1. VCT,
Siapa
Takut?
Gaya Patriot Bekasi
i ruang tunggu Puskesmas
Rawa Tembaga, Bekasi,
Andre merasakan
jantungnya berdegup kuat. Bukan
menahan rasa sakit, melainkan
menanti hasil test HIV yang kali
pertama ia ikuti. Pria gay 30 tahun
ini khawatir luar biasa karena kerap
tidak menggunakan kondom ketika
melakukan hubungan seksual. Satu
jam berlalu, hasil test ia terima.
“NEGATIF”...
Andre pun sumringah.
Bagi Andre dan kebanyakan rekan gay
lainnya, test HIV merupakan momok
yang menakutkan. Kekhawatiran akan
mendapat hasil positif membuat
mereka enggan melakukan
pemeriksaan. Padahal test HIV sangat
penting untuk mengambil tindakan
pencegahan dan penanganan dini.
“Awalnya aku takut, setelah mencoba
tes dan tahu hasilnya, ada banyak
perubahan dalam hidup saya, terutama
dalam menjaga pola hidup yang lebih
baik dan memakai kondom setiap
berhubungan”, kata Andre.
Test HIV dan IMS yang diikuti Andre
merupakan kegiatan voluntary
counseling and testing (VCT) mobile
yang merupakan kegiatan yang
diinisiasi oleh Gaya Patriot (GP) Bekasi
untuk mengatasi permasalahan yang
ada di komunitas Gay, Waria dan Lelaki
yang berhubungan Seks dengan Lelaki
(LSL) Lainnya (GWL) yang umumnya
minim mengakses layanan. Kegiatan ini
telah dilaksanakan GP sejak 2011 dan
dilakukan sebanyak empat kali dalam
setahun.
D
2. Kendala yang ada di komunitas adalah
minimnya mengakses layanan yang
ada di Kota Bekasi. Padahal di kota ini
tersedia empat layanan di Pusat
Kesehatan Masyarakat (PKM) untuk
pemeriksaan IMS dan 17 layanan PKM
untuk pemeriksaan VCT. Menindaki
perihal di atas GP membantu teman-
teman untuk memberikan info seputar
layanan yang bisa diakses.
Gaya Patriot (GP) adalah lembaga
komunitas Gay dan Waria yang sah
dengan akte notaris No.36. GP awalnya
hanya bergerak di bidang
penanggulangan HIV-AIDS di Bekasi
tapi kegiatan organisasi ini meluas
hingga isu Hak Asasi Manusia (HAM),
Hak Kesehatan Seksual dan Repoduksi
(HKSR) dan pengembangan kapasitas
staf lembaga serta komunitas GWL
Bekasi.
Berkaitan dengan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan, GP juga
bekerjasama dengan Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM)
lainnya baik di Bekasi maupun diluar
Bekasi, dan berjejaring dengan
menjadi salah satu anggota Jaringan
GWL-INA (Gaya Warna Lentera
Indonesia) yang dimana pengurus GP
bisa banyak mendapat berbagai
macam pelatihan untuk
pengembangan lembaga. Selain itu,
Gaya Patriot juga mendapat
rekomendasi dari KPA dan Dinas
Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi
Dalam berjeraring dengan Dinkes dan
KPA, GP merasa memerlukan
ketrampilan untuk advokasi dan
networking. Hal ini terpenuhi, setelah
GP dengan menjadi anggota Jaringan
GWL-INA. GP mengikuti Training for
Local CBO Staff on Institutional and
Program Development and Strategic
Planning, atas dukungan pendanaan
ISEAN Hivos Global Fun Round 10.
Di pelatihan ini GP mendapat
pengetahuan tetang konsep
organisasi, pembentukan visi dan misi
organisasi, rencana strategis serta
analisa SWOT (kekuatan/Strengths,
kelemahan/Weaknesses,
peluang/Opportunities dan
ancaman/Threat) dalam sebuah
perencanaan strategis lembaga.
Dari rencana strategis tersebut GP
mempunyai rencana strategis untuk 3
Tahunan, diantaranya yaitu
Memorandum of Understanding
(MoU) – nota kesepakatan kepada
3. layanan Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan voluntary counseling and testing
(VCT) yang berada di Kota Bekasi ,
tujuannya yaitu untuk mengadakan
kesepakatan mengenai layanan,
contohnya GP mengadakan
kesepakatan untuk mobile VCT dan
IMS untuk teman-teman GWL agar
bisa VCT dan IMS mobile pada malam
hari dan perbaikan layanan yang
ramah GWL. MoU antara GP dengan
Puskesmas Rawa Tembaga, Puskesmas
Bantar Gebang dan klinik Mitra Sehati
menghasilkan layanan IMS dan VCT
melalu mobile clinic untuk komunitas
GWL menjadi lebih baik.
Berbagai pendapat positif terlontar
dari teman-teman GWL mengenai
layanan. Kegiatan ini juga mendorong
adanya perubahan prilaku teman-
teman, baik dalam memilih pasangan
dan saat berhubungan seks, mereka
juga mulai nyaman saat mengakses
layanan karena pelayanannya sudah
ramah GWL.
“Sehingga aku merasa nyaman saat
berada di layanan”, ujar M. S Ginanjar
(Gay, 19 tahun).
“Aku baru pertama kali ikut VCT, tapi
aku merasa nyaman dengan pelayanan
yang diberikan oleh perawat kemarin.
Karena sikap mereka yang ramah dan
friendly”, tutur Hamz (Gay, 23 tahun).
“Layanan sudah maksimal, sudah ngga’
judes lagi sama Waria yang datang
untuk periksa”, ata Ira Irawati (Waria,
27 tahun).
Pendapat positif juga diungkapkan
oleh petugas PKM dan klinik mengenai
komunitas GWL, mereka menganggap
teman-teman GWL berbeda dengan
komunitas lainnya.
“Teman-teman GWL lebih pintar, dan
terbuka bila mereka mempunyai
masalah pribadi”, kata dr. Dedes
(penanggung jawab Klinik IMS & VCT
di PKM Rawa Tembaga).
Masih menurut dr. Dedes, perubahan
yang sangat signifikan dari kegiatan ini
adalah semakin meningkatnya jumlah
teman-teman yang mengakses
layanan. Biasanya layanan hanya
diakses 20 orang, tapi pada kegiatan
VCT mobile April 2013 jumlah yang
mengakses layanan meningkat
menjadi 47 orang. Informasi kegiatan
4. tersebut disebarluaskan oleh GP ke
komunitas GWL Kota Bekasi melalui
media jejaring Facebook, broadcast
Blackberry Massanger (BBM) dan
dibantu oleh tongkrongan group yang
ada di Bekasi.
Bagi pihak PKM, peningkatan
partisipasi tersebut mendorong
mereka untuk berupaya
mengembangkan layanan satu atap
IMS dan VCT.
“Ini karena jumlah kasus HIV yang
semakin meningkat sehingga perlu ada
perhatian khusus”, kata dr. Ellis Z.D.,
selaku Kepala PKM Rawa Tembaga
mewakili tim medis di bawah
koordinasinya.
GAYA PATRIOT BEKASI
gayapatriot_bekasi@yahoo.co.id