SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 19
Descargar para leer sin conexión
MAKALAH TANGGUNG JAWAB DAN ETIKA BISNIS PERUSAHAAN

                 KASUS SUAP
KEPABEANAN BEA CUKAI INDONESIA




                         OLEH:
               Ayu Eka Rakhmawati, 0606082226
                  Meiti Sulistika, 0606082895
                Rizki Malinda I.P, 0606083185




                 FAKULTAS EKONOMI
               UNIVERSITAS INDONESIA
                           2008
Statement of Authorship


“Saya/kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas yang
terlampir adalah murni hasil pekerjan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
saya/kami gunakan tanpa menebutkan sumbernya.


Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami
menggunakannya.


Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumplkan ini dapat diperbanyak dan atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”


Nama: Ayu Eka Rakhmawati
NPM: 0606082226
Tandatangan:


Nama: Meiti Sulistika
NPM: 0606082895
Tandatangan:




Nama: Rizki Malinda I P
NPM: 0606083185
Tandatangan:




Mata Ajaran: Tanggung Jawab dan Etika Bisnis Perusahaan
Judul Makalah/Tugas: Kasus Suap Kepabeanan Cukai Indonesia
Tanggal: 10 Desember 2008
Dosen: Fahrul Ismaeni
DAFTAR ISI



Daftar Isi                                    ...........    1
Bab I Pendahuluan
Latar belakang masalah                        ............   2
Tujuan Penulisan                              ............   3
Ruang Lingkup Penulisan
   Pembatasan Masalah                         ...........    3
   Perumusan Masalah                          ...........    3
Metode penulisan                              ............   3
Sistematika penulisan                         ............   3
Bab II Landasan Teori
Etika Bisnis                                  ...........    4
Pengertian Korupsi                            ...........    5
Alasan Orang Melakukan Korupsi                ...........    6
Suap Sebagai Salah Satu Bentuk Korupsi        ...........    6
Suap dalam Bisnis                             ...........    7
Bisnis VS Suap                                ...........    7
Bab III Pembahasan
Definisi Masalah                              ...........    9
Analisis Kasus                                ...........    11
Bab IV Kesimpulan dan Saran                   ...........    15
Daftar Pustaka                                ............   17




                                                              1
BAB I
                                 PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
   Maraknya kasus korupsi di Indonesia saat ini telah memberikan citra buruk bagi
   Indonesia di mata dunia internasional. Bukan hanya itu, tetapi budaya korupsi yang
   merajalela telah menyengsarakan masyarakat Indonesia sendiri. Rakyat kecil yang tidak
   memiliki kuasa seperti layaknya para petinggi negara dan pengusaha-pengusaha kaya,
   menjadi semakin terhimpit hidupnya akibat tidak terdistribusinya “hak-hak” yang
   seharusnya menjadi milik masyarakat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
   Hak-hak masyarakat dalam hal ini adalah dana yang seharusnya diperuntukkan untuk
   baik kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan kegiatan ekonomi, khususnya bisnis
   di Indonesia, hilang dan menjadi milik pribadi.
   Suap (bribery) merupakan salah satu bentuk korupsi yang saat ini sudah membudaya di
   Indonesia. Bukan rahasia lagi bahwa banyak pengusaha yang melakukan suap untuk
   memperoleh perlakukan istimewa atau khusus dalam berbagai proses berbisnis seperti
   percepatan perolehan izin, perolehan tender, pemasokan barang dan jasa, bahkan untuk
   memperoleh informasi dari dalam (inside information) yang menyebabkan persaingan
   bisnis menjadi tidak sehat.
   Suap sendiri dapat menjadi penghambat kegiatan ekonomi dalam hal investasi modal
   asing ke Indonesia. Pada laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi, stabilitas
   ekonomi makro, tingkat korupsi, birokrasi, dan kepastian kebijakan ekonomi merupakan
   empat faktor terpenting yang mempengaruhi kondisi iklim investasi di Indonesia. Dengan
   maraknya kasus korupsi termasuk suap menyuap di Indonesia, maka hal tersebut dapat
   mengurangi minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
   Dampak suap sendiri dapat menyengsarakan masyarakat, karena suap membuat harga
   barang dan jasa menjadi mahal (ekonomi biaya tinggi) karena pengusaha harus menutupi
   biaya yang dikeluarkan untuk membayar suap. Suap juga dapat menyebabkan persaingan
   usaha menjadi tidak sehat, karena keberhasilan tergantung pada kesanggupan dan
   kesediaan menyediakan dana untuk suap. Lebih jauh lagi, suap mengakibatkan lambatnya
   pertumbuhan ekonomi Indonesia karena minimnya penanaman modal asing.


                                                                                       2
I.2. Tujuan
   Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang suap menyuap
   dan hubungannya dengan etika bisnis di Indonesia. Selain itu, makalah ini juga ingin
   memberikan contoh nyata dari perilaku suap menyuap yang terjadi di Indonesia melalui
   penjabaran kasus suap di Bea Cukai.


I.3. Ruang Lingkup Penulisan
       I.3.1. Pembatasan Masalah
              Penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas pada karya tulis ini pada
              kasus suap menyuap di kepabeanan Bea Cukai Indonesia dan hubungannya
              dengan prinsip etika bisnis.
       I.3.2. Perumusan Masalah
             Apakah yang dimaksud suap itu?
             Bagaimana kaitan budaya suap dengan etika dalam melakukan bisnis?
             Bagaimana gambaran nyata praktik suap yang terjadi di Indonesia?
             Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi praktik suap yang sudah
              begitu membudaya?


I.4. Metode Penulisan
   Dalam makalah Etika Bisnis ini, penulis menggunakan metode penelitian berupa studi
   literatur dan pembahasan kasus.


I.5. Sistematika Penulisan
   Makalah ini terdiri atas 4 bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar
   belakang, ruang lingkup, tujuan, dan metodologi penulisan. Bab kedua membahas
   landasan teori. Bab ketiga berisi pembahasan kasus suap yang terjadi di Bea Cukai. Bab
   keempat yang merupakan bab terakhir berisi kesimpulan dan saran dari makalah.




                                                                                       3
Bab II
                                  Landasan Teori

2.1. Etika Bisnis
   Etika merupakan konsepsi mengenai apa yang salah dan apa yang benar dan berkaitan
   dengan fondasi dasar hubungan antar manusia.
   Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
   Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
   institusi, dan perilaku bisnis. Ada tiga jenis masalah yang dipelajari dalam etika bisnis,
   masalah tersebut adalah:
   1. Masalah Sistemik
       Adalah pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik,
       hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi. Tingkatan ini mencakup
       pertanyaan mengenai moralitas kapitalisme atau hukum, regulasi, struktur industri dan
       praktik sosial dimana bisnis tersebut dijalankan.
   2. Masalah Korporasi
       Adalah pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul dalam perusaaan tertentu.
       Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik
       dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan
   3. Masalah Individu
       Adalah pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul seputar individu tertentu dalam
       perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentan moralitas keputusan, tindakan,
       dan karakter individual.
   Terkait dengan etika bisnis dan keputusan yang harus dibuat oleh perusahaan, dikenal
   sebuah prinsip yang disebut utilitarianisme. Utilitiarianisme merupakan sebuah istilah
   umum untuk semua pandangan yang menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan
   dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya yang dibebankan pada masyarakat. Dalam
   situasi apa pun, tindakan atau kebijakan yang ‘benar’ adalah yang memberikan
   keuntungan paling besar atau biaya yang paling kecil (bila semua alternatif hanya
   membebankan biaya, tidak ada keuntungan).
   Untuk memastikan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu, sesuai dengan prinsip
   utilitarianisme, maka ada tiga hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu:
                                                                                           4
1. Menentukan tindakan-tindakan atau kebijakan alternatif apa saja yang dapat
      dilakukan dalam situasi tersebut
   2. Untuk setiap tindakan alternatif, ditentukan keuntungan dan biaya langsung dan tidak
      langsung yang akan diperoleh dari tindakan tersebut bagi semua orang yang
      dipengaruhi oleh tindakan itu di masa yang akan datang
   3. Alternatif yang memberikan utilitas paling besar wajib dipilih sebagai tindakan yang
      secara etis tepat


2.2. Pengertian Korupsi
   Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
   perundang undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.
   Korupsi menurut As Hornby dan H. Wakefield adalah the offering and accepting of
   bribes (penawaran atau pemberian dan penerimaan suap).
   M.H. McKee memberikan definisi yang sederhana tentang korupsi sebagai penyalah
   gunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Orang tidak dapat menganggap korupsi
   selalu sama dan mempunyai dampak atau motivasi yang sama.
   Menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang (UU) No. 31/19997
   juncto UU No. 20/20018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka korupsi
   itu adalah perbuatan:
      1. Melawan hukum yang merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara
          (Pasal 2 ayat 1): dipidana penjara 4 – 20 tahun dan denda Rp 200 juta – Rp1
          milyar; atau dapat juga dihukum mati;
      2. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan atau kedudukan yang dapat
          merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 3) dipidana penjara
          seumur hidup dan/ atau atau 1 tahun denda Rp50 juta – Rp1 milyar;
      3. Pemberian suap kepada Pegawai Negeri termasuk Hakim maupun Advokad (Pasal
          5, 6, 11, 12 huruf a, b, c, d, dan Pasal 13): dipidana penjara 1 – 5 tahun dan denda
          Rp50 juta – Rp250 juta; penjara 3 –15 tahun dan/atau denda Rp150 juta – Rp750
          juta; penjara seumur hidup – 20 tahun dan denda Rp200 juta – Rp1 milyar;
          penjara paling lama 3 tahun dan/atau denda Rp150 juta;
      4. Penggelapan dalam jabatan dan pemalsuan atau penghancuran atau penghilangan
          dokumen (Pasal 8, 9 dan10): dipidana penjara 3 – 15 tahun dan denda Rp150 juta


                                                                                            5
– Rp750 juta; penjara 1 – 5 tahun dan denda Rp50 juta – Rp250 juta; penjara 2 – 7
          tahun dan denda Rp100 juta – Rp250 juta;
      5. Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12 huruf e, f, dan g): dipidana penjara seumur
          hidup 20 tahun dan denda Rp200 juta – Rp 1 milyar;
      6. Pemborongan yang melakukan perbuatan curang (Pasal 7, 12i): dipidana penjara 2
          – 7 tahun dan denda Rp100 juta – Rp350 juta; penjara seumur hidup – 20 tahun
          dan denda Rp 200 juta – Rp 1 milyar;
      7. Gratifikasi yaitu pasal 12 B: dipidana penjara seumur hidup – 4 tahun dan denda
          Rp200 juta – Rp 1 milyar;
      8. Percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana
          korupsi (Pasal 15): dipidana mati atau penjara 1 tahun dan denda Rp100 juta –
          Rp1 milyar;


2.3. Alasan Orang Melakukan Korupsi
   Beberapa pakar dalam bidang ilmu hukum pernah menyatakan, penyebab utama korupsi
   di Indonesia adalah sebagai berikut:
      (1) dari segi hukum: ketidaksempurnaan sistem hukum, kelemahan kelembagaan,
          rendahnya profesionalitas penegak hukum;
      (2) dari segi ekonomi: selama sistem ekonomi memungkinkan diperolehnya margin
          dalam berusaha, maka korupsi akan terus terjadi;
      (3) dari segi budaya: korupsi telah membudaya dan mengakar dalam kehidupan
          masyarakat selama lebih dari tiga dekade.


2.4. Suap Sebagai Salah Satu Bentuk Korupsi
   Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20/20018 gratifikasi adalah pemberian dalam arti
   luas yang meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
   bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma,
   dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut bisa diberikan di dalam negeri maupun di luar
   negeri, baik yang memakai sarana elektronik maupun yang tidak memakai sarana
   elektronik.
   Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
   ”suap”, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
   atau tugasnya.
                                                                                          6
2.5. Suap dalam Bisnis
   Penyuapan didefinisikan oleh Transparency Internasional sebagai: penawaran atau
   penerimaan hadiah, pinjaman, pembayaran, imbalan, atau keuntungan lainnya, yang
   ditujukan kepada atau diterima dari siapa pun sebagai untuk melakukan sesuatu yang
   tidak wajar, tidak syah atau pelanggaran kepercayaan, dalam tindakan berbisnis.
   Tindakan suap merupakan upaya mempengaruhi untuk melakukan sesuatu yang tidak
   wajar dan tidak syah. Yang dimaksud dengan ‘tidak wajar’ dan ‘tidak syah’ adalah
   bilamana terjadi konversi dana atau barang yang diberikan menjadi kekuasaan untuk
   mengambil keputusan yang bersifat tidak adil dan tidak transparan.
   Walaupun suap merupakan suatu tindakan transaksi tetapi tidak dapat dianggap sebagai
   transaksi bisnis. Transaksi suap ditandai oleh keterlibatan paling tidak dua orang di mana
   paling sedikit salah seorang bertindak atas kewenangan mewakili perusahaan atau sebagai
   agen dari perusahaan. Bila agen dari perusahaan tidak melaporkan atau menyerahkan
   dana atau barang yang diterima dari pihak yang bertransaksi kepada prinsipal, maka yang
   bersangkutan melakukan tindakan yang tidak transparan, tidak wajar dan tidak syah.
   Perusahaan sebagai prinsipal dapat menganggap telah terjadi pelanggaran kepercayaan
   maupun wewenang. Baik pihak pemberi maupun pihak penerima suap terlibat dalam
   tindakan suap. Pihak pemberi dianggap berupaya mempengaruhi pihak penerima untuk
   melakukan tindakan tidak etis yaitu menyalah-gunakan wewenangnya. Pihak penerima
   melakukan tindakan tidak etis karena tidak memberikannya pada prinsipal dan diambil
   sebagai hak miliknya sendiri.
   Suap merupakan tindakan yang bukan saja tidak mengikuti kaidah etika bisnis tetapi juga
   memiliki implikasi hukum, khususnya bila suap dilakukan pada pegawai negeri atau
   pejabat negara sebagaimana tertuang dalam naskah Undang-undang 20/2001 Tentang
   Tindak Pidana Korupsi.


2.6. Bisnis VS Suap
   Esensi bisnis adalah suatu transaksi barang atau jasa antara paling sedikit dua pihak.
   Kedua belah pihak melakukan negosiasi untuk menentukan dan mencapai kesepakatan
   nilai   atas   barang   atau    jasa   yang   diperjual-belikan.   Dalam   kondisi   tanpa
   mempertimbangkan faktor-faktor lainnya atau ‘cetiris paribus’ maka proses negosiasi
   demikian dianggap murni proses transaksi bisnis.
                                                                                           7
Proses transaksi murni bisnis di atas dapat menyimpang atau menjadi tidak murni lagi
bila dalam proses transaksi yang berjalan, khususnya dalam pengambilan keputusan dan
pencapaian kesepakatan, diwarnai oleh upaya mempengaruhi ataupun memperoleh
manfaat yang tidak transparan dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan untuk
kepentingan diri atau suatu kelompok. Tindakan demikian membawa dampak yang
merugikan konsumen maupun kondisi ekonomi secara makro. Yang menanggung biaya
untuk melakukan suap ini para konsumen sehingga pada akhirnya, kemampuan membeli
konsumen berkurang.
Bisnis dapat melakukan suap untuk memperoleh perlakukan istimewa atau khusus dalam
berbagai proses berbisnis seperti percepatan perolehan izin, perolehan tender, pemasokan
barang dan jasa, bahkan untuk memperoleh informasi dari dalam (‘inside information’)
yang menyebabkan persaingan bisnis menjadi tidak sehat.




                                                                                      8
Bab III
                                    Pembahasan


3.1. Definisi Masalah
    Bea dan Cukai adalah suatu lembaga pemerintah di bawah Departemen Keuangan yang
    mengurusi pungutan Bea dan Cukai yang dikenakan terhadap barang-barang yang
    keluarataupun masuk daerah pabean agar pelaksanaan, pengawasan, pelarangan dan
    pembatasan menjadi efektif dan terkoordinasi.
    Sebagai daerah kegiatan ekonomi maka sektor Bea dan Cukai merupakan suatu instansi
    dari pemerintah yang sangat menunjang dalam kelancaran arus lalu lintas ekspor dan
    impor barang di daerah pabean. Adapun tujuan pemerintah dalam mengadakan
    pengawasan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara; sebagai alat untuk
    melindungi produk-produk dalam negeri (proteksi); dan sebagai alat pengawasan agar
    tidak semua barang dapat keluar masuk dengan bebas di pasaran Indonesia atau daerah
    pabean (penyelundupan).
    Kasus suap dalam kepengurusan dokumen di kepabeanan Bea Cukai memang sudah
    berlangsung cukup lama dan bahkan sudah menjadi rahasia umum di kalangan
    pengusaha. Dengan menyediakan sejumlah ‘biaya siluman’, maka kepengurusan
    dokumen di kepabeanan Bea Cukai akan berjalan lebih cepat.
    Dua hasil survei memberi dukungan bahwa prosedur Bea dan Cukai di Indonesia punya
    masalah serius. Pertama, hasil survei dari World Economic Forum (2007) menunjukkan
    buruknya posisi Indonesia untuk isu ini. Kedua, hasil survei tahun 2005 dari Lembaga
    Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) bekerja sama
    dengan Bank Dunia memperkirakan bahwa pungli yang harus dibayar pengusaha kepada
    aparat Bea dan Cukai mencapai 800 juta dollar AS atau Rp 7 triliun (pada kurs yang
    berlaku saat itu). Menurut laporan tersebut, nilai ini setara 2,3% dari total nilai impor
    Indonesia pada tahun 2004. Pengusaha menyebut setoran itu sebagai dana informal.
    Dibayar kadang-kadang atau rutin. Pada bulan September, LPEM UI kembali melakukan
    survei atas 589 perusahaan pengguna jasa kepelabuhan. Hasilnya menunjukkan bahwa
    pungli memang menjadi sedikit, tetapi berubah menjadi suap menyuap (Basuki, 2008).
    Survei ini juga menyatakan bahwa dari 589 perusahaan yang dijadikan responden, hanya

                                                                                           9
9% yang mengatakan tidak pernah membayar suap dalam kepengurusan dokumen
kepabeanan pada pertengahan 2007. Padahal pada akhir 2005, ada 19% responden yang
menyatakan tidak pernah membayar suap, hal ini berarti semakin banyak pengusaha yang
melakukan praktik suap di kepabeanan Bea Cukai.




Dari Annual Report KPK tahun 2007 pada bagian Monitor poin 3 mengenai Pengkajian
Sistem Administrasi Impor di Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) menunjukkan
adanya praktik suap di sistem tersebut, temuan KPK antara lain sebagai berikut:
   1) Tindak pidana korupsi berupa pungutan liar yang terjadi di titik analyzing point,
       penerimaan dokumen, pengeluaran barang, dan penutupan manifest mencapai
       nilai Rp. 890.000.000 per bulan.
   2) Tindak pidana korupsi dalam bentuk kolusi di titik pemeriksaan fisik,
       pemeriksaan dokumen, perbendaharaan, dan pengurusan dokumen di kawasan
       berikat mencapai nilai Rp. 12.795.000.000 per bulan. Nilai ini hanyalah perkiraan
       30% dari jumlah transaksi, sehingga sebenarnya nilai kolusi jauh di atas 12 miliar
       rupiah per bulan.
   3) Tidak dilakukannya evaluasi profil importir secara berkala yang mengakibatkan
       keakuratan database profil importir belum dapat dihandalkan sehingga
       pengawasan terhadap arus barang menjadi tidak efektif.

                                                                                      10
4) Importir dapat memilih pemeriksa fisik yang dikehendaki yang mengakibatkan
            kemungkinan kolusi dengan petugas.
        5) Tidak adanya petunjuk teknis pemeriksaan dokumen sehingga memungkinkan
            terjadinya banyak penyimpangan.
        6) Sulitnya pengawasan terhadap kawasan berikat yang lokasinya jauh dari Kantor
            Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) yang menimbulkan potensi penyelundupan.


3.2. Analisis Kasus
     Kasus suap merupakan salah satu bentuk dari korupsi, sesuai definisi dari M.H. McKee
     yang menyebutkan bahwa korupsi sebagai penyalah gunaan kekuasaan untuk kepentingan
     pribadi. Kasus suap dalam kepengurusan dokumen di kepabeanan Bea Cukai melibatkan
     dua pihak, yaitu pengusaha dan birokrat (pejabat pemerintah). Dimana kedua pihak dapat
     memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan tindakan ini:
        a) Pihak      pengusaha   untuk mempercepat      kepengurusan    dokumen      memiliki
            kesempatan untuk memberikan sejumlah ‘biaya suap’ kepada pihak birokrat.
            Dalam hal ini tawaran untuk melakukan tindakan suap dilakukan oleh pihak
            pengusaha demi kepentingan pribadinya.
        b) Pihak birokrat mengharuskan pihak pengusaha untuk membayarkan sejumlah
            ‘biaya suap’ untuk pengurusan dokumen, dengan kemungkinan pihak birokrasi
            mengancam tidak akan mengurus dokumen yang diajukan oleh pihak pengusaha
            ataupun tawaran untuk menurunkan pajak barang. Dalam hal ini tawaran untuk
            melakukan tindakan suap dilakukan oleh pihak birokrat demi kepentingan
            pribadinya.
     Kasus suap dalam kepengurusan dokumen di kepabeanan Bea Cukai merupakan masalah
     sistemik dan korporasi. Masalah ini merupakan masalah sistemik dikarenakan tindakan
     ini mengundang pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem hukum dimana bisnis
     beroperasi, hal ini dikarenakan lemahnya sistem hukum di Indonesia sehingga terjadi
     pungutan liar dan suap di kepabeanan Bea Cukai yang merupakan suatu lembaga milik
     pemerintah. Masalah ini juga dapat dikategorikan sebagai masalah korporasi, hal ini
     terlihat dari adanya kebijakan dari pihak perusahaan sendiri untuk memberikan uang suap
     kepada pejabat Bea Cukai demi mempercepat kepengurusan dokumen.
     Adapun penyebab tindakan suap yang terjadi dapat dilihat dari beberapa faktor:
     (1) Segi hukum
                                                                                           11
lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah membuat lembaga pemerintah sekelas
   Bea Cukai dapat melakukan tindakan korupsi dalam aktivitasnya.
(2) Segi budaya
   Dalam budaya birokrasi di Indonesia ketika kebanyakan pemerintahan masih
   menggunakan sistem kerajaan yang kemudian dimanfaatkan oleh penjajah Belanda,
   upeti merupakan salah satu bentuk tanda kesetiaan yang dapat dipahami sebagai
   simbiosis mutualisme. Dalam disertasi klasiknya yang berjudul The Making of A
   Bureaucratic Elite (1979), Heather Sutherland menggambarkan betapa sistem upeti
   yang telah berlangsung selama berabad-abad itu tetap menjadi pola transfer kekuasaan
   antara rakyat dan penguasa ketika para birokrat di Indonesia sudah harus bekerja
   dengan sistem administrasi modern. Pola patron-client di mana upeti merupakan alat
   tukar kekuasaan dianggap sebagai standar yang wajar diantara para birokrat modern
   atau pamong-praja di Indonesia.
Terkait dengan faktor ke-dua yaitu dari segi budaya dan berdasarkan hasil survei LPEM
UI yang menyebutkan bahwa hanya 9% pengusaha yang mengatakan tidak pernah
membayar suap dalam kepengurusan dokumen kepabeanan pada pertengahan 2007,
maka dari pihak pengusaha akan melakukan pembenaran mengenai tindakan suap yang
dilakukannya. Hal ini mengenai ‘suatu tindakan yang dikerjakan oleh semua orang’.
Ketika suatu tindakan itu dilakukan oleh semua orang, walaupun sesuatu itu salah, sebuah
pertanyaan muncul apakah tindakan tersebut melanggar etika atau tidak. Hal ini
dikarenakan etika merupakan konsepsi mengenai apa yang salah dan apa yang benar dan
berkatian dengan fondasi dasar hubungan antar manusia.
Dalam sebuah jurnal yang berjudul When Is “Everyone’s Doing It” a Moral
Justification? yang ditulis oleh Ronald M. Green, disebutkan bahwa ada lima kondisi
yang mengijinkan seseorang untuk melakukan tindakan yang jahat (harmful) tetapi
dilakukan secara umum (prevalent).




                                                                                     12
Conditions Permitting One to Engage In Harmful but Prevalent Behavior
       1. Refraining from this behavior will unavoidaly cause you (or those you care for
          or for whom you are responsible) serious harm or loss
       2. Your engaging in this behavior will not also cause significantly more harm or
          loss to others
       3. Your engaging in this behavior will not lead others to engage in it ways that
          are equally or more harmful, and this would be true if your engaging in this
          behavior were to become public knowledge
       4. Your refraining from this behavior will not lead others to refrain from it, and
          this would be true if your refraining from this behavior were to become public
          knowledge
       5. Your refraining from this behavior will unavoidably lead others to engage in it
          in ways that are substatially more harmful than would have been the case had
          you choosen to engage in it yourself and this would be true if your refraining
          from this behavior were to become public knowledge


Ronald menyebutkan bahwa jika salah satu dari empat kondisi pertama tidak terpenuhi,
maka keputusan moral akan tindakan tersebut akan menjadi lebih kompleks. Apabila kita
terapkan pada kasus suap di kepabeanan Bea Cukai di Indonesia:
   1. Kondisi nomor satu tidak terpenuhi, hal ini dikarenakan apabila pengusaha tidak
       melakukan suap pun tidak akan menyebabkan kerugian yang signifikan
   2. Kondisi nomor dua juga tidak terpenuhi, hal ini dikarenakan dengan melakukan
       suap maka ada dua pihak yang dirugikan, yang pertama adalah negara, adanya
       kebocoran penerimaan negara akibat tindakan ini. Yang ke-dua adalah konsumen,
       konsumen harus menanggung biaya suap yang dimasukkan dalam biaya produksi
       perusahaan, yang tercermin dalam jumlah harga yang harus dibayarkan oleh
       konsumen untuk membeli produk perusahaan pelaku suap tersebut.
   3. Kondisi nomor tiga juga tidak terpenuhi, hal ini dikarenakan dengan melakukan
       tindakan suap akan meningkatkan ketidak-pastian karena persaingan pasar
       menjadi tidak sehat. Keberhasilan bergantung pada kekuatan dan kesanggupan
       menyisihkan dana untuk suap, bukan peningkatan kualitas produk dan jasa,
       sehingga perusahaan lain akan mengikuti untuk melakukan tindakan suap demi
       mendapatkan keberhasilan usaha.
                                                                                      13
Karena sudah ada tiga kondisi dari empat kondisi pertama yang tidak terpenuhi, maka
tindakan suap bukanlah suatu tindakan yang diijinkan untuk dilakukan, walaupun semua
orang melakukan tindakan tersebut.
Adapun terkait dengan prinsip utilitarianisme, tindakan suap semestinya tidak dilakukan
oleh pihak pengusaha. Hal ini dapat kita analisis dengan melakukan prinsip
utilitarianisme untuk memastikan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu, dalam
hal ini apakah akan melakukan tindakan suap atau tidak, maka ada tiga hal yang perlu
dilakukan terlebih dahulu:
(1) Menentukan tindakan-tindakan atau kebijakan alternatif:
   Dalam hal ini ada dua tindakan yaitu melakukan suap dan melakukan prosedur dari
   pihak pemerintah dalam kepengurusan dokumen di kepabeanan
(2) Untuk setiap tindakan alternatif, ditentukan keuntungan dan biaya langsung dan tidak
   langsung yang akan diperoleh dari tindakan tersebut bagi semua orang yang
   dipengaruhi oleh tindakan itu di masa yang akan datang:
   Untuk tindakan suap, hal ini akan menguntungkan pihak perusahaan karena akan
   mempercepat proses pengurusan dokumen, dalam hal ini keuntungan berupa time
   value of money. Hanya saja hal ini akan merugikan negara karena bocornya
   pendapatan negara dan akan merugikan pihak konsumen yang harus menanggung
   ‘biaya suap’ yang dimasukkan ke dalam biaya produksi.
   Untuk tindakan melakukan prosedur dengan semestinya, hal ini kemungkinan akan
   merugikan pihak perusahaan sebab waktu yang dapat ‘dipangkas’ dengan melakukan
   suap dapat digunakan untuk aktivitas lain yang lebih memiliki value-added. Hanya
   saja kerugian ini bersifat semu, atau biasa disebut opportunity cost. Sehingga dalam
   hal ini tidak ada pihak yang diuntungkan atau pun dirugikan.
(3) Alternatif yang memberikan utilitas paling besar wajib dipilih sebagai tindakan yang
   secara etis tepat:
   Dari analisis sebelumnya, maka tindakan suap tidak memberikan utilitas yang paling
   besar, dan cenderung menimbulkan biaya bagi pihak lain. Oleh karena itu tindakan
   suap secara etis tidak tepat untuk dilakukan.




                                                                                     14
Bab IV
                               Kesimpulan dan Saran


4.1. Kesimpulan
    Tindakan suap-menyuap dalam kegiatan bisnis merupakan salah satu masalah sistemik
    dalam prinsip etika bisnis, hal ini dikarenakan akan ada pihak-pihak yang dirugikan,
    antara lain:
        a. Efek suap yang utama adalah timbulnya ekonomi biaya tinggi dan berakibat
             makin tingginya tingkat harga barang dan jasa karena harus menutup biaya yang
             tidak langsung berkaitan dengan proses produksi barang dan jasa. Konsumen
             dirugikan.
        b. Suap meningkatkan ketidak-pastian karena persaingan pasar menjadi tidak sehat.
             Keberhasilan bergantung pada kekuatan dan kesanggupan menyisihkan dana
             untuk suap, bukan peningkatan kualitas produk dan jasa.


4.2. Saran
    Untuk mencegah terjadinya tindakan suap-menyuap dalam kegiatan bisnis perusahaan,
    perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan preventif ini dilihat dari dua sisi pihak
    yang berkepentingan, yaitu:
    1. Perusahaan (Pelaku Kegiatan Bisnis)
        yaitu dengan melakukan transformasi budaya perusahaan untuk menciptakan iklim
        etis (ethical climates) yang kondusif untuk menerapkan bisnis tanpa suap, menuntut
        perubahan pada empat komponen utama perusahaan yang saling terkait yaitu: (1)
        struktur, (2) sistem, (3) prosedur, dan (4) sumber daya manusia perusahaan, yaitu
        dengan cara menanamkan nilai-nilai dan norma budaya perusahaan yang
        mengharamkan:
             a) Penggunaan kekuatan uang atau barang untuk memperoleh perlakukan
                   istimewa atau khusus
             b) Mengalahkan pesaing dengan cara-cara yang tidak sehat.
        Upaya perusahaan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak memberi nilai tambah
        dan membebani konsumen termasuk pula dalam upaya transformasi budaya.
                                                                                        15
2. Pemerintah (Regulator)
   a) Menerapkan sistem reward dan punishment. Misalnya A adalah pengusaha yang
      memiliki kesempatan melakukan penyuapan dan B adalah pejabat yang memiliki
      kesempatan untuk menerima suap. Ketika A melakukan penyuapan, jika B
      melaporkan A maka B akan mendapatkan reward (tentunya yang lebih besar
      dibandingkan nilai suap yang diberikan oleh A) dan A akan mendapatkan
      punishment atas perbuatannya. Sebaliknya jika B memaksa A untuk melakukan
      tindakan suap, jika A melaporkan B maka A akan mendapatkan reward dan B
      mendapatkan punishment atas perbuatannya.
   b) Menghukum dengan tegas kedua pihak yang terlibat tindakan suap-menyuap,
      bukan hanya pihak yang disuap tetapi juga menghukum pihak yang menyuap,
      misalnya dengan mencabut ijin ekspor/ impor untuk perusahaan yang melakukan
      tindakan penyuapan.




                                                                              16
DAFTAR PUSTAKA

Velasquez, Manuel G. Business Ethics; Concepts and Cases, 5th ed. (Pearsons, Prentice
         Hall; New Jersey, 2002)
The Society for Business Ethics. Business Ethics Quarterly 9 (April 1999).
Media Indonesia. Rabu, 26 September 2007. Halaman 1 Kolom 4-5.


http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2008/03/budaya-upeti-suap-dan-birokrasi-publik.pdf
http://www.ti.or.id/publikasi/bisnismelawansuap.pdf
http://media.vivanews.com/documents/2008/10/13/240_Data%20Korupsi%20versi%20KPK%202007.pdf
http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-98-2928-16062008.pdf
http://www.legalitas.org/




                                                                                                      17

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisYesica Adicondro
 
Memilih bentuk kepemilikan bisnis - Pengantar Bisnis
Memilih bentuk kepemilikan bisnis - Pengantar BisnisMemilih bentuk kepemilikan bisnis - Pengantar Bisnis
Memilih bentuk kepemilikan bisnis - Pengantar Bisnisyunisarosa
 
MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMENMATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMENRisky Amalia
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUIFarah Fauziah Hilman
 
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAANIMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAANHeru Fernandez
 
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomiKeseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomiYasmin Pambudi Putri
 
Jenis-Jenis Integrasi Perusahaan
Jenis-Jenis Integrasi PerusahaanJenis-Jenis Integrasi Perusahaan
Jenis-Jenis Integrasi PerusahaanMonang Sinaga
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)radhi abdul halim
 
Contoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanContoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanPutrii Wiidya
 
Jawaban pertanyaan manajemen sistem dan teknologi informasi
Jawaban pertanyaan  manajemen sistem dan teknologi informasiJawaban pertanyaan  manajemen sistem dan teknologi informasi
Jawaban pertanyaan manajemen sistem dan teknologi informasiRusmaladewi01
 
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya Mandiri Sekuritas
 
Sistem Informasi Produksi
Sistem Informasi ProduksiSistem Informasi Produksi
Sistem Informasi ProduksiLuthfi Nk
 
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)YolaRiyana
 
Sistem informasi manajemen
Sistem informasi manajemenSistem informasi manajemen
Sistem informasi manajemenNurul_Hayati
 
contoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangancontoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuanganRendy Franata
 
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis MahasiswaContoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis MahasiswaSyafril Djaelani,SE, MM
 
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1Leo Dhunt
 

La actualidad más candente (20)

Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnisEkonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
Ekonomi dan keadilan di dalam etika bisnis
 
Memilih bentuk kepemilikan bisnis - Pengantar Bisnis
Memilih bentuk kepemilikan bisnis - Pengantar BisnisMemilih bentuk kepemilikan bisnis - Pengantar Bisnis
Memilih bentuk kepemilikan bisnis - Pengantar Bisnis
 
MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMENMATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
MATA KULIAH SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
 
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAANIMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
IMPLEMENTASI STRATEGIK PERUSAHAAN
 
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomiKeseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
 
Jenis-Jenis Integrasi Perusahaan
Jenis-Jenis Integrasi PerusahaanJenis-Jenis Integrasi Perusahaan
Jenis-Jenis Integrasi Perusahaan
 
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
Analisis sumber dan penggunaan dana (1)
 
Contoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaanContoh kasus dalam perusahaan
Contoh kasus dalam perusahaan
 
Jawaban pertanyaan manajemen sistem dan teknologi informasi
Jawaban pertanyaan  manajemen sistem dan teknologi informasiJawaban pertanyaan  manajemen sistem dan teknologi informasi
Jawaban pertanyaan manajemen sistem dan teknologi informasi
 
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
Sistem Biaya dan Akumulasi Biaya
 
Sistem Informasi Produksi
Sistem Informasi ProduksiSistem Informasi Produksi
Sistem Informasi Produksi
 
Analisis SWOT PT INDOFOOD
Analisis SWOT PT INDOFOODAnalisis SWOT PT INDOFOOD
Analisis SWOT PT INDOFOOD
 
Strategi Internasional - Manajemen Strategik
Strategi Internasional - Manajemen StrategikStrategi Internasional - Manajemen Strategik
Strategi Internasional - Manajemen Strategik
 
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
ANALISIS SWOT PADA PT.PERTAMINA (PERSERO)
 
Sistem informasi manajemen
Sistem informasi manajemenSistem informasi manajemen
Sistem informasi manajemen
 
contoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangancontoh soal sederhana laporan keuangan
contoh soal sederhana laporan keuangan
 
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis MahasiswaContoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
Contoh Laporan Studi Kelayakan Bisnis Mahasiswa
 
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
Materi 4-return-yang-diharapkan-dan-risiko-portofolio1
 
Kebijakan Dividen
Kebijakan DividenKebijakan Dividen
Kebijakan Dividen
 

Destacado

Makalah Etika Bisnis - Bisnis dan Etika Dalam Dunia Modern
Makalah Etika Bisnis - Bisnis dan Etika Dalam Dunia ModernMakalah Etika Bisnis - Bisnis dan Etika Dalam Dunia Modern
Makalah Etika Bisnis - Bisnis dan Etika Dalam Dunia ModernFajar Jabrik
 
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika BisnisMakalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika BisnisFajar Jabrik
 
Power Point - Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern
Power Point - Bisnis Dan Etika Dalam Dunia ModernPower Point - Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern
Power Point - Bisnis Dan Etika Dalam Dunia ModernFajar Jabrik
 
Moral, etika dan bisnis
Moral, etika dan bisnisMoral, etika dan bisnis
Moral, etika dan bisnislianovia
 
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantarUnimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantarENIYAWO PEKEIBO
 
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theaterSkripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theaterYohanes Siagian
 
Etika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia Teknologi
Etika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia TeknologiEtika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia Teknologi
Etika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia TeknologiKent Ardy Sutjiadi
 
Slide tentang makalah serta sistematika penulisannya
Slide tentang makalah serta sistematika penulisannyaSlide tentang makalah serta sistematika penulisannya
Slide tentang makalah serta sistematika penulisannyaMeri Septiani
 
Lingkungan bisnis
Lingkungan bisnisLingkungan bisnis
Lingkungan bisnisDwi Anita
 
Pedoman Ta Ui Sk Rektor 2008
Pedoman Ta Ui  Sk Rektor 2008Pedoman Ta Ui  Sk Rektor 2008
Pedoman Ta Ui Sk Rektor 2008versi virgontoro
 
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternalTugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternalFebrityas Soedibjo
 

Destacado (20)

Makalah etika bisnis
Makalah etika bisnisMakalah etika bisnis
Makalah etika bisnis
 
Makalah Etika Bisnis - Bisnis dan Etika Dalam Dunia Modern
Makalah Etika Bisnis - Bisnis dan Etika Dalam Dunia ModernMakalah Etika Bisnis - Bisnis dan Etika Dalam Dunia Modern
Makalah Etika Bisnis - Bisnis dan Etika Dalam Dunia Modern
 
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika BisnisMakalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis
 
Etika bisnis
Etika bisnisEtika bisnis
Etika bisnis
 
Makalah thi 2 nuclear jepang (green theory)
Makalah thi 2 nuclear jepang (green theory)Makalah thi 2 nuclear jepang (green theory)
Makalah thi 2 nuclear jepang (green theory)
 
Keadilan Dan Bisnis
Keadilan Dan BisnisKeadilan Dan Bisnis
Keadilan Dan Bisnis
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Power Point - Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern
Power Point - Bisnis Dan Etika Dalam Dunia ModernPower Point - Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern
Power Point - Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern
 
Etika kristen
Etika kristen Etika kristen
Etika kristen
 
Moral, etika dan bisnis
Moral, etika dan bisnisMoral, etika dan bisnis
Moral, etika dan bisnis
 
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantarUnimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
Unimed undergraduate-24909-cover & kata pengantar
 
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theaterSkripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
Skripsi Apresiasi (ruang) pertunjukan JKT48 theater
 
Etika bisnis
Etika bisnisEtika bisnis
Etika bisnis
 
Etika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia Teknologi
Etika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia TeknologiEtika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia Teknologi
Etika Bisnis & E-Commerce Dalam Dunia Teknologi
 
Slide tentang makalah serta sistematika penulisannya
Slide tentang makalah serta sistematika penulisannyaSlide tentang makalah serta sistematika penulisannya
Slide tentang makalah serta sistematika penulisannya
 
Lingkungan bisnis
Lingkungan bisnisLingkungan bisnis
Lingkungan bisnis
 
Makalah tugas sosiologi hukum
Makalah tugas sosiologi hukumMakalah tugas sosiologi hukum
Makalah tugas sosiologi hukum
 
Pedoman Ta Ui Sk Rektor 2008
Pedoman Ta Ui  Sk Rektor 2008Pedoman Ta Ui  Sk Rektor 2008
Pedoman Ta Ui Sk Rektor 2008
 
Etika bisnis haryo
Etika bisnis haryoEtika bisnis haryo
Etika bisnis haryo
 
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternalTugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
Tugas Karya Akhir Program PR internal dan eksternal
 

Similar a Makalah Etika Bisnis

Keterlibatan Etika Bisnis Pada Kasus Korupsi
Keterlibatan Etika Bisnis Pada Kasus KorupsiKeterlibatan Etika Bisnis Pada Kasus Korupsi
Keterlibatan Etika Bisnis Pada Kasus KorupsiBasyarAlAddar1
 
Be & gg, basori, hapzi ali, business ethic, universitas mercu buana, 2017
Be & gg, basori, hapzi ali, business ethic, universitas mercu buana, 2017Be & gg, basori, hapzi ali, business ethic, universitas mercu buana, 2017
Be & gg, basori, hapzi ali, business ethic, universitas mercu buana, 2017bashori alwie alwie
 
Begg, citra mega lissha, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis pada ...
Begg, citra mega lissha, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis pada ...Begg, citra mega lissha, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis pada ...
Begg, citra mega lissha, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis pada ...citra mega lissha
 
Etika bisnis islam
Etika bisnis islamEtika bisnis islam
Etika bisnis islamfantasip
 
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...Ade Caswito
 
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...Dede Anggraini
 
Be&gg,randy soulisa,hapziali,philosophicalethicsandbusiness,universitasme...
Be&gg,randy soulisa,hapziali,philosophicalethicsandbusiness,universitasme...Be&gg,randy soulisa,hapziali,philosophicalethicsandbusiness,universitasme...
Be&gg,randy soulisa,hapziali,philosophicalethicsandbusiness,universitasme...Randy Soulisa
 
Tugas uts,waldy gagantika,hapzi ali,etika bisnis,universitas mercubuana 2017
Tugas uts,waldy gagantika,hapzi ali,etika bisnis,universitas mercubuana   2017Tugas uts,waldy gagantika,hapzi ali,etika bisnis,universitas mercubuana   2017
Tugas uts,waldy gagantika,hapzi ali,etika bisnis,universitas mercubuana 2017gagantika
 
BE & GG, Ahmad Marzuki, Hapzi Ali, Ethics and Business, PENERAPAN ETIKA BISNI...
BE & GG, Ahmad Marzuki, Hapzi Ali, Ethics and Business, PENERAPAN ETIKA BISNI...BE & GG, Ahmad Marzuki, Hapzi Ali, Ethics and Business, PENERAPAN ETIKA BISNI...
BE & GG, Ahmad Marzuki, Hapzi Ali, Ethics and Business, PENERAPAN ETIKA BISNI...Ahmad Marzuki
 
Menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
Menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawabMenjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
Menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawabTika Triana
 
Tugas UTS, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Etika Bisnis, Universitas Mercu Buan...
Tugas UTS, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Etika Bisnis, Universitas Mercu Buan...Tugas UTS, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Etika Bisnis, Universitas Mercu Buan...
Tugas UTS, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Etika Bisnis, Universitas Mercu Buan...Antoni Butarbutar
 
Makalah etika bisnis
Makalah etika bisnisMakalah etika bisnis
Makalah etika bisnisAgung wahyu
 
BE&GG, Agnis Noviani Noor, Hapzi Ali, Business Ethics & Good Governance ; Ph...
BE&GG, Agnis Noviani Noor, Hapzi Ali, Business Ethics & Good Governance  ; Ph...BE&GG, Agnis Noviani Noor, Hapzi Ali, Business Ethics & Good Governance  ; Ph...
BE&GG, Agnis Noviani Noor, Hapzi Ali, Business Ethics & Good Governance ; Ph...Agnis Noviani Noor
 
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical...
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical...BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical...
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical...Cut Amanda Pravitadewi
 
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...NovitaHerlissha
 

Similar a Makalah Etika Bisnis (20)

Keterlibatan Etika Bisnis Pada Kasus Korupsi
Keterlibatan Etika Bisnis Pada Kasus KorupsiKeterlibatan Etika Bisnis Pada Kasus Korupsi
Keterlibatan Etika Bisnis Pada Kasus Korupsi
 
Be & gg, basori, hapzi ali, business ethic, universitas mercu buana, 2017
Be & gg, basori, hapzi ali, business ethic, universitas mercu buana, 2017Be & gg, basori, hapzi ali, business ethic, universitas mercu buana, 2017
Be & gg, basori, hapzi ali, business ethic, universitas mercu buana, 2017
 
Begg, citra mega lissha, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis pada ...
Begg, citra mega lissha, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis pada ...Begg, citra mega lissha, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis pada ...
Begg, citra mega lissha, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, etika bisnis pada ...
 
Etika bisnis islam
Etika bisnis islamEtika bisnis islam
Etika bisnis islam
 
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
Bb & gg, ade, hapzi ali, etika bisnsi studi kasus pt. lion air, mercu bua...
 
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
Be&gg, dede anggraini, hapzi ali, philosophic ethics business, universita...
 
Be&gg,randy soulisa,hapziali,philosophicalethicsandbusiness,universitasme...
Be&gg,randy soulisa,hapziali,philosophicalethicsandbusiness,universitasme...Be&gg,randy soulisa,hapziali,philosophicalethicsandbusiness,universitasme...
Be&gg,randy soulisa,hapziali,philosophicalethicsandbusiness,universitasme...
 
Tugas uts,waldy gagantika,hapzi ali,etika bisnis,universitas mercubuana 2017
Tugas uts,waldy gagantika,hapzi ali,etika bisnis,universitas mercubuana   2017Tugas uts,waldy gagantika,hapzi ali,etika bisnis,universitas mercubuana   2017
Tugas uts,waldy gagantika,hapzi ali,etika bisnis,universitas mercubuana 2017
 
BE & GG, Ahmad Marzuki, Hapzi Ali, Ethics and Business, PENERAPAN ETIKA BISNI...
BE & GG, Ahmad Marzuki, Hapzi Ali, Ethics and Business, PENERAPAN ETIKA BISNI...BE & GG, Ahmad Marzuki, Hapzi Ali, Ethics and Business, PENERAPAN ETIKA BISNI...
BE & GG, Ahmad Marzuki, Hapzi Ali, Ethics and Business, PENERAPAN ETIKA BISNI...
 
Etika bisnis (3rd week)
Etika bisnis (3rd week)Etika bisnis (3rd week)
Etika bisnis (3rd week)
 
Menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
Menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawabMenjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
Menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab
 
Tugas UTS, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Etika Bisnis, Universitas Mercu Buan...
Tugas UTS, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Etika Bisnis, Universitas Mercu Buan...Tugas UTS, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Etika Bisnis, Universitas Mercu Buan...
Tugas UTS, Antoni Butarbutar, Hapzi Ali, Etika Bisnis, Universitas Mercu Buan...
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Makalah etika bisnis
Makalah etika bisnisMakalah etika bisnis
Makalah etika bisnis
 
Ringkasan presentasi klmpk 5
Ringkasan presentasi klmpk 5Ringkasan presentasi klmpk 5
Ringkasan presentasi klmpk 5
 
BE&GG, Agnis Noviani Noor, Hapzi Ali, Business Ethics & Good Governance ; Ph...
BE&GG, Agnis Noviani Noor, Hapzi Ali, Business Ethics & Good Governance  ; Ph...BE&GG, Agnis Noviani Noor, Hapzi Ali, Business Ethics & Good Governance  ; Ph...
BE&GG, Agnis Noviani Noor, Hapzi Ali, Business Ethics & Good Governance ; Ph...
 
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical...
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical...BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical...
BEGG, Cut Amanda Pravitadewi, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Philosophical...
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Understanding ethics
Understanding ethicsUnderstanding ethics
Understanding ethics
 
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
Tugas UTS, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Etika...
 

Más de Rizki Malinda

E-Government Collaboration
E-Government CollaborationE-Government Collaboration
E-Government CollaborationRizki Malinda
 
Pengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisPengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisRizki Malinda
 
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iiiKemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iiiRizki Malinda
 
Format naskah dinas
Format naskah dinas Format naskah dinas
Format naskah dinas Rizki Malinda
 
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganMakalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganRizki Malinda
 
Makalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisMakalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisRizki Malinda
 
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHPEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHRizki Malinda
 
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Rizki Malinda
 
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIKSalinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIKRizki Malinda
 
Permenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 bukuPermenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 bukuRizki Malinda
 
Tata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronikTata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronikRizki Malinda
 

Más de Rizki Malinda (19)

E-Government Collaboration
E-Government CollaborationE-Government Collaboration
E-Government Collaboration
 
Pengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisisPengelolaan komunikasi krisis
Pengelolaan komunikasi krisis
 
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iiiKemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
Kemenkominfo draft rpp e govt.19 feb 2013 (edit) revisi iii
 
Format naskah dinas
Format naskah dinas Format naskah dinas
Format naskah dinas
 
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga KeuanganMakalah Pasar dan Lembaga Keuangan
Makalah Pasar dan Lembaga Keuangan
 
Makalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset BisnisMakalah Metode Riset Bisnis
Makalah Metode Riset Bisnis
 
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAHPEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
PEDOMAN HUBUNGAN MASYARAKAT INSTANSI PEMERINTAH
 
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
Salinan Peraturan Menteri PANRB Nomor 80 Tahun 2012 tentang Pedoman Tata Nask...
 
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
Salinan pedoman umum pengelolaan komunikasi krisis 29-2011
 
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
Salinan pedoman umum komunikasi organisasi 28-2011
 
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
Salinan pedoman umum hubungan media 55-2011
 
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
Salinan pedoman umum tata kelola kehumasan 30-2011
 
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
Salinan pedoman umum pemetaan pemangku kepentingan 54-2011
 
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
Salinan pedoman umum infrastruktur hubungan masyarakat 31-2011
 
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
Salinan pedoman umum audit komunikasi 27-2011
 
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIKSalinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
Salinan pedoman umum TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK
 
Permenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 bukuPermenpan2008 022 buku
Permenpan2008 022 buku
 
Kebijakan kehumasan
Kebijakan kehumasanKebijakan kehumasan
Kebijakan kehumasan
 
Tata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronikTata naskah dinas elektronik
Tata naskah dinas elektronik
 

Makalah Etika Bisnis

  • 1. MAKALAH TANGGUNG JAWAB DAN ETIKA BISNIS PERUSAHAAN KASUS SUAP KEPABEANAN BEA CUKAI INDONESIA OLEH: Ayu Eka Rakhmawati, 0606082226 Meiti Sulistika, 0606082895 Rizki Malinda I.P, 0606083185 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA 2008
  • 2. Statement of Authorship “Saya/kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas yang terlampir adalah murni hasil pekerjan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menggunakannya. Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumplkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.” Nama: Ayu Eka Rakhmawati NPM: 0606082226 Tandatangan: Nama: Meiti Sulistika NPM: 0606082895 Tandatangan: Nama: Rizki Malinda I P NPM: 0606083185 Tandatangan: Mata Ajaran: Tanggung Jawab dan Etika Bisnis Perusahaan Judul Makalah/Tugas: Kasus Suap Kepabeanan Cukai Indonesia Tanggal: 10 Desember 2008 Dosen: Fahrul Ismaeni
  • 3. DAFTAR ISI Daftar Isi ........... 1 Bab I Pendahuluan Latar belakang masalah ............ 2 Tujuan Penulisan ............ 3 Ruang Lingkup Penulisan Pembatasan Masalah ........... 3 Perumusan Masalah ........... 3 Metode penulisan ............ 3 Sistematika penulisan ............ 3 Bab II Landasan Teori Etika Bisnis ........... 4 Pengertian Korupsi ........... 5 Alasan Orang Melakukan Korupsi ........... 6 Suap Sebagai Salah Satu Bentuk Korupsi ........... 6 Suap dalam Bisnis ........... 7 Bisnis VS Suap ........... 7 Bab III Pembahasan Definisi Masalah ........... 9 Analisis Kasus ........... 11 Bab IV Kesimpulan dan Saran ........... 15 Daftar Pustaka ............ 17 1
  • 4. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Maraknya kasus korupsi di Indonesia saat ini telah memberikan citra buruk bagi Indonesia di mata dunia internasional. Bukan hanya itu, tetapi budaya korupsi yang merajalela telah menyengsarakan masyarakat Indonesia sendiri. Rakyat kecil yang tidak memiliki kuasa seperti layaknya para petinggi negara dan pengusaha-pengusaha kaya, menjadi semakin terhimpit hidupnya akibat tidak terdistribusinya “hak-hak” yang seharusnya menjadi milik masyarakat oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hak-hak masyarakat dalam hal ini adalah dana yang seharusnya diperuntukkan untuk baik kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan kegiatan ekonomi, khususnya bisnis di Indonesia, hilang dan menjadi milik pribadi. Suap (bribery) merupakan salah satu bentuk korupsi yang saat ini sudah membudaya di Indonesia. Bukan rahasia lagi bahwa banyak pengusaha yang melakukan suap untuk memperoleh perlakukan istimewa atau khusus dalam berbagai proses berbisnis seperti percepatan perolehan izin, perolehan tender, pemasokan barang dan jasa, bahkan untuk memperoleh informasi dari dalam (inside information) yang menyebabkan persaingan bisnis menjadi tidak sehat. Suap sendiri dapat menjadi penghambat kegiatan ekonomi dalam hal investasi modal asing ke Indonesia. Pada laporan Bank Dunia mengenai iklim investasi, stabilitas ekonomi makro, tingkat korupsi, birokrasi, dan kepastian kebijakan ekonomi merupakan empat faktor terpenting yang mempengaruhi kondisi iklim investasi di Indonesia. Dengan maraknya kasus korupsi termasuk suap menyuap di Indonesia, maka hal tersebut dapat mengurangi minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dampak suap sendiri dapat menyengsarakan masyarakat, karena suap membuat harga barang dan jasa menjadi mahal (ekonomi biaya tinggi) karena pengusaha harus menutupi biaya yang dikeluarkan untuk membayar suap. Suap juga dapat menyebabkan persaingan usaha menjadi tidak sehat, karena keberhasilan tergantung pada kesanggupan dan kesediaan menyediakan dana untuk suap. Lebih jauh lagi, suap mengakibatkan lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia karena minimnya penanaman modal asing. 2
  • 5. I.2. Tujuan Tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang suap menyuap dan hubungannya dengan etika bisnis di Indonesia. Selain itu, makalah ini juga ingin memberikan contoh nyata dari perilaku suap menyuap yang terjadi di Indonesia melalui penjabaran kasus suap di Bea Cukai. I.3. Ruang Lingkup Penulisan I.3.1. Pembatasan Masalah Penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas pada karya tulis ini pada kasus suap menyuap di kepabeanan Bea Cukai Indonesia dan hubungannya dengan prinsip etika bisnis. I.3.2. Perumusan Masalah  Apakah yang dimaksud suap itu?  Bagaimana kaitan budaya suap dengan etika dalam melakukan bisnis?  Bagaimana gambaran nyata praktik suap yang terjadi di Indonesia?  Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi praktik suap yang sudah begitu membudaya? I.4. Metode Penulisan Dalam makalah Etika Bisnis ini, penulis menggunakan metode penelitian berupa studi literatur dan pembahasan kasus. I.5. Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri atas 4 bab. Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, ruang lingkup, tujuan, dan metodologi penulisan. Bab kedua membahas landasan teori. Bab ketiga berisi pembahasan kasus suap yang terjadi di Bea Cukai. Bab keempat yang merupakan bab terakhir berisi kesimpulan dan saran dari makalah. 3
  • 6. Bab II Landasan Teori 2.1. Etika Bisnis Etika merupakan konsepsi mengenai apa yang salah dan apa yang benar dan berkaitan dengan fondasi dasar hubungan antar manusia. Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Ada tiga jenis masalah yang dipelajari dalam etika bisnis, masalah tersebut adalah: 1. Masalah Sistemik Adalah pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi. Tingkatan ini mencakup pertanyaan mengenai moralitas kapitalisme atau hukum, regulasi, struktur industri dan praktik sosial dimana bisnis tersebut dijalankan. 2. Masalah Korporasi Adalah pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul dalam perusaaan tertentu. Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan 3. Masalah Individu Adalah pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan. Masalah ini termasuk pertanyaan tentan moralitas keputusan, tindakan, dan karakter individual. Terkait dengan etika bisnis dan keputusan yang harus dibuat oleh perusahaan, dikenal sebuah prinsip yang disebut utilitarianisme. Utilitiarianisme merupakan sebuah istilah umum untuk semua pandangan yang menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya yang dibebankan pada masyarakat. Dalam situasi apa pun, tindakan atau kebijakan yang ‘benar’ adalah yang memberikan keuntungan paling besar atau biaya yang paling kecil (bila semua alternatif hanya membebankan biaya, tidak ada keuntungan). Untuk memastikan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu, sesuai dengan prinsip utilitarianisme, maka ada tiga hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu: 4
  • 7. 1. Menentukan tindakan-tindakan atau kebijakan alternatif apa saja yang dapat dilakukan dalam situasi tersebut 2. Untuk setiap tindakan alternatif, ditentukan keuntungan dan biaya langsung dan tidak langsung yang akan diperoleh dari tindakan tersebut bagi semua orang yang dipengaruhi oleh tindakan itu di masa yang akan datang 3. Alternatif yang memberikan utilitas paling besar wajib dipilih sebagai tindakan yang secara etis tepat 2.2. Pengertian Korupsi Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Korupsi menurut As Hornby dan H. Wakefield adalah the offering and accepting of bribes (penawaran atau pemberian dan penerimaan suap). M.H. McKee memberikan definisi yang sederhana tentang korupsi sebagai penyalah gunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Orang tidak dapat menganggap korupsi selalu sama dan mempunyai dampak atau motivasi yang sama. Menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang (UU) No. 31/19997 juncto UU No. 20/20018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, maka korupsi itu adalah perbuatan: 1. Melawan hukum yang merugikan keuangan negara dan atau perekonomian negara (Pasal 2 ayat 1): dipidana penjara 4 – 20 tahun dan denda Rp 200 juta – Rp1 milyar; atau dapat juga dihukum mati; 2. Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 3) dipidana penjara seumur hidup dan/ atau atau 1 tahun denda Rp50 juta – Rp1 milyar; 3. Pemberian suap kepada Pegawai Negeri termasuk Hakim maupun Advokad (Pasal 5, 6, 11, 12 huruf a, b, c, d, dan Pasal 13): dipidana penjara 1 – 5 tahun dan denda Rp50 juta – Rp250 juta; penjara 3 –15 tahun dan/atau denda Rp150 juta – Rp750 juta; penjara seumur hidup – 20 tahun dan denda Rp200 juta – Rp1 milyar; penjara paling lama 3 tahun dan/atau denda Rp150 juta; 4. Penggelapan dalam jabatan dan pemalsuan atau penghancuran atau penghilangan dokumen (Pasal 8, 9 dan10): dipidana penjara 3 – 15 tahun dan denda Rp150 juta 5
  • 8. – Rp750 juta; penjara 1 – 5 tahun dan denda Rp50 juta – Rp250 juta; penjara 2 – 7 tahun dan denda Rp100 juta – Rp250 juta; 5. Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12 huruf e, f, dan g): dipidana penjara seumur hidup 20 tahun dan denda Rp200 juta – Rp 1 milyar; 6. Pemborongan yang melakukan perbuatan curang (Pasal 7, 12i): dipidana penjara 2 – 7 tahun dan denda Rp100 juta – Rp350 juta; penjara seumur hidup – 20 tahun dan denda Rp 200 juta – Rp 1 milyar; 7. Gratifikasi yaitu pasal 12 B: dipidana penjara seumur hidup – 4 tahun dan denda Rp200 juta – Rp 1 milyar; 8. Percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi (Pasal 15): dipidana mati atau penjara 1 tahun dan denda Rp100 juta – Rp1 milyar; 2.3. Alasan Orang Melakukan Korupsi Beberapa pakar dalam bidang ilmu hukum pernah menyatakan, penyebab utama korupsi di Indonesia adalah sebagai berikut: (1) dari segi hukum: ketidaksempurnaan sistem hukum, kelemahan kelembagaan, rendahnya profesionalitas penegak hukum; (2) dari segi ekonomi: selama sistem ekonomi memungkinkan diperolehnya margin dalam berusaha, maka korupsi akan terus terjadi; (3) dari segi budaya: korupsi telah membudaya dan mengakar dalam kehidupan masyarakat selama lebih dari tiga dekade. 2.4. Suap Sebagai Salah Satu Bentuk Korupsi Menurut penjelasan Pasal 12B UU No. 20/20018 gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut bisa diberikan di dalam negeri maupun di luar negeri, baik yang memakai sarana elektronik maupun yang tidak memakai sarana elektronik. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian ”suap”, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. 6
  • 9. 2.5. Suap dalam Bisnis Penyuapan didefinisikan oleh Transparency Internasional sebagai: penawaran atau penerimaan hadiah, pinjaman, pembayaran, imbalan, atau keuntungan lainnya, yang ditujukan kepada atau diterima dari siapa pun sebagai untuk melakukan sesuatu yang tidak wajar, tidak syah atau pelanggaran kepercayaan, dalam tindakan berbisnis. Tindakan suap merupakan upaya mempengaruhi untuk melakukan sesuatu yang tidak wajar dan tidak syah. Yang dimaksud dengan ‘tidak wajar’ dan ‘tidak syah’ adalah bilamana terjadi konversi dana atau barang yang diberikan menjadi kekuasaan untuk mengambil keputusan yang bersifat tidak adil dan tidak transparan. Walaupun suap merupakan suatu tindakan transaksi tetapi tidak dapat dianggap sebagai transaksi bisnis. Transaksi suap ditandai oleh keterlibatan paling tidak dua orang di mana paling sedikit salah seorang bertindak atas kewenangan mewakili perusahaan atau sebagai agen dari perusahaan. Bila agen dari perusahaan tidak melaporkan atau menyerahkan dana atau barang yang diterima dari pihak yang bertransaksi kepada prinsipal, maka yang bersangkutan melakukan tindakan yang tidak transparan, tidak wajar dan tidak syah. Perusahaan sebagai prinsipal dapat menganggap telah terjadi pelanggaran kepercayaan maupun wewenang. Baik pihak pemberi maupun pihak penerima suap terlibat dalam tindakan suap. Pihak pemberi dianggap berupaya mempengaruhi pihak penerima untuk melakukan tindakan tidak etis yaitu menyalah-gunakan wewenangnya. Pihak penerima melakukan tindakan tidak etis karena tidak memberikannya pada prinsipal dan diambil sebagai hak miliknya sendiri. Suap merupakan tindakan yang bukan saja tidak mengikuti kaidah etika bisnis tetapi juga memiliki implikasi hukum, khususnya bila suap dilakukan pada pegawai negeri atau pejabat negara sebagaimana tertuang dalam naskah Undang-undang 20/2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi. 2.6. Bisnis VS Suap Esensi bisnis adalah suatu transaksi barang atau jasa antara paling sedikit dua pihak. Kedua belah pihak melakukan negosiasi untuk menentukan dan mencapai kesepakatan nilai atas barang atau jasa yang diperjual-belikan. Dalam kondisi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lainnya atau ‘cetiris paribus’ maka proses negosiasi demikian dianggap murni proses transaksi bisnis. 7
  • 10. Proses transaksi murni bisnis di atas dapat menyimpang atau menjadi tidak murni lagi bila dalam proses transaksi yang berjalan, khususnya dalam pengambilan keputusan dan pencapaian kesepakatan, diwarnai oleh upaya mempengaruhi ataupun memperoleh manfaat yang tidak transparan dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan untuk kepentingan diri atau suatu kelompok. Tindakan demikian membawa dampak yang merugikan konsumen maupun kondisi ekonomi secara makro. Yang menanggung biaya untuk melakukan suap ini para konsumen sehingga pada akhirnya, kemampuan membeli konsumen berkurang. Bisnis dapat melakukan suap untuk memperoleh perlakukan istimewa atau khusus dalam berbagai proses berbisnis seperti percepatan perolehan izin, perolehan tender, pemasokan barang dan jasa, bahkan untuk memperoleh informasi dari dalam (‘inside information’) yang menyebabkan persaingan bisnis menjadi tidak sehat. 8
  • 11. Bab III Pembahasan 3.1. Definisi Masalah Bea dan Cukai adalah suatu lembaga pemerintah di bawah Departemen Keuangan yang mengurusi pungutan Bea dan Cukai yang dikenakan terhadap barang-barang yang keluarataupun masuk daerah pabean agar pelaksanaan, pengawasan, pelarangan dan pembatasan menjadi efektif dan terkoordinasi. Sebagai daerah kegiatan ekonomi maka sektor Bea dan Cukai merupakan suatu instansi dari pemerintah yang sangat menunjang dalam kelancaran arus lalu lintas ekspor dan impor barang di daerah pabean. Adapun tujuan pemerintah dalam mengadakan pengawasan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara; sebagai alat untuk melindungi produk-produk dalam negeri (proteksi); dan sebagai alat pengawasan agar tidak semua barang dapat keluar masuk dengan bebas di pasaran Indonesia atau daerah pabean (penyelundupan). Kasus suap dalam kepengurusan dokumen di kepabeanan Bea Cukai memang sudah berlangsung cukup lama dan bahkan sudah menjadi rahasia umum di kalangan pengusaha. Dengan menyediakan sejumlah ‘biaya siluman’, maka kepengurusan dokumen di kepabeanan Bea Cukai akan berjalan lebih cepat. Dua hasil survei memberi dukungan bahwa prosedur Bea dan Cukai di Indonesia punya masalah serius. Pertama, hasil survei dari World Economic Forum (2007) menunjukkan buruknya posisi Indonesia untuk isu ini. Kedua, hasil survei tahun 2005 dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) bekerja sama dengan Bank Dunia memperkirakan bahwa pungli yang harus dibayar pengusaha kepada aparat Bea dan Cukai mencapai 800 juta dollar AS atau Rp 7 triliun (pada kurs yang berlaku saat itu). Menurut laporan tersebut, nilai ini setara 2,3% dari total nilai impor Indonesia pada tahun 2004. Pengusaha menyebut setoran itu sebagai dana informal. Dibayar kadang-kadang atau rutin. Pada bulan September, LPEM UI kembali melakukan survei atas 589 perusahaan pengguna jasa kepelabuhan. Hasilnya menunjukkan bahwa pungli memang menjadi sedikit, tetapi berubah menjadi suap menyuap (Basuki, 2008). Survei ini juga menyatakan bahwa dari 589 perusahaan yang dijadikan responden, hanya 9
  • 12. 9% yang mengatakan tidak pernah membayar suap dalam kepengurusan dokumen kepabeanan pada pertengahan 2007. Padahal pada akhir 2005, ada 19% responden yang menyatakan tidak pernah membayar suap, hal ini berarti semakin banyak pengusaha yang melakukan praktik suap di kepabeanan Bea Cukai. Dari Annual Report KPK tahun 2007 pada bagian Monitor poin 3 mengenai Pengkajian Sistem Administrasi Impor di Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) menunjukkan adanya praktik suap di sistem tersebut, temuan KPK antara lain sebagai berikut: 1) Tindak pidana korupsi berupa pungutan liar yang terjadi di titik analyzing point, penerimaan dokumen, pengeluaran barang, dan penutupan manifest mencapai nilai Rp. 890.000.000 per bulan. 2) Tindak pidana korupsi dalam bentuk kolusi di titik pemeriksaan fisik, pemeriksaan dokumen, perbendaharaan, dan pengurusan dokumen di kawasan berikat mencapai nilai Rp. 12.795.000.000 per bulan. Nilai ini hanyalah perkiraan 30% dari jumlah transaksi, sehingga sebenarnya nilai kolusi jauh di atas 12 miliar rupiah per bulan. 3) Tidak dilakukannya evaluasi profil importir secara berkala yang mengakibatkan keakuratan database profil importir belum dapat dihandalkan sehingga pengawasan terhadap arus barang menjadi tidak efektif. 10
  • 13. 4) Importir dapat memilih pemeriksa fisik yang dikehendaki yang mengakibatkan kemungkinan kolusi dengan petugas. 5) Tidak adanya petunjuk teknis pemeriksaan dokumen sehingga memungkinkan terjadinya banyak penyimpangan. 6) Sulitnya pengawasan terhadap kawasan berikat yang lokasinya jauh dari Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) yang menimbulkan potensi penyelundupan. 3.2. Analisis Kasus Kasus suap merupakan salah satu bentuk dari korupsi, sesuai definisi dari M.H. McKee yang menyebutkan bahwa korupsi sebagai penyalah gunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Kasus suap dalam kepengurusan dokumen di kepabeanan Bea Cukai melibatkan dua pihak, yaitu pengusaha dan birokrat (pejabat pemerintah). Dimana kedua pihak dapat memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan tindakan ini: a) Pihak pengusaha untuk mempercepat kepengurusan dokumen memiliki kesempatan untuk memberikan sejumlah ‘biaya suap’ kepada pihak birokrat. Dalam hal ini tawaran untuk melakukan tindakan suap dilakukan oleh pihak pengusaha demi kepentingan pribadinya. b) Pihak birokrat mengharuskan pihak pengusaha untuk membayarkan sejumlah ‘biaya suap’ untuk pengurusan dokumen, dengan kemungkinan pihak birokrasi mengancam tidak akan mengurus dokumen yang diajukan oleh pihak pengusaha ataupun tawaran untuk menurunkan pajak barang. Dalam hal ini tawaran untuk melakukan tindakan suap dilakukan oleh pihak birokrat demi kepentingan pribadinya. Kasus suap dalam kepengurusan dokumen di kepabeanan Bea Cukai merupakan masalah sistemik dan korporasi. Masalah ini merupakan masalah sistemik dikarenakan tindakan ini mengundang pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem hukum dimana bisnis beroperasi, hal ini dikarenakan lemahnya sistem hukum di Indonesia sehingga terjadi pungutan liar dan suap di kepabeanan Bea Cukai yang merupakan suatu lembaga milik pemerintah. Masalah ini juga dapat dikategorikan sebagai masalah korporasi, hal ini terlihat dari adanya kebijakan dari pihak perusahaan sendiri untuk memberikan uang suap kepada pejabat Bea Cukai demi mempercepat kepengurusan dokumen. Adapun penyebab tindakan suap yang terjadi dapat dilihat dari beberapa faktor: (1) Segi hukum 11
  • 14. lemahnya penegakan hukum di Indonesia telah membuat lembaga pemerintah sekelas Bea Cukai dapat melakukan tindakan korupsi dalam aktivitasnya. (2) Segi budaya Dalam budaya birokrasi di Indonesia ketika kebanyakan pemerintahan masih menggunakan sistem kerajaan yang kemudian dimanfaatkan oleh penjajah Belanda, upeti merupakan salah satu bentuk tanda kesetiaan yang dapat dipahami sebagai simbiosis mutualisme. Dalam disertasi klasiknya yang berjudul The Making of A Bureaucratic Elite (1979), Heather Sutherland menggambarkan betapa sistem upeti yang telah berlangsung selama berabad-abad itu tetap menjadi pola transfer kekuasaan antara rakyat dan penguasa ketika para birokrat di Indonesia sudah harus bekerja dengan sistem administrasi modern. Pola patron-client di mana upeti merupakan alat tukar kekuasaan dianggap sebagai standar yang wajar diantara para birokrat modern atau pamong-praja di Indonesia. Terkait dengan faktor ke-dua yaitu dari segi budaya dan berdasarkan hasil survei LPEM UI yang menyebutkan bahwa hanya 9% pengusaha yang mengatakan tidak pernah membayar suap dalam kepengurusan dokumen kepabeanan pada pertengahan 2007, maka dari pihak pengusaha akan melakukan pembenaran mengenai tindakan suap yang dilakukannya. Hal ini mengenai ‘suatu tindakan yang dikerjakan oleh semua orang’. Ketika suatu tindakan itu dilakukan oleh semua orang, walaupun sesuatu itu salah, sebuah pertanyaan muncul apakah tindakan tersebut melanggar etika atau tidak. Hal ini dikarenakan etika merupakan konsepsi mengenai apa yang salah dan apa yang benar dan berkatian dengan fondasi dasar hubungan antar manusia. Dalam sebuah jurnal yang berjudul When Is “Everyone’s Doing It” a Moral Justification? yang ditulis oleh Ronald M. Green, disebutkan bahwa ada lima kondisi yang mengijinkan seseorang untuk melakukan tindakan yang jahat (harmful) tetapi dilakukan secara umum (prevalent). 12
  • 15. Conditions Permitting One to Engage In Harmful but Prevalent Behavior 1. Refraining from this behavior will unavoidaly cause you (or those you care for or for whom you are responsible) serious harm or loss 2. Your engaging in this behavior will not also cause significantly more harm or loss to others 3. Your engaging in this behavior will not lead others to engage in it ways that are equally or more harmful, and this would be true if your engaging in this behavior were to become public knowledge 4. Your refraining from this behavior will not lead others to refrain from it, and this would be true if your refraining from this behavior were to become public knowledge 5. Your refraining from this behavior will unavoidably lead others to engage in it in ways that are substatially more harmful than would have been the case had you choosen to engage in it yourself and this would be true if your refraining from this behavior were to become public knowledge Ronald menyebutkan bahwa jika salah satu dari empat kondisi pertama tidak terpenuhi, maka keputusan moral akan tindakan tersebut akan menjadi lebih kompleks. Apabila kita terapkan pada kasus suap di kepabeanan Bea Cukai di Indonesia: 1. Kondisi nomor satu tidak terpenuhi, hal ini dikarenakan apabila pengusaha tidak melakukan suap pun tidak akan menyebabkan kerugian yang signifikan 2. Kondisi nomor dua juga tidak terpenuhi, hal ini dikarenakan dengan melakukan suap maka ada dua pihak yang dirugikan, yang pertama adalah negara, adanya kebocoran penerimaan negara akibat tindakan ini. Yang ke-dua adalah konsumen, konsumen harus menanggung biaya suap yang dimasukkan dalam biaya produksi perusahaan, yang tercermin dalam jumlah harga yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk membeli produk perusahaan pelaku suap tersebut. 3. Kondisi nomor tiga juga tidak terpenuhi, hal ini dikarenakan dengan melakukan tindakan suap akan meningkatkan ketidak-pastian karena persaingan pasar menjadi tidak sehat. Keberhasilan bergantung pada kekuatan dan kesanggupan menyisihkan dana untuk suap, bukan peningkatan kualitas produk dan jasa, sehingga perusahaan lain akan mengikuti untuk melakukan tindakan suap demi mendapatkan keberhasilan usaha. 13
  • 16. Karena sudah ada tiga kondisi dari empat kondisi pertama yang tidak terpenuhi, maka tindakan suap bukanlah suatu tindakan yang diijinkan untuk dilakukan, walaupun semua orang melakukan tindakan tersebut. Adapun terkait dengan prinsip utilitarianisme, tindakan suap semestinya tidak dilakukan oleh pihak pengusaha. Hal ini dapat kita analisis dengan melakukan prinsip utilitarianisme untuk memastikan apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu, dalam hal ini apakah akan melakukan tindakan suap atau tidak, maka ada tiga hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu: (1) Menentukan tindakan-tindakan atau kebijakan alternatif: Dalam hal ini ada dua tindakan yaitu melakukan suap dan melakukan prosedur dari pihak pemerintah dalam kepengurusan dokumen di kepabeanan (2) Untuk setiap tindakan alternatif, ditentukan keuntungan dan biaya langsung dan tidak langsung yang akan diperoleh dari tindakan tersebut bagi semua orang yang dipengaruhi oleh tindakan itu di masa yang akan datang: Untuk tindakan suap, hal ini akan menguntungkan pihak perusahaan karena akan mempercepat proses pengurusan dokumen, dalam hal ini keuntungan berupa time value of money. Hanya saja hal ini akan merugikan negara karena bocornya pendapatan negara dan akan merugikan pihak konsumen yang harus menanggung ‘biaya suap’ yang dimasukkan ke dalam biaya produksi. Untuk tindakan melakukan prosedur dengan semestinya, hal ini kemungkinan akan merugikan pihak perusahaan sebab waktu yang dapat ‘dipangkas’ dengan melakukan suap dapat digunakan untuk aktivitas lain yang lebih memiliki value-added. Hanya saja kerugian ini bersifat semu, atau biasa disebut opportunity cost. Sehingga dalam hal ini tidak ada pihak yang diuntungkan atau pun dirugikan. (3) Alternatif yang memberikan utilitas paling besar wajib dipilih sebagai tindakan yang secara etis tepat: Dari analisis sebelumnya, maka tindakan suap tidak memberikan utilitas yang paling besar, dan cenderung menimbulkan biaya bagi pihak lain. Oleh karena itu tindakan suap secara etis tidak tepat untuk dilakukan. 14
  • 17. Bab IV Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Tindakan suap-menyuap dalam kegiatan bisnis merupakan salah satu masalah sistemik dalam prinsip etika bisnis, hal ini dikarenakan akan ada pihak-pihak yang dirugikan, antara lain: a. Efek suap yang utama adalah timbulnya ekonomi biaya tinggi dan berakibat makin tingginya tingkat harga barang dan jasa karena harus menutup biaya yang tidak langsung berkaitan dengan proses produksi barang dan jasa. Konsumen dirugikan. b. Suap meningkatkan ketidak-pastian karena persaingan pasar menjadi tidak sehat. Keberhasilan bergantung pada kekuatan dan kesanggupan menyisihkan dana untuk suap, bukan peningkatan kualitas produk dan jasa. 4.2. Saran Untuk mencegah terjadinya tindakan suap-menyuap dalam kegiatan bisnis perusahaan, perlu dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan preventif ini dilihat dari dua sisi pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Perusahaan (Pelaku Kegiatan Bisnis) yaitu dengan melakukan transformasi budaya perusahaan untuk menciptakan iklim etis (ethical climates) yang kondusif untuk menerapkan bisnis tanpa suap, menuntut perubahan pada empat komponen utama perusahaan yang saling terkait yaitu: (1) struktur, (2) sistem, (3) prosedur, dan (4) sumber daya manusia perusahaan, yaitu dengan cara menanamkan nilai-nilai dan norma budaya perusahaan yang mengharamkan: a) Penggunaan kekuatan uang atau barang untuk memperoleh perlakukan istimewa atau khusus b) Mengalahkan pesaing dengan cara-cara yang tidak sehat. Upaya perusahaan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak memberi nilai tambah dan membebani konsumen termasuk pula dalam upaya transformasi budaya. 15
  • 18. 2. Pemerintah (Regulator) a) Menerapkan sistem reward dan punishment. Misalnya A adalah pengusaha yang memiliki kesempatan melakukan penyuapan dan B adalah pejabat yang memiliki kesempatan untuk menerima suap. Ketika A melakukan penyuapan, jika B melaporkan A maka B akan mendapatkan reward (tentunya yang lebih besar dibandingkan nilai suap yang diberikan oleh A) dan A akan mendapatkan punishment atas perbuatannya. Sebaliknya jika B memaksa A untuk melakukan tindakan suap, jika A melaporkan B maka A akan mendapatkan reward dan B mendapatkan punishment atas perbuatannya. b) Menghukum dengan tegas kedua pihak yang terlibat tindakan suap-menyuap, bukan hanya pihak yang disuap tetapi juga menghukum pihak yang menyuap, misalnya dengan mencabut ijin ekspor/ impor untuk perusahaan yang melakukan tindakan penyuapan. 16
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Velasquez, Manuel G. Business Ethics; Concepts and Cases, 5th ed. (Pearsons, Prentice Hall; New Jersey, 2002) The Society for Business Ethics. Business Ethics Quarterly 9 (April 1999). Media Indonesia. Rabu, 26 September 2007. Halaman 1 Kolom 4-5. http://kumoro.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2008/03/budaya-upeti-suap-dan-birokrasi-publik.pdf http://www.ti.or.id/publikasi/bisnismelawansuap.pdf http://media.vivanews.com/documents/2008/10/13/240_Data%20Korupsi%20versi%20KPK%202007.pdf http://www.kadin-indonesia.or.id/enm/images/dokumen/KADIN-98-2928-16062008.pdf http://www.legalitas.org/ 17