1. Dokumen tersebut membahas aspek akuntansi pada perbankan syariah, termasuk standar akuntansi yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam dan fungsi bank syariah seperti manajemen investasi, investasi, dan jasa keuangan dan sosial.
1. ASPEK AKUNTANSI PADA PERBANKAN SYARIAH
Pendahuluan
Kemunculan bank-bank dan lembaga keuangan Islam sebagai organisasi yang relatif baru
menimbulkan tantangan besar. Para pakar syariah Islam dan akuntansi harus mencari dasar bagi
penerap-an dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akuntansi bank
dan lembaga keuangan konvensional seperti telah dikenal selama ini.
Standar akuntansi tersebut menjadi kunci sukses bank Islam dalam melayani masyarakat di
sekitarnya sehingga, seperti lazim-nya, harus dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat
dipercaya, dan relevan bagi para penggunanya, namun tetap dalam konteks syariah Islam.
Penyajian informasi semacam itu penting bagi proses pem-buatan keputusan ekonomi oleh
pihak-pihak yang berhubungan dengan bank Islam. Lebih dari itu, akan memiliki dampak positif
terhadap distribusi sumber-sumber ekonomi untuk kepentingan masyarakat. Hal ini karena
prinsip-prinsip syariah Islam memberi-kan keseimbangan antara kepentingan individu dan
masyarakat.
Investasi merupakan dasar aktivitas ekonomi pada suatu masyarakat. Tetapi tidak setiap individu
mampu menginvestasikan tabungannya secara langsung. Karenanya, bank Islam memainkan
peran penting dengan bertindak sebagai sarana untuk menarik tabungan para individu dan
menginvestasikan tabungan-tabungan ini untuk kepentingan individu dan masyarakat.
Islam secara jelas mendorong investasi dan perputaran dana. Ketika Islam mewajibkan zakat, ia
mengharuskan bahwa harta harus diinvestasikan. Jika tidak, akan habis oleh zakat pada periode
tertentu. Diriwayatkan bahwa Nabi e berkata:
“Perdagangkanlah harta anak yatim itu jika tidak ingin habis termakan zakat.” (H.R. Thabrani)
Hadits ini menjelaskan, bahwa sekalipun anak yatim itu masih kecil, tetapi kalau harta
warisannya memenuhi nishab, maka wajib dipenuhi zakatnya. Untuk itu, wali yatim wajib
mengeluarkan atas nama si Yatim (kaya) yang berada dalam perwaliannya. Bila si wali
mendiamkan saja harta tersebut, maka setiap tahun akan terpotong zakat. Oleh karena itu,
Rasulullah r menghimbau untuk memutarkan-nya dengan baik dan feasible, sehingga diharapkan
ada keuntungan. Jika terdapat keuntungan, maka zakatnya tidak lagi dari asal pokok tetapi dari
penambahan keuntungan. Dengan demikian, harta anak yatim bertambah dan tidak berkurang.
Tetapi, untuk mendorong individu menginvestasikan dananya melalui bank Islam, perlu disadari
bahwa individu-individu itu harus terlebih dahulu percaya bahwa bank Islam mampu
merealisasikan tujuan-tujuan investasinya. Ketiadaan kepercayaan pada ke-mampuan bank Islam
untuk berinvestasi secara efisien dan penuh kepatuhan kepada syariah Islam, menyebabkan
banyak individu yang menahan diri untuk berinvestasi melalui bank Islam.
Salah satu prasyarat pengembangan kepercayaan itu adalah ketersediaan informasi yang
meyakinkan nasabah terhadap kemam-puan bank Islam dalam mencapai tujuannya. Di antara
2. sumber-sumber informasi yang penting adalah laporan keuangan dari bank Islam yang disiapkan
sesuai dengan standar yang dapat diterapkan pada bank Islam.
Untuk mengembangkan standar tersebut, penting untuk mendefinisikan tujuan dan konsep
akuntansi keuangan bank Islam terlebih dahulu. Dalam hal, ini tidak ada salahnya untuk mulai
mengembangkannya dari standar akuntansi keuangan bank yang ada, tentu saja dengan berbagai
perubahan dan modifikasi. Syarat-nya, standar yang telah ada tersebut tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip muamalah Islam.
Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institution
Langkah pengembangan standar akuntansi keuangan bank Islam dimulai pada tahun 1987.
Sedikitnya lima volume telah terkumpul dan tersimpan di perpustakaan Islamic Research and
Training Institute, Islamic Development Bank (IDB).
Studi itu telah mendorong pembentukan Acounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institutions (Organisasi Akuntansi Keuangan untuk Bank dan Lembaga Keuangan
Islam) yang didaftarkan sebagai organisasi nirlaba di Bahrain pada tahun 1411 H (1991). Sejak
didirikan, organisasi ini terus mengembang-kan standar keuangan melalui pertemuan periodik
Komite Pelaksana untuk Perencanaan dan Tindak Lanjut.
• 1. Pendekatan dan Fungsi
• Pendekatan yang digunakan:
• 1. Mengidentifikasi konsep akuntansi yang telah dikembang-kan sebelumnya dengan
prinsip Islam tentang ketepatan dan keadilan. Sangat dimungkinkan seseorang akan
menentang penerapan konsep-konsep itu, misalnya yang berkaitan dengan definisi
karakteristik informasi akuntansi yang bermanfaat seperti relevansi dan realibilitas.
• 2. Mengidentifikasi konsep yang digunakan dalam akuntansi keuangan konvensional
tetapi tidak sesuai dengan syariah Islam. Konsep semacam itu ditolak atau dimodifikasi
secukupnya untuk mematuhi syariah supaya membuatnya bermanfaat. Contoh dari
konsep ini adalah nilai waktu dari uang (time value of money) sebagai sifat pengukuran.
• 3. Mengembangkan konsep-konsep yang mendefinisikan aspek-aspek tertentu dari
akuntansi untuk bank Islam yang tersendiri (unik) kepada cara bertransaksi bisnis yang
Islami. Contohnya, konsep yang dikembangkan berdasarkan hukum-hukum yang
mendefinisikan risiko dan balasan yang dikaitkan dengan transaksi bisnis, serta terjadinya
biaya dan perolehan keuntungan.
• Fungsi Bank-bank Islam
Bank-bank Islam dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara
hal yang temporal (kedu-niaan) dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada
syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan. Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah
ritual, tetapi tran-saksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah. Sebagai contoh dalam hal
3. ini adalah aspek yang paling terkemuka dari ajaran Islam mengenai muamalah, yaitu pelarangan
riba dan persepsi uang sebagai alat tukar dan alat melepaskan kewajiban. Uang bukanlah
komoditas. Dengan demikian, uang tidak me-miliki nilai waktu, kecuali nilai barang yang
ditukar melalui penggunaan uang sesuai dengan syariah.
Sebagai konsekuensi dari prinsip ini maka bank Islam dioperasikan atas dasar konsep bagi
untung dan bagi risiko yang sesuai dengan salah satu kaidah Islam, yaitu “keuntungan adalah
bagi pihak yang menanggung risiko.” Bank Islam menolak bunga sebagai biaya untuk
penggunaan uang dan pinjaman sebagai alat investasi.
Dalam melaksanakan investasinya, bank Islam memberi keyakinan bahwa dana mereka sendiri
(equity), serta dana lain yang tersedia untuk investasi, mendatangkan pendapatan yang sesuai
dengan syariah dan bermanfaat bagi masyarakat.
Bank Islam menerima dana berdasarkan kontrak mudhara-bah, yaitu salah satu bentuk
kesepakatan antara penyedia dana (pemegang rekening investasi) dan penyedia usaha (bank).
Dalam melaksanakan usaha berdasarkan mudharabah, bank menyatakan kemauannya menerima
dana untuk diinvestasikan atas nama pemiliknya, membagi keuntungan berdasarkan per-sentase
yang disepakati sebelumnya, serta memberitahukan bahwa kerugian akan ditanggung
sepenuhnya oleh penyedia dana selama kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kelalaian atau
pelanggaran kontrak.
Dalam paradigma akuntansi Islam, bank syariah memiliki fungsi sebagai berikut:
Manajemen Investasi
Bank-bank Islam dapat melaksanakan fungsi ini ber-dasarkan kontrak mudharabah atau kontrak
perwakilan.
Menurut kontrak mudharabah, bank (dalam kapasitasnya sebagai mudharib, yaitu pihak yang
melaksanakan inves-tasi dana dari pihak lain) menerima persentase keuntungan hanya dalam
kasus untung. Dalam hal terjadi kerugian, sepenuhnya menjadi risiko penyedia dana (shahibul
maal), sementara bank tidak ikut menanggungnya.
Investasi
Bank-bank Islam menginvestasikan dana yang ditem-patkan pada dunia usaha (baik dana modal
maupun dana rekening investasi) dengan menggunakan alat-alat investasi yang konsisten dengan
syariah. Di antara contohnya adalah kontrak al murabahah, al mudharabah, al musyarakah, bai
as salam, bai al ishtisna, al ijarah, dan lain-lain.
Rekening investasi dapat dibagi menjadi tidak terba-tas (unrestricted mudharabah) atau terbatas
(restricted mudharabah).
Rekening investasi tidak terbatas (general investment)
4. Pemegang rekening jenis ini memberi wewenang kepada bank Islam untuk menginvestasikan
dananya dengan cara yang dianggap paling baik dan feasible, tanpa menerapkan pembatasan
jenis, waktu dan bidang usaha investasi.
Dalam skema ini bank Islam dapat mencampurkan dana pemegang rekening investasi dengan
dananya sendiri (modal) atau dengan dana lain yang berhak dipakai oleh bank Islam (misalnya
rekening koran). Pemegang rekening investasi dan bank Islam umumnya berpartisipasi dalam
keuntungan dari dana yang diinvestasikan.
Rekening investasi terbatas (restricted investment)
Pemegang rekening jenis ini menerapkan pembatasan tertentu dalam hal jenis, bidang, dan waktu
bank meng-investasikan dananya. Lebih jauh lagi, bank Islam dapat dibatasi dari mencampurkan
dananya sendiri dengan dana rekening investasi terbatas untuk tujuan investasi. Bahkan bisa saja
ada pembatasan lain yang diterapkan pemegang rekening investasi.
Sebagai contoh, pemegang rekening investasi dapat meminta bank Islam untuk tidak
menginvestasikan dananya dalam bidang pertanian dan peternakan. Bisa juga pe-megang
rekening investasi meminta bank Islam itu sendiri yang melaksanakan investasi, bukan melalui
pihak ketiga.
Jasa-Jasa Keuangan
Bank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa ke-uangan lainnya berdasarkan upah (fee
based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan. Contohnya garansi, transfer kawat,
L/C, dan sebagainya.
Jasa Sosial
Konsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam me-laksanakan jasa sosial, bisa melalui dana
qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauh
lagi, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank Islam memainkan peran dalam
pengembangan sumber daya insani dan menyumbang dana bagi pemeliharaan serta
pengembangan lingkungan hidup.
• 2. Definisi Pernyataan Keuangan
Secara umum, pernyataan keuangan untuk bank Islam dapat digambarkan sebagai berikut:
• 1. Pernyataan keuangan yang menggambarkan fungsi bank Islam sebagai investor, hak
dan kewajibannya, dengan tidak memandang tujuan bank Islam itu dari masalah
investasinya, apakah ekonomi atau sosial. Mekanisme investasi yang diguna-kan terbatas
hanya kepada beberapa cara yang dibolehkan syariah. Karenanya, pernyataan keuangan
meliputi:
• o
5. • § Pernyataan posisi keuangan
• § Pernyataan pendapatan
• § Pernyataan aliran kas
• § Pernyataan laba ditahan atau pernyataan perubahan pada saham pemilik
• 2. Sebuah pernyataan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam investasi
terbatas, yang dikelola oleh bank Islam untuk kepentingan masyarakat, baik berdasarkan
kontrak mudharabah atau kontrak perwakilan. Pernyataan semacam ini akan dirujuk
sebagai “Pernyataan Perubahan dalam Investasi Terbatas”.
• 3. Pernyataan keuangan yang menggambarkan peran bank Islam sebagai fiduciary dari
dana yang tersedia untuk jasa sosial ketika jasa semacam itu diberikan melalui dana
terpisah.
• 4. Pernyataan sumber dan penggunaan dana zakat dan dana sosial.
• 5. Pernyataan sumber dan penggunaan dana qardh
• 3. Definisi Unsur-Unsur Dasar Pernyataan Keuangan
• Pernyataan posisi keuangan
• 1. Asset
Asset adalah sesuatu yang mampu menimbulkan aliran kas positif atau manfaat ekonomi lainnya,
baik dengan dirinya sendiri ataupun dengan asset yang lain, yang haknya didapat oleh bank
Islam sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Untuk bisa digambarkan sebagai
sebuah asset pada pernyataan posisi keuangan bank Islam, asset itu harus memiliki karakter
tambahan berikut:
• i. Dapat diukur secara keuangan dengan tingkat reliabilitas yang wajar.
• ii. Tidak boleh dikaitkan dengan kewajiban yang tidak dapat diukur atau hak bagi pihak
lain.
• iii. Bank Islam harus mendapatkan hak untuk menahan, menggunakan, atau mengelola
aset itu.
• 2. Liabilitas
Liabilitas adalah kewajiban yang berjalan untuk me-mindahkan aset, meneruskan
penggunaannya, atau menyediakan jasa bagi pihak lain di masa depan sebagai hasil dari transaksi
atau peristiwa di masa lalu. Untuk bisa digambarkan sebagai sebuah liabilitas pada pernyataan
posisi keuangan bank Islam, liabilitas itu harus memiliki karakter tambahan berikut:
• i. Bank Islam harus memiliki kewajiban kepada pihak lain dan kewajiban bank Islam
tidak boleh saling bergantung (reciprocal) dengan kewajiban pihak lain kepada bank.
6. • ii. Kewajiban bank Islam harus bisa diukur secara keuangan dengan tingkat reliabilitas
yang wajar.
• iii. Kewajiban bank Islam harus bisa dipenuhi melalui pemindahan satu atau lebih aset
bank Islam kepada pihak lain, meneruskan kepada pihak lain akan penggunaan aset bank
Islam untuk suatu periode, atau menyediakan jasa pihak lain.
i. Porsi pemegang rekening investasi tak terbatas
Rekening investasi tak terbatas merujuk kepada dana-dana yang diterima bank Islam dari
individu-individu atau lainnya dengan dasar bahwa bank Islam akan memiliki hak untuk
menggunakan dan menginvestasikan dana-dana itu tanpa pembatasan. Bank Islam dengan
demikian juga berhak mencampurkan dana yang diinvestasikan itu dengan modalnya sendiri.
Keuntungan atau kerugian suatu investasi usaha dibagi secara proporsional setelah bank Islam
menerima bagian keuntungan/kerugiannya sebagai mudharib.
ii. Saham pemilik
Saham pemilik merujuk kepada jumlah yang tersisa pa-da tanggal pernyataan posisi keuangan
dari aset bank Islam sesudah dikurangi kewajiban, porsi pemegang rekening investasi tak
terbatas dan yang setara dengannya, serta pendapatan yang dilarang (nonhalal), jika ada. Itu
sebabnya saham pemilik terkadang dirujuk sebagai “the owner residual interest”.
• 4. Pernyataan pendapatan
Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari
keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi
yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih
keuntungan, seperti manajemen rekening investasi terbatas.
Biaya
Biaya adalah penurunan kotor dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas atau gabungan dari
keduanya selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi
yang halal, perdagangan, atau aktivitas, termasuk pemberian jasa.
Keuntungan
Keuntungan adalah kenaikan bersih dari aset bersih sebagai akibat dari memegang aset yang
mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan.
Keuntungan juga bisa diperoleh dari pemindahan saling tergantung insidental yang sah dan yang
tidak saling tergantung, kecuali transfer yang tidak saling tergantung dengan pemegang saham,
atau pemegang pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya.
7. Kerugian
Kerugian adalah penurunan bersih dari aset bersih seba-gai akibat dari memegang aset yang
mengalami penurunan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pen-dapatan. Kerugian
juga bisa terjadi akibat pemindahan saling tergantung insidental yang sah dan yang tidak saling
tergantung, kecuali transfer yang tidak saling tergantung dengan pemegang saham, atau
pemegang rekening investasi tak terbatas dan yang setara dengannya.
Keuntungan pada rekening investasi tak terbatas dan yang setaranya
Keuntungan bersih (kerugian bersih)
Pernyataan perubahan dalam saham pemilik atau pernyataan laba ditahan
Pernyataan perubahan dalam saham pemilik
Pernyataan laba ditahan
Pernyataan aliran kas
Kas dan setara kas
Aliran kas dari transaksi
Aliran kas dari aktivitas investasi
Aliran kas dari aktivitas pembiayaan
• 5. Pernyataan perubahan dalam investasi terbatas dan setaranya
Investasi terbatas
Simpanan dan penarikan oleh pemegang rekening investasi terbatas dan ekuivalensinya
Keuntungan (kerugian) investasi sebelum bagian ke-untungan manajer investasi sebagai seorang
mudharib, atau kompensasi sebagai wakil (agen) investasi.
Bagian manajer investasi dalam keuntungan investasi terbatas sebagai seorang mudharib atau
kompensasi sebagai manajer investasi
• 6. Pernyataan sumber dan penggunaan dana zakat serta dana sosial
Sumber dana zakat dan dana sosial
Penggunaan dana zakat dan dana sosial
8. Saldo dana zakat dan dana sosial
• 7. Pernyataan sumber dan penggunaan dana dalam qardh
Qardh
Sumber dana dalam qardh
Penggunaan dana dalam qardh
Saldo dana dalam qardh
• 8. Asumsi-Asumsi Akuntansi
Konsep satuan akuntansi
Konsep keberlanjutan (going concern)
Konsep periode
Stabilitas daya beli satuan uang
• 9. Konsep Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi
Definisi pengakuan dan pengukuran akuntansi
Pengakuan akuntansi
Pengakuan pendapatan
Pengakuan biaya
Pengakuan laba dan rugi
Pengakuan laba dan rugi investasi terbatas
• 10. Konsep pengukuran akuntansi
Konsep kesesuaian (matching)
Sifat-sifat pengukuran
Sifat-sifat yang harus diukur
Nilai setara kas yang diperkirakan akan direalisasi atau dibayar
9. Revaluasi aset, liabilitas, dan investasi terbatas pada akhir periode akuntansi
1.
1. Penerapan aset, liabilitas, dan investasi terbatas
2. Sifat pengukuran alternatif kepada nilai setara kas.
• 11. Karakteristik Kualitatif serta Penyiapan dan Penyajian Informasi Akuntansi
• 12. Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi
Arti karakteristik kualitatif informasi akuntansi
Relevansi
Reliabilitas
Representasi keyakinan
Objektivitas
Netralitas
Dapat dibandingkan
Konsistensi
Dapat dimengerti
• 13. Penyiapan dan Penyajian Informasi Akuntansi
Materialitas
Biaya informasi
Pembukaan
10. Peran Strategis Akutansi Sebagai Instrumen Validitas Informasi Dan Penjaga
Keadilan Bagi Stakeholders
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya rasa keberagamaan (religiusitas) masyarakat Muslim menjalankan
syariah Islam dalam kehidupan sosial-ekonomi, semakin banyak institusi bisnis Islami yang menjalankan
kegiatan operasional dan usahanya berlandaskan prinsip syariah. Untuk mengelola institusi Islami ini
diperlukan pencatatan transaksi dan pelaporan keuangan. Pencatatan akuntansi dan pelaporan
keuangan dengan karakteristik tertentu yang sesuai dengan syariah. Pencatatan transaksi dan pelaporan
keuangan yang diterapkan pada institusi bisnis Islami inilah yang kemudian berkembang menjadi
akuntansi syariah. Akuntansi syariah (shari’a accounting) menurut Karim (1990) merupakan bidang baru
dalam studi akuntansi yang dikembangkan berlandaskan nilai-nilai, etika dan syariah Islam, oleh
karenanya dikenal juga sebagai akuntansi Islam (Islamic Accounting).
Akuntansi syariah dapat dipandang sebagai kontruksi sosial masyarakat Islam guna menerapkan
ekonomi Islam dalam kegiatan ekonomi. Akuntansi syariah merupakan sub-sistem dari sistem ekonomi
dan keuangan Islam, digunakan sebagai instrument pendukung penerapan nilai-nilai Islami dalam ranah
akuntansi, fungsi utamanya adalah sebagai alat manajemen menyediakan informasi kepada pihak
internal dan eksternal organisasi.
Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah
Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat
islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat
penerapan Akuntansi tersebut. Akuntansi Islam memiliki beberapa peran, dan salah satunya adalah
sebagai instrumen validitas informasi dan menjaga keadilan bagi stakeholders serta akuntansi mampu
mencari dan memberi keadilan bagi pelaku-pelaku kegiatan ekonomi di dalam institusi tersebut
(stakeholders).
BAB II
PEMBAHASAN
11. A. Peranan Akuntansi Syariah
Dalam dunia ekonomi akuntansi syariah memilki peran yang sangat signifikan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Turut berperan dalam menunjang pembangunan ekonomi bangsa Indonesia terutama melalui upaya
peningkatan peranan pengusaha muslim dalam perekonomian nasional dan bertindak sebagai
katalisator pengembangan lembaga-lembaga keuangan syariah di Indonesia.
2. Memberikan laba yang wajar bagi pemegang saham.
3. Mengusahakan pertumbuhan perusahaan yang optimal.
4. Memberikan kontribusi yang positif pada masyarakat islam.
5. Memelihara dan meningkatakan mutu kehidupan pekerja.
B. Akuntansi Sebagai Landasan Informasi
Dalam proses pengambilan keputusan diperlukan informasi dan pengetahuan lainnya yang menyangkut
berbagai aspek masalah yang akan diputuskan. Semakin luas informasi yang dimiliki pengambil
keputusan semakin tepat keputusan yang diambilnya. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman
seseorang di bidang itu semakin tepat keputusan yang diambilnya.
Informasi itu merupakan kumpulan data yang dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Dalam hal tertentu manusia menggunakan pertimbangan yang berasal dari
perintah dari atasan, keadaan alam, pendapat, dan sebagainya. Namun manajemen yang rasional akan
menggunakan informasi faktual sebagai dasar pengambilan keputusan bukan melalui jalan lainnya. Dan
belakangan ini para ahli telah mencoba melakukan berbagai upaya untuk merumuskan bagaimana cara
pengambilan keputusan yang tepat.
Dalam ilmu pengambilan keputusan dikenal tahap-tahap yang diikuti dalam proses pengambilan
keputusan, proses yang umum adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi persoalan dengan cara membandingkan keinginan dengan kejadian yang
sebenarnya.
2. Merumuskan persoalan utama.
3. Merinci persoalan.
4. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan.
5. Memutuskan pilihan terbaik.
6. Melaksanakan keputusan.
7. Memonitor dan menindaklanjuti.
Informasi akuntansi sudah lama menjadi sumber informasi utama bagi manajemen dalam mengelola
perusahaan, bagi investor dalam memilih investasi, dan pihak lainnya.
PEMAKAI LAPORAN KEPUTUSAN
Manajer Organisasi Kemana kegiatan diperluas dan dikurangi?
Bagaimana prestasi bawahan?
12. Siapa yang akan diberi penghargaan?
Kreditur/Jasa Pemberian pinjaman? Bagaimana persyaratan yang diberikan?
Pemilik Saham Menambah/mengurangi investasi?
Kantor Pajak Apakah perhitungan pajak tepat?
BAPEPAM/Bursa Efek Apakah laporan keuangan sesuai dengan aturan BAPEPAM?
DPR/Pemda Apakah perusahaan mengikuti aturan yang ditetapkan?
Bank Indonesia Apakah laporan keuangan dan Bank sudah menyesuaikan diri dengan sikap dan
ketentuan lainnya seperti CAR, LLL, LDR, DSB.
Manajemen dalam melaksanakan tugasnya memerlukan informasi mengenai bisnis atau lembaga yang
dipimpinnya. Informasi ini dimaksudkan untuk dua hal:
1. Untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Decision Making).
2. Untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan (Accountability).
Untuk memenuhi tujuan inilah akuntansi berperan. Akuntansi memberikan informasi yang sangat
dibutuhkan manajemen dalam melaksanakan fungsi-fungsinya yaitu:
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pengarahan (Actuating)
4. Pengawasan (Controlling)
Manajemen dalam melaksanakan tugasnya berupaya memadukan resorsis:
1. Resorsis manusia
2. Resorsis alam
3. Resorsis keuangan
4. Resorsis informasi
Akuntansi sebagian dari informasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu gugusan tugas
manajemen dalam mencapai tujuannya. Di sini akuntansi merupakan alat pembantu untuk
memperlancar tugas-tugas manajemen (facilitating function) terutama dalam fungsi perencanaan dan
pengawasan.
Dalam fungsi perencanaan informasi akuntansi sangat berguna terutama sebagai pemberi data aktual
yang akan dijadikan dasar dalam penyusunan anggaran atau perencanaan operasi perusahaan. Dalam
fungsi pengawasan tugas akuntansi sangat strategis sebagai alat pembanding dengan rencana.
Perbandingan ini dimaksudkan untuk mengetahui penyimpangan (variance) yang terjadi sehingga
manajemen dapat dengan mudah melakukan penilaian dan upaya koreksi dan perbaikan secara lebih
dini. Sehingga kekeliruan tidak berlangsung lama.
Dalam fungsi pengarahan dan koordinasi maka sistem akuntansi sengaja didesain untuk menampung
segala informasi sehingga hasilnya dapat dijadikan dasar dalam mengarahkan kegiatan perusahaan dan
menilai pertanggungjawaban masing-masing unit pertanggungjawaban. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa akuntansi memiliki peran sentral dalam mencapai keberhasilan perusahaan baik dari
segi upaya pencapaian tujuannya maupun dalam pengelolaan dan pengawasannya.
13. Tujuan Sistem Informasi Akuntansi dalam perbankan syari’ah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendukung operasi sehari-hari yang dilakukan secara rutin.
Transaksi dalam perbankan merupakan operasi sehari-hari yang dilakukan secara rutin. Transaksi-
transaksi tersebut terdiri dari:
a. Transaksi akuntansi, contohnya laporan arus kas biasanya mengunakan sistem informasi akuntansi
untuk pemerosesan.
b. Transaksi non akuntansi, contohnya akad jual beli (salam) ada akhirnya akan mengarah kepada
transaksi akuntansi. Misalnya jika suatu pesanan telah terpenuhi, dan pengiriman telah diterima, maka
akan dicatat sebagai transaksi akuntansi.
2. Untuk menunjang pengambilan keputusan oleh pembuat keputusan internal.
Misalnya perbankan menggunakan Sistem Informasi Akuntansi untuk pemrosesan informasi yang
penting seperti ekspektasi pendapatan yang akan diterima dari kerjasama tertentu untuk tahun
berikutnya.
3. Untuk memenuhi kewajiban seperti pelaporan finansial kepada stakeholder.
Pemakai dari Sistem Informasi Akuntansi dapat berupa pemakai internal, yaitu manajer, maupun
pemakai eksternal, yaitu nasabah (mudhorib), sohibul mal, pemerintah dan para stakeholder lainnya.
Agar sebuah laporan keuangan tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan maka kualitas
informasi yang diberikan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain :
a) Asas manfaat, terutama bagi pihak pemakainya
b) Relevansi antara laporan keuangan tersebut dengan tujuan pelaporannya
c) Tingkat kepercayaan
d) Komparabilitas, artinya dapat diperbandingkan berdasarkan periode waktu tertentu
e) Konsistensi, artinya metode yang digunakan konsisten dan tidak mudah berubah
f) Mudah dipahami, serta tidak multi interpretasi.
Selain keenam hal tersebut, informasi yang diberikan juga harus mencakup beberapa aspek:
1. Informasi yang tersedia harus mampu menggambarkan pencapain tujuan yang ada dan
konsistensinya dengan syariat. Jika bank melakukan deal pada transaksi yang diharamkan, misalnya
terkait dengan sistem riba, maka harus dijelaskan secara detil mengenai pemisahan pencatatan
transaksi tersebut.
2. Informasi tersebut harus mampu membantu pihak luar bank untuk mengevaluasi rasio kecukupan
modal, resiko investasi, likuiditas, dan berbagai aspek finansial perbankan lainnya. Ini sangat penting
dilakukan, sehingga kredibilitas bank dapat dipertanggungjawabkan.
C. Akuntansi Sebagai Keadilan bagi Stakeholders
Dalam konteks akutansi, kata adil secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan dicatat dengan benar. Bila misalnya, nilai transaksi adalah sebesar Rp 100 juta, maka
akuntansi (perusahaan) akan mencatatnya dengan jumlah yang sama; dengan kata lain, tidak ada
window dressing dalam praktik akuntansi perusahaan. Pada pengertian ini praktik moral yaitu kejujuran,
merupakan faktor yang sangat dominan. Tanpa kejujuran ini informasi akuntansi yang disajikan akan
14. menyesatkan dan sangat merugikan masyarakat. Pengertian kedua dari kata adil, bersifat lebih
fundamental [dan tetap berpijak pada nilai-nilai etika (syari’ah) dan moral].
Prinsip keadilan tidak hanya merupakan nilai yang sangat penting dalam etika kehidupan sosial dan
bisnis, tetapi juga merupakan nilai yang secara inheren melakat dalam fitrah manusia. Berarti manusia
menilai kapasitas dan energi untuk berbuat adil dalam setiap kehidupan.
Akuntansi dalam Konteks Organisasi
Selama beberapa kurun waktu yang lalu, akuntansi secara tradisional telah dipahami dan diajarkan
sebagai satu set proseur rasional yang digunakan untuk menyediakan informasi yaitu informasi yang
bermanfaat untuk mengambil keputusan dan pengendalian.dalam pengertian semacam ini, akuntansi
tampak seperti teknologi yang kelihatan konkret, tangible dan bebas dari nilai masyarakat (value-free)
dimana ia dipraktikkan.
Pada tingkat mikro (organisasi), akuntansi juga telah berubah sesuai dengan arah dan pengaruh
lingkungan organisasi seperti restrukturisasi dan perbaikan organisasi; tugas-tugas organisasi; strategi;
struktur dan pendekatan dalam pembagian kerja; teknologi dan praktik; dan konflik sosial dalam
organisasi.
Akuntansi tidak begitu saja ada (eksis) dibentuk oleh lingkungannya, tetapi juga secara aktif
menebarkan kekuatan (pengaruh) potensialnya untuk memengaruhi dan membentuk lingkungan serta
realitas di mana ia hidup dan dipraktikkan. Morgan (1988), mengatakan bahwa akuntansi tidak hanya
merefleksikan realitas, tetapi juga membentuk realitas. Pandangan yang sama juga dikemukakan oleh
Hopwood (1990) yang berpendapat bahwa akuntansi memainkan peranan yang sangat penting dalam
memengaruhi dan membentuk perubahan organisasi. Hopwood (1990) menekankan tiga peranan
umum akuntansi dalam proses perubahan organisasi yaitu bagaimana akuntansi menciptakan visibilitas
dalam sebuah organisasi, bagaiman akuntansi berfungsi sebagai praktik kalkulasi dan bagaimana
akuntansi menciptakan domain untuk aksi ekonomi.
Keterangan di atas merupakan gambaran yang jelas bahwa akuntansi, pada dasarnya sebuah entitas
yang selalu berubah (berkembang); dimana arah perkembangannya banyak ditentukan oleh faktor
lingkungan.
Organisasi Syariah
Dalam perkembangannya akuntansi banyak dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu diantaranya
adalah bentuk organisasi. Organisasi dalam perspektif syari’ah adalah perusahaan yang dalam
pengertian tradisional mempunyai tujuan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemilik perusahaan
(stakeholders) tanpa harus ada kewajiban sosial (social responsibility). Pandangan ini diperkuat oleh
Milton friedman (1970)−seorang ekonom pemenang hadiah Nobel−yang dlam tulisannya berjudul The
Social Respinsibility of Business is Increase Its Profits.
Friedman jelas menolak adanya tanggung jawab sosial bagi perusahaan, atau dengan kata lain, ia
mereduksi tanggung jawab sosial dalam bentuk pencapaian laba (yang maksimal). Dalam dunia nyata,
konsep ini bukannya tanpa masalah. Karena motivasi untuk memperoleh laba maksimal, secara
psikologis, akan menstimulasi timbulnya perilaku egoistik secara berlebihan.
15. BAB III
PENUTUP
Dalam dunia ekonomi akuntansi syariah memilki peran yang sangat signifikan diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan laba yang wajar bagi pemegang saham.
2. Mengusahakan pertumbuhan perusahaan yang optimal.
3. Memelihara dan meningkatakan mutu kehidupan pekerja.
Informasi itu merupakan kumpulan data yang dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Dalam fungsi perencanaan informasi akuntansi sangat berguna terutama
sebagai pemberi data aktual yang akan dijadikan dasar dalam penyusunan anggaran atau perencanaan
operasi perusahaan. Dalam fungsi pengawasan tugas akuntansi sangat strategis sebagai alat
pembanding dengan rencana. Perbandingan ini dimaksudkan untuk mengetahui penyimpangan
(variance) yang terjadi sehingga manajemen dapat dengan mudah melakukan penilaian dan upaya
koreksi dan perbaikan secara lebih dini. Sehingga kekeliruan tidak berlangsung lama.
Tujuan Sistem Informasi Akuntansi dalam perbankan syari’ah adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendukung operasi sehari-hari yang dilakukan secara rutin.
2. Untuk menunjang pengambilan keputusan oleh pembuat keputusan internal.
3. Untuk memenuhi kewajiban seperti pelaporan finansial kepada stakeholder.
Dalam konteks akutansi, kata adil secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan dicatat dengan benar. praktik moral yaitu kejujuran, merupakan faktor yang sangat
dominan. Tanpa kejujuran ini informasi akuntansi yang disajikan akan menyesatkan dan sangat
merugikan masyarakat.