SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 11
Tugas Pengantar Ilmu Politik




        PENGERTIAN KEWENANGAN POLITIK DAN
                           LEGITIMASI POLITIK

                                     O

                                     L

                                     E

                                     H

                           Josephine Fiona Ketaren

                                (100904090)




       FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

               DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

                                    2012
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih karuniaNya, penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Pengertian Kewenangan Politik dan Legitimasi Politik”.

Makalah ini ditujukan untuk pemenuhan tugas menjelang Ujian Tengah Semester yang
ditugaskan oleh Bapak Fuad Ginting, selaku dosen Pengantar Ilmu Politik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak terkait yang telah mendukung penulis
dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada bapak dosen yang telah membimbing
penulis melalui pengajaran saat mata kuliah Pengantar Ilmu Politik berlangsung.

Dalam proses penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni
dengan referensi website-website yang membahas tentang kewenangan dan legitimasi politik
dan buku-buku Pengantar Ilmu Politik.

Tantangan dalam penyelesaian makalah ini adalah sulit mencari waktu yang tepat untuk dapat
fokus mengerjakan makalah ini dan juga keterbatasan referensi buku-buku yang dimiliki
penulis untuk menuntaskan penyelesaian makalah ini.

Masih banyak kekurangan yang terdapat di makalah, oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diperlukan untuk memperkaya isi makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memperkaya pengetahuan pembaca, dan berguna
untuk kita semua. Terimakasih dan selamat membaca.




                                                                      Medan, Oktober 2012

                                                                      Penulis
BAB I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

           Kewenangan politik dan legitimasi politik selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan
karena seseorang dapat memiliki kewenangan, dengan terlebih dahulu memiliki legitimasi
(keabsahan) dalam menentukan suatu kebijakan untuk kepentingan sebuah lembaga .

           Kewenangan tentu berbeda dengan kekuasaan, sebab dalam suatu kewenangan ada
kaidah-kaidah yang mengikat setiap anggota lembaga untuk menciptakan keseimbangan pada
setiap komponen lembaga. Dalam hal ini Undang-Undang Dasar tahun 1945 dan Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa menjadi aturan pokok bagi setiap warga dan para pelaku
politik.

           Kewenangan politik tidak selamanya dapat sejalan dengan keinginan masyarakat.
Sebab, menentukan sebuah kebijakan publik, berarti harus ada kesepakatan untuk
menentukan prioritas utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara pembuat
kebijakan dan masyarakat. Namun, kebijakan publik harus tetap dilakukan meskipun adanya
perselisihan pendapat ataupun konflik yang membuat kondisi politi menjadi kurang stabil.
Sehingga, dalam hal ini legitimasi politik berperan untuk memberi pengakuan bahwa setiap
kebijakan yang diputuskan adalah yang yang terbaik untuk kepentingan masyarakat di mana
kebijakan politik itu disahkan. Sehingga, bagaimana cara seseorang mendapatkan
kewenangan politik juga dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap pembuat
kebijakan tersebut.




I. 2 Perumusan Masalah

    1. Apa itu wewenang politik?
    2. Apa perbedaan kewenangan dan kekuasaan?
    3. Apa sajakah jenis-jenis wewenang?
    4. Apa pengertian legitimasi politik?
    5. Apa saja bentuk legitimasi politik menurut para ahli?
    6. Apa saja jenis legitimasi?
Bab II Kewenangan dan Legitimasi

   a. Wewenang
       Menurut Miriam Budiardjo dalam Frans Magnis—Suseno (1994:54) otoritas atau
       wewenang adalah ”kekuasaan yang dilembagakan”, yaitu kekuasaan yang tidak hanya
       de facto menguasai, melainkan juga berhak untuk menguasai. Sedangkan, kekuasaan
       menurut Max Weber adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya
       di dalam suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa
       mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
           Jadi, kewenangan politik adalah kekuasaan yang dimiliki
       Menurut sosiolog, Max Weber (1864-1922) ada tiga macam wewenang, yakni:
       1. Wewenang tradisional, yakni berdasarkan kepercayaan di antara anggota
           masyarakat bahwa tradisi lama serta kedudukan kekuasaan yang dilandasi oleh
           tradisi itu adalah wajar dan patut dihormati.
       2. Wewenang karismatik, yakni berdasarkan kepercayaan anggota masyarakat pada
           kesaktian dan kekuatan mistik atau religius seorang pemimpin. Misalnya Hitler
           dan Mao Zedong sering dianggap sebagai pemimpin karismatik, sekalipun tentu
           mereka juga memiliki unsur wewenang rasional-legal.
       3. Wewenang rasional-legal, yakni berdasarkan kepercayaan pada tatanan hukum
           rasional yang melandasi kedudukan seorang pemimpin. Maksudnya, aturan-aturan
           mendasari tingkah laku sesorang, termasuk pemimpin.


   b. Legitimasi
       David Easton menyatakan bahwa keabsahan (legitimasi) adalah: “Keyakinan dari
pihak anggota (masyarakat) bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan menaati
penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu (The conviction on the part of the
member that it is right and proper for him to accept and obey the authorities and to abide by
the requirements of the regime). Dalam legitimasi kekuasaan bila seorang pimpinan
menduduki jabatan tertentu melalui pengangkatan diangkap absah, atau sesuai hukum.
       Dilihat dari sudut penguasa, A.M. Lipset: “Legitimasi mencakup kemampuan untuk
membentuk dan mempertahankan kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau bentuk-bentuk
politik yang ada adalah yang paling wajar untuk masyarakat itu (Legitimacy includes the
capasity to produce and mantain a belief, that the existing political institutions or forms are
the most appropriate for the society).
Jika dalam suatu sistem politik terdapat konsensus mengenai dasar-dasar dan tujuan-tujuan
masyarakat, keabsahan dapat tumbuh dengan kukuh, sehingga unsur paksaan serta kekerasan
yang dipakai oleh setiap rezim dapat ditetapkan sampai minimum.


        Bentuk-bentuk Legitimasi Kekuasaan Negara Menurut Para Ahli Filsuf


    1. Niccolo Machiavelli
  Saat Niccolo menulis pemikirannya tentang filsafat politik, ia menyaksikan terpecahnya
kekuasaan di Italia dengan muncul banyak negara-negara kota yang rapuh, sehingga dapat
dipahami bahwa ajarannya mengandung sinisme yang keras terhadap moralitas di dalam
kekuasaan. Ia sesungguhnya merindukan suatu keadaan dimana negara merupakan pusat
kekuasaan yang didukung sepenuhnya oleh rakyat banyak sehingga roda pemerintahan
berjalan lancar. Untuk itu pemimpin harus punya kekuatan dalam mempertahankan
kekuasaannya. Kaidah etika politik yang dianut oleh Machiavelli ialah bahwa apa yang baik
adalah sesuatu yang mampu menunjang kekuasaan negara. Namun Machiavelli bergerak
terlalu jauh ketika mengatakan bahwa tindakan yang jahat pun dapat dimaafkan oleh
masyarakat asal penguasa mencapai sukses. Tampak bahwa Niccolo ingin mengadakan
pemisahan yang tegas antara prinsip moral dan prinsip ketatanegaraan. Selain itu, ia tidak
memperhitungkan bagaimana sikap-sikap masyarakat terhadap legitimasi kekuasaan. Namun
demikian, ia telah berhasil menyuarakan penderitaan rakyat yang tercerai-berai karena intrik
politik yang berkepanjangan.


    2. Jean-Jacques Rousseau
  Ditinjau dari titik tolak ajaran yang dikemukakannya Rousseau termasuk pemikir utopis,
seperti Plato, yang berusaha menggambarkan negara ideal dengan tujuan mengajarkan
perbaikan cita-cita rakyat. Rousseau memandang ketertiban dihasilkan sebagai akibat dari
hak-hak yang sama. Rousseau berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya manusia itu baik.
Negara dibentuk karena adanya niat-niat baik untuk melestarikan kebebasan dan
kesejahteraan individu. Dia mengandaikan bahwa keinginan umum dan semua kesejahteraan
individu akan muncul bersamaan. Menurutnya segala bentuk kepentingan individu yang
menyimpang dari kepentingan umum adalah salah, karena justru orang harus melihat
kebebasan itu pada kesamaan yang terbentuk dalam komunitas. Rousseau terlalu idealis
dalam memandang manusia, ia lupa bahwa tidak setiap individu mempunyai iktikad baik
serta bersedia menyerahkan kebebasan individu demi kebaikan umum. Selain itu dia
mengatakan bahwa kepentingan publik kolektif senantiasa memperkuat kebebasan individu
sambil menguraikan bahwa setiap pribadi bukan sebagai kesatuan melainkan bagian dari
kesatuan yang disebut komunitas. Namun pada dasarnya Rousseau sangat mencintai
kesamaan dan ketenangan yang dijamin oleh negara melalui keutuhan masyarakat yang
organis.


    3. Thomas Hobbes
   Dasar dari ajaran Hobbes adalah tinjauan psikologi terhadap motivasi tindakan manusia.
Dia menemukan bahwa manusia selalu memiliki harapan dan keinginan yang terkadang licik
dan emosional. Semua itu akan berpengaruh apabila seorang manusia menggenggam
kekuasaan. Hobbes mengaitkan masalah tersebut dengan legitimasi kekuasaan politik.
Hobbes mengatakan bahwa untuk menertibkan tindakan manusia, negara harus membuat
supaya manusia itu takut dan perkakas utama yang harus digunakan adalah tatanan hukum.
Negara harus benar-benar kuat agar mampu memaksakan hukum melalui ancaman yang
paling ditakuti manusia, yaitu hukuman mati. Pembentukan undang-undang digariskan
dengan tujuan untuk mencegah anarki. Oleh karena itu, negara harus berkuasa jika tidak ingin
keropos karena banyaknya anarki.
   Hobbes adalah orang pertama yang menyatakan paham positivisme hukum, bagi dia
hukum di atas segala-galanya. Namun Hobbes lupa bahwa tindakan manusia tidak hanya
ditentukan oleh emosi, karena manusia dikaruniai akal budi. Dan pendirian suatu negara juga
bukan hanya atas pertimbangan emosional tapi juga pemikiran rasional. Kesimpulan dari
Hobbes bahwa pembatasan konflik dilakukan melalui saran hukum,


    4. Plato
   Plato adalah pemikir yang pertama berbicara mengenai negara ideal. Dia bermaksud
membangun suatu masyarakat dimana orang banyak menyumbang kepada kemakmuran
komunitas tanpa adanya kekuasaan kolektif yang merusak.
   Dalam model distribusi kekuasaan antara penguasa dan yang dikuasai, Plato
mengandaikan bahwa para penguasa memperoleh hak memakai kekuasaan untuk mencapai
kebaikan publik dari kecerdasan mereka. Oleh sebab itu, dengan merujuk pada sistem
monarki yang lazim pada waktu itu, Plato merumuskan bahwa pemerintahan akan adil jika
raja yang berkuasa adalah seorang yang bijaksana. Kebijaksanaan kebanyakan dimiliki oleh
seorang filsuf. Maka konsepsi tentang “filsuf raja” atau “raja filsuf” banyak disebut sebagai
inti dari teori Plato mengenai kekuasaan negara.selain itu Plato mengatakan bahwa kebaikan
     publik akan tercapai jika setiap potensi individu terpenuhi.
        Teori Plato memang masih mengandung banyak kelemahan karena adanya beberapa
     pertanyaan mendasar yang belum terjawab. Jika dibandingkan dengan kondisi negara-negara
     modern sekarang ini, model Plato terasa sangat utopis. Untuk menerima model ini kita perlu
     menerima pemikiran bahwa kualitas dasar individu secara alamiah berbeda. Pemikiran Plato
     sudah mampu menjadi peletak dasar sistem kenegaraan modern. Legitimasi negara tidak
     harus selalu dikaitkan dengan hal-hal supernatural dan masalah-masalah sakral yang ada di
     luar jangkauan pemikiran manusia.


         5. Thomas Aquinas
        Masalah keadilan diterjemahkan oleh pemikir ini ke dalam dua bentuk, yaitu pertama,
     keadilan yang timbul dari transaksi-transaksi seperti pembelian penjualan yang sesuai dengan
     asas-asas distribusi pasar, dan kedua, menyangkut pangkat bahwa keadilan yang wajar terjadi
     bila seorang penguasa atau pemimpin memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi
     haknya berdasarkan pangkat. Kemudian Thomas Aquinas membahas tentang hukum melalui
     pembedaan jenis-jenis hukum menjadi tiga, yaitu:
a.     Hukum Abadi (Lex Externa)
            Kebenaran hukum ini ditunjang oleh kearifan Ilahi yang merupakan landasan dari
     segala ciptaan. Manusia merupakan salah satu makhluk yang mencerminkan kebijaksanaan
     Sang Pencipta. Makhluk itu ada, berbentuk/berkodrat sebagaimana yang dikehendakinya.
     Oleh sebab itu, manusia sebagai makhluk yang berakal wajib memenuhi setiap kehendak
     Tuhan dan mempertanggungjawabkannya.
b.    Hukum Kodrat (Lex Naturalis)
            Hukum ini dijadikan dasar dari semua tuntutan moral. Tampak dia bukan hanya
     membuat pembahasan yang berkaitan dengan etika religius tanpa menjawab pertanyaan-
     pertanyaan tentang mengapa Tuhan menghendaki keadilan. Menurut Aquinas, Tuhan
     menghendaki agar manusia hidup sesuai kodratnya. Itu berarti bahwa manusia hidup
     sedemikian rupa sehingga ia dapat berkembang, membangun dan menentukan identitasnya,
     serta mencapai kebahagiaan.
c.     Hukum Buatan Manusia (Lex Humana)
            Hukum ini untuk mengatur tatanan sosial sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan
     keadilan. Norma hukum berlaku karena adanya perjanjian antara penguasa dengan rakyatnya.
     Di dalamnya tersirat rakyat akan taat pada penguasa, dan penguasa berjanji akan
mempergunakan kekuasaannya demi kepentingan masyarakat umum. Namun Aquinas
menekankan bahwa isi hukum buatan manusia hendaknya sesuai dengan hukum kodrat.
Kekuasaan harus memiliki legitimasi etis. Dia menegaskan bahwa hukum yang bertentangan
dengan hukum kodrat merupakan “penghancur hukum”. Untuk itu Aquinas menggolongkan
dua corak pemerintah, yaitu: pemerintahan berdasarkan kekuasaan (despotik), dan
pemerintahan yang sesuai dengan kodrat masyarakat sebagai individu yang bebas (politik).


Jenis-jenis legitimasi
Menurut Andrain dalam Ramlan Subakti (Memahami Ilmu Politik, 1999:97) berdasarkan
prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pemerintah maka legitimasi
dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu :

1.   Legitimasi tradisional; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada
     pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan keturunan pemimpin
     ”berdarah biru” yang dipercaya harus memimpin masyarakat.
2.   Legitimasi ideologi; masyarakat memberikan dukungan kepada pemimpin pemerintahan
     karena pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana ideologi. Ideologi
     yang dimaksudkan tidak hanya yang doktriner seperti komunisme, tetapi juga yang
     pragmatis seperti liberalisme dan ideologi pancasila.
3.   Legitimasi kualitas pribadi; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada
     pemerintah karena pemimpin tersebut memiliki kualitas pribadi berupa kharismatik
     maupun penampilan pribadi dan prestasi cemerlang dalam bidang tertentu.
4.   Legitimasi prosedural;    masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada
     pemerintah karena pemimpin tersebut mendapat kewenangan menurut prosedur yang
     ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
5.   Legitimasi instrumental; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada
     pemerintah karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan materiil
     (instrumental) kepada masyarakat.


BAB III Kesimpulan dan Analistis
     1. Wewenang adalah kekuasaan yang dilembagakan.
     2. Kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam
        suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan
        landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
3. Ada tiga jenis wewenang, yaitu:
       a. Wewenang tradisional, yakni berdasarkan kepercayaan bahwa tradisi lama
          serta kedudukan kekuasaan yang dilandasi oleh tradisi itu adalah wajar dan
          patut dihormati.
       b. Wewenang karismatik, yakni berdasarkan kepercayaan pada kesaktian dan
          kekuatan mistik atau religius seorang pemimpin.
       c. Wewenang rasional-legal, yakni berdasarkan kepercayaan pada tatanan
          hukum rasional yang melandasi kedudukan seorang pemimpin, seperti aturan-
          aturan mendasari tingkah laku sesorang, termasuk pemimpin.


4. Legitimasi adalah keyakinan dari pihak anggota (masyarakat) bahwa sudah wajar
   baginya untuk menerima baik dan menaati penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan
   dari rezim itu.
5. Bentuk legitimasi kekuasaan menurut para filsuf yaitu:
       a. Niccolo Machiavelli
          Kaidah etika politik yang dianut oleh Machiavelli ialah bahwa apa yang baik
          adalah sesuatu yang mampu menunjang kekuasaan negara.
       b. Jean-Jacques Rousseau
                  1) Negara dibentuk karena adanya niat-niat baik untuk melestarikan
                     kebebasan dan kesejahteraan individu.
                  2) Kepentingan publik kolektif senantiasa memperkuat kebebasan
                     individu, sehingga setiap pribadi bukan sebagai kesatuan melainkan
                     bagian dari kesatuan yang disebut komunitas.
       c. Thomas Hobbes

          Pembentukan undang-undang digariskan dengan tujuan untuk mencegah
          anarki.

       d. Plato

                  1) Para penguasa memperoleh hak memakai kekuasaan untuk mencapai
                     kebaikan publik dari kecerdasan mereka.

                  2) Kebaikan publik akan tercapai jika setiap potensi individu terpenuhi.
e. Thomas Aquinas
                    1) Keadilan timbul dari asas-asas distribusi pasar
                    2) Keadilan yang wajar terjadi bila seorang penguasa atau pemimpin
                        memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya
                        berdasarkan pangkat.
               Keadilan dipengaruhi oleh jenis hukum yang digunakan suatu negara, yaitu
                          1. Hukum Abadi (Lex Externa), yakni hukum ditunjang oleh
                              kearifan Ilahi yang merupakan landasan dari segala ciptaan.
                          2. Hukum Kodrat (Lex Naturalis), yakni yakni hukum adalah
                              landasan dari semua tuntutan moral.
                          3. Hukum Buatan Manusia (Lex Humana), yakni hukum berlaku
                              karena adanya perjanjian antara penguasa dengan rakyatnya
                              dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan keadilan.
   6. Legitimasi terdiri dari lima jenis, yaitu
          a. Legitimasi tradisional, yakni berdasarkan keturunan         pemimpin ”berdarah
               biru” yang dipercaya harus memimpin masyarakat.
          b.   Legitimasi ideologi, yakni berdasarkan anggapan bahwa pemimpin tersebut
               adalah penafsir dan pelaksana ideologi
          c.   Legitimasi kualitas pribadi, yakni berdasarkan kualitas pribadi pemimpin,
               seperti kharisma, penampilan pribadi dan prestasi pada bidang tertentu.
          d.   Legitimasi prosedural, yakni berdasarkan kewenangan menurut prosedur yang
               ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
          e.   Legitimasi instrumental, yakni berdasarkan jaminan kesejahteraan materill
               (instrumental) yang diberikan pemimpin kepada masyarakat.


BAB IV Kritik dan Saran
   1. Legitimasi wewenang sebaiknya selalu dilakukan berdasarkan ketentuan dasar dan
      kepentingan publik.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarjo, Miriam, Prof. DASAR-DASAR ILMU POLITIK. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta.
2008. Edisi ketiga.
Syafiee, Kencana Inu. PENGANTAR ILMU POLITIK. Pustaka Reka Cipta: Bandung. 2009.
Cetakan Pertama.


http://okghiqowiy.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-pentingnya-wewenang.html
http://abdulfaroj.blogspot.com/2012/01/bab-7-wewenangdelegasidesentralisasi.html
www.slideshare.net/abd3llah/kekuasaan-dan-wewenang
http://rodlialramdhan.blogspot.com/2012/05/bentuk-bentuk-legitimasi-kekuasaan.html
http://Fabadiah.files.wordpress.com/bab-ii-legitimasi-kekuasaan.docx

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraUzix Moch
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnDella Mega Alfionita
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanMuhammad Fahri
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalVallen Hoven
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamSurveyan Adhi Laksana
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanElla Feby
 
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAPENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAdayurikaperdana19
 
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Rido Frans
 
Pengantar Kewarganegaraan PPT
Pengantar Kewarganegaraan PPT Pengantar Kewarganegaraan PPT
Pengantar Kewarganegaraan PPT Andhika Pratama
 
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUMILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUMManunggal Amethyst
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Penegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaPenegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaLiling InkInk
 
Makalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negaraMakalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negaraFenti Anita Sari
 

La actualidad más candente (20)

Demokrasi Indonesia
Demokrasi IndonesiaDemokrasi Indonesia
Demokrasi Indonesia
 
Sumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negaraSumber sumber hukum tata negara
Sumber sumber hukum tata negara
 
Demokrasi
DemokrasiDemokrasi
Demokrasi
 
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htnPengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
Pengertian, perbedaan dan persamaan han dan htn
 
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuanAsas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
Asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan
 
Bentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahanBentuk negara dan pemerintahan
Bentuk negara dan pemerintahan
 
Pengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum InternasionalPengakuan dalam Hukum Internasional
Pengakuan dalam Hukum Internasional
 
Makalah Kebebasan Beragama
Makalah Kebebasan BeragamaMakalah Kebebasan Beragama
Makalah Kebebasan Beragama
 
Pancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan hamPancasila sebagai etika politik dan ham
Pancasila sebagai etika politik dan ham
 
Presentasi pkn HAM
Presentasi pkn HAMPresentasi pkn HAM
Presentasi pkn HAM
 
Makalah rule of law
Makalah rule of lawMakalah rule of law
Makalah rule of law
 
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraanPancasila sebagai konteks ketatanegaraan
Pancasila sebagai konteks ketatanegaraan
 
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILAPENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR PENDIDIKAN PANCASILA
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
Sistem konstitusi & dinamika pelaksanaan uud 1945
 
Pengantar Kewarganegaraan PPT
Pengantar Kewarganegaraan PPT Pengantar Kewarganegaraan PPT
Pengantar Kewarganegaraan PPT
 
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUMILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
ILMU NEGARA - KONSEP NEGARA HUKUM
 
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita SariTugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional  Fenti Anita Sari
Tugas Suksesi Negara dan Kapasitas Internasional Fenti Anita Sari
 
Penegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesiaPenegakan hukum di indonesia
Penegakan hukum di indonesia
 
Makalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negaraMakalah hubungan antar lembaga negara
Makalah hubungan antar lembaga negara
 

Similar a Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan

Similar a Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan (20)

Materi ilmu politik
Materi ilmu politikMateri ilmu politik
Materi ilmu politik
 
Pip pertemuan ke 2
Pip pertemuan ke 2Pip pertemuan ke 2
Pip pertemuan ke 2
 
UTS Fil 3 Politik.pdf
UTS Fil 3 Politik.pdfUTS Fil 3 Politik.pdf
UTS Fil 3 Politik.pdf
 
Bahan presentasi2
Bahan presentasi2Bahan presentasi2
Bahan presentasi2
 
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika Publik
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika PublikLegitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika Publik
Legitimasi Politik Dinasti Dalam Tinjauan Etika Publik
 
Resume memahami ilmu politik
Resume  memahami ilmu politikResume  memahami ilmu politik
Resume memahami ilmu politik
 
Politik hukum
Politik hukumPolitik hukum
Politik hukum
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Makalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negaraMakalah hukum tata negara
Makalah hukum tata negara
 
Pengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politikPengantar ilmu politik
Pengantar ilmu politik
 
Makalah dasar dasar politik
Makalah dasar dasar politikMakalah dasar dasar politik
Makalah dasar dasar politik
 
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptxMata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
 
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptxMata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
Mata Kuliah pengantar ilmu politik.pptx
 
Kwn bab 4
Kwn bab 4Kwn bab 4
Kwn bab 4
 
penyebab manusia menaati hukum
penyebab manusia menaati hukumpenyebab manusia menaati hukum
penyebab manusia menaati hukum
 
Makalah ilmu politik
Makalah ilmu politikMakalah ilmu politik
Makalah ilmu politik
 
Komunikasi politik 2
Komunikasi politik 2Komunikasi politik 2
Komunikasi politik 2
 
Makalah ilmu politik 3
Makalah ilmu politik  3Makalah ilmu politik  3
Makalah ilmu politik 3
 

Último

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Último (20)

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan

  • 1. Tugas Pengantar Ilmu Politik PENGERTIAN KEWENANGAN POLITIK DAN LEGITIMASI POLITIK O L E H Josephine Fiona Ketaren (100904090) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI 2012
  • 2. Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pengertian Kewenangan Politik dan Legitimasi Politik”. Makalah ini ditujukan untuk pemenuhan tugas menjelang Ujian Tengah Semester yang ditugaskan oleh Bapak Fuad Ginting, selaku dosen Pengantar Ilmu Politik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak terkait yang telah mendukung penulis dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada bapak dosen yang telah membimbing penulis melalui pengajaran saat mata kuliah Pengantar Ilmu Politik berlangsung. Dalam proses penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni dengan referensi website-website yang membahas tentang kewenangan dan legitimasi politik dan buku-buku Pengantar Ilmu Politik. Tantangan dalam penyelesaian makalah ini adalah sulit mencari waktu yang tepat untuk dapat fokus mengerjakan makalah ini dan juga keterbatasan referensi buku-buku yang dimiliki penulis untuk menuntaskan penyelesaian makalah ini. Masih banyak kekurangan yang terdapat di makalah, oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk memperkaya isi makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memperkaya pengetahuan pembaca, dan berguna untuk kita semua. Terimakasih dan selamat membaca. Medan, Oktober 2012 Penulis
  • 3. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Kewenangan politik dan legitimasi politik selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan karena seseorang dapat memiliki kewenangan, dengan terlebih dahulu memiliki legitimasi (keabsahan) dalam menentukan suatu kebijakan untuk kepentingan sebuah lembaga . Kewenangan tentu berbeda dengan kekuasaan, sebab dalam suatu kewenangan ada kaidah-kaidah yang mengikat setiap anggota lembaga untuk menciptakan keseimbangan pada setiap komponen lembaga. Dalam hal ini Undang-Undang Dasar tahun 1945 dan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa menjadi aturan pokok bagi setiap warga dan para pelaku politik. Kewenangan politik tidak selamanya dapat sejalan dengan keinginan masyarakat. Sebab, menentukan sebuah kebijakan publik, berarti harus ada kesepakatan untuk menentukan prioritas utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara pembuat kebijakan dan masyarakat. Namun, kebijakan publik harus tetap dilakukan meskipun adanya perselisihan pendapat ataupun konflik yang membuat kondisi politi menjadi kurang stabil. Sehingga, dalam hal ini legitimasi politik berperan untuk memberi pengakuan bahwa setiap kebijakan yang diputuskan adalah yang yang terbaik untuk kepentingan masyarakat di mana kebijakan politik itu disahkan. Sehingga, bagaimana cara seseorang mendapatkan kewenangan politik juga dapat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap pembuat kebijakan tersebut. I. 2 Perumusan Masalah 1. Apa itu wewenang politik? 2. Apa perbedaan kewenangan dan kekuasaan? 3. Apa sajakah jenis-jenis wewenang? 4. Apa pengertian legitimasi politik? 5. Apa saja bentuk legitimasi politik menurut para ahli? 6. Apa saja jenis legitimasi?
  • 4. Bab II Kewenangan dan Legitimasi a. Wewenang Menurut Miriam Budiardjo dalam Frans Magnis—Suseno (1994:54) otoritas atau wewenang adalah ”kekuasaan yang dilembagakan”, yaitu kekuasaan yang tidak hanya de facto menguasai, melainkan juga berhak untuk menguasai. Sedangkan, kekuasaan menurut Max Weber adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu. Jadi, kewenangan politik adalah kekuasaan yang dimiliki Menurut sosiolog, Max Weber (1864-1922) ada tiga macam wewenang, yakni: 1. Wewenang tradisional, yakni berdasarkan kepercayaan di antara anggota masyarakat bahwa tradisi lama serta kedudukan kekuasaan yang dilandasi oleh tradisi itu adalah wajar dan patut dihormati. 2. Wewenang karismatik, yakni berdasarkan kepercayaan anggota masyarakat pada kesaktian dan kekuatan mistik atau religius seorang pemimpin. Misalnya Hitler dan Mao Zedong sering dianggap sebagai pemimpin karismatik, sekalipun tentu mereka juga memiliki unsur wewenang rasional-legal. 3. Wewenang rasional-legal, yakni berdasarkan kepercayaan pada tatanan hukum rasional yang melandasi kedudukan seorang pemimpin. Maksudnya, aturan-aturan mendasari tingkah laku sesorang, termasuk pemimpin. b. Legitimasi David Easton menyatakan bahwa keabsahan (legitimasi) adalah: “Keyakinan dari pihak anggota (masyarakat) bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan menaati penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu (The conviction on the part of the member that it is right and proper for him to accept and obey the authorities and to abide by the requirements of the regime). Dalam legitimasi kekuasaan bila seorang pimpinan menduduki jabatan tertentu melalui pengangkatan diangkap absah, atau sesuai hukum. Dilihat dari sudut penguasa, A.M. Lipset: “Legitimasi mencakup kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau bentuk-bentuk politik yang ada adalah yang paling wajar untuk masyarakat itu (Legitimacy includes the capasity to produce and mantain a belief, that the existing political institutions or forms are the most appropriate for the society).
  • 5. Jika dalam suatu sistem politik terdapat konsensus mengenai dasar-dasar dan tujuan-tujuan masyarakat, keabsahan dapat tumbuh dengan kukuh, sehingga unsur paksaan serta kekerasan yang dipakai oleh setiap rezim dapat ditetapkan sampai minimum. Bentuk-bentuk Legitimasi Kekuasaan Negara Menurut Para Ahli Filsuf 1. Niccolo Machiavelli Saat Niccolo menulis pemikirannya tentang filsafat politik, ia menyaksikan terpecahnya kekuasaan di Italia dengan muncul banyak negara-negara kota yang rapuh, sehingga dapat dipahami bahwa ajarannya mengandung sinisme yang keras terhadap moralitas di dalam kekuasaan. Ia sesungguhnya merindukan suatu keadaan dimana negara merupakan pusat kekuasaan yang didukung sepenuhnya oleh rakyat banyak sehingga roda pemerintahan berjalan lancar. Untuk itu pemimpin harus punya kekuatan dalam mempertahankan kekuasaannya. Kaidah etika politik yang dianut oleh Machiavelli ialah bahwa apa yang baik adalah sesuatu yang mampu menunjang kekuasaan negara. Namun Machiavelli bergerak terlalu jauh ketika mengatakan bahwa tindakan yang jahat pun dapat dimaafkan oleh masyarakat asal penguasa mencapai sukses. Tampak bahwa Niccolo ingin mengadakan pemisahan yang tegas antara prinsip moral dan prinsip ketatanegaraan. Selain itu, ia tidak memperhitungkan bagaimana sikap-sikap masyarakat terhadap legitimasi kekuasaan. Namun demikian, ia telah berhasil menyuarakan penderitaan rakyat yang tercerai-berai karena intrik politik yang berkepanjangan. 2. Jean-Jacques Rousseau Ditinjau dari titik tolak ajaran yang dikemukakannya Rousseau termasuk pemikir utopis, seperti Plato, yang berusaha menggambarkan negara ideal dengan tujuan mengajarkan perbaikan cita-cita rakyat. Rousseau memandang ketertiban dihasilkan sebagai akibat dari hak-hak yang sama. Rousseau berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya manusia itu baik. Negara dibentuk karena adanya niat-niat baik untuk melestarikan kebebasan dan kesejahteraan individu. Dia mengandaikan bahwa keinginan umum dan semua kesejahteraan individu akan muncul bersamaan. Menurutnya segala bentuk kepentingan individu yang menyimpang dari kepentingan umum adalah salah, karena justru orang harus melihat kebebasan itu pada kesamaan yang terbentuk dalam komunitas. Rousseau terlalu idealis dalam memandang manusia, ia lupa bahwa tidak setiap individu mempunyai iktikad baik serta bersedia menyerahkan kebebasan individu demi kebaikan umum. Selain itu dia
  • 6. mengatakan bahwa kepentingan publik kolektif senantiasa memperkuat kebebasan individu sambil menguraikan bahwa setiap pribadi bukan sebagai kesatuan melainkan bagian dari kesatuan yang disebut komunitas. Namun pada dasarnya Rousseau sangat mencintai kesamaan dan ketenangan yang dijamin oleh negara melalui keutuhan masyarakat yang organis. 3. Thomas Hobbes Dasar dari ajaran Hobbes adalah tinjauan psikologi terhadap motivasi tindakan manusia. Dia menemukan bahwa manusia selalu memiliki harapan dan keinginan yang terkadang licik dan emosional. Semua itu akan berpengaruh apabila seorang manusia menggenggam kekuasaan. Hobbes mengaitkan masalah tersebut dengan legitimasi kekuasaan politik. Hobbes mengatakan bahwa untuk menertibkan tindakan manusia, negara harus membuat supaya manusia itu takut dan perkakas utama yang harus digunakan adalah tatanan hukum. Negara harus benar-benar kuat agar mampu memaksakan hukum melalui ancaman yang paling ditakuti manusia, yaitu hukuman mati. Pembentukan undang-undang digariskan dengan tujuan untuk mencegah anarki. Oleh karena itu, negara harus berkuasa jika tidak ingin keropos karena banyaknya anarki. Hobbes adalah orang pertama yang menyatakan paham positivisme hukum, bagi dia hukum di atas segala-galanya. Namun Hobbes lupa bahwa tindakan manusia tidak hanya ditentukan oleh emosi, karena manusia dikaruniai akal budi. Dan pendirian suatu negara juga bukan hanya atas pertimbangan emosional tapi juga pemikiran rasional. Kesimpulan dari Hobbes bahwa pembatasan konflik dilakukan melalui saran hukum, 4. Plato Plato adalah pemikir yang pertama berbicara mengenai negara ideal. Dia bermaksud membangun suatu masyarakat dimana orang banyak menyumbang kepada kemakmuran komunitas tanpa adanya kekuasaan kolektif yang merusak. Dalam model distribusi kekuasaan antara penguasa dan yang dikuasai, Plato mengandaikan bahwa para penguasa memperoleh hak memakai kekuasaan untuk mencapai kebaikan publik dari kecerdasan mereka. Oleh sebab itu, dengan merujuk pada sistem monarki yang lazim pada waktu itu, Plato merumuskan bahwa pemerintahan akan adil jika raja yang berkuasa adalah seorang yang bijaksana. Kebijaksanaan kebanyakan dimiliki oleh seorang filsuf. Maka konsepsi tentang “filsuf raja” atau “raja filsuf” banyak disebut sebagai
  • 7. inti dari teori Plato mengenai kekuasaan negara.selain itu Plato mengatakan bahwa kebaikan publik akan tercapai jika setiap potensi individu terpenuhi. Teori Plato memang masih mengandung banyak kelemahan karena adanya beberapa pertanyaan mendasar yang belum terjawab. Jika dibandingkan dengan kondisi negara-negara modern sekarang ini, model Plato terasa sangat utopis. Untuk menerima model ini kita perlu menerima pemikiran bahwa kualitas dasar individu secara alamiah berbeda. Pemikiran Plato sudah mampu menjadi peletak dasar sistem kenegaraan modern. Legitimasi negara tidak harus selalu dikaitkan dengan hal-hal supernatural dan masalah-masalah sakral yang ada di luar jangkauan pemikiran manusia. 5. Thomas Aquinas Masalah keadilan diterjemahkan oleh pemikir ini ke dalam dua bentuk, yaitu pertama, keadilan yang timbul dari transaksi-transaksi seperti pembelian penjualan yang sesuai dengan asas-asas distribusi pasar, dan kedua, menyangkut pangkat bahwa keadilan yang wajar terjadi bila seorang penguasa atau pemimpin memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya berdasarkan pangkat. Kemudian Thomas Aquinas membahas tentang hukum melalui pembedaan jenis-jenis hukum menjadi tiga, yaitu: a. Hukum Abadi (Lex Externa) Kebenaran hukum ini ditunjang oleh kearifan Ilahi yang merupakan landasan dari segala ciptaan. Manusia merupakan salah satu makhluk yang mencerminkan kebijaksanaan Sang Pencipta. Makhluk itu ada, berbentuk/berkodrat sebagaimana yang dikehendakinya. Oleh sebab itu, manusia sebagai makhluk yang berakal wajib memenuhi setiap kehendak Tuhan dan mempertanggungjawabkannya. b. Hukum Kodrat (Lex Naturalis) Hukum ini dijadikan dasar dari semua tuntutan moral. Tampak dia bukan hanya membuat pembahasan yang berkaitan dengan etika religius tanpa menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang mengapa Tuhan menghendaki keadilan. Menurut Aquinas, Tuhan menghendaki agar manusia hidup sesuai kodratnya. Itu berarti bahwa manusia hidup sedemikian rupa sehingga ia dapat berkembang, membangun dan menentukan identitasnya, serta mencapai kebahagiaan. c. Hukum Buatan Manusia (Lex Humana) Hukum ini untuk mengatur tatanan sosial sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan keadilan. Norma hukum berlaku karena adanya perjanjian antara penguasa dengan rakyatnya. Di dalamnya tersirat rakyat akan taat pada penguasa, dan penguasa berjanji akan
  • 8. mempergunakan kekuasaannya demi kepentingan masyarakat umum. Namun Aquinas menekankan bahwa isi hukum buatan manusia hendaknya sesuai dengan hukum kodrat. Kekuasaan harus memiliki legitimasi etis. Dia menegaskan bahwa hukum yang bertentangan dengan hukum kodrat merupakan “penghancur hukum”. Untuk itu Aquinas menggolongkan dua corak pemerintah, yaitu: pemerintahan berdasarkan kekuasaan (despotik), dan pemerintahan yang sesuai dengan kodrat masyarakat sebagai individu yang bebas (politik). Jenis-jenis legitimasi Menurut Andrain dalam Ramlan Subakti (Memahami Ilmu Politik, 1999:97) berdasarkan prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pemerintah maka legitimasi dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu : 1. Legitimasi tradisional; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan keturunan pemimpin ”berdarah biru” yang dipercaya harus memimpin masyarakat. 2. Legitimasi ideologi; masyarakat memberikan dukungan kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan pelaksana ideologi. Ideologi yang dimaksudkan tidak hanya yang doktriner seperti komunisme, tetapi juga yang pragmatis seperti liberalisme dan ideologi pancasila. 3. Legitimasi kualitas pribadi; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah karena pemimpin tersebut memiliki kualitas pribadi berupa kharismatik maupun penampilan pribadi dan prestasi cemerlang dalam bidang tertentu. 4. Legitimasi prosedural; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah karena pemimpin tersebut mendapat kewenangan menurut prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 5. Legitimasi instrumental; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan kepada pemerintah karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin kesejahteraan materiil (instrumental) kepada masyarakat. BAB III Kesimpulan dan Analistis 1. Wewenang adalah kekuasaan yang dilembagakan. 2. Kekuasaan adalah kemungkinan seorang pelaku mewujudkan keinginannya di dalam suatu hubungan sosial yang ada termasuk dengan kekuatan atau tanpa mengiraukan landasan yang menjadi pijakan kemungkinan itu.
  • 9. 3. Ada tiga jenis wewenang, yaitu: a. Wewenang tradisional, yakni berdasarkan kepercayaan bahwa tradisi lama serta kedudukan kekuasaan yang dilandasi oleh tradisi itu adalah wajar dan patut dihormati. b. Wewenang karismatik, yakni berdasarkan kepercayaan pada kesaktian dan kekuatan mistik atau religius seorang pemimpin. c. Wewenang rasional-legal, yakni berdasarkan kepercayaan pada tatanan hukum rasional yang melandasi kedudukan seorang pemimpin, seperti aturan- aturan mendasari tingkah laku sesorang, termasuk pemimpin. 4. Legitimasi adalah keyakinan dari pihak anggota (masyarakat) bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan menaati penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu. 5. Bentuk legitimasi kekuasaan menurut para filsuf yaitu: a. Niccolo Machiavelli Kaidah etika politik yang dianut oleh Machiavelli ialah bahwa apa yang baik adalah sesuatu yang mampu menunjang kekuasaan negara. b. Jean-Jacques Rousseau 1) Negara dibentuk karena adanya niat-niat baik untuk melestarikan kebebasan dan kesejahteraan individu. 2) Kepentingan publik kolektif senantiasa memperkuat kebebasan individu, sehingga setiap pribadi bukan sebagai kesatuan melainkan bagian dari kesatuan yang disebut komunitas. c. Thomas Hobbes Pembentukan undang-undang digariskan dengan tujuan untuk mencegah anarki. d. Plato 1) Para penguasa memperoleh hak memakai kekuasaan untuk mencapai kebaikan publik dari kecerdasan mereka. 2) Kebaikan publik akan tercapai jika setiap potensi individu terpenuhi.
  • 10. e. Thomas Aquinas 1) Keadilan timbul dari asas-asas distribusi pasar 2) Keadilan yang wajar terjadi bila seorang penguasa atau pemimpin memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya berdasarkan pangkat. Keadilan dipengaruhi oleh jenis hukum yang digunakan suatu negara, yaitu 1. Hukum Abadi (Lex Externa), yakni hukum ditunjang oleh kearifan Ilahi yang merupakan landasan dari segala ciptaan. 2. Hukum Kodrat (Lex Naturalis), yakni yakni hukum adalah landasan dari semua tuntutan moral. 3. Hukum Buatan Manusia (Lex Humana), yakni hukum berlaku karena adanya perjanjian antara penguasa dengan rakyatnya dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan keadilan. 6. Legitimasi terdiri dari lima jenis, yaitu a. Legitimasi tradisional, yakni berdasarkan keturunan pemimpin ”berdarah biru” yang dipercaya harus memimpin masyarakat. b. Legitimasi ideologi, yakni berdasarkan anggapan bahwa pemimpin tersebut adalah penafsir dan pelaksana ideologi c. Legitimasi kualitas pribadi, yakni berdasarkan kualitas pribadi pemimpin, seperti kharisma, penampilan pribadi dan prestasi pada bidang tertentu. d. Legitimasi prosedural, yakni berdasarkan kewenangan menurut prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. e. Legitimasi instrumental, yakni berdasarkan jaminan kesejahteraan materill (instrumental) yang diberikan pemimpin kepada masyarakat. BAB IV Kritik dan Saran 1. Legitimasi wewenang sebaiknya selalu dilakukan berdasarkan ketentuan dasar dan kepentingan publik.
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Budiarjo, Miriam, Prof. DASAR-DASAR ILMU POLITIK. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta. 2008. Edisi ketiga. Syafiee, Kencana Inu. PENGANTAR ILMU POLITIK. Pustaka Reka Cipta: Bandung. 2009. Cetakan Pertama. http://okghiqowiy.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-pentingnya-wewenang.html http://abdulfaroj.blogspot.com/2012/01/bab-7-wewenangdelegasidesentralisasi.html www.slideshare.net/abd3llah/kekuasaan-dan-wewenang http://rodlialramdhan.blogspot.com/2012/05/bentuk-bentuk-legitimasi-kekuasaan.html http://Fabadiah.files.wordpress.com/bab-ii-legitimasi-kekuasaan.docx