes
Presentasi bu menkesPresentasi bu menkes
Presentasi bu menkesputri irawan
 
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...Muchtar Mahdi
 
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)Muh Saleh
 
Visi & misi kemenkes
Visi & misi kemenkesVisi & misi kemenkes
Visi & misi kemenkesMoh. Wildan
 
PIS - PK untuk kadinkes
PIS - PK untuk kadinkesPIS - PK untuk kadinkes
PIS - PK untuk kadinkesErwinsyah Blue
 
Bk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_finalBk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_finalIntan Nurani
 
Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015defiahs
 
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)Yabniel Lit Jingga
 
Musrenbangnas, Prioritas Nasional : Kesehatan
Musrenbangnas, Prioritas Nasional : KesehatanMusrenbangnas, Prioritas Nasional : Kesehatan
Musrenbangnas, Prioritas Nasional : KesehatanBudi Perdana
 
RPJMN 2015-2019_Kementerian Kesehatan
RPJMN 2015-2019_Kementerian KesehatanRPJMN 2015-2019_Kementerian Kesehatan
RPJMN 2015-2019_Kementerian KesehatanMuh Saleh
 
Renstra kemkes 2010 2014,
Renstra kemkes 2010 2014,Renstra kemkes 2010 2014,
Renstra kemkes 2010 2014,Joni Iswanto
 
Rpjm bidang kesehatan
Rpjm bidang kesehatanRpjm bidang kesehatan
Rpjm bidang kesehatanAbdul Rohman
 
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahPokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahrahasst
 
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKStrategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKDokter Tekno
 
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011afshandewanti
 
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan Keluarga
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan KeluargaPedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan Keluarga
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan KeluargaMuh Saleh
 
Rencana Program Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahum 2017
Rencana Program Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahum 2017Rencana Program Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahum 2017
Rencana Program Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahum 2017Muh Saleh
 
Kinerja kemenkes 2009-2011
Kinerja kemenkes 2009-2011Kinerja kemenkes 2009-2011
Kinerja kemenkes 2009-2011ppidkemkes
 

La actualidad más candente (20)

Materi kadis anak sehat ibu selamat
Materi kadis anak sehat ibu selamatMateri kadis anak sehat ibu selamat
Materi kadis anak sehat ibu selamat
 
Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013Profil kesehatan-indonesia-2013
Profil kesehatan-indonesia-2013
 
Presentasi bu menkes
Presentasi bu menkesPresentasi bu menkes
Presentasi bu menkes
 
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
Kti skripsi no.297 hubungan pengembangan desa siaga dengan peningkatan motiva...
 
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
Kebijakan perencanaan pembangunan kesehatan (rpjmn 2015-2019)
 
Visi & misi kemenkes
Visi & misi kemenkesVisi & misi kemenkes
Visi & misi kemenkes
 
PIS - PK untuk kadinkes
PIS - PK untuk kadinkesPIS - PK untuk kadinkes
PIS - PK untuk kadinkes
 
Bk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_finalBk rencana kerja_gizi_final
Bk rencana kerja_gizi_final
 
Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015Visi indonesia sehat 2015
Visi indonesia sehat 2015
 
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
Kebijakan kesehatan di indonesia(1)
 
Musrenbangnas, Prioritas Nasional : Kesehatan
Musrenbangnas, Prioritas Nasional : KesehatanMusrenbangnas, Prioritas Nasional : Kesehatan
Musrenbangnas, Prioritas Nasional : Kesehatan
 
RPJMN 2015-2019_Kementerian Kesehatan
RPJMN 2015-2019_Kementerian KesehatanRPJMN 2015-2019_Kementerian Kesehatan
RPJMN 2015-2019_Kementerian Kesehatan
 
Renstra kemkes 2010 2014,
Renstra kemkes 2010 2014,Renstra kemkes 2010 2014,
Renstra kemkes 2010 2014,
 
Rpjm bidang kesehatan
Rpjm bidang kesehatanRpjm bidang kesehatan
Rpjm bidang kesehatan
 
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengahPokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
Pokok pokok hasil riskesdas 2013 provinsi jawa tengah
 
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKStrategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
 
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
Profil data kesehatan_indonesia_tahun_2011
 
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan Keluarga
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan KeluargaPedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan Keluarga
Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan pendekatan Keluarga
 
Rencana Program Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahum 2017
Rencana Program Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahum 2017Rencana Program Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahum 2017
Rencana Program Prioritas Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Tahum 2017
 
Kinerja kemenkes 2009-2011
Kinerja kemenkes 2009-2011Kinerja kemenkes 2009-2011
Kinerja kemenkes 2009-2011
 

Destacado

Television 121027231853-phpapp02
Television 121027231853-phpapp02Television 121027231853-phpapp02
Television 121027231853-phpapp02Yanan Lu
 
PC's State of the Union
PC's State of the UnionPC's State of the Union
PC's State of the UnionPhobeCrosby
 
Presentasi gubernur penghargaan
Presentasi gubernur penghargaanPresentasi gubernur penghargaan
Presentasi gubernur penghargaanindrasutanmudo
 
Television 121027231853-phpapp02
Television 121027231853-phpapp02Television 121027231853-phpapp02
Television 121027231853-phpapp02Yanan Lu
 
(Standard methods for the examination of water and wastewater) lenore s. cles...
(Standard methods for the examination of water and wastewater) lenore s. cles...(Standard methods for the examination of water and wastewater) lenore s. cles...
(Standard methods for the examination of water and wastewater) lenore s. cles...Gohar Ali
 
Autonomous Demand Response using Stochastic Differential Games
Autonomous Demand Response using Stochastic Differential GamesAutonomous Demand Response using Stochastic Differential Games
Autonomous Demand Response using Stochastic Differential GamesNajmeh Forouzandehmehr
 

Destacado (6)

Television 121027231853-phpapp02
Television 121027231853-phpapp02Television 121027231853-phpapp02
Television 121027231853-phpapp02
 
PC's State of the Union
PC's State of the UnionPC's State of the Union
PC's State of the Union
 
Presentasi gubernur penghargaan
Presentasi gubernur penghargaanPresentasi gubernur penghargaan
Presentasi gubernur penghargaan
 
Television 121027231853-phpapp02
Television 121027231853-phpapp02Television 121027231853-phpapp02
Television 121027231853-phpapp02
 
(Standard methods for the examination of water and wastewater) lenore s. cles...
(Standard methods for the examination of water and wastewater) lenore s. cles...(Standard methods for the examination of water and wastewater) lenore s. cles...
(Standard methods for the examination of water and wastewater) lenore s. cles...
 
Autonomous Demand Response using Stochastic Differential Games
Autonomous Demand Response using Stochastic Differential GamesAutonomous Demand Response using Stochastic Differential Games
Autonomous Demand Response using Stochastic Differential Games
 

Similar a Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1

KAK-Program-Kesga-2018 promkes ku.pdf
KAK-Program-Kesga-2018 promkes ku.pdfKAK-Program-Kesga-2018 promkes ku.pdf
KAK-Program-Kesga-2018 promkes ku.pdfwadi29
 
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013Muh Saleh
 
1 Jakstra Pk
1  Jakstra Pk1  Jakstra Pk
1 Jakstra Pkramli ma
 
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangPmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangRenie3
 
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangPmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangRenie3
 
P - 14 (SITUASI DAN TANTANGAN ADMINISTRATOR KESEHATAN) (1).pptx
P - 14 (SITUASI DAN TANTANGAN ADMINISTRATOR KESEHATAN) (1).pptxP - 14 (SITUASI DAN TANTANGAN ADMINISTRATOR KESEHATAN) (1).pptx
P - 14 (SITUASI DAN TANTANGAN ADMINISTRATOR KESEHATAN) (1).pptxVeniceaprilia
 
Paparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final editPaparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final editDokter Tekno
 
Dinas Kesehatan SulutTantangan dan Peluang Perdagangan Jasa Indonesia
Dinas Kesehatan SulutTantangan dan Peluang Perdagangan Jasa Indonesia Dinas Kesehatan SulutTantangan dan Peluang Perdagangan Jasa Indonesia
Dinas Kesehatan SulutTantangan dan Peluang Perdagangan Jasa Indonesia Samuel Hadjo
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019ainunchairat
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019ainunchairat
 
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akbFirman Dariyansyah
 

Similar a Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1 (20)

KAK-Program-Kesga-2018 promkes ku.pdf
KAK-Program-Kesga-2018 promkes ku.pdfKAK-Program-Kesga-2018 promkes ku.pdf
KAK-Program-Kesga-2018 promkes ku.pdf
 
PIS-PK
PIS-PKPIS-PK
PIS-PK
 
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
LPPD Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat tahun 2013
 
Ar ornamen (1)
Ar ornamen (1)Ar ornamen (1)
Ar ornamen (1)
 
3. bab 1
3. bab 13. bab 1
3. bab 1
 
kebijakan Lansia.pptx
kebijakan Lansia.pptxkebijakan Lansia.pptx
kebijakan Lansia.pptx
 
1 Jakstra Pk
1  Jakstra Pk1  Jakstra Pk
1 Jakstra Pk
 
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangPmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
 
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbangPmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
Pmk no. 41 ttg pedoman gizi seimbang
 
P - 14 (SITUASI DAN TANTANGAN ADMINISTRATOR KESEHATAN) (1).pptx
P - 14 (SITUASI DAN TANTANGAN ADMINISTRATOR KESEHATAN) (1).pptxP - 14 (SITUASI DAN TANTANGAN ADMINISTRATOR KESEHATAN) (1).pptx
P - 14 (SITUASI DAN TANTANGAN ADMINISTRATOR KESEHATAN) (1).pptx
 
Paparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final editPaparan anc terpadu final edit
Paparan anc terpadu final edit
 
Panduan Hari Kesehatan Nasional ke 50 tahun 2014
Panduan Hari Kesehatan Nasional ke 50 tahun 2014Panduan Hari Kesehatan Nasional ke 50 tahun 2014
Panduan Hari Kesehatan Nasional ke 50 tahun 2014
 
Panduan HKN ke 50 Tahun 2014
Panduan HKN ke 50 Tahun 2014Panduan HKN ke 50 Tahun 2014
Panduan HKN ke 50 Tahun 2014
 
Renstra kemkes 2010 2014
Renstra kemkes 2010 2014Renstra kemkes 2010 2014
Renstra kemkes 2010 2014
 
PPT yeww.pptx
PPT yeww.pptxPPT yeww.pptx
PPT yeww.pptx
 
Dinas Kesehatan SulutTantangan dan Peluang Perdagangan Jasa Indonesia
Dinas Kesehatan SulutTantangan dan Peluang Perdagangan Jasa Indonesia Dinas Kesehatan SulutTantangan dan Peluang Perdagangan Jasa Indonesia
Dinas Kesehatan SulutTantangan dan Peluang Perdagangan Jasa Indonesia
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019
 
Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019Kak posyandu lansia 2019
Kak posyandu lansia 2019
 
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
2 3-2-1-upaya-penurunan-aki-dan-akb
 

Bahan kleideskop dinas kesehatan edisi 1

  • 1. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya maka KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 dapat diselesaikan dengan baik. KALEIDOSKOP ini merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan Propinsi Sumatera Barat yang dapat digunakan untuk mamantau dan mengevaluasi indikator kesehatan yang merupakan modal bagi tercapainya Visi MASYARAKAT SUMBAR PEDULI SEHAT, MANDIRI, BERKUALITAS DAN BERKEADILAN Berbagai data dan informasi yang dimuat dalam KALEIDOSKOP ini dapat digunakan sebagai masukan untuk penyusunan Program Pembangunan Kesehatan di Propinsi Sumatera Barat. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penerbitan KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 ini. Untuk itu kami mengharapkan masukan dan saran untuk perbaikan sehingga penerbitan KALEIDOSKOP yang akan datang akan lebih baik lagi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penerbitan KALEIDOSKOP ini. Harapan kami semoga KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Padang, 30 Oktober 2011 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat Dr Hj Rosnini Savitri, M.Kes NIP 19561207 198310 2 001 KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 1
  • 2. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN TAHUN 2011 PENDAHULUAN Ada berbagai keberhasilan yang telah dicapai, namun ada pula tantangan dan masalah kesehatan yang harus disikapi. Tantangan tersebut diantaranya semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu; beban ganda penyakit (di satu sisi, angka kesakitan penyakit infeksi masih tinggi namun di sisi lain penyakit tidak menular mengalami peningkatan yang cukup bermakna); disparitas status kesehatan antar wilayah cukup besar, terutama di wilayah timur (daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan/DTPK); peningkatan kebutuhan distribusi obat yang bermutu dan terjangkau; jumlah SDM Kesehatan kurang, disertai distribusi yang tidak merata; adanya potensi masalah kesehatan akibat bencana dan perubahan iklim, serta integrasi pembangunan infrastruktur kesehatan yang melibatkan lintas sektor di lingkungan pemerintah, Pusat-Daerah, dan Swasta. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 2
  • 3. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Pada periode 2010-2014, Dinas Kesehatan melaksanakan terobosan dalam bentuk Reformasi Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan menghilangkan kesenjangan pembangunan kesehatan antar daerah, antar sosial ekonomi, serta meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu. Reformasi Bangkes dilakukan melalui 7 upaya, yaitu revitalisasi primary health care (PHC) dan sistem rujukannya, serta pemenuhan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK); ketersediaan, keterjangkauan obat di seluruh fasilitas kesehatan, termasuk saintifikasi jamu; ketersediaan, distribusi SDM Kesehatan yang bermutu secara adil dan merata; pengembangan jaminan kesehatan; penanganan daerah bermasalah kesehatan (PDBK), dan peningkatan pelayanan kesehatan di DTPK; pelaksanaan reformasi birokrasi serta world class health care. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan situasi kesehatan secara merata di dalam wilayah Kabupaten / Kota Di Propinsi Sumatera Barat guna meningkatkan kemampuan manajemen dalam pengelolaan operasional di lapangan dan pelayanan prima terhadap masyarakat dalam mengembangkan informasi sebagai bahan evaluasi untuk memberikan petunjuk dan pembuatan rencana strategis (Renstra) pembangunan 1. VISI : Masyarakat Sumbar Peduli Sehat, Mandiri, Berkualitas dan Berkeadilan 2. MISI : 1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani 2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan. 3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan Sumber Daya Kesehatan. 4. Menciptakan tatakelola Kepemerintahan yang baik 3. Tujuan dan Sasaran : Tujuan Dinas Kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil- guna dan berdaya-guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 3
  • 4. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 2011-2015 YAITU : Sasaran pembangunan kesehatan 2011-2015 yaitu : 1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup dari 71,2 tahun menjadi 72,56 tahun 2015; 2. Menurunnya Angka Kematian Ibu melahirkan dari 190 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2011 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015; 3. Menurunnya Angka Kematian Bayi dari 22 per 1.000 kelahiran hidup tahun 2011 menjadi 14 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 ; 4. Angka Gizi Kurang (BB/TB) dari 8,2 % pada tahun 2011 menjadi 6,6 % pada tahun 2015; 5. Penemuan kasus baru Tuberculosis dari 55% pada tahun 2011 menjadi 90% pada tahun 2015; 6. Menurunnya kasus Malaria ( Annual Paracite Index-API) dari 2 pada tahun 2011 menjadi 1 per 1.000 penduduk pada tahun 2015; 7. Persentase ODHA yang diobati dari 90% tahun 2011 menjadi 100% pada tahun 2015; 8. Meningkatnya cakupan immunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80% pada tahun 2011 menjadi 100% pada tahun 2015; 9. Persentase penduduk yang memiliki Akses Air Minum yang berkualitas dari 64% pada tahun 2011 menjadi 68% pada tahun 2015; 10. Persentase penduduk yang menggunakan Jamban Sehat dari 67% pada tahun 2011 menjadi 75% pada tahun 2015; KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 4
  • 5. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” 11. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (total coverage) dari 63,8% pada tahun 2011 menjadi 100% pada tahun 2015; 12. BOR Rumah Sakit dari 71 % pada tahun 2011 menjadi 80 % pada tahun 2015; PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN PADA TAHUN 2011-2015 DIFOKUSKAN PADA DELAPAN FOKUS PRIORITAS YAITU : 1. Peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita dan Keluarga Berencana (KB); 2. Perbaikan status gizi masyarakat; 3. Pengendalian penyakit menular serta penyakit tidak menular diikuti penyehatan lingkungan; 4. Pemenuhan, pengembangan, dan pemberdayaan SDM kesehatan; 5. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan, keamanan, mutu dan penggunaan obat serta pengawasan obat dan makanan; 6. Pengembangan sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas); 7. Pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan bencana dan krisis kesehatan; 8. Peningkatan pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 5
  • 6. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” BEBERAPA KEGIATAN YANG TELAH DILAKUKAN DINAS KESEHATAN DALAM RANGKA PENCAPAIAN TARGET MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGS) UNTUK TAHUN 2011 PENCANANGAN POSBINDU PTM Posbindu atau Pos Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular merupakan suatu kegiatan pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular secara dini yang berbasis masyarakat. Adapun bentuk peran serta dari masyarakat diharapkan secara aktif sehingga kegiatan ini dapat berlangsung dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Kegiatan yang dilakukan di Posbindu PTM ini bersifat integratif mulai dari monitoring faktor risiko bersama PTM secara rutin periodik, konseling faktor risiko, penyuluhan, aktifitas fisik bersama dan rujukan kasus faktor risko sesuai kriteria klinis. Dari hasil Riskesdas 2007, - 22,2% penduduk Kabupaten Padang Pariaman yang berumur 10 tahun ke atas merokok setiap hari. - Kebiasaan makan sayur dan buahpun sangat kurang sekali, 99,2% masyarakat kurang makan sayur dan buah setiap harinya. - 33,3% masyarakatnya kurang aktifitas fisik. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 6
  • 7. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Dengan dibentuknya Posbindu sebagai layanan terpadu deteksi dini dan pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular berbasis masyarakat di atas, diharapkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di Padang Pariaman dapat lebih meningkat. Posbindu PTM di Padang Pariaman ini dicanangkan langsung oleh Ibu menteri Kesehatan RI pada tanggal 15 Juli 2011. KEGIATAN IMUNISASI Imunisasi merupakan salah satu dari 8 target dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) yaitu target 4A, menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya, antara 1990 dan 2015, dengan indikator persentase anak di bawah satu tahun yang diimunisasi campak. Dari sekian banyak keberhasilan program imunisasi masih terdapat beberapa kendala yang berpotensi untuk menurunkan pencapaian imunisasi yang dapat berakibat peningkatan kasus/Kejadian Luar Biasa sampai wabah yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Dimana saat ini pencapaian cakupan imunisasi Provinsi Sumatera Barat sangat jauh dari target nasional (campak yang sampai Agustus 2011 baru mencapai 42,3%, sedangkan target nasional yang harus dicapai adalah 82%). Dari 19 kabupaten/kota, yang sudah mencapai target imunisasi campak adalah Kabupaten Pasaman Barat, Dharmasraya, Kota Padang, Kota Payakumbuh, Kota Solok dan Kota Sawahlunto, sementara 13 kabupaten/kota lain masih jauh dari yang diharapkan. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 7
  • 8. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Hal ini tentu saja akan mengancam masa depan anak bangsa. Sepanjang tahun 2011, telah terdapat kasus campak positif di Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman dan baru-baru ini terjadi Kejadian Luar Biasa campak di Kabupaten Pesisir Selatan yang menyerang anak-anak usia balita dan anak usia sekolah. Dari hasil analisis ternyata cakupan imunisasi di daerah tersebut belum mencapai target sesuai dengan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan. Jika cakupan imunisasi BCG dibawah target tentu saja anak-anak kita sangat rentan terhadap penyakit tuberkulosis yang akan berdampak pada kualitas kehidupan mereka di masa depan. Begitu juga dengan polio yang menyebabkan kelumpuhan dan difteri yang bahkan bisa menyebabkan kematian. Saat ini berkembang di tengah-tengah masyarakat kita mitos-mitos negatif seperti antara lain imunisasi menyebabkan anak cacat/meninggal atau bahkan melalui doktrin agama bahwa imunisasi haram seperti halnya yang dilakukan oleh kelompok ummu salamah yang memberikan ceramah, serta melalui media majalah dan buku-buku (majalah bekam, Deadly Mist, Bayang- Bayang Gurita) yang sudah beredar dibeberapa Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Hal ini tentu memberikan efek negatif terhadap program imunisasi di Provinsi Sumatera Barat. Isu ini telah berkembang hampir di seluruh Kabupaten/Kota, kabupaten/kota yang mengalami dampak terberat adalah Kabupaten 50 Kota, Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, Kabupaten Dharmasraya, Kota Padang. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 8
  • 9. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Telah dilaksanakan seminar sehari imunisasi dengan tema Imunisasi untuk Kesehatan Buah Hati Kita yang dihadiri oleh 150 tokoh agama, tokoh adat, PKK Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kandepag Kabupaten/Kota. Dari seluruh rangkaian acara seminar ini baik dari presentasi maupun diskusi terlihat bahwa output yang diharapkan dapat tercapai, peserta mengerti akan pentingnya imunisasi. Hanya sebagaian kecil/kelompok tertentu yang masih menolak program ini. Rapid Village Survey (RVS) Kusta di Maek Kab. 50 Kota Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae, tersebar di seluruh dunia dengan endemisitas yang berbeda-beda. Di antara 122 negara yang endemis pada tahun 1985, 98 negara telah mencapai eliminasi kusta. Di antara 11 negara penyumbang penderita kusta di dunia, Indonesia menempati urutan ke 3 setelah India dan Brazil. Penyakit Kusta saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas Kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan / pengertian kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan cacat yang timbulkannya. Dengan kemajuan teknologi dibidang promotif,pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan dibidang penyakit kusta, maka diperlukan program pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 9
  • 10. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” penyakit kusta. Selain itu juga harus diperhatikan rehabilitasi medis dan rehabilitas social ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mantan penderita kusta, upaya – upaya pencegahan cacat dapat dilakukan baik di rumah ,Puskesmas dan unit kesehatan lainnya. Untuk di Propinsi Sumatera Barat penderita kusta termasuk daerah endemik rendah akan tetapi selalu ditemukan penderita kusta, hal ini menunjukan adanya penularan di masyarakat. Sebagian besar penderita kusta yang ditemukan dalam keadaan cacat hal ini disebutkan oleh penemuan penderita secara dini yang masih kurang. Lokasi RVS adalah di Maek Kabupaten 50 Kota. Daerah ini secara geografis adalah daerah yang sulit dijangkau, berbukit-bukit. Tercatat ada 30 orang penderita yang masih terdaftar dan 10 penderita kusta yang cacat tingkat 2, untuk itu dilakukan kegiatan pencarian kasus di daerah tersebut untuk memutus mata rantai penularan. Kegiatan ini diikuti oleh tim dari dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten 50 Kota, Kementerian Kesehatan dan diliput oleh wartawan dari TV Aljazeera. RVS (penemuan kasus) kusta dilakukan di 3 lokasi yatu Taeh Baruah, Padang Tui dan Nenan. Dari hasil RVS didapatkan 5 kasus observasi. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 10
  • 11. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” IMEJ NEGATIF IMUNISASI TAK BENAR Imunisasi tidak akan membuat anak-anak bodoh, cacat, dan lain sebagainya. Imunisasi bukanlah program yang mematikan. Seandainya itu benar, sudah banyak anak-anak di Indonesia atau bahkan di dunia yang bodoh dan cacat. Demikian dikatakan Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno pada seminar ‘Imunisasi untuk Kesehatan Buah Hati Kita’ di Auditorium Gubernuran Sumbar, “Justru sebaliknya, dengan tidak melakukan imunisasi, berdampak pada pertumbuhan dan kesehatan anak,” ujar Gubernur pada seminar yang juga dihadiri Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI, Chandra Yoga Adhitama, Kadinas Kesehatan Provinsi Sumbar, Rosnini Savitri, Ketua LKAAM Sumbar M Sayuti Datuak Rajo Panghulu, dan sejumlah Organisasi Islam di Sumbar. Gubernur menyebutkan, capaian cakupan imunisasi di Sumbar masih sangat jauh dari target nasional. Sampai Agustus 2011 baru 42 persen dari target nasional yang seharusnya sudah mencapai 82 persen. Sebab itulah, Pemprov mohon dukungan kepada organisasi Islam, KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 11
  • 12. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” masyarakat, maupun orangtua dalam menyukseskan program tersebut. “Kami sangat peduli, dan tidak ingin penyakit seperti campak, hipatitis. tuberkulosis, polio dan lain- lain, mewabah di tengah-tengah masyarakat, khususnya anak-anak kita. Kita tidak menginginkan kejadian luar biasa, apalagi kematian akibat dari rendahnya kesedaran masyarakat untuk mengimunisasi anak- anaknya,” tegas politisi dari partai PKS ini. WASPADAI POLIO Dalam hal pencapaian imunisasi, dari 19 kabupaten dan kota di Sumbar, Kabupaten Kepulauan Mentawai berada pada urutan terbawah. Pada tingkat nasional Mentawai berada pada urutan 409 dari 440 kabupaten dan kota di Indonesia. Sementara itu, Bukittingi teratas di Sumbar, dengan urutan 33 di tingkat nasional.Sementara itu, Chandra Yoga Aditama mengatakan, sejak tahun 2006, polio sudah tidak ada lagi ditemukan di Indonesia. Namun, dia masih khawatir polio bisa kembali berjangkit, yang masuknya dari negara tetangga. “Artinya, kita tetap perlu waspada. Dalam hal ini, pemerintah akan menjadikan tahun 2012 sebagai tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin (IIR). Untuk itu, pemerintah pusat telah sepakat dengan kepala daerah di seluruh Indonesia dalam mendukung dan menyukseskan kegiatan ini,” tuturnya.Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Rosnini Savitri mengakui, sesungguhnya ada kendala kecil yang justru berpotensi menurunkan capaian peserta imunisasi. “Salah satunya adalah berkembangnya mitos negatif yang menyatakan imunisasi menyebabkan anak cacat hingga menyebabkan kematian,” sebutnya. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 12
  • 13. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Bahkan, informasi- informasi negatif yang sesungguhnya tidak sepenuhnya benar, tak jarang pula disampaikan melalui doktrin agama yang sengaja dilakukan oleh kelompok tertentu, dengan memberikan ceramah di beberapa tempat.Merujuk pada fatwa MUI Nomor 16 Tahun 2005 tentang Penggunaan Vaksin Polio, semua vaksin polio yang diproduksi saat ini, baik di dalam maupun luar negeri, masih menggunakan media dan proses pembuatan yang belum sepenuhnya sesuai dengan syariat Islam. Antara lain dengan menggunakan media jaringan ginjal kera. Dalam fatwa MUI tersebut, pada dasarnya, penggunaan obat-obatan, termasuk vaksin yang berasal dari atau mengandung benda najis ataupun benda terkena najis adalah haram. Namun, pemberian vaksin polio kepada seluruh balita pada saat ini dibolehkan, sepanjang belum ada vaksin polio jenis lain yang produksinya menggunakan media dan proses yang sesuai dengan syariat Islam.Untuk itu, sesuai fatwa tersebut, Ketua Bidang Fatwa MUI Sumbar, Gusrizal Gazahar menyebutkan, pemerintah hendaknya mengupayakan secara maksimal bersama WHO dan negara-negara Islam atau yang berpenduduk muslim, agar memproduksi vaksin polio yang sesuai dengan syariat Islam. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 13
  • 14. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Sementara itu, Ketua LKAAM Sumbar M Sayuti Dt Rajo Panghulu berpendapat, untuk beberapa penyakit dari dulu Minangkabau memiliki imunisasi untuk kekebalan tubuh. Bedanya, imunisasi ala Minangkabau tersebut tidak disuntikkan ke tubuh seperti vaksin dalam program imunisasi modern saat ini.Imunisasi ala kearifan lokal Minangkabau tersebut, ada sebanyak empat macam. Pertama, diluma atau menghaluskan beberapa jenis ramuan obat-obatan, yang nantinya dioleskan kepada anak-anak yang berusia di bawah tiga bulan. Ini berguna untuk menolak penyakit serangan serangga. Kemudian, diburo atau beberapa jenis ramuan disiramkan kepada anak-anak umur tertentu, untuk tahan dari penyakit kulit, seperti cacar. Ada juga didiang atau diasapi. Berguna untuk tahan dari penyakit dalam. Dan terakhir dirandam atau direndam, untuk tahan mengahadapi cuaca hujan atau panas.“Imunisasi la keraifan lokal Minangkabau tersebut secara filosifis tertuang dalam ungkapan adat, tahan pahek dek gergaji, tahan tapo jo tapalian, tahan ujan jo paneh, tahan angek jo dingin,” tukasnya.(*) WASPADAI VIRUS DIFTERI KASUS penyakit difteri kembali terjadi. Kali ini korbannya, seorang bocah berumur 5,5 tahun berinisial RA, warga Padang Panjang diduga terserang virus difteri, yakni virus berbahaya yang menyerang saluran pernapasan. Akibatnya, ia terpaksa diisolasi dan menjalani perawatan intensif di RSUD setempat sejak Selasa (25/10) malam lalu. Sebagaimana diwartakan Singgalang edisi Sabtu (29/10), virus yang lebih berbahaya dari flu burung itu, sudah muncul dua kali di kota ini. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 14
  • 15. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Peristiwa ini terjadi, karena kelalaian pemerintah yang tak mengimunisasi anak. Atas kejadian itu, pihak Kementrian Kesehatan RI dan pihak Dinkes Sumbar dan Dinkes Padang Panjang memantau kasus itu ke Padang Panjang. Menurut Kepala Dinas Kesehatan SumbarDr. Rosnini Savitri,M.Kes., munculnya kasus difteri karena imunisasi di Padang Panjang tidak tuntas. Minimal cakupannya 80 persen. Sehubungan dengan hal itu ia meminta seluruh jajaran kesehetan di Padang Panjang melakukan sweeping ke rumah-rumah mencari anak yang akan diimunisasi. Jika diabaikan, maka persoalan akan muncul. Dinas kesehatan sudah meminta bantuan mubaligh untuk menyebarluaskan betapa pentingnya imunisasi. Sekadar diketahui, bahwa difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak. Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Difteri disebabkan oleh kuman corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 15
  • 16. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf Melihat bahayanya penyakit ini maka bila ada anak yang sakit dan ditemukan gejala di atas maka harus segera dibawa ke dokter atau rumah sakit untuk segera mendapatkan penanganan. Pasien biasanya akan masuk rumah sakit untuk diopname dan diisolasi dari orang lain guna mencegah penularan. Di rumah sakit akan dilakukan pengawasan yang ketat terhadap fungsi fungsi vital penderita untuk mencegah terjadinya komplikasi. Umumnya difteri dapat dicegah melalui imunisasi. Dengan pengobatan yang cepat dan tepat maka komplikasi yang berat dapat dihindari. Untuk mengeleminir kasus itu kita berharap pemerintah melalui Dinkes harus melakukan gerakan imunisasi secara gencar ke tengah masyarakat, dengan harapan masyarakat menyadari akan bahaya akan timbul pada anak-anak jika tidak mendapatkan imunisasi. Jika semua bayi maupun balita mendapatkan imunisasi, maka generasi ke depan akan tumbuh secara sehat. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 16
  • 17. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” 18 PUSKESMAS TERIMA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN Pemkab Solok lewat Dinas Kesehatan memperoleh bantuan operasional kesehatan (BOK) 2011 dari pemerintah pusat. Bantuan itu ditujukan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dalam mem bantu pemerintahan daerah menuju millennium development goals (MDGs). Sedikitnya, 18 pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) di daerah ini akan menerima kucuran BOK. Masing-masing Puskesmas memperoleh bantuan sebesar Rp80 juta. “BOK untuk biaya operasional bagi Puskesmas,” tutur Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Asmairizal menjawab Singgalang di Arosuka. Harapan akhir dari BOK, tentu meningkatkan kinerja Puskesmas dan jaringannya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Sementara MDGs merupakan komitmen global guna mengupayakan pencapaian delapan tujuan bersama pada 2015. SPM yakni standar pelayanan minimal adalah tolok ukur kinerja pelayanan kesehatan yang diselenggarakan pemerintah daerah. BOK salah satunya untuk mewujudkan SPM dalam layanan kesehatan itu. Dikatakan, BOK utamanya digunakan untuk kegiatan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif di Puskesmas, termasuk Posyandu dan Poskesri. Dari upaya kesehatan itu, dana BOK dilaksanakan pada kegiatan kesehatan ibu dan anak, imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit. Dari kegiatan itu, secara garis besarnya BOK bisa digunakan pada kegiatan yang dapat dikelompokkan. Antara lain, pendataan sasaran seperti ibu hamil, ibu KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 17
  • 18. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” bersalin balita, wanita usia subur dan sebagainya. Selain itu, juga untuk surveilans berupa gizi, KIA, imunisasi, penyakit menular, dan lainnya. Di samping itu, bisa juga pada kegiatan kunjungan rumah atau lapangan, pelayanan di Posyandu, kegiatan sweeping, pengambilan spesimen dan sebagainya. “Untuk meningkatkan kua litas pelayanan di Puskesmas, sebagian kecil BOK bisa di manfaatkan untuk pemeliharaan ringan pada Puskesmas dan jaringannya. Ia menjelaskan, BOK tidak boleh dimanfaatkan untuk upaya kuratif dan rehabilitatif. Juga tidak boleh digunakan untuk gaji, uang lembur, insentif dan pemeliharaan gedung, kendaraan, biaya listrik, telepon dan air. Tidak pula boleh untuk pengadaan obat, vaksin, biaya konsumsi kegiatan penyuluhan, pencetakan serta ATK dan penggandaan untuk kegiatan rutin Puskesmas. Ditemukan 1.469 Penderita TB Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Lubuk Alung 2010 menemukan 1.469 penderita tubercolosies (TB) paru atau di masyarakat dikenal dengan sebutan TBC. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebe-lumnya yang hanya menca-pai sekitar 1.000 penderita. Kepala BP4 Lubuk Alung, Dasmiwarita, pada kunjung-an kerja Komisi IV DPRD Sumbar, Jumat (7/1) menya-takan, jumlah itu merupakan penderita yang datang ke balai pengobatan tersebut. “Dari 1.469 pasien pen-derita TB paru, hanya 25 orang yang kami obati di sini, sedangkan 1.444 orang lagi kami rujuk ke puskesmas setempat atau puskesmas dekat tempat tinggal me-rekaRujukan diberikan kepada penderita karena banyak di antara yang datang ke sana berasal dari seluruh kabu-paten/kota di Sumbar. Bah-kan, juga ada yang datang dari provinsi tetangga, Riau, Jambi, Bengkulu dan Su-matra Utara. Sementara, untuk pengobatan TBC diper-lukan waktu paling sedikit enam bulan untuk sembuh. “Selama itu, mereka harus mengkonsumsi obat setiap hari. Bila tidak, mereka tidak akan sembuh atau menjadi penderita resistensi atau sulit untuk diobati lagi,” jelas Emi, sapaan akrabnya. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 18
  • 19. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Pelayanan di BP4 disampaikan Emi dilaksanakan dengan sistem one day care atau satu hari pelayanan. Hal itu dilakukan agar pasien tidak bolak balik hanya untuk mengetahui kondisinya. Apa-lagi, pasien yang datang berasal dari berbagai tempat dan daerah. “Kasihan kalau harus bolak balik, sehingga kami selalu berusaha mela-yani sebaik mungkin dan tuntas dalam satu hari,” kata Emi yang didampingi sejum- lah dokter dan staf BP4. Namun dalam membe-rikan pelayanan kepada ma-syarakat, BP4 masih diha- dapkan pada berbagai keku-rangan sarana prasarana. Gedung BP4 disampaikan-nya, masih gedung hasil penyerahan dari pemerintah pusat beberapa puluh tahun silam. Instalasi Gawat Da-rurat (IGD) BP4 juga belum representatif untuk melayani pasien gawat darurat. Belum lagi, mereka saat ini baru memiliki satu dokter ahli paru. “Untuk itu, kami ber-harap bapak dan ibu anggota dewan bisa membantu peng-anggaran dalam APBD Sum-bar,” harapnya sambil menye butkan di sana terdapat 59 orang pegawai. Kepala Dinas Kesehatan Sumbar, Hj. Rosnini Savitri yang ikut mendampingi ber-sama bagian Promkes Dinas Kesehatan Sumbar, Yuli meng akui, satu-satunya pembia-yaan BP4 sebagai unit pelak-sana teknis (UPT) Dinas Kese-hatan Sumbar adalah APBD. Tahun 2010 lalu, dalam APBD Sumbar, BP4 menda-patkan Rp2,750 miliar lebih. Secara nasional disampaikan Nini, sapaan akrabnya Sum-bar berada pada rangking 16 penderita TB Paru. Sama halnya dengan Kepa la BP4 Lubuk Alung, Nini berharap dukungan pem-biayaan dari APBD Sumbar lebih ditingkatkan. Walaupun ditekankannya, keberadaan BP4 bukanlah sebagai rumah sakit. Justru, BP4 merupakan lembaga yang berupaya mem berikan kemandirian bagi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Pada 2010 lalu, lembaga ini berhasil me-nyumbangkan pendapatan daerah dari retribusi men-capai Rp656.871.000 atau lebih KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 19
  • 20. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” tinggi dari target Rp-625juta. Kondisi itu dipicu salah satunya rasa malu dari pen-derita terhadap penyakitnya yang menular. Dari itu, mere-ka menyarankan agar BP4 segera mengajukan master plan dari bangunan BP4 itu, sehingga menjadi balai pe-ngobatan yang lebih rep-resentatif. MAKANAN BERZAT KIMIA DIRAZIA WASPADAI PRODUK MAKANAN DAN PARSEL Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar bekerja sama dengan Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Sumbar, Satpol PP, serta aparat kepolisian melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah swalayan dan toko di Padang,. Produk kedaluwarsa, legalitas produk, zat kimia terlarang menjadi incaran Beberapa toko dan swalayan yang ikut dirazia oleh tim gabungan ini antara lain meliputi toko Jun, toko Saudara, dan beberapa minimarket dan swalayan lainnya. Selain itu, tim ini juga melakukan sidak ke Ramayana yang berada di Jalan Pemuda. Dalam razia kemarin, pada salah satu toko di kawasan Pondok, sempat ditemukan beberapa jenis makanan dan minuman yang kedaluwarsa. Produk dimasukkan dalam paket parsel untuk dijual. Begitu juga dengan legalitas produk, seperti kemasan saus tiram ilegal dijual di salah satu toko di Pondok. Selain itu, petugas yang melakukan razia juga sempat menemukan kemasan produk makanan kaleng yang rusak dan berkarat. “Memang ditemukan di beberapa toko makanan kedaluwarsa. Tapi sudah dipisah dari rak makanan yang dijual. Makanan itu tidak mereka jual lagi, tapi menunggu distributor untuk ditukarkan makanan tersebut,” kata Kepala Dinas Kesehatan KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 20
  • 21. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Sumbar, Rosnini Savitri usai dilakukannya sidak. Dari sejumlah razia yang digelar selama bulan puasa, terjadi penurunan temuan barang kedaluwarsa yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan. Hampir tiap minggu tim dari Dinas Kesehatan dan BPOM turun ke lapangan merazia makanan berbahaya bagi kesehatan.Razia parsel semakin intensif dilakukan jelang Lebaran menyusul tingginya perminyaan konsumen. Situasi ini dimanfaatkan pedagang untuk menjual produk kedaluwarsa dan berbahaya bagi kesehatan.Pengawasan ketat terhadap peredaran parsel untuk mencegah peredaran makanan dan minuman kedaluwarsa. Pada pemantauan Dinkes tahun lalu, tercium indikasi produk “basi” dalam parsel yang dibeli konsumen. Beredarnya barang makanan dan minuman kedaluwarsa tak lepas dari keteledoran distributor yang lamban mengontrol barang dagangannya yang dititipkan ke pedagang. Dari pantauan Dinkes, distributor terkesan membiarkan barang kedaluwarsa ditumpuk di gudang pedagang dan lambat ditarik.“Kemasan yang rusak diyakini turut mempengaruhi layak tidaknya dikonsumsi. Sebab, kemasan rusak termasuk kemasan kaleng yang penyok membuat kualitas makanan dan minuman tak steril dan mudah tercemar bakteri,” jelas Rosnini. “Hari ini, kita menyita beberapa jenis produk makanan yang tidak layak jual seperti cokelat, susu, sarden, minuman kaleng, minyak saus tiram, dan lain sebagainya untuk dimusnahkan,” tambah Rosnini pada wartawan.Untuk selanjutnya, kata Rosnini, seluruh pemilik toko diminta memisahkan produk yang tidak layak jual tersebut. “Besok kita akan kembali lagi untuk mengambil produk makanan yang telah dipisahkan pedagang tersebut untuk dimusnahkan secara masal. Kita imbau masyarakat untuk berhati hati dan teliti sebelum membeli,” pungkasnya. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 21
  • 22. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” PERINGATAN HARI ANAK NASIONAL PROPINSI SUMBAR THN.2010 KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 22
  • 23. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 23
  • 24. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Anak perlu mendapat kesempatan yang seluas- luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Dalam pandangan Islam, perlindungan anak memiliki makna fundamental, yaitu sebagai basis nilai dan paradigma untuk melakukan perubahan nasib anak, serta sebagai pendekatan komprehensif bagi manusia dalam pendidikan rohani, pembinaan generasi, pembentukan umat, dan pembangunan budaya, serta penerapan prinsip – prinsip kemulian dan peradaban. Anak perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan serta mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi. Dalam pandangan Islam, perlindungan anak memiliki makna fundamental, yaitu sebagai basis nilai dan paradigma untuk melakukan perubahan nasib anak, serta sebagai pendekatan komprehensif bagi manusia dalam pendidikan rohani, pembinaan generasi, pembentukan umat, dan pembangunan budaya, serta penerapan prinsip – prinsip kemulian dan peradaban. Selama ini masih belum dipahami perlunya partisipasi anak, namun sesuai amanah dari Undang Undang Perlindungan AnakNomor. 23 Tahun 2002 maka perlu dilakukan upaya memunculkan partisipasi Anak. Karena itu, prinsip – prinsip partisipasi anak sekarang harus menjadisalah satu landasan dari perlindungan anak di Indonesia khususnya Sumatera Barat. Dari fakta yang ada pada saat sekarang ada beberapa permasalahan anak antara lain : KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 24
  • 25. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” 1. Anak yang mengalami masalah dengan hukum; 2. Anak yang mengalami situasi eksploitasi, yang meliputi eksploitasi ekonomi, penyalahgunaan obat, ekspoitasi seksual, perdagangan anak dan bentuk – bentuk eksploitasi lainnya 3. Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan masyarakat adat. Meskipun perundang-undangan yang ada, telah memberikan pengaturan untuk kesejahteraan dan perlindungan terhadap anak akan tetapi praktek ditengah masyarakat, masih banyak ditemukan bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hak-hak anak. Situasi ini juga dipengaruhi oleh krisis ekonomi yang melahirkan kondisi kemiskinan yang semakin parah, sehingga menyebabkan situasi menjadi teramat sulit. Kesulitan ekonomi keluarga, juga menyebabkan seorang anak harus membantu keluarganya mencari uang seperti kita saksikan kegiatan-kegiatan di jalan. Anak harus meninggalkan bangku sekolah, pada Usia muda. Kita lihat jumlah anak yang hidup dengan mencari nafkah di jalanan semakin meningkat. Anak sering menjadi korban sehingga menyebabkan terhambat proses tumbuh kembang mereka secara wajar karena ketidakmampuan orangtua dan terpaksa menjadi pengemis di jalanan. Dimasyarakat masih ditemukan anak-anak terlantar, penyandang cacat, anak dengan gizi buruk dan anak nakal, yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan anak. Anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap proses perubahan sosial, politik dan ekonomi dan sebagainya. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 25
  • 26. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” Berdasarkan data statistik gender dan Analisis Propinsi Sumatera Barat tahun 2008 Anak usia 0 – 19 Tahun berjumlah 1.692.200 Jiwa, yang terdiri dari yang terdiri dari usia 0-4 tahun 483.600 jiwa, usia 5 – 9 berjumlah 465.000jiwa usia 10 – 14 tahun berjumlah 497.500 jiwa dan anak yang berusia 15 – 18 tahun berjumlah 245.400 jiwa. Sudah saatnya pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia memberikan dukungan agar setiap anak memperoleh haknya antara lain : (1) pelayanan pendidikan dan pengajaran bermutu dalam rangka pengembangan pribadi ; (2) pelayanan kesehatan bermutu dan jaminan sosial; (3) kebebasan berpartisipasi untuk menyatakan dan didengar pendapatnya; (4) beristirahat dan memanfaatkan waktu luang; (5) perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual. Hal ini haruslah dimulai dari Institusi Dasar yakni Keluarga, Lembaga Pendidikan formal dan non formal, Lembaga di Kecamatan, di Kabupaten/Kota dan Propinsi serta Media Massa. Pemberdayaan dan Pendayagunaan Kelembangaan yang ada, diperlukan agar mampu memenuhi tanggungjawab, hak dan kewajiban dalam membangun kesejahteraan dan perlindungan anak. Mari implementasikan Undang-undangnomor 23 tahun 2010 tentang Perlindungan Anak, dan pahami hak anak apa saja yang mesti dilakukan, apa upaya untuk memenuhi hak-hak anak. Pertama hak asuh, kedua hak kesehatan, ketiga hak pendidikan dan rekreasi dan yang keempat hak berlindungan dari kekerasan. Oleh karena itu, berikanlah pengasuhan dan perlindungan kepada anak-anak kita dari berbagai bentuk kekerasan termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Marilah kita asuh anak mereka dengan penuh kasih sayang dan penuh tanggungjawab. Mari kita KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 26
  • 27. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” cegah dan hentikan tidakan-tindakan yang negatif, tindakan-tindakan yang tidak terpuji, seperti kekerasan, eksploitasi, perlakuan kasar, penelantaran, diskriminasi dan perdagangan anak. Dihari yang berbahagia ini, kita memperingati Hari Anak Nasional Tingkat Provinsi Sumatera Barat, walaupun pelaksanaan di Propinsi Sumatera Barat tidak bertepatan dengan Hari Anak Nasional yakni tanggal 23 Juli, Namun kita telah dapat memperingatinya dengan khidmat dan sederhana, yang penting agar kita semua mau peduli meujudkan kepentingan terbaik bagi anak, tentu ini tidak dapat dilaksanakan oleh Pemerintah saja perlu komitmen kita semua termasuk anak itu sendiri, keluarga dan juga dunia usaha serta masyarakat. Mudah-mudahan kita semua dapat melahirkan generasi yang berkualitas, berakhlak mulia dan berbudi pekerti sesuai dengan Thema kita pada tahun ini yakni:“Kami anak Indonesia, Jujur Beraklak Mulia, Cerdas dan berprestasi “ Tujuan : Adapun tujuan memperingati Hari Anak Nasional pada tahun 2010 adalah untuk menumbuhkan kepedulian, kesadaran dan peran aktif keluarga, masyarakat, dunia usaha, pemerintah dan negara dalam perlindungan, perawatan dan pengasuhan, pemberian pelayanan pendidikan, kesehatan, gizi serta memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada seluruh anak dan komponen bangsa Indonesia tentang penyelenggaraan Hari Anak Nasional tahun 2010. Peserta. Adapun peserta yang hadir dan di undang dalam peringatan Hari Anak Nasional Tingkat Provinsi Sumatera Barat berjumlah 550 orang yang terdiri dari : - Muspida Sumatera Barat - Dinas/Instansi/ Organisasi Perempuan - Duta Anak Provinsi Sumatera Barat KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 27
  • 28. “SEHAT MEMANG BUKAN SEGALANYA,TETAPI APABILA TIDAK SEHAT, MAKA SEGALANYA TIDAK ADA ARTINYA” - Wakil pelajar TK, SD, SLTP dan SLTA Kota Padang - Organisasi Perempuan , LSM dan NGO yang peduli terhadap kepentingan anak Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan a. Fasilitasi Forum Anak yang melibatkan anak-anak Kab/Kota sebanyak 55 orang dan telah memilih 10 (sepuluh) orang Duta Anak Sumbar yang dipilih langsung oleh peserta Forum Anak secara terbuka. b. Mengikuti Kongres Anak Indonesia pada tanggal 19 s.d 24 Juli 2010 di Provinsi Bangka Belitung dengan 10 (sepuluh) orang Anak yang didampingi oleh Putri Yanhelmi,SH.M.Si , Ngadiar,S.Sos dari Badan Pemberdayaan Perempuan & KB dan Adi Juanda dari LPA Sumbar. c. Penyerahan Beras bantuan untuk panti asuhan dan sekaligus menghadirkan anak- anak panti oleh Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat. d. Lomba melukis dan lomba Fashion Show oleh Dinas Pendidikan e. Pelayanan kesehatan di Lapas Anak dan Panti Asuhan Mentawai Ulu Gadut serta lomba bayi dan balita sehat, oleh Dinas Kesehatan f. Dialog inter aktif dengan tema “ Gangguan Tumbuh Kembang Anak” (Dinas Kesehatan). Kegiatan Yang DIilaksanakan Pada Acara Puncak a. Pada kesempatan ini kita saksikan Penampilan Aktraksi Kesenian dan Bidang Agama oleh anak-anak. b. Dialog antara Duta Anak Sumatera Barat dengan Gubernur, Ketua DPRD dan Dinas/Instansi terkait. c. Penyerahan Piagam Penghargaan bagi Pemimpin Muda Indonesia, Duta Anak, LPA Sumbar sebagai lembaga sosial yang peduli terhadap anak, d. Penyerahan Piagam Penghargaan oleh SKPD terkait. KALEIDOSKOP DINAS KESEHATAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2011 | 28