contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
1. Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen
“Kolaborasi” di Bunaken
Oleh:
Dr. Ir. Markus T. Lasut, M.Sc
(Dosen Fak. Perikanan & Ilmu Kelautan UNSRAT; Pemerhati Bunaken)
Walaupun perairan kawasan Taman Nasional Bunaken (TNB) membentang di tiga
wilayah pemerintahan (yaitu Kab. Minahsa Utara di bagian Utara, Kota Manado di
bagian Tengah, Kab. Minahasa Selatan di bagian Selatan), namun kawasan tersebut
memiliki satu-kesatuan ekologi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
Contohnya, siapa yang menyangka kalau eksistensi terumbu karang yang ada di
Pulau Bunaken berhubungan sangat erat dengan keberadaan mangrove yang ada di
daerah Wori di mana unsur hara yang berlimpah berasal dari kawasan ini? Siapa
yang menyangka kalau perairan di Pulau Nain yang sangat baik untuk budidaya
rumput laut itu dikarenakan suplai air laut dalam yang bersih dari P. Bunaken? Siapa
yang menyangka kalau kesuburan perairan Teluk Manado dan sekitarnya adalah
berkat suplai unsur hara dari daerah bagian selatan (TNB bagian selatan) atau
sebaliknya? Dan banyak hal-hal alamiah lainnya yang tidak pernah kita sangka
(belum kita mengerti). Semua bagian ini telah membentuk suatu sistem ekologi
(ekosistem) alamiah, di mana apabila satu bagian kecil dari sistem tersebut terganggu
maka keseluruhan sistem tersebut akan terganggu pula. Itulah sebabnya kawasan
tersebut dijadikan sebagai suatu ’kawasan taman laut’ yang kemudian dinamakan
Taman Nasional Bunaken.
Kesatuan ekologi tersebut menjadi salah satu pertimbangan bagi semua pihak
(stakeholder) untuk ber-’komitmen’ mengadakan ‘kolaborasi’ dalam
suatu ’pengelolaan’ (menjaga, memelihara, mencari keuntungan) di TNB; maka
terbentuklah apa yang dinamakan ’Sistem Pengelolaan Bersama’ (colaborative
management/co-management) yang telah berjalan dengan baik sejak beberapa tahun
yang lalu dan pelaksanaannya dilakukan oleh Dewan Pengelola TNB (DPTNB).
Belakangan sistem ini menjadi contoh untuk dikembangkan, bukan hanya di
Indonesia saja, tetapi juga di kawasan ASEAN. Perlu digaris bawahi
bahwa ’kolaborasi’ dalam sistem tersebut adalah suatu ’komitmen’ bersama dari
berbagai pemangku kepentingan/stakeholder (yaitu: pemerintah kabupaten dan kota,
swasta, dan masyarakat) dalam upaya mengelola anugrah ciptaan Tuhan demi
kesejahteraan masyarakat di bumi nyiur melambai, untuk saat ini dan untuk generasi
mendatang.
Tentu dengan mudah bisa dibayangkan bagaimana jadinya jikalau komitmen
‘kolaborasi’ (pengelolaan bersama) TNB yang ada tersebut ‘hancur’? Bagaimana
jadinya jikalau pengelolaan perairan kawasan TNB dikelola sendiri-
sendiri? ’Kasihan Bunaken’ akan kita katakan apabila hal itu terjadi. Karena, bisa
saja kegiatan ‘kontra-produktif’ akan dikembangkan di kawasan itu. Misalnya,
pemerintah yang satu berkeinginan mengembangkan kawasan TNB yang ada di
wilayahnya untuk kegiatan pelabuhan, sementara pemerintah lainnya berkeinginan
mengembangkan kawasan TNB yang ada di wilayahnya untuk kegiatan diving dan
1
2. budidaya rumput laut, dan atau lainnya. Jelas bahwa kegiatan tersebut akan saling
bertolak-belakang (kontra-produktif). Karena, pada hakekatnya kawasan TNB seperti
yang dijelaskan di atas mempunyai kesatuan secara ekologis. Pemisalan tersebut bisa
saja terjadi karena institusi tersebut mempunyai kewenangan dalam pengelolaan
sumberdaya alam yang ada di wilayahnya masing-masing.
Dengan ’sistem pengelolaan bersama’, tentunya berbagai pihak telah
merasakan keuntungannya, baik secara langsung ataupun tidak. Mungkin keuntungan
yang diperoleh masih dirasakan kecil/sedikit, bahkan tidak secara langsung.
Bukankah ”sedikit-demi-sedikit lama-lama jadi bukit” atau ’multiplier effect’ pasti
saja terjadi. Selain itu, mencari, menggali, menciptakan, dan meningkatkan
keuntungan yang LEBIH dari TNB dengan TANPA MERUSAK
KOMITMEN ’KOLABORASI’, adalah merupakan suatu ’Tantangan’
(challange), ’Kreativitas’, ’Art’. Oleh karena itu, bagi orang-perorang dan/ataupun
kelompok yang mampu melakukan hal tersebut maka dapat dikatakan orang dan/atau
kelompok tersebut adalah ’Hebat’, ’Kreatif’, bahkan ’Brillian’ (seperti halnya ide
untuk membentuk DPTNB itu sendiri). Mampukah kita melakukan hal-hal
yang ’BUKAN SEBALIKNYA’? Marilah kita ’menciptakan’ keuntungan lebih dari
Taman Nasional Bunaken tanpa ’merusak’ komitmen yang telah tercipta@
2