SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 6
Descargar para leer sin conexión
1



                  Perpu : No.1 Tahun 1950
MENJALANKAN HAK MEMILIH DAN HAK MENOLAK KEBANGSAAN
INDONESIA BAGI ORANG YANG MENJELANG WAKTU PENYERAHAN
                                         WAKTU
     KEDAULATAN KAULANEGARA KERAJAAN BELANDA

                    Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
                                 Nomor: 1 TAHUN 1950 (1/1950)

                               Tanggal: 31 JANUARI 1950 (JAKARTA)




Tentang:

MENJALANKAN HAK MEMILIH DAN HAK MENOLAK KEBANGSAAN INDONESIA BAGI ORANG
YANG MENJELANG WAKTU PENYERAHAN KEDAULATAN KAULANEGARA KERAJAAN
BELANDA

Presiden Republik Indonesia Serikat,

Menimbang:

bahwa perlu diadakan ketentuan-ketentuan penjalankan lebih lanjut untuk melaksanakan
Persetujuan perihal Pembagian Warganegara, yang dilampirkan pada Persetujuan
Perpindahan, yang tercapai pada Konperensi Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 2
Nopember 1949;

Mengingat:

pasal 141 ayat 1 Konstitusi;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG MENJALANKAN HAK MEMILIH DAN HAK MENOLAK
KEBANGSAAN INDONESIA BAGI ORANG YANG MENJELANG WAKTU PENYERAHAN
KEDAULATAN KAULANEGARA KERAJAAN BELANDA.

                                            Pasal 1.

Keterangan tentang memilih atau menolak kebangsaan Indonesia dapat dinyatakan, dengan
bebas dari pada meterai dan biaya, oleh orang yang bersangkutan sendiri atau, jika ia belum
dewasa, oleh wakilnya yang sah dengan lisan di hadapan ataupun dengan surat kepada :

1. Hakim perdata harian biasa orang yang bersangkutan, yang daerah hukumnya meliputi
tempat tinggal orang itu, jika ia bertempat tinggal di pulau Jawa atau di pulau Madura;
2


2. Hakim perdata tersebut di atas, atau Bupati ataupun pejabat Pamong Praja lain sederajat
Bupati, yang daerahnya meliputi tempat tinggal orang yang bersangkutan, jika ia bertempat
tinggal di Indonesia, di luar pulau Jawa dan pulau Madura;

3. Komisaris Agung Republik Indonesia Serikat pada pemerintah Kerajaan Belanda, jika orang
yang bersangkutan bertempat tinggal di dalam daerah kerajaan Belanda;

4. Wakil diplomatik atau konsol Republik Indonesia Serikat atau pejabat lain yang disertai
mengurus kepentingan Indonesia pada sesuatu negara asing, yang daerahnya meliputi
tempat tinggal orang yang bersangkutan, jika ia bertempat tinggal di luar daerah peserta
Uni;

5. Pengadilan Negeri (sekarang "Landgerecht") di Jakarta, jika orang yang bersangkutan
bertempat tinggal di luar daerah peserta Uni dan tiada ada salah seorang pejabat tersebut
pada angka 4 yang daerahnya meliputi tempat tinggalnya.

                                                     Pasal 2.

Keterangan yang dinyatakan, baik dengan lisan maupun dengan surat, harus disertai
pemberian-pemberian yang dapat cukup memberi penunjukan sepintas lalu (summier)
kepada pejabat, bahwa orang yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat untuk memilih
atau menolak kebangsaan Indonesia, dan jika keterangan dinyatakan oleh orang lain, maka
harus dibuktikan bahwa orang ini adalah wakil yang sah dari orang yang bersangkutan.

                                                     Pasal 3.
                                                     Pasal

1. Dari keterangan yang dinyatakan dengan lisan yang pemberian-pemberian atau buktinya
termaksud dalam pasal 2 mencukupi, pejabat tersebut dalam pasal 1 membuat surat catatan
dalam empat rangkap yang ditanda-tanganinya, menurut model A yang terlampir pada
Peraturan Pemerintah ini.

2. Keterangan tentang memilih atau menolak kebangsaan Indonesia yang dinyatakan dengan
surat, harus dikirimkan dalam empat rangkap dan harus menyebutkan hal-hal tentang diri
orang yang bersangkutan yang menunjukkan ia berhak memilih atau menolak kebangsaan
Indonesia, sebagaimana tertera dalam model A tersebut di atas. Tanda-tangan atau cap
(empu) jari yang dibubuh di bawah surat penyatakan keterangan, harus dinyatakan sahnya
menurut aturan-aturan yang berlaku untuk orang yang menyatakan keterangan.

3. Jika hal-hal yang disebutkan dalam surat penyatakan keterangan menurut pendapat
pejabat yang menerimanya cukup ditunjukkan sepintas lalu dengan pemberian-pemberian
yang disertakan pada surat penyatakan keterangan, maka di bawah masing-masing lembar
olehnya dibubuh keterangan yang ditanda-tanganinya sebagai berikut :

Diterima di ............ (nama tempat kantor pejabat) pada tanggal .......... (hari bulan dan tahun)
........................ (pejabatan) ........................ (tanda-tangan pejabat) ........................ (nama
pejabat).

4. Selembar surat catatan penyatakan keterangan atau selembar surat penyatakan keterangan
yang sudah dibubuh keterangan penerimaan oleh pejabat diberikan atau dikirimkan kepada
orang yang menyatakan keterangan, dan berlaku sebagai bukti tentang penyatakan
keterangan.
3


Dua lembar dikirimkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat, dan selembar
lagi disimpan oleh pejabat dengan dijahit dalam suatu berkas bersama dengan surat-surat
(catatan) penyatakan keterangan yang lain, dengan diberi nomor urut menurut hari
pembuatan atau penerimaan.

Berkas itu jika sudah cukup tebal setidak-tidaknya pada akhir tahun dijilid dengan diberi
samak yang kuat.

                                                     Pasal 4.

Jika pejabat menganggap pemberian-pemberian yang disertakan pada keterangan tidak
cukup memberi penunjukan sepintas lalu akan hak orang yang bersangkutan atau bukti akan
hak orang yang menyatakan untuk orang lain, maka semua surat olehnya dikembalikan
kepada yang menyatakan keterangan, dengan membubuh keterangan di bawah surat
penyatakan keterangan itu, sebagai berikut :

Dikembalikan karena ............ (alasan pengembalian) di ............................. (nama tempat
kantor pejabat) pada tanggal ................... (hari bulan dan tahun) ................................
(pejabatan) ................................ (tanda-tangan pejabat) ................................ (nama pejabat).

                                                     Pasal 5.

Menteri Kehakiman di dalam kementeriannya dan masing-masing pejabat tersebut dalam
pasal 1 dalam kantornya, memelihara sebuah daftar untuk pencatatan keterangan memilih,
dan sebuah daftar lagi untuk pencatatan keterangan menolak kebangsaan Indonesia, masing-
masing disusun seperti model B yang terlampir pada Peraturan Pemerintah ini, hanya dengan
perbedaan nama.

Semua keterangan yang diterima, baik yang dinyatakan dengan lisan maupun yang
dikirimkan dengan surat, segera setelah surat catatannya dibuat atau keterangan penerimaan
termaksud dalam pasal 3 ayat 3 dibubuh, oleh pejabat dicatat dalam daftar.

                                                     Pasal 6.

1. Dari dua lembar surat (catatan) penyatakan keterangan yang diterima, Menteri Kehakiman
memisahkan selembar untuk, bersama dengan semua surat (catatan) penyatakan keterangan
yang diterima dalam masa satu bulan kalender disampaikan kepada Pemerintah Kerajaan
Belanda dengan melalui Komisaris Agung Kerajaan Belanda pada Pemerintah Republik
Indonesia Serikat, pada permulaan bulan yang berikut. Selembar lagi disimpan sebagaimana
tertera dalam pasal 3 ayat 4 kalimat kedua dan ketiga.

2. Menteri Kehakiman mengusahakan pemuatan semua keterangan, yang diterima dalam
masa satu bulan kalender, dalam Berita Negara Republik Indonesia Serikat, pada bulan yang
berikut.

                                                     Pasal 7.

Jika Menteri Kehakiman dapat mengetahui, bahwa seorang yang keterangannya tentang
memilih atau menolak kebangsaan Indonesia telah diterima, sesungguhnya tidak memenuhi
syarat, maka segera ia mengembalikan surat (catatan) penyatakan keterangan yang masih
ada dalam kementeriannya kepada orang yang menyatakan keterangan, dengan melalui
pejabat yang menerimanya agar supaya daftar dan berkasnya dibetulkan.
4


Hal ini oleh Menteri Kehakiman diberitahukan kepada Komisaris Agung Kerajaan Belanda
pada Pemerintah Republik Indonesia Serikat, jika perlu, dan disiarkan juga di dalam Berita
Negara.

                                          Pasal 8.

Pemilihan atau penolakan kebangsaan Indonesia mulai berlaku pada hari surat catatan
penyatakan keterangan dibuat atau pada hari surat penyatakan keterangan *11368 diterima
oleh pejabat yang berwajib.

Jikalau dengan suatu keputusan hakim diputus, bahwa orang yang bersangkutan dan/atau
orang yang menyatakan keterangan, yang tidak diterima oleh pejabat sesungguhnya
memenuhi syarat-syarat, maka pemilihan atau penolakan kebangsaan Indonesia oleh orang
itu berlaku juga mulai pada hari surat catatan tentang keterangan yang tidak diterima,
seharusnya dibuat atau pada hari surat penyatakan keterangannya diterima oleh pejabat itu.

Guna itu orang yang bersangkutan dapat mengirimkan tiga lembar salinan yang sah dari
keputusan hakim itu kepada yang berwajib.

Pejabat tersebut dan Menteri Kehakiman berbuat dengan salinan keputusan hakim yang sah
ini seperti dengan surat penyatakan keterangan, yang dibubuh keterangan penerimaan.

                                          Pasal 9.

Peraturan Pemerintah ini dapat disebut : "Peraturan Pemerintah pelaksanaan pembagian
warganegara".

                                          Pasal 10.

Peraturan Pemerintah ini segera berlaku dan berlaku surut sampai pada waktu pemulihan
kedaulatan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Serikat.

Ditetapkan di Jakarta, pada 31 Januari 1950. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT,
UNTUK BELIAU PERDANA MENTERI,

MOHAMMAD HATTA

MENTERI KEHAKIMAN

(SOEPOMO)

Diumumkan Di Jakarta, pada tanggal 31 Januari 1950 MENTERI KEHAKIMAN

(SOEPOMO).

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 1950 TENTANG MENJALANKAN
HAK MEMILIH DAN HAK MENOLAK KEBANGSAAN INDONESIA BAGI ORANG YANG
MENJELANG WAKTU PENYERAHAN KEDAULATAN KAULANEGARA KERAJAAN BELANDA.
5


UMUM.

Persetujuan perihal Pembagian Warganegara bermaksud membagi antara Republik *11369
Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda orang-orang, yang menjelang waktu penyerahan
kedaulatan menurut "Wet van 12 Desember 1892 op not Nederlandschap en het
ingezetenschap" dan " Wet van 10 Pebruari 1910; houdende regeling van het Nederlandsch
onderdaanschap van niet Nederlanders", termasuk Kaulanegara Belanda.

Akan tetapi pertalian dengan salah satu Negara ini tidak dipaksakan kepada orang-orang
yang dianggap sudah dapat menentukan kebangsaannya sendiri - yaitu orang yang sudah
dewasa atau yang tidak mempunyai orang tua (lagi) yang menjelang waktu penyerahan
kedaulatan Kaulanegara Belanda dan yang dianggap mempunyai cukup alasan untuk lebih
suka menerima pertalian dengan negara yang lain. Keinginan akan memilih atau menolak
pertalian (kebangsaan) ini harus dinyatakan dalam keterangan kepada suatu instansi
Pemerintah yang bersangkutan.

Sudah menjadi pengetahuan di dalam hukum tatanegara, bahwa kebangsaan seseorang
adalah suatu status, yang pada umumnya tidak dapat dan tidak perlu dibuktikan dengan
pasti, dan yang hanya dipersoalkan bila ada sesuatu hal atau perkara sekitar kebangsaan
seseorang itu.

Instansi (administrasi) Pemerintah yang menerima suatu penyatakan keterangan tentang
memilih atau menolak kebangsaan, tidak dapat dan memang juga tidak berkuasa
memutuskan selaku konstitutief maupun deklaratoir tentang kebangsaan orang yang
menyatakan keterangan itu. Sebaliknya untuk menyatakan keterangan, orang harus
Kaulanegara Belanda menjelang waktu penyerahan kedaulatan dan pada waktu menyatakan
itu, serta harus memenuhi beberapa syarat lagi. Jadi instansi Pemerintah itu tidak boleh
bersikap sama sekali pasif dan menerima semua keterangan yang dinyatakan oleh segala
orang. Maka untuk menerima sesuatu keterangan perlulah instansi tersebut dengan
pemeriksaan secara sepintas lalu (summier)dapat percaya, bahwa orang yang bersangkutan
berhak untuk memilih atau menolak kebangsaan.

Pun penerimaan penyatakan keterangan oleh Menteri Kehakiman tidak lebih artinya dari
pada penerimaan oleh instansi itu.

Maka seorang yang tidak diterima keterangannya, dapat minta keputusan-hakim
(pengadilan).

Pasal demi pasal.

Pasal 1.

Sebaiknya keterangan dinyatakan dihadapan atau disampaikan kepada hakim (dalam hal ini
sebagai pejabat administrasi), karena hakim adalah seorang pejabat yang biasa menjalankan
pekerjaan yang berhubungan dengan soal-soal hukum dan pembuktian.

Akan tetapi, di daerah-daerah yang berhubungan dengan luasnya sukar bagi penduduknya
untuk menghadap kepada hakim guna menyatakan keterangan, maka keterangan itu dapat
dinyatakan (juga) kepada pejabat lain.

Pasal 2.
6


Telah diterangkan di atas apakah arti penerimaan keterangan. Maka cukuplah jika pejabat
dengan sepintas lalu (summier) dapat percaya akan keterangan yang dinyatakan.

Hanya terhadap orang yang menyatakan keterangan untuk orang lain, hak untuk itu harus
dibuktikan.

Pasal 3.

Surat catatan (procesverbaal) tentang keterangan yang dinyatakan dengan lisan dan surat
penyatakan keterangan dibuat dalam empat rangkap supaya semua instansi *11370 yang
bersangkutan mendapat aslinya, yang memuat tanda-tangan/cap jari orang yang menyatakan
keterangan.

Tanggal pembuatan surat catatan dan tanggal penerimaan surat penyatakan keterangan
penting karena mulai tanggal itu berlakulah pemilihan atau penolakan kebangsaan.

Maka orang yang menyatakan keterangan diberi selembar surat catatan atau dapat kembali
selembar surat penyatakan keterangan untuk bukti tentang penyatakan keterangan.

Pasal 4.

Pengembalian dengan tanggal perlu, berhubung dengan kemungkinan pengajuan di muka
pengadilan tertera dalam pasal 8 kalimat kedua. Pengajuan sesuatu hal untuk mendapatkan
keputusan-atau penetapan-hakim adalah termasuk hak-hak dasar manusia.

Pasal 5 dan 7 Umumnya dalam hal menerima keterangan Menteri Kehakiman bersikap pasif.
Jika ia mendapat penunjukan-penunjukan yang cukup kuat bahwa penerimaan itu tidak
benar, maka barulah ia bertindak aktif. Juga tindakan Menteri Kehakiman ini tidak
mempunyai kekuatan konstitutef.

Pasal 6, 8, 9 dan 10. Sudah terang

--------------------------------

CATATAN

Di dalam dokumen ini terdapat lampiran dalam format gambar. Lampiran-lampiran ini terdiri
dari beberapa halaman yang ditampilkan sebagai satu berkas.Apabila anda ingin
mendapatkan gambar berikutnya klik dua kali pada gambar di bawah ini. .

TABULAR OR GRAPHIC MATERIAL SET AT THIS POINT IS NOT DISPLAYED.

Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1950 YANG
TELAH DICETAK ULANG

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71mapjmakassar
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutanGradeAlfonso
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataLisa SYP
 
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asingPermen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asingahmad jaeni
 
2. kitab undang undang hukum pidana
2. kitab undang undang hukum pidana2. kitab undang undang hukum pidana
2. kitab undang undang hukum pidanaAdi Kuntarto
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Panji Setiawan
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikanGradeAlfonso
 

La actualidad más candente (20)

Uu 31 1997
Uu 31 1997Uu 31 1997
Uu 31 1997
 
Uu 30 2004
Uu 30 2004Uu 30 2004
Uu 30 2004
 
Uu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+PjlsUu 18 2003+Pjls
Uu 18 2003+Pjls
 
Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71Tindak pidana korupsi 03 71
Tindak pidana korupsi 03 71
 
praktik peradilan perdata
praktik peradilan perdatapraktik peradilan perdata
praktik peradilan perdata
 
Hukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptxHukum Acara Perdata.pptx
Hukum Acara Perdata.pptx
 
Uu 16 2004
Uu 16 2004Uu 16 2004
Uu 16 2004
 
Kuha per
Kuha perKuha per
Kuha per
 
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
9 penuntut umum, pra penuntutan dan penuntutan
 
Uu 15 1961
Uu 15 1961Uu 15 1961
Uu 15 1961
 
Ppt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdataPpt hukum acara perdata
Ppt hukum acara perdata
 
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asingPermen no.13 2016 tata cara orang asing
Permen no.13 2016 tata cara orang asing
 
2. kitab undang undang hukum pidana
2. kitab undang undang hukum pidana2. kitab undang undang hukum pidana
2. kitab undang undang hukum pidana
 
Uu 21 1952
Uu 21 1952Uu 21 1952
Uu 21 1952
 
Gugatan Pratun Staf UI
Gugatan Pratun Staf UIGugatan Pratun Staf UI
Gugatan Pratun Staf UI
 
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
Putusan sidang 2050_48 puu 2013-uu-keuangan_negara-telahucap-18sept2014- wmac...
 
Kuhp
KuhpKuhp
Kuhp
 
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
6 ruang lingkup, sumber hukum dan penyidikan
 
Uu 09 1953
Uu 09 1953Uu 09 1953
Uu 09 1953
 
Uu 01 1979
Uu 01 1979Uu 01 1979
Uu 01 1979
 

Destacado

PMK No.135/PMK.06/2009
PMK No.135/PMK.06/2009 PMK No.135/PMK.06/2009
PMK No.135/PMK.06/2009 izaupdate
 
Various tools
Various toolsVarious tools
Various toolsjpmagee
 
Permen No.PER-06/MBU/2011
Permen No.PER-06/MBU/2011Permen No.PER-06/MBU/2011
Permen No.PER-06/MBU/2011izaupdate
 
Seo 2013
Seo 2013 Seo 2013
Seo 2013 jpmagee
 
Mustafa Sen wordpress sunum
Mustafa Sen wordpress sunumMustafa Sen wordpress sunum
Mustafa Sen wordpress sunummustafasen2013
 
Itannex Gebruikersdag 2012 11 14
Itannex Gebruikersdag 2012 11 14Itannex Gebruikersdag 2012 11 14
Itannex Gebruikersdag 2012 11 14sanderschroder
 
Scientific Solutions 2011 Goals
Scientific Solutions 2011 GoalsScientific Solutions 2011 Goals
Scientific Solutions 2011 Goalsjklay
 
Come Find Garmin!
Come Find Garmin!Come Find Garmin!
Come Find Garmin!kcrosland
 
01 andrew payne
01 andrew payne01 andrew payne
01 andrew payneABMcentrum
 
09 Nick Stanhope
09 Nick Stanhope09 Nick Stanhope
09 Nick StanhopeABMcentrum
 
디자인적 사고를 위한 청소년 커리어위크 워크숍 기획
디자인적 사고를 위한 청소년 커리어위크 워크숍 기획디자인적 사고를 위한 청소년 커리어위크 워크숍 기획
디자인적 사고를 위한 청소년 커리어위크 워크숍 기획로컬디자인무브먼트
 
Paraules compostes inventades-A
Paraules compostes inventades-AParaules compostes inventades-A
Paraules compostes inventades-Amercymerche
 
Azure Networking: Innovative Features and Multi-VNet Topologies
Azure Networking: Innovative Features and Multi-VNet TopologiesAzure Networking: Innovative Features and Multi-VNet Topologies
Azure Networking: Innovative Features and Multi-VNet TopologiesMarius Zaharia
 
Gouvernance et sécurisation de vos ressources cloud avec Azure Active Directo...
Gouvernance et sécurisation de vos ressources cloud avec Azure Active Directo...Gouvernance et sécurisation de vos ressources cloud avec Azure Active Directo...
Gouvernance et sécurisation de vos ressources cloud avec Azure Active Directo...Marius Zaharia
 

Destacado (17)

PMK No.135/PMK.06/2009
PMK No.135/PMK.06/2009 PMK No.135/PMK.06/2009
PMK No.135/PMK.06/2009
 
Various tools
Various toolsVarious tools
Various tools
 
Permen No.PER-06/MBU/2011
Permen No.PER-06/MBU/2011Permen No.PER-06/MBU/2011
Permen No.PER-06/MBU/2011
 
Seo 2013
Seo 2013 Seo 2013
Seo 2013
 
Mustafa Sen wordpress sunum
Mustafa Sen wordpress sunumMustafa Sen wordpress sunum
Mustafa Sen wordpress sunum
 
Wbjblogging
WbjbloggingWbjblogging
Wbjblogging
 
Itannex Gebruikersdag 2012 11 14
Itannex Gebruikersdag 2012 11 14Itannex Gebruikersdag 2012 11 14
Itannex Gebruikersdag 2012 11 14
 
Projecte final
Projecte finalProjecte final
Projecte final
 
Scientific Solutions 2011 Goals
Scientific Solutions 2011 GoalsScientific Solutions 2011 Goals
Scientific Solutions 2011 Goals
 
Come Find Garmin!
Come Find Garmin!Come Find Garmin!
Come Find Garmin!
 
01 andrew payne
01 andrew payne01 andrew payne
01 andrew payne
 
09 Nick Stanhope
09 Nick Stanhope09 Nick Stanhope
09 Nick Stanhope
 
Stuart Lee
Stuart LeeStuart Lee
Stuart Lee
 
디자인적 사고를 위한 청소년 커리어위크 워크숍 기획
디자인적 사고를 위한 청소년 커리어위크 워크숍 기획디자인적 사고를 위한 청소년 커리어위크 워크숍 기획
디자인적 사고를 위한 청소년 커리어위크 워크숍 기획
 
Paraules compostes inventades-A
Paraules compostes inventades-AParaules compostes inventades-A
Paraules compostes inventades-A
 
Azure Networking: Innovative Features and Multi-VNet Topologies
Azure Networking: Innovative Features and Multi-VNet TopologiesAzure Networking: Innovative Features and Multi-VNet Topologies
Azure Networking: Innovative Features and Multi-VNet Topologies
 
Gouvernance et sécurisation de vos ressources cloud avec Azure Active Directo...
Gouvernance et sécurisation de vos ressources cloud avec Azure Active Directo...Gouvernance et sécurisation de vos ressources cloud avec Azure Active Directo...
Gouvernance et sécurisation de vos ressources cloud avec Azure Active Directo...
 

Similar a Memilih atau Menolak Kewarganegaraan

Tata cara memperoleh
Tata cara memperolehTata cara memperoleh
Tata cara memperolehFathur Marah
 
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesiaCara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesiaBung Fhadhil
 
Undang undang no-62_tahun_1958
Undang undang no-62_tahun_1958Undang undang no-62_tahun_1958
Undang undang no-62_tahun_1958Fathur Marah
 
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraanUndang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraanFathur Marah
 
Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariHukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariferdhynasution8
 
UU No 12 th 2006 tentang Kewarganegaraan
UU No 12 th 2006 tentang KewarganegaraanUU No 12 th 2006 tentang Kewarganegaraan
UU No 12 th 2006 tentang KewarganegaraanAskar Metta
 
uu_12_2006-kewarganegaraan_republik_indonesia.pdf
uu_12_2006-kewarganegaraan_republik_indonesia.pdfuu_12_2006-kewarganegaraan_republik_indonesia.pdf
uu_12_2006-kewarganegaraan_republik_indonesia.pdfjufryramelli
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaIzzatul Ulya
 
TEKNIK PEMBUATAN AKTA FAKULTAS HUKUM.pptx
TEKNIK PEMBUATAN AKTA FAKULTAS HUKUM.pptxTEKNIK PEMBUATAN AKTA FAKULTAS HUKUM.pptx
TEKNIK PEMBUATAN AKTA FAKULTAS HUKUM.pptxmarianomic312
 
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptxHukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptxAgusRozakSamsudin
 
Kwn bab ii
Kwn bab iiKwn bab ii
Kwn bab ii07051994
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Idik Saeful Bahri
 
PPKN (Hak & Kewajiban)
PPKN (Hak & Kewajiban)PPKN (Hak & Kewajiban)
PPKN (Hak & Kewajiban)Eko Budi
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Idik Saeful Bahri
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraannatasyamaryana
 
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIASUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIAAldy Arfan Nugraha
 

Similar a Memilih atau Menolak Kewarganegaraan (20)

Tata cara memperoleh
Tata cara memperolehTata cara memperoleh
Tata cara memperoleh
 
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesiaCara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
Cara memperoleh kewarganegaraan di indonesia
 
Undang undang no-62_tahun_1958
Undang undang no-62_tahun_1958Undang undang no-62_tahun_1958
Undang undang no-62_tahun_1958
 
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraanUndang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
Undang undang no 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan
 
Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentariHukum acara mahkamah konstitusi presentari
Hukum acara mahkamah konstitusi presentari
 
Uu 19 1956
Uu 19 1956Uu 19 1956
Uu 19 1956
 
Uu 07 1953
Uu 07 1953Uu 07 1953
Uu 07 1953
 
UU No 12 th 2006 tentang Kewarganegaraan
UU No 12 th 2006 tentang KewarganegaraanUU No 12 th 2006 tentang Kewarganegaraan
UU No 12 th 2006 tentang Kewarganegaraan
 
uu_12_2006-kewarganegaraan_republik_indonesia.pdf
uu_12_2006-kewarganegaraan_republik_indonesia.pdfuu_12_2006-kewarganegaraan_republik_indonesia.pdf
uu_12_2006-kewarganegaraan_republik_indonesia.pdf
 
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara PidanaSurat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
Surat Dakwaan dalam Hukum Acara Pidana
 
TEKNIK PEMBUATAN AKTA FAKULTAS HUKUM.pptx
TEKNIK PEMBUATAN AKTA FAKULTAS HUKUM.pptxTEKNIK PEMBUATAN AKTA FAKULTAS HUKUM.pptx
TEKNIK PEMBUATAN AKTA FAKULTAS HUKUM.pptx
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptxHukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
Hukum_Acara_Perdata_update_15_Nov_pptx (1).pptx
 
Kwn bab ii
Kwn bab iiKwn bab ii
Kwn bab ii
 
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
Hukum Acara Mahkamah Konstitusi (Idik Saeful Bahri)
 
PPKN (Hak & Kewajiban)
PPKN (Hak & Kewajiban)PPKN (Hak & Kewajiban)
PPKN (Hak & Kewajiban)
 
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
Hukum perdata internasional - Instrumen hukum nasional mengenai hukum perdata...
 
Peraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracaraPeraturan mk tata cara beracara
Peraturan mk tata cara beracara
 
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIASUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
SUSUNAN BADAN KEKUASAAN PERADILAN PERDATA DI INDONESIA
 
1
11
1
 

Memilih atau Menolak Kewarganegaraan

  • 1. 1 Perpu : No.1 Tahun 1950 MENJALANKAN HAK MEMILIH DAN HAK MENOLAK KEBANGSAAN INDONESIA BAGI ORANG YANG MENJELANG WAKTU PENYERAHAN WAKTU KEDAULATAN KAULANEGARA KERAJAAN BELANDA Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1950 (1/1950) Tanggal: 31 JANUARI 1950 (JAKARTA) Tentang: MENJALANKAN HAK MEMILIH DAN HAK MENOLAK KEBANGSAAN INDONESIA BAGI ORANG YANG MENJELANG WAKTU PENYERAHAN KEDAULATAN KAULANEGARA KERAJAAN BELANDA Presiden Republik Indonesia Serikat, Menimbang: bahwa perlu diadakan ketentuan-ketentuan penjalankan lebih lanjut untuk melaksanakan Persetujuan perihal Pembagian Warganegara, yang dilampirkan pada Persetujuan Perpindahan, yang tercapai pada Konperensi Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 2 Nopember 1949; Mengingat: pasal 141 ayat 1 Konstitusi; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG MENJALANKAN HAK MEMILIH DAN HAK MENOLAK KEBANGSAAN INDONESIA BAGI ORANG YANG MENJELANG WAKTU PENYERAHAN KEDAULATAN KAULANEGARA KERAJAAN BELANDA. Pasal 1. Keterangan tentang memilih atau menolak kebangsaan Indonesia dapat dinyatakan, dengan bebas dari pada meterai dan biaya, oleh orang yang bersangkutan sendiri atau, jika ia belum dewasa, oleh wakilnya yang sah dengan lisan di hadapan ataupun dengan surat kepada : 1. Hakim perdata harian biasa orang yang bersangkutan, yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal orang itu, jika ia bertempat tinggal di pulau Jawa atau di pulau Madura;
  • 2. 2 2. Hakim perdata tersebut di atas, atau Bupati ataupun pejabat Pamong Praja lain sederajat Bupati, yang daerahnya meliputi tempat tinggal orang yang bersangkutan, jika ia bertempat tinggal di Indonesia, di luar pulau Jawa dan pulau Madura; 3. Komisaris Agung Republik Indonesia Serikat pada pemerintah Kerajaan Belanda, jika orang yang bersangkutan bertempat tinggal di dalam daerah kerajaan Belanda; 4. Wakil diplomatik atau konsol Republik Indonesia Serikat atau pejabat lain yang disertai mengurus kepentingan Indonesia pada sesuatu negara asing, yang daerahnya meliputi tempat tinggal orang yang bersangkutan, jika ia bertempat tinggal di luar daerah peserta Uni; 5. Pengadilan Negeri (sekarang "Landgerecht") di Jakarta, jika orang yang bersangkutan bertempat tinggal di luar daerah peserta Uni dan tiada ada salah seorang pejabat tersebut pada angka 4 yang daerahnya meliputi tempat tinggalnya. Pasal 2. Keterangan yang dinyatakan, baik dengan lisan maupun dengan surat, harus disertai pemberian-pemberian yang dapat cukup memberi penunjukan sepintas lalu (summier) kepada pejabat, bahwa orang yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat untuk memilih atau menolak kebangsaan Indonesia, dan jika keterangan dinyatakan oleh orang lain, maka harus dibuktikan bahwa orang ini adalah wakil yang sah dari orang yang bersangkutan. Pasal 3. Pasal 1. Dari keterangan yang dinyatakan dengan lisan yang pemberian-pemberian atau buktinya termaksud dalam pasal 2 mencukupi, pejabat tersebut dalam pasal 1 membuat surat catatan dalam empat rangkap yang ditanda-tanganinya, menurut model A yang terlampir pada Peraturan Pemerintah ini. 2. Keterangan tentang memilih atau menolak kebangsaan Indonesia yang dinyatakan dengan surat, harus dikirimkan dalam empat rangkap dan harus menyebutkan hal-hal tentang diri orang yang bersangkutan yang menunjukkan ia berhak memilih atau menolak kebangsaan Indonesia, sebagaimana tertera dalam model A tersebut di atas. Tanda-tangan atau cap (empu) jari yang dibubuh di bawah surat penyatakan keterangan, harus dinyatakan sahnya menurut aturan-aturan yang berlaku untuk orang yang menyatakan keterangan. 3. Jika hal-hal yang disebutkan dalam surat penyatakan keterangan menurut pendapat pejabat yang menerimanya cukup ditunjukkan sepintas lalu dengan pemberian-pemberian yang disertakan pada surat penyatakan keterangan, maka di bawah masing-masing lembar olehnya dibubuh keterangan yang ditanda-tanganinya sebagai berikut : Diterima di ............ (nama tempat kantor pejabat) pada tanggal .......... (hari bulan dan tahun) ........................ (pejabatan) ........................ (tanda-tangan pejabat) ........................ (nama pejabat). 4. Selembar surat catatan penyatakan keterangan atau selembar surat penyatakan keterangan yang sudah dibubuh keterangan penerimaan oleh pejabat diberikan atau dikirimkan kepada orang yang menyatakan keterangan, dan berlaku sebagai bukti tentang penyatakan keterangan.
  • 3. 3 Dua lembar dikirimkan kepada Menteri Kehakiman Republik Indonesia Serikat, dan selembar lagi disimpan oleh pejabat dengan dijahit dalam suatu berkas bersama dengan surat-surat (catatan) penyatakan keterangan yang lain, dengan diberi nomor urut menurut hari pembuatan atau penerimaan. Berkas itu jika sudah cukup tebal setidak-tidaknya pada akhir tahun dijilid dengan diberi samak yang kuat. Pasal 4. Jika pejabat menganggap pemberian-pemberian yang disertakan pada keterangan tidak cukup memberi penunjukan sepintas lalu akan hak orang yang bersangkutan atau bukti akan hak orang yang menyatakan untuk orang lain, maka semua surat olehnya dikembalikan kepada yang menyatakan keterangan, dengan membubuh keterangan di bawah surat penyatakan keterangan itu, sebagai berikut : Dikembalikan karena ............ (alasan pengembalian) di ............................. (nama tempat kantor pejabat) pada tanggal ................... (hari bulan dan tahun) ................................ (pejabatan) ................................ (tanda-tangan pejabat) ................................ (nama pejabat). Pasal 5. Menteri Kehakiman di dalam kementeriannya dan masing-masing pejabat tersebut dalam pasal 1 dalam kantornya, memelihara sebuah daftar untuk pencatatan keterangan memilih, dan sebuah daftar lagi untuk pencatatan keterangan menolak kebangsaan Indonesia, masing- masing disusun seperti model B yang terlampir pada Peraturan Pemerintah ini, hanya dengan perbedaan nama. Semua keterangan yang diterima, baik yang dinyatakan dengan lisan maupun yang dikirimkan dengan surat, segera setelah surat catatannya dibuat atau keterangan penerimaan termaksud dalam pasal 3 ayat 3 dibubuh, oleh pejabat dicatat dalam daftar. Pasal 6. 1. Dari dua lembar surat (catatan) penyatakan keterangan yang diterima, Menteri Kehakiman memisahkan selembar untuk, bersama dengan semua surat (catatan) penyatakan keterangan yang diterima dalam masa satu bulan kalender disampaikan kepada Pemerintah Kerajaan Belanda dengan melalui Komisaris Agung Kerajaan Belanda pada Pemerintah Republik Indonesia Serikat, pada permulaan bulan yang berikut. Selembar lagi disimpan sebagaimana tertera dalam pasal 3 ayat 4 kalimat kedua dan ketiga. 2. Menteri Kehakiman mengusahakan pemuatan semua keterangan, yang diterima dalam masa satu bulan kalender, dalam Berita Negara Republik Indonesia Serikat, pada bulan yang berikut. Pasal 7. Jika Menteri Kehakiman dapat mengetahui, bahwa seorang yang keterangannya tentang memilih atau menolak kebangsaan Indonesia telah diterima, sesungguhnya tidak memenuhi syarat, maka segera ia mengembalikan surat (catatan) penyatakan keterangan yang masih ada dalam kementeriannya kepada orang yang menyatakan keterangan, dengan melalui pejabat yang menerimanya agar supaya daftar dan berkasnya dibetulkan.
  • 4. 4 Hal ini oleh Menteri Kehakiman diberitahukan kepada Komisaris Agung Kerajaan Belanda pada Pemerintah Republik Indonesia Serikat, jika perlu, dan disiarkan juga di dalam Berita Negara. Pasal 8. Pemilihan atau penolakan kebangsaan Indonesia mulai berlaku pada hari surat catatan penyatakan keterangan dibuat atau pada hari surat penyatakan keterangan *11368 diterima oleh pejabat yang berwajib. Jikalau dengan suatu keputusan hakim diputus, bahwa orang yang bersangkutan dan/atau orang yang menyatakan keterangan, yang tidak diterima oleh pejabat sesungguhnya memenuhi syarat-syarat, maka pemilihan atau penolakan kebangsaan Indonesia oleh orang itu berlaku juga mulai pada hari surat catatan tentang keterangan yang tidak diterima, seharusnya dibuat atau pada hari surat penyatakan keterangannya diterima oleh pejabat itu. Guna itu orang yang bersangkutan dapat mengirimkan tiga lembar salinan yang sah dari keputusan hakim itu kepada yang berwajib. Pejabat tersebut dan Menteri Kehakiman berbuat dengan salinan keputusan hakim yang sah ini seperti dengan surat penyatakan keterangan, yang dibubuh keterangan penerimaan. Pasal 9. Peraturan Pemerintah ini dapat disebut : "Peraturan Pemerintah pelaksanaan pembagian warganegara". Pasal 10. Peraturan Pemerintah ini segera berlaku dan berlaku surut sampai pada waktu pemulihan kedaulatan. Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Pemerintah ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Serikat. Ditetapkan di Jakarta, pada 31 Januari 1950. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT, UNTUK BELIAU PERDANA MENTERI, MOHAMMAD HATTA MENTERI KEHAKIMAN (SOEPOMO) Diumumkan Di Jakarta, pada tanggal 31 Januari 1950 MENTERI KEHAKIMAN (SOEPOMO). PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 1950 TENTANG MENJALANKAN HAK MEMILIH DAN HAK MENOLAK KEBANGSAAN INDONESIA BAGI ORANG YANG MENJELANG WAKTU PENYERAHAN KEDAULATAN KAULANEGARA KERAJAAN BELANDA.
  • 5. 5 UMUM. Persetujuan perihal Pembagian Warganegara bermaksud membagi antara Republik *11369 Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda orang-orang, yang menjelang waktu penyerahan kedaulatan menurut "Wet van 12 Desember 1892 op not Nederlandschap en het ingezetenschap" dan " Wet van 10 Pebruari 1910; houdende regeling van het Nederlandsch onderdaanschap van niet Nederlanders", termasuk Kaulanegara Belanda. Akan tetapi pertalian dengan salah satu Negara ini tidak dipaksakan kepada orang-orang yang dianggap sudah dapat menentukan kebangsaannya sendiri - yaitu orang yang sudah dewasa atau yang tidak mempunyai orang tua (lagi) yang menjelang waktu penyerahan kedaulatan Kaulanegara Belanda dan yang dianggap mempunyai cukup alasan untuk lebih suka menerima pertalian dengan negara yang lain. Keinginan akan memilih atau menolak pertalian (kebangsaan) ini harus dinyatakan dalam keterangan kepada suatu instansi Pemerintah yang bersangkutan. Sudah menjadi pengetahuan di dalam hukum tatanegara, bahwa kebangsaan seseorang adalah suatu status, yang pada umumnya tidak dapat dan tidak perlu dibuktikan dengan pasti, dan yang hanya dipersoalkan bila ada sesuatu hal atau perkara sekitar kebangsaan seseorang itu. Instansi (administrasi) Pemerintah yang menerima suatu penyatakan keterangan tentang memilih atau menolak kebangsaan, tidak dapat dan memang juga tidak berkuasa memutuskan selaku konstitutief maupun deklaratoir tentang kebangsaan orang yang menyatakan keterangan itu. Sebaliknya untuk menyatakan keterangan, orang harus Kaulanegara Belanda menjelang waktu penyerahan kedaulatan dan pada waktu menyatakan itu, serta harus memenuhi beberapa syarat lagi. Jadi instansi Pemerintah itu tidak boleh bersikap sama sekali pasif dan menerima semua keterangan yang dinyatakan oleh segala orang. Maka untuk menerima sesuatu keterangan perlulah instansi tersebut dengan pemeriksaan secara sepintas lalu (summier)dapat percaya, bahwa orang yang bersangkutan berhak untuk memilih atau menolak kebangsaan. Pun penerimaan penyatakan keterangan oleh Menteri Kehakiman tidak lebih artinya dari pada penerimaan oleh instansi itu. Maka seorang yang tidak diterima keterangannya, dapat minta keputusan-hakim (pengadilan). Pasal demi pasal. Pasal 1. Sebaiknya keterangan dinyatakan dihadapan atau disampaikan kepada hakim (dalam hal ini sebagai pejabat administrasi), karena hakim adalah seorang pejabat yang biasa menjalankan pekerjaan yang berhubungan dengan soal-soal hukum dan pembuktian. Akan tetapi, di daerah-daerah yang berhubungan dengan luasnya sukar bagi penduduknya untuk menghadap kepada hakim guna menyatakan keterangan, maka keterangan itu dapat dinyatakan (juga) kepada pejabat lain. Pasal 2.
  • 6. 6 Telah diterangkan di atas apakah arti penerimaan keterangan. Maka cukuplah jika pejabat dengan sepintas lalu (summier) dapat percaya akan keterangan yang dinyatakan. Hanya terhadap orang yang menyatakan keterangan untuk orang lain, hak untuk itu harus dibuktikan. Pasal 3. Surat catatan (procesverbaal) tentang keterangan yang dinyatakan dengan lisan dan surat penyatakan keterangan dibuat dalam empat rangkap supaya semua instansi *11370 yang bersangkutan mendapat aslinya, yang memuat tanda-tangan/cap jari orang yang menyatakan keterangan. Tanggal pembuatan surat catatan dan tanggal penerimaan surat penyatakan keterangan penting karena mulai tanggal itu berlakulah pemilihan atau penolakan kebangsaan. Maka orang yang menyatakan keterangan diberi selembar surat catatan atau dapat kembali selembar surat penyatakan keterangan untuk bukti tentang penyatakan keterangan. Pasal 4. Pengembalian dengan tanggal perlu, berhubung dengan kemungkinan pengajuan di muka pengadilan tertera dalam pasal 8 kalimat kedua. Pengajuan sesuatu hal untuk mendapatkan keputusan-atau penetapan-hakim adalah termasuk hak-hak dasar manusia. Pasal 5 dan 7 Umumnya dalam hal menerima keterangan Menteri Kehakiman bersikap pasif. Jika ia mendapat penunjukan-penunjukan yang cukup kuat bahwa penerimaan itu tidak benar, maka barulah ia bertindak aktif. Juga tindakan Menteri Kehakiman ini tidak mempunyai kekuatan konstitutef. Pasal 6, 8, 9 dan 10. Sudah terang -------------------------------- CATATAN Di dalam dokumen ini terdapat lampiran dalam format gambar. Lampiran-lampiran ini terdiri dari beberapa halaman yang ditampilkan sebagai satu berkas.Apabila anda ingin mendapatkan gambar berikutnya klik dua kali pada gambar di bawah ini. . TABULAR OR GRAPHIC MATERIAL SET AT THIS POINT IS NOT DISPLAYED. Kutipan: LEMBARAN NEGARA DAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAHUN 1950 YANG TELAH DICETAK ULANG