SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 41
BAHAN KULIAH
PENGANTAR ILMU
PERTANIAN
Kelembagaan Pertanian
Lia Kristiana., MP
Dosen Faperta UIM, PAMEKASAN
KELEMBAGAAN PERTANIAN
Kelembagaan pertanian adalah norma atau
kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta
dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi
kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat
dengan penghidupan dari bidang pertanian di
pedesaan.
R
ahardjo (1999) menyatakan bahwa kelembagaan
sosial (s o c ia l ins titutio n) secara ringkas dapat
diartikan sebagai ko m p le ks no rm a -no rm a a ta u
ke bia s a a n-ke bia s a a n untuk m e m p e rta ha nka n nila inila i y a ng d ip a nd a ng s a ng a t p e nting d a la m
m a s y a ra ka t, m e rup a ka n wa d a h d a n p e rwujud a n
y a ng le bih ko nkre t d a ri kultur d a n s truktur.



Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan
fungsi kelembagaan petani merupakan bagian
pranata sosial yang memfasilitasi interaksi
sosial atau social interplay dalam suatu
komunitas
Kelembagaan pertanian juga memiliki titik
strategis (entry point) dalam menggerakkan
sistem agribisnis di pedesaan.
 Untuk itu segala sumberdaya yang ada di
pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam
rangka peningkatan profesionalisme dan posisi
tawar petani (kelompok tani).
 Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di
Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang
diharapkan (Suradisastra, 2008)







Peran kelembagaan dalam membangun dan
mengembangkan sektor pertanian di Indonesia
terutama terlihat dalam kegiatan pertanian tanaman
pangan, khususnya padi.
Di tingkat makro nasional, peran lembaga
pembangunan pertanian sangat menonjol dalam
program dan proyek intensifikasi dan peningkatan
produksi pangan.
Kegiatan pembangunan pertanian dituangkan dalam
bentuk program dan proyek dengan membangun
kelembagaan koersif (kelembagaan yang
dipaksakan), seperti Padi Sentra, Demonstrasi
Massal (Demas), Bimbingan Massal (Bimas), Bimas
Gotong Royong, Badan Usaha Unit Desa (BUUD),
Koperasi Unit Desa (KUD), Insus, dan Supra Insus.
Pada subsector peternakan dikembangkan
berbagai program dan lembaga pembangunan
koersif, seperti Bimas Ayam Ras, Intensifikasi
Ayam Buras (Intab), Intensifikasi Ternak
Kerbau (Intek), dan berbagai program serta
kelembagaan intensifikasi lainnya.
 Kondisi di atas menunjukkan signifikansi
keberdayaan kelembagaan dalam akselerasi
pembangunan sektor pertanian.



Hal ini sejalan dengan hasil berbagai
pengamatan yg menyimpulkan bahwa bila
inisiatif pembangunan pertanian dilaksanakan
oleh suatu kelembagaan atau organisasi, di
mana indivu-individu yg memiliki jiwa
berorganisasi menggabungkan pengetahuan
dalam tahap perencanaan dan implementasu
inisiatif tersebut maka peluang keberhasilan
pembangunan pertanian menjadi semakin besar
(Dc Los Reyes dan Jopilo 1986; USAID 1987:
Kottak 1991: Uphoff 1992a dalam Sradisastra,
2011)
MENURUT DIMYATI (2007), PERMASALAHAN YANG
MASIH MELEKAT PADA SOSOK PETANI
DAN KELEMBAGAAN PETANI DI INDONESIA ADALAH:

1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan
petani terhadap masalah manajemen produksi
maupun jaringan pemasaran.
2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam
kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih
terfokus pada kegiatan produksi (on farm).
3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai
wadah organisasi petani belum berjalan secara
optimal.
UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DI ATAS PERLU
MELAKUKAN UPAYA PENGEMBANGAN,
PEMBERDAYAAN, DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN

(seperti: kelompoktani, lembaga tenaga kerja,
kelembagaan penyedia input, kelembagaan
output, kelembagaan penyuluh, dan
kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat
melindungi bargaining position petani.
 Tindakan perlindungan sebagai keberpihakan
pada petani tersebut, baik sebagai produsen
maupun penikmat hasil jerih payah usahatani
mereka terutama diwujudkan melalui tingkat
harga output yang layak dan menguntungkan
petani..



Dengan demikian, penguatan dan pemberdayaan
kelembagaan tersebut juga untuk menghasilkan
pencapaian kesinambungan dan keberlanjutan
daya dukung SDA dan berbagai usaha untuk
menopang dan menunjang aktivitas kehidupan
pembangunan pertanian di pedesaan.
KETIDAKBERDAYAAN PETANI
Problem mendasar bagi mayoritas petani
Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam
melakukan negosiasi harga hasil produksinya.
 Posisi tawar petani pada saat ini umumnya
lemah, hal ini merupakan salah satu kendala
dalam usaha meningkatkan pendapatan petani.
 Menurut Branson dan Douglas (1983), lemahnya
posisi tawar petani umumnya disebabkan petani
kurang mendapatkan/memiliki akses pasar,
informasi pasar dan permodalan yang kurang
memadai.

Petani kesulitan menjual hasil panennya karena
tidak punya jalur pemasaran sendiri, akibatnya
petani menggunakan sistim tebang jual. Dengan
sistim ini sebanyak 40 % dari hasil penjualan
panenan menjadi milik tengkulak.
 Kesetaraan pendapatan hanya dapat dicapai
dengan peningkatan posisi tawar petani.
 Hal ini dapat dilakukan jika petani tidak
berjalan sendiri-sendiri, tetapi menghimpun
kekuatan dalam suatu lembaga yang betul-betul
mampu menyalurkan aspirasi mereka

Oleh karena itu penyuluhan pertanian harus
lebih
tertuju
pada
upaya
membangun
kelembagaan.
 Lembaga ini hanya dapat berperan optimal
apabila penumbuhan dan pengembangannya
dikendalikan sepenuhnya oleh petani sehingga
petani harus menjadi subjek dalam proses
tersebut (Jamal, 2008).

LANJUTAN KONSOLIDASI PETANI…


Peningkatan
posisi
tawar
petani
dapat
meningkatkan akses masyarakat pedesaan
dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga
bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami
oleh para petani dapat dihindarkan.
MENURUT AKHMAD (2007), UPAYA YANG HARUS
DILAKUKAN PETANI UNTUK MENAIKKAN POSISI TAWAR
PETANI ADALAH DENGAN:


a. Konsolidasi petani dalam satu wadah untuk
menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai
pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran.
Konsolidasi tersebut pertama dilakukan dengan
kolektifikasi semua proses dalam rantai
pertanian, meliputi kolektifikasi modal,
kolektifikasi produksi, dan kolektifikasi
pemasaran.
Kolektifikasi modal adalah upaya membangun
modal secara kolektif dan swadaya, misalnya
dengan gerakan simpan-pinjam produktif yang
mewajibkan anggotanya menyimpan tabungan
dan meminjamnya sebagai modal produksi,
bukan kebutuhan konsumtif. Hal ini dilakukan
agar pemenuhan modal kerja pada awal
 masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan
mengurangi ketergantungan kredit serta
 jeratan hutang tengkulak.

B. KOLEKTIFIKASI PRODUKSI
Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan
produksi secara kolektif untuk menentukan pola,
jenis, kuantitas dan siklus produksi secara
kolektif. Hal ini perlu dilakukan agar dapat
dicapai efisiensi produksi dengan skala produksi
yang besar dari banyak produsen.
 Efisisensi dapat dicapai karena dengan skala
yang lebih besar dan terkoordinasi dapat
dilakukan
penghematan
biaya
dalam
pemenuhan

LANJUTAN KOLEKTIFIKASI
PRODUKSI
faktor produksi, dan kemudahan dalam
pengelolaan produksi, misalnya dalam
 penanganan hama dan penyakit. Langkah ini
juga dapat menghindari kompetisi yang tidak
sehat di antara produsen yang justru akan
merugikan, misalnya dalam irigasi dan jadwal
tanam.

C. KOLEKTIFIKASI DLM
PEMASARAN PRODUK
Hal ini dilakukan untuk
 mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan
skala kuantitas yang besar, dan menaikkan
posisi tawar produsen dalam perdagangan
produk pertanian.
 Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk
mengkikis jaring-jaring tengkulak yang dalam
menekan posisi tawar petani dalam penentuan
harga secara individual.
LANJUTAN KOLEKTIFIKASI DLM
PEMASARAN…


Upaya kolektifikasi tersebut tidak berarti
menghapus peran dan posisi pedagang
distributor dalam rantai pemasaran, namun
tujuan utamanya adalah merubah pola relasi
yang merugikan petani produsen dan membuat
pola distribusi lebih efisien dengan pemangkasan
rantai tata niaga yang tidak menguntungkan.
PERMASALAHAN PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN PETANI:
Petani jika berusahatani secara individu terus
berada di pihak yang lemah karena petani secara
individu akan mengelola usaha tani dengan luas
garapan kecil dan terpencar serta kepemilikan
modal yang rendah.
 Sehingga, pemerintah perlu memperhatikan
penguatan kelembagaan lewat kelompoktani
karena dengan berkelompok maka petani
tersebut akan lebih kuat, baik dari segi
kelembagaannya maupun permodalannya.

KELEMBAGAAN PETANI DI DESA UMUMNYA TIDAK BERJALAN
DENGAN BAIK INI
DISEBABKAN (ZURAIDA DAN RIZAL, 1993; AGUSTIAN, DKK, 2003;
SYAHYUTI, 2003; PURWANTO,
DKK, 2007):
1.

2.

Kelompoktani
pada
umumnya
dibentuk
berdasarkan
kepentingan
teknis
untuk
memudahkan pengkoordinasian apabila ada
kegiatan atau program pemerintah, sehingga
lebih bersifat orientasi program, dan kurang
menjamin
kemandirian
kelompok
dan
keberlanjutan kelompok.
Partisipasi dan kekompakan anggota kelompok
dalam kegiatan kelompok masih relatif rendah,
ini tercermin dari tingkat kehadiran anggota
dalam pertemuan kelompok rendah (hanya
mencapai 50%)
LANJUTAN PENYEBAB GAGALNYA
KELEMBAGAAN..
3.

Pengelolaan kegiatan produktif anggota
kelompok bersifat individu. Kelompok sebagai
forum kegiatan bersama belum mampu menjadi
wadah pemersatu kegiatan anggota dan
pengikat kebutuhan anggota secara bersama,
sehingga kegiatan produktif individu lebih
menonjol. Kegiatan atau usaha produktif
anggota kelompok dihadapkan pada masalah
kesulitan permodalan, ketidakstabilan harga
dan jalur pemasaran yang terbatas.
4. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan
tidak menggunakan basis social capital setempat
dengan prinsip kemandirian lokal, yang dicapai
melalui prinsip keotonomian dan pemberdayaan.
5. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan
berdasarkan konsep cetak biru (blue print
approach)
yang
seragam.
Introduksi
kelembagaan dari luar kurang memperhatikan
struktur dan jaringan kelembagaan lokal yang
telah ada, serta kekhasan ekonomi, sosial, dan
politik yang berjalan.
6. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan
berdasarkan pendekatan yang top down,
menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi
masyarakat.
7. Kelembagaan-kelembagaan yang dibangun
terbatas hanya untuk memperkuat ikatan
horizontal, bukan ikatan vertikal. Anggota suatu
kelembagaan terdiri atas orang-orang dengan
jenis aktivitas yang sama. Tujuannya agar
terjalin kerjasama yang pada tahap selanjutnya
diharapkan daya tawar mereka meningkat.
Untuk ikatan vertikal diserahkan kepada
mekanisme pasar, dimana otoritas pemerintah
 sulit menjangkaunya.
8. Meskipun kelembagaan sudah dibentuk, namun
pembinaan yang dijalankan cenderung
individual, yaitu hanya kepada pengurus.
Pembinaan kepada kontaktani memang lebih
murah, namun pendekatan ini tidak
mengajarkan bagaimana meningkatkan kinerja
kelompok misalnya, karena tidak ada social
learning approach.
9. Pengembangan kelembagaan selalu
menggunakan jalur struktural, dan lemah dari
pengembangan aspek kulturalnya. Struktural
organisasi dibangun lebih dahulu, namun tidak
diikuti oleh pengembangan aspek kulturalnya.
Sikap berorganisasi belum tumbuh pada diri
pengurus dan anggotanya, meskipun wadahnya
sudah tersedia.
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI
PETANI PADA UMUMNYA ADALAH:
lemah dalam hal permodalan. Akibatnya tingkat
penggunaan saprodi rendah, inefisien skala
usaha karena umumnya berlahan sempit, dan
karena terdesak masalah keuangan posisi tawar
ketika panen lemah
 produk yang dihasilkan petani relatif berkualitas
rendah, karena umumnya budaya petani di
pedesaan dalam melakukan praktek pertanian
masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
keluarga (subsisten), dan belum berorientasi
pasar.

LANJUTAN PERMASALAHAN YG
DIALAMI PETANI:


ketersediaan
faktor
pendukung
seperti
infrastruktur, lembaga ekonomi pedesaan,
intensitas
penyuluhan,
dan
kebijakan
pemerintah sangat diperlukan, guna mendorong
usahatani dan meningkatkan akses petani
terhadap pasar (Saragih, 2002).
SOLUSI…


1.

2.

3.

Kesadaran yg perlu dibangun petani adlh
kesadaran berkomunitas/kelompok atas dasar
kebutuhan, bukan paksaan & dorongan proyekproyek tertentu. Tujuannya adl:
u/ mengorganisasikan kekuatan pr petani dlm
memperjuangkan hak2 nya
Memperoleh posisi tawar & informasi pasar yg
akurat terutama berkaitan dgn harga produk
pertanian
Berperan dalam negosiasi & menentukan harga
produk pertanian yg diproduksi anggota
(Masmulyadi, 2007)
Ada empat kriteria agar asosiasi petani itu kuat
dan mampu berperan aktif dalam
memperjuangkan hak-haknya, yaitu:
(1) asosiasi harus tumbuh dari petani sendiri,
(2) pengurusnya berasal dari para petani dan
dipilih secara berkala,
(3) memiliki kekuatan kelembagaan formal dan
(4) bersifat partisipatif.



Dengan terbangunnya kesadaran seperti diatas,
maka diharapkan petani mampu berperan
sebagai kelompok yang kuat dan mandiri,
sehingga
petani
dapat
meningkatkan
pendapatannya dan memiliki akses pasar dan
akses perbankan.
PRINSIP-PRINSIP YANG HARUS
DIPENUHI OLEH SUATU KELEMBAGAAN
PETANI AGAR TETAP
EKSIS DAN BERKELANJUTAN ADALAH:
Prinsip otonomi (spesifik lokal). /
Pengertian prinsip otonomi disini dapat dibagi
kedalam dua bentuk yaitu :
a. Otonomi individu.
Pada tingkat rendah, makna dari prinsip otonomi
adalah mengacu pada individu sebagai
perwujudan dari hasrat untuk bebas yang
melekat pada diri manusia sebagai salah satu
anugerah paling berharga dari sang pencipta
(Basri, 2005).
1.
Kebebasan inilah yang memungkinkan individuindividu menjadi otonom sehingga mereka
dapat mengaktualisasikan segala potensi
terbaik yang ada di dalam dirinya secara
optimal. Individu-individu yang otonom ini
selanjutnya akan membentuk komunitas yuang
otonom, dan akhirnya bangsa yang mandiri
serta unggul (Syahyuti, 2007).
B. OTONOMI DESA (SPESIFIK
LOKAL).




Pengembangan kelembagaan di pedesaan disesuaikan
dengan potensi desa itu sendiri (spesifik lokal). Pedesaan
di Indonesia, disamping bervariasi dalam kemajemukan
sistem, nilai, dan budaya; juga memiliki latar belakang
sejarah yang cukup panjang dan beragam pula.
Kelembagaan, termasuk organisasi, dan perangkatperangkat aturan dan hukum memerlukan penyesuaian
sehingga peluang bagi setiap warga masyarakat untuk
bertindak sebagai subjek dalam pembangunan yang
berintikan gerakan dapat tumbuh di semua bidang
kehidupannya.
Disamping
itu,
harus
juga
memperhatikann elemen-elemen tatanan
2. PRINSIP PEMBERDAYAAN


Pemberdayaan mengupayakan bagaiamana
individu, kelompok, atau komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai dengan keinginan mereka. Inti utama
pemberdayaan adalah tercapainya kemandirian
(Payne, 1997).


Pemberdayaan berarti mempersiapkan
masyarakat desa untuk untuk memperkuat diri
dan kelompok mereka dalam berbagai hal, mulai
dari soal kelembagaan, kepemimpinan, sosial
ekonomi, dan politik dengan menggunakan basis
kebudayaan mereka sendiri (Taylor dan
Mckenzie, 1992).
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PADA
MASA DEPAN PERLU DIARAHKAN AGAR
BERORIENTASI PADA:
1.

2.
3.
4.
5.

6.

7.

8.

Pengusahaan komoditas (pangan/non pangan) yang
paling menguntungkan,
Skala usaha ekonomis dan teknologi padat karya,
Win-win mutualy dengan kemitraan yang kolehial,
Tercipta interdependensi hulu-hilir,
Modal berkembang dan kredit melembaga (bank,
koperasi, petani),
Koperatif, kompetitif dan transparan melalui sistem
informasi bisnis,
Memanfaatkan peluang di setiap subsistem agribisnis,
serta
Dukungan SDM yang berpendidikan, rasional, mandiri,
informatif, komunikatif, dan partisipatif (inovatif)
(Elizabeth, 2007b).


Beberapa
kunci
dalam
pengembangan
kelembagaan untuk pemberdayaan adalah :
adanya akses kepada informasi, sikap inklusif
dan
partisipasi,
akuntabilitas,
dan
pengembangan organisasi lokal (Saptana, dkk,
2003).
3. PRINSIP KEMANDIRIAN LOKAL.
Pendekatan pembangunan melalui cara pandang
kemandirian lokal mengisyaratkan bahwa semua
tahapan dalam proses pemberdayaan harus
dilakukan secara desentralisasi.
 Upaya pemberdayaan yang berbasis pada
pendekatan desentralisasi akan menumbuhkan
kondisi otonom, dimana setiap komponen akan
tetap eksis dengan berbagai keragaman
(diversity) yang dikandungnya (Amien, 2005).



Diperlukan
kelembagaan
yang
mampu
memberikan kekuatan bagi petani (posisi tawar
yang tinggi). Kelembagaan pertanian dalam hal
ini
mampu
memberikan
jawaban
ata
permasalahan di atas. Penguatan posisi tawar
petani melalui kelembagaan merupakan suatu
kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak
diperlukan oleh petani, agar mereka dapat
bersaing
dalam
melaksanakan
kegiatan
usahatani
dan
dapat
meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Aplikasi KATAM (Kalender Tanaman Terpadu) _ Materi Training "Peningkatan KAPA...
Aplikasi KATAM (Kalender Tanaman Terpadu) _ Materi Training "Peningkatan KAPA...Aplikasi KATAM (Kalender Tanaman Terpadu) _ Materi Training "Peningkatan KAPA...
Aplikasi KATAM (Kalender Tanaman Terpadu) _ Materi Training "Peningkatan KAPA...Kanaidi ken
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Nestri Yuniardi
 
Pedoman Teknis Budidaya Jagung
Pedoman Teknis Budidaya JagungPedoman Teknis Budidaya Jagung
Pedoman Teknis Budidaya JagungWarta Wirausaha
 
Aspek sosial ekonomi dan budaya agroforestri
Aspek sosial ekonomi dan budaya agroforestriAspek sosial ekonomi dan budaya agroforestri
Aspek sosial ekonomi dan budaya agroforestriabdul samad
 
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanianKebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanianJin Kazama
 
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )Wahyu Saputra
 
Media penyuluhan pertanian
Media penyuluhan pertanianMedia penyuluhan pertanian
Media penyuluhan pertanianmindoherdianto
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)tochi run
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Novia Tri Handayani S
 
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.pptWidyaHunta
 
BANGKITKAN PERTANIAN (TEXT PIDATO/PENYULUHAN)
BANGKITKAN PERTANIAN (TEXT PIDATO/PENYULUHAN)BANGKITKAN PERTANIAN (TEXT PIDATO/PENYULUHAN)
BANGKITKAN PERTANIAN (TEXT PIDATO/PENYULUHAN)Jul Zulkarnain
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Sri Wahyuni
 
Materi_Kuliah_Pengantar_Agribisnis_pert.ppt
Materi_Kuliah_Pengantar_Agribisnis_pert.pptMateri_Kuliah_Pengantar_Agribisnis_pert.ppt
Materi_Kuliah_Pengantar_Agribisnis_pert.pptIndiraFibriMaryam
 
CIRI-CIRI PERTANIAN ( TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI BERKELANJUTAN )
CIRI-CIRI PERTANIAN ( TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI BERKELANJUTAN )CIRI-CIRI PERTANIAN ( TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI BERKELANJUTAN )
CIRI-CIRI PERTANIAN ( TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI BERKELANJUTAN )Qiqi Gobel
 
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiIrigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiPurwandaru Widyasunu
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 

La actualidad más candente (20)

biosaka materi new.pptx
biosaka materi new.pptxbiosaka materi new.pptx
biosaka materi new.pptx
 
Aplikasi KATAM (Kalender Tanaman Terpadu) _ Materi Training "Peningkatan KAPA...
Aplikasi KATAM (Kalender Tanaman Terpadu) _ Materi Training "Peningkatan KAPA...Aplikasi KATAM (Kalender Tanaman Terpadu) _ Materi Training "Peningkatan KAPA...
Aplikasi KATAM (Kalender Tanaman Terpadu) _ Materi Training "Peningkatan KAPA...
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
 
KONSEP DASAR CSA-1.pptx
KONSEP DASAR CSA-1.pptxKONSEP DASAR CSA-1.pptx
KONSEP DASAR CSA-1.pptx
 
Pedoman Teknis Budidaya Jagung
Pedoman Teknis Budidaya JagungPedoman Teknis Budidaya Jagung
Pedoman Teknis Budidaya Jagung
 
Aspek sosial ekonomi dan budaya agroforestri
Aspek sosial ekonomi dan budaya agroforestriAspek sosial ekonomi dan budaya agroforestri
Aspek sosial ekonomi dan budaya agroforestri
 
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanianKebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
Kebijakan pemerintah dalam pengolahan produksi hasil pertanian
 
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
Konsep Pembangunan Pertanian ( WJS - Universitas Jambi )
 
Media penyuluhan pertanian
Media penyuluhan pertanianMedia penyuluhan pertanian
Media penyuluhan pertanian
 
Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)Pengendalian hayati (ppt)
Pengendalian hayati (ppt)
 
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)
 
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
335170962-Pemupukan-Berimbang-5-3-2.ppt
 
BANGKITKAN PERTANIAN (TEXT PIDATO/PENYULUHAN)
BANGKITKAN PERTANIAN (TEXT PIDATO/PENYULUHAN)BANGKITKAN PERTANIAN (TEXT PIDATO/PENYULUHAN)
BANGKITKAN PERTANIAN (TEXT PIDATO/PENYULUHAN)
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
 
Materi_Kuliah_Pengantar_Agribisnis_pert.ppt
Materi_Kuliah_Pengantar_Agribisnis_pert.pptMateri_Kuliah_Pengantar_Agribisnis_pert.ppt
Materi_Kuliah_Pengantar_Agribisnis_pert.ppt
 
INOVASI PADI TNI
INOVASI PADI TNIINOVASI PADI TNI
INOVASI PADI TNI
 
CIRI-CIRI PERTANIAN ( TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI BERKELANJUTAN )
CIRI-CIRI PERTANIAN ( TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI BERKELANJUTAN )CIRI-CIRI PERTANIAN ( TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI BERKELANJUTAN )
CIRI-CIRI PERTANIAN ( TUGAS PENGANTAR ILMU EKONOMI BERKELANJUTAN )
 
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi AgroteknologiIrigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
Irigasi dan Drainase. Bagian 2 Bahan kuliah irigasi bab 5-7 Prodi Agroteknologi
 
Makalah tanaman holtikultura
Makalah tanaman holtikulturaMakalah tanaman holtikultura
Makalah tanaman holtikultura
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 

Similar a OPTIMALKAN KELEMBAGAAN

KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA Repository Ipb
 
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atauLembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atauSyarif Udin
 
Strategi Pengembangan Gapoktan
Strategi Pengembangan GapoktanStrategi Pengembangan Gapoktan
Strategi Pengembangan GapoktanBBPP_Batu
 
Perspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisPerspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisBBPP_Batu
 
Perspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisPerspektif Agribisnis
Perspektif Agribisniskodok666
 
Gapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Gapoktan sebagai aktor ekonomi PetaniGapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Gapoktan sebagai aktor ekonomi PetaniSyahyuti Si-Buyuang
 
Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesia
Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di IndonesiaWajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesia
Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesiaanditaeka
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1NendenNurhayati1
 
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaMakalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaMakalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
Penyuluhan swadaya sangat potensial
Penyuluhan swadaya sangat potensialPenyuluhan swadaya sangat potensial
Penyuluhan swadaya sangat potensialSyahyuti Si-Buyuang
 
Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianEem Masitoh
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1radenilfan1
 

Similar a OPTIMALKAN KELEMBAGAAN (20)

KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
KELEMBANGAN PETANI : PERAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAPASITASNYA
 
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atauLembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
 
Strategi Pengembangan Gapoktan
Strategi Pengembangan GapoktanStrategi Pengembangan Gapoktan
Strategi Pengembangan Gapoktan
 
Fae29 2d
Fae29 2dFae29 2d
Fae29 2d
 
Art9 4e
Art9 4eArt9 4e
Art9 4e
 
22 35-1-sm
22 35-1-sm22 35-1-sm
22 35-1-sm
 
Perspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisPerspektif Agribisnis
Perspektif Agribisnis
 
Makalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petaniMakalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petani
 
Perspektif Agribisnis
Perspektif AgribisnisPerspektif Agribisnis
Perspektif Agribisnis
 
Gapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Gapoktan sebagai aktor ekonomi PetaniGapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
Gapoktan sebagai aktor ekonomi Petani
 
Makalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petaniMakalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petani
 
Makalah_51 Makalah ii
Makalah_51 Makalah iiMakalah_51 Makalah ii
Makalah_51 Makalah ii
 
Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesia
Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di IndonesiaWajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesia
Wajah Koperasi Tani dan Nelayan di Indonesia
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
 
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaMakalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
 
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesiaMakalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
Makalah peranan pemerintahan sby terhadap pertanian indonesia
 
Penyuluhan swadaya sangat potensial
Penyuluhan swadaya sangat potensialPenyuluhan swadaya sangat potensial
Penyuluhan swadaya sangat potensial
 
Strategi pengembangan kelompok tani
Strategi pengembangan kelompok taniStrategi pengembangan kelompok tani
Strategi pengembangan kelompok tani
 
Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor Pertanian
 
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
Muhamad ilfan 12402183132-_laporan_ppl_gel._1
 

Más de Lia Kristiana

Tm 2 sistem pertanian (PIP_1)
Tm 2 sistem pertanian (PIP_1)Tm 2 sistem pertanian (PIP_1)
Tm 2 sistem pertanian (PIP_1)Lia Kristiana
 
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)Lia Kristiana
 
Tm 5 pengelolaan keuangan
Tm 5 pengelolaan keuanganTm 5 pengelolaan keuangan
Tm 5 pengelolaan keuanganLia Kristiana
 
Manajemen & Strategi Usaha
Manajemen & Strategi UsahaManajemen & Strategi Usaha
Manajemen & Strategi UsahaLia Kristiana
 
sifat sifat yg perlu dimiliki wirausaha (TM 3)
 sifat  sifat yg perlu dimiliki wirausaha (TM 3) sifat  sifat yg perlu dimiliki wirausaha (TM 3)
sifat sifat yg perlu dimiliki wirausaha (TM 3)Lia Kristiana
 
Menumbuhkan minat berwirausaha, keuntungan & kelemahan berwirausaha, dorongan...
Menumbuhkan minat berwirausaha, keuntungan & kelemahan berwirausaha, dorongan...Menumbuhkan minat berwirausaha, keuntungan & kelemahan berwirausaha, dorongan...
Menumbuhkan minat berwirausaha, keuntungan & kelemahan berwirausaha, dorongan...Lia Kristiana
 
Wiraswasta & Wirausaha (TM 1)
Wiraswasta & Wirausaha (TM 1)Wiraswasta & Wirausaha (TM 1)
Wiraswasta & Wirausaha (TM 1)Lia Kristiana
 

Más de Lia Kristiana (8)

Tm 2 sistem pertanian (PIP_1)
Tm 2 sistem pertanian (PIP_1)Tm 2 sistem pertanian (PIP_1)
Tm 2 sistem pertanian (PIP_1)
 
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
Tm 1 arti & sejarah pertanian (PIP_1)
 
6. pemasaran
6. pemasaran6. pemasaran
6. pemasaran
 
Tm 5 pengelolaan keuangan
Tm 5 pengelolaan keuanganTm 5 pengelolaan keuangan
Tm 5 pengelolaan keuangan
 
Manajemen & Strategi Usaha
Manajemen & Strategi UsahaManajemen & Strategi Usaha
Manajemen & Strategi Usaha
 
sifat sifat yg perlu dimiliki wirausaha (TM 3)
 sifat  sifat yg perlu dimiliki wirausaha (TM 3) sifat  sifat yg perlu dimiliki wirausaha (TM 3)
sifat sifat yg perlu dimiliki wirausaha (TM 3)
 
Menumbuhkan minat berwirausaha, keuntungan & kelemahan berwirausaha, dorongan...
Menumbuhkan minat berwirausaha, keuntungan & kelemahan berwirausaha, dorongan...Menumbuhkan minat berwirausaha, keuntungan & kelemahan berwirausaha, dorongan...
Menumbuhkan minat berwirausaha, keuntungan & kelemahan berwirausaha, dorongan...
 
Wiraswasta & Wirausaha (TM 1)
Wiraswasta & Wirausaha (TM 1)Wiraswasta & Wirausaha (TM 1)
Wiraswasta & Wirausaha (TM 1)
 

Último

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Último (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

OPTIMALKAN KELEMBAGAAN

  • 1. BAHAN KULIAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN Kelembagaan Pertanian Lia Kristiana., MP Dosen Faperta UIM, PAMEKASAN
  • 2. KELEMBAGAAN PERTANIAN Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan. R ahardjo (1999) menyatakan bahwa kelembagaan sosial (s o c ia l ins titutio n) secara ringkas dapat diartikan sebagai ko m p le ks no rm a -no rm a a ta u ke bia s a a n-ke bia s a a n untuk m e m p e rta ha nka n nila inila i y a ng d ip a nd a ng s a ng a t p e nting d a la m m a s y a ra ka t, m e rup a ka n wa d a h d a n p e rwujud a n y a ng le bih ko nkre t d a ri kultur d a n s truktur. 
  • 3.  Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu komunitas
  • 4. Kelembagaan pertanian juga memiliki titik strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan.  Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani).  Saat ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum sebagaimana yang diharapkan (Suradisastra, 2008) 
  • 5.    Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan sektor pertanian di Indonesia terutama terlihat dalam kegiatan pertanian tanaman pangan, khususnya padi. Di tingkat makro nasional, peran lembaga pembangunan pertanian sangat menonjol dalam program dan proyek intensifikasi dan peningkatan produksi pangan. Kegiatan pembangunan pertanian dituangkan dalam bentuk program dan proyek dengan membangun kelembagaan koersif (kelembagaan yang dipaksakan), seperti Padi Sentra, Demonstrasi Massal (Demas), Bimbingan Massal (Bimas), Bimas Gotong Royong, Badan Usaha Unit Desa (BUUD), Koperasi Unit Desa (KUD), Insus, dan Supra Insus.
  • 6. Pada subsector peternakan dikembangkan berbagai program dan lembaga pembangunan koersif, seperti Bimas Ayam Ras, Intensifikasi Ayam Buras (Intab), Intensifikasi Ternak Kerbau (Intek), dan berbagai program serta kelembagaan intensifikasi lainnya.  Kondisi di atas menunjukkan signifikansi keberdayaan kelembagaan dalam akselerasi pembangunan sektor pertanian. 
  • 7.  Hal ini sejalan dengan hasil berbagai pengamatan yg menyimpulkan bahwa bila inisiatif pembangunan pertanian dilaksanakan oleh suatu kelembagaan atau organisasi, di mana indivu-individu yg memiliki jiwa berorganisasi menggabungkan pengetahuan dalam tahap perencanaan dan implementasu inisiatif tersebut maka peluang keberhasilan pembangunan pertanian menjadi semakin besar (Dc Los Reyes dan Jopilo 1986; USAID 1987: Kottak 1991: Uphoff 1992a dalam Sradisastra, 2011)
  • 8. MENURUT DIMYATI (2007), PERMASALAHAN YANG MASIH MELEKAT PADA SOSOK PETANI DAN KELEMBAGAAN PETANI DI INDONESIA ADALAH: 1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan pemasaran. 2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan produksi (on farm). 3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah organisasi petani belum berjalan secara optimal.
  • 9. UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN DI ATAS PERLU MELAKUKAN UPAYA PENGEMBANGAN, PEMBERDAYAAN, DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN (seperti: kelompoktani, lembaga tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi bargaining position petani.  Tindakan perlindungan sebagai keberpihakan pada petani tersebut, baik sebagai produsen maupun penikmat hasil jerih payah usahatani mereka terutama diwujudkan melalui tingkat harga output yang layak dan menguntungkan petani.. 
  • 10.  Dengan demikian, penguatan dan pemberdayaan kelembagaan tersebut juga untuk menghasilkan pencapaian kesinambungan dan keberlanjutan daya dukung SDA dan berbagai usaha untuk menopang dan menunjang aktivitas kehidupan pembangunan pertanian di pedesaan.
  • 11. KETIDAKBERDAYAAN PETANI Problem mendasar bagi mayoritas petani Indonesia adalah ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil produksinya.  Posisi tawar petani pada saat ini umumnya lemah, hal ini merupakan salah satu kendala dalam usaha meningkatkan pendapatan petani.  Menurut Branson dan Douglas (1983), lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang mendapatkan/memiliki akses pasar, informasi pasar dan permodalan yang kurang memadai. 
  • 12. Petani kesulitan menjual hasil panennya karena tidak punya jalur pemasaran sendiri, akibatnya petani menggunakan sistim tebang jual. Dengan sistim ini sebanyak 40 % dari hasil penjualan panenan menjadi milik tengkulak.  Kesetaraan pendapatan hanya dapat dicapai dengan peningkatan posisi tawar petani.  Hal ini dapat dilakukan jika petani tidak berjalan sendiri-sendiri, tetapi menghimpun kekuatan dalam suatu lembaga yang betul-betul mampu menyalurkan aspirasi mereka 
  • 13. Oleh karena itu penyuluhan pertanian harus lebih tertuju pada upaya membangun kelembagaan.  Lembaga ini hanya dapat berperan optimal apabila penumbuhan dan pengembangannya dikendalikan sepenuhnya oleh petani sehingga petani harus menjadi subjek dalam proses tersebut (Jamal, 2008). 
  • 14. LANJUTAN KONSOLIDASI PETANI…  Peningkatan posisi tawar petani dapat meningkatkan akses masyarakat pedesaan dalam kegiatan ekonomi yang adil, sehingga bentuk kesenjangan dan kerugian yang dialami oleh para petani dapat dihindarkan.
  • 15. MENURUT AKHMAD (2007), UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN PETANI UNTUK MENAIKKAN POSISI TAWAR PETANI ADALAH DENGAN:  a. Konsolidasi petani dalam satu wadah untuk menyatukan gerak ekonomi dalam setiap rantai pertanian, dari pra produksi sampai pemasaran. Konsolidasi tersebut pertama dilakukan dengan kolektifikasi semua proses dalam rantai pertanian, meliputi kolektifikasi modal, kolektifikasi produksi, dan kolektifikasi pemasaran.
  • 16. Kolektifikasi modal adalah upaya membangun modal secara kolektif dan swadaya, misalnya dengan gerakan simpan-pinjam produktif yang mewajibkan anggotanya menyimpan tabungan dan meminjamnya sebagai modal produksi, bukan kebutuhan konsumtif. Hal ini dilakukan agar pemenuhan modal kerja pada awal  masa tanam dapat dipenuhi sendiri, dan mengurangi ketergantungan kredit serta  jeratan hutang tengkulak. 
  • 17. B. KOLEKTIFIKASI PRODUKSI Kolektifikasi produksi, yaitu perencanaan produksi secara kolektif untuk menentukan pola, jenis, kuantitas dan siklus produksi secara kolektif. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dicapai efisiensi produksi dengan skala produksi yang besar dari banyak produsen.  Efisisensi dapat dicapai karena dengan skala yang lebih besar dan terkoordinasi dapat dilakukan penghematan biaya dalam pemenuhan 
  • 18. LANJUTAN KOLEKTIFIKASI PRODUKSI faktor produksi, dan kemudahan dalam pengelolaan produksi, misalnya dalam  penanganan hama dan penyakit. Langkah ini juga dapat menghindari kompetisi yang tidak sehat di antara produsen yang justru akan merugikan, misalnya dalam irigasi dan jadwal tanam. 
  • 19. C. KOLEKTIFIKASI DLM PEMASARAN PRODUK Hal ini dilakukan untuk  mencapai efisiensi biaya pemasaran dengan skala kuantitas yang besar, dan menaikkan posisi tawar produsen dalam perdagangan produk pertanian.  Kolektifikasi pemasaran dilakukan untuk mengkikis jaring-jaring tengkulak yang dalam menekan posisi tawar petani dalam penentuan harga secara individual.
  • 20. LANJUTAN KOLEKTIFIKASI DLM PEMASARAN…  Upaya kolektifikasi tersebut tidak berarti menghapus peran dan posisi pedagang distributor dalam rantai pemasaran, namun tujuan utamanya adalah merubah pola relasi yang merugikan petani produsen dan membuat pola distribusi lebih efisien dengan pemangkasan rantai tata niaga yang tidak menguntungkan.
  • 21. PERMASALAHAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PETANI: Petani jika berusahatani secara individu terus berada di pihak yang lemah karena petani secara individu akan mengelola usaha tani dengan luas garapan kecil dan terpencar serta kepemilikan modal yang rendah.  Sehingga, pemerintah perlu memperhatikan penguatan kelembagaan lewat kelompoktani karena dengan berkelompok maka petani tersebut akan lebih kuat, baik dari segi kelembagaannya maupun permodalannya. 
  • 22. KELEMBAGAAN PETANI DI DESA UMUMNYA TIDAK BERJALAN DENGAN BAIK INI DISEBABKAN (ZURAIDA DAN RIZAL, 1993; AGUSTIAN, DKK, 2003; SYAHYUTI, 2003; PURWANTO, DKK, 2007): 1. 2. Kelompoktani pada umumnya dibentuk berdasarkan kepentingan teknis untuk memudahkan pengkoordinasian apabila ada kegiatan atau program pemerintah, sehingga lebih bersifat orientasi program, dan kurang menjamin kemandirian kelompok dan keberlanjutan kelompok. Partisipasi dan kekompakan anggota kelompok dalam kegiatan kelompok masih relatif rendah, ini tercermin dari tingkat kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok rendah (hanya mencapai 50%)
  • 23. LANJUTAN PENYEBAB GAGALNYA KELEMBAGAAN.. 3. Pengelolaan kegiatan produktif anggota kelompok bersifat individu. Kelompok sebagai forum kegiatan bersama belum mampu menjadi wadah pemersatu kegiatan anggota dan pengikat kebutuhan anggota secara bersama, sehingga kegiatan produktif individu lebih menonjol. Kegiatan atau usaha produktif anggota kelompok dihadapkan pada masalah kesulitan permodalan, ketidakstabilan harga dan jalur pemasaran yang terbatas.
  • 24. 4. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan tidak menggunakan basis social capital setempat dengan prinsip kemandirian lokal, yang dicapai melalui prinsip keotonomian dan pemberdayaan. 5. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan berdasarkan konsep cetak biru (blue print approach) yang seragam. Introduksi kelembagaan dari luar kurang memperhatikan struktur dan jaringan kelembagaan lokal yang telah ada, serta kekhasan ekonomi, sosial, dan politik yang berjalan.
  • 25. 6. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan berdasarkan pendekatan yang top down, menyebabkan tidak tumbuhnya partisipasi masyarakat. 7. Kelembagaan-kelembagaan yang dibangun terbatas hanya untuk memperkuat ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal. Anggota suatu kelembagaan terdiri atas orang-orang dengan jenis aktivitas yang sama. Tujuannya agar terjalin kerjasama yang pada tahap selanjutnya diharapkan daya tawar mereka meningkat. Untuk ikatan vertikal diserahkan kepada mekanisme pasar, dimana otoritas pemerintah  sulit menjangkaunya.
  • 26. 8. Meskipun kelembagaan sudah dibentuk, namun pembinaan yang dijalankan cenderung individual, yaitu hanya kepada pengurus. Pembinaan kepada kontaktani memang lebih murah, namun pendekatan ini tidak mengajarkan bagaimana meningkatkan kinerja kelompok misalnya, karena tidak ada social learning approach.
  • 27. 9. Pengembangan kelembagaan selalu menggunakan jalur struktural, dan lemah dari pengembangan aspek kulturalnya. Struktural organisasi dibangun lebih dahulu, namun tidak diikuti oleh pengembangan aspek kulturalnya. Sikap berorganisasi belum tumbuh pada diri pengurus dan anggotanya, meskipun wadahnya sudah tersedia.
  • 28. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PETANI PADA UMUMNYA ADALAH: lemah dalam hal permodalan. Akibatnya tingkat penggunaan saprodi rendah, inefisien skala usaha karena umumnya berlahan sempit, dan karena terdesak masalah keuangan posisi tawar ketika panen lemah  produk yang dihasilkan petani relatif berkualitas rendah, karena umumnya budaya petani di pedesaan dalam melakukan praktek pertanian masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan keluarga (subsisten), dan belum berorientasi pasar. 
  • 29. LANJUTAN PERMASALAHAN YG DIALAMI PETANI:  ketersediaan faktor pendukung seperti infrastruktur, lembaga ekonomi pedesaan, intensitas penyuluhan, dan kebijakan pemerintah sangat diperlukan, guna mendorong usahatani dan meningkatkan akses petani terhadap pasar (Saragih, 2002).
  • 30. SOLUSI…  1. 2. 3. Kesadaran yg perlu dibangun petani adlh kesadaran berkomunitas/kelompok atas dasar kebutuhan, bukan paksaan & dorongan proyekproyek tertentu. Tujuannya adl: u/ mengorganisasikan kekuatan pr petani dlm memperjuangkan hak2 nya Memperoleh posisi tawar & informasi pasar yg akurat terutama berkaitan dgn harga produk pertanian Berperan dalam negosiasi & menentukan harga produk pertanian yg diproduksi anggota (Masmulyadi, 2007)
  • 31. Ada empat kriteria agar asosiasi petani itu kuat dan mampu berperan aktif dalam memperjuangkan hak-haknya, yaitu: (1) asosiasi harus tumbuh dari petani sendiri, (2) pengurusnya berasal dari para petani dan dipilih secara berkala, (3) memiliki kekuatan kelembagaan formal dan (4) bersifat partisipatif. 
  • 32.  Dengan terbangunnya kesadaran seperti diatas, maka diharapkan petani mampu berperan sebagai kelompok yang kuat dan mandiri, sehingga petani dapat meningkatkan pendapatannya dan memiliki akses pasar dan akses perbankan.
  • 33. PRINSIP-PRINSIP YANG HARUS DIPENUHI OLEH SUATU KELEMBAGAAN PETANI AGAR TETAP EKSIS DAN BERKELANJUTAN ADALAH: Prinsip otonomi (spesifik lokal). / Pengertian prinsip otonomi disini dapat dibagi kedalam dua bentuk yaitu : a. Otonomi individu. Pada tingkat rendah, makna dari prinsip otonomi adalah mengacu pada individu sebagai perwujudan dari hasrat untuk bebas yang melekat pada diri manusia sebagai salah satu anugerah paling berharga dari sang pencipta (Basri, 2005). 1.
  • 34. Kebebasan inilah yang memungkinkan individuindividu menjadi otonom sehingga mereka dapat mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang ada di dalam dirinya secara optimal. Individu-individu yang otonom ini selanjutnya akan membentuk komunitas yuang otonom, dan akhirnya bangsa yang mandiri serta unggul (Syahyuti, 2007).
  • 35. B. OTONOMI DESA (SPESIFIK LOKAL).   Pengembangan kelembagaan di pedesaan disesuaikan dengan potensi desa itu sendiri (spesifik lokal). Pedesaan di Indonesia, disamping bervariasi dalam kemajemukan sistem, nilai, dan budaya; juga memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang dan beragam pula. Kelembagaan, termasuk organisasi, dan perangkatperangkat aturan dan hukum memerlukan penyesuaian sehingga peluang bagi setiap warga masyarakat untuk bertindak sebagai subjek dalam pembangunan yang berintikan gerakan dapat tumbuh di semua bidang kehidupannya. Disamping itu, harus juga memperhatikann elemen-elemen tatanan
  • 36. 2. PRINSIP PEMBERDAYAAN  Pemberdayaan mengupayakan bagaiamana individu, kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Inti utama pemberdayaan adalah tercapainya kemandirian (Payne, 1997).
  • 37.  Pemberdayaan berarti mempersiapkan masyarakat desa untuk untuk memperkuat diri dan kelompok mereka dalam berbagai hal, mulai dari soal kelembagaan, kepemimpinan, sosial ekonomi, dan politik dengan menggunakan basis kebudayaan mereka sendiri (Taylor dan Mckenzie, 1992).
  • 38. PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN PADA MASA DEPAN PERLU DIARAHKAN AGAR BERORIENTASI PADA: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pengusahaan komoditas (pangan/non pangan) yang paling menguntungkan, Skala usaha ekonomis dan teknologi padat karya, Win-win mutualy dengan kemitraan yang kolehial, Tercipta interdependensi hulu-hilir, Modal berkembang dan kredit melembaga (bank, koperasi, petani), Koperatif, kompetitif dan transparan melalui sistem informasi bisnis, Memanfaatkan peluang di setiap subsistem agribisnis, serta Dukungan SDM yang berpendidikan, rasional, mandiri, informatif, komunikatif, dan partisipatif (inovatif) (Elizabeth, 2007b).
  • 39.  Beberapa kunci dalam pengembangan kelembagaan untuk pemberdayaan adalah : adanya akses kepada informasi, sikap inklusif dan partisipasi, akuntabilitas, dan pengembangan organisasi lokal (Saptana, dkk, 2003).
  • 40. 3. PRINSIP KEMANDIRIAN LOKAL. Pendekatan pembangunan melalui cara pandang kemandirian lokal mengisyaratkan bahwa semua tahapan dalam proses pemberdayaan harus dilakukan secara desentralisasi.  Upaya pemberdayaan yang berbasis pada pendekatan desentralisasi akan menumbuhkan kondisi otonom, dimana setiap komponen akan tetap eksis dengan berbagai keragaman (diversity) yang dikandungnya (Amien, 2005). 
  • 41.  Diperlukan kelembagaan yang mampu memberikan kekuatan bagi petani (posisi tawar yang tinggi). Kelembagaan pertanian dalam hal ini mampu memberikan jawaban ata permasalahan di atas. Penguatan posisi tawar petani melalui kelembagaan merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan mutlak diperlukan oleh petani, agar mereka dapat bersaing dalam melaksanakan kegiatan usahatani dan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.