2. Kelompok :
1. Anisa Tri Rahayu
2.Febria Ayu N.F
3.Kurnila Putri I.
4.Marina Krisna Dewi
3.
4. Cerpen
Cerpen merupakan salah satu genre
sastra selain novel, puisi , dan naskah drama.
Seperti halnya novel , cerpen dapat
dikategorikan sebagai karya prosa fiksi. Cerita
pendek sering disebut sebagai cerita rekaan
yang relatif pendek karena dapat selesai
dibaca dalam satu kali pembacaan. Dalam
penyajiannya , cerpen disusun secara cermat
dan hemat serta berfokus pada satu pokok
permasalahan.
5. Pada umumnya, unsur intrinsik
cerpen meliputi hal-hal berikut ini.
1.Tema
Tema adalah ide pokok sebuah
cerita yang dijadikannya sumber cerita
atau bahan utama cerita. Contoh : Tema
Kemiskinan
6. 2. Alur (Plot)
Alur (plot) merupakan pola pengembangan
cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat.
Dilihat dari segi keeratan hubungan antarperistiwa, plot
dibedakan menjadi dua, yaitu plot erat dan plot longgar.
Sebuah cerita memiliki plot erat apabila hubungan
antarperistiwa terjalin sangat padu dan padat sehingga
tak ada satu peristiwa pun yang dapat dihilangkan.
Sebaliknya, sebuah cerita memiliki plot longgar apabila
hubungan antarperistiwa terjalin kurang erat sehingga
ada bagian-bagian peristiwa yang dapat dihilangkan dan
penghilangan itu tidak akan mengganggu jalannya cerita.
7. Secara umum, alur terbagi ke dalam bagian-bagian
berikut :
a. Pengenalan situasi cerita (exposition)
Dalam bagian ini pengarang memperkenalkan
para tokoh, menata adegan, dan menjelaskan
hubungan antartokoh.
b. Pengungkapan peristiwa (complication)
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal
yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan,
ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
c. Menuju konflik (rising action)
Terjadi peningkatan perhatian, kegembiraan,
kehebohan, ataupun keterlibatan berbagi situasi
yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
8. d. Puncak Konflik (turning point)
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian
cerita yang paling besar dan mendebarkan. Pada bagian ini
pula ditentukan perubahan nasib beberapa tokoh. Misalnya,
apakah dia berhasil menyelesaikan masalahnya atau gagal.
e. Penyelesaian (ending)
Sebagai akhir cerita, bagian ini berisi penjelasan
tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami
peristiwa puncak itu. Ada pula cerpen yang penyelesaian
akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi pembaca. Jadi,
akhir ceritanya dibiarkan menggantung tanpa ada
penyelesaian .
9. Contoh Alur Cerpen :
1.Pengenalan situasi cerita
Semua orang, tua-muda, tahu dengan panggilan si Didin, dekil dan item. Tapi aku tak
mempermasalahkan hal itu, karena pada kenyataannya aku adalah anak kampung yang
dekil dan item. Siti Kakaku satu-satunya, yang sekarang duduk dibangku sekolah dasar kelas
6 SD. Kami tinggal di daerah terpencil dalam pedesaan. dan kami terlahir tidak jauh
berbeda sehingga kami dilahirkan dengan jarak yang sangat dekat, sekarang aku kelas 5 SD.
2. Pengungkapan peristiwa
Hanya saja, setiap kali berangkat sekolah di tahun ini tidak sama. Terkadang aku
berangkat sekolah pada pagi hari, terkadang pula siang hari. Begitu pun Kakaku Siti.
Sekolahku yang membuat kami jadi bergonta-ganti jadwal masuk, karena sekolahku sedang
mengalami renovasi akibat badai topan dimalam hari. Namun akan ku ukir semua
perjalanan ini menjadi perjuanganku dimasa mudaku.
“Ayo..bangun sit, ini sudah siang. Mau berangkat jam berapa kamu?” Ujar Ibu sambil
membereskan baju yang akan dikenakan Kak Siti.
Sementara aku, sedang mengupas Kelapa, untuk membuat serabi yang akan Ibu jual. “Din,
jangan lupa juga parutkan Kelapanya ya!.” “Iya.. Bu.” Jawab Didin.
Waktu menandakan pukul dua belas. “Kak siti belum juga pulang.” Masalah besar
untukku. Setiap ingin berangkat sekolah, kami selalu tukar baju “di warung mang Sayuti.”
Seragam lusuh satu-satunya yang kami punya. Dan kami tak mau ketinggalan untuk sekolah.
“Aku, berlari tergesa-gesa sambil menenteng sepatu.” “Aduhh,, Kak Siti di mana nih?. Ujar
Didin dalam hati sambil menatap arah jalan yang biasa dilewati Kak Siti.
10. 3.Menuju Konflik
Tiba-tiba Siti datang dengan baju yang basah dan kotor dari arah yang biasa ia
lewati.“Kakak...??”“Didin.. maaf, Kakak telat.” Ujar Siti sambil melepaskan bajunya.“Kok Kakak lama
sekali pulangnya?”“Ya.. Kakak minta maaf, Kakak tadi ada jam tambahan.” “Din, hari ini, kamu tidak
usah sekolah ya?”“Kenapa Kak?” Tanya Didin, sambil menunjukan muka yang amat
kebingungan.“Soalnya.. bajunya kena air kotor tadi.” jawab Siti. “Tadi teman Kakak ada yang jail,
akhirnya kena baju ini.” Siti menjelaskan kembali.Baju yang biasa dipakai Didin dan Siti hanya satusatunya yang kami punya. Kami tak mau menyusahkan ibu dengan penuh beban. Makanya kami selalu
bergantian mengenakan seragam lusuh ini.
“Tidak!, aku mau tetap sekolah Kak.” Jawab Didin tegas sambil menunjukan mukanya yang sedikit
sedih.
“Tapi, baju ini kotor Din.” Nanti kamu dimarahin sama Bu Musri.!
4.Puncak Konflik
“Didin.. kenapa kamu telat lagi? Dan kenapa baju kamu kotor seperti itu?” tanya Bu
Mus.“Mm.. maa.. maaf Bu, tadi Didin jatuh dan kepleset di jalan sana.” Jawab Didin, dengan wajah
yang amat ketakutan.
Aku sengaja berbohong, karena aku tak mau orang lain tahu dengan baju yang selama ini
aku pakai. Biarkan ini menjadi rahasia aku dan Kak Siti. Aku juga sengaja berbohong pada Bu Mus.
Agar Bu Mus mau percaya padaku dan tidak lagi mengeluarkan aku dari ruang kelas, karena ulahku
yang hampir setiap hari membuat Bu Mus kesal melihatnya. Perjuangan kami untuk terus sekolah
begitu semangat. Hingga aku ingin melanjutkan di perguruan tinggi setelah aku tamat sekolah.
Sekolah SMP dan SMA sudah kulewati, hanya Kak Siti yang tamat hingga SMP saja. Kami
sebenarnya mendapatkan beasiswa akan tetapi Kak Siti memilih untuk mengurus Ibu dirumah karena
umur Ibu sudah tidak muda lagi.
“Bu aku ingin masuk ke perguruan tinggi!.” Ujar Didin.
“Memangnya kamu dapat uang dari mana Din?.” “Biaya kuliah itu mahal lho Din.. kamu
mampu membayarnya?” Tiba-tiba Siti mencela.
Iya nak.. “Ibu sudah tidak mungkin untuk membiayai kalian sekolah.” “Ibu tak punya apa-apa lagi nak.”
Jawab Ibu.“Tapi Bu, Didin ingin tetap kuliah, karena Didin mau meneruskan cita-cita Didin bu!.” Tegas
Didin kembali.
11. 5.Penyelesaian
Ya sudah.. “kamu boleh saja kuliah.” “Dan kejar cita-citamu itu.
tapi ingat.!! jangan kamu menyusahkan Ibu!.” Siti ketus menjelaskan.
“Kakak dan Ibu tenang saja, Didin tidak akan menyusahkan kalian.”
“Bu, Didin mohon maaf kalau selama ini, Didin terlalu banyak menyusahkan Ibu.” “Dan
sekarang Didin akan pergi dari rumah ini.” “Aku akan pergi ke Serang untuk kuliah di Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa Bu.” “Aku mendapatkan Beasiswa di sana”.“Memangnya kamu siap pergi
kesana?” tanya Siti kembali.“Insya Allah Kak.. aku siap untuk kuliah di sana!.” Ujar Didin dengan
tegas dan penuh keyakinan.
Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba untuk Didin pergi ke Serang, barang-barang dan baju
yang ia butuhkan sudah dikemas rapi di dalam kopor. Setelah shalat subuh Didin berangkat ke
stasiun menunggu kereta api. Namun sebelum itu, Didin menemui kak Siti dan Ibunya untuk
pamitan.
“Ibu, Kak Siti, Didin sekarang mau pergi ke Serang.” “Aku mohon Bu.” “Izinkan Didin untuk
melangkahkan kaki ini, untuk mengejar apa yang Didin cita-citakan.” Didin meminta izin kepada
Ibu dan kakaknya sambil meneteskan air matanya yang membanjiri kedua pipinya.
“Baiklah anakku.. Ibu izinkan kamu pergi ke sana.” “Kejarlah cita-citamu nak.” “Semoga
engkau menjadi penerus bangsa yang jujur dan bijaksana.”
“Terimakasih Ibu.. Didin akan selalu ingat dengan kata-kata Ibu.” “Didin hanya minta satu hal
sama Ibu, Do’akan Didin Bu.”
“Agar aku bisa mewujudkan cita-citaku, untuk menjadi orang yang bisa menolong rakyat
kita dari kemiskinan ini.”.Didin senang karena tak disangka ia telah mendapat restu dari Ibunya.
Didin selalu menghormati keputusan yang diucapkan sang Ibu. Didin selalu menganggap Ibu
adalah berlian permata yang dimiliki sepanjang hidupnya.
12. Meskipun demikian, kelima unsur alur itu tidak
selamanya hadir dalam sebuah cerpen. Mengingat
rentang dan jumlah peristiwa di dalamnya terbatas,
biasanya, unsur-unsur yang hadir itu hanya 2-3 saja,
misalnya unsur pengungkapan peristiwa (2), menuju
konflik (3), dan puncak konflik (4).
Berdasarkan akhir cerita, plot dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu:
a.Plot ledakan (cerita berakhir mengejutkan)
b.Plot lembut (cerita berakhir sebagai bisikan atau
tidak mengejutkan)
c. Plot lembut-meledak (campuran)
13. Berdasarkan rangkaian peristiwanya, plot dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu:
a. Plot maju (linier)
b. Plot mundur (flashback)
c. Plot gabungan.
Menurut sifatnya, plot dibedakan menjadi tiga:
a. Plot terbuka , akhir cerita merangsang pembaca
untuk mengembangkan jalan cerita.
b. Plot tertutup, akhir cerita tidak merangsang
pembaca untuk meneruskan jalan cerita.
c. Plot campuran, terbuka dan tertutup, kita dapat
memilih atau menggunakan salah satu jenis
plot/alur dalam cerpen yang kita buat.
14. 3. Tokoh
Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa
atau berkelakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.
Tokoh dibedakan menjadi empat, yaitu tokoh utama
(protagonis), tokoh yang berlawanan dengan pemeran utama
(antagonis), tokoh pelerai (tritagonis) dan tokoh bawahan.
a.Tokoh utama (protagonis) adalah tokoh yang memegang
peran utama dalam cerita, tokoh utama terlibat dalam semua
bagian cerita, ia bersifat sentral.
b. Tokoh yang karakteristiknya berlawanan dengan tokoh
utama disebut tokoh antagonis tokoh ini berperan untuk
mempertajam masalah dan membuat dalam cerita menjadi
lebih hidup dan menarik.
15. c. Tokoh tritagonis adalah tokoh yang tidak
memegang peran utama dalam cerita. Tokoh
tritagonis biasanya tidak terlibat dalam sebuah
bagian cerita.Keberadaanya berperan sebagai
penghubung antara tokoh protagonis dan
antagonis.
d. Tokoh bawahan disebut juga figuran yang
tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi
kehadirannya sangat diperlukan untuk
mendukung tokoh utama.
16. Contoh tokoh dalam cerpen :
1.Didin / aku termasuk tokok utama
Hal ini terbukti pada kalimat :“Semua orang, tua-muda,
tahu dengan panggilan si Didin, dekil dan item. Tapi aku tak
mempermasalahkan hal itu, karena pada kenyataannya aku
adalah anak kampung yang dekil dan item’’.
2.Siti / kakak Didin termasuk tokoh bawahan
Hal ini terbukti pada kalimat : “Siti Kakaku satu-satunya,
yang sekarang duduk dibangku sekolah dasar kelas 6 SD”.
3.Ibu Didin termasuk tokoh pelengkap
Hal ini terbukti pada kalimat : “Ayo..bangun sit, ini sudah
siang. Mau berangkat jam berapa kamu?” Ujar Ibu sambil
membereskan baju yang akan dikenakan Kak Siti.
17. 4.Penokohan atau perwatakan
Penokohan atau perwatakan adalah pelukisan
tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya
termasuk keyakinannya, pandangan hidupnya, adat
istiadatnya, dan sebagainya. Penokohan merupakan
unsur cerita yang sangat penting karena cerita
menjadi lebih nyata dalam angan pembaca.
Ada tiga macam cara untuk melukiskan atau
menggambarkan watak para tokoh dalam cerita.
a. Cara analitik, pengarang menceritakan atau
menjelaskan watak tokoh cerita secara langsung.
18. b. Cara dramatik, pengarang tidak secara langsung
menceritakan watak tokoh seperti pada cara analitik,
melainkan menggambarkan watak tokoh dengan cara:
1. Melukiskan tempat atau lingkungan sang tokoh.
2. Menampilkan dialog antartokoh dari dialog-dialog
itu akan tampak watak tokoh pada cerita.
3. Menceritakan tingkah laku, perbuatan, atau reaksi
tokoh terhadap suatu peristiwa.
c. Cara gabungan , analitik dan dramatik pengarang
menggunakan kedua cara tersebut diatas secara
bersamaan dengan anggapan bahwa keduanya
bersifat saling melengkapi.
19. Contoh Penokohan dalam cerpen :
1.Didin : 1. Disiplin yang terbukti pada kalimat :
Baju yang biasa dipakai Didin dan Siti hanya satu-satunya yang kami punya.
Kami tak mau menyusahkan ibu dengan penuh beban. Makanya kami selalu bergantian
mengenakan seragam lusuh ini.
“Tidak!, aku mau tetap sekolah Kak.” Jawab Didin tegas sambil menunjukan
mukanya yang sedikit sedih.
2. Tidak mudah putus asa yang terbukti pada kalimat:
“Bu aku ingin masuk ke perguruan tinggi!.” Ujar Didin.“Memangnya kamu
dapat uang dari mana Din?.” “Biaya kuliah itu mahal lho Din.. kamu mampu
membayarnya?” Tiba-tiba Siti mencela.Iya nak.. “Ibu sudah tidak mungkin untuk
membiayai kalian sekolah.” “Ibu tak punya apa-apa lagi nak.” Jawab Ibu.
“Tapi Bu, Didin ingin tetap kuliah, karena Didin mau meneruskan cita-cita
Didin bu!.” Tegas Didin kembali.
2.Siti / Kakak Didin : 1. Pengertian terbukti pada kalimat :
Sekolah SMP dan SMA sudah kulewati, hanya Kak Siti yang
tamat hingga SMP saja. Kami sebenarnya mendapatkan beasiswa akan tetapi Kak Siti
memilih untuk mengurus Ibu dirumah karena umur Ibu sudah tidak muda lagi.
3.Ibu : 1. Suka menolong terbukti pada kalimat :
Belum lagi para tetangga yang mengutang serabi Ibu. Ibu tak kuasa menolak,
karena Ibu sangat kasihan melihat tetangganya yang harus kelaparan karena tidak
punya uang untuk membeli makanan.
20. 5. Latar
Latar atau setting merupakan penggambaran
mengenai waktu, tempat, dan suasana terjadinya
peristiwa-peristiwa dalam cerita. Latar berfungsi
untuk memperkuat atau mempertegas keyakinan
pembaca terhadap jalannya cerita ataupun karakter
tokohnya. Dengan demikian, apabila pembaca sudah
menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar
adanya, ia pun cenderung lebih siap dalam menerima
karakter tokoh apapun kejadian-kejadian dalam cerita
itu.
21. Latar dibedakan menjadi tiga, yaitu latar waktu,
latar tempat, latar suasana.
a. Latar Tempat adalah lokasi atau bangunan
fisik lain yang menjadi tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa dalam cerita.
b. Latar Waktu adalah waktu (masa) tertentu
ketika peristiwa dalam cerita itu terjadi.
c. Latar Suasana adalah salah satu unsur
intrinsik yang berkaitan dengan keadaan
psikologis yang timbul dengan sendirinya
bersamaan dengan jalan cerita.
22. Contoh Latar dalam cerpen adalah :
Latar Tempat :1. Sekolah yang terbukti pada kalimat :
Setiba disekolah, Didin hatinya ternganga
karena berlari-lari yang mengejar waktu.
2. Di rumah yang terbukti pada kalimat :
“Ayo..bangun sit, ini sudah siang. Mau
berangkat jam berapa kamu?” Ujar Ibu sambil
membereskan baju yang akan dikenakan Kak Siti.
Latar Waktu : 1.Siang hari yang terbukti pada kalimat :
“Ayo..bangun sit, ini sudah siang. Mau
berangkat jam berapa kamu?” Ujar Ibu .
Latar Waktu : 1.Mengharukan yang terbukti pada kalimat:
Di sana mereka dapati tubuh Tanggul yang berotot,
tergeletak di atas pematang. Seluruh tubuhnya penuh luka bekas gigi,
sedangkan tanah di bawah tubuhnya merah diresapi darah. Anaknya
yang sulung mendekati tubuh ayahnya itu. Ia pun tahulah, seperti
orang lain juga mengetahuinya... sebelum sampai di rumah sakit
kota, napasnya telah tiada .
23. Ada empat cara pengarang menempatkan dirinya dalam
sebuah cerita, yaitu :
1. Sudut pandang orang pertama
Dalam hal ini pengarang bertindak sebagai tokoh utama.
Pengarang menyebut dirinya dengan kata Aku atau Saya.
Contoh :“Semua orang, tua-muda, tahu dengan panggilan si Didin,
dekil dan item. Tapi aku tak mempermasalahkan hal itu, karena pada
kenyataannya aku adalah anak kampung yang dekil dan item.”
2. Sudut pandang orang ketiga
Dalam hal ini pengarang menempatkan dirinya sebagai
pengamat yang serba tahu terhadap perilaku tokoh-tokoh
dalam cerita tersebut. Pengarang menyebut pelakunya
dengan kata Ia, Dia, mereka atau nama-nama lain.
Contoh : “Sudah sering ia terlambat karena menunggu Kak Siti yang
belum juga pulang.”
24. yang terjadi, seolah-olah pembaca menonton sandiwara.
Contoh :
“Belum lagi para tetangga yang mengutang serabi Ibu.
Ibu tak kuasa menolak, karena Ibu sangat kasihan melihat
tetangganya yang harus kelaparan karena tidak punya uang
untuk membeli makanan.”
4.Sudut pandang serba tahu
Dalam hal ini pengarang seolah-olah mengetahui
seluk beluk isi cerita yang disajikan.
Contoh :
“Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba untuk Didin pergi
ke Serang, barang-barang dan baju yang ia butuhkan sudah
dikemas rapi di dalam kopor. Setelah shalat subuh Didin
berangkat ke stasiun menunggu kereta api. Namun sebelum
itu, Didin menemui kak Siti dan Ibunya untuk pamitan.”
25. 7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah bahasa indah yang
digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan
memperkenalkan serta membandingkan suatu benda
atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang
lebih umum (Tarigan, 2009:4). Sedangkan menurut
Slamet Muljana gaya bahasa adalah susunan
perkataan yang terjadi karena perasaan yang timbul
atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan
suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca. Gaya
bahasa disebut pula majas.
26. Gaya bahasa tersebut akan dibagi menjadi gaya bahasa perbandingan,
pertentangan, sindiran, dan penegasan.
Majas Perbandingan
Hiperbola : Gaya bahasa melebih-lebihkan sesuatu.
Metafora : Melukiskan secara langsung keadaan sesuatu dengan gambaran yang
dianggap sama.
Personifikasi :Menggambarkan benda mati seakan-akan hidup/berkelakuan seperti
hidup.
Eufemisme: Menghaluskan arti sebenarnya
Sinekdoke terdiri dari dua majas :
Pars Prototo : Memaksudkan keseluruhan tetapi digambarkan cuma sebagian.
Totem Proparte : Majas ini kebalikan Pars Prototo, memaksudkan sebagian tetapi
digambarkan secara keseluruhan.
Metonimia : Meggambarkan sesuatu dengan merek dagang tertentu.
Alusio : Menggambarkan keadaan dengan peribahasa.
Alegori : Membandingkan sesuatu dengan gambaran yang utuh (dianggap sebanding).
Asosiasi : Mencari perbandingan suatu keadaan dengan keadaan yang lain.
Majas Pertentangan
Paradoks : Menggambarkan sesuatu yang seakan-akan mempunyai arti yang
berkebalikan.
Antitesis : Mengungkapkan sesuatu yang berlawanan arti.
27. Kontradiksi interminus : Menggambarkan pertentangan dengan penjelasan secara
keseluruhan/Menyangkal pernyatan terdahulu.
Majas Sindiran
Ironi : Menyatakan keadaan sebaliknya untuk menyindir.
Sinisme : Menyindir lebih kasar dari Ironi.
Sarkasme : Menyindir dengan kasar sekali (lebih kasar dari sinisme).
Majas Penegasan
Repetisi : Pengulangan kata-kata tertentu.
Pleonasme : Melebihkan suatu kata meskipun sebenarnya tidak perlu.
Retorik : Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.
Paralelisme : Melukiskan suatu keadaan dengan perulangan
kata-kata.
Klimaks : Melukiskan keadaan secara berurutan sampai pada puncaknya.
Antiklimaks : Kebalikan dari klimaks. Melukiskan keadaan dari puncak kejadian sampai
awalnya.
Asidenton : Menyebutkan beberapa benda atau sesuatu hal tanpa tanda hubung.
Polisidenton : Menyebutkan beberapa benda atau sesuatu hal dengan tanda hubung.
Tautologi : Menyebut sinonim dari suatu kata untuk mempertegas arti.
28. 8.Amanat
Amanat adalah Pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui cerita yang disajikan.
Contoh : Jangan pernah menyerah dalam hidup ini.
Selain itu, cerpen mengandung nilai-nilai
kehidupan yang dapat diambil dari peran masingmasing tokoh dalam isi cerpen tersebut.
Nilai nilai dalam cerpen merupakan realisasi dari
fungsi cerpen sebagai media pendidikan bagi
pembaca. jadi selain sebagai penghibur cerpen juga
berfungsi untuk mengajari pembaca akan nilai nilai
kehidupan.
29. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen,antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut.
1.Nilai moral
yaitu Nilai yang berkaitan dengan akhlak/budi pekerti/susila atau
baik buruk tingklah laku.
2.Nilai sosial/kemasyarakatan
yaitu Nilai yang berkaitan dengan norma yang berada di dalam
masyarakat.
3.Nilai religius/keagamaan
yaitu Nilai yang berkaitan dengan tuntutan beragama.
4.Nilai pendidikan/edukasi
yaitu Nilai yang berkaitan dengan pengubahan tingkah laku dari
buruk ke baik.
5.Nilai estetis/keindahan
yaitu Nilai yang berkaitan dengan hal-hal yang menarik atau
menyenangkan.
6.Nilai etika
yaitu Nilai yang berkaitan dengan sopan santun dalam kehidupan.