SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 3
Descargar para leer sin conexión
1|3
Violet Grey
“Ini cerita tentang suatu daerah.
Daerah yang disebut istimewa, bagi mereka,
bukan bagi kita yang disingkirkan”.
elasa petang di April lalu, matahari mulai meninggalkan bumi Aceh. Jam menunjukkan
pukul 16.00. Di kantor Violet Grey (VG) , di Lamlagang, Banda Aceh, sembilan orang tampak
berkumpul dan larut dalam diskusi. Cipi menjadi tema diskusi, ia seorang waria yang dipukul dan
mengalami luka parah hingga tak sadarkan diri.
Cipi adalah potret buram kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di
Nanggroe Aceh Darussalam. Cipi bukan satu-satunya waria yang mengalami kekerasan fisik sekian
banyak waria mengalami kekerasan baik fisik maupun verbal dari warga dan pemerintah daerah
yang disebut istimewa itu
BERDIRI DI ATAS DURI SYARIAT
S
2|3
Diskusi seputar masalah yang dihadapi kelompok LGBT
kerap diadakan di kantor VG, organisasi LGBT di provinsi itu. Selain
Cipi kasus yang menjadi bahan pembahasan adalah pengalaman
Cut Sherly, waria 28 tahun, yang berdomisili di Banda Aceh. Dalam
kesehariannya Cut Sherly merupakan salah satu pemilik salon di
Kota Banda Aceh. Selain menjalankan usaha salonnya, Ia
merupakan koordinator organisasi waria Putroe Sejati Aceh (PSA)
kota Banda Aceh.
Cut Sherly adalah saksi hidup betapa Aceh menjadi neraka
bagi kelompok LGBT. “Dipukuli, dilecehkan, diusir bahkan
dihalalkan untuk dibunuh itu biasa, sudah seperti makan nasi,”
ujarnya. Ia masih ingat ketika sekelompok orang datang ke
salonnya, dua bulan lalu, menuduhnya melakukan maksiat di
tempatnya mencari nafkah. Perasaannya campur aduk antara
takut, sedih dan marah karena memang tidak ada hal apapun yang
dilakukannya pada pukul 02.00 hari. Baginya banyak pihak yang
mengkriminalisasi waria. Rata-rata anggota komunitas PSA
mengalami hal yang sama. Selalu saja ada masalah yang terkesan
dicari-cari menimpa anggota komunitas PSA.
PSA merupakan organisasi yang pembentukannya diinisiasi
oleh VG. Pada awal pembentukannya PSA di maksudkan untuk
membantu teman-teman waria memperoleh layanan kesehatan
terkait HIV dan AIDS bagi teman-teman waria. Tapi, sekadar
memperjuangkan hak di bidang pelayanan kesehatan tidak cukup
karena kekerasan tak hanya terjadi di bidang pelayanan kesehatan
tapi di semua aspek kehidupan termasuk pelayanan hukum dan
hak sipil.
Disamping ungkapan pasrahnya tentang kekerasan yang
dialaminya, Cut Sherly mengungkapkan bahwa melalui pembelajaran dalam kegiatan yang
dilakukan Violet Grey yang diikuti ia mengerti bahwa waria tidak pantas untuk diperlakukan
semena-mena oleh siapapun. Cut Sherly pun kini telah menjadi advokat bagi teman-teman waria
lainnya. Ia juga ikut memperjuangkan berbagai kasus yang melibatkan kelompok waria ODHA.
Mengingat banyaknya kekerasan yang menimpa LGBT di Aceh, setelah VG mengikuti
program ISEAN Hivos Training for Local CBO Staff on Institutional and Program Development and
Strategic Planning, organisasi ini berencana mengangkat isu pluralisme dalam program kerja yang
melibatkan waria dan lesbian. “Adapun yang menjadi pertimbangan adalah kedua kelompok ini
Cut Sherly
adalah saksi
hidup betapa
Aceh menjadi
neraka bagi
kelompok
LGBT.
“Dipukuli,
dilecehkan,
diusir bahkan
dihalalkan
untuk
dibunuh itu
biasa, sudah
seperti makan
nasi”,
ujarnya.
3|3
tergolong rentan terhadap tindak kekerasan karena ekspresi gender yang dianggap bertentangan
dengan syariat islam,” ujar Edi Saputra, Direktur VG.
Pendekatan kepada teman-teman waria dilakukan melalui organisasi PSA karena teman-
teman waria sudah mandiri dengan komunitasnya. Sedangkan pendekatan kepada teman-teman
lesbian dilakukan secara indivindual dikarenakan tidak adanya komunitas lesbian di Aceh.
Hal inilah yang mendorong VG, setelah mengikuti program ISEAN Hivos Training for Local CBO Staff
on Community Leadership, Governance and Mobilization, membentuk komunitas lesbian di Aceh
sebagai komunitas asuhan VG. Atapku Aceh—yang kemudian berganti nama menjadi Learning
Together (LeTo), itulah nama komunitas yang dibentuk untuk teman-teman lesbian.
Sebagai komunitas baru yang dibangun dari nol, LeTo bergerak di bawah asuhan VG. Pada
Juni 2012, Ezer El-Fauzan, koordiantor LeTo yang memimpin organisasi ini sejak awal dibentuk,
mengundurkan dengan alasan melanjutkan pendidikan. Posisi yang lowong ini kemudian diisi oleh
Redsoul Eqqy, yang sebelumnya merupakan anggota biasa dan belum memiliki pengalaman
mengkoordinir komunitas.
Eqqy mengungkapkan ia belajar dari VG tentang tugas barunya. Ia di bimbing oleh VG untuk
menjadi koordinator LeTo. Dalam berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan lesbian dan
perempuan, VG mengirim Eqqy sebagai perwakilan. “Sebelum menghadiri pertemuan-pertemuan
staf VG memberikan pembelajaran tentang hal-hal apa yang harus dilakukanya sebagai pemimpin
dan bagaimana saya harus menempatkan diri di dalam forum,” ujarnya.
VG juga secara rutin mengadakan kegiatan-kegiatan edukatif yang melibatkan anggota
LeTo. Bukan hanya Eqqy, semua jajaran pengurus LeTo diberikan arahan pada setiap kegiatan yang
dilakukan oleh VG dengan harapan LeTo suatu hari bisa mandiri seperti halnya VG dan PSA.
Kini VG telah menjadi orang tua bagi komunitas LGBT di Aceh yang melindungi dan
memngajarkan hal-hal terkait keamanan dalam keadaan Aceh yang sangat tidak bersahabat bagi
LGBT. PSA serta LeTo berharap VG tetap menjadi rumah bagi LGBT di Aceh, tempat di mana isu-isu
terkait masalah yang dihadapi kelompok LGBT didiskusikan dan dicarikan jalan keluarnya.
Kontak:
violet_grey_group@yahoo.com

Más contenido relacionado

Similar a Berdiri di atas duri syariah violet grey

Similar a Berdiri di atas duri syariah violet grey (6)

Artikel keberagaman gender
Artikel keberagaman genderArtikel keberagaman gender
Artikel keberagaman gender
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Kami tidak bisu (book)
Kami tidak bisu (book)Kami tidak bisu (book)
Kami tidak bisu (book)
 
Buku "Kami Tidak Bisu"
Buku "Kami Tidak Bisu"Buku "Kami Tidak Bisu"
Buku "Kami Tidak Bisu"
 
Draft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaanDraft psikologi perkotaan
Draft psikologi perkotaan
 
Jadi gersos pp
Jadi gersos ppJadi gersos pp
Jadi gersos pp
 

Berdiri di atas duri syariah violet grey

  • 1. 1|3 Violet Grey “Ini cerita tentang suatu daerah. Daerah yang disebut istimewa, bagi mereka, bukan bagi kita yang disingkirkan”. elasa petang di April lalu, matahari mulai meninggalkan bumi Aceh. Jam menunjukkan pukul 16.00. Di kantor Violet Grey (VG) , di Lamlagang, Banda Aceh, sembilan orang tampak berkumpul dan larut dalam diskusi. Cipi menjadi tema diskusi, ia seorang waria yang dipukul dan mengalami luka parah hingga tak sadarkan diri. Cipi adalah potret buram kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Nanggroe Aceh Darussalam. Cipi bukan satu-satunya waria yang mengalami kekerasan fisik sekian banyak waria mengalami kekerasan baik fisik maupun verbal dari warga dan pemerintah daerah yang disebut istimewa itu BERDIRI DI ATAS DURI SYARIAT S
  • 2. 2|3 Diskusi seputar masalah yang dihadapi kelompok LGBT kerap diadakan di kantor VG, organisasi LGBT di provinsi itu. Selain Cipi kasus yang menjadi bahan pembahasan adalah pengalaman Cut Sherly, waria 28 tahun, yang berdomisili di Banda Aceh. Dalam kesehariannya Cut Sherly merupakan salah satu pemilik salon di Kota Banda Aceh. Selain menjalankan usaha salonnya, Ia merupakan koordinator organisasi waria Putroe Sejati Aceh (PSA) kota Banda Aceh. Cut Sherly adalah saksi hidup betapa Aceh menjadi neraka bagi kelompok LGBT. “Dipukuli, dilecehkan, diusir bahkan dihalalkan untuk dibunuh itu biasa, sudah seperti makan nasi,” ujarnya. Ia masih ingat ketika sekelompok orang datang ke salonnya, dua bulan lalu, menuduhnya melakukan maksiat di tempatnya mencari nafkah. Perasaannya campur aduk antara takut, sedih dan marah karena memang tidak ada hal apapun yang dilakukannya pada pukul 02.00 hari. Baginya banyak pihak yang mengkriminalisasi waria. Rata-rata anggota komunitas PSA mengalami hal yang sama. Selalu saja ada masalah yang terkesan dicari-cari menimpa anggota komunitas PSA. PSA merupakan organisasi yang pembentukannya diinisiasi oleh VG. Pada awal pembentukannya PSA di maksudkan untuk membantu teman-teman waria memperoleh layanan kesehatan terkait HIV dan AIDS bagi teman-teman waria. Tapi, sekadar memperjuangkan hak di bidang pelayanan kesehatan tidak cukup karena kekerasan tak hanya terjadi di bidang pelayanan kesehatan tapi di semua aspek kehidupan termasuk pelayanan hukum dan hak sipil. Disamping ungkapan pasrahnya tentang kekerasan yang dialaminya, Cut Sherly mengungkapkan bahwa melalui pembelajaran dalam kegiatan yang dilakukan Violet Grey yang diikuti ia mengerti bahwa waria tidak pantas untuk diperlakukan semena-mena oleh siapapun. Cut Sherly pun kini telah menjadi advokat bagi teman-teman waria lainnya. Ia juga ikut memperjuangkan berbagai kasus yang melibatkan kelompok waria ODHA. Mengingat banyaknya kekerasan yang menimpa LGBT di Aceh, setelah VG mengikuti program ISEAN Hivos Training for Local CBO Staff on Institutional and Program Development and Strategic Planning, organisasi ini berencana mengangkat isu pluralisme dalam program kerja yang melibatkan waria dan lesbian. “Adapun yang menjadi pertimbangan adalah kedua kelompok ini Cut Sherly adalah saksi hidup betapa Aceh menjadi neraka bagi kelompok LGBT. “Dipukuli, dilecehkan, diusir bahkan dihalalkan untuk dibunuh itu biasa, sudah seperti makan nasi”, ujarnya.
  • 3. 3|3 tergolong rentan terhadap tindak kekerasan karena ekspresi gender yang dianggap bertentangan dengan syariat islam,” ujar Edi Saputra, Direktur VG. Pendekatan kepada teman-teman waria dilakukan melalui organisasi PSA karena teman- teman waria sudah mandiri dengan komunitasnya. Sedangkan pendekatan kepada teman-teman lesbian dilakukan secara indivindual dikarenakan tidak adanya komunitas lesbian di Aceh. Hal inilah yang mendorong VG, setelah mengikuti program ISEAN Hivos Training for Local CBO Staff on Community Leadership, Governance and Mobilization, membentuk komunitas lesbian di Aceh sebagai komunitas asuhan VG. Atapku Aceh—yang kemudian berganti nama menjadi Learning Together (LeTo), itulah nama komunitas yang dibentuk untuk teman-teman lesbian. Sebagai komunitas baru yang dibangun dari nol, LeTo bergerak di bawah asuhan VG. Pada Juni 2012, Ezer El-Fauzan, koordiantor LeTo yang memimpin organisasi ini sejak awal dibentuk, mengundurkan dengan alasan melanjutkan pendidikan. Posisi yang lowong ini kemudian diisi oleh Redsoul Eqqy, yang sebelumnya merupakan anggota biasa dan belum memiliki pengalaman mengkoordinir komunitas. Eqqy mengungkapkan ia belajar dari VG tentang tugas barunya. Ia di bimbing oleh VG untuk menjadi koordinator LeTo. Dalam berbagai kegiatan yang ada kaitannya dengan lesbian dan perempuan, VG mengirim Eqqy sebagai perwakilan. “Sebelum menghadiri pertemuan-pertemuan staf VG memberikan pembelajaran tentang hal-hal apa yang harus dilakukanya sebagai pemimpin dan bagaimana saya harus menempatkan diri di dalam forum,” ujarnya. VG juga secara rutin mengadakan kegiatan-kegiatan edukatif yang melibatkan anggota LeTo. Bukan hanya Eqqy, semua jajaran pengurus LeTo diberikan arahan pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh VG dengan harapan LeTo suatu hari bisa mandiri seperti halnya VG dan PSA. Kini VG telah menjadi orang tua bagi komunitas LGBT di Aceh yang melindungi dan memngajarkan hal-hal terkait keamanan dalam keadaan Aceh yang sangat tidak bersahabat bagi LGBT. PSA serta LeTo berharap VG tetap menjadi rumah bagi LGBT di Aceh, tempat di mana isu-isu terkait masalah yang dihadapi kelompok LGBT didiskusikan dan dicarikan jalan keluarnya. Kontak: violet_grey_group@yahoo.com