1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Dalam perkembangannya, sastra Jawa bukan hanya berkembang di
pulau jawa saja, di daerah-daerah terpencil sastra mulai dikenal, tumbuh dan
berkembang. Perkembangan ini disebabkan oleh semakin banyaknya
masyarakat yang mengenal dan mulai memusatkan perhatiannya pada sastra.
Hal ini dapat kita lihat dengan adanya Dewan Kesenian Daerah yang secara
langsung berbicara tentang sastra, sehingga banyak masyarakat awam yang
mulai menyukai dan menikmati sebagai bacaan hiburan. Dan secara pasti sastra
pun mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat.
Sebagai salah satu wujud sastra, karya sastra fiksi cerita wayang
juga akan memberikan berbagai macam informasi yang berhubungan dengan
pendidikan, kebangsaan, keagamaan, hukum, sosial, ekonomi, politik yang
dipaparkan pengarang melalui penggambaran atau imajinatif. Karena karya fiksi
cerita wayang menceritakan sesuatu yang terjadi di dalam pikiran dan perasaan
pengarang. Jadi bukan merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi.
Sesuai dengan kompleksitas makna yang di kandung suatu karya
sastra, kegiatan apresiasi karya sastra fiksi cerita wayang akan
memberikan berbagai macam manfaat bagi pembaca. Oleh sebab itu dapatlah
dikatakan bahwa karya fiksi cerita wayang dapat menolong pembaca mengenali
dirinya sendiri
1
2. dan dapat memberikan arah yang baik bagi pembaca dalam mengembangkan
emosi atau pikirannya, juga memberikan kesadaran kepada pembaca tentang
kebenaran-kebenaran hidup ini.
Dengan adanya berbagai macam manfaat mengapresiasi karya sastra
itu, pengajaran apresiasi sastra sebenarnya bukan hanya bermanfaat dalam
menunjang kemampuan berbahasa Jawa siswa dan dalam mengembangkan
kepekaan pikiran serta perasaan siswa, melainkan juga bermanfaat dalam
memperkaya pandangan hidup serta membentuk kepribadian siswa. Kenyataan
dewasa ini pengajaran di sekolah-sekolah tampaknya menghadapi masalah. Hal
ini dapat disimpulkan dari banyak keluhan baik tentang jumlah dan mutu
pengajar, jumlah dan mutu buku-buku yang dipergunakan maupun tentang hasil
belajar yaitu tingkat minat, kemampuan menikmati dan menghargai karya-karya
sastra dari pihak siswa itu sendiri.
Untuk itulah menyadari betapa besar manfaat mengapresiasi karya
sastra dan dalam kenyataannya masih kurang berhasilnya pengajaran sastra itu
sendiri di sekolah-sekolah, maka timbullah berbagai macam penelitian tentang
sastra yang hasilnya nanti dapat memberikan berbagai informasi yang dapat
membantu mengatasi permasalahan pengajaran sastra serta membantu siswa
dalam mengapresiasi sastra. Pada dasarnya setiap siswa mempunyai
kemampuan mengapresiasi yang berbeda. Tinggi rendahnya kemampuan
mengapresiasi sastra pada siswa dipengaruhi dua hal pokok yaitu :
1. Minat, kesungguhan, kepekaan emosional, pengetahuan dan pengalaman
kehidupan intelektual
2. Pengetahuan dan penguasaan teori sastra .
2
3. Oleh karena itu dalam usaha mengembangkan minat membaca perlu
diberikan dorongan – dorongan, motif-motif dan respon yang positif agar siswa
mencintai buku dan berkeinginan untuk mengerti dan memahami makna yang
tersurat dalam buku itu ( Lester D. Crow Ph.D, dan Alice Crow Ph.D
( terjemahan Drs. Kasiyan ) 1984 : 315-352 )
Pengajaran sastra yang diharapkan adalah pengajaran sastra yang dapat
membuat siswa benar-benar mampu mengapresiasi karya sastra, bukan hanya
teori saja.Untuk mencapai pembelajaran yang optimal, guru dapat
menggunakan berbagai metode dan tehnik yang sesuai dengan materi yang
diberikan. Metode dan tehnik yang digunakan dalam pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan siswa.
Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil
belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila
pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien dengan ditunjang oleh
tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam
pengelolaan kelas dan penguasaan materi yang cukup memadai. Tugas guru
dalam pembelajaran bukan hanya memindahkan informasi pengetahuan dari
buku atau dari guru kepada siswa didik dan tugas siswa adalah menerima,
mengingat dan menghafal informasi tersebut. Proses belajar mengajar perlu
diupayakan agar lebih menarik dan berkesan dalam benak para siswa.
Penggunaan metode mengajar yang sebagian besar dilakukan guru
dengan mengedepankan peran guru. Hal ini menyebabkan anak kurang
berperan sehingga akhirnya nilai yang diraihpun kurang dari yang diharapkan.
Banyak metode mengajar yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar.
3
4. Salah satu diantaranya adalah cooperative learning. Dengan pendekatan
cooperative learning diharapkan siswa dapat menggali dan menemukan pokok
materi secara bersama-sama dalam kelompok atau sacara individu. Sedangkan
akhirnya merasa senang, dan materi yang dipelajari melekat dalam benaknya
karena didapatkan melalui pengalamannya sendiri. Sedangkan bentuk karya
sastra yang diapresiasi dalam penelitian ini adalah bentuk cerita wayang, karena
cerita wayang disini mempunyai ciri sebagai sebuah cerita yang selesai dibaca
dalam sekali duduk, kira-kira berkisar setengah sampai dua. Di samping itu
plot dan tema dalam cerita wayang pada umumnya tunggal, tokoh dalam
cerita wayang lebih sedikit, pelukisan setting dalam cerita wayang tidak
memerlukan detil-detil khusus dan keterpaduan cerita wayang biasanya lebih
padat, sehingga untuk siswa SMP lebih cocok untuk bahan apresiasi.
Disamping hal-hal yang telah disebutkan di atas, dalam penelitian
kemampuan mengapresiasi cerita wayang ini tidak dapat terlepas dari unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik yang membangun cerita wayang itu.Unsur
intrinsik disini meliputi unsur gaya, tema , setting, alur dan tokoh. Sedangkan
unsur ekstrinsik adalah yang mencakup unsur sejarah,lingkungan, alam ,dan
sosial.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti:
“Meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita wayang melalui model
cooperative learning siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 Balerejo Madiun tahun
pelajaran 2009/2010”.
B. Analisis Masalah
4
5. Setelah mengadakan studi literatur yang relevan dengan masalah apresiasi
fiksi cerita wayang , ternyata penelitian kemampuan mengapresiasi cerita
wayang ini memiliki cakupan masalah yang cukup luas. Kemampuan
mengapresiasi cerita wayang adalah sebagai hasil proses belajar mengajar
yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai faktor yang berperan dalam
pengajaran itu, sehingga penelitian ini seharusnya dikerjakan secara menyeluruh
menjangkau semua faktor baik kurikulum, guru, maupun siswa, fasilitas,
metode dan tehnik pengajaran serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Untuk mencapai pembelajaran yang optimal, guru dapat menggunakan
berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan materi yang diberikan . Metode
dan teknik yang digunakan dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa. Ada beberapa macam metode mengajar menurut Winarno
Surakhmad ( 1982 : 86 ) antara lain : (1) metode ceramah, (2) metode latihan
siap (drill), (3) metode Tanya jawab, (4) metode diskusi, (5) metode
demonstrasi , (6) metode eksperimen, (7) metode pemberian trugas, (8)
metode kerja kelompok (kooperatif), (9) metode karya wisata, (10) metode
sosiodrama dan role play ( bermain peran ).
Struktur sebuah karya sastra merupakan kesatuan yang bulat dan
otonomi.Makanya ditentukan oleh hubungan dengan semua unsur –unsur yang
terkandung dalam karya sastra tersebut. Unsur-unsur yang membangun sebuah
karya sastra cerita wayang adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, Unsur
intrinsik adalah unsur yang secara lahiriah hadir secara langsung turut
membangun cerita rekaan dari dalam teks cerita tersebut yang oleh Panuti
Sudjiman ( 1990 : 37 ) unsur ini dikatakan sebagai unsur batiniah yang
5
6. merupakan sifat atau bagian dasar dari cerita rekaan. Unsur intrinsik ini antara
lain adalah : tema, tokoh dan penokohan, alur cerita, setting atau latar, sudut
pandang, gaya dan amanat.
Unsur pembangun karya sastra selain unsur intrinsik adalah unsur
ekstrinsik. Secara leksikal kata ekstrinsik berarti berasal dari luar, tidak
termasuk dalam intinya . Akan tetapi dalam karya sastra , hal-hal yang berada
di luar karya sastra secara tidak langsung dapat mempengaruhi bangunan atau
organisasi karya sastra itu . Secara khusus unsur ekstrinsik dapat dikatakan
sebagai unsur-unsur yang dapat mempengaruhi karya sastra , tetapi tidak ikut
menjadi bagian di dalamnya. Unsur ini lebih banyak mempengaruhi proses
penciptaan karya sastra . Seperti unsur instrinsik, unsur ekstrinsik juga terdiri
dari sejumlah unsur , Wellek dan Warren ( 1989 : 72-154 ) menggolongkan ke
dalam unsur-unsur biografi pengarang ( menyangkut riwayat hidup,
keyakinan,ideologi, agama, pendidikan, karier dan sebagainya ), psikologi
pengarang ( menyangkut proses kreatifnya dari masyarakat yang meliputi
masalah sosial, ekonomi, budaya, politik , agama dan sebagainya ).
C. Rumusan Masalah
Melihat permasalahan yang ada dalam penelitian upaya meningkatan
kemampuan mengapresiasi cerita wayang ini dikhususkan pada kemampuan
apresiasi siswa yang berkaitan dengan unsur intrinsik yang membangun sebuah
cerita wayang dengan aspek tokoh, setting dan gaya melalui model
pembelajaran cooperative learning pada siswa IX-C SMP Negeri 2 Balerejo
Madiun. Jadi dapat dikatakan bahwa, dalam mengapresiasi cerita wayang ini
terdiri dari 3 aspek kemampuan yaitu :
6
7. 1. Kemampuan menemukan tokoh dalam cerita wayang
2. Kemampuan menemukan setting dalam cerita wayang
3. Kemampuan menemukan gaya dalam cerita wayang .
Pemilihan ketiga unsur itu sebagai masalah dalam penelitian ini
dilatarbelakangi pemikiran bahwa ketiga unsur ini merupakan komposisi yang
membangun karya fiksi cerita wayang . Disamping itu, juga dilatarbelakangi
oleh adanya kemampuan biaya, tenaga serta waktu yang terbatas. Selain itu
juga gambaran kemampuan siswa dalam mengapresiasi karya sastra cerita
wayang . Untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana kemampuan
siswa kelas IX-C SMP Negeri 2 Balerejo Madiun dalam menemukan ketiga
masalah tersebut di atas, maka perlulah dibuat suatu rumusan. Adapun rumusan
masalah itu adalah : “ Apakah pemakaian metode cooperative learning dapat
meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita wayang siswa kelas IX-C
SMP Negeri 2 Balerejo Madiun?”
D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita
wayang melalui pemahaman unsur-unsur intrinsik cerita wayang , maka tujuan
dari penelitian tindakan kelas ini adalah :
Mendiskipsikan ada tidaknya peningkatan kemampuan mengapresiasi karya
sastra cerita wayang dari unsur intrinsik segi tokoh, setting dan gaya melalui
model pembelajaran cooperative learning siswa kelas IX-C SMP Negeri 2
Balerejo Madiun tahun pelajaran 2009/2010.
7
8. E. Manfaat Hasil Penelitian
Kegiatan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat
bukan hanya bagi siswa melainkan bermanfaat pula bagi guru dan sekolah.
1. Bagi siswa : Dapat meningkatkan motivasi untuk mengapresiasi karya
sastra cerita wayang , membiasakan untuk memahami
unsur-unsur intrinsik cerita wayang , meningkatkan hasil
belajar bahasa Jawa, dapat memecahkan kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran.
2. Bagi guru : Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mem-
belajarkan pemahaman unsur-unsur instrinsik cerita
wayang , meningkatkan kemampuan dalam
mengapresiasi sastra, mengetahui strategi pembelajaran
yang tepat sehingga dapat memperbaiki dan
meningkatkan sistem pembelajaran di kelas, menentukan
metode yang tepat dan dapat melakukan perbaikan
pembelajaran.
3. Bagi sekolah : Dapat meningkatkan mutu dan wibawa sekolah, dan dapat
memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan
pembelajaran.
8