Dokumen ini membahas strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di Indonesia. STBM diperkenalkan pada tahun 2004 untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sanitasi masyarakat secara nasional melalui pendekatan berbasis masyarakat. Pendekatan sebelumnya gagal meningkatkan akses sanitasi dan perubahan perilaku, sehingga dibutuhkan pendekatan baru seperti STBM. STBM telah diterapkan di lebih dari 200 kab
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) (bagian 1/5)
1. KEMENTERIAN KESEHATAN RI
D I R E K T O R A T J E N D E R A L PP- PL
DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN
STRATEGI NASIONAL
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
( STBM )
Bagian 1 dari 5
2. Pendahuluan
• Sanitasi merupakan kebutuhan dasar.
Sbg konsekuensinya, pemerintah harus
mendorong terpenuhinya kebutuhan
tersebut.
• Hingga saat ini akses sanitasi masih
belum memadai. Sementara prasarana
dan sarana yang terbangun banyak
yang tidak berfungsi atau tidak meme-
nuhi persyaratan
3. Riset Kesehatan Dasar 2007
Akses Air Minum & Sanitasi
57,7% RT Akses Air Bersih 63,5% RT Akses Sanitasi
24,8% RT masih BABS (Desa : 34,5% RT, Kota : 9,2% RT)
25,8% RT tidak ada SPAL pada Tahun 2004 menjadi
32,5% RT tidak ada SPAL pada Tahun 2007
22,0% anak > 10 Thn. berperilaku CTPS Tahun 2007, naik
12,0% anak > 10 Thn. berperilaku CTPS Tahun 2005
4. RISKESDAS 2010
PROPORSI RT. AKSES THD. PELAYANAN AIR MINUM LAYAK
I
N
D
O
N
E
S
I
A
PERPIPAAN TERLINDUNGI ( AIR LEDING )
16,14 %
NON PERPIPAAN TERLINDUNGI ( SUMUR POMPA, SGL
TERLINDUNG, PMA, PAH & AIR KEMASAN )
56,69 %
NON PERPIPAAN TAK TERLINDUNGI
27,17 %
CATATAN : DALAM MDGs AIR KEMASAN TIDAK MASUK DALAM AKSES AIR MINUM
5. RISKESDAS 2010
PROPORSI RUMAH TANGGA AKSES TERHADAP
AIR MINUM TERLINDUNG DAN BERKELANJUTAN
I
N
D
O
N
E
S
I
A
TIDAK LAYAK
54,73 %
45,27 %
LAYAK
CATATAN :
YANG TERMASUK SARANA AIR MINUM (TERLINDUNG & BERKELANJUTAN) LAYAK
ADALAH LEDING, PAH, POMPA/SUMUR TERLINDUNG, PMA
DENGAN JARAK ≥ 10 METER DARI SUMBER PENCEMAR;
TIDAK TERMASUK AIR KEMASAN & ISI ULANG
6. RISKESDAS 2010
PROPORSI RUMAH TANGGA
AKSES TERHADAPAIR MINUM TERLINDUNG
I
N
D
O
N
E
S
I
A
TIDAK AKSES
46,20%
53,80%
AKSES
MENURUT JMP WHO/UNICEF ; DIKATAKAN AKSES BILA :
MINIMAL MENGGUNAKAN 20 LT/ORANG/HARI YANG BERASAL DARI
S.A.M. IMPROVED DAN S.A.M BERADA DALAM RADIUS 1 KM DARI RUMAH.
S.A.M. IMPROVED : SAMBUNGAN RUMAH, KRAN UMUM, SUMUR BOR, SGL TER-
LINDUNG, PMA & PAH.
TIDAK TERMASUK : AIR YG DIJUAL KELILING/DNG TRUK, AIR BOTOL/KEMASAN
7. RISKESDAS 2010
PROPORSI PENDUDUK / RUMAH TANGGA
AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI LAYAK
I
N
D
O
N
E
S
I
A
TIDAK LAYAK
44,47%
55,53%
LAYAK
CATATAN :
YANG TERMASUK SARANA SANITASI LAYAK ADALAH SARANA SANITASI YANG
PENGGUNAANNYA SENDIRI ATAU BERSAMA, KLOSET JENIS LEHER ANGSA,
PEMBUANGAN AKHIR TINJA MENGGUNAKAN TANGKI SEPTIK ATAU SPAL
8. Gambaran Riil Kondisi Sanitasi
Di Indonesia
mencuci dan mandi di
sungai tercemar
MCK yang tidak
berfungsi
selokan tersumbat
BAB sembarangan
Jamban asal-asalan
9. Capaian Pembangun Sanitasi
• Proporsi rumah tangga yang terlayani
dengan sistem pengolahan setempat di
perdesaan telah mencapai 60% dari total
populasi penduduk di Indonesia
• Proporsi sampah terangkut mencapai 20,63
persen
• Proporsi rumah tangga yang telah terlayani
saluran drainase dengan kondisi berfungsi
baik/mengalir lancar mencapai 52,83 persen
10. Permasalahan Strategis
• Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai penting-
nya perilaku hidup bersih & sehat (PHBS) dan sanitasi
• Rendahnya kesadaran dan komitmen pemerintah dae-
rah mengenai pentingnya pembangunan sanitasi
• Belum tersedianya pendekatan pembangunan sanitasi
pedesaan yang sistematis
• Terbatasnya pilihan teknologi sanitasi berbasis ma-
syarakat, khususnya di daerah sulit (rawa, cadas, dan
pesisir pantai)
• Terbatasnya akses masy. terhadap supply sanitasi
• Terbatasnya pendanaan pemerintah
11. PELAJARAN dari program-program
SANITASI masa lalu
Pendekatan tradisional ternyata GAGAL untuk:
Dibutuhkan arahan strategis baru untuk peningkatan
PERILAKU higiene dan sanitasi masyarakat
perdesaan, secara SKALA NASIONAL melalui
Gerakan Sanitasi Total Masyarakat (CLTS)
meningkatkan kebutuhan (demand) dalam skala
besar untuk pelayanan sanitasi dan perubahan
perilaku
mendukung ekspansi sektor swasta yang dapat
menyediakan pilihan luas (supply capacity) bagi
konsumen miskin maupun tidak miskin.
Menghasilkan dampak kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat yang diinginkan
12. CLTS dikenalkan ke
Indonesia dng cara Wakil
Pemerintah RI berkun-
jung ke India
& Bangladesh
2004
Pilot Project
CLTS di
6 Provinsi
(6 kabupaten)
2005
Penyebaran CLTS
yang cepat : 72
Komunitas masy.
Bebas dari BABS
(ODF) & 2 Kec.
ODF di Th. 2006
CLTS Nasional
dicetuskan oleh
Depkes
Juni 2006
Replikasi
WSLIC
CWSHP
Pro Air
NGO/PCI
Pemerintah lokal
Universitas
WES- UNICEF
PAMSIMAS
160 Komu-
nitas masy.
ODF
Pada
Juli 2007
Draft Strategi
Nas. tentang
Sanitasi Total
Berbasis
Masyarakat
2007
(Pengemb.
CLTS).
TSSM dimulai
Di Jawa
Timur
2007
Sanitasi Total
Berbasis
Masyarakat
diterapkan
di 200
kabupaten
2008
Kepmenkes
tentang
Sanitasi Total
Berbasis
Masyarakat
( STBM ) 2008