SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 12
TUGAS
MANAJEMEN INDUSTRI
STANDARISASI ANALISIS LINGKUNGAN KERJA
DISUSUN OLEH :
NAMA : Bunyani Marsus
NIM : 10507131005
KELAS : B 5
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
2
Standarisasi analisis lingkungan kerja
1. Pencahayaan
Bekerja pada ruangan yang gelap dan samara-samar akan menyebabkan
ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu pegawai dalam
mempelancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga
tergantung pada usia pegawai. Pencapaian prestasi kerja pada tingkat penerangan
yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk pegawai yang lebih tua dibanding yang
lebih muda.
Tempat kerja membutuhkan penerangan dengan kuat pencahayaan tertentu agar
proses bekerja dapat terjadi sesuai dengan standar operasi yang telah ditentukan. Kuat
penerangan di tempat kerja tergantung dari jenis pekerjaan. Untuk pekerjaan yang
membutuhkan ketelitian tertentu menghendaki penerangan yang lebih kuat
dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan ketelitian.
Pencahayaan tempat kerja dapat dilakukan dengan dua jenis pencahayaan yaitu
pencahayaan alamiah dan buatan. Kuat pencahayaan buatan ditentukan oleh kuat
penerangan sumber cahaya dan jaraknya kebidang baca. Makin besar sumber
penerangan, dan makin dekat kebidang baca, pencahayaan manjadi makin baik.
Dijaga jangan sampai terjadi kesilauan atau “glare” (pantulan cahaya mengkilap)
Bila penerangan di tempat kerja kurang dari standar yang seharusnya maka pekerja
akan mengalami kelelahan lebih cepat pada penglihatannya, karena membutuhkan
tanaga extra untuk melihat pekerjaan di bidang kerja, agar tidak terjadi kesalahan atau
kecelakaan. Sebaliknya bila terjadi penerangan yang melebihi dari standar yang
ditentukan, maka mata akan menambah upaya untuk mengurangi cahaya yang masuk
kedalam mata agar tidak silau, sehingga upaya atau beban tersebut merupakan beban
tambahan dalam melakukan pekerjaan mata. Dengan demikian mata lebih cepat
mengalami kelelahan..
Perkiraan standar penvahayaan / penerangan untuk beberapa jenis pekerjaan sbb:
Penerangan darurat, tidur, minimal 5 lux
Penerangan jalan, halaman 20 lux
Penerangan pekerjaan kasar 50 lux
Penerangan pekerjaan halus 100 lux
Penerangan pekerjaan yang agak teliti 200 lux
Penerangan pekerjaan dengan ketelitian dan halus 300 lux
Penerangan pekerjaan halus, teliti, lama 500 – 1000 lux
Penerangan pekerjaan halus, kontras, teliti, lama > 2000 lux
Pengukuran pencahayaan dengan alat luxmeter dan kuat pencahayaan dicatat dengan
satuan lux.
Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan
sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di
ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:
A. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting)
B. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
3
C. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting)
D. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting)
E. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting)
JENIS
KEGIATAN
TINGKAT
PENCAHAYAAN
MINIMAL (LUX)
KETERANGAN
Pekerjaan
kasar dan
tidak terus –
menerus
100 Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang
memerlukan pekerjaan yang kontinyu
Pekerjaan
kasar dan
terus –
menerus
200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar
Pekerjaan
rutin
300 Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin
& perakitan/penyusun
Pekerjaan
agak halus
500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor,
pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan
halus
1000 Pemilihan warna, pemrosesan teksti, pekerjaan mesin
halus & perakitan halus
Pekerjaan
amat halus
1500
Tidak menimbulkan
bayangan
Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan
mesin dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan
terinci
3000
Tidak menimbulkan
bayangan
Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus
2. Kebisingan
Bising adalah bunyi yang tidak disenangi. Bunyi adalah bergetarnya suatu
benda atau energi yang dirambatkan sampai ke telinga . Pendengaran manusia normal
dapat mendengar bunyi dengan frekwensi antara 16 – 20.000 Hz. Intensitas bising
(dB) adalah jumlah energi yang dipancarkan . Kekerasan suara atau bunyi adalah
perkalian anrata frekwensi dan intensitas.
Jenis bising:
Bising kontiniu dengan frekwensi luas: mesin, kipas angin, AC
Bising kontiniu dengan frekwensi sempit: gergaji, katup gas
Bising terputus (intermittent) lalu-lintas, kapal udara, kereta api
Bising impulsive : pukulan palu, pemasangan tiang pancang, tembakan
Bising impulsive berulang : mesin tempa
Tempat kerja yang bising, dapat menggagu pekerja dari segi fisiologis, psychologis,
dan pisik pendengaran, yang berarti pula akan dapat mengganggu kapasitas dan
efisiensi kerja.
Gangguan fisiologi dapat berupa gangguan berbicara atau komunikasi, gangguan
4
konsentrasi, proses berpikir,meningkatnya kesalahan, dan kecelakaan. Karena bising,
untuk berkomunikasi yang lebih jelas pembicara akan mengeluarkan tenaga ekstra
untuk menghasilkan suara atau bunyi yang memadai untuk komunikasi. Pengeluaran
tenaga ekstra ini merupakan beban tambahan dari pekerjaan, sehingga dapat
mendatangkan kelelahan lebih cepat.
Gangguan psychologis berupa rasa gelisah, bosan, malas bila berada pada tempat
yang bising
Gangguan pisik pendengaran (tuli) dapat berupa pecahnya gendang telinga, rusaknya
tulang pendengaran, sehingga terjadi ketulian pendengaran
Gangguan pisik pendengaran (tuli) sementara yang terjadi karena kelelahan karena
menerima beban bising tidak cukup teratasi sewaktu istirahat dari bekerja. Setelah
selesai istirahat dari pajanan bising kelelahan alat pendengaran masih ada, sehingga
belum siap untuk menerima suara kembali secara sehat.
Gangguan pendengaran (tuli) permanent terjadi bila ketulian sementara berlasung
terus dalam kuruwaktu yang lama, sehingga alat pendengaran mengalami kerusakan
pada saraf dan tidak dapat menyalurkan dan mengartikan suara atau bunyi.
Bila tingkat kebisingan di tempat kerja, jauh dibawah ambang batas yang ditentukan,
maka pekerja dapat bekerja dengan tenang, mudah berkonsentrasi, berfikir lebih
jernih tanpa diganggu oleh pengeluaran tanaga ekstra untuk mengatasi kebisingan.
Untuk mengukur kebisingan dipergunakan sound-levelmeter, noise-loging
dosimeter, dan dicatat hasil pengukuran kebisingan dengan unit dBA, (decibel A).
3. Pewarnaan
Pemilihan dan komposisi warna yang serasi dapat mempengaruhi mood dan
meningkatkan semangat kerja para karyawan. Hal tersebut didasarkan pada psikologi
tentang warna yang menyebutkan bahwa warna tertentu akan dapat merangsang jiwa
seseorang, karena warna memilki getaran – getaran yang berbeda satu dengan lainnya.
Berikut adalah tabel warna fdan efek yang ditimbulkannya :
Jenis Warna Efek yang ditimbulkan
Merah Memberikan rangsangan, pengaruh panas serta dapat
menngetarkan jiwa dan perasaan orang yang melihatnya.
Kuning Menimbulkan getaran rasa suka cita dan memberikan cahaya
yang gemilang, megah dan bijaksana.
Biru dan Hijau Menimbulkan suasana damai, tenang dan menciptakan rasa
gembira.
Orange Merupakan warna yang paling panas yang memiliki kekuatan
dan tenaga yang luar biasa sehingga dapat menimbulkan sugesti
kehidupan dan getaran semangat.
Violet Menimbulkan rasa yang menggetarkan dan melambangkan
getaran tinggi dan rahasia serta melukiskan kekuatan yang tak
terkendali.
5
Warna memiliki efek pada keadaan psikologis seorang pekerja, yakni dapat
memotivasi karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu pemilihan warna dalam ruang
kerja harus diperhatikan karena merupakan faktor pendorong motivasi dalam bekerja.
Menurut Jemmy(2003)” warna-warna yang lembut akan cocok dengan
suasana kerja antara lain : abu – abu cerah, kream, warna gading (broken white), dan
warna lembut lainnya yang memilki tingkat pantul cahaya yang dianjurkan”. Hal
tersebut senada dengan pendapat Nitisemito (1994: 185) yang menyebutkan bahwa
“warna-warna dingin dan lembut, misalnya coklat muda/krem, abu – abu muda, hijau,
dan putih sangat cocok untuk perwarnaan ruang kerja karyawaan”.
Masalah warna sebenarnya bukan hanya pewarnaan dindingnya saja
melainkan lebih luas dari itu, seperti pewarnaan mesin – mesin, peralatan, bahkan
pewarnaan seragam kerja juga perlu diperhatikan. Menurut Moekijat(2002: 143)
Keuntungan penggunaan warna yang baik adalah :”(1) Memungkinkan kantor tampak
menyenangkan dan menarik pemandangan. (2) Mempunyai pengaruh tidak langsung
terhadap produksivitas karyawan.
4. Layout
Layout atau tata letak merupakan satu keputusan yang menentukan efisiensi
sebuah operasi dalam jangka panjang. Banyak dampak strategis yang terjadi dari hasil
keputusan tentang layout, diantaranya kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas
lingkungan kerja, kontak konsumen dan citra perusahaan.Layout yang efektif
membantu perusahaan mencapai sebuah strategi yang menunjang strategi bisnis
yang telah ditetapkan diantara diferensiasi, biaya rendah maupun respon cepat.
Layout pabrik disebut juga tata letak atau tata ruang didalam pabrik. Layoutpabrik
adalah cara penempatan fasilitas-fasilitas produksi guna memperlancar proses
produksi yang efektif dan efisien. Fasilitas pabrik dapat berupa mesin-mesin, alat-alat
produksi, alat pengangkutan bahan, dan peralatan pengawasan.
Perencanaan layout menurut James A Moore adalah rencana dari keseluruhan tata
letak fasilitas industri yang didalamnya, termasuk bagaimana personelnya
ditempatkan, alat-alat operasi gudang, pemindahan material, dan alat pendukung lain
sehingga akan tercipta suatu tujuan yang optimum dengan kegiatan yang ada dengan
menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalamperusahaan.
Dalam semua kasus yang terjadi, layout seharusnya mempertimbangkan bagaimana
cara mencapai:
a. Pemanfaatan lebih tinggi atas ruang, fasilitas dan tenaga kerja.
b. Perbaikan aliran informasi, barang atau tenaga kerja.
6
c. Meningkatkan moral kerja dan kondisi keamanan yang lebih baik
d. Meningkatkan interaksi perusahaan dengan konsumen.
e. Peningkatan fleksibilitas.
Dari waktu ke waktu, desain layout perlu dipertimbangkan sebagi sesuatu yang
dinamis dan punya fleksibilitas.
5. Kebersihan
Kebersihan lingkungan sangat diperhatikan ketika karyawan sedang bekerja
dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan sangat sulit jika keadaan ruang kerja
kotor, bau dan berantakan. “ Lingkungan kerja yang bersih pasti menimbulkan rasa
senang, dan rasa senang ini akan dapat mempengaruhi seseorang untuk lebih
termotivasi dalam bekerja “ (Nitisemito, 1994: 191).
Oleh karena itu kebersihan dalam lingkungan kerja perlu diperhatikan ruang
lingkupnya bukan hanya kebersihan didalam lingkungan kerja, melainkan diluar
ruang kerja. Misalnya kamar kecil yang berbau tidak enak akan menggangu dan
menimbulkan rasa kurang nyaman bagi karyawan dalam menggunakannya. Untuk itu,
kebersihan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan saja, melainkan juga
menjadi tanggung jawab semua karyawan yang menggunakannya.
6. Sirkulasi Udara
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga
kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dikatakan
kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah
bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber
utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman
merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya
oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat
adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan
kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu
mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.
7. Suhu Ruangan
Bila suhu lingkungan kerja lebih panas (diatas suhu nyaman) misalnya pada lokasi
peleburan, pembakaran dll, maka tubuh akan menerima panas dari udara lingkungan
kerja, atau panas dari tubuh pekerja sewaktu bekerja sulit dilepas ke udara lingkungan
kerja, sehingga suhu tubuh dapat meningkat. Panas yang diterima tubuh dari udara
ruang kerja dan panas tubuh yang sulit dilepas ke udara ruang kerja dapat merupakan
beban kerja bagi pekerja. Akibatnya suhu badan pekerja akan meningkat, sehingga
kapasitas dan efisiensi kerja menjadi menurun.
Apabila suhu ruang kerja terlalu rendah misalnya pada ruang penyimpanan dingin,
maka panas tubuh akan dipancarkan ke udara lingkungan kerja lebih banyak
7
dibandingkan bila suhu tempat kerja berada pada kondisi nyaman. Sedangkan tubuh
berupaya untuk menjaga suhu badan normal, untuk dapat beraktifitas optimal.Untuk
itu tubuh akan memproduksi panas dengan membakar karbohidrat, lemak, protein
dalam badan lebih banyak dari biasanya selama pekerja, untuk mempertahan suhu
tubuh yang normal. Bila kompensasi tubuh memproduksi panas gagal maka pekerja
akan mengalami kedinginan (suhu tubuh lebih rendah dari suhu badan normal) maka
kapasitas dan efisiensi kerja akan menurun
Peralatan untuk mngukur suhu udara ruangan dapat menggunakan thermometer
alcohol, dan pencatatan suhu udara ditujukan untuk memperoleh suhu rata2,
maksimum, minimum, dan selisih suhu (amplitudo) di ruang kerja.
Apabila suhu ruang kerja terlalu rendah misalnya pada ruang penyimpanan dingin,
maka panas tubuh akan dipancarkan ke udara lingkungan kerja lebih banyak
dibandingkan bila suhu tempat kerja berada pada kondisi nyaman. Sedangkan tubuh
berupaya untuk menjaga suhu badan normal, untuk dapat beraktifitas optimal.Untuk
itu tubuh akan memproduksi panas dengan membakar karbohidrat, lemak, protein
dalam badan lebih banyak dari biasanya selama pekerja, untuk mempertahan suhu
tubuh yang normal. Bila kompensasi tubuh memproduksi panas gagal maka pekerja
akan mengalami kedinginan (suhu tubuh lebih rendah dari suhu badan normal) maka
kapasitas dan efisiensi kerja akan menurun
Peralatan untuk mngukur suhu udara ruangan dapat menggunakan thermometer
alcohol, dan pencatatan suhu udara ditujukan untuk memperoleh suhu rata2,
maksimum, minimum, dan selisih suhu (amplitudo) di ruang kerja.
8. Kelembaban Ruangan
Kelembaban udara kerja hendaknya berada pada kondisi nyaman (confort
zone) yaitu untuk tenaga kerja Indonesia kelembaban yang nyaman sekitar 40 % - 60
%, sedangkan bagi tenaga kerja yang berasal dari negara dingin kelembaban yang
nyaman kurang dari 40 %. Kelembaban pada kondisi yang nyaman akan
mempermudah penguapan keringat sewaktu bekerja. Penguapan keringat tersebut
akan mengambil panas dari tubuh, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tetap pada suhu
badan normal (37 0C). Terjadi keseimbangan antara panas yang diproduksi dan panas
yang dilepaskan oleh tubuh selama bekerja, sehingga suhu tubuh pekerja selama
bekerja tetap pada kondisi suhu tubuh normal.
Bila kelembaban udara ruang melebihi dari kelembaban yang nyaman, maka
penguapan keringat sewaktu bekerja akan terhambat, sehingga terjadi perlambatan
penglepasan panas tubuh ke udara lingkungan kerja. Pekerja akan merasakan kondisi
kerja yang pengap, sehingga mengurangi kapasitas dan efisiensi kerja.
Sebaliknya bila kelembaban terlalu rendah, sehingga penguapan pada saluran nafas
dan keringat lebih cepat sehingga saluran nafas menjadi kering, serta kulit cepat
kering. Hal ini juga dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas dan efisiensi kerja.
Diupayakan agar kelembaban berada pada kondisi nyaman .
Peralatan untuk mengukur kelembaban udara ruang dapat dilakukan dengan peralatan
hygrometer, dan hasilnya dapat dibaca langsung dari alat tersebut. Dapat juga
dilakukan dengan termometer biasa sebanyak dua buah. Sebuah termometer tersebut
pada salah satu ujung dengan gelembung penampungan alkohol, dibungkus dengan
8
verban atau kain tipis yang dibasahi dengan air. Sewaktu pengukuran, termometer
yang terbungkus dengan kain basah tersebut di kibas-kibaskan selama beberapa menit
untuk memberikan kesempatan air dalam verban/kain basah menguap, dengan
mengambil panas dari gelembung termometer, sehingga suhu termometer menjadi
lebih rendah, dibandingkan dengan suhu termometer yang tidak terbungkus verban
basah. Pembacaan suhu kedua termometer dicatat dan dimasukkan kedalam
“hygrometer chart” (grafik) dan kelembaban dapat dibaca dari grafik tersebut. Dicatat
kelembaban rata2, kelembaban tertinggi, terendah, dan amplitudo kelembaban
ruangan.
analisis gerakan (motion study)
Penyelidikan waktu yang cermat tanpa penyelidikan gerak yang dilakukan
secara seksama adalah tidak mungkin. Oleh karena itu maka penyelidikan gerak selalu
didahului oleh analisis mengenai cara yang terbaik untuk melakukan suatu tugas, hal
ini disebut dengan Penyelidikan Gerak (Motion Study). Penyelidikan gerak ini
dikembangkan oleh Frank & Lilian Gilbreth, pelopor0-pelopor manajemen ilmiah.
Dengan menggunakan suatu alat gerak-lamban (Slow Motion Projector) disertai
dengan suatu alat untuk menentukan waktu yang khusus yang
disebut Microchronometer pada latar belakang gambar, pada waktu yang bersamaan
dapat dibuat penyelidikan gerak dan waktu yang tepat serta terinci. Metode ini adalah
lebih rumit dibanding dengan penyelidikan dengan Stopwatch, tetapi hasilnya juga
lebih teliti. Alat pemotret ini menunjukkan jalannya gerak dan ketidakteraturan-
ketidakteraturan dalam jalannya gerak. Gerak lamban memungkinkan analisis yang
tepat dari jalannya gerak, sehingga metode pekerjaan yang terbaik dapat diketemukan
dan memungkinkan distandarisasikan. Dengan menghentikan alat pemotret, orang
dapat membaca waktu pada Microchronometer untuk setiap unsur dalam lingkaran
pekerjaan (Work Cycle) tersebut.
Perencanaan sistem kerja bertujuan untuk menentukan metode terbaik dalam
melaksanakan operasi-operasi kerja yang diperlukan dalam proses produksi. maksud
dan tujuan melakukan perancangan kerja untuk meningkatkan produktivitas dan
performansi kerja dapat dicapai melalui:
· Pengembangan tata cara kerja (work methods) yang lebih efektif dan efisien
terutama ditujukan untuk aktivitas operasional yang diperlukan dalam proses
produksi.
· Pengaturan kondisi lingkungan kerja yang lebih ergonomis sehingga mampu
memberikan kenyamanan dalam arti fisik maupun social psikologis.
· Pemanfaatan dan pendayagunaan secara maksimal semua potensi sumber daya
manusia secara terorganisir
9
Pendekatan Time and Motion Study menurut Barnes (1976: 6)
merupakan, Studi yang sistematik dari sistem kerja dengan tujuan-tujuan sebagai
berikut :
1. mengembangkan sistem dan metode yang diinginkan – biasanya dengan salah
satu yang biayanya lebih murah;
2. standarisasi sistem dam metode;
3. menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang trainer yang memenuhi syarat
dan pantas yang bekerja pada langkah normal untuk melakukan tugas spesifik atau
operasi;
4. membantu dalam training pekerja pada metode yang diinginkan. Time and
Motion Study dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang
mengarahkan engineering dalam memilih suatu metode yang berkaitan dalam
merancang sebuah stasiun kerja yang diinginkan baik itu oleh si perancang maupun
bagi pihak perusahaan.
Waktu Siklus
Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan berturut-turut,
asumsikan konstan untuk semua pertemuan untuk memberikan kecepatan konveyer.
Ws=t/d
Konveyer adalah kunci pemindah material di kebanyakan line assembly : sabuk,
rantai, overhead, pneumatic, dan konveyor sekrup.
Dimana : T= waktu produksi yang tersedia selama 1 hari
d= demand per hari atau produksi per hari
Waktu Normal
Waktu normal adalah waktu siklus yang telah dikalikan dengan penyesuaian si
operator. Misal waktu siklus pada pengerjaan perakitan sepeda adalah 150 detik
dengan waktu ini dicapai dengan keterampilan good (C1), usaha good (C2), kondisi
excellent (B) dan konsistensi average (D), maka tambahan terhadap p (penyesuaian) =
1 adalah : Keterampilan : Good (C1) = 0.06
Usaha : Good (C2) = 0.02
Kondisi : Excellent (B) = 0.04
Konsistensi : Average (D) = 0.00
0.12
Jadi p = (1-0.12) atau p = 0.88
10
Wn = 150 x 0.88 = 132 detik
Waktu Standar
Waktu standar adalah waktu yang seharusnya digunakan oleh operator yang
normal pada keadaan yang normal untuk memproduksi satu unit dari data jenis
produk. Waktu standar untuk setiap part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk
beristirahat untuk mengatasi kelelahan atau untuk faktor – faktor yang tidak dapat
dihindarkan. Namun, jangka waktu penggunaan waktu standar ada batasannya. Hal ini
terjadi karena proses produksi terus dikembangkan dan berubah secara kontinyu,
sehingga waktu standar yang telah dipergunakan tidak representatif lagi. Oleh karena
itu waktu standar harus selalu diperbaharui. Untuk menghitung waktu standar
dilakukan dengan melakukan termengamati jumlah produktif pada sampling
pekerjaan. Misal :
a. Jumlah pengamatan 432 (selama 12 hari) Jumlah produktif 343 Presentase
produktif 343/432 x 100 % = 79,4 %
b. Jumlah menit pengamatan 5040 menit (12 hari x 7 jam x 60 menit) jumlah menit
produktif 79,4 % /100 x 5040 = 4002 menit
c. Jumlah barang yang dihasilkan selama pengamatan 370 buah waktu diperlukan
/ buah 4002/370 = 10,82 menit
d. Faktor penyesuaian 0.95 Waktu normal 10,28 menit (10,82 menit x 0,95)
e. Kelonggaran 12 % Waktu baku 10,28 + (0.12 x 10,28) = 11,51 menit
analisis waktu kerja (time study)
Adalah suatu study untuk menganalisis berapa lama waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
Suatu study/analisis yang mempelajari berapa lama untuk menyelesaikan suatu unit
kegiatan.
Study mengenai waktu ini adaah time standar (waktu standar).
Langkah – langkah dalam time study :
- Mengumpulkan segala keterangan mengenai pekerjaan yang akan diamati.
- Uraikan pekerjaan ini kedalam elemen – elemen kerja
- Ukur waktu tiap – tiap elemen kerja/gerakkan.
- Ulangi pengukuran ini berulang kali yang maksudnya untuk menghindari
kesalahan dalam mendata
- Catat hasil pengukuran tersebut.
- Tentukan waktu rata – rata untuk tiap elemen kerja atau kegiatan elemen gerakan.
11
Penghitungan Waktu standar
WaktuPengamatan
WaktuRata-Rata
SkillEffort
+ % Rating Conditions
Consistency
Waktu Normal
Istirahat
Merokok
+% Allowance KeWC
Menerima Instruksi
Waktu Basis(Waktu yg
Diinginkan)
+ % Policy Suhu
Cuaca , Dll
Waktu Standar
Contoh Soal.
1. Perusahaan sepatu ingin mengetahui berapa lama yang diperlukan oleh seorang
karyawannya untuk menyelesaikan suatu unit sepatu . Untuk kepentingan itu
dilakukan pengukuran secara berulang ulang hasilnya sebagai berikut dalam ukuran
menit ): 90, 85, 93, 88, 91, 88, 95 . Pimpinan perusahaan memberikan penilaian
atas keahliannya 2%, usaha 3%, kondisi 3%, consistency 2%, selain itu pimpinan
perusahaan memberikan kelonggaran pada pekerja berupa istirahat 15 menit ,
menerima instruksi 5 menit , dll sebanyak 10 . Karena kondisi suhu udara yang
panas perusahaan memberikan kebijakan 8%. Berdasarkan hal tersebut hitung
waktu standar untuk menyelesaikan 1 unit sepatu Perusahaan sepatu ingin
mengetahui berapa lama yang diperlukan oleh seorang karyawannya untuk
12
menyelesaikan suatu unit sepatu. Untuk kepentingan itu dilakukan pengukuran
secara berulang-ulang hasilnya sebagai berikut (dalam ukuran menit): 90, 85, 93, 88,
91, 88, 95 . Pimpinan perusahaan memberikan penilaian atas keahliannya 2%, usaha
3%, kondisi 3%, consistency 2%, selain itu pimpinan perusahaan memberikan
kelonggaran pada pekerja berupa istirahat 15 menit, menerima instruksi 5 menit, dll
sebanyak 10 menit. Karena kondisi suhu udara yang panas perusahaan memberikan
kebijakan 8%. Berdasarkan hal tersebut hitung waktu standar untuk menyelesaikan 1
unit sepatu.
Jawaban:
Waktu Pengukuran
90 85 93 88 91 88 95
%rating 10%
%allowance 30menit 0.30303
%policy 8%
Waktu Rata-Rata
90Rating factor 10% X 90menit
90
9
Waktu Normal
Allowance factor 30 menit
99
30
Waktu Basis
Policy factor 8%x129menit
129
10.3
Waktu Standar 139
Waktu Standar = WR (RF)(AF) (PF)
= 901.11.31.08
= 139

Más contenido relacionado

Similar a LINGKUNGAN KERJA

tugas pio kelompok 4
tugas pio kelompok 4 tugas pio kelompok 4
tugas pio kelompok 4 syahiraumar
 
Psikologi kerekayasaan lailatus sifa
Psikologi kerekayasaan lailatus sifaPsikologi kerekayasaan lailatus sifa
Psikologi kerekayasaan lailatus sifaTawonNakal
 
Ppt psikologi kerekayasaan lailatus sifa
Ppt psikologi kerekayasaan lailatus sifaPpt psikologi kerekayasaan lailatus sifa
Ppt psikologi kerekayasaan lailatus sifaTawonNakal
 
fdokumen.com_8-aspek-ergonomi-lingkungan-fisik-kerja.ppt
fdokumen.com_8-aspek-ergonomi-lingkungan-fisik-kerja.pptfdokumen.com_8-aspek-ergonomi-lingkungan-fisik-kerja.ppt
fdokumen.com_8-aspek-ergonomi-lingkungan-fisik-kerja.pptIvanLamalouk
 
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfAnastasyaDiva1
 
PIO Kelompok 4 Bab 4 kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4 kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4 kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4 kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan.pdfathirahsyahna
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Septian Muna Barakati
 
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdflinkannrfrnt
 
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfFarahKhalda
 
Ergonomi imk
Ergonomi imkErgonomi imk
Ergonomi imkKotib Ibi
 
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfdwicempaka0904
 
ppt Psikologi Kerekayasaan
ppt Psikologi Kerekayasaanppt Psikologi Kerekayasaan
ppt Psikologi KerekayasaanShera nisaka
 
Bedah Karya Interior dan Akustik di Eksekutif Club
Bedah Karya Interior dan Akustik di Eksekutif ClubBedah Karya Interior dan Akustik di Eksekutif Club
Bedah Karya Interior dan Akustik di Eksekutif ClubHerwin Gunawan
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Operator Warnet Vast Raha
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Operator Warnet Vast Raha
 
05. QHSE Meeting Mei.pptx
05. QHSE Meeting Mei.pptx05. QHSE Meeting Mei.pptx
05. QHSE Meeting Mei.pptxadimastiawan
 

Similar a LINGKUNGAN KERJA (20)

tugas pio kelompok 4
tugas pio kelompok 4 tugas pio kelompok 4
tugas pio kelompok 4
 
kebisingan
kebisingankebisingan
kebisingan
 
Psikologi kerekayasaan lailatus sifa
Psikologi kerekayasaan lailatus sifaPsikologi kerekayasaan lailatus sifa
Psikologi kerekayasaan lailatus sifa
 
Ppt psikologi kerekayasaan lailatus sifa
Ppt psikologi kerekayasaan lailatus sifaPpt psikologi kerekayasaan lailatus sifa
Ppt psikologi kerekayasaan lailatus sifa
 
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otopartsKebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
Kebutuhan pencahayaan pabrik plastik pt astra otoparts
 
Pencahayaan
PencahayaanPencahayaan
Pencahayaan
 
fdokumen.com_8-aspek-ergonomi-lingkungan-fisik-kerja.ppt
fdokumen.com_8-aspek-ergonomi-lingkungan-fisik-kerja.pptfdokumen.com_8-aspek-ergonomi-lingkungan-fisik-kerja.ppt
fdokumen.com_8-aspek-ergonomi-lingkungan-fisik-kerja.ppt
 
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
 
PIO Kelompok 4 Bab 4 kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4 kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4 kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4 kondisi kerja dan psikologi kerekayasaan.pdf
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
 
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
 
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
 
Ergonomi imk
Ergonomi imkErgonomi imk
Ergonomi imk
 
Kebisingan,,
Kebisingan,,Kebisingan,,
Kebisingan,,
 
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdfPIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
PIO Kelompok 4 Bab 4.pdf
 
ppt Psikologi Kerekayasaan
ppt Psikologi Kerekayasaanppt Psikologi Kerekayasaan
ppt Psikologi Kerekayasaan
 
Bedah Karya Interior dan Akustik di Eksekutif Club
Bedah Karya Interior dan Akustik di Eksekutif ClubBedah Karya Interior dan Akustik di Eksekutif Club
Bedah Karya Interior dan Akustik di Eksekutif Club
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
 
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
Cahaya makalah-instalasilistrik-131008071014-phpapp01
 
05. QHSE Meeting Mei.pptx
05. QHSE Meeting Mei.pptx05. QHSE Meeting Mei.pptx
05. QHSE Meeting Mei.pptx
 

LINGKUNGAN KERJA

  • 1. TUGAS MANAJEMEN INDUSTRI STANDARISASI ANALISIS LINGKUNGAN KERJA DISUSUN OLEH : NAMA : Bunyani Marsus NIM : 10507131005 KELAS : B 5 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012
  • 2. 2 Standarisasi analisis lingkungan kerja 1. Pencahayaan Bekerja pada ruangan yang gelap dan samara-samar akan menyebabkan ketegangan pada mata. Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu pegawai dalam mempelancar aktivitas kerjanya. Tingkat yang tepat dari intensitas cahaya juga tergantung pada usia pegawai. Pencapaian prestasi kerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi adalah lebih besar untuk pegawai yang lebih tua dibanding yang lebih muda. Tempat kerja membutuhkan penerangan dengan kuat pencahayaan tertentu agar proses bekerja dapat terjadi sesuai dengan standar operasi yang telah ditentukan. Kuat penerangan di tempat kerja tergantung dari jenis pekerjaan. Untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tertentu menghendaki penerangan yang lebih kuat dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan ketelitian. Pencahayaan tempat kerja dapat dilakukan dengan dua jenis pencahayaan yaitu pencahayaan alamiah dan buatan. Kuat pencahayaan buatan ditentukan oleh kuat penerangan sumber cahaya dan jaraknya kebidang baca. Makin besar sumber penerangan, dan makin dekat kebidang baca, pencahayaan manjadi makin baik. Dijaga jangan sampai terjadi kesilauan atau “glare” (pantulan cahaya mengkilap) Bila penerangan di tempat kerja kurang dari standar yang seharusnya maka pekerja akan mengalami kelelahan lebih cepat pada penglihatannya, karena membutuhkan tanaga extra untuk melihat pekerjaan di bidang kerja, agar tidak terjadi kesalahan atau kecelakaan. Sebaliknya bila terjadi penerangan yang melebihi dari standar yang ditentukan, maka mata akan menambah upaya untuk mengurangi cahaya yang masuk kedalam mata agar tidak silau, sehingga upaya atau beban tersebut merupakan beban tambahan dalam melakukan pekerjaan mata. Dengan demikian mata lebih cepat mengalami kelelahan.. Perkiraan standar penvahayaan / penerangan untuk beberapa jenis pekerjaan sbb: Penerangan darurat, tidur, minimal 5 lux Penerangan jalan, halaman 20 lux Penerangan pekerjaan kasar 50 lux Penerangan pekerjaan halus 100 lux Penerangan pekerjaan yang agak teliti 200 lux Penerangan pekerjaan dengan ketelitian dan halus 300 lux Penerangan pekerjaan halus, teliti, lama 500 – 1000 lux Penerangan pekerjaan halus, kontras, teliti, lama > 2000 lux Pengukuran pencahayaan dengan alat luxmeter dan kuat pencahayaan dicatat dengan satuan lux. Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu: A. Sistem Pencahayaan Langsung (direct lighting) B. Pencahayaan Semi Langsung (semi direct lighting)
  • 3. 3 C. Sistem Pencahayaan Difus (general diffus lighting) D. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting) E. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (indirect lighting) JENIS KEGIATAN TINGKAT PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX) KETERANGAN Pekerjaan kasar dan tidak terus – menerus 100 Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu Pekerjaan kasar dan terus – menerus 200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun Pekerjaan agak halus 500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan teksti, pekerjaan mesin halus & perakitan halus Pekerjaan amat halus 1500 Tidak menimbulkan bayangan Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus Pekerjaan terinci 3000 Tidak menimbulkan bayangan Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus 2. Kebisingan Bising adalah bunyi yang tidak disenangi. Bunyi adalah bergetarnya suatu benda atau energi yang dirambatkan sampai ke telinga . Pendengaran manusia normal dapat mendengar bunyi dengan frekwensi antara 16 – 20.000 Hz. Intensitas bising (dB) adalah jumlah energi yang dipancarkan . Kekerasan suara atau bunyi adalah perkalian anrata frekwensi dan intensitas. Jenis bising: Bising kontiniu dengan frekwensi luas: mesin, kipas angin, AC Bising kontiniu dengan frekwensi sempit: gergaji, katup gas Bising terputus (intermittent) lalu-lintas, kapal udara, kereta api Bising impulsive : pukulan palu, pemasangan tiang pancang, tembakan Bising impulsive berulang : mesin tempa Tempat kerja yang bising, dapat menggagu pekerja dari segi fisiologis, psychologis, dan pisik pendengaran, yang berarti pula akan dapat mengganggu kapasitas dan efisiensi kerja. Gangguan fisiologi dapat berupa gangguan berbicara atau komunikasi, gangguan
  • 4. 4 konsentrasi, proses berpikir,meningkatnya kesalahan, dan kecelakaan. Karena bising, untuk berkomunikasi yang lebih jelas pembicara akan mengeluarkan tenaga ekstra untuk menghasilkan suara atau bunyi yang memadai untuk komunikasi. Pengeluaran tenaga ekstra ini merupakan beban tambahan dari pekerjaan, sehingga dapat mendatangkan kelelahan lebih cepat. Gangguan psychologis berupa rasa gelisah, bosan, malas bila berada pada tempat yang bising Gangguan pisik pendengaran (tuli) dapat berupa pecahnya gendang telinga, rusaknya tulang pendengaran, sehingga terjadi ketulian pendengaran Gangguan pisik pendengaran (tuli) sementara yang terjadi karena kelelahan karena menerima beban bising tidak cukup teratasi sewaktu istirahat dari bekerja. Setelah selesai istirahat dari pajanan bising kelelahan alat pendengaran masih ada, sehingga belum siap untuk menerima suara kembali secara sehat. Gangguan pendengaran (tuli) permanent terjadi bila ketulian sementara berlasung terus dalam kuruwaktu yang lama, sehingga alat pendengaran mengalami kerusakan pada saraf dan tidak dapat menyalurkan dan mengartikan suara atau bunyi. Bila tingkat kebisingan di tempat kerja, jauh dibawah ambang batas yang ditentukan, maka pekerja dapat bekerja dengan tenang, mudah berkonsentrasi, berfikir lebih jernih tanpa diganggu oleh pengeluaran tanaga ekstra untuk mengatasi kebisingan. Untuk mengukur kebisingan dipergunakan sound-levelmeter, noise-loging dosimeter, dan dicatat hasil pengukuran kebisingan dengan unit dBA, (decibel A). 3. Pewarnaan Pemilihan dan komposisi warna yang serasi dapat mempengaruhi mood dan meningkatkan semangat kerja para karyawan. Hal tersebut didasarkan pada psikologi tentang warna yang menyebutkan bahwa warna tertentu akan dapat merangsang jiwa seseorang, karena warna memilki getaran – getaran yang berbeda satu dengan lainnya. Berikut adalah tabel warna fdan efek yang ditimbulkannya : Jenis Warna Efek yang ditimbulkan Merah Memberikan rangsangan, pengaruh panas serta dapat menngetarkan jiwa dan perasaan orang yang melihatnya. Kuning Menimbulkan getaran rasa suka cita dan memberikan cahaya yang gemilang, megah dan bijaksana. Biru dan Hijau Menimbulkan suasana damai, tenang dan menciptakan rasa gembira. Orange Merupakan warna yang paling panas yang memiliki kekuatan dan tenaga yang luar biasa sehingga dapat menimbulkan sugesti kehidupan dan getaran semangat. Violet Menimbulkan rasa yang menggetarkan dan melambangkan getaran tinggi dan rahasia serta melukiskan kekuatan yang tak terkendali.
  • 5. 5 Warna memiliki efek pada keadaan psikologis seorang pekerja, yakni dapat memotivasi karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu pemilihan warna dalam ruang kerja harus diperhatikan karena merupakan faktor pendorong motivasi dalam bekerja. Menurut Jemmy(2003)” warna-warna yang lembut akan cocok dengan suasana kerja antara lain : abu – abu cerah, kream, warna gading (broken white), dan warna lembut lainnya yang memilki tingkat pantul cahaya yang dianjurkan”. Hal tersebut senada dengan pendapat Nitisemito (1994: 185) yang menyebutkan bahwa “warna-warna dingin dan lembut, misalnya coklat muda/krem, abu – abu muda, hijau, dan putih sangat cocok untuk perwarnaan ruang kerja karyawaan”. Masalah warna sebenarnya bukan hanya pewarnaan dindingnya saja melainkan lebih luas dari itu, seperti pewarnaan mesin – mesin, peralatan, bahkan pewarnaan seragam kerja juga perlu diperhatikan. Menurut Moekijat(2002: 143) Keuntungan penggunaan warna yang baik adalah :”(1) Memungkinkan kantor tampak menyenangkan dan menarik pemandangan. (2) Mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap produksivitas karyawan. 4. Layout Layout atau tata letak merupakan satu keputusan yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Banyak dampak strategis yang terjadi dari hasil keputusan tentang layout, diantaranya kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas lingkungan kerja, kontak konsumen dan citra perusahaan.Layout yang efektif membantu perusahaan mencapai sebuah strategi yang menunjang strategi bisnis yang telah ditetapkan diantara diferensiasi, biaya rendah maupun respon cepat. Layout pabrik disebut juga tata letak atau tata ruang didalam pabrik. Layoutpabrik adalah cara penempatan fasilitas-fasilitas produksi guna memperlancar proses produksi yang efektif dan efisien. Fasilitas pabrik dapat berupa mesin-mesin, alat-alat produksi, alat pengangkutan bahan, dan peralatan pengawasan. Perencanaan layout menurut James A Moore adalah rencana dari keseluruhan tata letak fasilitas industri yang didalamnya, termasuk bagaimana personelnya ditempatkan, alat-alat operasi gudang, pemindahan material, dan alat pendukung lain sehingga akan tercipta suatu tujuan yang optimum dengan kegiatan yang ada dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada dalamperusahaan. Dalam semua kasus yang terjadi, layout seharusnya mempertimbangkan bagaimana cara mencapai: a. Pemanfaatan lebih tinggi atas ruang, fasilitas dan tenaga kerja. b. Perbaikan aliran informasi, barang atau tenaga kerja.
  • 6. 6 c. Meningkatkan moral kerja dan kondisi keamanan yang lebih baik d. Meningkatkan interaksi perusahaan dengan konsumen. e. Peningkatan fleksibilitas. Dari waktu ke waktu, desain layout perlu dipertimbangkan sebagi sesuatu yang dinamis dan punya fleksibilitas. 5. Kebersihan Kebersihan lingkungan sangat diperhatikan ketika karyawan sedang bekerja dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan sangat sulit jika keadaan ruang kerja kotor, bau dan berantakan. “ Lingkungan kerja yang bersih pasti menimbulkan rasa senang, dan rasa senang ini akan dapat mempengaruhi seseorang untuk lebih termotivasi dalam bekerja “ (Nitisemito, 1994: 191). Oleh karena itu kebersihan dalam lingkungan kerja perlu diperhatikan ruang lingkupnya bukan hanya kebersihan didalam lingkungan kerja, melainkan diluar ruang kerja. Misalnya kamar kecil yang berbau tidak enak akan menggangu dan menimbulkan rasa kurang nyaman bagi karyawan dalam menggunakannya. Untuk itu, kebersihan ini tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan saja, melainkan juga menjadi tanggung jawab semua karyawan yang menggunakannya. 6. Sirkulasi Udara Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan sukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. 7. Suhu Ruangan Bila suhu lingkungan kerja lebih panas (diatas suhu nyaman) misalnya pada lokasi peleburan, pembakaran dll, maka tubuh akan menerima panas dari udara lingkungan kerja, atau panas dari tubuh pekerja sewaktu bekerja sulit dilepas ke udara lingkungan kerja, sehingga suhu tubuh dapat meningkat. Panas yang diterima tubuh dari udara ruang kerja dan panas tubuh yang sulit dilepas ke udara ruang kerja dapat merupakan beban kerja bagi pekerja. Akibatnya suhu badan pekerja akan meningkat, sehingga kapasitas dan efisiensi kerja menjadi menurun. Apabila suhu ruang kerja terlalu rendah misalnya pada ruang penyimpanan dingin, maka panas tubuh akan dipancarkan ke udara lingkungan kerja lebih banyak
  • 7. 7 dibandingkan bila suhu tempat kerja berada pada kondisi nyaman. Sedangkan tubuh berupaya untuk menjaga suhu badan normal, untuk dapat beraktifitas optimal.Untuk itu tubuh akan memproduksi panas dengan membakar karbohidrat, lemak, protein dalam badan lebih banyak dari biasanya selama pekerja, untuk mempertahan suhu tubuh yang normal. Bila kompensasi tubuh memproduksi panas gagal maka pekerja akan mengalami kedinginan (suhu tubuh lebih rendah dari suhu badan normal) maka kapasitas dan efisiensi kerja akan menurun Peralatan untuk mngukur suhu udara ruangan dapat menggunakan thermometer alcohol, dan pencatatan suhu udara ditujukan untuk memperoleh suhu rata2, maksimum, minimum, dan selisih suhu (amplitudo) di ruang kerja. Apabila suhu ruang kerja terlalu rendah misalnya pada ruang penyimpanan dingin, maka panas tubuh akan dipancarkan ke udara lingkungan kerja lebih banyak dibandingkan bila suhu tempat kerja berada pada kondisi nyaman. Sedangkan tubuh berupaya untuk menjaga suhu badan normal, untuk dapat beraktifitas optimal.Untuk itu tubuh akan memproduksi panas dengan membakar karbohidrat, lemak, protein dalam badan lebih banyak dari biasanya selama pekerja, untuk mempertahan suhu tubuh yang normal. Bila kompensasi tubuh memproduksi panas gagal maka pekerja akan mengalami kedinginan (suhu tubuh lebih rendah dari suhu badan normal) maka kapasitas dan efisiensi kerja akan menurun Peralatan untuk mngukur suhu udara ruangan dapat menggunakan thermometer alcohol, dan pencatatan suhu udara ditujukan untuk memperoleh suhu rata2, maksimum, minimum, dan selisih suhu (amplitudo) di ruang kerja. 8. Kelembaban Ruangan Kelembaban udara kerja hendaknya berada pada kondisi nyaman (confort zone) yaitu untuk tenaga kerja Indonesia kelembaban yang nyaman sekitar 40 % - 60 %, sedangkan bagi tenaga kerja yang berasal dari negara dingin kelembaban yang nyaman kurang dari 40 %. Kelembaban pada kondisi yang nyaman akan mempermudah penguapan keringat sewaktu bekerja. Penguapan keringat tersebut akan mengambil panas dari tubuh, sehingga suhu tubuh dapat dijaga tetap pada suhu badan normal (37 0C). Terjadi keseimbangan antara panas yang diproduksi dan panas yang dilepaskan oleh tubuh selama bekerja, sehingga suhu tubuh pekerja selama bekerja tetap pada kondisi suhu tubuh normal. Bila kelembaban udara ruang melebihi dari kelembaban yang nyaman, maka penguapan keringat sewaktu bekerja akan terhambat, sehingga terjadi perlambatan penglepasan panas tubuh ke udara lingkungan kerja. Pekerja akan merasakan kondisi kerja yang pengap, sehingga mengurangi kapasitas dan efisiensi kerja. Sebaliknya bila kelembaban terlalu rendah, sehingga penguapan pada saluran nafas dan keringat lebih cepat sehingga saluran nafas menjadi kering, serta kulit cepat kering. Hal ini juga dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas dan efisiensi kerja. Diupayakan agar kelembaban berada pada kondisi nyaman . Peralatan untuk mengukur kelembaban udara ruang dapat dilakukan dengan peralatan hygrometer, dan hasilnya dapat dibaca langsung dari alat tersebut. Dapat juga dilakukan dengan termometer biasa sebanyak dua buah. Sebuah termometer tersebut pada salah satu ujung dengan gelembung penampungan alkohol, dibungkus dengan
  • 8. 8 verban atau kain tipis yang dibasahi dengan air. Sewaktu pengukuran, termometer yang terbungkus dengan kain basah tersebut di kibas-kibaskan selama beberapa menit untuk memberikan kesempatan air dalam verban/kain basah menguap, dengan mengambil panas dari gelembung termometer, sehingga suhu termometer menjadi lebih rendah, dibandingkan dengan suhu termometer yang tidak terbungkus verban basah. Pembacaan suhu kedua termometer dicatat dan dimasukkan kedalam “hygrometer chart” (grafik) dan kelembaban dapat dibaca dari grafik tersebut. Dicatat kelembaban rata2, kelembaban tertinggi, terendah, dan amplitudo kelembaban ruangan. analisis gerakan (motion study) Penyelidikan waktu yang cermat tanpa penyelidikan gerak yang dilakukan secara seksama adalah tidak mungkin. Oleh karena itu maka penyelidikan gerak selalu didahului oleh analisis mengenai cara yang terbaik untuk melakukan suatu tugas, hal ini disebut dengan Penyelidikan Gerak (Motion Study). Penyelidikan gerak ini dikembangkan oleh Frank & Lilian Gilbreth, pelopor0-pelopor manajemen ilmiah. Dengan menggunakan suatu alat gerak-lamban (Slow Motion Projector) disertai dengan suatu alat untuk menentukan waktu yang khusus yang disebut Microchronometer pada latar belakang gambar, pada waktu yang bersamaan dapat dibuat penyelidikan gerak dan waktu yang tepat serta terinci. Metode ini adalah lebih rumit dibanding dengan penyelidikan dengan Stopwatch, tetapi hasilnya juga lebih teliti. Alat pemotret ini menunjukkan jalannya gerak dan ketidakteraturan- ketidakteraturan dalam jalannya gerak. Gerak lamban memungkinkan analisis yang tepat dari jalannya gerak, sehingga metode pekerjaan yang terbaik dapat diketemukan dan memungkinkan distandarisasikan. Dengan menghentikan alat pemotret, orang dapat membaca waktu pada Microchronometer untuk setiap unsur dalam lingkaran pekerjaan (Work Cycle) tersebut. Perencanaan sistem kerja bertujuan untuk menentukan metode terbaik dalam melaksanakan operasi-operasi kerja yang diperlukan dalam proses produksi. maksud dan tujuan melakukan perancangan kerja untuk meningkatkan produktivitas dan performansi kerja dapat dicapai melalui: · Pengembangan tata cara kerja (work methods) yang lebih efektif dan efisien terutama ditujukan untuk aktivitas operasional yang diperlukan dalam proses produksi. · Pengaturan kondisi lingkungan kerja yang lebih ergonomis sehingga mampu memberikan kenyamanan dalam arti fisik maupun social psikologis. · Pemanfaatan dan pendayagunaan secara maksimal semua potensi sumber daya manusia secara terorganisir
  • 9. 9 Pendekatan Time and Motion Study menurut Barnes (1976: 6) merupakan, Studi yang sistematik dari sistem kerja dengan tujuan-tujuan sebagai berikut : 1. mengembangkan sistem dan metode yang diinginkan – biasanya dengan salah satu yang biayanya lebih murah; 2. standarisasi sistem dam metode; 3. menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang trainer yang memenuhi syarat dan pantas yang bekerja pada langkah normal untuk melakukan tugas spesifik atau operasi; 4. membantu dalam training pekerja pada metode yang diinginkan. Time and Motion Study dapat didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang mengarahkan engineering dalam memilih suatu metode yang berkaitan dalam merancang sebuah stasiun kerja yang diinginkan baik itu oleh si perancang maupun bagi pihak perusahaan. Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan berturut-turut, asumsikan konstan untuk semua pertemuan untuk memberikan kecepatan konveyer. Ws=t/d Konveyer adalah kunci pemindah material di kebanyakan line assembly : sabuk, rantai, overhead, pneumatic, dan konveyor sekrup. Dimana : T= waktu produksi yang tersedia selama 1 hari d= demand per hari atau produksi per hari Waktu Normal Waktu normal adalah waktu siklus yang telah dikalikan dengan penyesuaian si operator. Misal waktu siklus pada pengerjaan perakitan sepeda adalah 150 detik dengan waktu ini dicapai dengan keterampilan good (C1), usaha good (C2), kondisi excellent (B) dan konsistensi average (D), maka tambahan terhadap p (penyesuaian) = 1 adalah : Keterampilan : Good (C1) = 0.06 Usaha : Good (C2) = 0.02 Kondisi : Excellent (B) = 0.04 Konsistensi : Average (D) = 0.00 0.12 Jadi p = (1-0.12) atau p = 0.88
  • 10. 10 Wn = 150 x 0.88 = 132 detik Waktu Standar Waktu standar adalah waktu yang seharusnya digunakan oleh operator yang normal pada keadaan yang normal untuk memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk mengatasi kelelahan atau untuk faktor – faktor yang tidak dapat dihindarkan. Namun, jangka waktu penggunaan waktu standar ada batasannya. Hal ini terjadi karena proses produksi terus dikembangkan dan berubah secara kontinyu, sehingga waktu standar yang telah dipergunakan tidak representatif lagi. Oleh karena itu waktu standar harus selalu diperbaharui. Untuk menghitung waktu standar dilakukan dengan melakukan termengamati jumlah produktif pada sampling pekerjaan. Misal : a. Jumlah pengamatan 432 (selama 12 hari) Jumlah produktif 343 Presentase produktif 343/432 x 100 % = 79,4 % b. Jumlah menit pengamatan 5040 menit (12 hari x 7 jam x 60 menit) jumlah menit produktif 79,4 % /100 x 5040 = 4002 menit c. Jumlah barang yang dihasilkan selama pengamatan 370 buah waktu diperlukan / buah 4002/370 = 10,82 menit d. Faktor penyesuaian 0.95 Waktu normal 10,28 menit (10,82 menit x 0,95) e. Kelonggaran 12 % Waktu baku 10,28 + (0.12 x 10,28) = 11,51 menit analisis waktu kerja (time study) Adalah suatu study untuk menganalisis berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Suatu study/analisis yang mempelajari berapa lama untuk menyelesaikan suatu unit kegiatan. Study mengenai waktu ini adaah time standar (waktu standar). Langkah – langkah dalam time study : - Mengumpulkan segala keterangan mengenai pekerjaan yang akan diamati. - Uraikan pekerjaan ini kedalam elemen – elemen kerja - Ukur waktu tiap – tiap elemen kerja/gerakkan. - Ulangi pengukuran ini berulang kali yang maksudnya untuk menghindari kesalahan dalam mendata - Catat hasil pengukuran tersebut. - Tentukan waktu rata – rata untuk tiap elemen kerja atau kegiatan elemen gerakan.
  • 11. 11 Penghitungan Waktu standar WaktuPengamatan WaktuRata-Rata SkillEffort + % Rating Conditions Consistency Waktu Normal Istirahat Merokok +% Allowance KeWC Menerima Instruksi Waktu Basis(Waktu yg Diinginkan) + % Policy Suhu Cuaca , Dll Waktu Standar Contoh Soal. 1. Perusahaan sepatu ingin mengetahui berapa lama yang diperlukan oleh seorang karyawannya untuk menyelesaikan suatu unit sepatu . Untuk kepentingan itu dilakukan pengukuran secara berulang ulang hasilnya sebagai berikut dalam ukuran menit ): 90, 85, 93, 88, 91, 88, 95 . Pimpinan perusahaan memberikan penilaian atas keahliannya 2%, usaha 3%, kondisi 3%, consistency 2%, selain itu pimpinan perusahaan memberikan kelonggaran pada pekerja berupa istirahat 15 menit , menerima instruksi 5 menit , dll sebanyak 10 . Karena kondisi suhu udara yang panas perusahaan memberikan kebijakan 8%. Berdasarkan hal tersebut hitung waktu standar untuk menyelesaikan 1 unit sepatu Perusahaan sepatu ingin mengetahui berapa lama yang diperlukan oleh seorang karyawannya untuk
  • 12. 12 menyelesaikan suatu unit sepatu. Untuk kepentingan itu dilakukan pengukuran secara berulang-ulang hasilnya sebagai berikut (dalam ukuran menit): 90, 85, 93, 88, 91, 88, 95 . Pimpinan perusahaan memberikan penilaian atas keahliannya 2%, usaha 3%, kondisi 3%, consistency 2%, selain itu pimpinan perusahaan memberikan kelonggaran pada pekerja berupa istirahat 15 menit, menerima instruksi 5 menit, dll sebanyak 10 menit. Karena kondisi suhu udara yang panas perusahaan memberikan kebijakan 8%. Berdasarkan hal tersebut hitung waktu standar untuk menyelesaikan 1 unit sepatu. Jawaban: Waktu Pengukuran 90 85 93 88 91 88 95 %rating 10% %allowance 30menit 0.30303 %policy 8% Waktu Rata-Rata 90Rating factor 10% X 90menit 90 9 Waktu Normal Allowance factor 30 menit 99 30 Waktu Basis Policy factor 8%x129menit 129 10.3 Waktu Standar 139 Waktu Standar = WR (RF)(AF) (PF) = 901.11.31.08 = 139