SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 18
Descargar para leer sin conexión
ANALISA STRUKTUR BANGUNAN AIR


PERENCANAAN SALURAN

Bentuk tipe saluran terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu:
     1. Saluran terbuka
     2. Saluran tertutup

Saluran terbuka
Saluran terbuka adalah bentuk saluran yang sisi bagian atasnya terbuka ke atmosfer. Pergerakan
pada saluran terbuka disebabkan oleh gaya gravitasi dan umumnya mempunyai daya hidrostatis
yang terdistribusi dan selalu turbulen.

Saluran tertutup
Saluran tertutup adalah yang adalah saluran yang seluruh sisinya ditutup tidak ada kontak
langsung dengan tekanan atmosfer tetapi hanya dengan tekanan hidraulik.

Sedangkan berdasarkan material konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan atas beberapa
macam, yaitu:
   a. Saluran tanah
   b. Saluran pasangan batu
   c. Saluran beton
   d. Saluran dengan perkuatan kayu

Sesi berikut meperkenalkan konsep dasar dari saluran terbuka dengan aliran dalam saluran
tertutup. Pembahasan tentang rumus-rumus berikut dipergunakan untuk menggambarkan
kondisi aliran stasioner (tetap atau seragam) dan instasioner (tidak tetap atau tidak seragam),
energi aliran dan efek back-water dalam saluran terbuka. (Chow, 1959)

PERSAMAAN ALIRAN DALAM SALURAN TERBUKA
Kecepatan aliran dalam saluran terbuka dalam praktek sehari-harinya, dilakukan dengan
menggunakan persamaan-persamaan empiris hasil percobaan. Persamaan-persamaan yang
penting bagi saluran terbuka ini yaitu:

         1. Persamaan Chezy
         Oleh seorang insinyur Perancis Antoine Chezy pada tahun 1769 yang dikenal dengan
         persamaan persamaan Chezy


                                                                                             1
V = C R.S

    dimana :           C = koefisien resistan Chezy.
                       Sf = kemiringan dari garis energi gradien (m/m)

    Dengan catatan bahwa aliran harus uniform, Sf harus sama dengan kemiringan dasar
    saluran.

    2. Persamaan Strickler

        V = k str .R 1 / 6 . R.S = k str .R 2 / 3 .S 1 / 2
       Sehingga                    C = k str .R 1 / 6
       Dimana:
        R : jari-jari hidrolis (A/P)
        A : luas penampang basah saluran (m2)
        P : keliling basah saluran (m)
        S : kemiringan dasar saluran
        k : koefisien Strickler

    3. Persamaan Manning
       Persamaan berikut oleh Robert Manning, seorang insinyur Inggris tahun 1889:

                                                       1
                                                    V = .R 2 / 3 .S 1 / 2
                                                       n

       Dimana :                   C          = koefisien dari de Chezy
                                                                            1
                                  kstr       = koefisien dari Strickler =
                                                                            n
       Persamaan Manning ini dapat dipecahkan dengan menggunakan nomogram yang
       dikenal dengan Manning Nomogram. (Gambar 1)

       Persamaan Manning adalah dalam formula metrik, bandingkan persamaan
       Manning dengan Chezy sehingga didapat :
                                                             1 1/ 6
                                                        C=     .R
                                                             n



2
Untuk menghitung kapasitas aliran kalikan persamaan Manning dengan luas
            penampang saluran sehingga diperoleh:
                                                     1
                                              Q = A ⋅ .R 2 / 3 .S 1 / 2
                                                     n

            Dimana Q = debit aliran m3/s, A = Luas penampang aliran m2 , n = koefisien
            kekasaran manning.

Kecepatan aliran ditentukan oleh radius hidraulik dan tidak tergantung oleh bentuk dari profil
saluran.


PERSAMAAN ALIRAN DALAM SALURAN TERTUTUP
Rumus Hazen William ( dipergunakan untuk pipa diameter ø ≥ 50 mm )

        Q = 0,27853 C–0,38 D 2,63 h 0,54 Ll -0,54

          Dimana :
          Q = debit atau aliran ( m3 /det )
          D = diameter pipa ( m)
          C = koefisien kecepatan
          h = kehilangan tekanan
          L = panjang pipa




                                                                                            3
4
Gambar 1. Nomogram n-Manning
                            Tabel 1. Koefisien Kekasaran Manning
                                                                             N
                            Permukaan
                                                                   Minimum       Maksimum
Permukaan yang dilapisi
Permukaan dari acian semen yang rapi                                0,010          0,013
Permukaan saluran yang terbuat dari kayu                            0,010          0,014
Saluran yang terbuat dari papan halus                               0,010          0,017
Pipa air limbah yang terbuat dari besi patri (kasar)                0,010          0,015
Saluran yang terbuat dari metal logam (halus)                       0,011          0,013
Beton precast                                                       0,011          0,015
Permukaan dari mortar semen                                         0,011          0,015
Saluran terbuat dari papan tidak halus                              0,011          0,015
Ubin untuk drainase                                                 0,011          0,017
Beton monolit                                                       0,012          0,016
Pelapis besi                                                        0,013          0,017
Permukaan semen yang kasar                                          0,017          0,030

Kanal
Hasil pengerukan tanah halus                                        0,025          0,033
Pada batuan yang dipotong halus                                     0,025          0,035
Dengan dasar dan sisi-sisinya ditumbuhi rumput liar                 0,025          0,040
Pada batuan yang dipotong kasar dan tidak rata                      0,015          0,045

Saluran Alam
Halus dan lurus                                                     0,025          0,033
Dengan kondisi dipenuhi rumput dan bebatuan                         0,045          0,060
Yang dalam dan dipenuhi rumput                                      0,075          0,150

Dataran
Padang rumput                                                       0,025          0,050
Semak-semak                                                         0,035          0,160
Pepohonan
   - Padat                                                          0,011          0,200
   - Jarang                                                         0,030          0,050
   - Dengan pohon yang besar-besar                                  0,080          0,120




                                                                                           5
Sedangkan saluran berdasarkan material saluran menentukan kecepatan maksimum dan
minimum yang diizinkan yang dipengaruhi oleh proses sedimentasi dan erosi.

BANGUNAN PELENGKAP
Disamping fungsi, bentuk dan jenis material saluran seperti diuraikan di atas, saluran drainase
erat dengan bangunan pelengkap, diantaranya:
     a. Gorong-gorong
     b. Kolam tandon atau kolam penampungan sementara (kolam retensi)
     c. Bangunan terjunan

Persamaan yang umum digunakan antara lain:

KEDALAMAN KRITIS
Kedalaman kritis (yc) untuk satuan aliran q yang konstan dalam saluran segi empat terjadi ketika
energi spesifik minimum.

                                           2
                        yc = 3 q 2 / g =     E c = Vc2 / g
                                           3

             Dari persamaan ini didapat;
                          Vc = gy c atau Vc = gy c = 1 untuk aliran kritis


Dengan demikian, jika Nilai Froude N F = Vc /           gy c = 1, terjadi aliran kritis. Jika NF > 1,
terjadi aliran superkritis (aliran yang cepat) dan jika NF < 1, terjadi aliran subkritis.

PERSAMAAN BACK WATER DAN DRAW DOWN
Membentuk persamaan antara jarak – energi – slope untuk aliran non-uniform, dengan
mempergunakan persamaan energi, seksi 1 sampai seksi 2 dalam arah aliran dengan datum
dibawah dari dasar saluran, didapat:

                          Energi di seksi 1 – head lost = energi di seksi 2
                          ( z1 + y1 + V12/2g ) – hL = ( z2 + y2 + V22/2g)

kemiringan dari garis energi S adalah hL/L, sehingga hL = SL. Kemiringan dari dasar saluran
S0 adalah (z1 – z2)/L, sehingga z1 – z2 = S0 L, sehingga:

                          S0 L + ( y1 – y2 ) + ( V12/2g – V22/2g ) = S L

6
Atau        L dalam meter =
                                                 (y   1              ) (
                                                          + V12 / 2 g − y2 + V22 / 2 g   )
                                                                                        E − E2
                                                                                       = 1
                                                                    S − S0               S − S0
Dimana S0 = kemiringan dasar dari saluran dan S = kemiringan dari garis energi.

Untuk penghitungan dengan selang interval jarak dengan perubahan kedalaman saluran yang
sama, dapat dihitung kemiringan garis energi S sebagai berikut ;
                                                 2
                             n.V                                2
                                                               Vrata − rata
                        S =  2rata − rata
                             R /3
                                             
                                                     atau
                             rata − rata                    C 2 Rrata − rata


            sehingga    L dalam meter =
                                                     (y
                                                      1               ) (
                                                          + V12 / 2 g − y2 + V22 / 2 g   )
                                                                             2
                                                              n.Vrata−rata 
                                                              2/3
                                                              R             − S0
                                                                            
                                                              rata−rata 

Profile permukaan untuk kondisi aliran yang secara bertahap berubah pada saluran segi empat
yang lebar dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
                        dy   S0 − S
                           =
                               (
                        dL 1 − V 2 / gy          )
            Jika dy/dL nilainya positif maka kedalaman saluran bertambah di sebelah hilir.

BACKWATER PADA PILAR / PONDASI JEMBATAN

         Rumus Back water dari Rechbock
                                 V2            V
         hs = ζB . ( 1 + Fr ) .
                           2    _____
                                        Fr = _____

                                 2g          √ g.h

         Koefisien kehilangan energi ζB

         ζB = [ δ - α (δ - 1 ) ] ( 0.4 α + α2 + 9 α4 )




                                                                                                  7
h


                                    b

       Keterangan :
       ho = kedalaman air bagian atas m
       Hu = kedalaman air bagian belakang m
       H i = keadaan air pada kondisi aliran meluncur m
       H gr = kedalaman kritis m
       d = tinggi gorong-gorong bagian dalam m
       h = kedalaman air m
       hs = back-water m
       Q = debit di gorong-gorong m 3/s

GORONG-GORONG PENGURAS




     ls.l + d =hs = d+ h E
                                                  V2                        V2
     dengan hs = hE –ls.l        hE =∑ ζ1.            = ( ζe +ζr +ζa ). _______
                                                 ______

                                                  2.g                     2.g
                        1                 V2                               1
     hE = ( 0,5 + λ .   ___
                              + 1,0 ).   _____
                                                          hs = ( 1,5 + λ . ___ + 1,0 ). ls.l
                        d                 2.g                              d


8
A. Standar Perencanaan
Standar perencanaan yang dipakai mengacu kepada standard dan peraturan yang berlaku,
seperti:
    a) Peraturan Muatan Indonesia (PMI, 1983)
    b) Peraturan Beton Indonesia (PBI, 1973)
    c) Peraturan Bangunan Baja Indonesia (PBBI, 1983)
    d) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI, 1970)
    e) Standard dan peraturan lainnya dapat digunakan sebagai referensi dengan penyesuaian
         kepada kondisi setempat dan sejauh tidak menyimpang dan dapat diterapkan di
         Indonesia.
Perencanaan konstruksi diarahkan kepada perhitungan stabilitas dan kekuatan sendiri, setelah
dimensi hidraulik ditetapkan dengan tujuan mendapatkan bentuk, jenis dan ukuran konstruksi
bangunan air serta pondasi yang aman dan memenuhi persyaratan stabilitas konstruksi.

B. Standar Beban
Kriteria beban terdiri atas:
  1. Beban mati (dead load)
  2. Beban rencana (design load)

   a) Beban Mati, merupakan berat sendiri. Konstruksi tergantung pada volume konstruksi
      dan berat jenisnya (PMI)

                     Bahan                   Berat Jenis (ton/m3)
        Air                                           1.0
        Beton bertulang                            2.4-2.5
        Beton                                      2.2-2.3
        Pasangan batu                                 2.2
        Lapisan batu bata                            1.75
        Tanah urug padat                             1.80
        Kerikil                                      1.90
        Adukan semen                                 2.15
        Baja                                         7.85
        Baja tuang                                   7.25
        Aspal beton                                  2.20
       Sumber: PMI, 1983




                                                                                          9
b) Beban Rencana
        Beban rencana mengacu pada landasan teknis yang berlaku di Indonesia. Untuk
        konstruksi bangunan air, beban rencana terdiri atas:
            • Tekanan hidrostatis
            • Tekanan ke atas (up lift pressure)
            • Tekanan tanah lateral
        Kriteria beban rencana sebagai input perhitungan dapat diuraikan sebagai berikut:
        1) Tekanan hidrostatis oleh air
              • Berlaku untuk bangunan yang terendam sebagian atau seluruhnya dalam air.
              • Besaran tekanan hidrostatis adalah 1 ton m2 per meter kedalam vertikal air
                  dengan arah gaya lurus bidang sasaran.

        2) Tekanan ke atas
            • Disesuaikan dengan besaran hidraulik gradien dan diperhitungkan efektif
               dasar pondasi (daya angkut air tanah)
            • Pengaruh uplift diperhitungkan terhadap stabilitas konstruksi, sedangkan
               hidraulik gradien terhadap rembesan (piping)

        3) Tekanan tanah lateral
            • Tekanan tanah diperhitungkan arah horizontal yang bekerja pada dinding
               saluran atau bangunan air, baik secara sendiri maupun kombinasi dengan
               tekanan oleh pengaruh air tanah, tergantung pada tinjauan setempat.
            • Diperhitungkan dengan menggunakan rumus Rankine, sebagai berikut:
               Pa = ½ ρ H Ka

                 Dimana;
                 Pa : tekanan tanah aktif (t/m2)
                 Ka : koefisien tekanan tanah aktif (+)
                 H : tinggi dinding (m)
                 ρ : berat volume tanah (t/m3)

C. Stabilitas Struktur

     a) Stabilitas struktur penahan tanah
        Stabilitas struktur penahan tanah akan dikontrol terhadap kekuatan hancur, geser/
        gelincir dan guling.
        Faktor keamanan tersebut di atas akan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:


10
daya dukung ultimate (batas )
   1. F kekuatan pondasi =
                              tekanan tan ah akibat pembebanan
                      jumlah daya tahan tan ah
   2. F gelincir =
                       jumlah daya pendorong
                     jumlah momen untuk tahanan guling
   3. F guling =
                      tekanan tan ah akibat pembebanan
   Untuk membuat suatu dinding penahan aman terhadap guling, maka resultan gaya yang
   bekerja arah vertikal dan horizontal harus berada di 2/3 dasar.

   Jika e < B/6, maka struktur aman terhadap guling.
   Safety factor (faktor keamanan) terhadap guling (Fo) adalah perbandingan antara
   stabilitas momen dibagi dengan momen penahan terhadap guling yang ditimbulkan
   akibat gaya vertikal dengan momen guling akibat gaya horizontal.

                  Ms
           Fo =
                  Mo

   Dimana;
   Fo : faktor aman terhadap guling
   Ms : total momen penahan (t.m)
   Mo : total momen guling (t.m)

b) Tinjauan terhadap geser
   Safety factor (angka keamanan) terhadap geser/gelincir (Fs) adalah perbandingan antara
   total gaya penahan tanah (total gaya vertikal) dengan total gaya pendorong (total gaya
   horizontal)

                  f ×V
           Fs =           > 1.5
                    H

   Dimana;
   Fs : faktor aman terhadap geser/gelincir
   V : total gaya vertikal (ton)
   H : total gaya horizontal (ton)
   f : koefisien gesekan



                                                                                      11
No                       Material                 Koefisien kekasaran
            1.      Tanah bermotif besar dan tidak                  0.55
                    mengandung silt atau clay
               2.   Coarse – Grained Soil mengandung Silt           0.45
                    atau Clay
               3.   Silt atau Clay                                  0.35

     c) Stabilitas terhadap daya dukung
        Agar suatu dinding penahan tidak mengalami settlement maka compressive stress dasar
        harus lebih kecil daripada bearing capacity of foundation.

               V     6e
        Fd =     (1 ± ) < γ tanah
               A     B

        Dimana;
        A : vertical compressive stress
        B : lebar dasar (m)
        V : total gaya vertikal (ton)
        e : eccentricity (m)




12
CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN

Contoh ke 1. Menghitung kecepatan aliran dalam pipa sewer dan kecepatan aliran
dalam saluran terbuka

Dua jenis saluran beton bagi drainase air hujan akan dibandingkan :
- pipa, diameter 2,0 dengan aliran pipa yang penuh.
- Saluran terbuka, profil persegi-empat dengan lebar 2,0 m dan ketinggian air 1,0 m.

Saluran mempunyai kemiringan dasar sebesar 1 0/00. nilai koefisien Strickler 75 m1/3/det.

a. Hitung kecepatan dari aliran dan debit dari saluran pipa drainase.
b. Hitung kecepatan dari aliran dan debit dari saluran terbuka.

      Jawab :

      a. D = 2,0 m
         S = 0,001                                                              D=200
        A = ¼ π D2 = ¼ . π . (2,0)2 = 3,1416 m2
            A 1 / 4.π .D 2
        R=      =                    = 0,25 D = 0,50 m
            P           π .D
        V = k str .R 2 / 3 .S 1 / 2 = 75 (0,5)2/3 (0,001)1/2 = 1,49 m/det
        Q = V A = 1,494 x 3,1416 = 4,69 m3/det

      b.        h = 1,00 m
      b = 2,00 m
        A = 2,00 m2
      R = A/P = 2/4 = 0,5 m
        V = 75 (0,5)2/3 (0,001)1/2 = 1,49 m/det
      Q = 2,98 x 2,0 = 2,98 m3/det.

      Catatan : radius hidraulik dan kecepatan aliran kedua profile sama, tapi debit berbeda.




                                                                                                13
Contoh ke 2 : Menentukan besaran aliran uniform
Saluran berbentuk trapesium dengan lebar dasar sebesar 6096 mm dan mempunyai kemiringan
sisinya 1 : 1, aliran air dengan kedalaman 1219 mm dengan kemiringan saluran sebesar 0,0009.
dengan koefisien kekasaran saluran n = 0,025, berapa besaran aliran uniformnya?

      Jawab:
      Luas penampang saluran A = [(6096 + 1219)1219]/106 = 8,917 m2

                                        R = 8,917 /[6,096 + 2(1,219 2 )] = 0,934.m
                                             AR 2 / 3 .S 1 / 2
                                        Q=
                                                   n
                                 Q = (8,917/0,025)(0,934)2/3(0,03) = 10,22 m3/det

Contoh ke 3 : Menentukan kemiringan dasar pipa

Berapakah kemiringan dasar pipa saluran berdiameter 610 mm yang diperlukan untuk
mengalirkan air sebesar 0,17 m3/det dengan kedalaman aliran setengah penuh? Dan berapa
kemiringan yang dibutuhkan apabila pengaliran dengan aliran penuh? Apabila n = 0,013.
      Jawab:
                                             11 2
                                               πd 
                                  luas       24      1
      Jari-jari hidraulik =                =          = d = 152,5 mm
                            keliling.basah    1
                                                (πd ) 4
                                              2
                              A 2/3 1/2 1  π  (0,61) (0,1525)
                                                       2          2/3
      a.         Q = 0,17 =     R S =                                 S 1/ 2
                              n         24          0,013
           S = 0,0532 sehingga    S = 0,00283

      b.         R = ¼ d = 152,5 mm dengan cara yang sama A = ¼ π (0,61)2
           S = 0,0266 sehingga    S = 0,00071




14
Contoh Soal ke 4 : Menentukan kedalaman ktitis Y

Saluran berbentuk persegi empat mengalirkan air sebanyak 5,66 m3/det,
Berapakah kedalaman kritis yc dan kecepatan kritisnya pada ;
a. lebar saluran sebesar 3,66 m
b. lebar saluran sebesar 2,74 m
c. berapa kemiringan saluran sehingga terjadi kecepatan kritis pada pertanyaan (a) jika n = 0,02
     Jawab :


            (a) y c = 3 q 2 / g = 3 (5,66 / 3,66 ) / 9,81 = 0,625 m
                                                 2



                Vc = gy c = 9,81 × 0,625 = 2,48 m/det.


            (b) y c = 3 q 2 / g = 3 (5,66 / 2,74 ) / 9,81 = 0,756 m
                                                 2



                Vc = gy c = 9,81 × 0,756 = 2,72 m/det.


                       R 2 / 3S 1/ 2
            (c) Vc =
                             n
                                               2/3
                        1  3,66 × 0,625 
                2,48 =                             S 1/ 2
                       0,02    4,91     
                S = 0,0068

Contoh ke 5 : Menentukan energi spesifik dan aliran subkritis dan superkritis

Saluran berbentuk persegi empat dengan lebar 9,14 m, mengalirkan air sebanyak 7,64 m3/det.
Dengan kedalaman aliran sebesar 914 mm, hitung :
    a) besar energi spesifiknya.
    b) apakah alirannya subkritis atau superkritis?

      Jawab :
                                       2                                   2
                   V2      1 Q             1        7,64     
      (a). E = y +    =y+      = 0,914 +                      = 0,957 m.
                   2g     2g  A          19,62  9,14 × 0,914 

      (b). y c = 3 q 2 / g = 3 (7,64 / 9,14 ) / 9,81 = 0,415 m
                                           2


      alirannya adalah subkritis karena kedalamannya lebih besar daripada aliran kritisnya.


                                                                                              15
Contoh soal ke 6 :

Saluran segi-empat dengan n = 0,013 dengan lebar 1,83 m dan mengalirkan air sebanyak1,87
m3/det. Pada seksi F kedalaman saluran 975 mm. Jika kemiringan dasar saluran tetap 0,0004,
berapa jarak dari F dimana saluran mempunyai kedalaman 823 mm.

       Jawab :
       Diandaikan kedalaman 823 mm tersebut terjadi di sebelah hulu seksi F.
       A1 = 1,83 (0,823) = 1,506 m2,
       V1 = 1,87/1,506 = 1,24 m/det,
       R1 = 1,056/3,476 = 0,433 m.
       A2 = 1,83 (0,975) = 1,784 m2,
       V2 = 1,87/1,784 = 1,05 m/det,
       R2 = 1,784/3,78 = 0,472 m.
       Sehingga ; Vrata-rata = 1,145 dan Page 16 of 18
       Rrata-rata = 0,4525,
       kemudian untuk aliran non-uniform :


L=
      (V   2
            2
                          ) ((
                / 2 g + y 2 − V 12 / 2 g + y 1   )) = (0,056 + 0,975 ) − (0,078 + 0,823 ) = - 5
                          S0 − S                                    0 ,013 x1,145 
                                                                                          2

                                                         0 ,0004 −                   
                                                                    (0 , 4525 )2 / 3 
                                                                                     
Tanda minus menandakan seksi yang diandaikan disebelah hulu F adalah keliru, dan seharusnya
terletak di sebelah hilir seksi F.

Untuk penghitungan back-water jarak antar seksi dibuat beberapa jarak yang kecil-kecil
sehingga akan lebih teliti lagi menggambarkan lengkung kemiringan back-water.

Contoh ke 7 : Menentukan kedalaman aliran

     Free board 0.5 m                            Q = 250 m 3/s




                                        k = 28


                                            B= 16,0m

16
b=16 ,0 m
 n= 2.5
I + 2 % = 2/1000
K = 28

Rumus –rumus untuk hitungan.

         A= b.h +n.h2                    U =b+2h √ 1+n 2              R = A/U              V =
                                                                                                 1
                                                                                                   .R   2/3
                                                                                                              .S 1 / 2
                                                                                                 n

         Q = v.A
                                                                                     k.I ½ = 1,252

                H (m)         A ( m2 )         U(m)              R (m )         V (m/s)          Q ( m3/s)
                 0,5           8,63         18,69                 0,46           0,75              6,45
                 1,0           18,50        21,39                 0,87           1,14              21.0
                 2,0           42,00        26,77                 1,57           1,69              71,0
                 3,0           70,50        32,16                 2,19           2,11              149
                 4,0          104,00        37,54                 2,77           2,47              257
                3,94          101,85        37,22                 2,74           2,45              250
Kedalaman (m)




                 5,0
                            h dapat dihitung
                 4,0

                 3,0
                 2,0
                 1,0
                 0
                        0     50         100        150      200          250        300

                                               Debit Q ( m3/s)




                                                                                                                17
DAFTAR PUSTAKA




     1.   Urban Drainage Guidelines and Technical Design Standards
     2.   Hidrolika Terapan : Dr. Ing. Ir. Agus Maryaono dkk.
     3.   Water Treatment Handbook ; Degremont
     4.   V.T Chow 1959 Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill Book Company, Inc




18

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMarfizal Marfizal
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasiJulia Maidar
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okkMekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okkMarfizal Marfizal
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aceh Engineering State
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseinfosanitasi
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk21010115410004
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)candrosipil
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4MOSES HADUN
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongYahya M Aji
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014WSKT
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekanIndah Rosa
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainaseMiftakhul Yaqin
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendungironsand2009
 
05 lubang dan peluap
05 lubang dan peluap05 lubang dan peluap
05 lubang dan peluapVian Andreas
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasiKharistya Amaru
 

La actualidad más candente (20)

Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okkMekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 4 okk
 
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi,  evapotranspirasiEvaporasi, transpirasi,  evapotranspirasi
Evaporasi, transpirasi, evapotranspirasi
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okkMekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 3 okk
 
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
Aliran Seragam pada Saluran Terbuka (Hidrolika)
 
Bab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatikaBab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatika
 
Tata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainaseTata cara pembuatan detail drainase
Tata cara pembuatan detail drainase
 
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan WadukPerhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
Perhitungan Kapasitas Tampungan Waduk
 
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)Bab viii   analisis hidrometer (hydrometer analysis)
Bab viii analisis hidrometer (hydrometer analysis)
 
Bab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsungBab 3 geser langsung
Bab 3 geser langsung
 
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorongSiphon, Terjunan, Gorong-gorong
Siphon, Terjunan, Gorong-gorong
 
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014Baja tulangan beton SNI 2052-2014
Baja tulangan beton SNI 2052-2014
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase87280501 perencanaan-sistem-drainase
87280501 perencanaan-sistem-drainase
 
Perencanaan bendung
Perencanaan bendungPerencanaan bendung
Perencanaan bendung
 
05 lubang dan peluap
05 lubang dan peluap05 lubang dan peluap
05 lubang dan peluap
 
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
11   sistem jaringan dan bangunan irigasi11   sistem jaringan dan bangunan irigasi
11 sistem jaringan dan bangunan irigasi
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Pemadatan tanah
Pemadatan tanahPemadatan tanah
Pemadatan tanah
 

Destacado

Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airPerencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airIren Doke
 
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainaseAnalisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainaseinfosanitasi
 
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)afifsalim
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"E Sanjani
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseinfosanitasi
 
Bab ix perencanaan-bangunan-air
Bab ix perencanaan-bangunan-airBab ix perencanaan-bangunan-air
Bab ix perencanaan-bangunan-airRazali Effendi
 
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseTata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseinfosanitasi
 
Kp 07 2010 standar penggambaran
Kp 07 2010 standar penggambaranKp 07 2010 standar penggambaran
Kp 07 2010 standar penggambaranArizki_Hidayat
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseinfosanitasi
 
Curah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasanCurah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasaninfosanitasi
 
Metode perkiraan banjir das
Metode perkiraan banjir dasMetode perkiraan banjir das
Metode perkiraan banjir dasinfosanitasi
 
Tata cara studi kelayakan drainase
Tata cara studi kelayakan drainaseTata cara studi kelayakan drainase
Tata cara studi kelayakan drainaseinfosanitasi
 
Irigasi dan bangunan ai rqq
Irigasi dan bangunan ai rqqIrigasi dan bangunan ai rqq
Irigasi dan bangunan ai rqqIin Rohliani
 
Aula 1 - Drenagem
Aula 1 - DrenagemAula 1 - Drenagem
Aula 1 - Drenagemguest38004a
 
Kp 06 2010 parameter bangunan
Kp 06 2010 parameter bangunanKp 06 2010 parameter bangunan
Kp 06 2010 parameter bangunanArizki_Hidayat
 
Menggambar bangunan air
Menggambar bangunan airMenggambar bangunan air
Menggambar bangunan airAgam Agam
 
Kp 05 2010 petak tersier
Kp 05 2010 petak tersierKp 05 2010 petak tersier
Kp 05 2010 petak tersierArizki_Hidayat
 
Kp 02 2010 bangunan utama
Kp 02 2010 bangunan utamaKp 02 2010 bangunan utama
Kp 02 2010 bangunan utamaArizki_Hidayat
 

Destacado (20)

Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-airPerencanaan irigasi-dan-bangunan-air
Perencanaan irigasi-dan-bangunan-air
 
bangunan air
bangunan air bangunan air
bangunan air
 
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainaseAnalisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
Analisa hidraulika terapan untuk perencanaan drainase
 
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
IRIGASI DAN BANGUNAN AIR (TUGAS S1 TEKNIK SIPIL UNTAG SEMARANG, MAT KUL : IRBA2)
 
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
Gambar kontruksi bangunan "Irigasi"
 
Gambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainaseGambar teknis perencanaan drainase
Gambar teknis perencanaan drainase
 
Bab ix perencanaan-bangunan-air
Bab ix perencanaan-bangunan-airBab ix perencanaan-bangunan-air
Bab ix perencanaan-bangunan-air
 
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainaseTata cara pembuatan rencana induk drainase
Tata cara pembuatan rencana induk drainase
 
Kp 07 2010 standar penggambaran
Kp 07 2010 standar penggambaranKp 07 2010 standar penggambaran
Kp 07 2010 standar penggambaran
 
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainaseDasar-dasar teknik dan manajemen drainase
Dasar-dasar teknik dan manajemen drainase
 
Curah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasanCurah hujan dan aliran limpasan
Curah hujan dan aliran limpasan
 
Sni 03 1729 - 2002
Sni 03   1729 - 2002Sni 03   1729 - 2002
Sni 03 1729 - 2002
 
Metode perkiraan banjir das
Metode perkiraan banjir dasMetode perkiraan banjir das
Metode perkiraan banjir das
 
Tata cara studi kelayakan drainase
Tata cara studi kelayakan drainaseTata cara studi kelayakan drainase
Tata cara studi kelayakan drainase
 
Irigasi dan bangunan ai rqq
Irigasi dan bangunan ai rqqIrigasi dan bangunan ai rqq
Irigasi dan bangunan ai rqq
 
Aula 1 - Drenagem
Aula 1 - DrenagemAula 1 - Drenagem
Aula 1 - Drenagem
 
Kp 06 2010 parameter bangunan
Kp 06 2010 parameter bangunanKp 06 2010 parameter bangunan
Kp 06 2010 parameter bangunan
 
Menggambar bangunan air
Menggambar bangunan airMenggambar bangunan air
Menggambar bangunan air
 
Kp 05 2010 petak tersier
Kp 05 2010 petak tersierKp 05 2010 petak tersier
Kp 05 2010 petak tersier
 
Kp 02 2010 bangunan utama
Kp 02 2010 bangunan utamaKp 02 2010 bangunan utama
Kp 02 2010 bangunan utama
 

Similar a Analisa struktur bangunan air

Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdfIrigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdfAswar Amiruddin
 
hidrolika saluran terbuka untuk drainase perkotaan
hidrolika saluran terbuka untuk drainase perkotaanhidrolika saluran terbuka untuk drainase perkotaan
hidrolika saluran terbuka untuk drainase perkotaanwong949618676
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptxSudrajatDadan
 
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi02055 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205silksady
 
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdfIrigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdfAswar Amiruddin
 
Modul 4 analisa hidrolika
Modul 4 analisa hidrolikaModul 4 analisa hidrolika
Modul 4 analisa hidrolikaVicky Hidayat
 
ALIRAN SERAGAM.pptx
ALIRAN SERAGAM.pptxALIRAN SERAGAM.pptx
ALIRAN SERAGAM.pptxAthThariq3
 
Mekanika Fluida (Pipa) pembelajaran yang sdh di share diberbagai media online...
Mekanika Fluida (Pipa) pembelajaran yang sdh di share diberbagai media online...Mekanika Fluida (Pipa) pembelajaran yang sdh di share diberbagai media online...
Mekanika Fluida (Pipa) pembelajaran yang sdh di share diberbagai media online...NurRobbi1
 
Aliran dalam pipa.pptx
Aliran dalam pipa.pptxAliran dalam pipa.pptx
Aliran dalam pipa.pptxiyusdongo
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 8 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 8 okkMekanika fluida 2 pertemuan 8 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 8 okkMarfizal Marfizal
 
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbLaporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbHealth Polytechnic of Bandung
 
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdfPELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdfAtyatama
 
Pert.9 Stabilitas Aliran Filtrasi1.ppt
Pert.9 Stabilitas Aliran Filtrasi1.pptPert.9 Stabilitas Aliran Filtrasi1.ppt
Pert.9 Stabilitas Aliran Filtrasi1.pptJimyMotalisa
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okkMekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okkMarfizal Marfizal
 
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptTransport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptssuser97aaa8
 
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfIrigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfAswar Amiruddin
 

Similar a Analisa struktur bangunan air (20)

Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdfIrigasi dan Bangunan Air 6.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 6.pdf
 
hidrolika saluran terbuka untuk drainase perkotaan
hidrolika saluran terbuka untuk drainase perkotaanhidrolika saluran terbuka untuk drainase perkotaan
hidrolika saluran terbuka untuk drainase perkotaan
 
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
08Rekayasa saluran irigasi__21-22 (1).pptx
 
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi02055 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
5 analisa struktur_bangunan_air_revisi0205
 
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdfIrigasi dan Bangunan Air 11.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 11.pdf
 
Modul 4 analisa hidrolika
Modul 4 analisa hidrolikaModul 4 analisa hidrolika
Modul 4 analisa hidrolika
 
ALIRAN SERAGAM.pptx
ALIRAN SERAGAM.pptxALIRAN SERAGAM.pptx
ALIRAN SERAGAM.pptx
 
Mekanika Fluida (Pipa) pembelajaran yang sdh di share diberbagai media online...
Mekanika Fluida (Pipa) pembelajaran yang sdh di share diberbagai media online...Mekanika Fluida (Pipa) pembelajaran yang sdh di share diberbagai media online...
Mekanika Fluida (Pipa) pembelajaran yang sdh di share diberbagai media online...
 
Aliran dalam pipa.pptx
Aliran dalam pipa.pptxAliran dalam pipa.pptx
Aliran dalam pipa.pptx
 
Sipil ichwan
Sipil ichwanSipil ichwan
Sipil ichwan
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 8 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 8 okkMekanika fluida 2 pertemuan 8 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 8 okk
 
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itbLaporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
Laporan praktikum alat ukur debit saluran terbuka ( modul 4 ) itb
 
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdfPELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
PELAT LANTAI JEMBATAN.pdf
 
SIL431 Aspek Hidrolika v1.pdf
SIL431 Aspek Hidrolika v1.pdfSIL431 Aspek Hidrolika v1.pdf
SIL431 Aspek Hidrolika v1.pdf
 
Fisika2
Fisika2Fisika2
Fisika2
 
Pert.9 Stabilitas Aliran Filtrasi1.ppt
Pert.9 Stabilitas Aliran Filtrasi1.pptPert.9 Stabilitas Aliran Filtrasi1.ppt
Pert.9 Stabilitas Aliran Filtrasi1.ppt
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okkMekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 2 okk
 
Pbl[1]
Pbl[1]Pbl[1]
Pbl[1]
 
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.pptTransport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
Transport Fluida di Industri Pangan 2017.ppt
 
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdfIrigasi dan Bangunan Air 13.pdf
Irigasi dan Bangunan Air 13.pdf
 

Más de infosanitasi

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...infosanitasi
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014infosanitasi
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019infosanitasi
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasiinfosanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019infosanitasi
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehataninfosanitasi
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015infosanitasi
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015infosanitasi
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMinfosanitasi
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019infosanitasi
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasiinfosanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...infosanitasi
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukimaninfosanitasi
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015infosanitasi
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...infosanitasi
 

Más de infosanitasi (20)

Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014Permen pupr24 2014
Permen pupr24 2014
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
Permen PUPR 26 2014 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem A...
 
Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014Permen PUPR pupr26 2014
Permen PUPR pupr26 2014
 
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
Aspek Kelembagaan dan Pendanaan Sanitasi dalam Program PPSP 2015-2019
 
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program SanitasiUsulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
Usulan Program dan Kegiatan dalam Memorandum Program Sanitasi
 
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
Target Pembangunan Sanitasi Nasional 2015-2019
 
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang KesehatanPengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
Pengalokasian Pendanaan Sanitasi bidang Kesehatan
 
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
Pendampingan Pokja dalam Pengelolaan Program PPSP 2015
 
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
Pelaksanaan Program PPSP tahun 2015
 
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBMKesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
Kesiapan Pelaksanaan Studi Primer dan IPP STBM
 
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
Arah Kebijakan Program PPSP 2015 2019
 
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan SanitasiPeraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
Peraturan Presiden tentang Percepatan Pembangunan Air Minum dan Sanitasi
 
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
Strategi, Kebijakan, Target dan Sasaran Pembangunan Sanitasi (Air Limbah dan ...
 
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi PermukimanTahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
Tahap Implementasi Pembangunan Sanitasi Permukiman
 
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
Daftar Kabupaten/Kota Peserta Program PPSP 2015
 
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
 

Analisa struktur bangunan air

  • 1. ANALISA STRUKTUR BANGUNAN AIR PERENCANAAN SALURAN Bentuk tipe saluran terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu: 1. Saluran terbuka 2. Saluran tertutup Saluran terbuka Saluran terbuka adalah bentuk saluran yang sisi bagian atasnya terbuka ke atmosfer. Pergerakan pada saluran terbuka disebabkan oleh gaya gravitasi dan umumnya mempunyai daya hidrostatis yang terdistribusi dan selalu turbulen. Saluran tertutup Saluran tertutup adalah yang adalah saluran yang seluruh sisinya ditutup tidak ada kontak langsung dengan tekanan atmosfer tetapi hanya dengan tekanan hidraulik. Sedangkan berdasarkan material konstruksinya, saluran drainase dapat dibedakan atas beberapa macam, yaitu: a. Saluran tanah b. Saluran pasangan batu c. Saluran beton d. Saluran dengan perkuatan kayu Sesi berikut meperkenalkan konsep dasar dari saluran terbuka dengan aliran dalam saluran tertutup. Pembahasan tentang rumus-rumus berikut dipergunakan untuk menggambarkan kondisi aliran stasioner (tetap atau seragam) dan instasioner (tidak tetap atau tidak seragam), energi aliran dan efek back-water dalam saluran terbuka. (Chow, 1959) PERSAMAAN ALIRAN DALAM SALURAN TERBUKA Kecepatan aliran dalam saluran terbuka dalam praktek sehari-harinya, dilakukan dengan menggunakan persamaan-persamaan empiris hasil percobaan. Persamaan-persamaan yang penting bagi saluran terbuka ini yaitu: 1. Persamaan Chezy Oleh seorang insinyur Perancis Antoine Chezy pada tahun 1769 yang dikenal dengan persamaan persamaan Chezy 1
  • 2. V = C R.S dimana : C = koefisien resistan Chezy. Sf = kemiringan dari garis energi gradien (m/m) Dengan catatan bahwa aliran harus uniform, Sf harus sama dengan kemiringan dasar saluran. 2. Persamaan Strickler V = k str .R 1 / 6 . R.S = k str .R 2 / 3 .S 1 / 2 Sehingga C = k str .R 1 / 6 Dimana: R : jari-jari hidrolis (A/P) A : luas penampang basah saluran (m2) P : keliling basah saluran (m) S : kemiringan dasar saluran k : koefisien Strickler 3. Persamaan Manning Persamaan berikut oleh Robert Manning, seorang insinyur Inggris tahun 1889: 1 V = .R 2 / 3 .S 1 / 2 n Dimana : C = koefisien dari de Chezy 1 kstr = koefisien dari Strickler = n Persamaan Manning ini dapat dipecahkan dengan menggunakan nomogram yang dikenal dengan Manning Nomogram. (Gambar 1) Persamaan Manning adalah dalam formula metrik, bandingkan persamaan Manning dengan Chezy sehingga didapat : 1 1/ 6 C= .R n 2
  • 3. Untuk menghitung kapasitas aliran kalikan persamaan Manning dengan luas penampang saluran sehingga diperoleh: 1 Q = A ⋅ .R 2 / 3 .S 1 / 2 n Dimana Q = debit aliran m3/s, A = Luas penampang aliran m2 , n = koefisien kekasaran manning. Kecepatan aliran ditentukan oleh radius hidraulik dan tidak tergantung oleh bentuk dari profil saluran. PERSAMAAN ALIRAN DALAM SALURAN TERTUTUP Rumus Hazen William ( dipergunakan untuk pipa diameter ø ≥ 50 mm ) Q = 0,27853 C–0,38 D 2,63 h 0,54 Ll -0,54 Dimana : Q = debit atau aliran ( m3 /det ) D = diameter pipa ( m) C = koefisien kecepatan h = kehilangan tekanan L = panjang pipa 3
  • 4. 4
  • 5. Gambar 1. Nomogram n-Manning Tabel 1. Koefisien Kekasaran Manning N Permukaan Minimum Maksimum Permukaan yang dilapisi Permukaan dari acian semen yang rapi 0,010 0,013 Permukaan saluran yang terbuat dari kayu 0,010 0,014 Saluran yang terbuat dari papan halus 0,010 0,017 Pipa air limbah yang terbuat dari besi patri (kasar) 0,010 0,015 Saluran yang terbuat dari metal logam (halus) 0,011 0,013 Beton precast 0,011 0,015 Permukaan dari mortar semen 0,011 0,015 Saluran terbuat dari papan tidak halus 0,011 0,015 Ubin untuk drainase 0,011 0,017 Beton monolit 0,012 0,016 Pelapis besi 0,013 0,017 Permukaan semen yang kasar 0,017 0,030 Kanal Hasil pengerukan tanah halus 0,025 0,033 Pada batuan yang dipotong halus 0,025 0,035 Dengan dasar dan sisi-sisinya ditumbuhi rumput liar 0,025 0,040 Pada batuan yang dipotong kasar dan tidak rata 0,015 0,045 Saluran Alam Halus dan lurus 0,025 0,033 Dengan kondisi dipenuhi rumput dan bebatuan 0,045 0,060 Yang dalam dan dipenuhi rumput 0,075 0,150 Dataran Padang rumput 0,025 0,050 Semak-semak 0,035 0,160 Pepohonan - Padat 0,011 0,200 - Jarang 0,030 0,050 - Dengan pohon yang besar-besar 0,080 0,120 5
  • 6. Sedangkan saluran berdasarkan material saluran menentukan kecepatan maksimum dan minimum yang diizinkan yang dipengaruhi oleh proses sedimentasi dan erosi. BANGUNAN PELENGKAP Disamping fungsi, bentuk dan jenis material saluran seperti diuraikan di atas, saluran drainase erat dengan bangunan pelengkap, diantaranya: a. Gorong-gorong b. Kolam tandon atau kolam penampungan sementara (kolam retensi) c. Bangunan terjunan Persamaan yang umum digunakan antara lain: KEDALAMAN KRITIS Kedalaman kritis (yc) untuk satuan aliran q yang konstan dalam saluran segi empat terjadi ketika energi spesifik minimum. 2 yc = 3 q 2 / g = E c = Vc2 / g 3 Dari persamaan ini didapat; Vc = gy c atau Vc = gy c = 1 untuk aliran kritis Dengan demikian, jika Nilai Froude N F = Vc / gy c = 1, terjadi aliran kritis. Jika NF > 1, terjadi aliran superkritis (aliran yang cepat) dan jika NF < 1, terjadi aliran subkritis. PERSAMAAN BACK WATER DAN DRAW DOWN Membentuk persamaan antara jarak – energi – slope untuk aliran non-uniform, dengan mempergunakan persamaan energi, seksi 1 sampai seksi 2 dalam arah aliran dengan datum dibawah dari dasar saluran, didapat: Energi di seksi 1 – head lost = energi di seksi 2 ( z1 + y1 + V12/2g ) – hL = ( z2 + y2 + V22/2g) kemiringan dari garis energi S adalah hL/L, sehingga hL = SL. Kemiringan dari dasar saluran S0 adalah (z1 – z2)/L, sehingga z1 – z2 = S0 L, sehingga: S0 L + ( y1 – y2 ) + ( V12/2g – V22/2g ) = S L 6
  • 7. Atau L dalam meter = (y 1 ) ( + V12 / 2 g − y2 + V22 / 2 g ) E − E2 = 1 S − S0 S − S0 Dimana S0 = kemiringan dasar dari saluran dan S = kemiringan dari garis energi. Untuk penghitungan dengan selang interval jarak dengan perubahan kedalaman saluran yang sama, dapat dihitung kemiringan garis energi S sebagai berikut ; 2  n.V  2 Vrata − rata S =  2rata − rata  R /3   atau  rata − rata  C 2 Rrata − rata sehingga L dalam meter = (y 1 ) ( + V12 / 2 g − y2 + V22 / 2 g ) 2  n.Vrata−rata   2/3  R  − S0   rata−rata  Profile permukaan untuk kondisi aliran yang secara bertahap berubah pada saluran segi empat yang lebar dapat dihitung dengan persamaan berikut ini: dy S0 − S = ( dL 1 − V 2 / gy ) Jika dy/dL nilainya positif maka kedalaman saluran bertambah di sebelah hilir. BACKWATER PADA PILAR / PONDASI JEMBATAN Rumus Back water dari Rechbock V2 V hs = ζB . ( 1 + Fr ) . 2 _____ Fr = _____ 2g √ g.h Koefisien kehilangan energi ζB ζB = [ δ - α (δ - 1 ) ] ( 0.4 α + α2 + 9 α4 ) 7
  • 8. h b Keterangan : ho = kedalaman air bagian atas m Hu = kedalaman air bagian belakang m H i = keadaan air pada kondisi aliran meluncur m H gr = kedalaman kritis m d = tinggi gorong-gorong bagian dalam m h = kedalaman air m hs = back-water m Q = debit di gorong-gorong m 3/s GORONG-GORONG PENGURAS ls.l + d =hs = d+ h E V2 V2 dengan hs = hE –ls.l hE =∑ ζ1. = ( ζe +ζr +ζa ). _______ ______ 2.g 2.g 1 V2 1 hE = ( 0,5 + λ . ___ + 1,0 ). _____ hs = ( 1,5 + λ . ___ + 1,0 ). ls.l d 2.g d 8
  • 9. A. Standar Perencanaan Standar perencanaan yang dipakai mengacu kepada standard dan peraturan yang berlaku, seperti: a) Peraturan Muatan Indonesia (PMI, 1983) b) Peraturan Beton Indonesia (PBI, 1973) c) Peraturan Bangunan Baja Indonesia (PBBI, 1983) d) Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI, 1970) e) Standard dan peraturan lainnya dapat digunakan sebagai referensi dengan penyesuaian kepada kondisi setempat dan sejauh tidak menyimpang dan dapat diterapkan di Indonesia. Perencanaan konstruksi diarahkan kepada perhitungan stabilitas dan kekuatan sendiri, setelah dimensi hidraulik ditetapkan dengan tujuan mendapatkan bentuk, jenis dan ukuran konstruksi bangunan air serta pondasi yang aman dan memenuhi persyaratan stabilitas konstruksi. B. Standar Beban Kriteria beban terdiri atas: 1. Beban mati (dead load) 2. Beban rencana (design load) a) Beban Mati, merupakan berat sendiri. Konstruksi tergantung pada volume konstruksi dan berat jenisnya (PMI) Bahan Berat Jenis (ton/m3) Air 1.0 Beton bertulang 2.4-2.5 Beton 2.2-2.3 Pasangan batu 2.2 Lapisan batu bata 1.75 Tanah urug padat 1.80 Kerikil 1.90 Adukan semen 2.15 Baja 7.85 Baja tuang 7.25 Aspal beton 2.20 Sumber: PMI, 1983 9
  • 10. b) Beban Rencana Beban rencana mengacu pada landasan teknis yang berlaku di Indonesia. Untuk konstruksi bangunan air, beban rencana terdiri atas: • Tekanan hidrostatis • Tekanan ke atas (up lift pressure) • Tekanan tanah lateral Kriteria beban rencana sebagai input perhitungan dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Tekanan hidrostatis oleh air • Berlaku untuk bangunan yang terendam sebagian atau seluruhnya dalam air. • Besaran tekanan hidrostatis adalah 1 ton m2 per meter kedalam vertikal air dengan arah gaya lurus bidang sasaran. 2) Tekanan ke atas • Disesuaikan dengan besaran hidraulik gradien dan diperhitungkan efektif dasar pondasi (daya angkut air tanah) • Pengaruh uplift diperhitungkan terhadap stabilitas konstruksi, sedangkan hidraulik gradien terhadap rembesan (piping) 3) Tekanan tanah lateral • Tekanan tanah diperhitungkan arah horizontal yang bekerja pada dinding saluran atau bangunan air, baik secara sendiri maupun kombinasi dengan tekanan oleh pengaruh air tanah, tergantung pada tinjauan setempat. • Diperhitungkan dengan menggunakan rumus Rankine, sebagai berikut: Pa = ½ ρ H Ka Dimana; Pa : tekanan tanah aktif (t/m2) Ka : koefisien tekanan tanah aktif (+) H : tinggi dinding (m) ρ : berat volume tanah (t/m3) C. Stabilitas Struktur a) Stabilitas struktur penahan tanah Stabilitas struktur penahan tanah akan dikontrol terhadap kekuatan hancur, geser/ gelincir dan guling. Faktor keamanan tersebut di atas akan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: 10
  • 11. daya dukung ultimate (batas ) 1. F kekuatan pondasi = tekanan tan ah akibat pembebanan jumlah daya tahan tan ah 2. F gelincir = jumlah daya pendorong jumlah momen untuk tahanan guling 3. F guling = tekanan tan ah akibat pembebanan Untuk membuat suatu dinding penahan aman terhadap guling, maka resultan gaya yang bekerja arah vertikal dan horizontal harus berada di 2/3 dasar. Jika e < B/6, maka struktur aman terhadap guling. Safety factor (faktor keamanan) terhadap guling (Fo) adalah perbandingan antara stabilitas momen dibagi dengan momen penahan terhadap guling yang ditimbulkan akibat gaya vertikal dengan momen guling akibat gaya horizontal. Ms Fo = Mo Dimana; Fo : faktor aman terhadap guling Ms : total momen penahan (t.m) Mo : total momen guling (t.m) b) Tinjauan terhadap geser Safety factor (angka keamanan) terhadap geser/gelincir (Fs) adalah perbandingan antara total gaya penahan tanah (total gaya vertikal) dengan total gaya pendorong (total gaya horizontal) f ×V Fs = > 1.5 H Dimana; Fs : faktor aman terhadap geser/gelincir V : total gaya vertikal (ton) H : total gaya horizontal (ton) f : koefisien gesekan 11
  • 12. No Material Koefisien kekasaran 1. Tanah bermotif besar dan tidak 0.55 mengandung silt atau clay 2. Coarse – Grained Soil mengandung Silt 0.45 atau Clay 3. Silt atau Clay 0.35 c) Stabilitas terhadap daya dukung Agar suatu dinding penahan tidak mengalami settlement maka compressive stress dasar harus lebih kecil daripada bearing capacity of foundation. V 6e Fd = (1 ± ) < γ tanah A B Dimana; A : vertical compressive stress B : lebar dasar (m) V : total gaya vertikal (ton) e : eccentricity (m) 12
  • 13. CONTOH-CONTOH PERHITUNGAN Contoh ke 1. Menghitung kecepatan aliran dalam pipa sewer dan kecepatan aliran dalam saluran terbuka Dua jenis saluran beton bagi drainase air hujan akan dibandingkan : - pipa, diameter 2,0 dengan aliran pipa yang penuh. - Saluran terbuka, profil persegi-empat dengan lebar 2,0 m dan ketinggian air 1,0 m. Saluran mempunyai kemiringan dasar sebesar 1 0/00. nilai koefisien Strickler 75 m1/3/det. a. Hitung kecepatan dari aliran dan debit dari saluran pipa drainase. b. Hitung kecepatan dari aliran dan debit dari saluran terbuka. Jawab : a. D = 2,0 m S = 0,001 D=200 A = ¼ π D2 = ¼ . π . (2,0)2 = 3,1416 m2 A 1 / 4.π .D 2 R= = = 0,25 D = 0,50 m P π .D V = k str .R 2 / 3 .S 1 / 2 = 75 (0,5)2/3 (0,001)1/2 = 1,49 m/det Q = V A = 1,494 x 3,1416 = 4,69 m3/det b. h = 1,00 m b = 2,00 m A = 2,00 m2 R = A/P = 2/4 = 0,5 m V = 75 (0,5)2/3 (0,001)1/2 = 1,49 m/det Q = 2,98 x 2,0 = 2,98 m3/det. Catatan : radius hidraulik dan kecepatan aliran kedua profile sama, tapi debit berbeda. 13
  • 14. Contoh ke 2 : Menentukan besaran aliran uniform Saluran berbentuk trapesium dengan lebar dasar sebesar 6096 mm dan mempunyai kemiringan sisinya 1 : 1, aliran air dengan kedalaman 1219 mm dengan kemiringan saluran sebesar 0,0009. dengan koefisien kekasaran saluran n = 0,025, berapa besaran aliran uniformnya? Jawab: Luas penampang saluran A = [(6096 + 1219)1219]/106 = 8,917 m2 R = 8,917 /[6,096 + 2(1,219 2 )] = 0,934.m AR 2 / 3 .S 1 / 2 Q= n Q = (8,917/0,025)(0,934)2/3(0,03) = 10,22 m3/det Contoh ke 3 : Menentukan kemiringan dasar pipa Berapakah kemiringan dasar pipa saluran berdiameter 610 mm yang diperlukan untuk mengalirkan air sebesar 0,17 m3/det dengan kedalaman aliran setengah penuh? Dan berapa kemiringan yang dibutuhkan apabila pengaliran dengan aliran penuh? Apabila n = 0,013. Jawab: 11 2  πd  luas 24  1 Jari-jari hidraulik = = = d = 152,5 mm keliling.basah 1 (πd ) 4 2 A 2/3 1/2 1  π  (0,61) (0,1525) 2 2/3 a. Q = 0,17 = R S =   S 1/ 2 n 24 0,013 S = 0,0532 sehingga S = 0,00283 b. R = ¼ d = 152,5 mm dengan cara yang sama A = ¼ π (0,61)2 S = 0,0266 sehingga S = 0,00071 14
  • 15. Contoh Soal ke 4 : Menentukan kedalaman ktitis Y Saluran berbentuk persegi empat mengalirkan air sebanyak 5,66 m3/det, Berapakah kedalaman kritis yc dan kecepatan kritisnya pada ; a. lebar saluran sebesar 3,66 m b. lebar saluran sebesar 2,74 m c. berapa kemiringan saluran sehingga terjadi kecepatan kritis pada pertanyaan (a) jika n = 0,02 Jawab : (a) y c = 3 q 2 / g = 3 (5,66 / 3,66 ) / 9,81 = 0,625 m 2 Vc = gy c = 9,81 × 0,625 = 2,48 m/det. (b) y c = 3 q 2 / g = 3 (5,66 / 2,74 ) / 9,81 = 0,756 m 2 Vc = gy c = 9,81 × 0,756 = 2,72 m/det. R 2 / 3S 1/ 2 (c) Vc = n 2/3 1  3,66 × 0,625  2,48 =   S 1/ 2 0,02  4,91  S = 0,0068 Contoh ke 5 : Menentukan energi spesifik dan aliran subkritis dan superkritis Saluran berbentuk persegi empat dengan lebar 9,14 m, mengalirkan air sebanyak 7,64 m3/det. Dengan kedalaman aliran sebesar 914 mm, hitung : a) besar energi spesifiknya. b) apakah alirannya subkritis atau superkritis? Jawab : 2 2 V2 1 Q 1  7,64  (a). E = y + =y+   = 0,914 +   = 0,957 m. 2g 2g  A  19,62  9,14 × 0,914  (b). y c = 3 q 2 / g = 3 (7,64 / 9,14 ) / 9,81 = 0,415 m 2 alirannya adalah subkritis karena kedalamannya lebih besar daripada aliran kritisnya. 15
  • 16. Contoh soal ke 6 : Saluran segi-empat dengan n = 0,013 dengan lebar 1,83 m dan mengalirkan air sebanyak1,87 m3/det. Pada seksi F kedalaman saluran 975 mm. Jika kemiringan dasar saluran tetap 0,0004, berapa jarak dari F dimana saluran mempunyai kedalaman 823 mm. Jawab : Diandaikan kedalaman 823 mm tersebut terjadi di sebelah hulu seksi F. A1 = 1,83 (0,823) = 1,506 m2, V1 = 1,87/1,506 = 1,24 m/det, R1 = 1,056/3,476 = 0,433 m. A2 = 1,83 (0,975) = 1,784 m2, V2 = 1,87/1,784 = 1,05 m/det, R2 = 1,784/3,78 = 0,472 m. Sehingga ; Vrata-rata = 1,145 dan Page 16 of 18 Rrata-rata = 0,4525, kemudian untuk aliran non-uniform : L= (V 2 2 ) (( / 2 g + y 2 − V 12 / 2 g + y 1 )) = (0,056 + 0,975 ) − (0,078 + 0,823 ) = - 5 S0 − S  0 ,013 x1,145  2 0 ,0004 −    (0 , 4525 )2 / 3    Tanda minus menandakan seksi yang diandaikan disebelah hulu F adalah keliru, dan seharusnya terletak di sebelah hilir seksi F. Untuk penghitungan back-water jarak antar seksi dibuat beberapa jarak yang kecil-kecil sehingga akan lebih teliti lagi menggambarkan lengkung kemiringan back-water. Contoh ke 7 : Menentukan kedalaman aliran Free board 0.5 m Q = 250 m 3/s k = 28 B= 16,0m 16
  • 17. b=16 ,0 m n= 2.5 I + 2 % = 2/1000 K = 28 Rumus –rumus untuk hitungan. A= b.h +n.h2 U =b+2h √ 1+n 2 R = A/U V = 1 .R 2/3 .S 1 / 2 n Q = v.A k.I ½ = 1,252 H (m) A ( m2 ) U(m) R (m ) V (m/s) Q ( m3/s) 0,5 8,63 18,69 0,46 0,75 6,45 1,0 18,50 21,39 0,87 1,14 21.0 2,0 42,00 26,77 1,57 1,69 71,0 3,0 70,50 32,16 2,19 2,11 149 4,0 104,00 37,54 2,77 2,47 257 3,94 101,85 37,22 2,74 2,45 250 Kedalaman (m) 5,0 h dapat dihitung 4,0 3,0 2,0 1,0 0 0 50 100 150 200 250 300 Debit Q ( m3/s) 17
  • 18. DAFTAR PUSTAKA 1. Urban Drainage Guidelines and Technical Design Standards 2. Hidrolika Terapan : Dr. Ing. Ir. Agus Maryaono dkk. 3. Water Treatment Handbook ; Degremont 4. V.T Chow 1959 Open Channel Hydraulics. McGraw-Hill Book Company, Inc 18