Asuhan keperawatan pada pasien dengan demam tifoid
1.
2. Demam tifoid mpkn penyakit infeksi akut usus.
Biasa disebut tifoid fever, enteric
fever, typus abdominalis.
Thypoid abdominalis ad. Penyakit infeksi akut
yg biasanya mengenai saluran pencernaan dg
gejala demam > 7 hari, gg pd pencernaan &
gg kesadaran. ( Arief, Mansjoer, 2000).
3. Tifus abdominalis/demam
tifoid disebabkan o/
bakteri Salmonella Typhi
yg secara morfologi
identik dg Eschericia coli.
Penularan Salmonella Typhi
dapat ditularkan melalui
berbagai cara, yang
dikenal dg 5F yaitu:
1. Food (makanan)
2. Fingers (jari
tangan/kuku)
3. Fomitus (muntah)
4. Fly (lalat)
5. Feces
4. Kuman masuk mll mulut masuk ke usus halus
jaringan limfoid & berkembang biak menyerang vili
usus halus masuk ke peredaran darah (bakterimia
primer) sel2 retikulo endoteleal hati limfa dan
organ2 lainnya.
Proses ini tjd selama masa tunas dan akan berakhir saat
sel2 retikulo endoteleal melepaskan kuman ke dlm
peredaran darah & menimbulkan bakterimia u/ kedua
kalinya.
5. Mggu pertama
sakit, terjadi hyperplasia
plaks player. Terjadi pd
kelenjar limfoid usus
halus.
Mgg ke2 tjd nekrosis. Mggu
ke 3 terjadi ulserasi.
Mggu ke 4 terjadi
penyembuhan.
Dalam hal ini ulkus dpt
menyebabkan
perdarahan, bahkan
sampai ferporasi usus.
Selain itu, kelenjar2
mesenstial dan limfa
membesar.
6. - Masa tunas berlangsung 10-14 hari
- Minggu pertama peny.keluhan & gejala serupa dg peny.infeksi
akut pd umumnya yaitu:
a. Demam
b. Nyeri kepala
c. Pusing
d. Nyeri otot
e. Anoreksia
f. Mual/muntah
g. Gg pada saluran pencernaan
h. Gg kesadaran
- Minggu ke 2 berupa demam, bradikardi, lidah yg khas (kotor
ditengah, tepi, ujung merah dan tremor).
- Gg kesadaran: somnolen, stupor, delirium, koma.
- Splenomegali
- Hepatomegali.
7. Sampai saat ini ada trilogy penatalaksanaan tifoid yaitu:
1. Pemberian antibiotik u/ menghentikan & memusnahkan
penyebaran kuman, antaralain:
Kloramfenikol, Ampicillin/Amoxcicilin, Kotrimoksazol, Sef
alosforin,
2. Istirahat & perawatan profesional bertujuan mencegah
komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Ps harus
tirah baring absolute- minimal 7 hari bebas panas.
Mobilisasi bertahap sesuai kemampuan klien
3. Diet & makanan hrus mengandung cukup cairan, kalori
dan tinggi protein. Rendah serat, tidak merangsang dan
tdk menimbulkan gas, susu 2 gelas/hari, bila kesadaran
menurun berikan makanan mll sonde lambung.
8. 1. Pemeriksaan darah tepi :
leukopenia, limfositosis, aneosifilia, anemia, trombos
itopenia.
2. Pemeriksaan sumsum tulang
3. Biakan empedu: terdapat basil Salmonella Typhosa pd
urin dan tinja.
4. Pemeriksaan Widal: didapatkan titer antigen O ad
1/200 atau lebih, sdgkn titer terhadap antigen H
wlpn tinggi akan tetapi tdk bermakna u/ menegakkan
Dx karena titer H dapat tetap tinggi stlah dilakukan
imunisasi/bila penderita telah lam sembuh.
9. 1. Pengkajian:
a. Pengumpulan data meliputi: identitas klien, Keluhan
utama, Riwayat penyakit sekarang, Riwayat
peny.dahulu, riw peny. Keluarga, pola2 fungsi kesehatan
yaitu pola nutrisi dan metabolisme serta pola
eliminasi, aktivitas dan latihan, istirahat dan
tidur, sensori dan kognitif, pola hubungan dan
peran, penanggulangan stress, serta persepsi dan konsep
diri.
b. Pemeriksaan fisik meliputi:
- KU
- Tingkat kesadaran
- S. respirasi
- S. kardiovaskuler
- S. integumen
10. 1. Hipertermi b.dproses infeksi
2. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan, istirahat total
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d
intake makanan yg tidak adekuat
11. Diagnosa I : Hypertermi b.d proses infeksi
Tujuan Kep : Setelah dilakukan tindakan Kep.
Selama …x24 jam. Pasien menunjukkan suhu dalam
batas normal.
Kriteria hasil : Suhu tubuh stabil 36-37 derajat C
INTERVENSI
1. Pantau suhu klien (derajat dan pola), perhatikan
menggigil/diaforsis
2. Pantau suhu lingk, batasi/tambahkan linen tempat
tidur sesuai indikasi.
12. 3. Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alkohol
4. Berikan minum sesuai kebutuhan
5. Kolaborasi u/ pemberian antipiretik
6. Anjurkan menggunakan pakaian tipis menyerap
keringat
Diagnosa II : Nyeri akut b.d agen injuri fisik
Tujuan Kep : Setelah dilakukan tindkan Kep.
Selama ….x24 jam, tingkat kenyamanan klien
meningkat.
Kriteria hasil : klien melaporkan nyeri berkurang dg
skala 2-3. ekspresi wajah tenang.
13. Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas dan
faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik u/ mengetahui
pengalaman nyeri klien sebelumnya
4. Ajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi, distraksi
dll) u/ mengatasi nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik u/ mengurangi nyeri
14. Diagnosa III : Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
Tujuan Kep : setelah dilakukan tindakan Kep, selama
…x24 jam. Diharapkan klien dapat melakukan aktivitas
kembali.
Kriteria hasil :
1.Klien mampu melakukan aktivitas
2. Tidak terjadi penurunan kekuatan otot
3. Tidak merasa lemah
15. Intervensi
1. Kaji kemampuan klien untuk melakukan aktivitas
2. Awasi TD, Nadi, pernafasan selama dan sesudah
aktivitas
3. Berikan lingkungan yang tenang dan pertahankan
tirah baring
4. Berikan bantuan dalam aktivitas
5. Berikan aktivitas hiburan seperti menonton TV
16. Diagnosa IV : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Tujuan Kep : setelah dilakukan tindakan Kep, selama
…x24 jam. Diharapkan klien dapat menunjukkan status
nutrisi yg adekuat dg KH:
1. BB stabil
2. Tingkat energi adekuat
3. Masukan nutrisi adekuat
17. Intervensi :
1. Kaji pola makan klien
2. Kaji makanan yang disukai klien
3. Anjurkan klien u/ meningkatkan asupan nutrisinya
4. Monitor BB jika memungkinkan
5. Monitor adanya mual/muntah
6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
8. Kolaborasi dg tim gizi u/ menyediakan nutrisi terpilih
sesuai dg kebutuhan klien.