Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Metodologi studi EHRA menggunakan klastering desa/kelurahan berdasarkan 4 kriteria untuk menentukan area survei. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling dengan mengambil sampel rumah tangga secara acak di setiap desa/kelurahan. Jumlah minimal responden per desa adalah 40 rumah tangga yang tersebar di minimal 8 RT. Klastering memberikan gambaran profil risiko kesehatan lingkungan secara
2. Metoda Sampling EHRA
a. Metoda penentuan target area survei secara
geografi dan demografi didahului proses yang
dinamakan Klastering.
b. Hasil klastering digunakan sebagai indikasi awal
lingkungan berisiko.
c. Teknik sampling/pengambilan sampel yang
digunakan adalah ”Probability Sampling”
memberikan peluang yang sama pada semua
populasi.
d. Metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster
Random Sampling”
3. Metoda Sampling - Lanjutan
e. Penentuan Klaster Desa/Kelurahan
berdasarkan pada 4 Kriteria
menunjukkan indikasi awal lingkungan
beresiko di Tingkat Desa/Kelurahan
f. Klastering Desa/Kelurahan dilakukan oleh
Pokja bersama Camat atau oleh Camat
saja
4. 4 Kriteria Penetapan Klaster
1. Kepadatan penduduk ∑ penduduk
per Luas wilayah
2. Angka kemiskinan
(∑ Pra-KS + ∑ KS-1) x 100%
∑ KK
3. Daerah/wilayah yang dialiri
sungai/kali/sal. Drainase/sal.irigasi dg
potensi digunakan sbg MCK &
pembuangan sampah
4. Daerah yang sering terkena banjir dan
dinilai mengganggu
5. Metoda Sampling – Jumlah Sampel/Responden
Menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota
dapat juga menggunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:
Dimana:
•n adalah jumlah sampel
•N adalah jumlah populasi
•d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)
•Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05,
sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan
menjadi Z=2.
•Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan
adalah P(1-P), dimana P = 0,5
6. Metoda Sampling – Jumlah sampel/responden
Contoh:
Jumlah populasi rumah tangga di Kabupaten A adalah
155.000 KK dengan menggunakan Rumus Slovin
pada tingkat kesalahan 5%, maka jumlah sampel yang
harus diambil adalah 155,000/(1+155,000 x 0.05^2)
= 399.
Apabila dikehendaki pengambilan sampel yang lebih
tinggi presisi dengan tingkat kesalahan 2.5% dan
anggaran biaya survey mencukupi maka jumlah sampel
respondennya menjadi 155,000/(1+155,000 x
0.025^2) = 1,584.
7. Metoda Sampling – Jumlah sampel/responden
Menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota
dapat juga menggunakan “Tabel Krejcie-Morgan” yang dihitung
dg “Rumus Krejcie-Morgan”:
Dimana:
•n adalah jumlah sampel
•N adalah jumlah populasi
•X2
adalah nilai Chi kuadrat asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena
menggunakan nilai Chi kuadrat = 3.841 yang artinya memakai =0,05α
pada derajat bebas 1
•d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir 5% (d = 0,05)
•Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah
P(1-P), dimana P = 0,5
8. Metoda Sampling – penentuan jumlah responden
a. Bilamana Kabupaten/Kota mempunyai dana studi
terbatas,, maka penentuan jumlah lokasi target area
survey untuk tiap klaster dapat menggunakan
metoda “Proporsionate Startified Random
Sampling” artinya populasi tidak homogen dan
strata berbeda, sehingga sampel diambil berdasarkan
Persentase (%) untuk tiap strata/klaster
b. Jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8
RT, yang dipilih secara random
c. Jumlah Responden per Kelurahan/Desa minimal
40 rumah tangga, yang tersebar di minimal 8 RT
terpilih dan pemilihan responden secara random
jumlah minimal responden @ 5 responden per RT
10. Ilustrasi Hasil Klastering Desa/Kelurahan
(setelah kompilasi)
Desa
m1
Desa e1Desa b1Desa l1 Desa f1
Desa
m2
Desa e2Desa b2Desa l2 Desa f2
Desa q1Desa k1 Desa n1
Desa
m3
Desa g1Desa b3Desa j3 Desa f3
Desa q2Desa k2 Desa n2
Desa q3Desa k3
Desa ...Desa ...
Klaster
0
Klaster
4
Klaster
1
Klaster
3
Klaster
2
Desa ...
Desa ...Desa ...
11. Penentuan Kecamatan dan Desa/Kelurahan
Area Survei (bila dana terbatas)
Alternatif 1:
1. Ambil porsi tertentu dari jumlah desa/kelurahan pada tiap
klasternya sebagai area survey
2. Misalkan:
a. Jumlah desa/kelurahan dalam kabupaten/kota = 225 dengan
komposisi klaster sebagaimana pada slide berikutnya
b. Diambil 10% dari tiap klaster sebagai desa/kelurahan area survey
sehingga jumlah desa/kelurahan area survey =25
c. Dalam 1 desa/kelurahan harus ada 40 responden maka jumlah
sampel yang dibutuhkan sebanyak 25 X 40 = 1.000 responden
(>384 maka secara statistik mencukupi).
3. Untuk keperluan penyesuaian dengan ketersediaan anggaran
biaya survey, tentukan besaran prosentase jumlah
desa/kelurahan yang akan djadikan area survey
4. Setiap klaster harus terwakili minimal oleh 1 desa/kelurahan
12. Penentuan Desa/Kelurahan
Area Survey
No.
Jumlah Total
Sampel
Target
Desa/Kel.
(10%)
Jumlah yg tdk
diambil
Desa/Kel. Desa/Kel.
Klaster 0 45 5 40
Klaster 1 75 8 67
Klaster 2 15 2 13
Klaster 3 75 8 67
Klaster 4 15 2 13
Klaster 5 0 0 0
Jumlah 225 25 200
14. Ilustrasi Klastering Desa/Kelurahan
Desa
m1
Desa e1Desa b1Desa l1 Desa f1
Desa
m2
Desa e2Desa b2Desa l2 Desa f2
Desa q1Desa k1 Desa n1
Desa
m3
Desa g1Desa b3Desa j3 Desa f3
Desa q2Desa k2 Desa n2
Desa q3Desa k3
Desa q4Desa k4
Klaster
0
Klaster
4
Klaster
1
Klaster
3
Klaster
2
Desa n3
Desa g2Desa j5
14% 25% 25% 21% 14%
4/28=14% 4/28=14%
7/28=25% 7/28=25%
6/28=21%
16. Manfaat Klastering
a. Penentuan target area survei
EHRA, bilamana anggaran survei
terbatas
b. Gambaran umum profil risiko
kesehatan lingkungan berdasarkan 4
kriteria (geografi dan demografi)
c. Dapat digunakan sebagai dasar
penentuan prioritas lokasi target
pemicuan STBM
17. Metoda Studi EHRA:
Kelebihan dan Kelemahan
a. Kelebihan:
• Enumerator oleh anggota masyarakat setempat (kader PKK,
Posyandu, dll) sehingga aspek pengamatan bisa lebih akurat
• Meningkatkan kepedulian terhadap sanitasi lingkungan
masyarakat yang bersangkutan
• Para Enumerator tersebut bisa menjadi agen perubahan di
tengah lingkungannya
• Sebelum wawancara, Enumerator membacakan ”pernyataan
kesediaan” sehingga responden memahami betul hak-haknya dan
bebas memutuskan keikutsertaan dengan sukarela dan sadar
a. Kelemahan:
• Enumerator bisa jadi tidak/ kurang memahami makna pertanyaan
dalam survey sehingga bisa mengakibatkan error responses atau
bias
• Responden menolak
• Berpotensi data entry salah
18. NILAI TAMBAH EHRA 2011
1. Kemandirian Pokja dalam menyelenggarakan studi EHRA lebih
terjamin:
a. Kriteria penetapan area survey/studi sangat jelas sehingga diperoleh
klaster wilayah (kecamatan dan desa/kelurahan)
b. Kuesioner lebih sederhana, dengan pengolahan data yang mudah
waktu wawancara dan pengamatan untuk tiap responden menjadi lebih
singkat
c. Penyediaan Alat bantu gambar (Visual Aid) bagi Enumerator
mengurangi tingkat kesalahan respon oleh responden (meminimasi
error respon)
2. Dengan metoda Cluster Random Sampling dan “Proporsionate
Startified Random Sampling” memberikan fleksibilitas kepada Pokja
untuk menyesuaikan jumlah sampel yang pada akhirnya berpengaruh
pada pembiayaan, dengan tetap memperhatikan kualitas/validitas hasil
studi
19. 3. Lebih banyak mengandalkan atau memakai SDM lokal dari
Pokja
4. Waktu pelaksanaan yang relatif sama, tetapi dapat
memberikan dampak advokasi yang lebih besar kepada
Camat dan Lurah
5. Ketersediaan data dan informasi tentang indikasi
lingkungan beresiko dari tingkat Desa/Kelurahan, dapat
membantu Pokja untuk melihat secara garis besar kondisi
seluruh Kabupaten/Kota (“Helicopter View”)
NILAI TAMBAH EHRA 2011