1. I HAN
UR DA
W
Y
T
A
TU
NI
PEMBELAJARAN BERBASIS
PAIKEM
(CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik)
Materi Pelatihan Penguatan Penguatan
Pengawas Sekolah
DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
2010
2.
3.
4.
5. SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL
PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Di dalam pelaksanaan program penguatan kemampuan kepala sekolah dan
pengawas sekolah yang merupakan agenda dari program 100 hari Mendiknas,
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik
dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) telah menyusun materi untuk
penguatan kemampuan kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Di dalam pengembangan materi tersebut telah mengacu kepada standar
pengawas sekolah sebagaimana diatur dalam Permendiknas No. 12 tahun 2007.
Saya memberikan penghargaan yang tinggi kepada Direktorat Tenaga
Kependidikan atas dihasilkannya materi penguatan kemampuan pengawas
sekolah dalam rangka meningkatkan kompetensi pengawas sekolah.
Materi ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi individu pengawas sekolah
dan lembaga yang terkait dalam penguatan kemampuan pengawas sekolah di
Propinsi dan Kab/Kota. Berbagai pihak yang ingin berkontribusi terhadap
program penguatan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan berbagai
referensi dan khasanah bacaan lainnya untuk mewujudkan pengawas sekolah
yang profesional dan akuntabel.
Semoga semua usaha kita untuk penguatan kemampuan pengawas sekolah
sesuai dengan standar pengawas sekolah sebagaimana diamanahkan dalam
Permendiknas No. 12 tahun 2007 dapat diwujudkan, sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya dan menghasilkan lulusan yang
cerdas, kreatif, inovatif dan berpikir kritis.
Jakarta, Januari 2010
Direktur Jenderal PMPTK
Prof. Dr. Baedhowi, M.Si
NIP 19490828 197903 1 001
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah i
7. KATA PENGANTAR
Pada tahun 2007, Direktorat Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK bekerjasama
dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah berhasil merumuskan
standar pengawas sekolah/madrasah yang ditetapkan melalui Permendiknas No
12 tahun 2007. Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan
Permendiknas tersebut, Direktorat Tenaga Kependidikan telah berupaya
menyusun materi pelatihan sesuai dengan masing-masing komponen
kompetensi pengawas sekolah yang diatur dalam Permendiknas No 12 tahun
2007.
Materi yang telah disusun ini merupakan bagian dari rencana pelaksanaan
program penguatan pengawas sekolah, program kedua dari delapan program
100 hari Mendiknas. Program penguatan kemampuan pengawas sekolah sangat
penting mengingat peran strategis pengawas sekolah di dalam proses
peningkatan mutu pendidikan.
Pengawas sekolah mempunyai tugas yang sangat penting di dalam mendorong
guru untuk malakukan proses pembelajaran untuk mampu menumbuhkan
kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir
kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu
sistem pendidikan. Materi ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
peningkatan kompetensi pengawas sekolah sesuai yang diamanahkan
Permendiknas No 12 tahun 2007.
Kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, namun kami perlu
menyampaikan penghargaan kepada tim penyusun buku ini yang telah berusaha
dan berhasil mempersiapakan materi yang dapat dijadikan bahan bacaan bagi
usaha peningkatan kompetensi pengawas sekolah. Berbagai pihak yang terkait
dengan penguatan kemampuan pengawas sekolah dapat memperkaya dengan
materi yang lain sepanjang mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan
kompetensi pengawas sekolah sesuai dengan Permendiknas No 12 tahun 2007.
Semoga buku ini bermanfaat bagi usaha penguatan kemampuan pengawas
sekolah di seluruh Kab/Kota di Indonesia.
Jakarta, Januari 2010
Direktur Tenaga Kependidikan
Surya Dharma, MPA, Ph.D
19530927 197903 1 001
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah iii
9. DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIRJEN PMPTK ........................................................................ i
KATA PENGANTAR ................………………………….…………..……… iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
PENDAHULUAN ...…………………………….…………..……………….. 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Dimensi Kompetensi .............................................................................. 1
C. Kompetensi yang Hendak Dicapai ....................................................... 2
D. Indikator Pencapaian Kompetensi ....................................................... 2
E. Alokasi Waktu ...................................................................................... 2
F. Skenario .................................................................................................. 2
PEMBELAJARAN PAIKEM ……………………….……..………..
4
………………………….
A. Latar Belakang ………………………................…………………….... 4
B. Konsep Dasar Pembelajaran ………………………………………..
7
…….…………………………..…
C. Tujuan PAIKEM …………..…………………………………………… 14
D. Karakteristik PAIKEM ……………………………………….......….... 14
E. Jenis-jenis PAIKEM
16
……………………………………………………………………………
F. Penerapan PAIKEM…………………………………………………… 16
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) ……………………..........… 21
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis ......………………………… 21
B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ................................................ 24
C. Langkah-langkah CTL ………………………………………………... 26
D. Karakteristik Pembelajaran CTL……………….......………………… 26
E. Strategi Pembelajaran Kontekstual ..................................................... 29
F. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran 31
Tradisional ...............................................................................................
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah v
10. ………….
G. Evaluasi Otentik dalam CTL .................................................................
33
…………….
H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas .................................
35
…………….
PEMBELAJARAN TERPADU ..........................................................………. 55
A. Latar Belakang ........................................................................................
58
………….
B. Tujuan Pembelajaran Terpadu ............................................................. 61
C. Jenis-jenis Pembelajaran ...................................................................... 62
D. Pembelajaran IPA Terpadu .................................................................. 62
E. Pembelajaran IPS Terpadu ...................................................................
96
…………….
PEMBELAJARAN TEMATIK ....................................................................... 109
A. Latar Belakang ........................................................................................
116
…………….
B. Kerangka Berpikir .................................................................................. 118
C. Pengertian Pembelajaran Tematik .......................................................
122
...………….
D. Landasan Pembelajaran Tematik ......................................................... 125
E. Karakteristik Pembelajaran Tematik ...................................................
126
…………….
F. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik .................................................
128
…………….
G. Implikasi Pembelajaran Tematik ..........................................................
128
…………….
H. Tahap Persiapan Pembelajaran ............................................................
130
…………….
I. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran ........................................................
134
…………….
J. Penilaian Pembelajaran Tematik ..........................................................
137
………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah vi
13. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tugas pengawas satuan pendidikan tidak hanya melakukan supervisi
manajerial kepala sekolah, namun juga membina guru melalui supervisi aka-
demik. Dalam pembinaan guru tentu harus mengacu pada kompetensi guru,
terutama kompetensi profesional berkaitan dengan proses pembelajaran. Se-
jalan dengan perkembangan teknologi serta teori-teori pembelajaran, maka
guru pun dituntut mampu menguasai dan memilih pendekatan, strategi dan
metode pembelajaran yang tepat, sehingga menjadikan siswa aktif, kreatif,
dan belajar dalam suasana senang serta efektif.
Menghadapi tugas tersebut pengawas tentu harus menguasai strategi/
metode/ teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan
pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman
tan-pa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan
respek dari para guru yang dibinanya. Paling tidak, untuk jenjang
pendidikan dasar pe-ngawas harus memahami garis besar strategi
pembelajaran mata pelajaran utama antara lain: matematika, IPA, IPS,
bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.
Materi pelatihan ini dimaksudkan memberikan wawasan dan pengalaman
langsung melalui praktek-praktek simulasi bagi pengawas dalam
melaksanakan tugas supervisi akademik di tingkat TK, SD, SMP, SMA,
SMK, SLB.
B. Dimensi Kompetensi
Dimensi kompetensi yang diharapkan dibentuk pada akhir Diklat ini adalah
dimensi Kompetensi Supervisi Akademik.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 1
14. C. Kompetensi yang Hendak Dicapai
Setelah mengikuti pelatihan ini pengawas diharapkan dapat membim-bing
guru dalam memahami, memilih dan menggunakan strategi/metode/tek-
nik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan potensi siswa
agar kritis, kreatif, inovatif, mampu memecahkan masalah melalui mata-
mata pelajaran yang relevan.
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian hasil diklat ini adalah apabila pengawas dapat:
1. Memahami Hakikat Pendekatan Pembelajaran
2. Mengidentifikasi Berbagai Jenis Pembelajaran PAIKEM
3. Membimbing guru dalam menggunakan Berbagai Metode Pembelajaran
Berbasis PAIKEM pada setiap mata pelajaran sesuai dengan tingkat
berpikir peserta didik.
E. Alokasi Waktu
No. Materi Diklat Alokasi
1. Pembelajaran Berbasis CTL 4 jam
2. Pembelajaran Terpadu (IPA Terpadu, IPS Terpadu) 4 jam
3. Pembelajaran Tematik 4 jam
F. Skenario
1. Perkenalan
2. Pejelasan tentang dimensi kompetensi, indikator, alokasi waktu dan
skenario pendidikan dan pelatihan strategi pembelajaran.
3. Pre-test
4. Eksplorasi pemahaman peserta berkenaan dengan strategi pembelajaran,
melalui pendekatan andragogi.
5. Penyampaian Materi Diklat:
a. Menggunakan pendekatan andragogi, yaitu lebih mengutamakan pe-
ngungkapan kembali pengalaman peserta pelatihan, menganalisis, me-
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 2
15. nyimpulkan, dan mengeneralisasi dalam suasana diklat yang aktif, ino-
vatif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan bermakna. Peranan pelatih
lebih sebagai fasilitator.
b. Diskusi tentang indikator keberhasilan pelatihan strategi
pembelajaran.
c. Praktik pengembangan strategi pembelajaran.
6. Post test.
7. Refleksi bersama antara peserta dengan pelatih mengenai jalannya
pelatihan.
8. Penutup
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 3
16. PEMBELAJARAN
PAIKEM
A. Latar Belakang
Para ahli pendidikan berpendapat bahwa proses pembelajaran di sekolah
sampai saat ini cenderung berpusat kepada guru. Tugas guru adalah
menyampaikan materi-materi dan siswa diberi tanggung jawab untuk
menghafal semua pengetahuan. Memang pembelajaran yang berorientasi
target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat
dalam jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
masalah dalam kehidupan jangka panjang.
Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang mereka pelajari
bukan mengetahuinya, oleh karena itu para pendidik telah berjuang dengan
segala cara dengan mencoba untuk membuat apa yang dipelajari siswa
disekolah agar dapat dipergunakan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru
tidak boleh semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi
menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan
memberikan ide-ide, dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan sendiri ide-ide, dan mengajak siswa agar menyadari dan
menggunakan strategi-strategi mereka sendiri dalam belajar. Guru dapat
memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka mencapai
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 4
17. tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan sendiri
siswa yang memanjat tangga itu.
Tingkat pemahaman siswa menurut model Gagne (1985) dapat
dikelompokan menjadi delapan tipe belajar, yaitu: (1) belajar isyarat, (2)
stimulus-respon, (3) rangkaian gerak, (4) rangkaian verbal, (5) membedakan,
(6) pembentukan konsep, (7) pembentukan aturan dan (8) pemecahan
masalah (problem solving).
Di lihat dari urutan belajar, belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar
paling tinggi karena lebih kompleks, Dalam tipe belajar pemecahan masalah,
siswa berusaha menyeleksi dan menggunakan aturan-aturan yang telah
dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi pemecahan masalah. Lebih
jauh Gagne (1985) mengemukakan bahwa kata-kata seperti penemuan
(discovery) dan kreatifitas (creativity) kadang-kadang diasosiasikan sebagaii
pemecahan masalah.
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning
/CTL), Pembelajaran Pembelajaran Terpadu , Pembelajaran Inkuiri dengan
menggunakan metode pembelajaran berbuat seperti: kerja kelompok,
eksperimen, pengamatan, penelitian sederhana, pemecahan masalah, dan
pembelajaran praktik dengan dikombinasikan dengan metode ekspositori
seperti ceramah, tanya jawab dan demonstrasi adalah pendekatan
pembelajaran yang karakteristiknya memenuhi harapan itu. Pendekatan
atau model-model pembelajaran tersebut menjadi tumpuan harapan para
ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 5
18. optimal. Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang
terjadi di luar sekolah yang demikian cepat.
Setiap pendekatan memiliki ciri-ciri dasar atau karakteristik sendiri.
Karakteristik ini berhubungan dengan apa yang menjadi fokus dan
mendapat tekanan dalam pembelajaran. Ada pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada siswa yang meliputi perkembangan, kemampuan berpikir,
aktivitas, pengalaman siswa. Pendekatan pembelajaran berfokus pada guru
yang meliputi fungsi, peran, dan aktivitas guru. Pendekatan pembelajaran
berfokus pada masalah meliputi masalah personal, sosial, lingkungan, atau
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada teknologi, sistem
instruksional, sistem informasi, media, sumber belajar, dll.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Oleh
karenanya strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran tergantung pada pendekatannya. Hal ini sesuai dengan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyatakan bahwa dalam kegiatan
inti pembelajaran merupakan proses untuk mencapai Kompetensi Dasar
(KD) yang harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, krativitas, dan kemadirian
sesuai denganbakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta
didik. Kegiatan pembelajaran ini dilakukan secara sistematis dan sistemik
melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 6
19. B. Konsep Dasar Pembelajaran
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku akibat interaksi
dengan lingkungan. Proses perubahan tingkah laku merupakan upaya
yang dilakukan secara sadar berdasarkan pengalaman ketika berinteraksi
dengan lingkungan. Pola tingkah laku yang terjadi dapat dilihat atau
diamati dalam bentuk perbuatan reaksi dan sikap secara mental dan fisik.
Tingkah laku yang berubah sebagai hasil proses pembelajaran
mengandung pengertian luas, mencakup pengetahuan, pemahaman,
sikap, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi memiliki karakteristik: (1)
perubahan terjadi secara sadar, (2) perubahan dalam belajar bersifat
sinambung dan fungsional, (3) tidak bersifat sementara, (4) bersifat positif
dan aktif, (5) memiliki arah dan tujuan, dan (6) mencakup seluruh aspek
perubahan tingkah laku, yaitu pengetahuan, sikap, dan perbuatan.
Keberhasilan belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal, yaitu kondisi dalam proses belajar yang berasal
dari dalam diri sendiri, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Ada
beberapa hal yang termasuk faktor internal, yaitu: kecerdasan, bakat
(aptitude), keterampilan (kecakapan), minat, motivasi, kondisi fisik, dan
mental.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 7
20. Faktor eksternal, adalah kondisi di luar individu peserta didik yang
mempengaruhi belajarnya. Adapun yang termasuk faktor eksternal
adalah: lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat (keadaan sosio-
ekonomis, sosio kultural, dan keadaan masyarakat).
Pada hakikatnya belajar dilakukan oleh siapa saja, baik anak-anak
maupun manusia dewasa. Pada kenyataannya ada kewajiban bagi
manusia dewasa atau orang-orang yang memiliki kompetensi lebih
dahulu agar menyediakan ruang, waktu, dan kondisi agar terjadi proses
belajar pada anak-anak. Dalam hal ini proses belajar diharapkan terjadi
secara optimal pada peserta didik melalui cara-cara yang dirancang dan
difasilitasi oleh guru di sekolah. Dengan demikian diperlukan kegiatan
pembelajaran yang disiapkan oleh guru.
Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang untuk
mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian kejadian-
kejadian internal yang berlangsung di dalam peserta didik (Winkel, 1991).
Pengaturan peristiwa pembelajaran dilakukan secara seksama dengan
maksud agar terjadi belajar dan membuat berhasil guna (Gagne, 1985).
Oleh karena itu pembelajaran perlu dirancang, ditetapkan tujuannya
sebelum dilaksanakan, dan dikendalikan pelaksanaannya (Miarso, 1993)
Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode, dan
pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik,
materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan
efektif.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 8
21. Strategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa
pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan
dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara
yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat,
lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar
kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak
hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di
dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya (Dick and Carey).
Faktor yang memengaruhi proses pembelajaran terdiri dari faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan
dengan pribadi guru sebagai pengelola kelas. Guru harus dapat
melaksanakan proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus memiliki
persiapan mental, kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab,
penguasaan bahan, kondisi fisik, dan motivasi kerja.
Faktor eksternal adalah kondisi yang timbul atau datang dari luar pribadi
guru, antara lain keluarga dan lingkungan pergaulan di masyarakat.
Faktor lingkungan, yang dimaksud adalah faktor lingkungan alam,
lingkungan sosial, dan lingkungan sekolah.
Berdasarkan pendekatan yang digunakan, secara umum ada dua strategi
pembelajaran yaitu strategi yang berpusat pada guru (teacher centre
oriented) dan strategi yang berpusat pada peserta didik (student centre
oriented). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru
menggunakan strategi ekspositori, sedangkan pendekatan pembelajaran
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 9
22. yang berpusat pada peserta didik menggunakan strategi diskoveri inkuiri
(discovery inquiry).
Pemilihan strategi ekspositori atau diskoveri inkuiri dilakukan atas
pertimbangan karakteristik kompetensi yang menjadi tujuan yang terdiri
dari sikap, pengetahuan dan keterampilan, serta karakteristik peserta
didik dan sumber daya yang dimiliki. Oleh karena itu tidak ada strategi
yang tepat untuk semua kondisi dan karakteristik yang dihadapi. Guru
diharapkan mampu memilah dan memilih dengan tepat strategi yang
digunakan agar hasil pembelajaran efektif dan maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau
bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah
sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci
kompetensi atau materi pembelajaran.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 10
23. Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah
sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan
aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional
langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang
digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya
jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara
interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh,
oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan
kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 11
24. Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan
aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah
observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan
sebagainya.
2. PAIKEM Sebagai Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/
Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM
digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan
dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara
akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik
yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.
Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang
diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga
keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru
adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan
waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai
kompetensinya.
b. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD
dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari
sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu
kesatuan.
c. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan
individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik,
potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 12
25. kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan
individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta
didiknya.
d. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus
menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga
mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum
tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas
diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi
berikutnya.
e. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga
peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu
mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan
kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
Berpikir kritis adalah kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah, menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (originality) dan ketajaman pemahaman (insigt) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan
masalah (problem solving) adalah kemampuan tahap tinggi siswa
dalam mengatasi hambatan, kesulitan maupun ancaman. Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar
metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab
dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya
dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
f. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 13
26. sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta
didik.
C. Tujuan PAIKEM
Pembelajaran berbasis PAIKEM membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, berpikir kritis dan berpikir kreatif (critical
dan creative thinking). Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara
teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik
keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian (orginality), ketajaman pemahaman (insigt) dalam
mengembangkan sesuatu (generating). Kemampuan memecahkan masalah
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa secara individual atau
kelompok diberi tugas untuk memecahkan suatu masalah. Jika
memungkinkan masalah diidentifikasi dan dipilih oleh siswa sendiri, dan
diidentifikasi hendaknya yang penting dan mendesak untuk diselesaikan
serta sering dilihat atau diamati oleh siswa sendiri, umpamanya masalah
kemiskinan, kejahatan, kemacetan lalu lintas, pembusukan makanan, wabah
penyakit, kegagalan panen, pemalsuan produk, atau soal-soal dalam setiap
mata pelajaran yang membutuhkan analisis dan pemahaman tingkat tinggi,
Dsb.
D. Karakteristik PAIKEM
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 14
27. Sesuai dengan singkatan PAIKEM, maka pembelajaran yang berfokus pada
siswa, makna, aktivitas, pengalaman dan kemandirian siswa, serta konteks
kehidupan dan lingkungan ini memiliki 4 ciri yaitu: mengalami,
komunikasi, interaksi dan refleksi.
1. Mengalami (pengalaman belajar) antara lain:
• Melakukan pengamatan
• Melakukan percobaan
• Melakukan penyelidikan
• Melakukan wawancara
• Siswa belajar banyak melalui berbuat
• Pengalaman langsung mengaktifkan banyak indera.
2. Komunikasi, bentuknya antara lain:
• Mengemukakan pendapat
• Presentasi laporan
• Memajangkan hasil kerja
• Ungkap gagasan
3. Interaksi, bentuknya antara lain:
• Diskusi
• Tanya jawab
• Lempar lagi pertanyaan
o Kesalahan makna berpeluang terkoreksi
o Makna yang terbangun semakin mantap
o Kualitas hasil belajar meningkat
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 15
28. 4. Kegiatan Refleksi yaitu memikirkan kembali apa yang
diperbuat/dipikirkan.
• mengapa demikian?
• apakah hal itu berlaku untuk …?
• Untuk perbaikan gagasan/makna
• Untuk tidak mengulangi kesalahan
• Peluang lahirkan gagasan baru
Dari karakteristik PAIKEM tersebut, maka guru perlu memberikan doron-
gan kepada siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam mem-
bangun gagasan. Tanggung jawab belajar, memang berada pada diri siswa,
tetapi guru bertanggung jawab dalam memberikan situasi yang mendorong
prakarsa, motivasi, perhatian, persepsi, retensi, dan transfer dalam belajar,
sebagai bentuk tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat.
E. Jenis-Jenis PAIKEM
Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik PAIKEM antara
lain adalah pembelajaran kotekstual (CTL), Pembelajaran Terpadu (Tematik,
IPA Terpadu, IPS Terpadu), Pembelajaran berbasis TIK (ICT), Pembelajaran
Pengayaan dengan menggunakan berbagai strategi antara lain dengan Les-
son Study.
F. Penerapan PAIKEM
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 16
29. Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan PAIKEM perlu
didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh
hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar, beban belajarnya
dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran
tingkat SMA/SMK terdiri dari 45 menit, SMP terdiri dari 40 menit, dan
untuk SD terdiri dari 35 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan
Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Dalam hal ini guru perlu mendesain
kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.
1. Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik
ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya
jawab, atau simulasi. Tapi jika sudah ada sekolah yang menerapkan
sistem SKS, maka kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi
ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan
menggunakan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti
ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau
demonstrasi.
2. Kegiatan Tugas terstruktur
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 17
30. Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur
tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam
silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh
karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau
proyek.
Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang
mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai
fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri
inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang
digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan
kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan
kajian pustaka atau internet, atau simulasi.
3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah
diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi
lingkungan, atau proyek.
PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu
strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi.
Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini
diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.
Pemilihan strategi ekspositori dilakukan atas pertimbangan:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 18
31. a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian belum memadai;
b. sumber referensi terbatas;
c. jumlah pesera didik dalam kelas banyak;
d. alokasi waktu terbatas; dan
e. jumlah materi (tuntutan kompetensi dalam aspek pengetahuan) atau
bahan banyak.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi ekspositori adalah
sebagai berikut.
a. Preparasi, guru menyiapkan bahan/materi pembelajaran
b. Apersepsi diperlukan untuk penyegaran
c. Presentasi (penyajian) materi pembelajaran
d. Resitasi, pengulangan pada bagian yang menjadi kata kunci
kompetensi atau materi pembelajaran.
Pemilihan strategi diskoveri inkuiri dilakukan atas pertimbangan:
a. karakteristik peserta didik dengan kemandirian cukup memadai;
b. sumber referensi, alat, media, dan bahan cukup;
c. jumlah peserta didik dalam kelas tidak terlalu banyak;
d. materi pembelajaran tidak terlalu luas; dan
e. alokasi waktu cukup tersedia.
Langkah-langkah yang dilakukan pada strategi diskoveri inkuiri adalah
sebagai berikut.
a. Guru atau peserta didik mengajukan dan merumuskan masalah
b. Merumuskan logika berpikir untuk mengajukan hipotesis atau
jawaban sementara
c. Merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 19
32. d. Menganalisis data dan melakukan verifikasi
e. Melakukan generalisasi
Strategi ekspositori lebih mudah bagi guru namun kurang melibatkan
aktivitas peserta didik. Kegiatan pembelajaran berupa instruksional
langsung (direct instructional) yang dipimpin oleh guru. Metode yang
digunakan adalah ceramah atau presentasi, diskusi kelas, dan tanya
jawab. Namun demikian ceramah atau presentasi yang dilakukan secara
interaktif dan menarik dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran.
Strategi diskoveri inkuiri memerlukan persiapan yang sungguh-sungguh,
oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan inovasi guru agar pengaturan
kelas maupun waktu lebih efektif. Kegiatan pembelajaran berbentuk
Problem Based Learning yang difasilitasi oleh guru. Strategi ini melibatkan
aktivitas peseserta didik yang tinggi. Metode yang digunakan adalah
observasi, diskusi kelompok, eksperimen, ekplorasi, simulasi, dan
sebagainya.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 20
33. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
A. Latar Belakang Filosofis dan Psikologis
Penerapan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) di
Amerika Serikat bermula dari pandangam ahli pendidikan klasik John
Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan teori kurikulum dan metodologi
pengajaran yang berhubungan dengan pengalaman dan minat siswa.
Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John
Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka
pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses
belajar akan produktif jika siswa terlibat dalam proses belajar di sekolah.
Pokok-pokok pandangan progressivisme antara lain:
1. Siswa belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat
mengkonstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan
oleh guru.
2. Siswa harus bebas agar dapat berkembang wajar.
3. Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang
belajar.
4. Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
5. Harus ada kerja sama antara sekolah dan masyarakat.
6. Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan
eksperimen.
Selain teori progressivisme John Dewey, teori kognitif melatarbelakangi pula
filosofi pembelajaran kontekstual. Siswa akan belajar dengan baik apabila
mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan
berkesempatan untuk menemukan sendiri. siswa menunjukkan belajar
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 21
34. dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka
lakukan. Belajar dipendang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk
membangkit ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.
Sejauh ini pendidikan kita masih di dominasi oleh pandangan bahawa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi
belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang
tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi
yang mendorong siswa mengkontruksi pengetahuan di benak mereka
sendiri.
Berpijak pada dua pandangan itu, filosofi konstruksivisme berkembang.
Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang
terbatas dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkontruksikan
sendiri pengetahuannya.
Melalui landasan filosofi konstruksivisme, CTL dipromosikan menjadi
alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi, siswa diharapkan
belajar melalui mengalami bukan menghafal.
Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-objektif,
temporer, dan selalu berubah. Segala sesuatu bersifat temporer, berubah dan
tidak menentu. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan
pengetahuan dan mengajar diartikan sebagain kegiatan atau menggali
makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. Otak
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 22
35. atau akal manusia berfungsi sebagai alat untuk melakukan interpretasi
sehingga muncul makna yang unik.
Dengan paham kontruksivisme, siswa diharapkan dapat membangun
pemahaman sendiri dari pengalaman/pengetahuan terdahulu. Pemahaman
yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalam belajar
bermakna. Siswa diharapkan memapu mempraktikkan
pengetahuan/pengalaman yang telah diperoleh dalam konteks kehidupan.
Siswa diharapkan juga melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut. Dengan demikian, siswa dapat memiliki pemahaman
yang berbeda terhadap pengetahuan yang dipelajari. Pemahaman ini
diperoleh siswa karena ia dihadapkan kepada lingkungan belajar yang bebas
yang merupakan unsur yang sangat esensial.
Hakikat teori kontruksivisme adalah bahwa siswa harus menjadikan
informasi itu menjadi miliknya sendiri. teori kontruksivisme memandang
siswa secara terus menerus memeriksa informasi-informasi baru yang
berlawanan dengan aturan-aturan lama dn memperbaiki aturan-aturan yang
tidak sesuai lagi. Teori konstruksivis menuntut siswa berperan aktif dalam
pembelajaran mereka sendiri. Karena penekanannya pada siswa aktif, maka
strategi kontruksivis sering disebut pengajaran yang berpusat pada siswa
(student-centered instruction). Di dalam kelas yang pengajarannya terpusat
kepada siswa, peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta,
konsep, atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah
atau mengendalikan seluruh kegiatan di kelas.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 23
36. Beberapa proposisi yang dapat dikemukakan sebagai implikasi dari teori
kontruktivistik dalam praktek pembeljaran di sekolah-sekolah kita sekarang
adalah sebagai berikut:
1. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru
2. Kebebasan merupakan unsur esensial dalam lingkungan belajar.
3. Strategi belajar yang digunakan menentukan proses dan hasil belajar.
4. Belajar pada hakikatnya memiliki aspeksosial dan budaya.
5. Kerja kelompok dianggap sangat berharga.
Dalam pandangan kontruksivistik, kebebasan dipandangan sebagai penentu
keberhasilan karena kontrol belajar dipegang oleh siswa sendiri. Tujuan
pembelajaran konstruktivistik menekankan pada penciptaan pemahaman
yang menuntut aktivitas yang kreatif dan produktif dalam konteks nyata.
Dengan demikian, paham konstruktivistik menolak pandangan
behavioristik.
B. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan
memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel
da-pat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke
permasalahan/ konteks lainnya.
CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi
dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 24
37. konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa.
Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang
sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran
berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying,
cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai
kompetensi secara maksimal.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi
informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-
sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-
atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.
Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-
pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 25
38. C. Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan
kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup
mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
CTL adalah sebagai berikut:
1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya.
2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4. Ciptakan masyarakat belajar.
5. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7. Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) dengan
berbagai cara.
D. Karakteristik Pembelajaran CTL
1. Kerjasama.
2. Saling menunjang.
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah.
5. Pembelajaran terintegrasi.
6. Menggunakan berbagai sumber.
7. Siswa aktif.
8. Sharing dengan teman.
9. Siswa kritis guru kreatif.
10. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dan lain-lain.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 26
39. 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap
demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan
dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan
pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran,
lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana
pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara
umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (je-las dan operasional), sedangkan program untuk
pembelajaran kontekstual le-bih menekankan pada skenario
pembelajarannya.
Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut
Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:
1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari
pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat
mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam.
Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka
menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 27
40. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat
proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works)
Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga
mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan siswa
3. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning)
Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif,
mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan
kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa.
Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada
siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.
4. Bekerjasama (collaborating)
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif
dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking)
Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan
kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan
sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan,
memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah.
Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan
kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 28
41. 6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual)
Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan
kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga
aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung
jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran
kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan
kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat,
kebutuhan dan kemampuannya.
7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara
optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai
keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan
potensi dan kekuatannya.
8. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment)
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi
dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan
tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar,
penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan
apa yang sudah mereka pelajari.
E. Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa di dalam konteks bermakna
yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari (Nurhadi, Yasin dan Senduk, 2004: 56). Strategi yang berasosiasi
dengan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Belajar berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 29
42. Suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis
dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pegetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam
pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini
siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang
mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi
pelajaran. Pendekatan ini mencakup pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan pertanyaan, mensintesis, dan mempresentasikan
penemuannya kepada orang lain.
2. Pembelajaran Autentik (Authentic Instruction)
Suatu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk
mempelajari konteks bermakna. Ia mengembangkan keterampilan
berpikir dan memecahkan masalah yang penting di dalam konteks
kehidupan nyata.
3. Belajar Berbasis Inquiry (Inquiry-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan
menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar berbasis Proyek/Tugas (Project-Based Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran komprehensif di mana lingkungan
belajar siswa (kelas) didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan
terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu
topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya.
Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri
dalam mengkonstruk pembelajarannya, dan mengkulminasikan dengan
produk nyata.
5. Belajar Berbasis Kerja (Work-Based Learning)
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 30
43. Suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa
menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran
berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali
di tempat kerja. Jadi dalam hal ini, tempat kerja atau sejenisnya dan
berbagai aktifitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk
kepentingan siswa.
6. Belajar Berbasis Jasa-Layanan (Service Learning)
Suatu pendekatan pembelajaran yang mengkombinasikan jasa layanan
masyarakat dengan suatu struktu berbasis sekolah untuk merefleksikan
jasa-layanan tersebut, jadi menekankan hubungan antara pengalaman
jasa-layanan dan pembelajaran akademis. Dengan kata lain, pendekatan
ini menyajikan suatu penerapan praktis dari pengetahuan baru yang
diperlukan dan berbagi keterampilan untuk memenuhi kebutuhan
dalam masyarkat melalui proyek/tugas terstruktur dan kegiatan
lainnya.
7. Belajar Kooperatif (Cooperatif Learning)
Pendekatan pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa
untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam
mencapai tujuan.
F. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional
Terlihat jelas perbedaan proses pembelajaran kontekstual yang berpijak
pada pandangan kontrukstivisme dengan pembelajaran tradisional yang
berpijak padangan behaviorisme-objektivis. Menurut Sanjaya (2006 : 256)
ada beberapa perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 31
44. 1. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa adalah
penerima informasi yang pasif.
2. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman melalui kerja
kelompok, diskusi, saling mengoreksi, sedangkan dalam pembelajaran
tradisional siswa belajar secara individual.
3. Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, sedangkan
dalam pemebelajaran tradisional pembelajaran sangat abstrak.
4. Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas kesadaran
sendiri sedangkan dalam pembelajaran tradisional perilaku dibangun
atas kebiasaan.
5. Dalam pembelajaran kontekstual, keterampilan dibangun atas kesadaran
diri,, sedangkan dalam pembelajaran tradisional ketrampilan
dikembangkan atas dasar latihan.
6. Dalam pembelajaran kontekstual, hadiah untuk perilaku baik adalah
kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran tradisional hadiah untuk
perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.
7. Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan yang jelek
karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan., sedangkan dalam
pembelajaran tradisional seseorang tidak melakukan yang jelek karena
dia takut hukuman.
8. Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan pendekatan
komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks
nyata, sedangkan dalam pembelajaran tradisional, bahasa diajarkan
dengan pendekatan struktural: rumus diterapkan sampai paham,
kemudian dilatihkan (drill).
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 32
45. 9. Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus dikembangkan
atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa, sedangkan dalam
pembelajaran tradisional rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus
dikembangkan, diterima dan dilafalkan, dan dilatihkan.
10. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menggunakan kemampuan
berpikir kritis, terlibat penuh dalam pengupayakan terjadinya proses
pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses
pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke
dalam proses pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran tradisional
siswa secara pasif menrima rumus atau kaidah (membaca,
mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa memberikan kontribusi
ide dalam proses pembelajaran.
11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki oleh
manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan
atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan
memahami pengalamannya sedangkan dalam pembelajaran tradisional
pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep,
atau hukum yang brada di luar diri manusia.
G. Evaluasi Otentik Sebagai Ciri Penilaian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual menuntur evaluasi yang bersifat komprehensif,
menyeluruh dan terus menerus, karena dilakukan oleh guru kontekstual
sepanjang proses pembelajaran. Setiap saat terjadi perubahan dan
perkembangan pada para siswa. Perubahan dan perkembangan bidang atau
aspek tertentu mungkin sangat banyak/tinggi, tetapi pada bidang atau
aspek lainnya sedikit, sedikit sekali atau bahkan hampir tidak ada.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 33
46. Perubahan atau perkembangan tersebut mungkin berkenaan dengan aspek
yang menjadi tujuan atau terumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Evaluasi dilakukan pada waktu para siswa merencanakan sesuatu kegiatan,
melaksanakan maupun melaporkan hasil kegiatannya. Evaluasi juga
dilakukan pada waktu siswa berdiskusi, mengerjakan tugas, mengerjakan
tugas, melakukan latihan, percobaan, pengamatan, penelitian, pemecahan
masalah, dan penyelesaian soal. Bagaimana siswa melakukan berbagai
kegiatan tersebut serta hasil-hasil yang mereka tunjukkan, baik berupa
rancangan, makalah, laporan, rangkuman, gambar, model, ataupun hasil
pemecahan dan jawaban soal, merupakan wujud dari perkembangan dan
kemampuan hasil belajar mereka.
Evaluasi terhadap proses pembelajaran dan hasil karya merupakan evaluasi
otentik, evaluasi kenyataan, karena mengevaluasi apa yang secara nyata
dilakukan dan dihasilkan oleh para siswa. Hal ini tidak berarti, bahwa
evaluasi dengan menggunakan tes tidak bisa digunakan, karena evaluasi
dengan menggunakan tes, mengukur hasil pembelajaran pada akhir periode,
akhir semester, tengah semester atau akhir unit. Makin pendek periode
waktu pembelajaran yang dievaluasi, maka makin mendekati evaluasi
otentik.
Dalam evaluasi hasil pembelajaran, biasanya hanya digunakan tes,
berbentuk tes obyektif atau essay, maka dalam evaluasi proses juga
digunakan evaluasi perbuatan (pengamatan), lisan, hasil karya dan
portfolio. Portfolio merupakan kumpulan dokumen yang disusun secara
sistematik dan terarah yang menggambarkan perkembangan atau kemajuan
siswa dalam bidang tertentu.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 34
47. H. Penerapan Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran kontekstual dikelas. Ketujuh komponen itu adalah
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan
(inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling)
refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment)
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual,
yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-
tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah
yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi siswa harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalaui pengalaman nyata. Siswa
perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus
mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri.
Esensi dari teori kontruksivisme adalah ide bahwa siswa haarus
menemukan dan mentransfomasikan suatu informasi kompleks ke situasi
lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkontruksi bukan mnerima pengetahuan. Landasan berpikir
konstruktivisme agak berbeda dengan kaum objektif, yang lebih
menekaankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan
konstruktivisme, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat diutamakan
dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 35
48. pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut
dengan : (1) menjadikan pengetahuan bermakana dan relevan bagi siswa;
(2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri; dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka
sendiri dalam belajar.
2. Bertanya (questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya
karena bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang
produkstif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggaliinformasi baik
administrasi maupun akademia; (2) mengecek pemahaman siswa; (3)
membangkitkan respon pada siswa; (4) mengetahui sejauh mana keingin
tahuan siswa; (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa; (6)
memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki gur; (7)
untuk membangkitkan lebihbanyak lagi pertanyaan dari siswa; (8) untuk
menyegarkan kembali pengetahuan siswa. Pada semua aktivitas belajar,
questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dan
siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang
didatangkan ke kelas dan sebagainya.
3. Menemukan (inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat
seperangkat fakta-fakta tetapi juga hasil dari menemukan sendiri. Siklus
inquiry adalah (1) observasi, (2) bertanya, (3) mengajukan dugaan, (4)
pengumpulan data, (5) penyimpulan. Kata kunci dari strategi inquiry
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 36
49. adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan
menemukan sendiri adalah: (1) merumuskan masalah dalam mata
pelajaran apapun; (2) mengamati atau melakukan observasi; (3)
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar,laporan, bagan
tabel, dan karya lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan
hasil karya pada pembaca, teman kelas, guru, atau audience lainnya.
4. Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar didapat dari
berbagi anatara kawan, kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum
tahu. Di ruang kelas ini, di sekitar sini, juga dengan orang-orang yang
diluar sana semua adalah anggota masyarakat belajar. Dalam kelas yang
menggunakan pendekatan kontekstual, guru disarankan dalam
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang
pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberiyahu yang belum tahu,
yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang
mempunyai gagasan segera memberikan usul dan seterusnya. Kelompok
siswa bisa sanagt bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah,
bahkan bisa melibatkan siswa di dalam kelas atasnya, atau guru
mengadakan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas.
5. Permodelan (modelling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada
model yang bisa ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru
untuk memberi contoh cara mngerjakan sesuatu, dengan begitu guru
memberi model tentang bagaimana belajar. Dalam pendekatan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 37
50. kontekstual guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa, seorang siswa dapat ditunjuk untuk
memberikan contoh temannya, misalnya cara melafalkan suatu kata.
Siswa contoh tersebur dikatakan sebagai model, siswa lain dapat
menggunakan model tersebut sebagai standar kompetensi yang harus
dicapai.
6. Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir kebelakng tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal
belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang dipelajarinya sebagai
struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi
dari pengetahuan sebelummnya. Refleksi merupakan respons terhadap
kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
7. Penilaian Sebenarnya (authentic assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
siswa perlu diketahui olehb guru agar bisa memastikan bahwa siswa
mengalami proses pembelajaran yang benar. Apabila data yang
dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami
kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan
yang tepat agar siswa agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena
gambaran tentang kemajuanbelajar itu diperlukan disepanjang proses
pembelajaran, maka penilaian tidak dilakukan diakhir periode seperti
akhir semester. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil,
dan dengan berbagai cara. Tes hanyalah salah satunya, itulah hakekat
penilaian yang sebarnya. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 38
51. lain atau orang lain. Karakteristik penilain sebenarnya adalah (1)
dilaksanakan selama dan sesuadah proses pembelajaran berlangsung; (2)
bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif; (3) yang diukur
keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta; (4)
berkesinambungan; (5) terintegrasi; (6) dapat dipergunakan sebagaifeed
back. Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya
ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari
(learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya
sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
Berikut contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis CTL pada
mata pelajaran IPA di SMP.
CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
BERBASIS CTL
Sekolah : SMP ..........................................
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Kelas/Semester : IX (Sembilan)/ 2 (Dua)
Alokasi Waktu : 10 x 40 menit (5 pertemuan)
A. Standar Kompetensi : 4. Memahami konsep kemagnetan dan
penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
B. Kompetensi Dasar : 4.1. Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara
membuat magnet.
C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan 1:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. mengidentifikasi bahan magnetik dan bahan bukan magnetik.
2. menunjukkan kutub-kutub magnet.
3. menentukan daerah gaya di sekitar magnet (medan magnet).
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 39
52. 4. mendeskripsikan sifat kutub-kutub magnet.
5. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kutub-kutub magnet
(kutub utara dan kutub selatan).
6. memberikan pemaknaan terhadap sifat-sifat interaksi antara kutub-kutub
magnet.
Pertemuan 2:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara menggosok.
2. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara induksi.
3. mendemonstrasikan pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
4. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
menggosok.
5. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
induksi.
6. memberikan pemaknaan terhadap pembuatan magnet dengan cara
elektromagnetik.
Pertemuan 3:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. menyebutkan cara-cara menghilangkan sifat kemagnetan.
2. mendeskripsikan kemagnetan bumi.
3. memberikan pemaknaan terhadap cara-cara menghilangkan sifat
kemagnetan.
4. memberikan pemaknaan terhadap keberadaan kemagnetan bumi.
Pertemuan 4:
Setelah pembelajaran ini selesai siswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan secara kualitatif sifat medan magnet di sekitar kawat berarus
listrik.
2. memberikan pemaknaan terhadap sifat medan magnet di sekitar kawat
berarus listrik.
Pertemuan 5:
Penilaian pencapaian KD 4.1 (Ulangan Harian, materi Pertemuan 1 s.d. 4).
D. Materi Pelajaran: Kemagnetan
KEMAGNETAN
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 40
53. Lebih dari 2000 tahun yang lalu, orang Yunani yang hidup di suatu daerah di
Turki yang dikenal sebagai Magnesia menemukan batu aneh. Batu tersebut
menarik benda-benda yang mengandung besi. Karena batu tersebut
ditemukan di Magnesia, orang Yunani memberi nama batu tersebut magnet.
Sifat benda yang teramati sebagai suatu gaya tarik atau gaya tolak antara
kutub-kutub magnet disebut kemagnetan.
Secara sederhana kita dapat mengelompokkan bahan-bahan menjadi dua
kelompok, yaitu: bahan magnetik dan bahan bukan magnetik. Bahan-bahan
yang dapat ditarik oleh magnet disebut bahan magnetik. Sedangkan bahan-
bahan yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut bahan bukan magnetik.
Besi, baja, nikel, dan kobalt termasuk bahan magnetik. Sedangkan kayu, kaca,
aluminium, dan plastik adalah contoh-contoh bahan bukan magnetik.
Semua magnet mempunyai sifat-sifat tertentu. Setiap magnet, bagaimanapun
bentuknya, mempunyai dua ujung di mana pengaruh magnetiknya paling
kuat. Dua ujung tersebut dikenal sebagai kutub magnet, yang diberi nama
kutub utara (U) dan kutub selatan (S). Jika kutub-kutub magnet senama (U
dan U atau S dan S) saling didekatkan, kedua kutub tersebut akan tolak-
menolak. Namun, jika kutub utara (U) salah satu magnet didekatkan ke
kutub selatan (S) magnet lain, kutub-kutub tersebut akan tarik-menarik.
Sifat-sifat magnetik suatu bahan bergantung pada struktur atomnya. Para
ilmuwan mengetahui bahwa atom itu sendiri memiliki sifat-sifat magnetik.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 41
54. Sifat-sifat magnetik tersebut disebabkan gerak elektron atom-atom tersebut.
Oleh karena itu, tiap atom di dalam suatu bahan magnetik adalah seperti
sebuah magnet kecil yang disebut magnet atom (magnet elementer).
PEMAKNAAN
• Semua magnet memiliki dua kutub yang berlawanan, yaitu utara (U) dan
selatan (S).
”Allah, Tuhan yang Maha Esa menciptakan manusia secara berpasang-
pasangan.” Hanya Allah-lah dzat yang tunggal, Allah itu satu, tidak
beranak dan tidak diperanakkan. Bagi ajaran agama Islam, hal ini sesuai
dengan kandungan dalam Surat Al-Ikhlas.
Secara kodrati, manusia mempunyai dua jenis kelamin, yaitu: laki-laki (L)
dan perempuan (P).
• Kutub-kutub magnet yang senama (U-U atau S-S), jika didekatkan akan
tolak-menolak. Sedangkan kutub-kutub magnet yang tidak senama (U-S), jika
didekatkan akan tarik-menarik.
Agama melarang manusia sesama jenis untuk saling jatuh cinta. Manusia
hanya boleh menikah dengan lawan jenisnya. Perilaku ”menyimpang”
seperti homoseksual (L-L) atau lesbian (P-P) dilarang oleh agama.
• Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menggosokkan
magnet pada logam tersebut. Penggosokan magnet harus dilakukan secara
terarah, dan semakin lama penggosokan semakin kuat serta bertahan lama
sifat kemagnetannya.
”Rajin pangkal pandai.” Apabila kita ingin pandai, kita harus rajin
belajar, dan tidak mudah menyerah.
• Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara menginduksi
logam tersebut dengan magnet pada logam tersebut.
Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku dan perkembangan kognitif
seseorang. Apabila kita ingin menjadi orang ”baik-baik” maka kita harus
bergaul dan berteman dengan orang yang berperilaku baik pula. Apabila
kita ingin menjadi orang yang pandai, maka kita juga harus banyak
bergaul dan berteman dengan orang yang pandai.
• Sebatang logam (besi) dapat dijadikan magnet dengan cara melilitkan
kawat pada logam dan mengalirkan arus listrik pada kawat yang dililitkan
pada logam tersebut.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 42
55. Agar kemampuan (pengetahuan) kita semakin bertambah, kita harus
sering berdiskusi dan mendapat masukan-masukan dari banyak orang
yang memiliki kemampuan melebihi kemampuan kita.
• Sebuah magnet dapat hilang sifat kemagnetannya diantaranya apabila kita
bakar dan kita pukul-pukul. Sifat kemagnetan dimiliki oleh suatu bahan
apabila magnet-magnet elementer bahan itu tersusun secara teratur.
”Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Dalam suatu komunitas,
apabila kita rukun tidak terjadi saling permusuhan, maka apapun yang
kita cita-citakan akan dengan lebih mudah untuk kita capai. Namun,
dengan adanya suatu pengaruh ”negatif” dari luar, misalnya munculnya
para provokator-provokator, maka adanya provokasi tersebut dapat
memecah-belah persatuan dan kesatuan bangsa.
E. Alat/Bahan/Sumber belajar
1. Buku Siswa CTL untuk SMP Direktorat PSMP
2. Buku Sumber (Referensi) lain
3. LKS Kemagnetan
4. Alat peraga magnet, bel listrik, dan motor listrik
5. Serbuk besi
6. Animasi pemaknaan untuk penanaman sikap
7. Kabel/kawat listrik (kawat untuk kumparan)
8. Catu daya (baterai)
F. Model Pembelajaran:
Pembelajaran Kooperatif (CL) dengan ”Pemaknaan”
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 43
56. Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Awal
• Demonstrasi menarik benda-benda dari logam (besi) dengan
sebuah ”magnet”. Menanyakan kepada siswa, mengapa benda
tersebut dapat menempel?
• Menginformasikan bahwa magnet banyak digunakan
dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita sambil
memberikan contoh misalnya bel listrik, motor listrik,
tape recorder, dll.
• Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 1).
Kegiatan Inti
• Memperlihatkan magnet batang, mendemonstrasikan
bahwa ada beberapa benda yang dapat ditarik oleh
magnet dan ada yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
• Menginformasikan magnet batang mempunyai dua
kutub yang dinamai kutub utara dan selatan sambil
mendemonstrasikan menggantungkan magnet batang
dengan benang. Menjelaskan konsep kemagnetan.
• Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran
kooperatif sambil mengingatkan keterampilan
kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara
mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut
dan membagikan LKS 2 “Panduan Belajar Pengaruh
magnet”.
• Meminta siswa membaca Pengaruh Magnet dan
membimbing mengerjakan LKS tersebut dan
menggarisbawahi kalimat pokok setelah mendiskusikan
di kelompoknya masing-masing.
• Membagikan LKS 1 serta alat dan bahan yang
dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok
mengerjakan LKS tersebut.
• Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan
tulis Tabel 1 yang telah diisi dan ditanggapi kelompok
lain.
• Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- magnet dapat menarik benda;
- magnet memiliki dua kutub, yaitu: U dan S;
- sifat gaya magnet antar kutub-kutub magnet.
• (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 44
58. Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Awal
• Mendemonstrasikan dengan menempelkan sebuah paku besar
ke paku-paku kecil dan meminta siswa memperhatikan paku-
paku kecil itu apakah dapat menempel pada sebuah paku besar
tersebut.
• Demonstrasi dilanjutkan dengan menempelkan paku besar
tersebut dengan sebuah magnet batang dan kemudian
menempelkannya pada paku-paku kecil. Siswa diminta
memperhatikan paku-paku kecil itu apakah dapat menempel
pada sebuah paku besar tersebut.
• Menginformasikan bahwa hari ini akan dilakukan per-
cobaan membuat magnet dengan cara menggosok, in-
duksi, dan mengalirkan arus listrik.
• Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 2).
Kegiatan Inti
• Menyajikan informasi bahwa dalam besi yang bukan
magnet susunan atom-atomnya masih acak. Agar besi
menjadi magnet, susunan atom-atomnya harus dibuat
searah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
dengan cara mendekatkan sebuah magnet ke besi
tersebut.
• Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran
kooperatif.
• Membagikan LKS 3 dan membimbing siswa untuk
mengerjakan LKS tersebut.
• Meminta salah satu kelompok untuk menuliskan hasil
kegiatannya di papan tulis dan kelompok lain diminta
menanggapinya.
• Memberi penghargaan pada siswa/kelompok yang
kinerjanya bagus.
• Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- pembuatan magnet dengan cara menggosok;
- pembuatan magnet dengan cara induksi;
- pembuatan magnet dengan cara elektromagnetik.
• (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup
• Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang ”Cara
Pembuatan Magnet” guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 46
60. Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Awal
• Sambil menggantung bebas sebuah magnet batang, menanyakan
kepada siswa: ”ke arah mana magnet batang itu selalu
menghadap?” Mengapa?
• Menanyakan kepada siswa, apakah suatu magnet, sifat
kemagnetannya tidak dapat dihilangkan?
• Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 3).
Kegiatan Inti
• Menginformasikan bahwa garis gaya magnet dapat
digambar untuk memperlihatkan lintasan medan
magnet, menjelaskan pola-pola garis gaya untuk
berbagai macam susunan magnet batang.
• Menginformasikan bahwa terdapat perbedaan antara
kutub magnetik dan kutub geografik bumi, serta
menjelaskan bagaimana kompas dapat membantu untuk
menentukan arah.
• Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran
kooperatif sambil mengingatkan keterampilan
kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara
mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut
dan membagikan LKS 5.
• Meminta siswa membaca Buku Siswa, tentang Pengaruh
Magnet; Kemagnetan Bumi, dan membimbing
mengerjakan LKS 5 tersebut dan menggarisbawahi
kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya
masing-masing.
• Membagikan LKS 4 serta alat dan bahan yang
dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok
mengerjakan LKS tersebut.
• Meminta satu dua kelompok untuk menggambar pola
serbuk besi untuk tiap susunan magnet batang dan
ditanggapi kelompok lain.
• Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
antara lain berkaitan dengan:
- cara menghilangkan sifat kemagnetan;
- keberadaan kemagnetan bumi.
• (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup
• Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang cara
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 48
62. Terlaksana
Tahap Pembelajaran
Ya Tidak
Kegiatan Awal
• Mendemonstrasikan terjadinya penyimpangan suatu jarum
kompas ketika diletakkan dekat suatu magnet. Menanyakan
pada siswa, mengapa jarum kompas itu dapat mengalami
penyimpangan arah?
• Mengingatkan kembali tentang cara membuat magnet dengan
mengalirkan arus listrik.
• Menyampaikan tujuan pembelajaran (Pertemuan 4).
Kegiatan Inti
• Menginformasikan bahwa arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar akan menimbulkan medan
magnet yang arahnya bergantung pada arah arus
listrik.
• Menginformasikan bahwa medan magnet solenoida
dapat diperbesar dengan memperbesar jumlah lilitan
maupun besar arus yang mengalir melaluinya.
• Meminta siswa duduk dalam tatanan pembelajaran
kooperatif sambil mengingatkan keterampilan
kooperatif yang akan dilatihkan dan bagaimana cara
mengikuti pelatihan keterampilan kooperatif tersebut
dan membagikan LKS 8.
• Meminta siswa membaca Buku Siswa, subbab Medan
Magnet di Sekitar Arus Listrik, dan membimbing
mengerjakan LKS 8 tersebut dan menggarisbawahi
kalimat pokok setelah mendiskusikan di kelompoknya
masing-masing.
• Membagikan LKS 7 serta alat dan bahan yang
dibutuhkan dan membimbing tiap kelompok
mengerjakan LKS tersebut.
• Meminta satu-dua kelompok untuk menulis di papan
tulis untuk melengkapi Tabel 1 hasil penyelidikan dan
ditanggapi kelompok lain.
• Selanjutnya guru memaknai setiap materi yang telah
didiskusikan sebagai contoh atau model perilaku dan budi
pekerti. Adapun materi-materi yang perlu diberikan pemaknaan,
yaitu:
- sifat medan magnet di sekitar kawat berarus listrik.
• (Lain-lainnya dapat dikembangkan sesuai kreativitas guru).
Kegiatan Penutup
• Untuk memantapkan pemahaman siswa tentang medan magnet
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 50
63. H. Penilaian (Instrumen Penilaian Terlampir pada Lembar Penilaian)
• Bentuk tes tertulis: pilihan ganda dan uraian singkat
• Kinerja saat melakukan kegiatan
• Laporan/presentasi
Tes tertulis dilaksanakan setelah proses pembelajaran (Pertemuan 5)
dengan menggunakan Lembar Penilaian (LP) 4.1.
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 51
64. CONTOH 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS CTL
Sekolah : SMP
Mata Pelajaran : IPA
Kelas / Semester : VII / 1
Standar Kompetensi
3. Memahami wujud zat dan perubahannya
4. Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia.
6. Memahami keanekara-gaman makhluk hidup.
Kompetensi Dasar
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan
sifat kimia
6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki
Indikator
Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara fisika
Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara kimia
Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
PERTEMUAN 1
A. Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi cara-cara pemisahan campuran dengan cara penyaringan
2. Menentukan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
3. Menerapkan cara pemisahan campuran berdasarkan karakteristik campuran
4. Melakukan pengamatan, menuliskan data hasil pengamatan, melakukan
inferensi, berkomunikasi
B. Materi Pembelajaran
Pemisahan campuran dengan cara penyaringan
C. Metode Pembelajaran
1.Model :Cooperatif Learning
2.Metode : Demonstrasi
Eksperimen
Diskusi
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 52
65. D.Langkah-langkah
1. Kegiatan Pendahuluan
Motivasi: Menunjukkan pada siswa air kotor dan air jernih, kemudian
menanyakan kepada siswa: “Terdiri dari apa sajakah campuran tersebut, apakah
terdapat organisme di dalamnya? Apakah air tersebut dapat dijernihkan?”
Pengetahuan Prasyarat: Mengajukan pertanyaan tentang pengertian campuran
Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan Inti
- Menegaskan tentang permasalahan yang muncul dalam sesi pemotivasian.
- Membagi peserta didik kedalam kelompok-kelompok, Tiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa.
- Meminta peserta didik untuk membaca LKS dan mendiskusikan dalam
kelompok sebelum melakukan percobaan.
- Membinbing siswa melakukan percobaan dan memeriksa kegiatan peserta
didik apakah sudah dilakukan dengan benar.
- Jika masih ada peserta didik /kelompok yang belum dapat melakukan den-
gan benar ,guru dapat langsung memberikan bimbingan.
- Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
- Memberi penghargaan pada semua kelompok yang telah melakukan per-
cobaan dan mempresentasikan hasilnya sesuai kinerja kelompok.
- Mengklarifikasi konsep yang telah didapat siswa, dilanjutkan dengan
diskusi tentang berbagai kemungkinan pemisahan campuran selain pen-
yaringan.
3. Kegiatan Penutup
- Guru membimbing siswa merangkum pelajaran.
- Penugasan Terstruktur: Memberikan tugas lanjutan dari kegiatan yang telah
dilakukan yaitu menggunakan bahan-bahan lain yang dapat digunakan un-
tuk menyaring air dan membandingkan hasilnya dengan kelompok lain. Tu-
gas dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.ahan- apakah yang kamu
pikir dapat digunakan sebagai penyaring air? Lakukan kegiatan ini dengan
menggunakbahan-bahan yang
E. Sumber Belajar
1. Buku siswa
2. LKS
3. Alat dan bahan untuk kegiatan siswa dalam pertemuan ini, meliputi:
a. botol plastik 2l bekas air mineral
b. air kolam
c. kerikil
d. pasir
e. ijuk
f. pisau
Model Pembelajaran PAIKEM – Pengawas Sekolah 53