SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 7
1
PENGARUH TEMPERATUR UDARA PENGERING TERHADAP
KADAR VITAMIN C DAN B1 PADA PRODUK PENGERING
SEMPROT
Jefrie Ronald (1106139424)
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424
Pembimbing: Dr. Ir. Engkos A. Kosasih, MT
Abstrak
Pada proses pengeringan semprot apabila temperatur pengeringan terlalu tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada bahan sensitif terhadap panas, terutama pada vitamin C dan B1. Meskipun demikian, jika
temperatur terlalu rendah dapat menyebabkan laju pengeringan produksangat lambat. Variasi dari debit bahan dan
udara masuk serta temperatur udara pengering diharapkan mampu mengeringkan bahan secara efisien di mana
kerusakan produk paling rendah dengan konsumsi daya paling efisien pada pengering semprot. Debit bahan
menentukan banyak produk yang akan dikeringkan namun jika terlalu besar maka pengeringan tidak tercapai,
sedangkan debit udara menentukan kapasitas pengeringan dimana banyaknya udara panas yang digunakan untuk
mengeringkan produk. Untuk temperatur pengeringan sangat penting pada laju pengeringan namun dapat
menyebabkan kerusakan bahan. Analisa perhitungan yang didapat pengeringan yang efisien dengan tingkat
kerusakan produkvitamin C dan B1 paling rendah adalah….
.
Kata kunci: pengering semprot; kerusakan produk; laju pengeringan
Abstrak
In the spray drying process when the drying temperature is too high can cause damage to heat-sensitive
materials, especially in vitamins C and B1. However, if the temperature is too low can lead to a very slow rate of
drying products. Variations of material and air flow rate and air temperature dryers are expected to drying
materials efficiently in which damage to the product with the lowest energy consumption of the most efficient in
the spray dryer. Materials flow rate determines the product to be dried a lot but if it is too high then it is not
achieved by drying process, while the air flow rate drying determines drying capacity which the amount of hot air
used to dry the product. For drying temperature on the drying rate is very important but can cause material
damage. Analysis of the calculations obtained efficient drying with the lowest product damage level of vitamin C
and B1 is
Keyword : spray dryer; product destruction;drying rate
1. PENDAHULUAN
Pengering semprot merupakan operasi unit
untuk mengubah material menjadi serbuk untuk
tujuan pengawetan, memudahkan penyimpanan,
transportasi, penanganan, dan pertimbangan
ekonomi lainnya (Bhandari & Adhikari). Pengering
semprot juga dapat didefinisikan sebagai
transformasi bahan berbentuk cair menjadi
partikulat kering yang mana bahan diatomisasikan
terhadap media pengering yang panas yang
menyebabkan terjadi penguapan (Gustavo,
Barbosa). Pengering semprot ini umumnya
digunakan pengeringan makanan, produk farmasi,
dan bahan lainnya yang sensitif terhadap panas
(Alysson Leandro Ribeiro Rattes, Zhongxiang Fang
dan Bhesh Bhandari ). Hal ini sangat penting
dikarenakan vitamin C dapat rusak selama
pengeringan dikarenakan panas (Bhesh R. Bhandari
and Benu P. Adhikari).
Proses pengeringan dimulai dengan
memompakan cairan bahan ke atomizer, yang mana
2
memecah bahan menjadi semprotan droplet-droplet
halus dan mengeluarkannya ke ruang pengering.
Semprotan akan kontak dengan media pengering
yang dipanaskan (biasanya udara), yang membuat
kandungan air pada bahan akan menguap dan
droplet akan diubah menjadi partikel kering yang
mana memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Pada
proses akhir, partikel kering dipisahkan dari udara
pengering dan dikumpulkan untuk mendapatkan
produk akhir.
Keuntungan dari pengering semprot adalah
(Gustavo, Barbosa- Food Powders):
1. Mampu untuk menjaga bentuk dan
ukuran serbuk relatif konstan melalui
pengering ketika kondisi pengeringan
dijaga konstan.
2. Merupakan operasi pengeringan yang
bersifat kontinyu dan mudah
diaplikasikan.
3. Dapat digunakan untuk larutan yang
sensitif terhadap panas, tahan panas,
dan korosif..
Sedangkan kerugian dari pengering semprot adalah
sebagaiberikut (Filkova, Huang dan Mujumdar,
1995) :
1. Tidak fleksibel, dimana sebuah unit
didesain untuk atomisasi yang halus
tidak dapat menghasilkan produk yang
kasar.
2. Unit pengumpulan produk lebih
banyak memakan biaya.
3. Fluida bahan harus dapat dipompa.
Untuk mengatasi kerusakan pada material yang
sensitif tehadap panas, yang perlu diperhatikan pada
proses pengeringan adalah temperatur udara masuk
yang dapat digunakan tanpa merusak produk.
Temperatur udara masuk sangat mempengaruhi laju
pengeringan. Jika temperature udara masuk rendah,
maka dapat menyebabkan laju penguapan rendah
dan penggumpalan produk serbuk dikarenakan
kondisi lembab (L. Medina-Torres).
Temperatur juga mempengaruhi“kelengketan
produk dengan produk atau produk dengan dinding
ruang pengering. Kelengketan ini dikarenakan
temperature bahan melebihi dari temperatur transisi
kaca (glass transition temperature). Temperatur
transisi kaca adalah properti dari komponen amorf
pada polimer seperti pada gula, asam organic, karet
dan lainnya. Jika temperatur produk dibawah
temperatur transisi kaca maka produk masih dalam
kondisi padat sedangkan jika produk di atas
temperatur transisi kaca maka produk mulai dalam
kondisi cair. Untuk itu digunakan maltodekstrin
dalam larutan untuk meningkatkan temperatur
transisi kaca pada bahan (Bhesh R. Bhandari and
Benu P. Adhikari (Mujumdar, Xiao Dong Chen).
Hal yang mempengaruhi waktu
pengeringan selain temperatur adalah diameter
droplet bahan (João Vicente). Diameter droplet
bahan berfungsi untuk menciptakan permukaan
yang luas antara udara kering dan droplet bahan
sehingga proses perpindahan panas dan laju
penguapan air dapat bekerja secara maksimum
(Vaibhav Patil). Selain itu juga, laju aliran udara
panas juga mempengaruhi pengeringan dan produk
yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan banyak nya
panas yang diberikan ke bahan sehingga bahan
lebih cepat kering (Tim A. G. Langrish).
2. METODE PENELITIAN
2.1 Alur Penelitian
Alur penelitian yang dijalankan adalah sebagai
berikut:
Gambar 2. Skema Alur Penelitian
2.2 Objek, Waktu dan Tempat Penelitian
Objek dari eksperimen ini adalah larutan
vitamin C dengan berat larutan bahan 1500 gr yang
terdiri dari 30 gr vitamin C atau 2% dari larutan
bahan ditambahkan maltodekstrin sebanyak 270
atau 18% dari berat larutan bahan, dan akuades
sebanyak 1200 gr atau 80% dari berat larutan.
Objek lain dari eksperimen berikutnya adalah
larutan vitamin B1 dengan berat larutan bahan 1500
Gambar 1. Skema Pengering Semprot
3
gr yang terdiri dari 15 gr vitamin C atau 1% dari
larutan bahan ditambahkan maltodekstrin sebanyak
285 atau 19% dari berat larutan bahan, dan akuades
sebanyak1200 gr atau 80% dari berat larutan.
Yang diamati dari objek tersebut adalah
temperatur minimum pengeringan yang dibutuhkan
untuk mengeringkan bahan dengan variasi
temperatur dehumidifier, temperatur heater, tekanan
nosel penyemprot, debit bahan dan udara yang
masuk ke ruang pengering. Data tersebut kemudian
diolah untuk mengetahui kinerja unit pengering
semprot terhadap produk vitamin C dan B1 yang
dihasilkan. Produk yang dihasilkan dari beberapa
variasi temperatur akan dilakukan analisa pengujian
kadar vitamin C dan B1 di laboratorium pengujian
analisis SIG (Saraswanti Indo Genetech) yang
berada di Bogor. Data yang didapat dari hasil
pengujian digunakan mengetahui kadar kerusakan
masing-masing vitamin terhadap temperatur
pengeringan. Eksperimen dilakukan selama periode
waktu Mei 2014 s.d Juni 2014 di Laboratorium
Perpindahan Panas, Departemen Teknik Mesin
Universitas Indonesia.
2.3 Pengambilan Data
Data ini diambil dengan variabel tetap
yang telah ditentukan, yaitu: tegangan listrik pompa
penekan sebesar 1.5 Volt. Selain itu, variabel
berubah juga diatur dimulai dari mengatur variasi
temperatur aliaran udara keluar dari dehumidifier
dari 10°C, 15°C, dan 20°C yang masing-masing
dijaga untuk setiap perubahan tekanan udara nosel
penyemprot produk pada 1 bar; laju aliran udara
masuk ke ruang pengering pada, 450 lpm, 300 lpm,
dan 150 lpm serta putaran pompa peristaltik bahan
yang diatur untuk mencapai temperatur minimum
pengeringannya.
Pompa produk dinyalakan yang telah
diatur putarannya. Kemudian, proses pengeringan
pada ruang pengering diamati selama 5 - 7 menit.
Apabila belum menunjukkan keringnya uap air,
masih menunjukkan tanda - tanda uap/basah atau
terjadi titik air pada ruang pengering yang
transparan, temperatur heater kembali diatur.
Tunggu dan amati kembali ruang pengering selama
5 - 7 menit untuk melihat adanya proses
pengeringan. Data temperatur heater saat ruang
pengering menunjukkan tanda – tanda kering pada
temperatur serendah mungkin dicatat.
2.4 Skema Pengering Semprot
Gambar 3. Skema Pengering Semprot DTM FTUI
4
Udara dari lingkungan dihisap oleh blower
menuju evaporator. Di evaporator udara
didehumidifikasi (dikurangi kelembaban
spesifiknya), selanjutnya dialirkan melalui orifice.
Beda tekanan terukur di orifice, kemudian
dikonversi dalam bentuk beda ketinggian oleh
manometer. Udara yang sudah diembunkan
dinaikkan temperaturnya oleh heater. Kemudian
masuk ke ruang pengering, diruang pengering
bahan yang telah diatomisasi oleh pressure nozzle
dengan bantuan kompressor disemprotkan dan
bercampur dengan udara dari heater. Proses
perpindahan kalor dan massa terjadi. Air pada
bahan akan menguap, bahan yang telah kering jatuh
ke bak penampung yang ada dibawah ruang
pengering. Sebagian terbawa oleh udara. Karena
adanya gaya sentrifugal akibat pengaruh cyclone
sebagian bahan tersebut menumbuk dinding dan
jatuh ke bak penampung yang ada di cyclone.
Sebagian sisanya lagi terbuang ke lingkungan
bersama udara.
2.5 Perhitungan yang Dipergunakan dalam
Sistem Pengeringan Eksperimen
Dari temperatur dry bulb dan RH
lingkungan didapatkan kelembaban spesifik udara
lingkungan. Ketika udara tersebut dialirkan paksa
melalui blower yang melewati evaporator dimana
proses dehumidifikasi terjadi, udara kembali diukur
temperatur dry bulb dan RH udara saat keluar dari
evaporator. Hal ini dapat dirumuskan dengan
persamaan
𝒎̇ 𝒂 = 𝒎̇ 𝒅𝒂 + 𝒎̇ 𝒗 (3.1)
Persamaan ini dapat digantikan dengan cara dibagi
terhadap laju aliran massa udara kering sehingga
didapat :
𝒎̇ 𝒂
𝒎̇ 𝒅𝒂
= 𝟏 +
𝒎̇ 𝒗
𝒎̇ 𝒅𝒂
Karena kelembaban spesifik merupakan rasio antara
massa uap air dengan massa udara kering, maka
kelembaban spesifik dapat diganti dengan :
𝝎 =
𝒎̇ 𝒗
𝒎̇ 𝒅𝒂
Oleh karena itu didapatkan persamaan sebagai
berikut:
𝒎̇ 𝒂
𝒎̇ 𝒅𝒂
= 𝟏 + 𝝎
Atau
𝒎̇ 𝒅𝒂 =
𝒎̇ 𝒂
𝟏 + 𝝎
Pada sistem pengeringan semprot, ada yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Laju aliran udara pada blower.
2. Laju aliran udara pada nozzle pneumatik.
3. Laju aliran bahan
4. Laju aliran udara keluar ruang pengering.
Pada sistem ini, dapat dibuat persamaan
kesetimbangan massa, yaitu :
𝒎̇ 𝒂_𝒃𝒍𝒐𝒘𝒆 𝒓 + 𝒎̇ 𝒂_𝒑𝒏𝒖𝒎𝒕𝒊𝒄 + 𝒎̇ 𝒗_𝒃𝒉𝒏 = 𝒎̇ 𝒂 𝒄𝒉𝒂𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒐𝒖𝒕
Dengan laju aliran massa udara pada blower dapat
dideskripsikan sebagaiberikut :
𝒎̇ 𝒂_𝒃𝒍𝒐𝒘 𝒆𝒓 = 𝒎̇ 𝒅𝒂_𝒃𝒍𝒐𝒘𝒆𝒓 + 𝒎̇ 𝒗_𝒃𝒍𝒐𝒘𝒆𝒓
𝑚 𝒂_𝒑𝒏𝒆𝒖𝒎𝒂𝒕𝒊𝒄 = 𝒎̇ 𝒅𝒂_𝒑𝒏𝒆𝒖𝒎𝒂𝒕𝒊𝒄 + 𝒎̇ 𝒗_𝒑𝒏𝒆𝒖𝒎𝒂𝒕𝒊𝒄
Untuk pengeukuran konsumsi energi terhadap 1
kilogram bahan adalah
𝑯 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒚 _𝒄𝒐𝒏𝒔𝒖𝒎𝒑𝒕𝒊𝒐𝒏 (𝑱 𝒌𝒈⁄ ) =
𝑷 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑾)
𝒎̇ 𝒗_𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏(𝒌𝒈 𝒔⁄ )
Dengan daya total dari masing-masing komponen
pengering semprot, yakni
𝑷 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝑷 𝒄𝒐𝒎𝒑 + 𝑷 𝒄𝒐𝒏𝒅_𝒇𝒂𝒏 + 𝑷 𝒃𝒐_𝒑𝒖𝒎𝒑
+ 𝑷 𝒑𝒆𝒂𝒍𝒕𝒊𝒄_𝒑𝒖𝒎𝒑 + 𝑷 𝒏𝒐𝒛𝒛
3. HASIL & PEMBAHASAN
3.1 Data Eksperimen
Dari hasil percobaan dengan kombinasi
variasi - variasi parameter pengeringan yang telah
dijelaskan di bab 3 didapatkan data - data
eksperimen yang berupa temperatur udara masuk
blower, temperatur udara keluar evaporator,
temperatur udara setelah dipanaskan heater, debit
udara, debit bahan , dan temperatur minimum
pengeringan. Hubungan debit bahan pengeringan
terhadap debit udara, kelembaban relative dan
temperatur udara pengering dapat dilihat pada
grafik-grafik pengeringan pada bab ini.
Terlihat pada grafik - grafik tersebut debit
bahan berbanding lurus dengan temperatur
minimum pengeringan. Semakin tinggi temperatur
pengeringan, semakin tinggi debit bahan.
Temperatur minimum pengeringan ini juga
dipengaruhi oleh debit udara yang masuk ke ruang
pengeringan. Semakin tinggi debit udara, semakin
tinggi juga debit bahan yang akan dikeringkan.
(3.2)
(3.3)
(3.4)
(3.5)
(3.6)
(3.7)
(3.8)
(3.9)
(3.10)
5
3.2 Debit Bahan Pengeringan terhadap
Kelembaban Spesifik, Debit Udara, dan
Temperatur Udara Pengering.
Dari data yang didapat dapat
dideskripsikan bahwa debit suatu bahan akan
berbanding terbalik dengan kelembaban spesifik
udara yang melewati evaporator. Hal ini terjadi
karena kelembaban spesifik udara yang rendah akan
membuat kapasitas pengeringan lebih baik dimana
udara dengan kelembaban spesifik rendah mampu
mengambil uap air lebih banyak. Debit udara juga
berpengaruh pada proses pengeringan dikarenakan
dengan debit udara pengering yang tinggi dapat
membawa uap air lebih banyak sehingga proses
pengeringan lebih cepat. Temperatur udara
pengering akan berbanding lurus dengan debit
bahan. Hal ini dikarenakan dengan temperatur
tinggi akan menyediakan energi yang besar untuk
menguapkan uap air pada bahan. Sehingga dengan
demikian, jumlah air yang akan kering lebih banyak
seiring dengan tingginya temperatur.
Gambar 5 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara
terhadap Qbahan padatemperatur udarapengeringan 60°C
Gambar 6 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara
terhadap Qbahan padatemperatur udarapengeringan 90°C
Gambar 7 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara
terhadap Qbahan padatemperaturudarapengeringan 120°C
Debit bahan pada temperature udara
pengering 60°C terhadap kelembaban spesifik
cenderung berbanding terbalik. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 4.1. dengan debit udara yang sama
pada 150 lpm. Pada debit udara 150 lpm debit
bahan tertinggi berada pada kelembaban spesifik
yang rendah dan begitu juga sebaliknya dimana
debit bahan terendah berada pada kondisi
kelembaban spesifik yang tinggi. Hal ini berlaku
juga pada debit udara yang lain seperti 300 lpm dan
450 lpm. Pola debit udara terhadap debit bahan
terjadi dikarenakan dengan kelembaban spesifik
rendah maka udara pengering akan lebih banyak
mengambil uap air sehingga jumlah bahan yang
akan dikeringkan jauh lebih besar.
Pada variasi debit udara pengering (150
lpm, 300 lpm, 450 lpm) dapat disimpulkan debit
bahan tertinggi adalah pada debit udara 450 lpm.
Hal serupa dapat dilihat dari variasi temperature
udara pengeringan. Dapat diambil contoh dari
variasi temperature pengeringan yang ada dari
60°C, 90°C, dan 120°C, debit bahan tertinggi
berada pada debit udara tertinggi juga. Pada debit
udara yang tinggi, bahan akan lebih cepat kering
dan jumlah bahan akan kering akan lebih bnyak
menguap hal ini dikarenakan besarnya jumlah udara
yang dialirkan untuk menguapkan uap air pada
bahan.
Pada variasi temperatur udara pengering,
debit bahan tertinggi berada pada temperatur
pengeringan 120°C. Hal ini ditunjukan pada debit
udara yang sama, dimisalkan pada debit udara 450
lpm maka debit bahan tertinggi aada pada
temperatur 120°C. Hal serupa juga ditunjukan pada
debit udara yang lain. Pengaruh temperatur
pengeringan dapat mempengaruhi laju pengeringan,
dimana temperatur udara yang tinggi menyediakan
energi kalor yang disediakan udara untuk
menguapkan jumlah bahan lebih .
6
3.3 Konsumsi Energi Pengeringan terhadap
Kelembaban Spesifik, Debit Udara, dan
Temperatur Udara Pengering.
Konsumsi energi tertinggi ada pada debit
terendah dan kelembaban spesifik terendah, serta
pada tempertur pengeringan terendah. Hal ini
dikarenakan daya kompresor akan rendah pada
temperatur evaporator yang rendah. Dengan
temperatur udara pengering yang pada setiap
variasi debit udara (150 lpm, 300 lpm, 450 lpm)
sebab debit udara yang rendah akan menyediakan
kalor yang rendah pada refrijeran sehingga kalor
refrijeran yang akan masuk akan meningkatkan
daya dengan tujuan menaikan tekanan kompresor
pada temperature yang rendah. Namun dengan debit
udara yang tinggi juga akan meningkatkan daya
blower akan tetapi relatif kecil karena debit bahan
akan semakin besar sehingga laju pengeringan akan
lebih besar Pada temperature pengeringan yang
tinggi juga akan membuat debit bahan akan besar
terhadap laju pengeringan.
Gambar 7 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara
terhadap konsumsi energi pada temperatur udara
pengeringan 60°C
Gambar 8 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara
terhadap konsumsi energi pada temperatur udara
pengeringan 90°C
Gambar 9 Grafik hubungan, kelembaban spesifik,
Qudara terhadap konsumsi energi pada temperatur
udara pengeringan 120°C
3.4 Kerusakan Vitamin C dan B 1 terhadap
Temperatur Udara Pengering.
Dari hasil analisa uji sampel di laboratorium yang
didapat, didapat kadar kerusakan vitamin C dan B1
pada variasi temperature pengeringan terhadap
sampel bahan tanpa proses pengeringan. Berikut
adalah hasil data yang didapat dari laboratorium :
Gambar 10 Tabel data kadar bahan dan kerusakan
produk terhadap temperatur pengering
Dari grafik dibawah data dapat
disimpulkan persentase tertinggi adalah temperature
120 dengan kerusakan vitamin C 14.6 %.
Temperatur kritis dari vitamin C adalah 90°C
karena dibawah 90°C kerusakan tidaklah terlalu
signifikan.
Gambar 11 Grafik kerusakan vitamin C
Dari grafik dibawah data dapat
disimpulkan persentase tertinggi adalah temperature
140°C dengan kerusakan vitamin B1 sebesar 14.6
%. Temperatur kritis dari vitamin B1 tidak dapat
diketahui secara pasti sebab pada temperatur
pengujian terendah, yaitu 80°C pada kondisi
kerusakan yang signifikan terhadap temperatur.
7
Gambar 12Grafik kerusakan vitamin C
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hasil pengujian pengering semprot dan
kombinasinya dengan dehumidifier dengan
mengguna sisi dinging evaporator pada sistem
refrijerasi dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagaiberikut:
1. Karakteristik daya masing-masing komponen
pengering semprot perlu diketahui aga
pengering semprot dapat dioptimasi. Konsumsi
energi terendah adalah pada debit udara 450
lpm, temperatur udara pengering 120°C, dan
kelembaban spesifik yang rendah.
2. Kerusakan vitamin C tertinggi adalah pada
temperatur 120 dengan kerusakan 14.6%
dengan tempertur kritis 90°C dmana produk
akan rusak secara signifikan. Untuk vitamin B1
, kerusakan terjadi pada temperature 140°C
dengan persentase 27.5% .
3. Identifikasi karakteristik dan kinerja pengering
semprot dengan pemanfaatan dehumidifier ini
diperlukan untuk mendapatkan pengeringaan
yang efektif sehingga dengan temperatur yang
rendah sekalipun bahan dapat kering tanpa
kerusakan akibat dari pemanasan.
4. Semakin tinggi temperatur pengeringan dan
semakin rendah kelembaban relatif udara
pengering semakin tinggi juga debit bahan.
Temperatur minimum pengeringan ini juga
dipengaruhi oleh debit udara yang masuk ke
ruang pengeringan. Semakin tinggi debit
udara, semakin tinggi juga debit bahan yang
akan dikeringkan.
4.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat
dilakukan untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagaiberikut:
1. Pada ruang pengering sebaiknya dibuat
pengumpul produk yang efisien karena
seringnya produk ikut terbawa udara yang
keluar dari pengering. Hal ini dapat dilakukan
dengan dua atau lebih siklon untuk
dikumpulkan.
2. Proses pengambilan data RH dan temperature
harus diukur hingga dalam keadaan steady
dikarenakan alat ukur yang dipergunakan
memiliki respon yang kurang cepat dalam
pengukuran.temperatur minimum pengeringan
dan aliran udara di nozel penyemprot bahan
sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
data akuisisi yang terkalibrasi. Kemudian,
nozel penyemprot dipasangi juga dengan
sensor kelembaban yang dapat mendeteksi
tingkat kebasahan dinding ruang pengering,
sehingga data yang diambil dapat lebih
terkontrol dan lebih akurat.
3. Tekanan nozzle yang tinggi dapat
menyebabkan adanya tekanan balik pada
nozzle sehingga akan ada kemungkinan udara
dari nozzle akan masuk ke saluran dimana
bahan akan mengalir. Hal ini akan
menyebabkan ada udara yang akan terjebak
yang mana akan terjadi penyemprotan aliran
bahan tidak akan kontinyu.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Alat uji mutu benih
Alat uji mutu benihAlat uji mutu benih
Alat uji mutu benih
Yudha Has
 
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unairSterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
rozi rozi
 

La actualidad más candente (20)

PP pagilaran 2 . 26 39
PP pagilaran 2 . 26 39PP pagilaran 2 . 26 39
PP pagilaran 2 . 26 39
 
Alat uji mutu benih
Alat uji mutu benihAlat uji mutu benih
Alat uji mutu benih
 
Sistem HVAC
Sistem HVACSistem HVAC
Sistem HVAC
 
2. PEMBERSIHAN PRODUK HASIL PERTANIAN
2. PEMBERSIHAN PRODUK HASIL PERTANIAN2. PEMBERSIHAN PRODUK HASIL PERTANIAN
2. PEMBERSIHAN PRODUK HASIL PERTANIAN
 
Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
Sterilisasi AKBID PARAMATA KAB. MUNA
 
Cpob presentase
Cpob presentaseCpob presentase
Cpob presentase
 
Jenis jenis destilasi
Jenis jenis destilasiJenis jenis destilasi
Jenis jenis destilasi
 
Room qualification
Room qualificationRoom qualification
Room qualification
 
Pengeringan / Drying - Operasi Perpindahan Kalor
Pengeringan / Drying - Operasi Perpindahan KalorPengeringan / Drying - Operasi Perpindahan Kalor
Pengeringan / Drying - Operasi Perpindahan Kalor
 
Tata Udara Rumah Sakit (gabungan)
Tata Udara Rumah Sakit (gabungan)Tata Udara Rumah Sakit (gabungan)
Tata Udara Rumah Sakit (gabungan)
 
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unairSterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
Sterilisasi dalam fermentasi - fpk unair
 
Cpob produksi
Cpob   produksiCpob   produksi
Cpob produksi
 
Ppt ibr fix
Ppt ibr fixPpt ibr fix
Ppt ibr fix
 
GoodHousekeeping - modul GMP
GoodHousekeeping - modul GMPGoodHousekeeping - modul GMP
GoodHousekeeping - modul GMP
 
Untuk semua 3. 39 selesai
Untuk semua 3. 39 selesaiUntuk semua 3. 39 selesai
Untuk semua 3. 39 selesai
 
Kul3 sterilisasi
Kul3 sterilisasiKul3 sterilisasi
Kul3 sterilisasi
 
Penanganan Limbah Industri Tekstil dengan Proses Biologi
Penanganan Limbah Industri Tekstil dengan Proses BiologiPenanganan Limbah Industri Tekstil dengan Proses Biologi
Penanganan Limbah Industri Tekstil dengan Proses Biologi
 
Premisies : GMP MODUL
Premisies : GMP MODULPremisies : GMP MODUL
Premisies : GMP MODUL
 
Instrumen keperawatan aini
Instrumen keperawatan ainiInstrumen keperawatan aini
Instrumen keperawatan aini
 
Pengolahan dan pemanfaatan limbah tekstil
Pengolahan dan pemanfaatan limbah tekstilPengolahan dan pemanfaatan limbah tekstil
Pengolahan dan pemanfaatan limbah tekstil
 

Destacado (7)

Jenny trabajo conceptos
Jenny trabajo conceptos Jenny trabajo conceptos
Jenny trabajo conceptos
 
A8 activity 2
A8 activity 2A8 activity 2
A8 activity 2
 
Image Processing Techniques
Image Processing TechniquesImage Processing Techniques
Image Processing Techniques
 
Learning object 9
Learning object 9Learning object 9
Learning object 9
 
Literatura y globalización
Literatura y globalización Literatura y globalización
Literatura y globalización
 
Ensamble de un pc
Ensamble de un pc Ensamble de un pc
Ensamble de un pc
 
Aligment rf align face and rim android
Aligment rf align face and rim androidAligment rf align face and rim android
Aligment rf align face and rim android
 

Similar a Jurnal joe butt

Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryerFluidized bed dryer
Fluidized bed dryer
Iffa M.Nisa
 
Freeze Drying.pptx
Freeze Drying.pptxFreeze Drying.pptx
Freeze Drying.pptx
GioV3
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
Fransiska Puteri
 
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptxSterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
erinaaprilia3
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
adhisusilo2
 
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Ifan Ifan
 

Similar a Jurnal joe butt (20)

Fluidized bed dryer
Fluidized bed dryerFluidized bed dryer
Fluidized bed dryer
 
PENGENALAN DAN OPERASIONA MESIN PENGERING PADI
PENGENALAN DAN OPERASIONA  MESIN PENGERING PADIPENGENALAN DAN OPERASIONA  MESIN PENGERING PADI
PENGENALAN DAN OPERASIONA MESIN PENGERING PADI
 
Freeze Drying.pptx
Freeze Drying.pptxFreeze Drying.pptx
Freeze Drying.pptx
 
Sterilisasi pangan
Sterilisasi panganSterilisasi pangan
Sterilisasi pangan
 
Sterilisasi pangan
Sterilisasi panganSterilisasi pangan
Sterilisasi pangan
 
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama PengeringanITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
ITP UNS SEMESTER 2 Satop acara 3 Transfer Massa Uap Air Selama Pengeringan
 
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtrPeran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
Peran klimatologi dalam tip dan peternakan gtr
 
Sterilisasi
SterilisasiSterilisasi
Sterilisasi
 
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptxSterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
Sterilisasi-pangan-penetapan-nilai-D-dan-Z.pptx
 
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan NanasPengeringan dan Pengolahan Nanas
Pengeringan dan Pengolahan Nanas
 
RESUME OPERASI HUMIDIFIKASI
RESUME OPERASI HUMIDIFIKASIRESUME OPERASI HUMIDIFIKASI
RESUME OPERASI HUMIDIFIKASI
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
 
konsep pengeringan (1).pptx
konsep pengeringan (1).pptxkonsep pengeringan (1).pptx
konsep pengeringan (1).pptx
 
Makalah ptp
Makalah ptpMakalah ptp
Makalah ptp
 
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
Kajian sstem kolektor panas mathri utk pengering (edited)
 
PPT KP SALSA INTAN FADILLA.pptx
PPT KP SALSA INTAN FADILLA.pptxPPT KP SALSA INTAN FADILLA.pptx
PPT KP SALSA INTAN FADILLA.pptx
 
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan PengeringanMata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
Mata Kuliah Pengantar Teknolgi Pangan Pengeringan
 
Pengeringan (drying)
Pengeringan (drying)Pengeringan (drying)
Pengeringan (drying)
 
Vacuum dryer, extruder, double drum dryer
Vacuum dryer, extruder, double drum dryerVacuum dryer, extruder, double drum dryer
Vacuum dryer, extruder, double drum dryer
 
Bahan proposal
Bahan proposalBahan proposal
Bahan proposal
 

Último

Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
rororasiputra
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
VinaAmelia23
 
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
ssupi412
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
AhmadAffandi36
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
Arisatrianingsih
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
yoodika046
 

Último (19)

Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman MadyaPelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bangun air Limbah Permukiman Madya
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxPPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
 
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung KonstruksiContoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
Contoh PPT Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Konstruksi
 
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptxPPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
PPT PELAKSANA LAPANGAN PERPIPAAN MADYA - IWAN SYAHRONI.pptx
 
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan KonsultasiJual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
Jual Cytotec Di Batam Ori 👙082122229359👙Pusat Peluntur Kandungan Konsultasi
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
 
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistikaPengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
Pengujian (hipotesis) pak aulia ikhsan dalam ilmu statistika
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
 
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
 
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 

Jurnal joe butt

  • 1. 1 PENGARUH TEMPERATUR UDARA PENGERING TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN B1 PADA PRODUK PENGERING SEMPROT Jefrie Ronald (1106139424) Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424 Pembimbing: Dr. Ir. Engkos A. Kosasih, MT Abstrak Pada proses pengeringan semprot apabila temperatur pengeringan terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bahan sensitif terhadap panas, terutama pada vitamin C dan B1. Meskipun demikian, jika temperatur terlalu rendah dapat menyebabkan laju pengeringan produksangat lambat. Variasi dari debit bahan dan udara masuk serta temperatur udara pengering diharapkan mampu mengeringkan bahan secara efisien di mana kerusakan produk paling rendah dengan konsumsi daya paling efisien pada pengering semprot. Debit bahan menentukan banyak produk yang akan dikeringkan namun jika terlalu besar maka pengeringan tidak tercapai, sedangkan debit udara menentukan kapasitas pengeringan dimana banyaknya udara panas yang digunakan untuk mengeringkan produk. Untuk temperatur pengeringan sangat penting pada laju pengeringan namun dapat menyebabkan kerusakan bahan. Analisa perhitungan yang didapat pengeringan yang efisien dengan tingkat kerusakan produkvitamin C dan B1 paling rendah adalah…. . Kata kunci: pengering semprot; kerusakan produk; laju pengeringan Abstrak In the spray drying process when the drying temperature is too high can cause damage to heat-sensitive materials, especially in vitamins C and B1. However, if the temperature is too low can lead to a very slow rate of drying products. Variations of material and air flow rate and air temperature dryers are expected to drying materials efficiently in which damage to the product with the lowest energy consumption of the most efficient in the spray dryer. Materials flow rate determines the product to be dried a lot but if it is too high then it is not achieved by drying process, while the air flow rate drying determines drying capacity which the amount of hot air used to dry the product. For drying temperature on the drying rate is very important but can cause material damage. Analysis of the calculations obtained efficient drying with the lowest product damage level of vitamin C and B1 is Keyword : spray dryer; product destruction;drying rate 1. PENDAHULUAN Pengering semprot merupakan operasi unit untuk mengubah material menjadi serbuk untuk tujuan pengawetan, memudahkan penyimpanan, transportasi, penanganan, dan pertimbangan ekonomi lainnya (Bhandari & Adhikari). Pengering semprot juga dapat didefinisikan sebagai transformasi bahan berbentuk cair menjadi partikulat kering yang mana bahan diatomisasikan terhadap media pengering yang panas yang menyebabkan terjadi penguapan (Gustavo, Barbosa). Pengering semprot ini umumnya digunakan pengeringan makanan, produk farmasi, dan bahan lainnya yang sensitif terhadap panas (Alysson Leandro Ribeiro Rattes, Zhongxiang Fang dan Bhesh Bhandari ). Hal ini sangat penting dikarenakan vitamin C dapat rusak selama pengeringan dikarenakan panas (Bhesh R. Bhandari and Benu P. Adhikari). Proses pengeringan dimulai dengan memompakan cairan bahan ke atomizer, yang mana
  • 2. 2 memecah bahan menjadi semprotan droplet-droplet halus dan mengeluarkannya ke ruang pengering. Semprotan akan kontak dengan media pengering yang dipanaskan (biasanya udara), yang membuat kandungan air pada bahan akan menguap dan droplet akan diubah menjadi partikel kering yang mana memiliki bentuk dan ukuran yang sama. Pada proses akhir, partikel kering dipisahkan dari udara pengering dan dikumpulkan untuk mendapatkan produk akhir. Keuntungan dari pengering semprot adalah (Gustavo, Barbosa- Food Powders): 1. Mampu untuk menjaga bentuk dan ukuran serbuk relatif konstan melalui pengering ketika kondisi pengeringan dijaga konstan. 2. Merupakan operasi pengeringan yang bersifat kontinyu dan mudah diaplikasikan. 3. Dapat digunakan untuk larutan yang sensitif terhadap panas, tahan panas, dan korosif.. Sedangkan kerugian dari pengering semprot adalah sebagaiberikut (Filkova, Huang dan Mujumdar, 1995) : 1. Tidak fleksibel, dimana sebuah unit didesain untuk atomisasi yang halus tidak dapat menghasilkan produk yang kasar. 2. Unit pengumpulan produk lebih banyak memakan biaya. 3. Fluida bahan harus dapat dipompa. Untuk mengatasi kerusakan pada material yang sensitif tehadap panas, yang perlu diperhatikan pada proses pengeringan adalah temperatur udara masuk yang dapat digunakan tanpa merusak produk. Temperatur udara masuk sangat mempengaruhi laju pengeringan. Jika temperature udara masuk rendah, maka dapat menyebabkan laju penguapan rendah dan penggumpalan produk serbuk dikarenakan kondisi lembab (L. Medina-Torres). Temperatur juga mempengaruhi“kelengketan produk dengan produk atau produk dengan dinding ruang pengering. Kelengketan ini dikarenakan temperature bahan melebihi dari temperatur transisi kaca (glass transition temperature). Temperatur transisi kaca adalah properti dari komponen amorf pada polimer seperti pada gula, asam organic, karet dan lainnya. Jika temperatur produk dibawah temperatur transisi kaca maka produk masih dalam kondisi padat sedangkan jika produk di atas temperatur transisi kaca maka produk mulai dalam kondisi cair. Untuk itu digunakan maltodekstrin dalam larutan untuk meningkatkan temperatur transisi kaca pada bahan (Bhesh R. Bhandari and Benu P. Adhikari (Mujumdar, Xiao Dong Chen). Hal yang mempengaruhi waktu pengeringan selain temperatur adalah diameter droplet bahan (João Vicente). Diameter droplet bahan berfungsi untuk menciptakan permukaan yang luas antara udara kering dan droplet bahan sehingga proses perpindahan panas dan laju penguapan air dapat bekerja secara maksimum (Vaibhav Patil). Selain itu juga, laju aliran udara panas juga mempengaruhi pengeringan dan produk yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan banyak nya panas yang diberikan ke bahan sehingga bahan lebih cepat kering (Tim A. G. Langrish). 2. METODE PENELITIAN 2.1 Alur Penelitian Alur penelitian yang dijalankan adalah sebagai berikut: Gambar 2. Skema Alur Penelitian 2.2 Objek, Waktu dan Tempat Penelitian Objek dari eksperimen ini adalah larutan vitamin C dengan berat larutan bahan 1500 gr yang terdiri dari 30 gr vitamin C atau 2% dari larutan bahan ditambahkan maltodekstrin sebanyak 270 atau 18% dari berat larutan bahan, dan akuades sebanyak 1200 gr atau 80% dari berat larutan. Objek lain dari eksperimen berikutnya adalah larutan vitamin B1 dengan berat larutan bahan 1500 Gambar 1. Skema Pengering Semprot
  • 3. 3 gr yang terdiri dari 15 gr vitamin C atau 1% dari larutan bahan ditambahkan maltodekstrin sebanyak 285 atau 19% dari berat larutan bahan, dan akuades sebanyak1200 gr atau 80% dari berat larutan. Yang diamati dari objek tersebut adalah temperatur minimum pengeringan yang dibutuhkan untuk mengeringkan bahan dengan variasi temperatur dehumidifier, temperatur heater, tekanan nosel penyemprot, debit bahan dan udara yang masuk ke ruang pengering. Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui kinerja unit pengering semprot terhadap produk vitamin C dan B1 yang dihasilkan. Produk yang dihasilkan dari beberapa variasi temperatur akan dilakukan analisa pengujian kadar vitamin C dan B1 di laboratorium pengujian analisis SIG (Saraswanti Indo Genetech) yang berada di Bogor. Data yang didapat dari hasil pengujian digunakan mengetahui kadar kerusakan masing-masing vitamin terhadap temperatur pengeringan. Eksperimen dilakukan selama periode waktu Mei 2014 s.d Juni 2014 di Laboratorium Perpindahan Panas, Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia. 2.3 Pengambilan Data Data ini diambil dengan variabel tetap yang telah ditentukan, yaitu: tegangan listrik pompa penekan sebesar 1.5 Volt. Selain itu, variabel berubah juga diatur dimulai dari mengatur variasi temperatur aliaran udara keluar dari dehumidifier dari 10°C, 15°C, dan 20°C yang masing-masing dijaga untuk setiap perubahan tekanan udara nosel penyemprot produk pada 1 bar; laju aliran udara masuk ke ruang pengering pada, 450 lpm, 300 lpm, dan 150 lpm serta putaran pompa peristaltik bahan yang diatur untuk mencapai temperatur minimum pengeringannya. Pompa produk dinyalakan yang telah diatur putarannya. Kemudian, proses pengeringan pada ruang pengering diamati selama 5 - 7 menit. Apabila belum menunjukkan keringnya uap air, masih menunjukkan tanda - tanda uap/basah atau terjadi titik air pada ruang pengering yang transparan, temperatur heater kembali diatur. Tunggu dan amati kembali ruang pengering selama 5 - 7 menit untuk melihat adanya proses pengeringan. Data temperatur heater saat ruang pengering menunjukkan tanda – tanda kering pada temperatur serendah mungkin dicatat. 2.4 Skema Pengering Semprot Gambar 3. Skema Pengering Semprot DTM FTUI
  • 4. 4 Udara dari lingkungan dihisap oleh blower menuju evaporator. Di evaporator udara didehumidifikasi (dikurangi kelembaban spesifiknya), selanjutnya dialirkan melalui orifice. Beda tekanan terukur di orifice, kemudian dikonversi dalam bentuk beda ketinggian oleh manometer. Udara yang sudah diembunkan dinaikkan temperaturnya oleh heater. Kemudian masuk ke ruang pengering, diruang pengering bahan yang telah diatomisasi oleh pressure nozzle dengan bantuan kompressor disemprotkan dan bercampur dengan udara dari heater. Proses perpindahan kalor dan massa terjadi. Air pada bahan akan menguap, bahan yang telah kering jatuh ke bak penampung yang ada dibawah ruang pengering. Sebagian terbawa oleh udara. Karena adanya gaya sentrifugal akibat pengaruh cyclone sebagian bahan tersebut menumbuk dinding dan jatuh ke bak penampung yang ada di cyclone. Sebagian sisanya lagi terbuang ke lingkungan bersama udara. 2.5 Perhitungan yang Dipergunakan dalam Sistem Pengeringan Eksperimen Dari temperatur dry bulb dan RH lingkungan didapatkan kelembaban spesifik udara lingkungan. Ketika udara tersebut dialirkan paksa melalui blower yang melewati evaporator dimana proses dehumidifikasi terjadi, udara kembali diukur temperatur dry bulb dan RH udara saat keluar dari evaporator. Hal ini dapat dirumuskan dengan persamaan 𝒎̇ 𝒂 = 𝒎̇ 𝒅𝒂 + 𝒎̇ 𝒗 (3.1) Persamaan ini dapat digantikan dengan cara dibagi terhadap laju aliran massa udara kering sehingga didapat : 𝒎̇ 𝒂 𝒎̇ 𝒅𝒂 = 𝟏 + 𝒎̇ 𝒗 𝒎̇ 𝒅𝒂 Karena kelembaban spesifik merupakan rasio antara massa uap air dengan massa udara kering, maka kelembaban spesifik dapat diganti dengan : 𝝎 = 𝒎̇ 𝒗 𝒎̇ 𝒅𝒂 Oleh karena itu didapatkan persamaan sebagai berikut: 𝒎̇ 𝒂 𝒎̇ 𝒅𝒂 = 𝟏 + 𝝎 Atau 𝒎̇ 𝒅𝒂 = 𝒎̇ 𝒂 𝟏 + 𝝎 Pada sistem pengeringan semprot, ada yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Laju aliran udara pada blower. 2. Laju aliran udara pada nozzle pneumatik. 3. Laju aliran bahan 4. Laju aliran udara keluar ruang pengering. Pada sistem ini, dapat dibuat persamaan kesetimbangan massa, yaitu : 𝒎̇ 𝒂_𝒃𝒍𝒐𝒘𝒆 𝒓 + 𝒎̇ 𝒂_𝒑𝒏𝒖𝒎𝒕𝒊𝒄 + 𝒎̇ 𝒗_𝒃𝒉𝒏 = 𝒎̇ 𝒂 𝒄𝒉𝒂𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒐𝒖𝒕 Dengan laju aliran massa udara pada blower dapat dideskripsikan sebagaiberikut : 𝒎̇ 𝒂_𝒃𝒍𝒐𝒘 𝒆𝒓 = 𝒎̇ 𝒅𝒂_𝒃𝒍𝒐𝒘𝒆𝒓 + 𝒎̇ 𝒗_𝒃𝒍𝒐𝒘𝒆𝒓 𝑚 𝒂_𝒑𝒏𝒆𝒖𝒎𝒂𝒕𝒊𝒄 = 𝒎̇ 𝒅𝒂_𝒑𝒏𝒆𝒖𝒎𝒂𝒕𝒊𝒄 + 𝒎̇ 𝒗_𝒑𝒏𝒆𝒖𝒎𝒂𝒕𝒊𝒄 Untuk pengeukuran konsumsi energi terhadap 1 kilogram bahan adalah 𝑯 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒚 _𝒄𝒐𝒏𝒔𝒖𝒎𝒑𝒕𝒊𝒐𝒏 (𝑱 𝒌𝒈⁄ ) = 𝑷 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 (𝑾) 𝒎̇ 𝒗_𝒃𝒂𝒉𝒂𝒏(𝒌𝒈 𝒔⁄ ) Dengan daya total dari masing-masing komponen pengering semprot, yakni 𝑷 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 = 𝑷 𝒄𝒐𝒎𝒑 + 𝑷 𝒄𝒐𝒏𝒅_𝒇𝒂𝒏 + 𝑷 𝒃𝒐_𝒑𝒖𝒎𝒑 + 𝑷 𝒑𝒆𝒂𝒍𝒕𝒊𝒄_𝒑𝒖𝒎𝒑 + 𝑷 𝒏𝒐𝒛𝒛 3. HASIL & PEMBAHASAN 3.1 Data Eksperimen Dari hasil percobaan dengan kombinasi variasi - variasi parameter pengeringan yang telah dijelaskan di bab 3 didapatkan data - data eksperimen yang berupa temperatur udara masuk blower, temperatur udara keluar evaporator, temperatur udara setelah dipanaskan heater, debit udara, debit bahan , dan temperatur minimum pengeringan. Hubungan debit bahan pengeringan terhadap debit udara, kelembaban relative dan temperatur udara pengering dapat dilihat pada grafik-grafik pengeringan pada bab ini. Terlihat pada grafik - grafik tersebut debit bahan berbanding lurus dengan temperatur minimum pengeringan. Semakin tinggi temperatur pengeringan, semakin tinggi debit bahan. Temperatur minimum pengeringan ini juga dipengaruhi oleh debit udara yang masuk ke ruang pengeringan. Semakin tinggi debit udara, semakin tinggi juga debit bahan yang akan dikeringkan. (3.2) (3.3) (3.4) (3.5) (3.6) (3.7) (3.8) (3.9) (3.10)
  • 5. 5 3.2 Debit Bahan Pengeringan terhadap Kelembaban Spesifik, Debit Udara, dan Temperatur Udara Pengering. Dari data yang didapat dapat dideskripsikan bahwa debit suatu bahan akan berbanding terbalik dengan kelembaban spesifik udara yang melewati evaporator. Hal ini terjadi karena kelembaban spesifik udara yang rendah akan membuat kapasitas pengeringan lebih baik dimana udara dengan kelembaban spesifik rendah mampu mengambil uap air lebih banyak. Debit udara juga berpengaruh pada proses pengeringan dikarenakan dengan debit udara pengering yang tinggi dapat membawa uap air lebih banyak sehingga proses pengeringan lebih cepat. Temperatur udara pengering akan berbanding lurus dengan debit bahan. Hal ini dikarenakan dengan temperatur tinggi akan menyediakan energi yang besar untuk menguapkan uap air pada bahan. Sehingga dengan demikian, jumlah air yang akan kering lebih banyak seiring dengan tingginya temperatur. Gambar 5 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara terhadap Qbahan padatemperatur udarapengeringan 60°C Gambar 6 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara terhadap Qbahan padatemperatur udarapengeringan 90°C Gambar 7 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara terhadap Qbahan padatemperaturudarapengeringan 120°C Debit bahan pada temperature udara pengering 60°C terhadap kelembaban spesifik cenderung berbanding terbalik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.1. dengan debit udara yang sama pada 150 lpm. Pada debit udara 150 lpm debit bahan tertinggi berada pada kelembaban spesifik yang rendah dan begitu juga sebaliknya dimana debit bahan terendah berada pada kondisi kelembaban spesifik yang tinggi. Hal ini berlaku juga pada debit udara yang lain seperti 300 lpm dan 450 lpm. Pola debit udara terhadap debit bahan terjadi dikarenakan dengan kelembaban spesifik rendah maka udara pengering akan lebih banyak mengambil uap air sehingga jumlah bahan yang akan dikeringkan jauh lebih besar. Pada variasi debit udara pengering (150 lpm, 300 lpm, 450 lpm) dapat disimpulkan debit bahan tertinggi adalah pada debit udara 450 lpm. Hal serupa dapat dilihat dari variasi temperature udara pengeringan. Dapat diambil contoh dari variasi temperature pengeringan yang ada dari 60°C, 90°C, dan 120°C, debit bahan tertinggi berada pada debit udara tertinggi juga. Pada debit udara yang tinggi, bahan akan lebih cepat kering dan jumlah bahan akan kering akan lebih bnyak menguap hal ini dikarenakan besarnya jumlah udara yang dialirkan untuk menguapkan uap air pada bahan. Pada variasi temperatur udara pengering, debit bahan tertinggi berada pada temperatur pengeringan 120°C. Hal ini ditunjukan pada debit udara yang sama, dimisalkan pada debit udara 450 lpm maka debit bahan tertinggi aada pada temperatur 120°C. Hal serupa juga ditunjukan pada debit udara yang lain. Pengaruh temperatur pengeringan dapat mempengaruhi laju pengeringan, dimana temperatur udara yang tinggi menyediakan energi kalor yang disediakan udara untuk menguapkan jumlah bahan lebih .
  • 6. 6 3.3 Konsumsi Energi Pengeringan terhadap Kelembaban Spesifik, Debit Udara, dan Temperatur Udara Pengering. Konsumsi energi tertinggi ada pada debit terendah dan kelembaban spesifik terendah, serta pada tempertur pengeringan terendah. Hal ini dikarenakan daya kompresor akan rendah pada temperatur evaporator yang rendah. Dengan temperatur udara pengering yang pada setiap variasi debit udara (150 lpm, 300 lpm, 450 lpm) sebab debit udara yang rendah akan menyediakan kalor yang rendah pada refrijeran sehingga kalor refrijeran yang akan masuk akan meningkatkan daya dengan tujuan menaikan tekanan kompresor pada temperature yang rendah. Namun dengan debit udara yang tinggi juga akan meningkatkan daya blower akan tetapi relatif kecil karena debit bahan akan semakin besar sehingga laju pengeringan akan lebih besar Pada temperature pengeringan yang tinggi juga akan membuat debit bahan akan besar terhadap laju pengeringan. Gambar 7 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara terhadap konsumsi energi pada temperatur udara pengeringan 60°C Gambar 8 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara terhadap konsumsi energi pada temperatur udara pengeringan 90°C Gambar 9 Grafik hubungan, kelembaban spesifik, Qudara terhadap konsumsi energi pada temperatur udara pengeringan 120°C 3.4 Kerusakan Vitamin C dan B 1 terhadap Temperatur Udara Pengering. Dari hasil analisa uji sampel di laboratorium yang didapat, didapat kadar kerusakan vitamin C dan B1 pada variasi temperature pengeringan terhadap sampel bahan tanpa proses pengeringan. Berikut adalah hasil data yang didapat dari laboratorium : Gambar 10 Tabel data kadar bahan dan kerusakan produk terhadap temperatur pengering Dari grafik dibawah data dapat disimpulkan persentase tertinggi adalah temperature 120 dengan kerusakan vitamin C 14.6 %. Temperatur kritis dari vitamin C adalah 90°C karena dibawah 90°C kerusakan tidaklah terlalu signifikan. Gambar 11 Grafik kerusakan vitamin C Dari grafik dibawah data dapat disimpulkan persentase tertinggi adalah temperature 140°C dengan kerusakan vitamin B1 sebesar 14.6 %. Temperatur kritis dari vitamin B1 tidak dapat diketahui secara pasti sebab pada temperatur pengujian terendah, yaitu 80°C pada kondisi kerusakan yang signifikan terhadap temperatur.
  • 7. 7 Gambar 12Grafik kerusakan vitamin C 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Hasil pengujian pengering semprot dan kombinasinya dengan dehumidifier dengan mengguna sisi dinging evaporator pada sistem refrijerasi dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagaiberikut: 1. Karakteristik daya masing-masing komponen pengering semprot perlu diketahui aga pengering semprot dapat dioptimasi. Konsumsi energi terendah adalah pada debit udara 450 lpm, temperatur udara pengering 120°C, dan kelembaban spesifik yang rendah. 2. Kerusakan vitamin C tertinggi adalah pada temperatur 120 dengan kerusakan 14.6% dengan tempertur kritis 90°C dmana produk akan rusak secara signifikan. Untuk vitamin B1 , kerusakan terjadi pada temperature 140°C dengan persentase 27.5% . 3. Identifikasi karakteristik dan kinerja pengering semprot dengan pemanfaatan dehumidifier ini diperlukan untuk mendapatkan pengeringaan yang efektif sehingga dengan temperatur yang rendah sekalipun bahan dapat kering tanpa kerusakan akibat dari pemanasan. 4. Semakin tinggi temperatur pengeringan dan semakin rendah kelembaban relatif udara pengering semakin tinggi juga debit bahan. Temperatur minimum pengeringan ini juga dipengaruhi oleh debit udara yang masuk ke ruang pengeringan. Semakin tinggi debit udara, semakin tinggi juga debit bahan yang akan dikeringkan. 4.2 Saran Adapun beberapa saran yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagaiberikut: 1. Pada ruang pengering sebaiknya dibuat pengumpul produk yang efisien karena seringnya produk ikut terbawa udara yang keluar dari pengering. Hal ini dapat dilakukan dengan dua atau lebih siklon untuk dikumpulkan. 2. Proses pengambilan data RH dan temperature harus diukur hingga dalam keadaan steady dikarenakan alat ukur yang dipergunakan memiliki respon yang kurang cepat dalam pengukuran.temperatur minimum pengeringan dan aliran udara di nozel penyemprot bahan sebaiknya dilakukan dengan menggunakan data akuisisi yang terkalibrasi. Kemudian, nozel penyemprot dipasangi juga dengan sensor kelembaban yang dapat mendeteksi tingkat kebasahan dinding ruang pengering, sehingga data yang diambil dapat lebih terkontrol dan lebih akurat. 3. Tekanan nozzle yang tinggi dapat menyebabkan adanya tekanan balik pada nozzle sehingga akan ada kemungkinan udara dari nozzle akan masuk ke saluran dimana bahan akan mengalir. Hal ini akan menyebabkan ada udara yang akan terjebak yang mana akan terjadi penyemprotan aliran bahan tidak akan kontinyu.