SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
POLIMER – MAKROMOLEKUL 
TUJUAN 
Mererangkan proses pembentukan polimer (polimerisasi) dan melakukan identifikasi 
beberapa sifat polimer. 
PEMBAHASAN 
Pembuatan Polivinil Alkohol dan Identifikasi Sifat Polimer 
Pada percobaan pertama akan dijelaskan mengenai proses pembentukan polimer 
dan mengidentifikasi mengenai sifat-sifat dari polimer. Langkah awal yang perlu dilakukan 
pada percobaan ini yakni mencampurkan PVA dengan boraks. 
Berdasarkan dasar teori dia atas diketahui bahwa rumus struktur senyawa PVA dan 
boraks adalah sebagai berikut. 
PVA sebenarnya merupakan bahan utama dalam pembentukan polimer, di mana 
PVA ini memiliki kelarutan yang lambat pada temperatur yang rendah dan akan memiliki 
kelarutan yang lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi. Bentuk awal dari PVA ini yakni 
kental. 
PVA yang dimasukkan ke dalam wadah disposibel selanjutnya diberi pewarna 
makanan. Pewarna makanan yang digunakan sesuai selera. Penggunaan pewarna makanan 
ini sebenarnya tidak akan berpengaruh pada bentuk dan proses reaksi yang akan terjadi, 
karena tujuan pemberian pewarna makanan di sini hanya agar campuran nantinya terlihat 
lebih menarik saja. 
PVA yang telah diberi pewarna makanan kemudian ditambahkan dengan boraks, 
PVA ini akan bereaksi dengan boraks membentuk sebuah campuran yang lebih kental. 
Penambahan larutan boraks di sini yaitu bertujuan untuk memperkuat ikatan dalam molekul 
polimer PVA tersebut, sehingga campuran yang terbentuk lebih kental dari bentuk awal 
senyawa PVA dan membentuk gumpalan. 
Rantai lurus pada senyawa PVA akan mengalami cross-link dengan borat anion 
tetrahedral yang berasal dari borak, sehingga reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut. 
B4O7 
2-(aq) + 7H2O --> 4H3BO3(aq) + 2OH-(aq) 
H3BO3(aq) + 2H2O --> B(OH)4 
-(aq) + H3O+(aq)
Reaksi ikatan antara senyawa PVA dengan ion borat dapat digambarkan sebagai berikut. 
Cross-linking terjadi ketika PVA ditambahkan ke natrium borate. Oksigen elektronegatif pada borate membentuk ikatan hidrogen lemah dengan kelompok-kelompok hidroksil dari PVA. 
Senyawa boraks memiliki konsentrasi yang tinggi, sehingga larutan boraks dapat mengikat molekul pada PVA dengan kuat. Setelah penambahan senyawa boraks, maka polimer-polimer PVA akan melepaskan H+ dari OH dan membentuk ikatan dengan B. Pembentukan ikatan ini menyebabkan karakter dari PVA menjadi lebih padat, karena polimer-polimernya mengalami penyatuan. Dari reaksi tersebut akan dilepaskan molekul kecil H2O, sehingga proses polimerisasi yang terjadi merupakan polimerisasi kondensasi. 
Setelah gumpalan polimer PVA terbentuk, pengamatan dimulai dengan gumpalan polimer PVA didorong perlahan dan reaksinya yakni gumpalan menggelinding dengan sedikit memantul, sedangkan bentuk gumpalan masih tetap. Pada saat gumpalan polimer PVA didorong cepat dan mendadak, reaksinya menggelinding dan bentuk gumpalan sedikit berubah di mana menjadi agak gepeng (pipih). Sedangkan saat dijatuhkan dari ketinggian kurang lebih 10 cm, reaksi gumpalan memantul dengan bentuk gumpalan tetap. Dan yang terakhir pada saat gumpalan ditaruh di tangan dan dipul reaksinya gumpalan menjadi beribah bentuk menjadi pipih (gepeng). 
Pengamatan selanjutnya yakni dengan menuliskan suatu kata pada kertas dengan menggunakan tinta air dan lalu gumpalan ditekan pada tulisan tersebut sambil ditekan. Hasilnya, tulisan tinta air tersebut menempel/membekas pada gumpalan polimer PVA. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan substrat yang terkandung pada keduanya, di mana tinta air memiliki sifat polar dan gumpalan PVA juga bersifat polar sehingga dapat saling menyatu/berikatan. 
Sebaliknya, ketika perlakukan yang sama diberikan pada tulisan dengan menggunakan tinta ballpoint, tulisan tersebut tidak menempel/membekas pada gumpalan polimer PVA. Hal ini dikarenakan antara kedua substrat ini tidak ada saling ketercocokannya, di mana tinta ballpoint memiliki sifat non polar sedangkan gumpalan PVA bersifat polar sehingga tidak dapat menyatu. 
Sebagai tambahan, saat menambahkan boraks ke dalam PVA harus dilakukan perlahan-lahan. Hal ini bertujuan agar boraks yang ditambah dapat tercampur merata
dengan PVA. Boraks yang tidak tercampur rata dengan PVA dapat mengakibatkan gumpalan PVA yang terbentuk tidak sempurna, sehingga mudah pecah. 
Percobaan yang dilakukan setelah itu, yaitu gumpalan polimer PVA yang telah dibentuk tersebut diambil sedikit dan ditetesi 3-4 tetes HCl 0,2 M lalu diaduk. Hasilnya, gumpalan menjadi lebih lembek dan lama-kelamaan menjadi lengket dan larut dalam larutan HCl 0,2 M. Warna pada gumpalan juga lama-kelamaan memudar. Peristiwa ini dikarenakan ikatan yang terbentuk antara monomer terputus dan membuat polimer mulai terlepas dan menyebabkan polimer kembali menjadi monomer-monomer seperti sebelumnya. 
Saat sedikit potongan gumpalan polimer PVA diberi 3-4 tetes NaOH 0,1 M dan diaduk, hasilnya gumpalan masih terbentuk kuat. Hal ini di karenakan pada NaOH terdapat gugus –OH yang mana gugus –OH ini akan berikatan dengan gugus –OH pada PVA. Sehingga gugus –OH akan semakin banyak dan semakin memperkuat ikatan dalam molekul PVA. Oleh sebab itu, gumpalan polimer akan semakin keras atau tetap menggumpal. Pada jenis perlakuan ketiga dan keempat yakni diberi 3-4 tetes HCl 0,2 M dan NaOH 0,2 M, serta 3-4 tetes NaOH 0,2 M dan HCl 0,2 M terlihat bahwa gumpalan polimer PVA tetap menggumpal seperti semula. Walaupun terdapat larutan HCl 0,2 M yang dapat memperlemah ikatan pada gumpalan PVA, namun dengan adanya larutan NaOH 0,2 M yang mana mangendung gugus –OH yang dapat berikatan dengan gugus –OH pada PVA, ikatan yang sebelumnya melemah karena HCl dan terputus tersebut dapat menguat dan kembali seperti semula kembali. 
Beberapa tindakan di atas sebenarnya berguna untuk mengidentifikasi sifat-sifat dari polimer, di mana sifat polimer dibedakan menjadi sifat fisik dan kimiia. Sifat fisik yang dimiliki yaitu keras, karena struktur terikat kuat dan memiliki ikatan yang oanjang. PVA ini merupakan salah satu jenis termoplastik, di mana pada saat berada pada suhu tinggi akan meleleh (hancur). Begitu pula saat PVA dicampur dengan larutan yang memiliki konsentrasi tinggi polimer ini juga akan hancur. Beberapa hal yang tidak sesuai antara hasil percobaan dengan teori, dapat dikarenakan oleh beberapa faktor. Diantaranya, kurang sempurnanya pembentukan polimer PVA yang disebabkan kurang meratanya larutan boraks saat dicampur ke dalam PVA. Sehingga ikatan pada gumpalan polimer yang terbentuk belum terlalu kuat. 
Mempelajari Pengaruh pH dan Pemanasan Terhadap Sifat dan Struktur Protein 
Pada jenis percobaan kedua untuk mengetahui sifat protein jika berada pada suhu tinggi dan tingkat keasaman (pH) yang tinggi. Pada percobaan pertama di mana tabung reaksi diisi air kemudian dipanaskan. Setelah mendidih ke dalam tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes putih telur. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa putih telur yang semula berwarna bening berubah menjadi gumpalan berwana putih yang berada di permukaan air. Sementara itu, pada tabung reaksi kedua diisi air dan beberapa tetes putih telur. Kemudian dipanaskan hingga mendidih. Hasil percobaan memperlihatkan campuran air dan putih telur
yang semula jernih setelah dipanaskan hingga mendidih warna campuran berubah menjadi berwarna putih dan keruh di seluruh larutan. 
Perubahan wujud dan warna putih telur ketika mengalami peningkatan suhu dikarenakan pada saat terkena temperatur yang tinggi (panas), protein pada telur mengalami denaturasi. Panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari protein namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, Semakin tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya koagulasi. 
Selain itu, putih telur merupakan suatu cairan yang tak berwarna yang mengandung albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih telur akan mengakibatkan albumin ini membuka lipatan dan mengendap, sehingga dihasilkan suatu zat padat putih. 
Pada tabung pertama endapan putih hanya sebagian dan terdapat di permukaan saja dikarenakan saat putih telur dimasukkan, air sudah dalam keadaan panas, sehingga penambahan putih telur akan langsung bereaksi pada permukaan air panas tersebut tanpa sempat bercampur dengan air. Sedangkan pada tabung kedua endapan putih terjadi di seluruh larutan, karena awalnya putih telur dimasukkan pada air biasa (sama dengan suhu ruang) sehingga putih telur dapat bercampur/bereaksi dengan air. Sehingga, ketika campuran air dan putih telur dipanaskan, susunan protein pada putih telur menjadi rusak yang menyebar ke seluruh bagian larutan. Pada tabung reaksi ketiga di mana tabung diberi larutan pH 1 dan ditambahkan beberapa tetes putih telur. Dari hasil percobaan terlihat bahwa terdapat gumpalan berwarna bening. Hal ini juga dikarenakan protein pada putih telur mengalami dinaturasi. Protein memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah. Sehingga, penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada protein. Ion positif dan negatif pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu jenis interaksi pada protein, menjadi kacau dan protein mengalami terdenaturasi.

More Related Content

What's hot

Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)nailaamaliaa
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionqlp
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriqlp
 
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar IonLaporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar IonErnalia Rosita
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporanChaLim Yoora
 
laporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonlaporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonwd_amaliah
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetriwd_amaliah
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanqlp
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsialqlp
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformqlp
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPTTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPTUniversity Of Jakarta
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusiIhsan Yaacob
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Dede Suhendra
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
Makalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-ideal
Makalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-idealMakalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-ideal
Makalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-idealTorang Aritonang
 
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium SulfatPenetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium SulfatRidwan Ajipradana
 

What's hot (20)

Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)Kimia Organik (Aldehid dan keton)
Kimia Organik (Aldehid dan keton)
 
Pemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ionPemisahan kation dengan penukar ion
Pemisahan kation dengan penukar ion
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
 
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar IonLaporan Praktikum Resin Penukar Ion
Laporan Praktikum Resin Penukar Ion
 
Koef distribusi laporan
Koef distribusi laporanKoef distribusi laporan
Koef distribusi laporan
 
laporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbonlaporan praktikum hidrokarbon
laporan praktikum hidrokarbon
 
laporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetrilaporan praktikum analisis gravimetri
laporan praktikum analisis gravimetri
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
Pemisahan kation gol.iv
Pemisahan kation gol.ivPemisahan kation gol.iv
Pemisahan kation gol.iv
 
Volume molal parsial
Volume molal parsialVolume molal parsial
Volume molal parsial
 
Campuran sederhana
Campuran sederhanaCampuran sederhana
Campuran sederhana
 
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroformEkstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
Ekstraksi kobalt dan nikel dengan ditizon dalam pelarut kloroform
 
Sintesis gas hidrogen
Sintesis gas hidrogenSintesis gas hidrogen
Sintesis gas hidrogen
 
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPTTeori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
Teori Orbital Molekul dan Ligan Field Theory PPT
 
Pentuan Kadar Ni (Nikel)
Pentuan Kadar Ni (Nikel)Pentuan Kadar Ni (Nikel)
Pentuan Kadar Ni (Nikel)
 
Koefisien distribusi
Koefisien distribusiKoefisien distribusi
Koefisien distribusi
 
Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i Laporan kimfis 1 kelompok i
Laporan kimfis 1 kelompok i
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
Makalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-ideal
Makalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-idealMakalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-ideal
Makalah hukum-raoult-dan-termodinamika-larutan-ideal
 
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium SulfatPenetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
Penetapan Kadar Sulfat dalam Natrium Sulfat
 

More from qlp

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseqlp
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcqlp
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidaqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminaqlp
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftolqlp
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerqlp
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis miselqlp
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airqlp
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromqlp
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomqlp
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriqlp
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriqlp
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikqlp
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiqlp
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)qlp
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometriqlp
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cqlp
 

More from qlp (20)

Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipaseKinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
Kinetika reaksi hidrolisis dengan enzim lipase
 
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplcAnalisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
Analisis kualitatif dan kuantitatif vitamin c menggunakan hplc
 
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhanIsolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
Isolasi dan analisis pigmen dari tumbuhan
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
 
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilidalaporan kimia organik - Sintesis asetanilida
laporan kimia organik - Sintesis asetanilida
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
laporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis iminalaporan kimia organik - Sintesis imina
laporan kimia organik - Sintesis imina
 
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftollaporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
laporan kimia organik - Sintesis-1-fenilazo-2-naftol
 
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimerlaporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
laporan kimia fisik - Penentuan berat molekul polimer
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Penentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam airPenentuan amonia dalam air
Penentuan amonia dalam air
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan krom
 
Analisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atomAnalisis dengan spektrometri serapan atom
Analisis dengan spektrometri serapan atom
 
Penentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetriPenentuan sulfat secara turbidimetri
Penentuan sulfat secara turbidimetri
 
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometriPenentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
Penentuan kinetika ester saponifikasi dengan metode konduktometri
 
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionikPenentuan energi aktivasi reaksi ionik
Penentuan energi aktivasi reaksi ionik
 
Kinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsiKinetika adsorpsi
Kinetika adsorpsi
 
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
Kinetika reaksi hidrogen peroksida dengan asam iodida (repaired) (repaired)
 
Viskometri
ViskometriViskometri
Viskometri
 
Titrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin cTitrasi iodimetri vitamin c
Titrasi iodimetri vitamin c
 

Recently uploaded

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 

Recently uploaded (20)

RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 

Laporan polimer makromolekul

  • 1. POLIMER – MAKROMOLEKUL TUJUAN Mererangkan proses pembentukan polimer (polimerisasi) dan melakukan identifikasi beberapa sifat polimer. PEMBAHASAN Pembuatan Polivinil Alkohol dan Identifikasi Sifat Polimer Pada percobaan pertama akan dijelaskan mengenai proses pembentukan polimer dan mengidentifikasi mengenai sifat-sifat dari polimer. Langkah awal yang perlu dilakukan pada percobaan ini yakni mencampurkan PVA dengan boraks. Berdasarkan dasar teori dia atas diketahui bahwa rumus struktur senyawa PVA dan boraks adalah sebagai berikut. PVA sebenarnya merupakan bahan utama dalam pembentukan polimer, di mana PVA ini memiliki kelarutan yang lambat pada temperatur yang rendah dan akan memiliki kelarutan yang lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi. Bentuk awal dari PVA ini yakni kental. PVA yang dimasukkan ke dalam wadah disposibel selanjutnya diberi pewarna makanan. Pewarna makanan yang digunakan sesuai selera. Penggunaan pewarna makanan ini sebenarnya tidak akan berpengaruh pada bentuk dan proses reaksi yang akan terjadi, karena tujuan pemberian pewarna makanan di sini hanya agar campuran nantinya terlihat lebih menarik saja. PVA yang telah diberi pewarna makanan kemudian ditambahkan dengan boraks, PVA ini akan bereaksi dengan boraks membentuk sebuah campuran yang lebih kental. Penambahan larutan boraks di sini yaitu bertujuan untuk memperkuat ikatan dalam molekul polimer PVA tersebut, sehingga campuran yang terbentuk lebih kental dari bentuk awal senyawa PVA dan membentuk gumpalan. Rantai lurus pada senyawa PVA akan mengalami cross-link dengan borat anion tetrahedral yang berasal dari borak, sehingga reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut. B4O7 2-(aq) + 7H2O --> 4H3BO3(aq) + 2OH-(aq) H3BO3(aq) + 2H2O --> B(OH)4 -(aq) + H3O+(aq)
  • 2. Reaksi ikatan antara senyawa PVA dengan ion borat dapat digambarkan sebagai berikut. Cross-linking terjadi ketika PVA ditambahkan ke natrium borate. Oksigen elektronegatif pada borate membentuk ikatan hidrogen lemah dengan kelompok-kelompok hidroksil dari PVA. Senyawa boraks memiliki konsentrasi yang tinggi, sehingga larutan boraks dapat mengikat molekul pada PVA dengan kuat. Setelah penambahan senyawa boraks, maka polimer-polimer PVA akan melepaskan H+ dari OH dan membentuk ikatan dengan B. Pembentukan ikatan ini menyebabkan karakter dari PVA menjadi lebih padat, karena polimer-polimernya mengalami penyatuan. Dari reaksi tersebut akan dilepaskan molekul kecil H2O, sehingga proses polimerisasi yang terjadi merupakan polimerisasi kondensasi. Setelah gumpalan polimer PVA terbentuk, pengamatan dimulai dengan gumpalan polimer PVA didorong perlahan dan reaksinya yakni gumpalan menggelinding dengan sedikit memantul, sedangkan bentuk gumpalan masih tetap. Pada saat gumpalan polimer PVA didorong cepat dan mendadak, reaksinya menggelinding dan bentuk gumpalan sedikit berubah di mana menjadi agak gepeng (pipih). Sedangkan saat dijatuhkan dari ketinggian kurang lebih 10 cm, reaksi gumpalan memantul dengan bentuk gumpalan tetap. Dan yang terakhir pada saat gumpalan ditaruh di tangan dan dipul reaksinya gumpalan menjadi beribah bentuk menjadi pipih (gepeng). Pengamatan selanjutnya yakni dengan menuliskan suatu kata pada kertas dengan menggunakan tinta air dan lalu gumpalan ditekan pada tulisan tersebut sambil ditekan. Hasilnya, tulisan tinta air tersebut menempel/membekas pada gumpalan polimer PVA. Hal ini dikarenakan adanya kesamaan substrat yang terkandung pada keduanya, di mana tinta air memiliki sifat polar dan gumpalan PVA juga bersifat polar sehingga dapat saling menyatu/berikatan. Sebaliknya, ketika perlakukan yang sama diberikan pada tulisan dengan menggunakan tinta ballpoint, tulisan tersebut tidak menempel/membekas pada gumpalan polimer PVA. Hal ini dikarenakan antara kedua substrat ini tidak ada saling ketercocokannya, di mana tinta ballpoint memiliki sifat non polar sedangkan gumpalan PVA bersifat polar sehingga tidak dapat menyatu. Sebagai tambahan, saat menambahkan boraks ke dalam PVA harus dilakukan perlahan-lahan. Hal ini bertujuan agar boraks yang ditambah dapat tercampur merata
  • 3. dengan PVA. Boraks yang tidak tercampur rata dengan PVA dapat mengakibatkan gumpalan PVA yang terbentuk tidak sempurna, sehingga mudah pecah. Percobaan yang dilakukan setelah itu, yaitu gumpalan polimer PVA yang telah dibentuk tersebut diambil sedikit dan ditetesi 3-4 tetes HCl 0,2 M lalu diaduk. Hasilnya, gumpalan menjadi lebih lembek dan lama-kelamaan menjadi lengket dan larut dalam larutan HCl 0,2 M. Warna pada gumpalan juga lama-kelamaan memudar. Peristiwa ini dikarenakan ikatan yang terbentuk antara monomer terputus dan membuat polimer mulai terlepas dan menyebabkan polimer kembali menjadi monomer-monomer seperti sebelumnya. Saat sedikit potongan gumpalan polimer PVA diberi 3-4 tetes NaOH 0,1 M dan diaduk, hasilnya gumpalan masih terbentuk kuat. Hal ini di karenakan pada NaOH terdapat gugus –OH yang mana gugus –OH ini akan berikatan dengan gugus –OH pada PVA. Sehingga gugus –OH akan semakin banyak dan semakin memperkuat ikatan dalam molekul PVA. Oleh sebab itu, gumpalan polimer akan semakin keras atau tetap menggumpal. Pada jenis perlakuan ketiga dan keempat yakni diberi 3-4 tetes HCl 0,2 M dan NaOH 0,2 M, serta 3-4 tetes NaOH 0,2 M dan HCl 0,2 M terlihat bahwa gumpalan polimer PVA tetap menggumpal seperti semula. Walaupun terdapat larutan HCl 0,2 M yang dapat memperlemah ikatan pada gumpalan PVA, namun dengan adanya larutan NaOH 0,2 M yang mana mangendung gugus –OH yang dapat berikatan dengan gugus –OH pada PVA, ikatan yang sebelumnya melemah karena HCl dan terputus tersebut dapat menguat dan kembali seperti semula kembali. Beberapa tindakan di atas sebenarnya berguna untuk mengidentifikasi sifat-sifat dari polimer, di mana sifat polimer dibedakan menjadi sifat fisik dan kimiia. Sifat fisik yang dimiliki yaitu keras, karena struktur terikat kuat dan memiliki ikatan yang oanjang. PVA ini merupakan salah satu jenis termoplastik, di mana pada saat berada pada suhu tinggi akan meleleh (hancur). Begitu pula saat PVA dicampur dengan larutan yang memiliki konsentrasi tinggi polimer ini juga akan hancur. Beberapa hal yang tidak sesuai antara hasil percobaan dengan teori, dapat dikarenakan oleh beberapa faktor. Diantaranya, kurang sempurnanya pembentukan polimer PVA yang disebabkan kurang meratanya larutan boraks saat dicampur ke dalam PVA. Sehingga ikatan pada gumpalan polimer yang terbentuk belum terlalu kuat. Mempelajari Pengaruh pH dan Pemanasan Terhadap Sifat dan Struktur Protein Pada jenis percobaan kedua untuk mengetahui sifat protein jika berada pada suhu tinggi dan tingkat keasaman (pH) yang tinggi. Pada percobaan pertama di mana tabung reaksi diisi air kemudian dipanaskan. Setelah mendidih ke dalam tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes putih telur. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa putih telur yang semula berwarna bening berubah menjadi gumpalan berwana putih yang berada di permukaan air. Sementara itu, pada tabung reaksi kedua diisi air dan beberapa tetes putih telur. Kemudian dipanaskan hingga mendidih. Hasil percobaan memperlihatkan campuran air dan putih telur
  • 4. yang semula jernih setelah dipanaskan hingga mendidih warna campuran berubah menjadi berwarna putih dan keruh di seluruh larutan. Perubahan wujud dan warna putih telur ketika mengalami peningkatan suhu dikarenakan pada saat terkena temperatur yang tinggi (panas), protein pada telur mengalami denaturasi. Panas dapat mengacaukan ikatan hidrogen dari protein namun tidak akan mengganggu ikatan kovalennya. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya suhu akan membuat energi kinetik molekul bertambah. Bertambahnya energi kinetik molekul akan mengacaukan ikatan-ikatan hidrogen. Dengan naiknya suhu, akan membuat perubahan entalpi sistem naik. Selain itu bentuk protein yang terdenaturasi dan tidak teratur juga sebagai tanda bahwa entropi bertambah. Entropi sendiri merupakan derajat ketidakteraturan, Semakin tidak teratur maka entropi akan bertambah. Pemanasan juga dapat mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menurun dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Selain itu, putih telur merupakan suatu cairan yang tak berwarna yang mengandung albumin, yakni protein globular yang larut. Pemanasan putih telur akan mengakibatkan albumin ini membuka lipatan dan mengendap, sehingga dihasilkan suatu zat padat putih. Pada tabung pertama endapan putih hanya sebagian dan terdapat di permukaan saja dikarenakan saat putih telur dimasukkan, air sudah dalam keadaan panas, sehingga penambahan putih telur akan langsung bereaksi pada permukaan air panas tersebut tanpa sempat bercampur dengan air. Sedangkan pada tabung kedua endapan putih terjadi di seluruh larutan, karena awalnya putih telur dimasukkan pada air biasa (sama dengan suhu ruang) sehingga putih telur dapat bercampur/bereaksi dengan air. Sehingga, ketika campuran air dan putih telur dipanaskan, susunan protein pada putih telur menjadi rusak yang menyebar ke seluruh bagian larutan. Pada tabung reaksi ketiga di mana tabung diberi larutan pH 1 dan ditambahkan beberapa tetes putih telur. Dari hasil percobaan terlihat bahwa terdapat gumpalan berwarna bening. Hal ini juga dikarenakan protein pada putih telur mengalami dinaturasi. Protein memiliki titik isoelektrik dimana jumlah muatan positif dan muatan negatif pada protein adalah sama. Pada saat ini entalpi pelarutannya akan menjadi tinggi, karena jumlah kalor yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah protein akan bertambah. Sehingga, penambahan asam dan basa dapat mengacaukan jembatan garam yang terdapat pada protein. Ion positif dan negatif pada garam dapat berganti pasangan dengan ion positif dan negatif dari asam ataupun basa sehingga jembatan garam pada protein yang merupakan salah satu jenis interaksi pada protein, menjadi kacau dan protein mengalami terdenaturasi.