SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 6
Descargar para leer sin conexión
STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA
  TOMOHON MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN
                                          Oleh:
                              Dr. Ir. Markus T. Lasut, M.Sc
                    (Dosen Fak. Perikanan & Ilmu Kelautan, UNSRAT)


                                      PENDAHULUAN
Menghadapi peningkatan penduduk yang cepat dan kebutuhan akan kesejahteraan hidup
dengan standar (mutu) kehidupan yang lebih baik maka pembangunan terus ditingkatkan di
segala bidang, dan hal ini sedang dilakukan di semua daerah di negara ini. Pembangunan
tersebut tentunya bertujuan antara lain untuk melepaskan masyarakat dari kemiskinan dan
memberikan harapan yang lebih baik di masa yang akan datang, dan sekaligus dapat
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Namun tidak jarang terjadi,
pembangunan justru sebagai pemicu bagi timbulnya permasalahan yang baru sehingga tujuan
yang hendak dicapai semakin jauh dari yang diinginkan. Salah satu permasalahan yang sering
muncul seiring dengan peningkatan pembangunan adalah permasalahan lingkungan hidup.
        Dewasa ini, pertimbangan aspek lingkungan hidup selalu diabaikan dalam program-
program perencanaan pembangunan. Beberapa indikasi akan hal itu antara lain adalah
semakin berkurangnya sumberdaya air untuk kebutuhan masyarakat; pencemaran lingkungan
air, tanah dan udara. Program pembangunan yang mengarah pada eksploitasi sumberdaya
alam, pada kenyataannya, dapat merusak tatanan sosial dan keseimbangan kemanusiaan,
merusak kehidupan masyarakat, menimbulkan penyakit, merusak sumberdaya hutan dan
tanah; dan menurunkan sumberdaya perikanan dan laut. Semua dampak tersebut pada
akhirnya akan merusak pembangunan ekonomi dan sosial. Gambaran tentang pembangunan
dan lingkungan hidup seperti ini, juga akan dialami oleh Kota Tomohon.
        Kota Tomohon, mau atau tidak, dalam upaya meningkatkan pembangunan untuk
kesejahteraan masyarakatnya akan menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Salah satu
tantangan yang akan dihadapi adalah tantangan di bidang lingkungan hidup. Tantangan ini
apabila tidak dikelola dengan baik sedini mungkin maka akan menjadi suatu hambatan dan
menjadi pemicu masalah baru yang memerlukan upaya (dana dan waktu) untuk
menyelesaikannya.
        Oleh karena itu, tulisan ini mencoba memberikan gambaran dan pembahasan yang
singkat mengenai alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan lingkungan
hidup di Kota Tomohon dalam upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

                MASALAH LINGKUNGAN DAN PENATAAN INSTITUSI
Masalahan lingkungan hidup merupakan suatu hal yang spesifik di mana keberadaannya
berbeda-beda berdasarkan kondisi alamiah, bentuk, skala, besaran, dan waktu (durasi).
Sebagai contoh, misalnya di lingkungan perkotaan, masalah lingkungan yang dihadapi oleh
Kota Jakarta berbeda dengan yang sedang dihadapi oleh Kota Manado, dan tentunya berbeda
dengan yang akan di hadapi oleh Kota Tomohon.
       Masalah lingkungan yang muncul di suatu daerah selalu sejalan dengan isu lingkungan
yang muncul di daerah tersebut di mana isu lingkungan tersebut akan menjadi suatu masalah
apabila isu tersebut tidak dikelola dengan baik sebagaimana mestinya.
       Pengelolaan yang baik sebagaimana mestinya yang disebutkan di atas tidak terlepas
dari penataan yang tepat bagi institusi/kelembagaan pemerintah dan peraturan-peraturan yang
mengatur akan hal itu; ini merupakan dua hal penting dalam usaha pengelolaan lingkungan
hidup.
        Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa institusi/kelembagaan lingkungan
pemerintah yang kita miliki saat ini, selain keberadaannya tidak memadai juga mengalami
kekurangan staf yang berpengalaman dan profesional. Ditambah pula akan kurangnya
efisiensi dalam pelaksanaan dan penguatan perundang-undangan yang sudah ada; cenderung
mengadopsi dan men’jiplak’ model dari daerah lain, negara lain yang mempunyai
permasalahan lingkungan yang berbeda dengan daerah kita; serta mengalami kekurangan
dana/biaya dalam operasionalnya.

         PENGEMBANGAN SISTEM PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN
Dewasa ini, perlindungan lingkungan hidup sudah menjadi suatu komponen dari perangkat
pemerintah, khususnya secara administrasi, perencanaan, legislatif dan eksekutif. Oleh karena
itu dalam upaya perlindungan lingkungan hidup maka komponen-komponen tersebut semakin
ditingkatkan kemampuan dan penggunaannya. Salah satu alat dalam komponen perlindungan
lingkungan yang mencakup aspek-aspek di atas yang populer saat ini adalah Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL)

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
        Sampai saat ini, masih sering terjadi di mana tindakan perlindungan lingkungan
(environmental protection) memberikan konotasi negatif terhadap konservasi dan
memberikan gambaran betapa mahalnya suatu usaha perlindungan lingkungan, serta dapat
menimbulkan konflik dalam penggunaan sumberdaya alam untuk pembangunan. Oleh karena
itu, perlindungan lingkungan selalu dipandang oleh para perencana pembangunan sebagai
suatu hal yang tidak harus dilakukan dan mahal biayanya. Konflik seperti ini sering terjadi
antara kelompok orang yang memandang bahwa penggunaan (eksploitasi) sumberdaya adalah
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan kelompok orang yang memandang bahwa
terjadi penggunaan yang berlebihan terhadap sumberdaya tersebut untuk kebutuhan di masa
depan.
        Metoda yang akurat, dan sistem informasi yang terorganisir secara baik, lengkap dan
ditampilkan dalam bentuk format yang berguna akan sangat membantu bagi para pengambil
keputusan dalam mempertimbangkan suatu kegiatan eksploitasi sumberdaya untuk memenuhi
kebutuhan saat ini dan kebutuhan di masa yang akan datang. Metoda seperti ini dikenal
sebagai studi AMDAL.
        Menurut PP Republik Indonesia, No. 27 Tahun 1999, AMDAL (Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan Hidup) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL yang
dimaksud di atas merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan
dan hasilnya digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Oleh karena
pentingnya kegiatan AMDAL dilakukan bagi setiap usaha dan/atau kegiatan maka AMDAL
merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau
kegiatan.

Hubungan AMDAL dengan Perencanaan Pembangunan Wilayah
       Idealnya, AMDAL menjadi bagian dari perencanaan pembangunan wilayah secara
keseluruhan yang mencakup pembangunan aspek ekonomi di mana hal ini dimaksudkan
untuk mencapai hal-hal sebagai berikut:
? Perencanaan tersebut adalah benar-benar perencanaan yang mempertimbangan aspek
  ekonomi dan lingkungan secara bersama-sama (economic-cum-environmental), di mana
  aspek ekonomi dan konservasi sumberdaya alam adalah merupakan 2 aspek dalam satu-
  kesatuan yang saling menunjang,
? Perencanaan dari suatu proyek pembangunan sesuai dengan dasar perencanaan
  pembangunan yang bersifat economic-cum-environmental.
       Dengan demikian, perencanaan pembangunan yang bersifat economic-cum-
environmental (ECE) untuk suatu daerah sebaiknya dibuat terlebih dahulu sebelum kegiatan-
kegiatan lainnya diadakan, sehingga AMDAL kegiatan-kegiatan tersebut akan mengacu pada
perencanaan ECE yang telah ada.

                 PRASYARAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Banyak pengalaman menunjukkan bahwa perlindungan lingkungan selalu berada pada
prioritas yang terendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumberdaya yang diperlukan
untuk maksud tersebut, seperti dana (biaya), waktu, dan sumberdaya manusia yang akan
terlibat di dalamnya.

1. Biaya dan Waktu
        Dalam hubungannya dengan AMDAL, secara umum, studi AMDAL bervariasi
berdasarkan skope, kualitas dan tingkatan keahlian yang digunakan pada saat
mempersiapkannya. Biaya yang diperlukan untuk suatu studi AMDAL sangat tergantung dari
hal-hal di atas.
        Selain itu, waktu yang diperlukan untuk penyusunan suatu studi AMDAL juga
bervariasi berdasarkan skope, kualitas dan tingkatan keahlian seperti disebutkan di atas.
Namun demikian, waktu yang diperlukan untuk suatu studi AMDAL baik untuk kegiatan
penyusunan, penilaian, dan lain-lain sebagainya telah diatur di dalam PP RI, No. 27, 1999.

2. Sumberdaya Manusia (SDM)
        Dalam pengelolaan lingkungan (environmental management), yang di dalamnya
mencakup penilaian lingkungan (environmental assessment), memerlukan kelompok orang
(tim) yang ahli dari berbagai disiplin-keilmuan (multidisciplinar). Misalnya, para insinyur
sudah diperlengkapi dengan pengetahuan tentang melaksanakan operasional kerja/tugas dan
dampak utama dari proyek yang ditangani, para ilmuan (bidang biologi, kimia, ekologi dan
lainnya) adalah paling cocok dalam meneliti dan menyelidiki dampak sekunder dan dampak
tidak langsung dari suatu kegiatan proyek yang akan diadakan. Selanjutnya, masukan dan
saran dari para ahli ekonomi sangat diperlukan dalam merubah suatu penilain lingkungan ke
dalam cost and benefit dari kegiatan proyek tersebut.
        Pengadaan sumberdaya manusia yang terlatih dengan keahlian profesional adalah
merupakan satu masalah utama dalam melakukan pengelolaan lingkungan yang efektif.
Transfer teknologi yang tepat-guna melalui penggunaan para tenaga ahli, baik yang diambil
dari dalam maupun luar daerah, adalah sangat membantu dalam pengembangan
profesionalisme sumberdaya manusia. ‘Lerning by doing’ (belajar sambil mengerjakan)
sebaiknya dilakukan dalam pengembangan sumberdaya manusia.
        Keterlibatan para ahli dari berbagai bidang ilmu dalam suatu proyek pembangunan
yang berhubungan erat dengan lingkungan semakin hari semakin meningkat. Namun, tidak
jarang pula kita jumpai penggunaan orang-orang yang, baik tidak/kurang profesional maupun
yang bukan bidang keahliannya dalam bidang pengembangan lingkungan hidup yang
digunakan dan dilibatkan dalam suatu proyek pembangunan demi untuk penggunaan biaya
yang sedikit dengan alasan keterbatasan dana yang tersedia.

3. Institusi dan Legislasi untuk Pengelolaan Lingkungan
        Sejalan dengan ditetapkannya persyaratan AMDAL untuk setiap proyek pembangunan
yang akan dilakukan, diperlukan institusi/lembaga lingkungan di dalam institusi pemerintah
yang secara khusus menangani dan meninjau AMDAL yang telah dilakukan. Tentu saja
dalam institusi tersebut ditempatkan/ dilibatkan staf yang berkualitas dan berpengalaman
untuk hal yang berhubungan dengan analisis dampak lingkungan.
        Selain itu, sangat diperlukan bantuan dalam bentuk perundang-undangan lingkungan
yang mengatur prosedur dan tata-cara dalam melakukan kajian lingkungan bagi suatu proyek
pembangunan.

          BEBERAPA STRATEGI DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
Pada bagian selanjutnya saya akan menampilkan strategi dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Namun, saya tidak menampilkan dan membahas semua strategi yang dapat dilakukan
dalam pengelolaan lingkungan, melainkan saya menampilkan beberapa di antaranya yang
saya pikir cocok dan dapat diadopsi serta dikembangkan untuk pengelolaan lingkungan hidup
di Kota Tomohon.

1. Baku Mutu Lingkungan yang tepat
        Pembuatan baku mutu lingkungan (environmental quality standard) merupakan tugas
pokok dari institusi/badan yang berhubungan dengan lingkungan di suatu lembaga
pemerintahan. Kadang-kadang pekerjaan ini menjadi sangat repot, susah dan
membingungkan, karena hal ini memerlukan tahapan-tahapan sebagai berikut: (i) meninjau
criteria dan standar yang digunakan oleh negara-negara lain; (ii) menyesuaikannya dengan
situasi dan standar yang ada di tingkat propinsi dan tingkat nasional; (iii) mensyahkannya
secara resmi melalui peraturan perundang-undangan; dan (iv) melakukan penguatan dan
pemantauan dalam pelaksanaannya.
        Pembuatan standar atau criteria yang cocok sebagai dasar dari perencanaan dan
perancangan proyek-proyek pembangunan pada kenyataannya masih sangat sulit dilakukan.
Sebagai contoh, standar mutu buangan limbah (effluent quality standard) untuk buangan
indutsri, standard mutu bahan dan sistem pemipaan untuk suplai air bersih, standar mutu
untuk sistem geothermal, dan standar untuk proyek-proyek pengembangan lainnya.
        Namun sayangnya, walaupun telah banyak dipopulerkan mengenai perlunya
penggunaan teknologi yang tepat-guna di negara-negara sedang berkembang, termasuk
Indonesia, hanya sedikit yang telah dilakukan dalam hubungannya dengan standar dan criteria
lingkungan hidup. Tentu saja terdapat berbagai alasan mengapa hal ini terjadi.

2. Struktur Institusi/Lembaga Lingkungan yang tepat dan Penguatan Kemampuan
Kelembagaannya
        Ada suatu kecenderungan bahwa negara-negara sedang berkembang membuat
instansi/badan (agency) lingkungannya secara sendiri-sendiri dalam anggapan bahwa
instansi/badan (agency) yang bertanggung jawab atas pelaksanaan dan perencanaan
pembangunan sering mengabaikan aspek lingkungan dalam suatu kegiatan pembangunan. Hal
ini sebagian disebabkan oleh kurangnya kebijakan perencanaan lingkungan pada tingkatan
nasional dan adanya biaya tambahan dalam tahap-tahapan perencanaan, perancangan, dan
pelaksanaan.
Selain itu, sangatlah penting bahwa kemampuan instansi/badan lingkungan harus terus
dibangun dan dikuatkan dalam rangka memfasilitasi proses adopsi program-program
pembangunan yang ada. Untuk membantu proses ini, cukup penting dipertimbangkan bahwa
instansi lingkungan ditempatkan di tingkatan tertinggi, misalnya pada tingakatan suatu negara
ditempatkan pada kantor kepresidenan, pada tingkat propinsi pada kantor gubernur, dan pada
tingkat kota/kabupaten pada kantor walikota/bupati. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
koordinasi dengan instansi lainnya dan akan membantu meningkatkan kemampuan
lingkungan dari instansi-instasi tersebut.
        Operasional dan kerdibilitas instansi lingkungan hidup sering mengalami masalah
yang diakibatkan oleh ketidak-mampuan secara kelembagaan dan kurangnya sumberdaya
manusia yang terampil dan profesional di dalam instansi lingkungan tersebut. Dengan
demikian, pengembangan staf yang profesional harus terus dilakukan.

3. Kebijakan Pengawasan Pencemaran secara Ekonomi
        Slogan yang menyatakan ‘yang mencemarilah yang membayar’ (polluters pay) adalah
sebagai bukti dari suatu pendekatan yang efektif. Insentif seperti yang tergambar dari slogan
di atas dapat dilakukan dalam bentuk ‘pembayaran atas bayar buangan’ (effluent charge),
pajak, dan sebagainya, dan dapat dimasukkan ke dalam kebijakan ekonomi untuk memberikan
‘peringatan’ kepada pihak yang menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Secara ringkas
sistem insentif tersebut adalah sebagai berikut:

Pembayaran atas buangan (effluent charge)
       Pembayaran atas buangan (effluent charge) adalah tindakan yang dilakukan untuk
meringankan biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi pembuangan limbah. Pada prinsipnya,
dalam sistem ini pihak yang membuang limbah harus mengeluarkan biaya tambahan atas
buangan limbahnya di perairan umum sebesar biaya yang diperlukan oleh pihak tersebut
apabila mengolah limbahnya sendiri.

Pajak
        Sistem pajak dapat meningkatkan alokasi sumberdaya dalam 2 cara, yaitu (1) secara
langsung, dengan cara menyediakan insentif untuk pengawasan pencemaran; dan (2) secara
tidak langsung, dengan cara menyediakan hasil (revenue).

Lain-lain
        Alat-alat (instrument) lainnya dari kebijakan lingkungan dari aspek ekonomi adalah:
Menjual hak pencemaran: kalau suatu perusahaan ingin membuang limbahnya dan
      menimbulkan pencemaran, maka perusahaan tersebut harus membeli hak tersebut. Para
      korban dapat mencegah pencemaran dengan cara memberikan harga atas pencemaran
      yang yang dilakukan oleh perusahaan tadi.
Tindakan dari pemerintah: pemerintah dapat mengambil-alih aktifitas yang menimbulkan
      pencemaran, seperti aktifitas kelistrikan, melakukan tindakan-tindakan anti-
      pencemaran, atau menyediakan pelayanan lingkungan seperti pengolahan limbah,
      penjernihan air, dan sebagainya.
Perlindungan korban: Sebagai contoh, dalam kasus pencemaran yang disebabkan oleh debu,
      jika rumah-rumah di sekat maka dampak dapat dikurangi.
PENDIDIKAN DAN PROGRAM PENYADARAN LINGKUNGAN
Dalam perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup, kesadaran lingkungan (environmental
awareness) adalah salah satu faktor yang penting di mana usaha pengelolaan tidak akan
tercapai apabila kesadaran lingkungan masyarakat rendah. Penyadaran lingkungan hendaknya
dilakukan dalam kombinasi dari 2 sisi, yaitu dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke
atas (bottom-up). Usaha dari atas ke bawah (top-down) dapat dilakukan dengan cara memberi
pengertian dan keyakinan kepada para ‘pengambil-keputusan’ yang paling atas, dan
bersamaan dengan itu usaha dari bawah ke atas (bottom-up) dilakukan dengan cara
meningkatkan pendidikan lingkungan dan program penyadaran lingkungan pada akar rumput
(grass-root).
        Berhubungan dengan usaha penyadaran lingkungan dari bawah ke atas (bottom-up),
pendidikan lingkungan melalui jalur formal (sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah
tingkat atas, dan perguruan tinggi) adalah suatu cara yang efektif dan tersistimatis, di mana
masyarakat dalam hal ini peserta didik akan dengan sendirinya terbina dan diberikan
pengetahuan tentang lingkungan hidup bersama-sama dengan pengetahuan lainnya.

                                        PENUTUP
Pengelolaan lingkungan hidup memerlukan suatu strategi dan semakin baik strategi
pengelolaan tersebut, baik secara konseptual maupun operasionalnya, maka tujuan dari
pengelolaan lingkungan hidup akan lebih mudah dicapai. Strategi pengelolaan lingkungan di
tingkat Nasional Indonesia maupun tingkat Propinsi Sulawesi Utara telah disusun dan
dirumuskan dalam Agenda 21 Nasional dan Agenda 21 Propinsi. Namun, berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan yang telah dibahas di atas maka tidak menutup kemungkinan
bahwa strategi pengelolaan lingkungan dapat selanjutnya dijabarkan dalam bentuk yang detail
di tingkat kota (dalam hal ini Kota Tomhon). Potensi untuk hal ini dapat lebih terwujud
dengan adanya UU No. 22, 1999 tentang Otonomi Daerah, di mana setiap daerah
kota/kabupaten mempunyai otoritas dalam mengelola lingkungan hidup yang ada di
daerahnya masing-masing.
       Terlepas dari semua itu, disadari bahwa pemerintah mempunyai peranan yang besar
dalam pengelolaan lingkungan, baik peranannya dalam menetapkan strategi pengelolaan, pada
tahap perencanaan maupun dalam tahap pelaksanaan (bersama-sama dengan masyarakat) di
mana ‘kemauan secara politik’ (political will) dari pemerintah sangatlah diharapkan dalam
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di Kota Tomohon.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Visi, Misi, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan
Visi, Misi, Strategi, Kebijakan,  Program dan KegiatanVisi, Misi, Strategi, Kebijakan,  Program dan Kegiatan
Visi, Misi, Strategi, Kebijakan, Program dan KegiatanDadang Solihin
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1HMRojali
 
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologi
Bab v  skrining penapisan dalam epidemiologiBab v  skrining penapisan dalam epidemiologi
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologiNajMah Usman
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidNajMah Usman
 
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan MartapuraSurveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan MartapuraHelda Zakiya Fitri
 
Daya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganDaya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganRiska_21
 
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueBAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueNajMah Usman
 
Menghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianMenghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianAhmad Tobroni
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Pelatihan software sms 8.1
Pelatihan software sms 8.1Pelatihan software sms 8.1
Pelatihan software sms 8.1bahar fahmi
 
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauAnalisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauOpissen Yudisyus
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahrickygunawan84
 
RANCANGAN PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIANRANCANGAN PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIANfikri asyura
 
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiNurul Afdal Haris
 
Evaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEvaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEka Iriadenta
 
Identifikasi faktor resiko
Identifikasi faktor resikoIdentifikasi faktor resiko
Identifikasi faktor resikoJoni Iswanto
 

La actualidad más candente (20)

Visi, Misi, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan
Visi, Misi, Strategi, Kebijakan,  Program dan KegiatanVisi, Misi, Strategi, Kebijakan,  Program dan Kegiatan
Visi, Misi, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan
 
Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1Riwayat alamat penyakit1
Riwayat alamat penyakit1
 
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologi
Bab v  skrining penapisan dalam epidemiologiBab v  skrining penapisan dalam epidemiologi
Bab v skrining penapisan dalam epidemiologi
 
Bab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epidBab viii surveilans epid
Bab viii surveilans epid
 
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan MartapuraSurveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
Surveilans Epidemiologi Penyakit Diare Di Wilayah Puskesmas Pasayangan Martapura
 
Daya dukung lingkungan
Daya dukung lingkunganDaya dukung lingkungan
Daya dukung lingkungan
 
Analisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan PublikAnalisis Kebijakan Publik
Analisis Kebijakan Publik
 
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah DengueBAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
BAB 10 EPidemiologi Penyakit Menular Demam Berdarah Dengue
 
pengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampahpengukuran timbulan sampah
pengukuran timbulan sampah
 
Menghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianMenghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitian
 
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan KebijakanContoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
Contoh Penerapan Agenda Setting & Perumusan Kebijakan
 
Pelatihan software sms 8.1
Pelatihan software sms 8.1Pelatihan software sms 8.1
Pelatihan software sms 8.1
 
Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Udara Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Udara
 
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riauAnalisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
Analisis LQ, DLQ, SS, dan klassen di provinsi riau
 
Panduan penulisan PROPOSAL, JURNAL,SKRIPSI UNSRIT 2019
Panduan penulisan PROPOSAL, JURNAL,SKRIPSI UNSRIT 2019Panduan penulisan PROPOSAL, JURNAL,SKRIPSI UNSRIT 2019
Panduan penulisan PROPOSAL, JURNAL,SKRIPSI UNSRIT 2019
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabah
 
RANCANGAN PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIANRANCANGAN PENELITIAN
RANCANGAN PENELITIAN
 
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah HidrlogiMateri Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
Materi Evapotranspirasi Mata Kuliah Hidrlogi
 
Evaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdalEvaluasi dampak amdal
Evaluasi dampak amdal
 
Identifikasi faktor resiko
Identifikasi faktor resikoIdentifikasi faktor resiko
Identifikasi faktor resiko
 

Similar a Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang Berkelanjutan

Konsep pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutanKonsep pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutanBudy Jafar
 
Proyek Tasi Mane Suai Covalima
Proyek Tasi Mane Suai CovalimaProyek Tasi Mane Suai Covalima
Proyek Tasi Mane Suai Covalimaaguiaximenes
 
Pembangunan
PembangunanPembangunan
Pembangunanfebry777
 
Pembangunan
PembangunanPembangunan
Pembangunanfebry777
 
Perwil kelompok
Perwil kelompokPerwil kelompok
Perwil kelompokfranqpunk
 
Ilmu Teknologi dan Pengetahuan Lingkungan
Ilmu Teknologi dan Pengetahuan LingkunganIlmu Teknologi dan Pengetahuan Lingkungan
Ilmu Teknologi dan Pengetahuan LingkunganGeGe_7T7
 
proposal fatimah lukman.pdf
proposal fatimah lukman.pdfproposal fatimah lukman.pdf
proposal fatimah lukman.pdfssuserd389df
 
analisis dan etika LH (Edited).pptx
analisis dan etika LH (Edited).pptxanalisis dan etika LH (Edited).pptx
analisis dan etika LH (Edited).pptxNovrySaputra1
 
Ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industri
Ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industriIlmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industri
Ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industriNiakhairani
 
Ekonomi teknik dan lingkungan furqaan hamsyani
Ekonomi teknik dan lingkungan  furqaan hamsyaniEkonomi teknik dan lingkungan  furqaan hamsyani
Ekonomi teknik dan lingkungan furqaan hamsyaniFurqaan Hamsyani
 
Materi AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptxMateri AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptxEffrila Nita
 
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLHUU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLHWahyu Ojan
 
Ekologi dan-lingkungan
Ekologi dan-lingkunganEkologi dan-lingkungan
Ekologi dan-lingkunganShoetiaone
 
Pembangunan dan-lingkungan
Pembangunan dan-lingkunganPembangunan dan-lingkungan
Pembangunan dan-lingkunganar_
 
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunanPencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunandhikaandiansyah
 
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkungan
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkunganIlmu teknologi & pengetahuan lingkungan
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkunganhendricksonsagala
 
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunanPencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunanRiska_21
 

Similar a Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang Berkelanjutan (20)

Konsep pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutanKonsep pembangunan berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutan
 
Proyek Tasi Mane Suai Covalima
Proyek Tasi Mane Suai CovalimaProyek Tasi Mane Suai Covalima
Proyek Tasi Mane Suai Covalima
 
Pembangunan
PembangunanPembangunan
Pembangunan
 
Pembangunan
PembangunanPembangunan
Pembangunan
 
k
kk
k
 
Perwil kelompok
Perwil kelompokPerwil kelompok
Perwil kelompok
 
Ilmu Teknologi dan Pengetahuan Lingkungan
Ilmu Teknologi dan Pengetahuan LingkunganIlmu Teknologi dan Pengetahuan Lingkungan
Ilmu Teknologi dan Pengetahuan Lingkungan
 
Amdal
AmdalAmdal
Amdal
 
proposal fatimah lukman.pdf
proposal fatimah lukman.pdfproposal fatimah lukman.pdf
proposal fatimah lukman.pdf
 
analisis dan etika LH (Edited).pptx
analisis dan etika LH (Edited).pptxanalisis dan etika LH (Edited).pptx
analisis dan etika LH (Edited).pptx
 
Ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industri
Ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industriIlmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industri
Ilmu teknologi dan pengetahuan lingkungan, pertambangan, dan industri
 
Ekonomi teknik dan lingkungan furqaan hamsyani
Ekonomi teknik dan lingkungan  furqaan hamsyaniEkonomi teknik dan lingkungan  furqaan hamsyani
Ekonomi teknik dan lingkungan furqaan hamsyani
 
Bahan Ajar Teknik Lingkungan.pdf
Bahan Ajar Teknik Lingkungan.pdfBahan Ajar Teknik Lingkungan.pdf
Bahan Ajar Teknik Lingkungan.pdf
 
Materi AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptxMateri AMDAL .pptx
Materi AMDAL .pptx
 
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLHUU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang PPLH
 
Ekologi dan-lingkungan
Ekologi dan-lingkunganEkologi dan-lingkungan
Ekologi dan-lingkungan
 
Pembangunan dan-lingkungan
Pembangunan dan-lingkunganPembangunan dan-lingkungan
Pembangunan dan-lingkungan
 
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunanPencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
 
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkungan
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkunganIlmu teknologi & pengetahuan lingkungan
Ilmu teknologi & pengetahuan lingkungan
 
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunanPencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh proses pembangunan
 

Más de Markus T Lasut

Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMarkus T Lasut
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMarkus T Lasut
 
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMarkus T Lasut
 
Limbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanLimbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanMarkus T Lasut
 
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMeningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMarkus T Lasut
 
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaProspect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaMarkus T Lasut
 
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningPotential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningMarkus T Lasut
 
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairStrategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairMarkus T Lasut
 
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautDampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautMarkus T Lasut
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaMarkus T Lasut
 

Más de Markus T Lasut (20)

Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-thMt lasut 2007-dissertation-ait-th
Mt lasut 2007-dissertation-ait-th
 
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekotonMt lasut 2002-ngo-ekoton
Mt lasut 2002-ngo-ekoton
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
Mt lasut 2009-hg-jms
Mt lasut 2009-hg-jmsMt lasut 2009-hg-jms
Mt lasut 2009-hg-jms
 
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchemMt lasut 2009-hg-indo-jchem
Mt lasut 2009-hg-indo-jchem
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 
Mt lasut 2008-hg-cms
Mt lasut 2008-hg-cmsMt lasut 2008-hg-cms
Mt lasut 2008-hg-cms
 
Mt lasut 2005-ww-cms
Mt lasut 2005-ww-cmsMt lasut 2005-ww-cms
Mt lasut 2005-ww-cms
 
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbcMt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
Mt lasut 1999-oil-littoraria-pmbc
 
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbcMt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
Mt lasut 1999-cyanide-haliotis-pmbc
 
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbcMt lasut 1998-polinices-pmbc
Mt lasut 1998-polinices-pmbc
 
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbcMt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
Mt lasut 1998-diazinon-septifer-pmbc
 
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dkMt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
Mt lasut 1996-tesis-aarhus univ-dk
 
Limbah Cair Peternakan
Limbah Cair PeternakanLimbah Cair Peternakan
Limbah Cair Peternakan
 
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di BunakenMeningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
Meningkatkan Keuntungan Tanpa Merusak Komitmen “Kolaborasi” di Bunaken
 
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, IndonesiaProspect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
Prospect on pelagic fisheries in northern Sulawesi, Indonesia
 
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold MiningPotential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
Potential Contamination of Mercury from Artisanal Gold Mining
 
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah CairStrategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
Strategi Mitigasi Dampak Limbah Cair
 
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan LautDampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Wilayah Pesisir dan Laut
 
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang BerbahayaArsenik; Limbah Tambang Berbahaya
Arsenik; Limbah Tambang Berbahaya
 

Último

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 

Último (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 

Strategi Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kota Tomohon Menuju Pembangunan Yang Berkelanjutan

  • 1. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA TOMOHON MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN Oleh: Dr. Ir. Markus T. Lasut, M.Sc (Dosen Fak. Perikanan & Ilmu Kelautan, UNSRAT) PENDAHULUAN Menghadapi peningkatan penduduk yang cepat dan kebutuhan akan kesejahteraan hidup dengan standar (mutu) kehidupan yang lebih baik maka pembangunan terus ditingkatkan di segala bidang, dan hal ini sedang dilakukan di semua daerah di negara ini. Pembangunan tersebut tentunya bertujuan antara lain untuk melepaskan masyarakat dari kemiskinan dan memberikan harapan yang lebih baik di masa yang akan datang, dan sekaligus dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Namun tidak jarang terjadi, pembangunan justru sebagai pemicu bagi timbulnya permasalahan yang baru sehingga tujuan yang hendak dicapai semakin jauh dari yang diinginkan. Salah satu permasalahan yang sering muncul seiring dengan peningkatan pembangunan adalah permasalahan lingkungan hidup. Dewasa ini, pertimbangan aspek lingkungan hidup selalu diabaikan dalam program- program perencanaan pembangunan. Beberapa indikasi akan hal itu antara lain adalah semakin berkurangnya sumberdaya air untuk kebutuhan masyarakat; pencemaran lingkungan air, tanah dan udara. Program pembangunan yang mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam, pada kenyataannya, dapat merusak tatanan sosial dan keseimbangan kemanusiaan, merusak kehidupan masyarakat, menimbulkan penyakit, merusak sumberdaya hutan dan tanah; dan menurunkan sumberdaya perikanan dan laut. Semua dampak tersebut pada akhirnya akan merusak pembangunan ekonomi dan sosial. Gambaran tentang pembangunan dan lingkungan hidup seperti ini, juga akan dialami oleh Kota Tomohon. Kota Tomohon, mau atau tidak, dalam upaya meningkatkan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakatnya akan menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Salah satu tantangan yang akan dihadapi adalah tantangan di bidang lingkungan hidup. Tantangan ini apabila tidak dikelola dengan baik sedini mungkin maka akan menjadi suatu hambatan dan menjadi pemicu masalah baru yang memerlukan upaya (dana dan waktu) untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, tulisan ini mencoba memberikan gambaran dan pembahasan yang singkat mengenai alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kota Tomohon dalam upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. MASALAH LINGKUNGAN DAN PENATAAN INSTITUSI Masalahan lingkungan hidup merupakan suatu hal yang spesifik di mana keberadaannya berbeda-beda berdasarkan kondisi alamiah, bentuk, skala, besaran, dan waktu (durasi). Sebagai contoh, misalnya di lingkungan perkotaan, masalah lingkungan yang dihadapi oleh Kota Jakarta berbeda dengan yang sedang dihadapi oleh Kota Manado, dan tentunya berbeda dengan yang akan di hadapi oleh Kota Tomohon. Masalah lingkungan yang muncul di suatu daerah selalu sejalan dengan isu lingkungan yang muncul di daerah tersebut di mana isu lingkungan tersebut akan menjadi suatu masalah apabila isu tersebut tidak dikelola dengan baik sebagaimana mestinya. Pengelolaan yang baik sebagaimana mestinya yang disebutkan di atas tidak terlepas dari penataan yang tepat bagi institusi/kelembagaan pemerintah dan peraturan-peraturan yang
  • 2. mengatur akan hal itu; ini merupakan dua hal penting dalam usaha pengelolaan lingkungan hidup. Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa institusi/kelembagaan lingkungan pemerintah yang kita miliki saat ini, selain keberadaannya tidak memadai juga mengalami kekurangan staf yang berpengalaman dan profesional. Ditambah pula akan kurangnya efisiensi dalam pelaksanaan dan penguatan perundang-undangan yang sudah ada; cenderung mengadopsi dan men’jiplak’ model dari daerah lain, negara lain yang mempunyai permasalahan lingkungan yang berbeda dengan daerah kita; serta mengalami kekurangan dana/biaya dalam operasionalnya. PENGEMBANGAN SISTEM PENILAIAN DAMPAK LINGKUNGAN Dewasa ini, perlindungan lingkungan hidup sudah menjadi suatu komponen dari perangkat pemerintah, khususnya secara administrasi, perencanaan, legislatif dan eksekutif. Oleh karena itu dalam upaya perlindungan lingkungan hidup maka komponen-komponen tersebut semakin ditingkatkan kemampuan dan penggunaannya. Salah satu alat dalam komponen perlindungan lingkungan yang mencakup aspek-aspek di atas yang populer saat ini adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Sampai saat ini, masih sering terjadi di mana tindakan perlindungan lingkungan (environmental protection) memberikan konotasi negatif terhadap konservasi dan memberikan gambaran betapa mahalnya suatu usaha perlindungan lingkungan, serta dapat menimbulkan konflik dalam penggunaan sumberdaya alam untuk pembangunan. Oleh karena itu, perlindungan lingkungan selalu dipandang oleh para perencana pembangunan sebagai suatu hal yang tidak harus dilakukan dan mahal biayanya. Konflik seperti ini sering terjadi antara kelompok orang yang memandang bahwa penggunaan (eksploitasi) sumberdaya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dan kelompok orang yang memandang bahwa terjadi penggunaan yang berlebihan terhadap sumberdaya tersebut untuk kebutuhan di masa depan. Metoda yang akurat, dan sistem informasi yang terorganisir secara baik, lengkap dan ditampilkan dalam bentuk format yang berguna akan sangat membantu bagi para pengambil keputusan dalam mempertimbangkan suatu kegiatan eksploitasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan kebutuhan di masa yang akan datang. Metoda seperti ini dikenal sebagai studi AMDAL. Menurut PP Republik Indonesia, No. 27 Tahun 1999, AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. AMDAL yang dimaksud di atas merupakan bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan dan hasilnya digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Oleh karena pentingnya kegiatan AMDAL dilakukan bagi setiap usaha dan/atau kegiatan maka AMDAL merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Hubungan AMDAL dengan Perencanaan Pembangunan Wilayah Idealnya, AMDAL menjadi bagian dari perencanaan pembangunan wilayah secara keseluruhan yang mencakup pembangunan aspek ekonomi di mana hal ini dimaksudkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut:
  • 3. ? Perencanaan tersebut adalah benar-benar perencanaan yang mempertimbangan aspek ekonomi dan lingkungan secara bersama-sama (economic-cum-environmental), di mana aspek ekonomi dan konservasi sumberdaya alam adalah merupakan 2 aspek dalam satu- kesatuan yang saling menunjang, ? Perencanaan dari suatu proyek pembangunan sesuai dengan dasar perencanaan pembangunan yang bersifat economic-cum-environmental. Dengan demikian, perencanaan pembangunan yang bersifat economic-cum- environmental (ECE) untuk suatu daerah sebaiknya dibuat terlebih dahulu sebelum kegiatan- kegiatan lainnya diadakan, sehingga AMDAL kegiatan-kegiatan tersebut akan mengacu pada perencanaan ECE yang telah ada. PRASYARAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN Banyak pengalaman menunjukkan bahwa perlindungan lingkungan selalu berada pada prioritas yang terendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumberdaya yang diperlukan untuk maksud tersebut, seperti dana (biaya), waktu, dan sumberdaya manusia yang akan terlibat di dalamnya. 1. Biaya dan Waktu Dalam hubungannya dengan AMDAL, secara umum, studi AMDAL bervariasi berdasarkan skope, kualitas dan tingkatan keahlian yang digunakan pada saat mempersiapkannya. Biaya yang diperlukan untuk suatu studi AMDAL sangat tergantung dari hal-hal di atas. Selain itu, waktu yang diperlukan untuk penyusunan suatu studi AMDAL juga bervariasi berdasarkan skope, kualitas dan tingkatan keahlian seperti disebutkan di atas. Namun demikian, waktu yang diperlukan untuk suatu studi AMDAL baik untuk kegiatan penyusunan, penilaian, dan lain-lain sebagainya telah diatur di dalam PP RI, No. 27, 1999. 2. Sumberdaya Manusia (SDM) Dalam pengelolaan lingkungan (environmental management), yang di dalamnya mencakup penilaian lingkungan (environmental assessment), memerlukan kelompok orang (tim) yang ahli dari berbagai disiplin-keilmuan (multidisciplinar). Misalnya, para insinyur sudah diperlengkapi dengan pengetahuan tentang melaksanakan operasional kerja/tugas dan dampak utama dari proyek yang ditangani, para ilmuan (bidang biologi, kimia, ekologi dan lainnya) adalah paling cocok dalam meneliti dan menyelidiki dampak sekunder dan dampak tidak langsung dari suatu kegiatan proyek yang akan diadakan. Selanjutnya, masukan dan saran dari para ahli ekonomi sangat diperlukan dalam merubah suatu penilain lingkungan ke dalam cost and benefit dari kegiatan proyek tersebut. Pengadaan sumberdaya manusia yang terlatih dengan keahlian profesional adalah merupakan satu masalah utama dalam melakukan pengelolaan lingkungan yang efektif. Transfer teknologi yang tepat-guna melalui penggunaan para tenaga ahli, baik yang diambil dari dalam maupun luar daerah, adalah sangat membantu dalam pengembangan profesionalisme sumberdaya manusia. ‘Lerning by doing’ (belajar sambil mengerjakan) sebaiknya dilakukan dalam pengembangan sumberdaya manusia. Keterlibatan para ahli dari berbagai bidang ilmu dalam suatu proyek pembangunan yang berhubungan erat dengan lingkungan semakin hari semakin meningkat. Namun, tidak jarang pula kita jumpai penggunaan orang-orang yang, baik tidak/kurang profesional maupun yang bukan bidang keahliannya dalam bidang pengembangan lingkungan hidup yang
  • 4. digunakan dan dilibatkan dalam suatu proyek pembangunan demi untuk penggunaan biaya yang sedikit dengan alasan keterbatasan dana yang tersedia. 3. Institusi dan Legislasi untuk Pengelolaan Lingkungan Sejalan dengan ditetapkannya persyaratan AMDAL untuk setiap proyek pembangunan yang akan dilakukan, diperlukan institusi/lembaga lingkungan di dalam institusi pemerintah yang secara khusus menangani dan meninjau AMDAL yang telah dilakukan. Tentu saja dalam institusi tersebut ditempatkan/ dilibatkan staf yang berkualitas dan berpengalaman untuk hal yang berhubungan dengan analisis dampak lingkungan. Selain itu, sangat diperlukan bantuan dalam bentuk perundang-undangan lingkungan yang mengatur prosedur dan tata-cara dalam melakukan kajian lingkungan bagi suatu proyek pembangunan. BEBERAPA STRATEGI DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN Pada bagian selanjutnya saya akan menampilkan strategi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Namun, saya tidak menampilkan dan membahas semua strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan lingkungan, melainkan saya menampilkan beberapa di antaranya yang saya pikir cocok dan dapat diadopsi serta dikembangkan untuk pengelolaan lingkungan hidup di Kota Tomohon. 1. Baku Mutu Lingkungan yang tepat Pembuatan baku mutu lingkungan (environmental quality standard) merupakan tugas pokok dari institusi/badan yang berhubungan dengan lingkungan di suatu lembaga pemerintahan. Kadang-kadang pekerjaan ini menjadi sangat repot, susah dan membingungkan, karena hal ini memerlukan tahapan-tahapan sebagai berikut: (i) meninjau criteria dan standar yang digunakan oleh negara-negara lain; (ii) menyesuaikannya dengan situasi dan standar yang ada di tingkat propinsi dan tingkat nasional; (iii) mensyahkannya secara resmi melalui peraturan perundang-undangan; dan (iv) melakukan penguatan dan pemantauan dalam pelaksanaannya. Pembuatan standar atau criteria yang cocok sebagai dasar dari perencanaan dan perancangan proyek-proyek pembangunan pada kenyataannya masih sangat sulit dilakukan. Sebagai contoh, standar mutu buangan limbah (effluent quality standard) untuk buangan indutsri, standard mutu bahan dan sistem pemipaan untuk suplai air bersih, standar mutu untuk sistem geothermal, dan standar untuk proyek-proyek pengembangan lainnya. Namun sayangnya, walaupun telah banyak dipopulerkan mengenai perlunya penggunaan teknologi yang tepat-guna di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, hanya sedikit yang telah dilakukan dalam hubungannya dengan standar dan criteria lingkungan hidup. Tentu saja terdapat berbagai alasan mengapa hal ini terjadi. 2. Struktur Institusi/Lembaga Lingkungan yang tepat dan Penguatan Kemampuan Kelembagaannya Ada suatu kecenderungan bahwa negara-negara sedang berkembang membuat instansi/badan (agency) lingkungannya secara sendiri-sendiri dalam anggapan bahwa instansi/badan (agency) yang bertanggung jawab atas pelaksanaan dan perencanaan pembangunan sering mengabaikan aspek lingkungan dalam suatu kegiatan pembangunan. Hal ini sebagian disebabkan oleh kurangnya kebijakan perencanaan lingkungan pada tingkatan nasional dan adanya biaya tambahan dalam tahap-tahapan perencanaan, perancangan, dan pelaksanaan.
  • 5. Selain itu, sangatlah penting bahwa kemampuan instansi/badan lingkungan harus terus dibangun dan dikuatkan dalam rangka memfasilitasi proses adopsi program-program pembangunan yang ada. Untuk membantu proses ini, cukup penting dipertimbangkan bahwa instansi lingkungan ditempatkan di tingkatan tertinggi, misalnya pada tingakatan suatu negara ditempatkan pada kantor kepresidenan, pada tingkat propinsi pada kantor gubernur, dan pada tingkat kota/kabupaten pada kantor walikota/bupati. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan koordinasi dengan instansi lainnya dan akan membantu meningkatkan kemampuan lingkungan dari instansi-instasi tersebut. Operasional dan kerdibilitas instansi lingkungan hidup sering mengalami masalah yang diakibatkan oleh ketidak-mampuan secara kelembagaan dan kurangnya sumberdaya manusia yang terampil dan profesional di dalam instansi lingkungan tersebut. Dengan demikian, pengembangan staf yang profesional harus terus dilakukan. 3. Kebijakan Pengawasan Pencemaran secara Ekonomi Slogan yang menyatakan ‘yang mencemarilah yang membayar’ (polluters pay) adalah sebagai bukti dari suatu pendekatan yang efektif. Insentif seperti yang tergambar dari slogan di atas dapat dilakukan dalam bentuk ‘pembayaran atas bayar buangan’ (effluent charge), pajak, dan sebagainya, dan dapat dimasukkan ke dalam kebijakan ekonomi untuk memberikan ‘peringatan’ kepada pihak yang menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Secara ringkas sistem insentif tersebut adalah sebagai berikut: Pembayaran atas buangan (effluent charge) Pembayaran atas buangan (effluent charge) adalah tindakan yang dilakukan untuk meringankan biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi pembuangan limbah. Pada prinsipnya, dalam sistem ini pihak yang membuang limbah harus mengeluarkan biaya tambahan atas buangan limbahnya di perairan umum sebesar biaya yang diperlukan oleh pihak tersebut apabila mengolah limbahnya sendiri. Pajak Sistem pajak dapat meningkatkan alokasi sumberdaya dalam 2 cara, yaitu (1) secara langsung, dengan cara menyediakan insentif untuk pengawasan pencemaran; dan (2) secara tidak langsung, dengan cara menyediakan hasil (revenue). Lain-lain Alat-alat (instrument) lainnya dari kebijakan lingkungan dari aspek ekonomi adalah: Menjual hak pencemaran: kalau suatu perusahaan ingin membuang limbahnya dan menimbulkan pencemaran, maka perusahaan tersebut harus membeli hak tersebut. Para korban dapat mencegah pencemaran dengan cara memberikan harga atas pencemaran yang yang dilakukan oleh perusahaan tadi. Tindakan dari pemerintah: pemerintah dapat mengambil-alih aktifitas yang menimbulkan pencemaran, seperti aktifitas kelistrikan, melakukan tindakan-tindakan anti- pencemaran, atau menyediakan pelayanan lingkungan seperti pengolahan limbah, penjernihan air, dan sebagainya. Perlindungan korban: Sebagai contoh, dalam kasus pencemaran yang disebabkan oleh debu, jika rumah-rumah di sekat maka dampak dapat dikurangi.
  • 6. PENDIDIKAN DAN PROGRAM PENYADARAN LINGKUNGAN Dalam perencanaan dan pengelolaan lingkungan hidup, kesadaran lingkungan (environmental awareness) adalah salah satu faktor yang penting di mana usaha pengelolaan tidak akan tercapai apabila kesadaran lingkungan masyarakat rendah. Penyadaran lingkungan hendaknya dilakukan dalam kombinasi dari 2 sisi, yaitu dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up). Usaha dari atas ke bawah (top-down) dapat dilakukan dengan cara memberi pengertian dan keyakinan kepada para ‘pengambil-keputusan’ yang paling atas, dan bersamaan dengan itu usaha dari bawah ke atas (bottom-up) dilakukan dengan cara meningkatkan pendidikan lingkungan dan program penyadaran lingkungan pada akar rumput (grass-root). Berhubungan dengan usaha penyadaran lingkungan dari bawah ke atas (bottom-up), pendidikan lingkungan melalui jalur formal (sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas, dan perguruan tinggi) adalah suatu cara yang efektif dan tersistimatis, di mana masyarakat dalam hal ini peserta didik akan dengan sendirinya terbina dan diberikan pengetahuan tentang lingkungan hidup bersama-sama dengan pengetahuan lainnya. PENUTUP Pengelolaan lingkungan hidup memerlukan suatu strategi dan semakin baik strategi pengelolaan tersebut, baik secara konseptual maupun operasionalnya, maka tujuan dari pengelolaan lingkungan hidup akan lebih mudah dicapai. Strategi pengelolaan lingkungan di tingkat Nasional Indonesia maupun tingkat Propinsi Sulawesi Utara telah disusun dan dirumuskan dalam Agenda 21 Nasional dan Agenda 21 Propinsi. Namun, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah dibahas di atas maka tidak menutup kemungkinan bahwa strategi pengelolaan lingkungan dapat selanjutnya dijabarkan dalam bentuk yang detail di tingkat kota (dalam hal ini Kota Tomhon). Potensi untuk hal ini dapat lebih terwujud dengan adanya UU No. 22, 1999 tentang Otonomi Daerah, di mana setiap daerah kota/kabupaten mempunyai otoritas dalam mengelola lingkungan hidup yang ada di daerahnya masing-masing. Terlepas dari semua itu, disadari bahwa pemerintah mempunyai peranan yang besar dalam pengelolaan lingkungan, baik peranannya dalam menetapkan strategi pengelolaan, pada tahap perencanaan maupun dalam tahap pelaksanaan (bersama-sama dengan masyarakat) di mana ‘kemauan secara politik’ (political will) dari pemerintah sangatlah diharapkan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di Kota Tomohon.