Makalah ini membahas tentang narkoba dan pandangan Islam mengenai narkoba. Pembahasan dimulai dengan pengertian narkoba, sejarahnya, jenis-jenisnya, dampaknya, peraturan terkait, dan pandangan Islam. Narkoba dapat merusak tubuh dan jiwa, namun Islam melarangnya karena berbahaya. Makalah ini bertujuan mengedukasi tentang bahaya narkoba sesuai ajaran agama.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan jaman berlalu dengan sangat cepat. Kebudayaan serta
pengetahuan manusia termasuk di dalamnya dalam ilmu kedokteran dan pengobatan
pun turut berkembang dengan sangat pesat. Manusia mengenal narkoba (narkotika,
psikotropika, dan obat-obatan berbahaya) pertama kali pada masa sebelum masehi.
Manusia menggunakan dedaunan, buah-buahan, dan akar-akaran dari tanaman
narkotika untuk diolah dan dijadikan sebagai obat.
Namun seiring dengan perkembangan budaya dan pengetahuan yang amat
pesat, mulai timbul penyalahgunaan akan narkoba ini. Yang dulunya narkoba
digunakan hanya dalam ilmu medis dengan tujuan pengobatan tetapi sekarang banyak
disalahgunakan dan dikonsumsi manusia dengan tujuan untuk mencari sensasi ringan,
fly, perasaan senang, dan lain-lain. Padahal penggunaan narkoba selain dalam dunia
medis adalah ilegal dan sangat berbahaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1990) membuktikan bahwa
penyalahgunaan narkoba menimbulkan dampak antara lain merusak hubungan
kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar, ketidakmampuan membedakan
antara yang baik dan buruk, gangguan kesehatan, merosotnya produktifitas, dan
bahkan mampu berujung pada kematian. Permasalahan penyalahgunaan narkoba
mempunyai dimensi yang luas dan kompleks; baik dari sudut medis, psikiatri,
kesehatan jiwa, psikososial, sampai agama. Penyalahgunaan narkoba adalah penyakit
endemik dalam masyarakat modern, merupakan penyakit kronik yang berulang kali
kambuh.
1
2. Narkoba telah merusak generasi muda terutama di Indonesia. Narkoba dengan
mudah didapat, dan dikonsumsi. Mirisnya banyak pengguna maupun pecandu
narkoba ini masih berusia SMP sampai SMA dimana usia tersebut adalah usia kritis
dalam proses pencarian jatidiri. Berawal dari coba-coba atau ajakan dari teman satu
tongkrongan kemudian menjadi kebiasaan dan menjadi kecanduan. Secara tidak sadar
jumlah pecandu narkoba dari generasi muda di Indonesia sangatlah banyak.
Yang membuat hal tesebut lebih miris adalah jika kita mengingat bahwa
Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Islam
jelas-jelas melarang narkoba dan juga alkohol (khamr). Dalam hukum Islam sudah
dijelaskan secara gamblang larangan tersebut dan bahayanya narkoba serta khamr
bagi tubuh. Sebagai seorang muslim, kita semua harusnya tunduk dan aptuh terhadap
hukum Islam. Namun pada kenyataannya semua serba terbalik.
Oleh karena itu dalam makalah ini, penulis mengangkat tema tentang narkoba
serta pandangan Islam terhadapnya. Dalam makalah ini berisi pengetahuan umum
mengenai narkoba dan bagaimana pandangan Islam terhadap narkoba Penulis
berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana, ringkas, dan mudah
dimengerti supaya pembaca dapat memahaminya dengan mudah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa narkoba itu?
2. Bagaimana sejarah narkoba?
3. Bagaimana awal mula penyalahgunaan narkoba?
4. Apa saja jenis-jenis narkoba?
5. Apa dampak narkoba terhadap penggunanya?
6. Bagaimana peraturan perundang-undangan mengenai narkoba?
7. Bagaimana pandangan Islam terhadap narkoba?
8. Bagaimana terapai terhadap pecandu narkoba secara Islami?
2
3. 1.2 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan secara umum mengenai narkoba dan jenis-jenisnya.
2. Memberikan pengetahuan tentang dampak dari penyalahgunaan narkoba.
3. Memberikan pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan mengenai
narkoba.
4. Menjabarkan pandangan Islam mengenai narkoba.
1.3 Manfaat
Sesuai dengan tema yang penulis angkat yaitu tentang narkoba serta
pandangan Islam tentang narkoba, penulis coba menjelaskan narkoba dari segi arti,
sejarah, penyalahgunaan, peraturan perundang-undangan, pandangan menurut Islam,
serta terapi-terapinya yang bersifat Islami. Penulis berharap dengan makalah ini dapat
memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai narkoba secara umum dan dari
pandangan Islam. Manfaat lain adalah penulis berharap agar pembaca dapat
membentengi diri dari narkoba, tidak ikut terjun ke dalam dunia haram tersebut. Lalu
lebih luasnya lagi penulis berharap agar pembaca dapat mengajak serta orang-orang
terdekat dari pembaca supaya berhati-hati dan mampu menjaga diri dari narkoba.
3
4. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Narkoba
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti
perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik
dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya
(Kurniawan, 2008). Sedangkan pengertian menurut ahli kesehatan narkoba adalah zat
psikotropika yang digunakan sebagai anestesi sebelum dilakukan tindakan operasi,
namun dewasa ini pemakaian psikotropika di salah artikan karena penggunaannya
yang tanpa dosis.
Istilah narkoba berasal dari terjemahan kata drugs. Secara awam orang
menterjemahkan drug sebagai bahan kimia yang apabila dimasukkan ke dalam tubuh
akan memberika efek pada perasaan, pemikiran, dan tingkah laku.
2.2 Penggolongan Narkoba
Narkoba dibagi menjadi beberapa jenis yaitu Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lainnya.
2.2.1 Narkotika
Narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu bagi
yang menggunakannya dengan memasukkan kedalam tubuh (Soerdjono
Dirjosisworo). Pengaruh yang ditimbulkan antara lain hilangnya kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, rangsangan semangat serta halusinasi.
Narkotika digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu,
4
5. a.
Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya.
Daya adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini digunakan untuk penelitian
dan ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, heroin, kokain, morfin, dan opium.
b.
Narkotika golongan II adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
petidin, benzetidin, dan betametadol.
c.
Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh
: kodein dan turunannya.
2.2.2 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (Pasal 1 angka 1 UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika).
Psikotropika digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu,
a.
Psikotropika golongan I adalah dengan daya adiktif yang
sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang
diteliti khasiatnya. Contoh: MDMA, LSD, STP, dan ekstasi.
b.
Psikotropika golongan II adalah psikotropika dengan daya
adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
c.
Psikotropika golongan III adalah psikotropika dengan daya
adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :
lumibal, buprenorsina, dan fleenitrazepam.
d.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang memiliki
daya adiktif ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh
: nitrazepam (BK, mogadon, dumolid ) dan diazepam.
5
6. 2.2.3 Zat Adiktif Lainnya
Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi
oleh organisme hidup dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan
ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin
menggunakannya secara terus-menerus yang jika dihentikan dapat memberi
efek lelah luar biasa atau rasa sakit luar biasa
Yang tergolong zat adiktif adalah
a.
Rokok
b.
Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
c.
Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan
aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan (Alifia,
2008).
Penggolongan narkoba menurut efeknya
2.2.5 Depresant
Depresant memiliki efek menekan serta menurunkan fungsi sistem saraf
pusat (Central Nervous System/CNS), tetapi tidak harus membuat seseorang
merasa depresi. Akibat dari penggunaan golongan zat ini antara lain dapat
menurunkan denyut nadi dan fungsi pernafasan, menimbulkan rasa rileks dan
ngantuk. Depresant dapat mengakibatkan menurunnya tingkat koordinasi,
konsentrasi dan keseimbangan. Beberapa jenis depressant juga dapat
menyebabkan euphoria (perasaan bahagia yang berlebihan).
Depresant biasanya digunakan untuk mengurangi kecemasan, stress dan
perasaan yang tertahan (inhibition). Penggunaan dalam dosis tinggi dapat
menyebabkan hilangnya kesadaran oleh karena nafas dan detak jantung
melemah. Efek yang biasanya tampak pada pengguna depressant adalah
suara/bicara seperti tertelan, gerakan sempoyongan dan tidak terkoordinasi.
Efek lainnya adalah mual, muntah, koma dan mati.
6
7. Termasuk dalam golongan depressant antara lain alcohol, ganja, opiates
(heroin, morfin, codein), methadone, obat penenang/obat tidur, dan bahan
pelarut (solvent).
2.2.6 Stimulan
Stimulan adalah kebalikan dari depressant yang bekerja dengan
meningkatkan fungsi sistem saraf pusat dan mempercepat produksi impuls
saraf. Penggunaan stimulan akan mengakibatkan meningkatnya detak jantung,
tekanan darah, suhu tubuh, meningkatkan kewaspadaan, gairah/ semangat dan
energi, dan mungkin meningkatnya rasa percaya diri. Penggunaan stimulan
juga dapat mengakibatkan menurunkan nafsu makan, pupil mata membesar,
talkative, agitasi dan susah tidur. Sebagian stimulan dapat mengakibatkan rasa
haus dan mengurangi kelelahan.
Penggunaan dalam dosis besar dapat menimbulkan rasa cemas, panic,
sakit kepala, pandangan kabur, kram perut, agresi dan paranoia. Yang
termasuk dalam kelompok stimulan antara lain: nikotin, kafein, amphetamine,
kokain, dan tablet pelangsing (duramine, sanorex dan lain-lain).
2.2.7 Halusinogen
Cara kerja halusinogen adalah dengan mengaburkan persepsi pengguna
terhadap realita yang ada baik penglihatan, pendengaran, maupun orientasi
terhadap waktu/tempat. Efek halusinogen biasanya susah untuk diprediksi.
Efek psikologis sangat bergantung pada mood dan konteks pada saat
menggunakannya. Halusinogen dapat mempengaruhi perasaan emosi,
euphoria, dan rasa bahagia. Efek negatif yang sering timbul adalah perasaan
panik, paranoia, dan kehilangan hubungan dengan realita.
Efek halusinogen pada fisik ditandai dengan pembesaran bola mata,
hilangnya nafsu makan, meningkatkan aktivitas, bicara atau tertawa-tawa,
7
8. rahang berdetak, berkeringat, dan kadang-kadang terjadi kram perut dan mualmual.
Termasuk dalam kelompok ini antara lain LSD (Lysergic Acid
Diethylamide), magic mashroom (psilosibin), mescaline (peyote cactus), PCP
(Phencyclidine), ecstasy, ketamine, dan marijuana (ganja).
2.3 Sejarah Narkoba
2.3.1 Sejarah Narkoba di Dunia
Sejarah opium dimulai sejak 3000 SM, ketika bangsa Mesopotamia mulai
menanamnya. Sejak saat itu, para penduduk telah menanan dan menggunakan opium
sebagai narkotika dan sebagai obat dalam dalam bidang kedokteran.
Di daerah Asia penyebaran opium sangat meluas. Minat Negara Inggris atas
keuntungan penjualan opium yang sangat besar sempat menimbulkan peperangan
hingga dua kali dengan Cina pada sekitar tahun 1800-an. Opium yang sering disubut
“emas hitam” sangat berharga dan bahkan digunakan sebagai pengganti uang dalam
perdagangan.
Di akhir tahun 1900-an perdagangan opium di wilayah Thailand, Laos, dan
Birma dikenal sebagai perdagangan “segitiga emas”. Sampai hari ini, “Obat terlarang
memasuki Kamboja dari daerah Segitiga Emas di sepanjang perbatasan-perbatasan
Thailand, Laos dan Birma,” lalu melalui Kamboja menuju Thailand dan Vietnam
untuk diekspor,” (Issues for Engagement: Asian Perspectives on Transnational
Security Challenges, 2010). Negara-negara Segitiga Emas telah matang dalam
membuat dan mengedarkan obat terlarang. Para laboratorium tersembunyi yang
ditunjang oleh sindikat kejahatan yang teratur membuat obat-obat terlarang di daerahdaerah Kamboja yang jarang penduduknya dan perbatasan-perbatasan yang bercelah
memancing para penyelundup untuk melewati hutan-hutannya yang terpencil (AsiaPacific Center for Security Studies).
2.3.2 Sejarah Opium di Asia
8
9. Tahun 1600-an
Penduduk Persia dan India mengonsumsi makanan dan minuman yang di
campur dengan opium dengan maksud untuk bersenang-senang. Pedagang Portugis
membawa Poium asli india ke Cina untuk diperdagangkan.
Tahun 1700-an
Orang-orang Belanda megekspor opium dari India ke Cina dan pulau-pulau
disekitar Asia Tenggara. Pedagang Belanda juga mengajarkan kepada masyarakat
Cina cara menghisap opium dari pipa tembakau.
Tahun 1729
Kaisar Cina Yung Cheng melarang orang Cina untuk menghisap opium dan
melarang penjualan opium di dalam negeri kecuali dengan surat ijin untuk
kepentingan pengobatan.
Tahun 1767
Angka impor perusahaan British East India Co. ke Cina hingga mencapai
jumlah sebanyak 2.000 peti dalam setahunnya. Satu peti dapat memuat 60 kilogram
opium mentah.
Tahun 1839
Raja Thai Rama III mengenalkan hukuman mati untuk pengedar besar opium.
Namun masalah opium terbukti terlalu luas bagi para petugas untuk diberantas.
Tahun 1842
Inggris mengalahkan Cina dalam Perang Opium pertama yang berlangsung
tahun 1839 sampai 1842. Kemudian Inggris memaksa Cina untuk tetap membuka
jalur perdagangan opium dan akhirnya Cina menyerahkan Hong Kong kepada
Inggris. Hong Kong berkembang menjadi sebuah tempat perpindahan penting bagi
opium India untuk memasuki pasar Cina yang sangat besar.
Tahun 1856
Orang-orang Inggris dan Perancis kembali memulai permusahanya dengan Cina
dengan mengobarkan Perang Opium kedua antara tahun 1856 sampai 1860. Di tahun
9
10. 1860 impor opium disahkan secara hukum, dan sejak saat itu Cina mulai menanam
opiumnya sendidri dalam jumlah besar.
Tahun 1898
Heinrich Dreser, yang bekerja untuk Bayer Co. di Elberfeld, Jerman,
menemukan bahwa mengencerkan morfin dengan asetyl menghasilkan suatu obat
tanpa menimbulkan efek samping. Bayer mulai membuat diasetylmorfin dan
menamakannya “heroin”, dari kata Jerman heroisch yang berarti heroic (bersifat
seperti pahlawan). Heroin tidak diperkenalkan secara umum selama tiga tahun
berikutnya.
Tahun 1900-an
Sebuah lembaga dermawan A.S. Saint James Society mengadakan kampanye
untuk menyebarluaskan heroin secara gratis kepada para pecandu morfin yang sedang
berusaha berhenti.
Tahun 1910
Setelah 150 tahun lamanya gagal dalam usaha untuk membebaskan negara
mereka dari opium, orang-orang Cina berhasil membujuk Inggris untuk
menggagalkan perdagangan opium antara India dan Cina.
Tahun 1940-an
Perang Dunia Kedua sempat memotong aliran perdagangan opium dari India
dan Persia. Khawatir akan kehilangan monopoli perdagangan opiumnya, Perancis
mendesak petani Hmong dari daerah pegunungan di selatan Cina untuk memperluas
penanaman opiumnya.
Tahun 1960-an
Para pedagang opium Asia Tenggara mendirikan pabrik-pabrik penyulingan
heroin pertama di pertengahan tahun 1960-an di perbukitan di Laos, di seberang
sungai Mekong dari Chiang Khong di Thailand. Kemudian, mereka membangun
lebih banyak pabrik lagi di perbatasan Thai-Birma.
Tahun 1978
10
11. Wabah heroin menurun dan pencarian atas sumber bahan baku opium menuju
Sierra Madre di Meksiko. “Mexican Mud” untuk sementara menggantikan heroin
“China White” sampai tahun 1978. Pada tahun yang sama, pemerintah A.S. dan
Meksiko menyemprot ladang opium dengan herbisida yang menurunkan jumlah
“Mexican Mud” di A.S. Untuk menutupi kekurangan pasokan, daerah “Golden
Crescent” (Bulan Sabit Emas) di Iran, Afganistan dan Pakistan meningkatkan
pembuatan dan perdagangan heroin gelap.
Tahun 1988
Pemimpin militer Birma meningkatkan pembuatan opium berdasarkan
peraturan State Law and Order Restoration Council (Dewan Pemulihan Hukum dan
Perintah). A.S. mencurigai bahwa adanya sebuah pengiriman besar heroin sejumlah
2.500 pon yang disita di Thailand, dengan tujuan New York yang berasal dari
Segitiga Emas.
Tahun 1993
Angkatan Darat Thailand dengan bantuan Biro Penerapan Hukum Obat-obatan
Terlarang A.S. melancarkan kegiatan penghancuran ribuan akre tanaman opium di
daerah Segitiga Emas.
Tahun 1995
Segitiga Emas kini menjadi penghasil opium utama, menghasilkan 2.600 ton
setiap tahunnya. Menurut para ahli obat terlarang A.S., para pengedar obat terlarang
telah menciptakan jalur perlintasan baru dari Birma melalui Laos menuju bagian
selatan Cina, Kamboja dan Vietnam. Sebagai perbandingan, panen tahun 1987 di
Birma mencapai 836 ton opium mentah; di tahun 1995 hasilnya meningkat menjadi
2.340 ton.
2.4 Penyalahgunaan Narkoba dalam Lintasan Sejarah
Pertama kali narkoba ditemukan semula diperuntukkan bagi kepentingan
pengobatan dan menolong orang sakit. Sejak zaman prasejarah menusia sudah
mengenal zat psikoaktif (termasuk didalamnya narkotika, psikotropika, alkohol dan
11
12. zat-zat lainnya yang memabukkan). Berbagai dedaunan, buah-buahan, akar-akaran,
dan bunga dari berbagai jenis tanaman yang sudah lama diketahui manusia purba
akan efek farmatologinya. Sejarah mencatat, ganja sudah digunakan orang sejak
tahun 2700 SM. Opium misalnya, telah digunakan bangsa Mesir kuno untuk
menenangkan bagi yang sedang menangis. Meskipun demikian, disamping zat-zat
tersebut digunakan untuk pengobatan, namun tidak jarang pula digunakan untuk
kepentingan kenikmatan.
Dalam kehidupan Arab Jahiliyyah, tradisi meminum minuman keras (khamr)
sangat kental dan sudah mendarah dagimg sehingga tidak dapat dipisahkan lagi dari
kehidupan masyarakat pada masa itu. Budaya "mencekik botol" istilah bagi peminum
minuman keras (khamr) dianggap sebagai kenikmatan tertinggi dan merupakan
prestasi tersendiri manakala seseorang mampu bergelimangan dengan zat aktif
tersebut. Dengan demikian, tradisi ini pada masa Arab klasik dianggap sebagai
simbol supremasi diri dan gengsi pribadi.
Hasyis (ganja) telah disalahgunakan oleh Hasyasyin (salah satu sekte syiah
ismailiyah). Disebut juga Nizar al-Mutansir, putra sulung al-Mutansir (Khalifah
Fatimiyah, 427-428 H/1036-1094 M) dalam merenut kekuasaan, mengorganisasi
kekuasaan, dan melahirkan satu basis politis yang disebut "Negara Ismaliyah
Nizariyah".
Para pemimpin Hasyasyin menuntut kesetiaan para pengikutnya dengan cara
membuat mereka mabuk kepayang dengan hasyis. Dengan cara ini mereka merasakan
kenikmatan dan kegirangan dalam "surga", sehingga seorang pengikut hasyasyin
bersedia mati untuk memperoleh kembali kenikmatan "surgawi" itu. Ketika guru
agung merencanakan untuk membunuh pangeran, raja atau seorang pejabat misalnya,
dan memerintahkan pengikut Hasyasyin itu untuk melaksanakan tugas tersebut, ia
bersedia karena guru agung menjanjikan akan membawanya kembali ke surga jika ia
berhasil melaksanakannya.
Seiring dengan perlaihan zaman yang ditandai dengan kemajuan peradaban
manusia dalam bidang teknologi, maka manusia pun dapat mengolah zat-zat
12
13. psikoaktif tersebut dengan cara yang sangat canggih pula. Pada tahun 800-an,
manusia telah dapat menemukan proses penyulingan. Sebelumnya minuman keras
hanya memiliki kadar alkohol kurang dari 15% dikarenakan proses pembuatannya
hanya merupakan permentasi alamiah saja. Opium yang digunakan sejak tahun 5000
SM dolah secara alamiah dengan kadar narkotika yang relatif rendah. Tahun 1805 M,
ilmu pengetahuan menemukan morphine yang merupakan kadar murni dalam opium
itu. Tahun 1834, jarum suntik ditemukan dan hal ini menyebabkan timbulnya cara
baru untuk memakai morphine. Ditemukannya cocaine pada mulanya untuk
menyembuhkan bagi mereka yang ketagihan morphine. Cocaine memang dapat
menyembuhkan ketagihan morphine, akan tetapi ketagihan morphine justru berpindah
menjadi ketagihan cocaine.
Hubungan antarbangsa di dunia yang juga bertambah pesat, berawal dari
penjajah dunia barat yang berhasil menemukan zat psikoaktif pada bangsa-bangsa di
benua Asia, Afrika, dan Amerika yang secara kondusif memperlancar penyebaran di
wilayah-wilayah tersebut. Dewasa ini, kemjuan di bidang teknolohi telekomunikasi
dan media massa yang begitu cepatnya, berimplikasi pada tersebarnya psikoaktif dan
semakin dikanal umat manusia, serta semakin bertambah pada kasus-kasus
penyalahgunaan narkoba.
Pengguan zat psikoaktif pada satu sisi terkadang memiliki keterkaitan
dengankeadaan suatu masyarakat. Hal ini disebabkan beberapa zat tertentu
dibenarkan pemakaiannya oleh masyarakat tertentu pula, karena berhubungan dengan
adat dan keberagaman. Sedangkan zat yang sama ditentang oleh bangsa lain.
Adakalanya zat tertentu dipakai karena kebiasaan, tanpa adanya penilaian baik atau
buruk oleh masyarakat tersebut, pada tahap selajutnya justru diakui keberadaanya.
Aatau sebaliknya, yang dulu dianggap biasa kemudian malah dikecam.
Salah satu jenis narkoba yang ada pada zaman dahulu adalah candu yang
digunakan oleh sebagian kecil masyarakat. Candu diperkirakan berasal dari
pegunungan Mediterania. Sedangkan di Asia dikenal dengan daerah Segitiga Emas
(the Golden Triangle), yang dianggap merupakan tempat terpenting sebagai penghasil
13
14. narkoba dunia saat ini. The Golden Triangle adalah daerah perbatasan antara Bima,
Thailand, dan Laos yang dapatt menghasilkan 2/3 candu gelap dunia.
Di Sarides dalam abad I masehi telah digunakan secara jelas tanamab Papaver
Somniverum L yang menghasilkan candu, opium, morphine, dan heroin sebagai
tanaman obat seperti yang ada pada zaman sekarang ini. Penduduk Mesopotamia dan
bangsa Assyira pun sudah menanam Papaver Samniverum L tersebut. Dari daerah ini
tanaman tersebut menyebar ke arah timur.
Penanaman Papaver Semniverum L secara besar-besaran beru terjadi di India
dan Cina pada abad VII. Kebiasaan menghisap candu yang menjadi ciri khas di
kawasan Timur Jauh, belum dikenal sampai penemuan benua Amerika oleh
Columbus tahun 1492. Kesukaan menghisap candu baru menjadi masalah besar di
Cina setelah Cina menjadi saluran utama perdagangan candu oleh maskapai Inggris,
British East India Company (BEIC) dan Belanda.
Pada tahun 1790, BEIC berhasil menjual candu ke Cina. Dan pada tahun 1838
meningkat kemelut perang candu I yang terjadi pada tahun 1839-1942 setelah candu
gelap Inggris dibatalkan oleh Cina. Perang antara Cina dan Inggris berlangsung
kembali antara tahun 1856-1858 dengan kekalahan pihak Cina. Akibat kekalahan
tersebut, Cina terpaksa membuka pintu dan memasukkan candu melalui beberapa
pelabuhan.
Kemudian candu sampai ke pulau Sumatra dan Jawa yang merupakan daerah
lalulintas perdagangan bersamaaan dengan perjalanan imigran Cina. Penggunaan
candu dan penyebaran tanamannya terus berkembang samapi akhirnya bangsa
Belanda menguasai Nusantara, salah satu wilayahnya yang silih berganti menjadi
rebutan Portugis, Inggris, Belanda, demi keuntungan perdagangan mereka, termasuk
perdagangan candu.
Seteleh menjadi barang daganan VOC, pemasukan candu ke pulau Jawa
meningkat, terutama setelah VOC memegang monopoli impor ke kerajaan Mataram
pada tahun 1696, kesultanan Cirebon pada tahun 1678 dan kemudian wilayah
kesultanan Banten.
14
15. Kebanyakan candu didatangkan oleh VOC dari jajahannya di Bengala India.
Pada tahun 1471 dibentuk maskapai penerbangan candu yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) dengan pemegang saham para pejabat VOC. Namun pada tahun 1774,
maskapai tersebut dibubarkan karena keuntungannya dianggap hanya untuk pejabat,
bukan untuk kepentingan dan keuntungan VOC.
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, usaha untuk membatasi pemakaian
candu dilaksanakan dengan peraturan. Pada masa pakter candu tempat penjualan dan
penghisapan (Bambon) menjadi satu. Tetapi setelah adanya regil, keluar ketentuan
tidak boleh dilakukan penjualan candu di Bmbon. Bambon hanya terbuka bagi lakilaki bukan Eropa yang telah dewasa, yakni berumur diatas 18 tahun.
Pada tahun 1905 di seluruh pulau Jawa terdapat 755 Bambon dan pada tahun
1912 mengalami penurunan 74 Bambon sedangkan di luar pulau Jawa, hanya terdapat
40 Bambon. Di pulau Jawa 32% pembeli candu adalah orang Cina dan 68%
penduduk pribumi. Untuk diedarkan, candu itu dibuat kemasan antara 0,2-5 gram
dengan bentuk khusus untuk daerah pemasaran tertentu. Peredaran dan pelaksanaan
penjualan candu dikerjakan oleh mantri candu yang tersebar di seluruh wilayah
Hindia Belanda.
Dalam melakukan pengawasan dan peraturan, pemerintah Hindia Belanda
menggunakan
landasan
ordonasi
obat
narkotika
(Verdoovende
Middelen
Ordounantie, Stbl. 1927 No. 278), Ordonasi Opium Regi (Regi Opium Ordonantie,
Stbl. 1927, No. 279), dan peraturan-peraturan Perdagangan Opium Verpaking's
Bepalingen 1927, Stbl. No. 514.
Berdasarkan sejarah diatas, maka menurut hemat penulis, bahwa permasalah
narkoba sebenarnya telah terjadi sejak zaman dahulu bahkan hingga saat ini. Pada
kolonialisme Belanda saja, pengguna narkoba mencapai 3000 orang, bahkan pernah
mencapai 10.000 orang. Hal ini bukan sesuatu yang tidak mungkin tejadi mengingat
bahwa Indonesia terletak di tempat yang strategis untuk jalur perdagangan gelap.
2.5 Jenis-Jenis Narkoba
15
16. a. Opioid (Opiat)
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium, Papaver
somniverum, yang mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama
Opioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan
narkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium.
opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami adalah heroin
(diacethylmorphine), kodein (3-methoxymorphine), dan hydromorphone (Dilaudid).
Efek Samping
Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, kerusakan
penglihatan pada malam hari, mengalami kerusakan pada liver dan ginjal,
peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya
melalui jarum suntik dan penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam
identitas seksual, kematian karena overdosis.
Gejala Intoksitasi (keracunan) Opioid
Konstraksi pupil ( atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat )
dan satu ( atau lebih ) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah
pemakaian opioid, yaitu mengantuk atau koma bicara cadel ,gangguan atensi atau
daya ingat. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara
klinis misalnya: euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi
psikomotor, gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan )
yang berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.
Gejala Putus Obat
Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis
terakhir. Biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu
atau pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus obat mencapai puncak
16
17. intensitasnya selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari
setelahnya. Tetapi beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih
lama.
Gejala Putus Obat dari Ketergantungan Opioid
Kram otot parah dan nyeri tulang, diare berat, kram perut, rinorea
lakrimasipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi
temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia. Seseorang dengan ketergantungan
opioid jarang meninggal akibat putus opioid, kecuali orang tersebut memiliki
penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung.
Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan
kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu
selama
sindroma
abstinensi,
suatu
suntikan
tunggal
morfin
atau
heroin
menghilangkan semua gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan,
iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah.
Turunan Opioid (Opiat) yang sering disalahgunakan adalah :
a) Candu
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menyadap (menggores) buah
yang hendak masak. Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah
ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman
dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah
yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung
bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu masak warnanya
coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalam kemasan kotak kaleng
dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burung elang, bola dunia, cap
999, cap anjing, dsb. Pemakaiannya dengan cara dihisap.
17
18. b) Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan
alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung
halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara
dihisap dan disuntikkan.
c) Heroin (putaw)
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan
jenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir
ini . Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang
menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan,
penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap tersedia
bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek analgesik dan euforik-nya
yang baik.
d) Codein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih lemah
daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.
Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan.
e) Demero
Nama lain dari Demerol adalah pethidina. Pemakaiannya dapat ditelan atau
dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan tidak berwarna.
f) Methadon
Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan
opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan
ketergantungan opioid. Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat,
18
19. termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan
propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam
pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone
(Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah
senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan
senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine
(Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah
suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Nama popoler jenis
opioid : putauw, etep, PT, putih.
g) Kokain
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat
yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman
belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari
tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk
mendapatkan
efek
stimulan.
Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk
pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga
membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik, bersama dengan morfin
dan
heroin
karena
efek
adiktif
dan
efek
merugikannya
telah
dikenali.
Nama lain untuk Kokain : Snow, coke, girl, lady dan crack ( kokain dalam bentuk
yang paling murni dan bebas basa untuk mendapatkan efek yang lebih kuat ).
Efek Samping yang Ditimbulkan
Kokain digunakan karena secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia,
peningkatan harga diri dan perasan perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain
19
20. dalam dosis rendah dapat disertai dengan perbaikan kinerja pada beberapa tugas
kognitif.
Gejala Intoksitasi Kokain
Pada penggunaan Kokain dosis tinggi gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti
agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan perilaku seksual yang impulsif dan
kemungkinan berbahaya agresi peningkatan aktivitas psikomotor Takikardia
Hipertensi Midriasis.
Gejala Putus Zat
Setelah menghentikan pemakaian Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi
depresi pascaintoksikasi ( crash ) yang ditandai dengan disforia, anhedonia,
kecemasan,
iritabilitas,
kelelahan,
hipersomnolensi,
kadang-kadang
agitasi.
Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain menghilang
dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung sampai
satu
minggu,
dan
mencapai
puncaknya
pada
dua
sampai
empat
hari.
Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh
diri. Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri
gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam (
Valium ).
2.6 Jenis-Jenis Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan
narkotika, yang bersifat atau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabjan perubahankahas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan saraf
pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi
20
21. (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat
menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi
para pemakainya.
Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan
pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan dampak yang lebih buruk, tidak
saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga menimbulkan berbagai macam
penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si pemakai, tidak jarang bahkan
menimbulkan kematian.
Sebagaimana Narkotika, Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu
Psikotropika gol. I, Psikotropika gol. II, Psyko Gol. III dan Psikotropik Gol IV.
Psikotropika yang sekarang sedang populer dan banyak disalahgunakan adalah
psikotropika Gol I, diantaranya yang dikenal dengan Ecstasi dan psikotropik Gol II
yang dikenal dengan nama Shabu-shabu.
a) Ekstasi
Rumus kimia Ekstasi adalah 3-4-Methylene-Dioxy-Methil-Amphetamine
(MDMA). Senyawa ini ditemukan dan mulai dibuat di penghujung akhir abad lalu.
Pada kurun waktu tahun 1950-an, industri militer Amerika Serikat mengalami
kegagalan didalam percobaan penggunaan MDMA sebagai serum kebenaran. Setelah
periode itu, MDMA dipakai oleh para dokter ahli jiwa. Ekstasi mulai bereaksi setelah
20 sampai 60 menit diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh
akan terasa melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta
mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang.
Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan
bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut
biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita
menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala
terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini, kita merasa
membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk menceritakan hal-
21
22. hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4
sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.
b) Shabu-Shabu
Shabu-shabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi
dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu
ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah
Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai
filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian pemakai
yang memilih membakar Sabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka panjang
yang
mungkin
ditimbulkan
aluminium
foil
yang
terhirup.
Sabu sering dikeluhkan sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang
berlebihan), menjadi sangat sensitif (mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang
sering tidak berpikir positif, dan halusinasi visual. Masing-masing pemakai
mengalami efek tersebut dalam kadar yang berbeda. Jika sedang banyak mempunyai
persoalan / masalah dalam kehidupan, sebaiknya narkotika jenis ini tidak dikonsumsi.
Hal ini mungkin dapat dirumuskan sebagai berikut: masalah + sabu = sangat
berbahaya.
Selain itu, pengguna Shabu sering mempunyai kecenderungan untuk memakai
dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu yang
dimilikinya habis. Hal itu juga merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia
mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah (The Law Of Diminishing
Return). Beberapa pemakai mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu makan.
Namun sebagian besar mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang
mengkonsumsi Sabu. Bahkan banyak yang mengatakan berat badannya berkurang
drastis selama memakai Sabu. Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap
susunan saraf pusat manusia, Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :
22
23. a. Depresan, yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas
susunan saraf pusat (Psikotropika Gol 4), contohnya antara lain :
Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).
b. Stimulan, yaitu yang bekerja mengaktif kerja susan saraf pusat, contohnya
amphetamine, MDMA, N-etil MDA & MMDA. Ketiganya ini terdapat
dalam kandungan Ecstasi.
c. Halusinogen, yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi
atau khayalan contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine,
micraline. Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya
mencari Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya
dicampur dengan alkohol atau minuman lain seperti air mineral, sehingga
menimbulkan efek yang sama dengan Narkotika.
2.7 Jenis-Jenis Bahan Berbahaya Lainnya
Segala zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun
campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara
langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat, karsinogenik, teratogenik,
mutagenik, korosif dan iritasi. Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan
Narkotika dan Psikotropika atau zat-zat baru hasil olahan manusia yang
menyebabkan kecanduan.
a) Minuman Keras
Adalah semua minuman yang mengandung Alkohol tetapi bukan obat.
Minuman keras terbagi dalan 3 golongan yaitu:
-
Gol.
A
berkadar
Alkohol
01%-05%
-
Gol.
B
berkadar
Alkohol
05%-20%
-
Gol.
C
berkadar
Alkohol
20%-50%
Beberapa jenis minuman beralkohol dan kadar yang terkandung di dalamnya :
-
Bir, Green Sand
1% - 5%
-
Martini, Wine (Anggur)
5% - 20%
23
24. -
Whisky, Brandy
20% -55%.
Efek Samping Yang Ditimbulkan
Efek yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi alkohol dapat dirasakan segera
dalam waktu beberapa menit saja, tetapi efeknya berbeda-beda, tergantung dari
jumlah / kadar alkohol yang dikonsumsi. Dalam jumlah yang kecil, alkohol
menimbulkan perasaan relax, dan pengguna akan lebih mudah mengekspresikan
emosi,
seperti
rasa
senang,
rasa
sedih
dan
kemarahan.
Bila dikonsumsi lebih banyak lagi, akan muncul efek sebagai berikut : merasa
lebih bebas lagi mengekspresikan diri, tanpa ada perasaan terhambat menjadi lebih
emosional ( sedih, senang, marah secara berlebihan ) muncul akibat ke fungsi fisik motorik, yaitu bicara cadel, pandangan menjadi kabur, sempoyongan, inkoordinasi
motorik dan bisa sampai tidak sadarkan diri. Kemampuan mental mengalami
hambatan, yaitu gangguan untuk memusatkan perhatian dan daya ingat terganggu,
mulut rasanya kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang.
Mungkin pula akan timbul rasa mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan
bernafas (untuk itu diperlukan sedikit udara segar).
Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama. Selebihnya akan timbul
perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu
menjadi hilang. Kepala terasa kosong, rileks dan "asyik". Dalam keadaan seperti ini,
kita merasa membutuhkan teman mengobrol, teman bercermin, dan juga untuk
menceritakan hal-hal rahasia. Semua perasaan itu akan berangsur-angsur menghilang
dalam waktu 4 sampai 6 jam. Setelah itu kita akan merasa sangat lelah dan tertekan.
Pengguna biasanya merasa dapat mengendalikan diri dan mengontrol
tingkahlakunya. Pada kenyataannya mereka tidak mampu mengendalikan diri seperti
yang mereka sangka mereka bisa. Oleh sebab itu banyak ditemukan kecelakaan mobil
yang
disebabkan
karena
mengendarai
mobil
dalam
keadaan
mabuk.
Pemabuk atau pengguna alkohol yang berat dapat terancam masalah
24
25. kesehatan yang serius seperti radang usus, penyakit liver, dan kerusakan otak.
Kadang-kadang alkohol digunakan dengan kombinasi obat - obatan berbahaya
lainnya, sehingga efeknya jadi berlipat ganda. Bila ini terjadi, efek keracunan dari
penggunaan kombinasi akan lebih buruk lagi dan kemungkinan mengalami over dosis
akan lebih besar.
b) Nikotin
Adalah obat yang bersifat adiktif, sama seperti Kokain dan Heroin. Bentuk
nikotin yang paling umum adalah tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok,
cerutu, dan pipa. Tembakau juga dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan
dikunyah (tembakau tanpa asap). Walaupun kampanye tentang bahaya merokok
sudah
menyebutkan
betapa
berbahayanya
merokok
bagi
kesehatan
tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak orang yang terus merokok.
Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin adalah sangat kuat.
Efek Samping Yang Ditimbulkan
Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan
perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan maslah.
Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan
perasaan depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan aliran
darah
serebral
tanpa
mengubah
metabolisme
oksigen
serebtral.
Tetapi pemaparan jangka panjang disertai dengan penurunan aliran darah
serebral. Berbeda dengan efek stimulasinya pada sistem saraf pusat, bertindak sebagai
relaksan otot skeletal. Komponen psikoaktif dari tembakau adalah nikotin. Nikotin
adalah zat kimia yang sangat toksik. Dosis 60 mg pada orang dewasa dapat
mematikan, karena paralisis ( kegagalan ) pernafasan.
c) Volatile Solvent atau Inhalensia
25
26. Inhalensia dalah zat adiktif dalam bentuk cair. Zat ini mudah menguap.
Penyalahgunaannya adalah dengan cara dihirup melalui hidung. Cara penggunaan
seperti ini disebut inhalasi. Zat adiktif ini antara lain:
- Lem UHU
- Cairan Pencampur Tip Ex (Thinner)
- Aceton untuk pembersih warna kuku, Cat tembok
- Aica Aibon, Castol
- Premix
Zat inhalan tersedia secara legal, tidak mahal dan mudah didapatkan. Oleh
sebab itu banyak dijtemukan digunakan oleh kalangan sosial ekonomi rendah. Contoh
spesifik dari inhalan adalah bensin, vernis, cairan pemantik api, lem, semen karet,
cairan pembersih, cat semprot, semir sepatu, cairan koreksi mesin tik ( tip-Ex ),
perekat kayu, bahan pembakarm aerosol, pengencer cat. Inhalan biasanya dilepaskan
ke dalam paru-paru dengan menggunakan suatu tabung.
Gambaran Klinis
Dalam dosis awal yang kecil inhalan dapat menginhibisi dan menyebabkan
perasaan euforia, kegembiraan, dan sensasi mengambang yang menyenangkan.
Gejala psikologis lain pada dosis tinggi dapat merupa rasa ketakutan, ilusi sensorik,
halusinasi auditoris dan visual, dan distorsi ukuran tubuh. Gejala neurologis dapat
termasuk bicara yang tidak jelas (menggumam, penurunan kecepatan bicara, dan
ataksia ) . Penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan iritabilitas, labilitas
emosi dan gangguan ingatan. Sindroma putus inhalan tidak sering terjadi, Kalaupun
ada muncul dalam bentuk susah tidur, iritabilitas, kegugupan, berkeringat, mual,
muntah,
takikardia,
dan
kadang-kadang
disertai
waham
dan
halusinasi.
Efek Yang Merugikan
26
27. Efek merugikan yang paling serius adalah kematian yang disebabkan karena
depresi pernafasan, aritmia jantung, asfiksiasi, aspirasi muntah atau kecelakaan atau
cedera. Penggunaan inhalan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan kerusakan
hati dan ginjal yang ireversibel dan kerusakan otot yang permanent.
d) Zat Desainer
Zat Desainer adalah zat-zat yang dibuat oleh ahli obat jalanan. Mereka
membuat obat-obat itu secara rahasia karena dilarang oleh pemerintah. Obat-obat itu
dibuat tanpa memperhatikan kesehatan. Mereka hanya memikirkan uang dan secara
sengaja membiarkan para pembelinya kecanduan dan menderita. Zat-zat ini banyak
yang sudah beredar dengan nama speed ball, Peace pills, crystal, angel dust rocket
fuel dan lain-lain.
2.8 Gejala Ketagihan Narkoba
Ada beberapa gejala, seseorang yang ketagihan (adiksi) terhadap narkoba.
Gejala-gejala itu seperti: tulang sekujur badan terasa sakit dan linu, otot terasa kaku,
kepala seperti hendak pecah, tenggorokan berisi cairan kental, mata berair, hidung
berlendir seperti terkena flu, terus-menerus batuk, sering menguap padahal tidak
mengantuk, bulu kuduknya berdiri, tekanan darah tinggi, suhu tubuh jauh di atas
normal, perut terasa melilit, mencret-mencret tidak terkendali, menggigil kedinginan,
tidak berani menyentuh air, dan menyembunyikan diri dari lingkungan keluarga.
Menurut Dr. Lutfi Baraza, terdapat tiga pendekatan terjadinya penyalahgunaan
dan ketergantungan narkoba, yaitu pendekatan organobiologik, psikodinamik, dan
psikososial. Ketiga pendekatan tersebut tidaklah berdiri sendiri melainkan saling
berkaitan sama dengan yang lainnya.
Dari sudut pandang organobiologik (susunan saraf pusat/otak) mekanismenya
terjadi adiksi (ketagihan) hingga dependensi (ketergantungan) dikenal dengan dua
istilah, yaitu gangguan mental organik atau sindrom otak organik;seperti gaduh,
gelisah, dan kekacauan dalam fungsi kognitif (alam pikiran), efektif (alam
27
28. perasaan/emosi), dan psikomotor (perilaku) yang disebabkab efek langsung terhadap
susunan saraf pusat (otak).
Seseorang akan menjadi ketergantungan narkoba, apabila seseorang dengan
terus-menerus diberikan zat tersebut. Hal ini berkaitan dengan teori adaptasi sekuler
(neuro-adaption), tubuh beradaptasi dengan menambah jumlah reseptor dan sel-sel
saraf bekarja keras. Jika zat dihentikan, sel yang masih bekerja keras tadi mengalami
kehausan, yang dari luar tampak sebagai gejala-gejala putus obat. Gejala putus obat
tersebut memaksa orang untuk mengulangi pemakaian zat tersebut.
Dengan
teori
psikodinamik
dinyatakan
bahwa
seseorang
terlibat
penyalahgunaan narkoba sampai ketergantungan, apabila pada orang itu terdapat
faktor penyebab (factor contribusi) dan faktor pencetus yang saling berkaitan satu
dengan yang lain.
Faktor predisposisi seseorang dengan gangguan kepribadian (anti sosial)
ditandai dengan perasaan tidak puas terhadap orang lain. Selain itu yang
bersangkutan tidak mampu untuk berfungsi secara wajar dan efektif dalam pergaulan
di rumah, di sekolah atau tempat kerja, gangguan lain sebagai penerta berupa rasa
cemas dan depresi. Untuk mengatasi ketidakmampuan dan menghilangkan
kecemasan atau depresinya, maka orang cenderung untuk menggunakan narkoba.
Semestinya orang itu dapat mengobati dirinya dengan datang ke dokter/psikiater
untuk mendapatkan terapi yang tepat sehingga dapat dicegah keterlibatannya dalam
penggunaan narkoba.
Faktor kontribusi; seseorang dengan kondisi keluarga yang tidak baik akan
merasa tertekan, dan rasa tertekan inilah sebagai faktor penyerta bagi dirinya untuk
terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Disfungsi keluarga yang dimaksud antara
lain: keluarga tidak utuh, kedua orang tua terlalu sibuk, lingkungan interpersonal
dengan orang tua yang tidak baik.
Faktor pencetus; bahwa pengaruh teman sebaya, tersedia dan mudah
didapatinya narkoba mempunyai andil sebagai faktor pencetus seseorang terlibat
penyalahgunaan/ketergantungan narkoba.
28
29. Dari sudut pandang psikososial narkoba terjadi akibat negatif dari interaksi tiga
kutub sosial yang tidak kondusif, yaitu kutub keluarga, kutub sekolah/kampus, dan
kutub masyarakat.
Secara umum mereka yang menyalahgunakan NAZA (narkoba) dapat dibagi
dalam tiga golongan besar, yaitu:
1. Ketergantungan primer, ditandai dengan adanya kecemasan dan depresi,
yang pada umumnya terdapat pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil;
2. ketergantungan somatis, yaitu penyalahgunaan NAZA (narkoba) sebagai
salah satu gejala dari tipe kepribadian yang mendasarinya, pada umumnya terjadi
pada orang yang dengan kepribadian psikopatik (antisosial), kriminal dan pemakaian
NAZA (narkoba) untuk kesenangan semata;
3. ketergantungan reaktif, yaitu (terutama) terdapat pada remaja karena
dorongan ingin tahu, pengaruh lingkungan dan tekanan teman kelompok sebaya (peer
group pressure).
Pembagian ketiga kelompok ini penting bagi penentuan berat ringannya
hukuman yang akan dijatuhkan kapada mereka: yaitu apakah mereka tergolong
sebagai penderita (pasien), korban (victim), atau sebagai kriminal.
Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab
menyalahgunakan dan menjadi ketergantungan narkoba. Menurut Sudarsono, bahwa
penyalahgunaan narkoba dilatarbelakangi oleh beberapa sebab, yaitu:
1. Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang
berbahaya seperti ngebut dan bergaul dengan wanita;
2. menunjukkan tindakan menentang orang tua, guru, dan norma sosial;
3. mempermudah penyaluran dan perbuatan seks;
4. melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman
emosional;
5. mencari dan menemukan arti hidup;
6. mengisi kekosongan dan kesepian hidup;
29
30. 7. menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan kepepet hidup;
8. mengikuti kemauan kawan-kawan dalam rangka pembinaan solidaritas;
9. iseng-iseng saja dan rasa ingin tahu.
Menurut hasil penelitian Dadang Hawari, bahwa di antara faktor-faktor yang
berperan dalam penggunaan narkoba adalah:
1. Faktor kepribadian antisosial atau psikopatik;
2. kondisi kejiwaan yang mudah merasa kecewa atau depresi;
3. kondisi keluarga yang meliputi keutuhan keluarga, kesibukan orang tua,
hubungan orang tua dan anak;
4. kelompok teman sebaya,
5. dan NAZA (narkoba) itu sendiri mudah diperoleh dan tersedianya pasaran
baik resmi maupun tidak resmi.
Menurut pendapat Sumarno Ma'sum, bahwa faktor terjadinya penyalahgunaan
NAZA (narkoba) secara garis besar dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu:
1. Kemudahan obat didapati secara sah atau tidak, status hukumnya yang masih
lemah dan obatnya mudah menimbulkan ketergantungan dan adiksi;
2. kepribadian meliputi perkembangan fisik dan mental yang labil, kegagalan
cita-cita, prestasi, jabatan, dan lain-lain, menutup diri dengan lari dari kenyataan,
kekurangan informasi tentang penyalahgunaan obat keras, bertualang dengan sensasi
yang penuh resiko dalam mencari identitas kepribadian, kurangnya rasa disiplin,
kepercayaan agamanya minim;
3. lingkungan, meliputi rumah tangga yang rapuh dan kacau, masyarakat yang
kacau, tidak adanya tanggung jawab orang tua dan penunjuk serta pengarahan yang
mulia, pengangguran, orang tuanya juga kecanduan obat, penindakan hukum yang
masih lemah, berbagai bantuan dan kesulitan zaman.
Ada beberapa tahapan proses ketergantungan narkoba. Tahapan-tahapan
30
31. tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tahapan Eksperimen (The Experimental Stage)
Motif utama dari pemakaian eksperimen adalah rasa ingin tahu dan keianginan
untuk mengambil resiko, yang keduanya merupakan ciri-ciri khas kebutuhan remaja.
2. Tahpan Sosial (The Social Stage)
Konteks pemakaian pada tahap ini berkaitan dengan aspek sosial dan pengguna.
Misalnya, pemakaian yang dilakukan saat bersama teman-teman pada saat pesta atau
kumpul-kumpul. Rasa ingin tahu dan keinginan mencari ketegangan (thrill-seeking),
dan tingkah laku menyimpang merupakan motivasi utamanya. Kelompok teman
merupakan fasilitas dalam penggunaan sosial. Obat-obat yang ada dibagi tanpa
memungut bayaran, atau secara gratis.
3.Tahapan Instrumental (The Instrumental Stage)
Pada tahap instrumental, melalui pengalaman coba-coba dan meniru, bahwa
penggunaan dapat bertujuan memanipulasi emosi dan tingkah laku, mereka
menemukan bahwa pemakaian obat dapat mempengaruhi perasaan dan aksi,
mendapatkan mood yang berayun-ayun, dan bertujuan untuk menekan perasaan atau
tujuan memperoleh hedonistik (kenikmatan), dan kompensatori (mengatasi stress dan
perasaan tidak nyaman).
4. Tahap Pembiasan
Pada tahap ini, jika tidak ditemukan obat yang bisa digunakan, akan mencari
obat lain, untuk menghindari gejala putus obat atau zat. Pada tahap ini mereka lebih
sensitif, lekas marah, gelisah, dan depresi. Meraka akan merasa kesulitan
berkonsentrasi, duduk dengan tenang atau tidur dengan nyenyak. Mereka akan
memakai obat dengan dosis yang bertambah, atau mencoba obat laiin untuk
menggantikan ketidaknyamanannya.
2.9 Akibat Zat Aktif Narkoba terhadap Mental dan Perilaku
Mereka yang mengonsumsi narkoba akan mengalamu gangguan mental dan
perilaku, sebagai akibat terganggunya sistem neurotransmiter pada sel-sel susunan
31
32. saraf pusat di otak. Gangguan pada sistem neurotransmiter tadi mengkibatkan
terganggunya fungsi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.9.1 Ganja
Mereka yang mengonsumsi ganja akan memperlihatkan perubahan-perubahan
mental dan perilaku sebagai berikut.
1.
Gejala Psikologis
a. Euforia, yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar.
b. Halusinasi dan delusi. Halusinasi adalah pengalaman panca indra
tanpa adanya sumber stimulus (rangsangan) yang menimbulkannya. Misalnya,
seseorang mendengar suara-suara padahal sebenarnya tidak ada sumber suara,
itu berasal dari ahlusinasi pendengaran. Sedangkan delusi adalah suatu
keyakinan yang tidak rasional; walaupun telah diberikan bukti bahwa pikiran
itu tidak rasional, namun yang bersangkutan tetap meyakininya. Misalnya, yang
bersangkutan yakin benar bahwa ada orang yang akan berbuat jahat kepadanya,
padahal dalam kenyataannya tidak ada orang yang dimaksud.
c. perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya 10 menit dapat
dirasakan 1 jam.
d. Bersikap acuh tak acuh, masa bodoh, tidak peduli terhadap tugas atau
fungsinya sebagai makhluk sosial (apatis).
e. Pikiran dan perasaan akan selalu rindu saja kepada ganja, sehingga ia
akan selalu membicarakan dan berusaha untuk mengobati rasa rinsunya itu.
f. Memengaruhi perkembangan kepribadian. Daya tahan menghadapi
problema kehidupan jadi lemah, malas, apatis, tidak peduli, kehilangan
keinginan untuk belajar dan sebagainya.
g. Ada kecenderungan untuk menyalahgunakan obat-obat berbahaya lain
yang lebih kuat potensinya, nisalnya morphine, heroin, dan lainnya.
Menurut Satya Joewana, bahwa ketika ganja dislahgunakan maka ia akan
berekasi secara aktif memengaruh saraf sentral dan beraknibat kepada
32
33. gangguan mental organik (GMO) yang berbahaya pada akal, emosi, maupun
tingkah laku pemakaiannya seperti menimbulkan rasa gembira, menghayal,
eforia, banyak bicara, dan merasa ringan pada tungkai kaki dan badan. Pemakai
akan mulai banyak tertawa walaupun tidak ada rangsangan yang lucu.
Pengguna ganja akan merasa pembicaraannya hebat, idenya bertubi-tubi,
menjadi mudah terpengaruh, adanya paham curiga yang kontroversial, tidak
menyebabkan rasa takut, melainkan malah menertawakan dan menimbulkan hal
yang lucu, adanya halusinasi penglihatan berupa kilatan sinar, bentuk-bentuk
amorf, warna-warni cemerlang, bentuk-bentuk geometrik dan figur pada muka
seseorang.
2. Gejala Fisik:
a. Mata merah, jantung berderbar, nafsu makan bertambah, mulut kering,
perilaku maladaptive (sukar beradaptasi).
b. Iritasi/gangguan pada saluran pernapasan.
c. Bila terkena radang, dapat terjadi bronkitis dan sebagainya.
d. Timbulnya ataxia, yaitu hilangnya koordinasi kerja otot dengan saraf
sentral.
e. Hilangnya atau kurangnya kedipan mata.
f. Gerak reflek tertentu.
g. Menyebabkan kadar gula darah naik turun.
h. Mata menyala.
2.9.2 Opiat (Morphine, Heroin, Putaw)
Mereka yang mengonsumsi opiat, baik yang dibak atau disuntikkan setelah
bubuk opiat dilarutkan dalam air akan mengalami hal-hal sebagai berikut.
1. Melebar atau mengecilnya pupil mata pada keadaan tidak semestinya. Pada
keadaan pupil matan mengecil pada sorotan cahaya dan melebar pada keadaan yang
sebaliknya.
33
34. 2. Euforia (gembira berlebihan) atau disforia (cenderung merasa bersedih dan
lesu tak berdaya).
3. Apatis
4. Retradasi psikomotorik; merasa kelesuan dan kehilangan tenaga (sehingga
terkesan malas)
5. Mengantuk/tidur; biasanya yang bersangkutan cenderung mengantuk dan
tidur yang berkepanjangan.
6. Pembicaraan cadel.
7. Gangguan konsentrasi; kalau diajak bicara tidak nyambung.
8. Daya ingat menurun; sering kali nasihat yang diberikan dilanggar karena
sesungguhnya dia tidak ingat apa yang telah disampaikan.
9. Tingka laku maladptive; yang bersangkutan sering berperilaku yang
menunjukkan rasa kecurigaan, sehingga selalu berada dalam keadaan waspada, tidak
jarang selalu membawa senjata.
Mereka yang sudah ketergantungan narkoba jenis opiatini, bila pemakaiannya
dihentikan akan menimbulkan gejala putus opiat, yang dalam istilah sehari-hari
disebut "sakaw" (berasal dari kata sakit), dan sangat menyiksa yang bersangkutan.
Sindrom putus opiat merupakan gejala yang tidak mengenakkan, baik psikis maupun
fisik; semisal air mata berlebihan, pupil mata melebar, keringat berlebihan, suhu
badan meninggi, mual, muntah, tekanan darah naik, jantung berdebar-debar, sukar
tidur, nyeri otot, sakit kepala, nyeri persendian, mudah amarah sampai agresif,
kejang-kejang, kram perut disertai sawan (rasa mau pingsan), menggigil disertai
muntah-muntah, keluar ingus, hilang nafsu makan, dan kehilangan cairan tubuh.
Untuk mengatasinya, yang bersangkutan akan mengonsumsi kembali dengan
berbagai cara (mencuri, menjual barang milik pribadi, bahkan bagi wanita tidak
jarang menjual diri), dalam jumlah takaran/dosis yang semakin bertambah dan
semakin sering kematian sering kali datang disebabkan overdosis dengan akibat
komplikasi medik yaitu oedema (pembengkakan) paru akut sehingga pernapasan
berhenti.
34
35. 2.9.3 Kokain
Mereka yang mengonsumsi kokain dengan cara dihirup (bubuk kokain
disedot/dihirup malalui hidung) akan mengalami gangguan mental dan perilaku
sebagai berikut.
1. Agitasi psikomotorik: yang bersangkutan menunjukkan kegelisahan dan
tidak tenang.
2. Rasa gembira yang berlebihan.
3. Rasa harga diri yang meningkat; yang bersangkutan merasa dirinya hebat
(superior) sehingga ia meremehkan masalah yang dihadapinya.
4. Banyak bicara.
5. Kewaspadaan meningkat, yang bersangutan merasa dirinya tidak aman dan
terancam. Oleh karena itu, tidak jarang terjadi perkelahian massa tanpa sebab yang
jelas.
6. Jantung berdebar-debar.
7. Pupil mata melebar.
8. Tekanan darah naik.
9. Mual muntah.
10. Perilaku maladaptive.
Mereka yang sudah ketagihan dan ketergantungan bila dihentikan akan timbul
sindroma putus kokain dengan gejala; depresi (murung, sedih, dan sukar merasa
senang), rasa lelah, lesu, gangguan tidur, gangguan mimpi yang bertamabh. Sindroma
putus kokain sangat menyiksa sehingga yang bersangkutan akan berusaha untuk
menggunakan dengan berbagai cara, dan takaran semakin bertambah dan pemakaian
semakin sering.
Bila seseorang dalam mengonsumsi jenis kokain itu berlebihan (overdosis), ia
akan mengalami gangguan jiwa seperti halusinasi dan delusi. Sehingga timbul
gangguan dalam fungsi sosial dan pekerjaan; misalnya, perkelahian, kehilangan
kawan-kawan, tidak masuk kerja atau sekolah.
35
36. 2.9.4 Amphetamine (Ekstasi, Shabu-shabu)
Mereka yang mengonsumsi aphetamine (psikotropika golongan I), misalnya pil
ekstasi (ditelan) atau shabu-shabu (dihirup dengan alat yang disebut bong)
menimbulkan gejala-gejala sebagai berikut.
1. Gejala psikologis; tinglah laku yang kasar dan aneh seperti: rasa gembira
yang berlebihan, harga diri yang meningkat, banyak bicara, kewaspadaan meningkat,
halusinasi penglihatan, gangguan delusi, tingkah laku maladaptive.
2. Gejala fisik; jantung berdebar, pupil mata melebar, tekanan darah naik,
keringat berlebihan, mual, muntah. Efek yang timbulkan oleh pengguna ekstasi
adalah: diare, rasa haus yang berlebuhan, hiperaktif, sakit kepala dan pusing,
menggigil yang tidak terkontrol, detak jantung yang cepat, dan sering mual disertai
muntah-muntah dan hilangnya nafsu makan. Efek yang ditimbulkan oleh pengguna
shabu-shabu adalah: penururnan berat badan, impotensi, sawan yang parah,
halusinasi, kerusakan hati dan ginjal, kerusakan jantung, stroke, dan bahkan
kematian.
Sindrom putus amphetamine atau gejala ketagihan sebagai berikut: murung,
sedih, tidak dapat merasakan senang atau keinginan bunuh diri, rasa lelah, lesu,
mimpi-mimpi bertambah.
Kematian sering kali terjadi karena overdosis yang disebabkan karena
rangsangan susunan saraf otak yang berlebihan sehingga menyebabkan kejang dan
kehilangan kesadaran (koma) dan akhirnya meninggal.
2.9.5 Sedativa/Hipnotika
Di dunia kedokteran terdapat jenis obat yang berkhasiat sebagai obat
tidur/penenang, yang mengandung zat aktif neitrazepham atau barbiturat atau
senyawa lain yang khasiatnya serupa. Golongan ini masuk kelompok psikotropika
golongan IV.
Penggunaan sedativa/hipnotika bila disalahgunakan dapat pula menimbulkan
36
37. adiksi (ketagihan) dan depedensi (ketergantungan). Penyalahgunaan zat tersebut
dapat menimbulkan gangguan mental dan perilaku dengan gejala sabagai berikut.
1. Gejala psikologik; emosi, labil, hilangnya dorongan seksual normal lebih
sering agresif, mudah tersinggung, banyak bicara.
2. Gejala neorologik (saraf); pembicaraan cadel, gangguan koordinasi, cara
jalan yang tidak mantap, gangguan perhatian dan daya ingat.
3. Efek perilaku maladptive;hilangnya nilai relitas, perkelahian, dan halangan
dalam fungsi sosial.
Bagi mereka yang sudah ketagihan jenis sedativa/hipnotika ini, bila
pemakaiannya dihentikan akan menibulkan gejala sebagai berikut: mual, muntah,
kelelahan umum, berdebar, murung, sedih, tekanan darah rendah bila orang tersebut
berdiri (hipotensi ortostatik) dan tremor.
2.10 Peraturan Penggunaan Narkoba dalam Hukum Nasional
2.10.1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
Pasal 111
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam,
memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I dalam bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau
melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
37
38. Pasal 112
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp800.000.000,00
(delapan
ratus
juta
rupiah)
dan
paling
banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 113
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)
batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).
38
39. Pasal 114
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00
(satu
miliar
rupiah)
dan
paling
banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima
Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk
tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang
pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku
dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara
paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).
Pasal 115
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau
mentransito Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima)
batang pohon beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana
39
40. penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).(1) Setiap orang yang tanpa
hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I terhadap orang
lain atau memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pasal 116
(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian
Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana
dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 117
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan II, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan
Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi
5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
40
41. Pasal 118
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana
penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 119
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)
dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi
5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur
hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 120
41
42. (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan II, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau
mentransito Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 5 (lima) gram maka pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).
Pasal 121
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan II terhadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan II untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang lain atau pemberian
Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana
dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 122
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan III, dipidana
42
43. dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan
Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi
5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 123
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 124
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli,
menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli,
43
44. menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi
5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 125
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa,
mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika Golongan III, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp400.000.000,00 (empat ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau
mentransito Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 5 (lima) gram maka pelaku dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).
Pasal 126
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan
Narkotika Golongan III terhadap orang lain atau memberikan Narkotika
Golongan III untuk digunakan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang lain atau pemberian
Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku
44
45. dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
Pasal 127
(1) Setiap Penyalah Guna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim
wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal
55, dan Pasal 103.
(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah
Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.
2.11 Narkoba Menurut Pandangan Islam
Narkotika dan minuman keras telah lama dikenal umat manusia. Tapi
sebenarnya lebih banyak madharatnya daripada manfaatnya. Untuk itu, hampir semua
agama besar melarang umat manusia untuk mengkonsumsi narkotika dan minuman
keras (dalam bentuk yang lebih luas lagi adalah narkoba).
Dalam wacana Islam, ada beberapa ayat al-Qur‟an dan hadits yang melarang
manusia untuk mengkonsumsi minuman keras dan hal-hal yang memabukkan.
Minum khamar, sama dengan menghisap candu, dan menimbulkan ketagihan.
Seseorang yang telah ketagihan minum khamr, baginya tak ada nilai harta benda,
berapa saja harga khamr itu akan dibelinya, asal ketagihannya terpenuhi. Kalau sudah
45
46. demikian halnya, maka khamr itu membahyakan pergaulan dan masyarakat,
menimbulkan permusuhan, perkelahian dan sebagainya. Rumah tangga akan kacau,
tetangga tak aman dan masyarakat akan rusak, lantaran minum khamr. Akan
terlihatlah manusia yang mabuk-mabukan, yang mengganggu keamanan dan
ketertiban. Jika kebiasaan meminum khamr mengakibatkan mabuk dan ketagihan,
maka terdapat kesamaan dengan narkoba (narkotik dan obat terlarang).
Mengkonsumsi narkoba dalam dosis tertentu dapat menimbulkan dampak
yang sangat merusak bagi pemakainya, seperti ketagihan dan merusak akal pikiran.
Khamr dan narkoba merupakan dua jenis yang berbeda, tapi mempunyai kesamaan
dalam akibat yang ditimbulkannya. Waktu Islam lahir dari terik padang pasir lewat
Nabi Muhammad, zat berbahaya yang paling populer memang baru minuman keras
(khamar). Dalam perkembangan dunia Islam, khamar kemudian bergesekan,
bermetamorfosa dan beranak pinak dalam bentuk yang makin canggih, yang
kemudian lazim disebut narkotika atau lebih luas lagi narkoba.
Ada dua surat al-Qur‟an dan dua hadits yang coba dilansir disini, yang
terjemahannya kira-kira begini: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS Al-Maidah: 90)Kemudian ayat yang
kedua:“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu)”.(QS Al-Maidah: 91)Perbuatan setan adalah hal-hal
yang mengarah pada keburukan, kegelapan, dan sisi-sisi destruktif manusia. Ini
semua bisa dipicu dari khamar (narkoba) dan judi karena bisa membius nalar yang
sehat dan jernih. Khamar (narkoba) dan judi sangat dekat dengan dunia kejahatan dan
kekerasan, maka menurut al-Qur‟an khamar (narkoba) dan judi potensial memicu
permusuhan dan kebencian antar sesama manusia. Khamar dan judi juga bisa
memalingkan seseorang dari Allah dan shalat.
46
47. 2.12 Dalil Pengharaman Narkoba
Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan dalam
keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Narkoba sama halnya dengan
zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan
setiap zat yang dapat menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak
memabukkan” (Majmu‟ Al Fatawa, 34: 204).
Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:
Pertama: Allah Ta‟ala berfirman,
“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk” (QS. Al A‟rof: 157). Setiap yang khobitsterlarang dengan ayat
ini. Di antara makna khobits adalah yang memberikan efek negatif.
Kedua: Allah Ta‟ala berfirman,
“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan” (QS. Al
Baqarah: 195).
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu” (QS. An Nisa‟: 29).
Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau
membinasakan diri sendiri. Yang namanya narkoba sudah pasti merusak badan dan
akal seseorang. Sehingga dari ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa narkoba itu
haram.
Ketiga: Dari Ummu Salamah, ia berkata,
-
-
47
48. “Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam melarang dari segala yang memabukkan
dan mufattir (yang membuat lemah)” (HR. Abu Daud no. 3686 dan Ahmad 6: 309.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini dho‟if). Jika khomr itu haram, maka
demikian pula dengan mufattir atau narkoba.
Keempat: Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang sengaja menjatuhkan dirinya dari gunung hingga mati, maka dia
di neraka Jahannam dalam keadaan menjatuhkan diri di (gunung dalam) neraka itu,
kekal selama lamanya. Barangsiapa yang sengaja menenggak racun hingga mati
maka racun itu tetap ditangannya dan dia menenggaknya di dalam neraka Jahannam
dalam keadaan kekal selama lamanya. Dan barangsiapa yang membunuh dirinya
dengan besi, maka besi itu akan ada ditangannya dan dia tusukkan ke perutnya di
neraka Jahannam dalam keadaan kekal selama lamanya” (HR Bukhari no. 5778 dan
Muslim no. 109).
Hadits ini menunjukkan akan ancaman yang amat keras bagi orang yang
menyebabkan dirinya sendiri binasa. Mengkonsumsi narkoba tentu menjadi sebab
yang bisa mengantarkan pada kebinasaan karena narkoba hampir sama halnya dengan
racun. Sehingga hadits ini pun bisa menjadi dalil haramnya narkoba.
Kelima: Dari Ibnu „Abbas, Rasul shallallahu „alaihi wa sallam bersabda,
“Tidak boleh memberikan dampak bahaya, tidak boleh memberikan dampak bahaya”
(HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3: 77, Al Baihaqi 6: 69, Al Hakim 2: 66.
Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Dalam hadits ini dengan jelas terlarang
memberi mudhorot pada orang lain dan narkoba termasuk dalam larangan ini.
48
49. 2.13 Mengkonsumsi Narkoba dalam Keadaan Darurat
Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza atau narkoba
dibutuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau untuk meredam rasa sakit. Ini
adalah keadaan darurat. Dan dalam keadaan tersebut masih dibolehkan mengingat
kaedah yang sering dikemukakan oleh para ulama,
ال ضرورة ت ب يح ال محظورات
“Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang”
Imam
Nawawi rahimahullah berkata,
“Seandainya
dibutuhkan
untuk
mengkonsumsi sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika mengamputasi
tangan, maka ada dua pendapat di kalangan Syafi‟iyah. Yang tepat adalah
dibolehkan.”
Al Khotib Asy Syarbini dari kalangan Syafi‟iyah berkata, “Boleh
menggunakan sejenis napza dalam pengobatan ketika tidak didapati obat lainnya
walau nantinya menimbulkan efek memabukkan karena kondisi ini adalah kondisi
darurat”.
2.14 Pertimbangan hukum Islam terhadap Narkoba
Pada pasal miras menurut hukum Islam telah dijelaskan bahwa seperti epium
dan sebagainya, tidak diberlakukan hukuman had. Karena pada kenyataanya narkoba
bukanlah miras. Untuk itu diperlukan qiyas sebagai alat beristidlal. Dengan maksud
untuk menentukan hukuman bagi pelaku penyalahgunaan narkoba secara pasti dan
adil. Oleh karena itu mekanisme penetapanya diserahkan kepada yang berwewenang
atau hakim. Kalau menurut pandangan hakim, penyalahgunaan narkoba itu kadarnya
di bawah standar miras, maka hakim menggunakan qiyasadwan.
Dan hukuman yang dijatuhkan, potensinya berada di bawah hukuman
had.Akan tetapi kalau penyalahgunaan narkoba itu sama kadarnya dengan miras,
maka qiyas yang harus dipergunakan adalah qiyas musawi. Dan hukuman
yangditetapkan dipersamakan dengan hukuman had. Bergitu juga
apabila
penyalahgunaan narkoba itu kadarnya lebih besar dari pada miras, maka yang
49
50. dipergunakan adalah qiyas aulawi. Dan hukuman yang ditetapkan harus lebih berat
dari hukuman miras sesuai dengan muatan kadar narkoba yang dikonsumsi
ataudisalahgunakan.Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sepanjang narkoba
dipergunakan di jalan benar, maka Islam masih memberikan toleransi. Artinya
narkoba dalam hal-hal tertentu boleh dipergunakan, khususnya pada kepentingan
medis pada tingkat - tingkat tertentu:
a. Pada tingkat darurat. Yaitu pada aktifitas pembedahan atau operasi besar,
yaknioperasi pada organ-organ tubuh yang vital seperti hati, jantung, dan lainlain.Yang apabila dilaksanakan tanpa diadakan pembiusan total, kemungkinan besar
si pasien akan mengalami kematian.
b. Pada tingkat kebutuhan atau hajat. Yaitu pada aktifitas pembedahan yang
apabila tidak menggunakan pembiusan, pasien akan merasakan sangat kesakitan,
tetapi pada akhirnya akan mengganggu jalanya pembedahan. Walaupun tidak sampai
pada kekhawatiran matinya si pasien.
c. Tingkatan bukan darurat dan bukan hajat. Yaitu tingkatan pada aktifitas
pembedahan ringan yakni pembedahan paada organ tubuh yang apabila tidak
dilakukan pembiusan, tidak apa-apa. Seperti pencabutan gigi, kuku, dansebagainya.
Namun pasien akan merasakan kesakitan juga. Setelah melalui proses diskusi dan
perdebatan panjang, akhirnya para ulamasampai pada kesepakatan bahwa narkoba
adalah haram, karena pada narkoba terdapat illat (sifat) memabukkan sebagaimana
pada khamr, sekalipun mekanisme hukumanya berbeda. Hal ini selaras dengan
pernyataan Ibnu Taimiyah yang berbunyi:
“Berkatalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah r.a. mengkonsumsi ganja
hukumnya adalah haram, bahkan termasuk sejelek-jelek perkara, baik sedikit maupun
banyak,hanya saja mengkonsumsi secara banyak hukumnya haram berdasarkan
kesepakatan umat Islam.”
Sejalan
dengan
itu
Al-Imam
Al-Qarafi
juga
berpendapat:
Tumbuh-tumbuhan yang terkenal dengan tanamam ganja yang dikonsumsi oleh
orang-orang fasiq, telah disepakati keharamannya oleh para ulama, yaitu penggunaan
50
51. dengan kadar banyak sehingga menghilangkan (berpengaruh) pada akal. Ulama yang
lain memberikan ulasan agak luas. Artinya tidak terbatas pada ganja saja. Mereka
sudah memasukkan opium, marijuana dan sebagainya. Sebagaimana Syekh
Muhammad A‟lauddin Al „Hashkafi al-Hanafi, beliau mengatakan:
“dan haram mengonsumsi ganja, marihuana dan epium , karena merusak
akaldan menghalangi ingatan (dzikir) pada Allah dan shalat.”
Dari ulasan di atas bisa disimpulkan bahwa narkoba menurut Islam adalah:
“Segala sesuatu yang memabukkan atau menghilangkan kesadaran, tetapi bukan
minuman keras, baik berupa tanaman maupun yang selainya. Selanjutnya istilah
narkoba dalam terminologi Islam disebut mukhoddirot.”
Hukum keharaman narkoba ditetapkan melalui jalan qiyas yang terdiri dari:
qiyas aulawi, qiyas musawi dan qiyas adwan. Adapun sangsi hukumnya, bagi
pengguna narkoba sepenuhnya menjadi wewenang hakim. Selain itu, Islam
memandang narkoba merupakan barang yang sejak awal sudah diharamkan. Oleh
karenanya pada kebutuhan medis, penggunaan narkoba dianggap tingkat darurat atau
toleransi.
2. 15 Tinjauan hukum Islam terhadap Narkoba
Sekalipun narkoba memiliki kesamaan sifat iskar dengan miras, namun secara
definitif menunjukkan adanya perbedaan. Karena miras berupa zat cair sedangkan
narkoba tidak. Dari sini muncul pertanyaan apakah narkoba yangmemiliki dasar
kesamaan iskar dengan miras, juga memiliki potensi muatan hukumyang sama?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus diketahui dahulu sumber hukum yang
dipergunakan di dalam hukum Islam yang sudah menjadi kesepakatan para yuris
(dalam hal ini ulama Syafi‟iyah), yaitu: al-Qur‟an, al-Hadis, dan Qiyas.Sebagaimana
mereka telah sepakat bahwa dalil -dalil tersebut adalahsebagai alat istidlal
(menetapkan dalil suatu peristiwa) juga telah sepakat tentangtertib atau jenjang dalam
beristidlal dari dalil-dalil tersebut.
51
52. Diatas telah dijelaskan bahwa baik al-Qur‟an maupun Al-Hadis, tidak pernah
menjelaskan secara langsung persoalan narkoba. Begitu juga halnya dengan ijma‟,
baik dari para sahabat nabi maupun ulama mujtahid. Karena pada masa itunarkoba
memang belum dikenal. Oleh karena itu alternative terakhir dalam memutuskan
hukumnya narkoba adalah melalui jalan qiyas.Secara etimologis kata qiyas berarti
qadara, artinya mengukur, membandingkansesuatu dengan yang semisalnya.
Sedangkan menurut terminology hukum Islam,Al-Imam Al-Ghozali mendefinisikan
qiyas sebagai berikut:
“Menanggungkan sesuatu yang diketahui kepada sesuatu yang diketahui
dalam halmenetapkan hukum pada keduanya disebabkan ada hal yang sama antara
keduanya,dalam penetapan hukum atau peniadaan hukum.”
Karena sifat Iskar yang berpengaruh di dalam penggunaan narkoba
sangatditentukan oleh besar kecilnya kadar yang dikonsumsi, maka hasil penetapan
besar kecilnya muatan hukum narkoba tersebut harus disesuaikan dengan qiyas
yangdipergunakan. Apakah qiyas awlawi (yaitu qiyas yang berlkunya hukum furu‟
lebihkuat dari pemberlakuan hukum pada asal karena kekuatan illat pada furu‟).
Ataudengan menggunakan qiyas musawi (qiyas yang berlakunya hukum furu‟
samakeadaanya dengan berlakunya hukum asal karena kekuatanillatnya sama).
Ataukahmenggunakan qiyas adwan (qiyas yang berlakunya hukum pada furu‟ lebih
lemahdibandingkan dengan
berlakunya hukum
pada
asal
meskipun qiyas
tersebutmemenuhi persyaratan.
2.16 Argumentasi Tentang Narkoba Menurut Islam
Menurut Imam Adz-Dzahabi; bahwa semua benda yang dapat menghilangkan
akal (jika diminum atau dimakan atau dimasukkan ke badan), baik ia berupa benda
padat, ataupun cair, makanan atau minuman, adalah termasuk khamr, dan telah
diharamkan Allah Subhanahu wa Ta'ala sampai hari kiamat.
Fuqaha (Ibnu Taimiyah, Dr. Ahmad Al-Hasari, Sayid Sabiq, Dr. Wahbah
Zuhili dan Azat Husnain) telah sepakat tentang status hukum penyalahgunaan
52
53. narkoba (pemakai, produser, dan pengedar) yaitu haram, berdasarkan firman Allah,
yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, berjudi,
berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji
dan termasuk perbuatan setan, maka jauhilah perbuatan itu agar kamu beruntung.
Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbul-kan permusuhan dan kebencian
di antaramu lantaran minum khamr dan berjudi, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu mengerjakan perbuatan itu". (AlMaa'idah: 90-91).
Dan hadis Rasulullah Saw. Yang diriwayatkan oleh Al-Nasa‟i sebagai berikut:
“Dari Abi Hurairah, ia berkata: bersabda Rasulullah Saw.: setiap yang memabukkan
itu khamr dan setiap yang memabukkan itu haram.” (HR Al-Nasa‟i)
Alasan dan argumentasi mereka adalah karena narkoba dapat merusak
kesehatan, dapat merusak organ tubuh, saluran pencernaan, gangguan pernapasan,
merusak paru-paru, gangguan jiwa, tertular virus HIV, dapat menghancurkan potensi
sosial, menurunkan produktifitas kerja (belajar), dapat merusak keamanan dan
ketertiban masyarakat, menimbulkan perbuatan kriminalitas, kecelakaan lalu lintas,
membahayakan kehidupan bangsa dan negara, dapat mengakibatkan rusaknya
persatuan, kesatuan dan stabilitas nasional, mentalitas dan mortalitas bangsa. Tetapi
mereka berbeda pendapat tentang sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana
penyalahgunaan narkoba.
Menurut hemat penulis, perbedaan tersebut disebabkan karena:
a. Narkoba tidak pernah dikenal pada masa Rasulullah Saw., yang beredar
pada masa itu hanyalah khamr;
b. Tidak ada nash yang jelas dan tegas yang menerangkan tentang sanksi
pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkoba, hadis hanya bicara tentang
sanksi peminum khamr;
c. Sebagian fuwaha (ibn Taimiyah dan Azat Husnain) menganalogikan
sanksi peminum khamr kepada sanksi hukum pelaku penyalahgunaan
53
54. narkoba, sedangkan menurut sebagian fuqaha lain (Dr. Wahbah Zuhaili
dan Dr. Ahmad al Hasari) bahwa sanksi pelaku penyalahgunaan narkoba
tidak bisa dianalogikan kepada sanksi peminum khamr sertaq jenis dan
macam narkoba itu banyak sekali, masing-masing mempunyai golongan
tersendiri.
Sanksi (uqubat) bagi mereka yang menggunakan narkoba adalah ta‟zir, yaitu
sanksi yang jenis dan kadarnya ditentukan oleh Qadhi, misalnya dipenjara, dicambuk,
dan sebagainya. Sanksi ta‟zir dapat berbeda-beda sesuai tingkat kesalahannya.
Pengguna narkoba yang baru beda hukumannya dengan pengguna narkoba yang
sudah lama. Beda pula dengan pengedar narkoba, dan beda pula dengan pemilik
pabrik narkoba. Ta‟zir dapat sampai pada tingkatan hukuman mati. (Saud Al
Utaibi, Al Mausu‟ah Al Jina`iyah Al Islamiyah, 1/708-709; Abdurrahman
Maliki, Nizhamul Uqubat, 1990, hlm. 81 & 98).
Sedangkan untuk hukumannya tercantum dalam hadis Nabi s.a.w :
“Dari Abdullah bin Amr bin „Ash berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : “barang
siapa yang meminum khamar maka jilidlah ia, apabila ia mengulanginya maka
jilidlah ia, apabila ia mengulanginya lagi maka bunuhlah ia.“ (H.R. Ahmad)
Menurut pendapat yang kuat (rajih), tidak ada ketentuan yang pasti mengenai
kadar hukuman untuk minuman keras ini, kecuali pada masa Umar bin al-Khattab.
Ketika itu Umar mengadakan musyawarah dengan para sahabat untuk menetapkan
hukuman bagi peminum khamar. Ali bin Abi Thalib mengusulkan delapan puluh kali
dera dengan mengqiyaskan kepada jarimah qadzaf. Para sahabat yang lain tidak ada
yang menolak, dan diamnya para sahabat itu dianggap sebagai ijma‟. Akhirnya, Umar
menetapkan hukuman bagi pemabuk dengan delapan puluh kali dera berdasarkan
54
55. ijma‟ sahabat. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa sumber larangan
minuman keras adalah al-Qur‟an dan as-Sunnah, sedangkan besarnya hukuman
bersumber dari ijma‟ sahabat.
Jikalau kita melihat kenyataan yang terjadi di sekitar kita akan tampak bahwa
pemakaian narkoba (narkotika, obat-obat terlarang dan alkohol) ini melahirkan tindak
kriminal yang banyak. Perbuatan jahat seperti mencopet, mencuri, merampok sampai
membunuh dan tindakan amoral seperti perzinaan, pemerkosaan serta pelecehan
seksual lainnya, tidak sedikit yang diakibatkan pemakaian benda terlaknat tersebut.
Pantaslah jika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Jauhilah oleh kalian khamr, karena sesungguh-nya ia adalah induk segala
kejahatan." (HR. Al-Hakim, dari Ibnu Abbas).
Perbuatan setan adalah hal-hal yang mengarah pada keburukan, kegelapan,
dan sisi-sisi destruktif manusia. Ini semua bisa dipicu dari khamar (narkoba) dan judi
karena bisa membius nalar yang sehat dan jernih. Khamar (narkoba) dan judi sangat
dekat dengan dunia kejahatan dan kekerasan, maka menurut al-Qur'an khamar
(narkoba) dan judi potensial memicu permusuhan dan kebencian antar sesama
manusia. Khamar dan judi juga bisa memalingkan seseorang dari Allah dan shalat.
Selain dua ayat al-Qur'an di atas, juga ada hadits yang melarang khamar/minuman
keras (narkoba), yaitu :
"Malaikat Jibril datang kepadaku, lalu berkata, 'Hai Muhammad, Allah
melaknat minuman keras, pembuatnya, orang-orang yang membantu membuatnya,
peminumnya, penerima dan penyimpannya, penjualnya, pembelinya, penyuguhnya,
dan orang yang mau disuguhi". (HR. Ahmad bin Hambal dari Ibnu Abbas)
Kemudian hadits yang kedua :
"Setiap zat, bahan atau minuman yang dapat memabukkan dan melemahkan
adalah khamar, dan setiap khamar haram". (HR. Abdullah bin Umar).
Jelas dari hadits di atas, khamar (narkoba) bisa memerosokkan seseorang ke derajat
yang rendah dan hina karena dapat memabukkan dan melemahkan. Untuk itu, khamar
55
56. (dalam bentuk yang lebih luas adalah narkoba) dilarang dan diharamkan. Sementara
itu, orang yang terlibat dalam penyalahgunaan khamar (narkoba) dilaknat oleh Allah,
entah itu pembuatnya, pemakainya, penjualnya, pembelinya, penyuguhnya, dan orang
yang mau disuguhi.
Bukan hanya agama Islam, beberapa agama lain juga mewanti-wanti
(memberi peringatan yang sungguh-sungguh) kepada para pemeluknya atau secara
lebih umum umat manusia, untuk menjauhi narkoba.
2.17 Terapi Penyembuhan Narkoba Berbasis Islami
Islam lahir membawa seperangkat peraturan yang mengatur kehidupan umat
manusia. Peraturan-peraturan tersebut bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah
sebagai pusaka yang diwariskan Nabi Muhammad SAW agar dipedomani manusia,
sehingga meraih kemaslahatan hidup dan kebahagiaan lahir batin juga dunia-akhirat.
Hukum-hukum yang termuat dalam peraturan tersebut pada hakekatnya memiliki
lima tujuan, yaitu menjaga agama (hifdzu dien), menjaga jiwa (hifdzu nafs), menjaga
akal (hifdzu aql), menjaga harta (hifdzu mal), dan menjaga keturunan (hifdzu nasl).
Pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang ada dalam Islam akan
membuat penodaan terhadap agama, merusak jiwa, akal, harta dan keturunan. Salah
satu diantara sekian banyak pelanggaran yang dilakukan manusia adalah
penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba tidak hanya menjadi masalah
lokal maupun nasional, tetapi sekarang menjadi masalah global (mendunia) karena itu
tanggung jawab penanggulangannya harus menjadi tanggung jawab internasional.
Dalam agama Islam sendiri, terdapat berbagai macam pengobatan bagi
pecandu narkoba. Islam Therapy adalah Program Komprehensif Internasional untuk
menanggulangi masalah penyalahgunaan narkoba, HIV/AIDS, dan gangguan jiwa,
berbasis ajaran Islam. Islam Therapy juga merupakan suatu metode dakwah melalui
ilmu kesehatan, entepreneurship, dan IPTEK. Program Islam Therapy disusun dari
berbagai program Islami di seluruh dunia sekaligus sebagai penghubung antar
program dengan mengingat bahwa Islam adalah agama universal.
56
57. Islam Therapy hanya berpedoman kepada Al-Qur‟an dan Hadist, bukan
kepada mazhab, aliran atau kelompok tertentu. Islam Therapy mengajak kepada umat
beragama lain untuk menjadikan agamanya sebagai modalitas terapi sehingga ketika
ada umat beragama lain yang terjangkau oleh Islam Therapy, maka Islam Therapy
dapat merujuknya untuk mengikuti program seperti Budha Therapy, Hindu Therapy,
Kristen Therapy, dan lain sebagainya. Demikian pula jika umat Islam terjangkau oleh
terapi berbasis agama lain, maka dapat merujuknya untuk mengikuti program Islam
Therapy.
Indonesia adalah Negara Islam terbesar di dunia. Kita harus memiliki
modalitas terapi berbasis Islam yang akan kita perkenalkan ke seluruh Negara
terutama negara-negara Islam karena masalah penyalahgunaan Narkoba, HIV/AIDS,
dan gangguan jiwa adalah bencana global.
Agama Islam telah mengajarkan kepada kita Therapeutic Community (TC),
Family and Couple Support, Harm Reduction, Demand Reduction, Sock Therapy, 12
Steps, Konseling, Chatarsis, Modeling, Prevention, Terapeutik, Relapse Prevention
(After Care), Gaya Hidup Sehat, Self Help Group, dan lain-lain dengan melibatkan
seluruh ilmu kesehatan Fisik, Mental dan kesehatan lingkungan hidup, baik ilmu
kesehatan Timur maupun ilmu kesehatan Barat, berdasarkan Firman Allah SWT,
”Dan Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka Ke mana pun kamu menghadap,
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Mahaluas (rahmatnya) lagi Maha
Mengetahui” (Al-Qur‟an, 2 : 115)
Berikut ini adalah berbagai macam terapi berbasis ajaran Islam,
2.17.1 Terapi Sholat
“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar” (QS. Al-Baqarah: 153). Jika Rasulullah ditimpa sebuah ketakutan, maka dia
akan segera melakukan shalat. Pernah dia berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal,
tentramkan (hati) kita dengan shalat! Pada kali lain beliau bersabda, “Ketenanganku
57
58. ada pada shalat”. Jika hati terasa menyesak, masalah yang dihadapi terasa sangat
rumit, dan tipu muslihat sangat banyak, maka bersegeralah datang ke tempat shalat,
dan shalatlah. Jika hari-hari menjadi gelap gulita, malam-malam mencekam, dan
kawan-kawan berpaling, maka lakukanlah shalat.
Dr. Alexis Carel, seorang pemenang hadiah nobel dalam bidang kedokteran,
dan direktur riset Rockfeller Foundation Amerika, memberikan pernyataan sebagai
berikut: “Sholat memunculkan aktifitas pada perangkat tubuh dan anggota tubuh.
Bahkan sebagai sumber aktifitas terbesar yang dikenal sampai saat ini. Sebagai
seorang dokter, saya melihat banyak pasien yang gagal dalam pengobatan, dan dokter
tidak mampu mengobatinya. Lalu, ketika pasien-pasien membiasakan sholat, justru
penyakit mereka hilang. Sesungguhnya sholat bagaikan tambang radium yang
menyalurkan sinar dan melahirkan kekuatan diri. Sholat menciptakan fenomena yang
mencengangkan, mendatangkan mukjizat”.
Semua gerakan, sikap dan prilaku dalam sholat dapat melemaskan otot yang
kaku, mengendorkan tegangan sistem saraf, menata dan mengkonstruksi persendian
tubuh, sehingga mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan stress, kekejangan,
rheumatik, pegal-linu, encok, dan semua penyakit saraf dan persendian lainnya.
Sholat juga merupakan terapi psikis yang bersifat kuratif, preventif, dan konstruktif
sekaligus. Kebersihan dalam sholat merupakan proses untuk mencapai kesehatan,
sedangkan kesehatan merupakan hasil dari kebersihan. Karena itu, sholat merupakan
terapi bagi penyakit manusia, baik penyakit fisik maupun psikis.
Dengan sholat lima waktu dapat melatih disiplin mental yang jujur. Dengan
menjalankan sholat yang baik, kita akan selalu bicara benar, sesuai dengan kata hati,
kenyataan dan perbuatannya. Juga bicara yang mempunyai nilai sopan, bagus, dan
bermanfaat. Sebab lisan kita sudah dibiasakan mengucap kalimat-kalimat suci dalam
menjalankan sholat.
2.17.2 Terapi Dzikir
58