Dokumen tersebut membahas pandangan hukum Islam terhadap transgender dan operasi kelamin. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa Islam melarang pergantian jenis kelamin bagi mereka yang lahir dengan organ kelamin yang normal, namun memperbolehkan operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin bagi mereka yang lahir dengan kelainan.
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan dewasa ini banyak masalahmasalah islam kontemporer yang disebabkan
beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sosial
yang mana faktor ini biasanya diperbincangkan
dan menjadi berita terhangat dalam kehidupan
bermasyarakat. Ada sebagain individu yang
merasakan
adanya
ketidaksamaan
dalam
pemberian sikap masyarakat terhadap dirinya
sendiri. Inilah yang terjadi pada transgender dan
operasi kelamin. Mereka yang memiliki dan
melakukan hal itu merasa tersudutkan karena
masyarakat menganggap tindakan-tindakan yang
3. BAB I
PENDAHULUAN
Transgender adalah orang yang cara berperilaku
atau penampilannya tidak sesuai dengan peran
gender pada umumnya. Transgender adalah orang
yang dalam berbagai level “melanggar” norma
kultural mengenai bagaimana seharusnya pria dan
wanita itu. Seorang wanita, misalnya, secara
kultural dituntut untuk lemah lembut. Kalau pria
yang
berkarakter
demikian,
itu
namanya
transgender.
Transgender
ada
pula
yang
mengenakan pakaian lawan jenisnya, baik sesekali
maupun rutin. Perilaku transgenderlah, yang
mungkin membuat beberapa orang mengganti jenis
kelaminnya, seperti pria berganti jenis kelamin
4. BAB I
PENDAHULUAN
Banyak hal-hal
tersembunyi dari kedua hal
tersebut yang belum dipaparkan secara jelas
mengapa dan bagaimana mereka melakukan hal
yang melanggar tersebut. Dari sinilah akar
permasalahan mulai timbul dan bagaimana solusi
yang tepat untuk bisa menjadikan semua
kehidupan masyarakat berjalan seperti biasa tanpa
adanya diskriminasi kepada mereka.
5. BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Islam memandang transgender dan
operasi kelamin?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian transgender dan operasi
kelamin
Mengetahui hukum-hukum transgender dan
operasi kelamin
Mengetahui hal-hal yang diperbolehkan dalam
operasi kelamin
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transgender dan operasi kelamin
Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis kelamin
atau yang lazim disebut juga sebagai gejala
transseksualisme ataupun transgender merupakan
suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa
tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin
dengan kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan
dengan alat kelamin yang dimilikinya. Ekspresinya bisa
dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah
laku, bahkan sampai kepada operasi penggantian
kelamin (Sex Reassignment Surgery). Dalam DSM
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) –
III, penyimpangan ini disebut sebagai juga gender
dysporia syndrome. Penyimpangan ini terbagi lagi
menjadi beberapa subtipe meliputi transseksual, aseksual, homoseksual, dan heteroseksual.
7. BAB II
PEMBAHASAN
Tanda-tanda transseksual yang bisa dilacak melalui
DSM, antara lain: perasaan tidak nyaman dan tidak
puas dengan salah satu anatomi seksnya;
berharap dapat berganti kelamin dan hidup dengan
jenis kelamin lain; mengalami guncangan yang
terus menerus untuk sekurangnya selama dua
tahun dan bukan hanya ketika dating stress;
adanya penampilan fisik interseks atau genetik
yang tidak normal; dan dapat ditemukannya
kelainan mental semisal schizophrenia yaitu
menurut J.P. Chaplin dalam Dictionary of
Psychology (1981) semacam reaksi psikotis
dicirikan di antaranya dengan gejala pengurungan
diri, gangguan pada kehidupan emosional dan
afektif serta tingkah laku negativisme.
8. BAB II
PEMBAHASAN
Transeksual dapat diakibatkan faktor bawaan (hormon
dan gen) dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan di
antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil
dengan membiarkan anak laki-laki berkembang dalam
tingkah laku perempuan, pada masa pubertas dengan
homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma
pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri. Perlu
dibedakan penyebab transseksual kejiwaan dan
bawaan.
Pada
kasus
transseksual
karena
keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan),
menyeimbangkan kondisi hormonal guna mendekatkan
kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan.
Mereka yang sebenarnya normal karena tidak memiliki
kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki
kecenderungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk
memperturutkan dorongan kejiwaan dan nafsu adalah
sesuatu yang menyimpang dan tidak dibenarkan
menurut syariat Islam
9. BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan operasi kelamin adalah pergantian
jenis kelamin, bias berupa perbaikan atau
penyempurnaan kelamin terhadap orang yang
cacat kelami, pembuangan salah satu kelamin
(kelamin ganda) atau operasi pergantian jenis
kelamin yang dilakukan terhadap orang yang
memiliki kelamin normal.
10. BAB II
PEMBAHASAN
B. Pendapat-pendapat yang mengharamkan
operasi
pergantian kelamin
Melakukan operasi pergantian kelamin yang
dilakukan oleh orang yang normal dan sempurna
organ kelaminnya yaitu penis (dzakar) bagi laki-laki
dan vagina (farj) bagi perempuan yang dilengkapi
dengan rahim dan ovarium tidak dibolehkan dan
diharamkan.
11. BAB II
PEMBAHASAN
Berikut dalil yang mengaharamkan operasi pergantian
kelamin Q.S. Al-Hujurat: 13,
“Yaa ai-yuhaannaasu innaa khalaqnaakum min
dzakarin
wa-untsa
waja'alnaakum
syu'uuban
waqabaa-ila lita'aarafuu inna akramakum 'indallahi
atqaakum innallaha 'aliimun khabiirun’”
yang artinya “hai manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakn kamu dari seorang pria dan wanita dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya oaring
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah orang
yang paling bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui dan lagi Maha Mengenal”
12. BAB II
PEMBAHASAN
Dari ayat diatas mengartikan bahwa manusia itu
hadapan Tuhan dan hukum sama kedudukannaya.
Dan yang menyebabkan tinggi atau rendah
kedudukan manusia itu bukan karena perbedaan
jenis kelamin, ras, bahasa, kekayaan, kedudukan,
dan sebagainya, melainkan karena ketaqwaannya
kepada Allah SWT.
13. BAB II
PEMBAHASAN
Q.S. An-Nisa: 119
Walaudhillannahum
walaumanniyannahum
walaaamurannahum falayubattikunna aatsaana alan'aami
walaaamurannahum
falayughayyirunna
khalqa allaahi waman yattakhidzi alsysyaythaana
waliyyan min duuni allaahi faqad khasira khusraanan
mubiinaan
yang artinya “Dan Saya (setan) benar-benar akan
menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan anganangan kosong pada mereka (memotong telinga-telinga
hewan ternak),lalu mereka benar-benar memotongnya, dan
akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), maka
mereka sungguh mengubahnya. Barang siapa ayng
menjadikan setan menjadi pelindung selain dari Allah, maka
sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata”.
14. BAB II
PEMBAHASAN
Dari ayat diat as dapat disimpulkan bahwa
“mengubah ciptaaan Allah” itu sangat diharamkan,
contohnya mengebiri manusia, homoseksual,
lesbian, menyambung rambut dengan sopak,
pangur, membuat tato, mencukur bulu muka (alis)
dan takhannuts artinya prira berpakaian dan
beritngkah laku seperti wanita atau sebaliknya
(menurut Kitab tafsir Al-Thabari, Al-Shawi dan AlKhazin)
15. BAB II
PEMBAHASAN
Hadist Nabi riwayat Bukhari dan enam ahli hadis
lainya dari Ibnu Mas’ud.
yang artinya: Allah mengutuk para wanita tukang
tato, yang meminta ditato, yang menghilangkan
bulu muka, yang meminta dihilangkan bulu
mukanya, dan para wanta yang memotong
(pengur) giginya, yang semua itu dilakukan untuk
kecantikan dengan mengubah ciptaan Allah
16. BAB II
PEMBAHASAN
Makna dari hadis itu bahwa seorang pria atau wanita
yang normal jenis kelaminnya dilarang oleh Islam
mengubah jenis kelaminnya, karena mengubah ciptaan
Allah tanpa alasan yang hak yang dibenarkan oleh
Islam.
Demikian pula dengan pria atau wanita yang lahir
normal jenis kelaminnya, tetapi karena pengaruh
lingkungan menjadikan lahiriyah “banci” berpakaian dan
bertingkah laku berlawanan dengan jenis kelamin yang
sebenarnya, maka tetap saja diharamkan oleh agama
mengubah jenis kelaminnya, sebab pada hakikatnya
jenis atau organ kelaminnya normal, tetapi psikisnya
tidak normal, karena itu, upaya kesehatan mentalnya
ditempuh melalui pendekatan keagamaan dan kejiwaan
(religious and psychology therapy)
17. BAB II
PEMBAHASAN
Menurut MUI dalam musyawarah Nasional II tahun
1980 memutuskan fatwa mengharamkan operasi
perubahan atau penyempurnaan kelamin. Menurut
fatwa MUI ini sekalipun diubah jenis kelaminnya
hukumnya sama dengan jenis kelamin sebelumnya
18. BAB II
PEMBAHASAN
Para ulama Fiqh juga mendasarkan ketetapan hukum
tersebut pada dalil Q.S. Al-Hujurat 13 yang menurut
tafsir Ath-Thabari mengajarkan prinsip equality
(keadilan) bagi segenap manusia dihadapan Allah dan
hukum yang masing-masing telah ditentukan jenis
kelamin dan ketentuan Allah tidak boleh diubah dan
harus dijalani sesuai kodratnya. Yang kedua juga sama
QS. An-Nisa’ 119 yang berisi tidak boleh mengubah
ciptaan Allah yang sudah ditetapkan, yang ke-3 hadis
Nabi yang berisi pengutukan kepada para tukang tato,
yang mnta ditato yang mencukur alis, memotong
giginya dengan tujuan mempercantik diri dengan
mengubah ciptaan Allah, yang keempat hadist Nabi
(HR Ahmad) menyatakan Allah mengutuk laki-laki yang
19. BAB II
PEMBAHASAN
Operasi yang boleh dilakukan atau hukum melakukan operasi
kelamin tergantung kepada keadaan kelamin luar dan dalam:
1.
Apabila seseorang punya organ kelamin dua atau ganda:
penis dan vagina, maka untuk memperjelas identitas
kelaminnya, ia boleh melakukan operasi mematikan salah satu
organ kelaminnya dan menghidupkan organ kelamin yang lain
yang sesuai dengan organ kelamin bagian dalam.
Contohnya: seseorang mempunyai dua kelamin penis dan
vagina, dan disamping itu ia juga mempunyai rahim dan ovarium
yang merupakan ciri khas dan utama jenis kelamin wanita, maka
ia boleh dan disarankan untuk mengangkat penisnya demi
mempertegas identitas jenis kelamin wanitanya, dan ia tidak
boleh mematikan vaginanya dan membiarkan penisnya karena
berlawanan dengan organ bagian dalam kelaminnya yakni rahim
20. BAB II
PEMBAHASAN
Apabila seseorang punya organ kelamin satu yang
kurang sempurna bentuknya, misalnya ia memiliki
vagina yang tidak berlubang dan ia mempunyai
rahim dan ovarium, maka ia boleh bahkan
dianjurkan oleh agama untuk operasi memberi
lubangpada vaginanya, begitu juga sebaliknya
21. BAB II
PEMBAHASAN
Operasi kelamin yang bersifat tashih dan takmil
(perbaikan atau penyempurnaan) dan bukan pergantian
jenis kelamin, menurut para ulamadibolehkan menuurut
syariat. Bahkan dianjurkan sehingga menjadi kelamin
yang normal karena kelainan yang seperti ini
merupakan suatu penyakit yang harus diobati. Para
ulama seperti Hasanain Muhammad Makhluf (tokoh
ulama Mesir) dalam bukunya Shafwatul Bayan
(1987:131) memberiakn argumentasi bahwa seseorang
yang lahir dengan alat kelamin tidak normal
menyebabkan kelamin psikis dan social, sehingga
dapat tersisih dan mengasingkan diri dari kehidupan
masyarakat normal serta kadang mencari jalanya
sendiri, seperti menjadi waria, melacurkan diri,
22. BAB II
PEMBAHASAN
Padahal semua itu dikutuk oleh Islam berdasarkan
hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Al-Bukhari
“Allah
dan
Rasulnya
mengutuk
kaum
homoseksualisme”, maka untuk menghindarinya,
operasi atau penyempurnaan kelamin boleh
dilakukan berdasarkan prinsip “Mushalih Mursalah”
karena kaidah Fiqih menyatakan “bahaya harus
dihilangkan” yang dianjurkan syariat Islam. Hal ini
sejalan dengan hadis Nabi SAW. “bertobatlah
wahai hamba-hamba Allah! Karena sesungguhnya
Allah
tidak mengadakan penyakit
kecuali
mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit,
yaitu penyakit ketuaan” (H.R. Ahmad)
23. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari
pembahasan ini adalah:
Pergantian atau operasi pergantian yang dilakukan
terhadap orang yang normal organ kelaminnya
maka hukumnya adalah HARAM atau sangat tidak
dibolehkan oleh syariat Islam, karena mengubah
ciptaan Allah tanpa alasan yang hak. Karena telah
dijelaskan didalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat
13, An-Nisa ayat 119, dan juga hadits-hadits Nabi
Muhammad SAW
24. BAB III
PENUTUP
Dan yang diperbolehkan dalam syariat Islam
adalah operasi perbaikan atau penyempurnaan
organ kelamin terhadap orang yang cacat kelamin
demi terciptanya kemaslahatan, dan juga untuk
menghilangkan bahaya yang ditimbulkan. Serta
perbaikan atau penyempurnaan terhadap orang
memiliki organ kelamin ganda, maka diwajibkan
untuk mematikan salah satu organ kelamin sesuai
organ kelamin didalamnya, karena bermanfaat
untuk memperjelas status dan menghilangkan
kelainan psikis dan social agar tidak terjerumus
kedalam hal yang menyesatkan dan dosa