TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
1. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
NAMA : KHAIRUNNISA
NIM : 1205467
MATA KULIAH : TP500 – Belajar dan Pembelajaran TIK
KELAS : Kependidikan Guru TIK
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2012
2. 1. A. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Rumpun teori ini disebut
behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati atau
diukur.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode pelatihan atau pembiasaan semata. Dengan kata lain proses pembelajaran menurut teori
Behaviorisme adalah bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian
stimulus (rangsangan) dan respon yang dilakukan oleh siswa. Inti pembelajaran dalam
pandangan behaviorisme terletak pada stimulus respon (S-R).
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar
(respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah
laku tersebut.
B. Implikasi Teori Belajar Behavioristik dalam Proses dan Hasil Belajar
Teori belajar behavioristik dalam proses pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat
diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah
terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan
3. positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negative. Evaluasi atau penilaian
hasil belajar didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak
memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun
melalui simulasi.
2. A. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan
memanusiakan manusia itu sendiri. Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Tujuan utama para pendidik
adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan mambantu dalam
mawujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Teori humanistik sangat mementingkan apa yang dipelajari dari pada proses belajar itu
sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang
paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pengertian belajar dalam bentuknya
yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar sebagaimana apa adanya, seperti
yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
Pemahamanan terhadap belajar yang diidealkan menjadikan teori humanistik dapat
memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia. Hal ini
menjadikan teori humanistik bersifat elektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian
atau pendekatan belajar tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Teori
humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuannya tercapai, yatu memanusiakan
manusia.
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli di dalam menyusun teorinya hanya
terpaku pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan pertimbangan-
pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing-
masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar adalah
4. sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar
sesuai dengan pandangan masing-masing.
B. Implikasi Teori Belajar Humanistik dalam Proses dan Hasil Belajar
Teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran
untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut. Semua komponen pendidikan temasuk tujuan
pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal, manusia yang dicita-citakan, yaitu
manusia yang mampu mencapai aktualisasi diri. Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana
perkembangan peserta didik dalam mengaktualisasi dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta
realisasi diri.
Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu
diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan dapat belajar
dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan dapat membuat pilihan-
pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang. Dengan demikian teori humanistik
mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal tersebut dapat dicapai.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks manapun
akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Ide-ide, konsep-konsep,
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan guru
untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal ini akan dapat membantu mereka dalam
menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti perumusan tujuan, penentuan materi,
pemilihan strategi pembelajaran, serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan
manusia yang dicita-citakan tersebut.
3. A. Teori Belajar Kognitif
Teori kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi dan
pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
5. antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan pada
bagaimana informasi diproses.
Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Tokohnya Kohler, Max
Wertheimer, Jean Pigeat, Bruner , Kurt Lewin, dasar teori belajar tokoh ini sama yaitu dalam
belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan, sehingga lingkungan tidak otomatis
mempengaruhi manusia teori ini berbeda dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada
kehidupan manusia adalah mengetahui dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa
mental, bukan hubungan Stimulus-respons.
Karakteristik teori belajar kognitif :
a) Belajar adalah proses mental bukan behavioral;
b) Siswa aktif sebagai penyadur;
c) Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif;
d) Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus;
e) Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan;
f) Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.
Beberapa tokoh teori belajar kognitif :
a) Teori Gestalt dari Wertheimer dkk
Teori Gestalt mengatakan bahwa proses belajar adalah fenomena kognitif. Apabila individu
mengalami proses belajar, terjadi reorganisasi dalam persepsinya. Setelah proses belajar terjadi,
seseorang dapat memiliki cara pandang baru terhadap suatu problem.
b) Teori Schemata Piaget
Teori ini mengatakan bahwa pengalaman kependidikan harus dibangun di sekitar struktur
kognitif siswa. Struktur kognitif ini bisa dilihat dari usia serta budaya yang dimilik oleh
siswa. Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak secara garis besar terbagi empat
6. periode yaitu: a) periode sensori motor ( 0 – 2 tahun); b) periode praoperasional (2-7 tahun);
c)periode operasional konkrit (7-11 tahun); d) periode operasi formal (11-15) tahun.
Sedangkan konsep-konsep dasar proses organisasi dan adaptasi intelektual menurut Piaget
yaitu: skemata (dipandang sebagai sekumpulan konsep); asimilasi (peristiwa mencocokkan
informasi baru dengan informasi lama yang telah dimiliki seseorang; akomodasi (terjadi
apabila antara informasi baru dan lama yang semula tidak cocok kemudian dibandingkan
dan disesuaikan dengan informasi lama); dan equilibrium (bila keseimbangan
tercapai maka siswa mengenal informasi baru).
c) Teori Bruner
Teori belajar Bruner hampir serupa dengan teori Piaget, Bruner mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak mengikuti tiga tahap representasi yang berurutan, yaitu: a)
enaktif, segala perhatian anak tergantung pada responnya; b) ikonik, pola berpikir anak
tergantung pada organisasi sensoriknya dan c) simbolik, anak telah memiliki pengertian yang
utuh tentang sesuatu hal sehingga anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.
Implikasi teori Bruner dalam proses pembelajaran adalah menghadapkan anak pada suatu situasi
yang membingungkan atau suatu masalah.Dengan pengalamannya anak akan mencoba
menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk
mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
B. Implikasi Teori Kognitif Terhadap Proses Dan Hasil Belajar
Dalam proses pembelajaran teori kognitif lebih memusatkan pada cara berpikir atau
proses mental siswa, tidak sekedar kepada hasilnya. Selain itu, peran siswa sangat diharapkan
untuk berinisiatif dan terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Teori ini juga mengutamakan
peran siswa untuk saling berinteraksi.
Menurut Piaget, pertukaran gagasan – gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan
penalaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat
distimulasi. Dengan teori ini maka pemahaman yang di dapat setiap individu siswa beragam
sesuai bagaimana siswa tersebut terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
7. Implikasi dalam evaluasi hasil belajar dilakukan selama proses belajar bukan hanya
semata dinilai dari hasil belajar. Jadi, teori ini menitikberatkan pada proses daripada hasil yang
dicapai oleh siswa.
Sumber bacaan :
Rusman, dkk. 2011. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta:
Rajawali Pers.
http://riwayat.wordpress.com/2008/11/16/teori-belajar-program-dan-prinsip-pembelajaran/
http://aanisahfathinah.wordpress.com/2012/01/31/teori-teori-belajar/
http://syamsuddinrasyid.blogspot.com/2012/03/teori-belajar-behavioristik-psikologi.html
http:// komputerku.blogspot.com/2012/02/09/teori-belajar-humanistik-dan-penerapannya-dalam-
pembelajaran/
http://antonizonzai.blogspot.com/2011/02/05/teori-belajar-behaviorisme-kognitivisme-dan-
konstruktivisme.html
http://id.wikipedia.org/wiki/teori-belajar-behavioristik