1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Sukaraja.
2. Metode penelitian menggunakan deskriptif korelasional dengan 76 siswa sebagai sampel. Self-efficacy diukur menggunakan skala Likert dan prestasi belajar menggunakan nilai rata-rata hasil mid semester.
3. Hasil uji korelasi menunjukkan hubun
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Ringkasan full teks
1. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY
DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA
(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja
Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2011-2012)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
Oleh
Desti Mahardikawati
0704679
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011
2. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
ABSTRAK
Desti Mahardikawati (0704679). Hubungan antara Self-Efficacy dengan
Prestasi Belajar Siswa (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2
Sukaraja Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2011-2012). Skripsi Jurusan
Psikologi FIP UPI, Bandung (2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy
dengan prestasi belajar siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi yang berjumlah 76 orang. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik
korelasional. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan uji korelasi Product
Moment dari Pearson dengan menggunakan software SPSS Versi 16.0. Instrumen
pengukuran variabel self-efficacy menggunakan skala Likert yang dikembangkan
dari teori self-efficacy Albert Bandura, sedangkan instrumen untuk mengukur
variabel prestasi belajar menggunakan dokumentasi nilai rata-rata hasil mid
semester I siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun
ajaran 2011-2012. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis antara variabel self-
efficacy dengan prestasi belajar siswa, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar
0,614. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara self-efficacy
dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten
Sukabumi tahun ajaran 2011-2012. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa
semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi pula prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dan semakin rendah self-efficacy maka semakin rendah pula
prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Sebagian besar siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012 berada pada
kategori sedang untuk variabel self-efficacy dan prestasi belajar. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa siswa memiliki standar keyakinan cukup mampu untuk
memahami dan mengerjakan soal dari pokok bahasan yang paling mudah sampai
dengan yang sulit, mengembangkan kemampuannya dalam berbagai bidang studi
yang diajarkan di sekolah, dan bertahan menyelesaikan tugas sampai tuntas.
Rekomendasi dari penelitian ini, diharapkan siswa dapat melakukan
pengembangan internal untuk meningkatkan self-efficacy yang dimilikinya. Bagi
orang tua dan guru, diharapkan dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi
pengembangan self-efficacy. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti
dengan tema yang sama dan lebih menitikberatkan terhadap lingkungan
pendukung pengembangan self-efficacy siswa.
Kata kunci : prestasi belajar, self-efficacy.
3. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
ABSTRACT
The Correlation between Self-Efficacy and Student’s Academic Achievement
(Descriptive Study on Class VIII Students of SMP Negeri 2 Sukaraja
Kabupaten Sukabumi School Year 2011-2012). Mini-Thesist of
Psychology Departement at FIP UPI, Bandung (2011).
Desti Mahardikawati 1
Titin Kartini 2
Tina Hayati Dahlan 3
The aim of the study is to find out the correlation between self-efficacy
and the student’s academic achievement. The samples of the study are the students
of class VIII of SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi. The numbers of the
sample are 76 students. The method use in this study is a descriptive method with
a correlational technique. The hypothesis of the study tested with a product
moment correlation test from Pearson and the SPSS software version 16.0. The
measuring instrument of self-efficacy variable is using the Likert Scale which is
the expansion of self-efficacy theory from Albert Bandura. While the measuring
instrument of the student’s academic achievement variable is using the grade
documents of the first mid semester test of class VIII students of SMP Negeri 2
Sukaraja Kabupaten Sukabumi. According to the hypothesis test between the
variable of self-efficacy and the student’s academic achievement, showed that the
correlation coefficient value of the test is 0,614. This result showed that there is a
positive correlation between self-efficacy and academic achievement of the class
VIII students of SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi school year 2011-
2012. Most of the students of class VIII of SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten
Sukabumi are belong to the middle category of self-efficacy variable and
academic achievement. This is indicates that the students have enough self-belief
to understand and to perform various tasks from the simple on the most difficult
one, to develop their capability in all kinds of lesson subjects in school and to
restrain until the tasks performed completely. The study has some
recommendation, for the students, they are expected to be able to perform an
internal development to improve their self-efficacy. For parents and teachers, they
are suggested to create positive atmospheres for the development of self-efficacy.
For the researchers, it is hope that they can study the similar theme which more
emphasize to the importance role of the environment on supporting the
development of student’s self-efficacy.
Key words: Academic Achievement, Self-efficacy
1
Student of Psychology Departement, Faculty of Education, Indonesia University of Education
2
Faculty of Education, Indonesia University of Education
3
Faculty of Education, Indonesia University of Education
4. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
RINGKASAN SKRIPSI
A. Latar Belakang
Tuntutan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di zaman ini cukup
tinggi. Teknologi yang semakin canggih mendorong manusia untuk dapat berpikir
dan bersaing lebih keras lagi. Hal ini tidak hanya berlaku dalam satu aspek saja,
namun berbagai aspek dalam kehidupan memiliki tuntutan yang sama. Aspek-
aspek tersebut meliputi perekonomian, sosial, politik, budaya dan pendidikan.
Dengan demikian, perlu adanya keseimbangan antara tuntutan dan sumber daya
manusia yang memadai.
Kualitas sumber daya manusia yang kurang memadai pada suatu negara
dapat menjadikan negara tersebut kalah bersaing bahkan tertinggal oleh negara
lain. Fakta di lapangan, menurut Institute of Management Development (IMD)
tahun 2000 Indonesia menduduki peringkat ke-45 (dari 47 negara) dalam hal daya
saing. Ditinjau dari segi mutu sumber daya manusia, Indonesia menduduki
peringkat 46. Dari data tersebut maka sumber daya manusia Indonesia dapat
diindikasikan kurang menguasai sains dan teknologi, serta kurang mampu secara
manajerial (Syaubari, 2006).
Dengan kurang memadainya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki,
mengakibatkan terhambatnya kemajuan di beberapa aspek kehidupan. Gubernur
Jambi H. Zulkifli Nurdin dalam Kabar Indonesia Jambi mengatakan bahwa salah
satu faktor penting dan sentral dalam pembangunan adalah sumber daya manusia
yang berkualitas dan professional (Sunarto, 2009). Lebih lanjut lagi, gubernur
menyampaikan bahwa peranan pendidikan baik formal maupun nonformal sangat
5. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
menentukan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas (Sunarto,
2009).
Pendidikan memiliki tujuan untuk mencetak sumber daya manusia yang
berkualitas. Hal tersebut tercantum pada Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU SISDIKNAS) No. 20 tahun 2003 BAB II pasal 3:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (http://www.inherent-dikti.net/).
Banyak permasalahan dalam pendidikan yang menjadi hambatan untuk
terselenggaranya tujuan tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh N. Idrus pada
tahun 1999 menyatakan bahwa rendahnya produktivitas sumber daya manusia
Indonesia diakibatkan oleh kurang percaya diri, kurang kompetitif, kurang kreatif
dan sulit berprakarsa sendiri (Syaubari, 2006). Dalam dunia pendidikan,
permasalahan-permasalahan tersebut akan berdampak pada rendahnya prestasi
yang dicapai oleh siswa di sekolah.
Selain hal di atas, aspek penting yang menjadi dorongan bagi seseorang atau
siswa untuk dapat menjadi berkualitas atau memiliki prestasi tinggi adalah dengan
dimilikinya self-efficacy yang tinggi. Pernyataan ini dibuktikan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Susilowati (2009) terhadap siswa-siswi kelas XII SMA
Negeri 8 Surakarta yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang
signifikan antara efikasi diri (self-efficacy) dengan prestasi belajar siswa.
Self-efficacy didefinisikan oleh Bandura (1997:3) sebagai keyakinan
seseorang terhadap suatu kemampuan yang dimilikinya untuk mengorganisasikan
dan melaksanakan serangkaian tindakan yang harus dilakukan untuk
6. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Lebih singkat lagi Bandura
mendefinisikan self-efficacy sebagai suatu persepsi diri untuk dapat berfungsi
dalam situasi tertentu (Hall dan Lindzey, 1985:539). Self-efficacy ini dibagi
menjadi dua tipe yaitu efficacy expectation dan outcome expectation (Hall dan
Lindzey, 1985:539-540). Efficacy expectation merupakan keyakinan seseorang
bahwa seseorang tersebut dapat berhasil melakukan tindakan yang diperlukan
untuk mencapai hasil tertentu, sedangkan outcome expectation merupakan
penilaian seseorang bahwa tindakan yang diberikan akan memberikan hasil
tertentu (Hall dan Lindzey, 1985: 539-540). Banyak peneliti menunjukkan bahwa
self-efficacy mempengaruhi motivasi akademik, belajar dan prestasi (Schunk dan
Pajares, 2001:2). Idealnya setiap individu harus memiliki self-efficacy yang
positif, karena hal tersebut sangat berpengaruh tehadap keberhasilan seseorang
dalam menjalani kehidupannya.
Self-efficacy yang dimiliki oleh seseorang yang satu dengan yang lain
tentunya akan berbeda. Tinggi rendahnya self-efficacy yang dimiliki seseorang
tergantung kepada tingkatan tugas yang dihadapi, luasnya bidang yang mampu
dilakukan seseorang dan ketekunan dalam melakukan tindakan untuk mencapai
tujuan. Pembentukan self-efficacy yang dialami seseorang tidak berlangsung
secara otomatis, akan tetapi membutuhkan informasi-informasi yang
mendukungnya. Informasi-informasi tersebut dapat dijadikan sumber yang akan
meningkatkan self-efficacy seseorang. Bandura (1997:41-43) menegaskan terdapat
empat sumber self-efficacy yaitu enactive mastery experience (pengalaman yang
dimiliki oleh individu), vicarious experience (pengalaman yang dimiliki oleh
7. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
orang lain), verbal persuation (pengakuan dari pihak lain), physiological and
affective states (keadaan fisiologis dan keadaan emosional).
Self-efficacy sangat penting dimiliki setiap orang. Pada umumnya seseorang
akan melakukan usaha untuk mencapai tujuannya, jika seseorang merasa akan
mendapatkan apa yang diinginkan dari tindakan tersebut (Baron dan Byrne,
2004:183). Artinya, tindakan akan muncul apabila ada keyakinan yang
menyertainya. Jika seseorang tidak memiliki keyakinan untuk dapat mencapai
tujuannya, ada kemungkinan seseorang tersebut tidak akan bertindak untuk
mencapai tujuannya. Dengan memiliki keyakinan yang kuat, keinginan untuk
mencapai tujuan akan hadir, sehingga akan menimbulkan semangat untuk meraih
apa yang diinginkan. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan Musfirah,
Rahmahana, dan Kumolohadi (2003:39) yang menyatakan bahwa dengan self-
efficacy yang tinggi seorang individu akan mempunyai keyakinan bahwa dirinya
akan berhasil melakukan sesuatu sehingga seseorang tersebut akan melakukan
berbagai usaha untuk mencapai tujuannya.
Demikian juga dalam bidang pendidikan, self-efficacy memiliki peranan
yang penting terutama bagi para siswa dalam meraih prestasi belajar. Menurut
Kertamuda (2008:28) prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh atau dicapai
siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh guru.
Urdan (Kertamuda, 2008:28) berpendapat bahwa prestasi belajar yang akan
dihasilkan oleh siswa tentunya berbeda-beda, hal tersebut tergantung kepada
tujuan yang ingin dicapainya. Pencapaian prestasi tersebut tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya, salah satu diantaranya adalah self-efficacy.
Siswa yang memiliki self-efficacy tinggi akan sukses untuk memecahkan masalah
8. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
yang terlihat dari kinerja yang lebih besar dan bertahan lebih lama dibandingkan
siswa yang memiliki self-efficacy lebih rendah (Schunk dan Pajares, 2001:14).
Kenyataan yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa self-efficacy yang
dimiliki siswa sangat memprihatinkan. Dari hasil wawancara informal pada bulan
Oktober 2010 dengan wakil kepala sekolah (Wakasek) urusan kurikulum,
beberapa guru mata pelajaran dan guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMP
Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi, terdapat fenomena siswa sering
mencontek ketika ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan akhir semester,
membolos pada beberapa mata pelajaran yang menurut keyakinan siswa tertentu
tidak akan mampu memahaminya, tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang
diyakininya sulit, dan tidak mau menampilkan kompetensi dirinya ketika diminta
untuk berdramatisasi dengan alasan tidak yakin mampu melakukannya, serta
banyak yang menghindari pengayaan matematika karena mereka yakin tidak akan
bisa menyelesaikannya.
Kurangnya keyakinan siswa dalam mencapai prestasi belajar, berdasarkan
penuturan Wakasek urusan kurikulum berdampak pada rendahnya prestasi yang
dicapai. Faktor lain yang ikut berperan dalam pencapaian prestasi ini diantaranya
adalah kondisi keluarga dan sekolah, khususnya guru. Mayoritas siswa berada
pada perekonomian menengah ke bawah. Hal ini ditandai dengan terdapat banyak
orang tua siswa terutama ibu yang pergi menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) ke
Arab Saudi disertai ayah yang berpenghasilan rendah yang kurang menunjang
pemenuhan kebutuhan siswa atau bahkan diperparah dengan situasi pemindahan
pengasuhan pada pihak yang kurang bertanggung jawab.
9. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi termasuk Rintisan Sekolah
Standar Nasional (RSSN) yang menuntut tidak hanya siswa saja yang harus
meningkatkan prestasi belajar yang dicapainya, namun membutuhkan sumber
daya manusia seluruh warga sekolah termasuk seluruh pembuat kebijakan yang
terkait dalam peningkatan mutu pendidikan nasional. Guru sebagai pengembang
kurikulum juga harus meningkatkan kompetensinya agar pembelajaran dapat
terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Pemerintah berusaha meningkatkan
kualitas pendidikan agar semua guru dapat meningkatkan kompetensinya melalui
“Better Education Through Reform Management Unversal Teacher Upgrading”
(BERMUTU) melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Dengan
keharusan guru mengikuti kegiatan tersebut, tentunya ada hal-hal yang harus di
korbankan salah satunya kegiatan belajar mengajar di kelas.
Berdasarkan hasil wawancara informal lanjutan pada bulan Februari 2011
dengan Wakasek urusan kurikulum, fenomena ketiga unsur antara siswa, orang
tua dan guru secara tidak langsung mempengaruhi pencapaian nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) siswa. Nilai KKM merupakan salah satu upaya
pemerintah dalam meningkatkan kualitas siswa terutama dalam prestasi belajar
yang dicapainya. Dengan penerapan KKM ini diharapkan dapat memacu
semangat siswa untuk berjuang lebih keras dalam mencapai prestasi belajar yang
diharapkan.
Dalam penentuan nilai KKM di sekolah, terlebih dahulu pihak sekolah
memusyawarahkannya dengan komite sekolah serta mempertimbangkan beberapa
hal seperti intake siswa (nilai-nilai yang dihasilkan siswa sebelumnya), daya
dukung sekolah, dan kompleksitas yang sesuai dengan kenyataan yang ada di
10. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
sekolah. Meskipun penentuan KKM tersebut sudah dipertimbangkan sesuai
dengan keadaan dan kemampuan dalam berbagai aspek yang ada di sekolah, pada
kenyataannya masih terdapat siswa yang belum dapat mencapainya, padahal
KKM ini tidak dapat dihindari, sehingga mau tidak mau siswa harus mencapai
setiap nilai KKM yang telah ditentukan pada setiap mata pelajaran. Jika siswa
memiliki salah satu saja nilai di bawah KKM, maka kemungkinan besar siswa
tersebut harus melakukan remidial sampai mendapatkan nilai yang mencapai
KKM yang telah ditetapkan dalam mata pelajaran tersebut. Seandainya siswa
tetap tidak mencapai KKM, besar kemungkinan siswa tersebut tidak dapat naik
kelas.
Berdasarkan data hasil Ujian Akhir Sekolah (UAS) semester ganjil yang
diperoleh pada tahun ajaran 2010-2011 di SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten
Sukabumi yaitu untuk kelas VII siswa yang sudah mencapai KKM mencapai 73%
yaitu sekitar 185 siswa, sedangkan yang belum mencapainya 27% yaitu sekitar 68
siswa; untuk kelas VIII siswa yang sudah mencapai KKM 66% yaitu sekitar 160
siswa, sedangkan yang belum mencapainya 34% yaitu sekitar 83 siswa; dan kelas
IX yang sudah mencapai KKM 76% yaitu sekitar 149 siswa, sedangkan yang
belum mencapainya 24% yaitu sekitar 47 siswa.
Dengan dilatarbelakangi fenomena yang telah di paparkan di atas, maka
peneliti memfokuskan penelitian ini pada hubungan antara self-efficacy dengan
prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi
tahun ajaran 2011-2012.
11. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
B. Rumusan Masalah
Mencapai prestasi belajar yang tinggi merupakan harapan bagi semua siswa.
Pencapaian prestasi belajar yang tinggi tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Faktor internal tidak kalah pentingnya dari faktor eksternal
dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai siswa. Salah satu faktor
internal yang mempengaruhi prestasi belajar ialah self-efficacy. Self-efficacy
merupakan keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap kemampuannya
untuk mengorganisasikan serangkaian tindakan dalam mencapai tujuan yang
dikehendakinya.
Salah satu penyebab kegagalan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang
tinggi, yaitu rendahnya keyakinan siswa terhadap kemampuan yang dimilikinya
untuk mencapai prestasi. Rendahnya self-efficacy secara tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap kegigihan dalam pencapaian prestasi.
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
dijabarkan dalam pertanyaan penelitian berikut ini.
1. Bagaimana gambaran self-efficacy yang dimiliki siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012?
2. Bagaimana gambaran prestasi belajar yang dicapai siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012?
3. Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun
ajaran 2011-2012?
12. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. untuk mengetahui gambaran umum self-efficacy yang dimiliki siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran
2011-2012,
2. untuk mengetahui gambaran prestasi belajar yang dicapai siswa kelas
VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-
2012, dan
3. untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun
ajaran 2011-2012.
D. Asumsi
Berikut ini adalah asumsi yang menjadi landasan dari penelitian ini.
1. Self-efficacy yang tinggi dapat membantu seseorang untuk selalu
optimis dalam mencapai tujuannya.
2. Self-efficacy dibutuhkan dalam bidang pendidikan, kehidupan sosial di
masyarakat, serta untuk mengatur kehidupan pribadi.
3. Self-efficacy menentukan usaha yang dilakukan seseorang dalam
pencapaian tujuannya (Luthans, 2002).
4. Self-efficacy yang tinggi dapat menentukan prestasi yang dicapai
seseorang (Schunk & Pajares, 2001).
13. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara self-
efficacy dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja
Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012.
Dengan mengacu pada hipotesis penelitian, hipotesis yang akan diuji
dinyatakan dengan hipotesis statistik (H 0 dan Ha) berikut ini.
1. H0: ρ = 0
Tidak terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun
ajaran 2011-2012.
2. H a: ρ > 0
Terdapat hubungan positif antara self-efficacy dengan prestasi belajar
siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun
ajaran 2011-2012.
Hipotesis statistik tersebut diuji dengan koefisien α sebesar 0,05 dengan
ketentuan H0 ditolak apabila angka probabilitas ≤ 0,05 dan H 0 diterima apabila
angka probabilitas > 0,05 (Ihsan, 2010:43).
F. Kajian Teoritis Tentang self-Efficacy dan Prestasi Belajar Siswa
1. Teori Self-Efficacy
Premis dasar dari teori self-efficacy adalah kepercayaan seseorang
dalam kemampuannya untuk mencapai hasil yang diinginkan dari tindakan
yang dilakukan, hal tersebut merupakan penentu perilaku bagi seseorang
14. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
ketika memilih apakah seseorang tersebut akan terlibat dan gigih dalam
menghadapi rintangan dan tantangan atau sebaliknya (Maddux, 2000:2).
Untuk lebih memahami pengertian self-efficacy, Bandura (1997:3)
mendefinisikan bahwa self-efficacy adalah “ refers to beliefs in one’s
capabilities to organize and execute the courses of action required to
produce given attainment” yang artinya self-efficacy mengacu pada
keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk
mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan yang harus
dilakukan untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan.
Self-efficacy yang dimiliki seseorang tidak terbentuk secara ototomatis
(Setiadi 2010). Dalam pementukannya, seseorang memerlukan beberapa
sumber atau informasi sebagai faktor penunjang terbentuknya self-efficacy
yang dimilikinya. Bandura (1997) menyebutkan terdapat empat sumber
yang dapat membentuk self-efficacy seseorang, yaitu:
a. enactive mastery experience (pengalaman diri sendiri),
b. vicarious experience (pengalaman orang lain),
c. verbal persuation (pengakuan sosial), dan
d. physiological and affective states (kondisi fisiologis dan
emosional).
Tinggi rendahnya self-efficacy yang dimiliki seseorang akan berbeda
satu sama lain. tinggi rendahnya self-efficacy tergantung kepada tiga
dimensi yang diungkapkan Bandura (1997), yaitu:
a. level/magnitude, berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang
dirasakan seseorang,
15. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
b. generality, berkaitan dengan luas bidang kemampuan seseorang,
dan
c. strength, berkaiatan dengan ketahan seseorang dalam mengatasi
hambatan dan kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
2. Teori Prestasi belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua suku kata yaitu prestasi dan belajar.
Prestasi diartikan sebagai bukti usaha yang dapat dicapai, sedangkan belajar
diartikan sebagai suatu proses mental yang mengarah kepada penguasaan
pengetahuan, kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap, yang semuanya
diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku
yang progresif dan adaptif (Winkel, 1983).
Prestasi terbagi menjadi tiga bagian yaitu prestasi akademis, prestasi
belajar dan prestasi kerja (Sudibyo AP, 2005). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1989:787) prestasi belajar diartikan sebagai penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh
guru. Prestasi belajar juga diartikan sebagai hasil yang diperoleh atau di
capai siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diberikan oleh
guru (Kertamuda, 2008:28). Sedangkan menurut Arikunto (2010a:4)
prestasi belajar adalah hasil dari kegiatan belajar mengajar.
Tinggi rendahnya prestasi belajar ang dicapai oleh siswa tidak terlepas
dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Slameto (2010) mengungkapkan
terdapat dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
16. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
a. Faktor Internal, berkaitan dengan kondisi kesehatan, psikologis
dan kelelahan, baik kelelahan jasmani maupun rohani.
b. Faktor Eksternal, berkaitan dengan lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
3. Kerangka Berpikir
Mencapai prestasi belajar yang tinggi merupakan harapan semua
siswa. pencapaian prestasi tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mendukungnya. Bandura (Santrock, 2009:216) mengungkapkan bahwa self-
efficacy merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menentukan
apakah siswa berprestasi atau tidak. Self-efficacy merupakan keyakinan
bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif.
Self-efficacy ini dibangun dalam hubungan triadik antara sifat-sifat
pribadi, pola perilaku dan faktor lingkungan. Hubungan tersebut tidak
terjadi secara otomatis, bisa jadi melalui proses yang panjang (Setiadi,
2010). Ketiga komponen tersebut digambarkan saling berhubungan dan
tidak terputus. Hal ini mengindikasikan ketiga komponen tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain.
Dalam pembangungan self-efficacy, seseorang akan dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya pengalaman dan lingkungan. Pengalaman dan
lingkungan ini dapat dijadikan sebagai sumber terbentuknya self-efficacy.
Bandura (Setiadi, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat empat sumber
utama yang memberikan kontribusi penting pada pembangunan self-efficacy
seseorang (siswa) yaitu enactive mastery experience (pengalaman kegagalan
dan keberhasilan seseorang), vicarious experience (pengalaman orang lain
17. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
atau figur modeling), verbal persuation (pengakuan orang lain) dan
physiological and affective states (kadaan fisik dan emosional). Bandura
(Setiadi, 2010) mengingatkan bahwa sumber-sumber tersebut tidak dapat
secara otomatis membentuk self-efficacy, sumber-sumber self-efficacy
tersebut harus diproses terlebih dahulu melalui pemikiran kognitif yang
melibatkan sistem diri. Adapun fungsi dari sistem diri ini adalah untuk
mengatur perilaku secara terus menerus yang terlibat dalam pengamatan
diri, proses menilai dan reaksi terhadap perilaku sendiri.
Pada umumnya, jika siswa memiliki sumber self-efficacy yang positif
dan dapat diterima oleh sistem diri dan sitem kognitif, maka akan
melahirkan self-efficacy yang tinggi sehingga akan melahirkan usaha yang
maksimal sehingga siswa dapat mencapai prestasi yang tinggi. Sedangkan
subjek yang memiliki sumber self-efficacy yang negatif, maka akan
melahirkan self-efficacy yang rendah sehingga akan melahirkan usaha yang
minimal dan siswa hanya mencapai prestasi yang rendah. Selanjutnya,
karena pembangunan self-efficacy seseorang (siswa) ini dibangun dalam
hubungan triadik, maka prestasi belajar atau tujuan-tujuan yang telah
dicapai seseorang (siswa) secara tidak langsung akan mempengaruhi
lingkungan dan dijadikan pengalaman oleh seseorang (siswa) tersebut yang
nantinya akan dijadikan sebagai informasi atau sumber self-efficacy dalam
mencapai tujuan yang sama.
18. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini, dapat diilustrasikan
dengan gambar berikut ini.
Pengalaman
dan Lingkungan
Sistem Diri
Struktur Kognitif
Prestasi
Usaha
SE Tinggi Maksimal
Belajar
Tinggi
Self-Efficacy
Prestasi
Usaha
SE Rendah Minimal
Belajar
Rendah
Gambar 2.3
Kerangka Berpikir Hubungan Antara Self-Efficacy
dengan Prestasi Belajar Siswa
G. Metode Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, dimana penelitian ini ditujukan untuk meneliti populasi atau
sampel tertentu, yang pengumpulan datanya menggunakan instrumen
penelitian dan analisis datanya bersifat statistik yang selanjutnya digunakan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008:8).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
korelasional. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar siswa, apabila ada,
berapa erat hubungan tersebut serta berarti atau tidak hubungan tersebut
(Arikunto, 1998; Sugiyono, 2008).
19. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
Adapun desain penelitian untuk menggambarkan hubungan antara
self-efficacy dengan prestasi belajar siswa, dapat dilihat pada gambar 3.1.
X r Y
Gambar 3.1
Desain Penelitian
Keterangan:
X = Self-efficacy
Y = Prestasi belajar siswa
2. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten
Sukabumi. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012.
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik cluster sampling,
dimana pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil sampel dari
setiap kelompok yang ada pada populasi (Arikunto, 2010b:96). Sampel yang
diikutsertakan dalam penelitian ini sebesar 30% dari jumlah populasi
penelitian ini sejumlah 76 orang siswa.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
kuesioner dan dokumentasi. Instrument berupa kuesioner digunakan sebagai
alat pengumpul data self-efficacy, sedangkan Dokumentasi digunakan
sebagai pengumpul data prestasi belajar siswa.
Instrumen self-efficacy ini dikembangkan dengan mengacu pada
dimensi dari teori self-efficacy Albert Bandura dengan terlebih dahulu diuji
20. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
validitas dan reliabilitasnya. Penguian validitas instrument self-efficacy ini
dilakukan dengan penilaian tiga orang professional judgement dan analisis
item. Penilain professional judgment dilakukan oleh tiga orang dosen yaitu
Dr. Titin Kartini, M.Si, Tina Hayati Dahlan, S.Psi, M.Pd, Psi dan Helli
Ihsan, S.Ag, M.Si. Setelah dilakukan penilaian oleh professional judgment,
selanjutnya dilakukan uji coba instrument pada 35 siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Gegerbitung. Berdasarkan data yang dihasilkan dari uji coba
instrument tersebut, terdapat beberapa item yang layak dan tidak layak
digunakan. Jumlah item sebelum uji coba sebanyak 35 item, setelah
dilakukan analisis item dengan batas koefisien korelasi sebesar 0,3, terdapat
29 item layak digunakan dan 6 item tidak layak digunakan dan dibuang.
Setelah dilakukan pengujian validitas, maka langkah selanjutnya
adalah pengujian reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan software SPSS versi
16.0, dihasilkan reliabilitas 0,901 sebelum penghapusan item tidak layak,
namun setelah penghapusan item yang tidak layak, reliabilitas meningkat
menjadi 0,908.
Untuk pengumpul data prestasi belajar siswa, dokumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi nilai rata-rata mid
semester I siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi
tahun ajaran 2011-2012.
4. Teknik Analisis
Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji regresi linear, data self-
efficacy dan prestasi belajar yang diperoleh menunjukkan berdistribusi
21. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
normal dan self-efficacy linear terhadap prestasi belajar siswa. oleh karena
itu, teknik analisis statistik yang digunakan adalah statistik parametrik dan
uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi Product Moment dari
Pearson. Uji korelasi tersebut dibantu dengan menggunakan software SPSS
versi 16.0.
Untuk mengetahui tingkat kecocokan hasil pengujian korelasi antara
self-efficacy yang dimiliki siswa dengan tingkat pencapaian prestasi
belajarnya, maka data tersebut selanjutnya di analisis dengan menggukan
tabel silang (Crosstab). Hasil korelasi dan kecocokan tersebut dapat
diperkuat juga dengan melihat seberapa besar sumbangan yang diberikan
oleh self-efficacy terhadap prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan
menghitung secara manual koefisien determinasi dengan rumus di bawah
ini.
KD = r2 x 100%
KD = Koefisien Determinasi
r = Koefisien korelasi
H. Hasil dan Pembahasan
1. Gambaran Self-Efficacy yang Dimiliki Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2011-
2012.
Berdasarkan hasil pengelompokkan ke dalam lima kategori tingkat
self-efficacy yang dimiliki siswa, terdapat 5 orang siswa kelas VIII (6,58%)
SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi memiliki self-efficacy sangat
22. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
tinggi, 17 orang siswa (22,37%) memiliki self-efficacy tinggi, 28 orang
siswa (36,84%) memiliki self-efficacy sedang, 24 orang siswa (31,58%)
memiliki self-efficacy rendah dan 2 orang siswa (2,63%) memiliki self-
efficacy sangat rendah. Dengan melihat hasil perhitungan tersebut, dapat
diindikasikan bahwa mayoritas siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja
Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012 untuk variabel self-efficacy
berada pada kategori sedang. hal ini mengindikasikan bahwa siswa memiliki
standar keyakinan cukup mampu untuk memahami dan mengerjakan soal
dari pokok bahasan yang paling mudah sampai dengan yang sangat sulit,
mengembangkan kemampuannya dalam berbagai bidang studi yang
diajarkan di sekolah, dan bertahan menyelesaikan tugas sampai tuntas.
Kategori sedang yang dimiliki oleh sebagian besar siswa, didukung
pula oleh hasil perhitungan ketiga dimensi self-efficacy yang dimiliki siswa.
Besrdasarkan hasil perhitungan ketiga dimensi tersebut, mayoritas siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-
2012 berada pada kategori sedang untuk dimensi level/magnitude,
generality, dan strength.
Tinggi rendahnya self-efficacy dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor pembentuk self-efficacy itu sendiri dan tahapan
perkembangan yang sedang dilalui. Bandura (Setiadi, 2010)
mengungkapkan bahwa pembentukan self-efficacy tidak terjadi secara
otomatis, tetapi memerlukan proses dan membutuhkan beberapa sumber
atau informasi yang akan mempengaruhi tinggi rendahnya self-efficacy yang
dimiliki oleh seseorang. Sumber-sumber tersebut adalah enactive mastery
23. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
experience, vicarious experience, verbal persuation, physiological and
affective states.
Enactive mastery experience berkaitan dengan pengalaman kegagalan
dan keberhasilan mencapai prestasi. Hal ini dipengaruhi pula oleh tahap
perkembangan yang dialami siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VIII dengan kisaran usia 13-14 tahun yang tergolong sebagai
remaja awal. Masa remaja ini ditandai dengan rasa ingin tahu yang besar
yang mendorong siswa melakukan hal baru sebagai bentuk pemenuhan rasa
ingin tahu, termasuk dalam hal mencapai prestasi. Dengan banyak
mengeksplor hal baru tersebut, secara tidak langsung, siswa remaja akan
mengadopsi pengalaman baik berupa kegagalan maupun keberhasilan.
Siswa yang banyak memiliki pengalaman kegagalan dalam mencapai
prestasi belajar, akan cenderung memiliki self-efficacy rendah, sedangkan
siswa yang banyak memiliki pengalaman keberhasilan, akan cenderung
memiliki self-efficacy tinggi dalam mencapai prestasi belajar.
Vicarious experience berkaitan dengan bagaimana seseorang belajar
menerima pengalaman dari luar dirinya yang berkaitan erat dengan proses
modeling. Perkembangan masa remaja ditandai dengan pencarian identitas
diri yang melibatkan peran figur. Lingkungan keluarga merupakan tempat
awal bagi siswa dalam mengembangkan self-efficacy. Siswa yang memiliki
banyak figur orang sukses di dalam keluarganya, akan cenderung memiliki
self-efficacy tinggi. Seiring perkembangan siswa, peranan keluarga sedikit
demi sedikit akan berkurang. Siswa remaja akan lebih banyak berinteraksi
dengan teman sebaya dan menghabiskan waktu di luar rumah yaitu sekolah.
24. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
Pada masa ini peran teman sebaya sangat penting, self-efficacy akan
berkembang melalui keikutsertaan siswa dalam komunitas yang lebih luas.
Faktor usia pun dapat diperhitungkan, dimana siswa yang lebih dewasa
cenderung menjadi model dalam meningkatkan kemampuan berpikir dan
bertingkah laku (Bandura, 1997).
Verbal persuation berkaitan dengan pengakuan sosial atau umpan
balik evaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan seseorang. Dalam hal
ini reward dapat menjadi alat bantu bagi pihak yang secara langsung atau
tidak langsung berinteraksi dalam pengembangan self-efficacy siswa. Orang
tua, guru, teman atau siapapun dapat memberikan kontribusi dalam
perkembangan self-efficacy dengan tidak mengabaikan sensitivitas serta
proses usaha yang telah dilakukan siswa yang cenderung memilih teman
sebaya yang memiliki kesepahaman dan sensitif terhadap perbandingan
dalam hal pencapaian prestasi dan keterarahan. Bandura (Setiadi, 2010)
mengungkapkan bahwa pengakuan sosial ini akan mendorong seseorang
melakukan upaya lebih besar dalam mempertahankan pengakuan tersebut
untuk mencapai keberhasilan.
Physiological and affective states berkaitan dengan kondisi fisiologis
dan emosional seseorang. Kondisi fisiologis ini berkaitan dengan kesehatan
siswa. Kesehatan siswa akan berpengaruh pada proses belajar dan prestasi
yang dicapainya. Penurunan kesehatan, dapat menurunkan self-efficacy
dalam pencapaian prestasi belajar yang disebabkan oleh kelemahan fisik
sehingga menyebabkan siswa tidak dapat melakukan upaya-upaya untuk
dapat mencapai prestasi yang diharapkannya. Selain kondisi fisiologis,
25. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
Bandura (Setiadi, 2010) mengungkapkan satu kesatuan afektif atau
emosional yang memberikan kontribusi penting bagi self-efficacy adalah
suasana hati. Pada masa remaja, keadaan emosi yang dimiliki siswa
cenderung bersifat fluktuatif dan rentan. Banyak faktor baik positif maupun
negatif dapat dengan mudah mempengaruhi kondisi emosional siswa.
suasana hati yang dimiliki siswa cenderung cepat berubah. Ini disebabkan
karena pada masa remaja, siswa dihadapkan pada beberapa perubahan dan
tuntutan yang harus dilakukannya. Kebingungan yang dialami siswa
berdampak terhadap suasana hati siswa itu sendiri. Ketika seorang siswa
memiliki suasana hati yang baik, siswa akan memiliki self-efficacy dan
menampilkan usaha yang baik dalam mencapai tujuan. Sebaliknya, jika
siswa sedang memiliki suasana hati kurang baik, maka akan cenderung
memiliki self-efficacy rendah dan banyak menemui kesulitan dalam
mencapai tujuan.
2. Gambaran Prestasi Belajar yang Dicapai Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2011-
2012.
Berdasarkan pengelompokkan ke dalam lima kategori tingkat
pencapaian prestasi belajar, terdapat 3 orang siswa kelas VIII (3,94%)
mencapai prestasi belajar sangat tinggi, 22 orang siswa (28,95%) mencapai
prestasi belajar tinggi, 24 orang siswa (31,58%) mencapai prestasi belajar
sedang, 22 orang siswa (28,95%) mencapai prestasi rendah dan 5 orang
siswa (6,58%) mencapai prestasi sangat rendah. Dengan melihat hasil
perhitungan tersebut, dapat diindikasikan bahwa mayoritas siswa kelas VIII
26. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
SMP negeri 2 sukaraja Kabupaten Sukabumi mencapai prestasi belajar
sedang. Hasil tersebut membuktikan bahwa siswa mencapai standar cukup
baik dalam menampilkan keberhasilan dalam proses belajar.
Tinggi rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Sukaraja ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam
pencapaian prestasi belajar. Slameto (2010) mengungkapkan terdapat dua
faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor faktor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Slameto (2010) yang
merupakan faktor internal diantaranya faktor psikologis yaitu inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan, sedangkan yang
termasuk faktor eksternal diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat.
Untuk faktor psikologis, rendahnya prestasi belajar siswa ini selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang diungkapkan oleh Slameto, self-efficacy
juga memiliki peranan penting dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi
belajar siswa. pernyataan tersebut senada dengan ungkapan Schunk dan
Pajares (2001:2) bahwa telah banyak penelitian menunjukkan self-efficacy
mempengaruhi motivasi akademik, belajar dan prestasi. tingkatan self-
efficacy yang dimiliki oleh siswa akan berpengaruh kepada motivasi belajar
yang nantinya akan berdampak pada tinggi rendahnya prestasi yang dicapai
oleh siswa.
Faktor lingkungan tidak kalah penting dari faktor psikologis.
Lingkungan keluarga terutama orang tua merupakan peran utama yang
27. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
dibutuhkan siswa. Dukungan yang diberikan oleh orang tua, baik motivasi
maupun materi yang proporsional akan berkontribusi positif terhadap
perkembangan psikis siswa yang pada akhirnya mempengaruhi self-efficacy
dan pencapaian prestasi. Perkembangan psikis ini selanjutnya akan
berdampak pada interaksi di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Sekolah merupakan sarana siswa dalam mengembangkan fungsi
kognitifnya dan tempat dimana siswa dapat mengeksplorasi kemampuannya
(Bandura, 1997). Tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh seorang siswa
di lingkungan sekolah tergantung kepada cara mengajar guru, kurikulum
yang diterapkan, hubungan antara guru dengan siswa, hubungan siswa
dengan siswa, kedisiplinan siswa di sekolah, kelengkapan fasilitas di
sekolah dan lain sebagainya.
Masyarakat juga berkontribusi terhadap tinggi rendahnya prestasi
siswa diantaranya teman sebaya, mass media dan bentuk kehidupan
masyarakat. Jika masyarakat di lingkungan sekitar terdiri dari orang-orang
yang tidak terpelajar dan mempunyai kebiasaan tidak baik, maka siswa akan
terpengaruh oleh lingkungan yang tidak mendukung tersebut.
3. Hubungan antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi Tahun
Ajaran 2011-2012.
Pengujian korelasi antara variabel self-efficacy dengan variabel
prestasi belajar siswa, secara lebih rinci dapat dilihat pada hasil uji korelasi
dalam tabel di bawah ini.
28. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
Hasil Uji Korelasi antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi
Tahun Ajaran 2011-2012
prestasi
self-efficacy
belajar siswa
self-efficacy Pearson
1 .614**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 76 76
prestasi belajar siswa Pearson
.614** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 76 76
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).
Dengan melihat hasil dari perhitungan statistik di atas, diketahui
bahwa nilai koefisien korelasi sebesar 0,614 dan nilai probabilitas sebesar
0,000. Dengan merujuk pada ketentuan bahwa H 0 ditolak apabila nilai
probabilitas ≤ 0,05 dan H0 diterima apabila nilai probabilitas > 0,05, maka
hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini mengindikasikan bahwa H 0
ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat hubungan
positif antara self-efficacy dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012. Hubungan
positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy yang
dimiliki siswa semakin tingggi pula prestasi belajar yang dicapainya, begitu
pula sebaliknya. Besar kecilnya kontribusi self-efficacy terhadap prestasi
belajar siswa dapat diketahui dengan perhitungan koefisien determinasi.
Berdasarkan perhitungan koefisien determinasi (lihat lampiran IV), sebesar
29. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
37,6996% self-efficacy memberikan kontribusi terhadap pencapaian prestasi
belajar siswa.
Hasil pengujian korelasi di atas, selanjutnya diperkuat dengan melihat
kecocokan antara tingkat self-efficacy yang dimiliki oleh siswa dengan
tingkatan prestasi belajar yang dicapainya. secara lebih rinci, kecocokan
tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Silang Antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi Tahun Ajaran 2011-2012
Prestasi belajar
Sangat Sangat
Siswa Tinggi Sedang Rendah Total
Tinggi Rendah
Self-efficacy
Sangat Tinggi 2 3 1 0 0 6
Tinggi 1 10 1 3 1 16
Sedang 0 5 15 7 1 28
Rendah 0 4 7 11 2 24
Sangat rendah 0 0 0 1 1 2
Total 3 22 24 22 5 76
Berdasarkan hasil uji korelasi antara variabel self-efficacy dengan
variabel prestasi belajar siswa menunjukkan hubungan positif antara self-
efficacy dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja
Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin tinggi
pula prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, begitu pula sebaliknya
semakin rendah self-efficacy, semakin rendah pula prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa.
Dari hasil pencocokan tingkat self-efficacy dengan prestasi belajar
yang dicapai siswa pada tabel silang di atas, menunjukkan bahwa siswa
30. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
yang memiliki self-efficacy sangat tinggi cenderung mencapai prestasi
belajar sangat tinggi dan tinggi, siswa yang memiliki self-efficacy yang
tinggi cenderung mencapai prestasi belajar tinggi, siswa yang memiliki self-
efficacy sedang cenderung mencapai prestasi belajar sedang, siswa yang
memiliki self-efficacy rendah cenderung mencapai prestasi belajar rendah,
dan siswa yang memiliki self-effiacy sangat rendah cenderung mencapai
prestasi belajar rendah dan sangat rendah. Meskipun demikian, masih
terdapat beberapa siswa yang kurang sesuai antara self-efficacy yang
dimiliki dengan prestasi belajar yang dicapainya, sehingga kecocokan antara
self-efficacy dengan prestasi yang dicapai siswa menjadi tersebar pada
tingkatan yang berbeda dengan self-efficacy yang dimilikinya.
Penyebaran tingkatan kecocokan antara self-efficacy dengan
pencapaian prestasi siswa, dapat disebabkan oleh karena self-efficacy bukan
merupakan satu-satunya faktor yang berkorelasi dengan prestasi belajar,
begitu juga sebaliknya. Hal tersebut diperkuat oleh nilai koefisien
determinasi bahwa sebesar 37,6996% self-efficacy memberi kontribusi
terhadap pencapaian prestasi belajar siswa, sedangkan sebesar 62,3004%
prestasi belajar berkorelasi dengan faktor lain yang juga memberi kontribusi
terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Dengan demikian, hasil tingkat
kecocokan tersebut mendukung hasil perhitungan korelasi antara self-
efficacy dengan prestasi belajar siswa.
Hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar siswa terjadi
karena pada dasarnya self-efficacy dibangun oleh kerangka teori sosial
kognitif dalam hubungan triadik antara aspek pribadi (sistem diri), perilaku,
31. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
dan lingkungan yang bersifat reciprocal determinism. Walaupun tidak
diketahui darimana pusat atau awal pergerakan hubungan tersebut, apakah
sistem diri menggerakan lingkungan atau sebaliknya, Bandura (Hall dan
Lindzey, 1985) mengungkapkan bahwa hubungan tersebut diawali dari
sistem diri.
Dalam pencapaian prestasi belajar, selain faktor eksternal, faktor
internal pun memberikan kontribusi penting. Self-efficacy merupakan
keyakinan seseorang akan kemampuan yang dimilikinya dan merupakan
faktor internal yang berkontribusi terhadap pencapaian prestasi belajar
siswa.
Setiap siswa pasti memiliki harapan atau tujuan untuk mencapai
prestasi belajar tinggi. Dengan memiliki keyakinan kuat untuk berhasil
mencapai prestasi, siswa akan berusaha maksimal untuk mewujudkan
harapannya tersebut. Sebaliknya dengan memiliki keyakinan yang lemah,
siswa menjadi cenderung tidak berusaha dengan maksimal dalam mencapai
prestasi belajar.
Self-efficacy sangat diperlukan siswa untuk meningkatkan motivasi
untuk mencapai prestasi belajar tinggi. Pembentukan self-efficacy dalam diri
siswa dibentuk oleh beberapa faktor diantaranya pengalaman kegagalan dan
keberhasilan serta lingkungan yang mendukung pembentukan self-efficacy.
Pengalaman dan lingkungan yang dimiliki siswa selanjutnya akan diproses
oleh sistem diri yang mengacu kepada sistem kognitif untuk dilakukan
pemaknaan. Pemaknaan tersebut melibatkan regulasi diri dimana
pengalaman dan lingkungan dicocokan dengan pengaturan diri sehingga
32. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
akan menghasilkan suatu strategi untuk mencapai tujuan. Secara tidak
langsung pengalaman dan lingkungan juga mempengaruhi tinggi rendahnya
self-efficacy yang dimiliki siswa. Tanpa adanya self-efficacy tinggi, semua
rangkaian tindakan yang telah disusun oleh sistem diri tidak akan terealisasi.
Self-efficacy yang tinggi akan membantu siswa untuk dapat
melakukan usaha yang maksimal sehingga mampu mencapai prestasi belajar
yang tinggi. Sedangkan self-efficacy yang rendah akan cenderung membuat
siswa meminimalisasi usaha yang dilakukannya sehingga hanya akan
mencapai prestasi belajar yang rendah.
Oleh karena self-efficacy didasarkan pada kerangka teori sosial
kognitif yang digambarkan dengan hubungan triadik, maka kegagalan dan
keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar akan dijadikan sebagai
pengalaman untuk membentuk self-efficacy dalam mencapai prestasi belajar
pada waktu yang akan datang.
I. Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
a. Self-efficacy yang dimiliki sebagian besar siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Sukarja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran 2011-2012
termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini mengindikasikan
bahwa siswa memiliki standar keyakinan cukup mampu untuk
memahami dan mengerjakan soal dari pokok bahasan yang
paling mudah sampai dengan yang sangat sulit, mampu untuk
33. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
mengembangkan kemampuannya dalam berbagai bidang studi
yang diajarkan di sekolah, dan bertahan menyelesaikan tugas
sampai tuntas.
b. Prestasi Belajar yang dimiliki sebagian besar siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi tahun ajaran
2011-2012 termasuk ke dalam kategori sedang. Hal ini
mengindikasikan bahwa siswa mencapai standar cukup baik
dalam menampilkan keberhasilan dalam proses belajar.
c. Terdapat hubungan positif antara self-efficacy dengan prestasi
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sukaraja Kabupaten
Sukabumi tahun ajaran 2011-2012. Hal ini mengindikasikan
bahwa self-efficacy yang dimiliki siswa berkaitan dengan
prestasi yang dicapainya. Semakin tinggi self-efficacy yang
dimiliki siswa semakin tinggi pula prestasi belajar yang
dicapainya, begitu juga sebaliknya semakin rendah self-efficacy
siswa semakin rendah pula prestasi belajar yang dicapainya.
2. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, rekomendasi dalam
penelitian ini diajukan untuk siswa, pihak orang tua, sekolah, guru dan
peneliti selanjutnya.
a. Bagi siswa diharapkan untuk melakukan pengembangan internal (self-
efficacy) dengan cara seperti:
1) memfokuskan tujuan untuk berhasil dalam pencapaian prestasi
belajar belajar yang tinggi,
34. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
2) menjadikan pengalaman kegagalan masa lalu sebagai langkah
awal dalam mencapai keberhasilan di masa yang akan datang,
3) tetap mempertahankan prestasi yang telah dicapai saat ini dan
sebelumnya, dan
4) membuat daftar atau urutan pokok bahasan dan soal-soal dari
yang paling mudah hingga yang paling sulit.
b. Bagi orang tua siswa diharapkan untuk:
1) dapat menciptakan iklim pembelajaran dengan bimbingan orang
tua di rumah, dan
2) dapat memfasilitasi kebutuhan pembelajaran anak.
c. Bagi Guru diharapkan untuk:
1) dapat menciptakan suasana belajar kondusif dengan cara
memberikan pelayanan belajar tambahan bagi siswa yang
memiliki kesulitan dalam memahami pelajaran di ruang kelas,
2) dapat mengikutsertakan siswa siswinya dalam lomba-lomba
yang bersifat akademik baik di dalam lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah,
3) dapat memotivasi siswa melalui reward dengan pujian bagi
siswa yang mendapatkan nilai yang bagus dan memberikan
kata-kata penyemangat bagi siswa yang mendapatkan nilai
kurang bagus, dan
4) dapat menjalin komunikasi secara berkala dengan orang tua atau
wali siswa.
35. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
d. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan:
1) dapat melakukan penelitian dengan variabel yang sama dan
menitikberatkan terhadap lingkungan yang mendukung
perkembangan self-efficacy siswa dalam pencapaian prestasi
belajarnya.
2) dapat melakukan penelitian lebih mendalam tentang variabel yang
sama dengan menggunakan metoda penelitian kualitatif.
36. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010a). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2010b). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2009). Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H.
Freeman and Company.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial Jilid I. Penerjemah: Ratna
Djuwita, dkk. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Edisi Pertama). Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud KBRI Tokyo. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
[online] tersedia: http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf [24
Februari 2010]
Hall, C.S. dan Linzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personality. Canada:
John Wiley & Sons, Inc.
Hartoto. (2009). Penelitian Deskriptif. [online] tersedia: http://www.penalaran-
unm.org/index.php/artikel-nalar/penelitian/163-penelitian-deskriptif.html
[28 Maret 2011].
Ihsan, H. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Diktat Jurusan Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.
37. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
Ihsan, H. (2010). Metode Kuantitatif: Aplikasi SPSS. Diktat Jurusan Psikologi
Universitas Indonesia: Tidak diterbitkan.
Kertamuda, F. (2008). ”Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar”.
Jurnal Psikologi, 21, (1), 25-38
Luthans, F. (2002). Organizational Behavior. United States: McGraw-Hill.
Maddux, J.E. (2000). “Self-Efficacy: The Power of Believing You Can”, dalam
Handbook of Positive Psychology (ed Snyder, C. R. and Lopez, S. J.). New
York: Oxford University Press.
Musfirah., Rahmahana, R.S. & Kumolohadi, R. (2003). “Hubungan antara
Computer Self-Efficacy dan Kecemasan Menggunakan Komputer”.
Psikologika. 8, (15), 37-46.
Nasution, S. (2006). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nugroho, O.A. (2007). Hubungan antara Self-Efficacy, Penyesuaian Diri dengan
Prestasi Akademik Mahasiswa. Jurusan Bimbingan Konseling FKIP
Universitas Widya Mandala Madiun. Tidak diterbitkan.
P, Sudibyo A. (2005). “Kebiasaan Menyontek PR terhadap Prestasi yang Diraih
Seorang Siswa”. Jurnal Pendidikan Iswara Manggala, 1, (6), 17-36.
Partino. (1999). Hubungan antara Efikasi Diri dengan Unjuk Kerja: Suatu Studi
Meta Analisis. Psikologika. -, (8), 53-63.
R, Litasari. (2003). Hubungan antara Self-Efficacy pada Pelajaran Matematika
dengan Minat Mengikuti Bimbingan di Lembaga Bimbingan Belajar
Piramida Tulungagung.” Skripsi Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang. Tidak Diterbitkan.
Riduwan dan Akdon. (2010). Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.
Bandung: Alfa Beta.
38. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
Santrock, J.W. (1999). Life-Span Development (Seventh Edition). United States of
America: McGraw-Hill.
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan: Educational Psychology (Edisi
Ketiga). Jakarta: Salemba Humanika.
Schunk, D.H. dan Pajares, F. (2001).”The Development of Academic Self-
Efficacy”, dalam “Development of Achievement Motivation” (ed A. Wigfield
and J. Eccles). San Diego: Academic Press.
Selvianti dan Aryani, L. (2009). “Self-Efficacy Penderita Kangker Payudara”.
Jurnal Psikologi. 5, (2), 275-295.
Setiadi, R. (2010). Self-Efficacy in Indonesia Literacy Teaching Context: A
theoretical and Empirical Perspective. Bandung: Rizqi Press.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sunarto. (2009). Pentingnya SDM Berkualitas dalam Pembangunan. [online].
Tersedia:http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Pentingn
ya+SDM+Berkualitas+dalam+Pembangunan&dn=20090312113314. [10
Maret 2010].
Suryabrata, S. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Susilowati, A. (2009). Hubungan antara Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar
Pada Siswa SMA Negeri 8 Surakarta. Skripsi pada Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta: Tidak diterbitkan.
Syah, M. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Syaubari, M. (2006). Revolusi di Dunia Pendidikan Indonesia. [online]. Tersedia:
http://re-searchengines.com/0706muamar.html. [10 Maret 2010].
39. Nomor Skripsi: 241/Skripsi/Psi-FIP/UPI/12.2011
Wagner III, J.A. & Hollenbeck, J.R. (2010). Organizational Behavior: Securing
Competitive Advantage. New York: Routledge.
Wasito, H. (2004). “Hubungan antara Self-Efficacy dengan Penyesuaian
Akademik dan Prestasi Akademik”. Jurnal Psikologi. 14, (2), 92-109.
Winkel, W.S. (1983). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: PT.
Gramedia.
Winkel, W.S. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Zimmerman, B.J dan Cleary, T.J. (2006). “Adolescents’ Development of Personal
Agency: The Role of Self-Efficacy Beliefs and Self-Regulatory Skill”,
dalam Self-Efficacy Beliefs of Adolescents (ed Frank Pajares dan Tim
Urdan). Greenwich: Information Age Publishing.