Makalah ini membahas tentang tuberculosis (TBC) dengan fokus pada definisi, etiologi, manifestasi klinis, klasifikasi penyakit dan tipe penderita, serta pengobatan TBC. TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer meskipun dapat menyerang organ lain. Diagnosis TBC ditegakkan melalui hasil pemeriksaan dahak, rontgen dada, dan respons terhadap pengobatan
1. Makalah Tuberculosis (TBC)
BAB
PENDAHULUAN
I
1.
Latar
Belakang
Incidensi tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada decade terakhir ini di
seluruh dunia termasuk juga di Indonesia, penyakit ini biasanya banyak terjadi pada Negaranegara berkembang yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis
(TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas/angka kematian
tinggi, angka kejadian penyakit diagnosis dan terapi cukup lama. Indosesia, TBC merupakan
penyebab kematian utama dan angka kesakitan teratas setelah ispa. Jumlah penderita TBC dari
tahun ke tahun di indonesia semakain meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita
baru TBC dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC yang menular. Mengingat
besarnya masalah TBC serta makin meluasnya masalah ini, maka menulis mengangkat masalah
TBC
ini,
semoga
tulisan
ini
dapat
bermanfaat.
2.
Tujuan
Penulisan
a.
Tujuan
Umum
Agar mahasiswa/kita semua dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang penyakit
Tuberculosis
dan
bagaimana
cara
penanggulangannya.
b.
Tujuan
Khusus
Agar mahasiswa dan kita semua mampuh memberikan suatu definisi atau pembatasan mengenai
penyakit
Tubrculosis
(TBC).
3.
Methode
Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan methode kepustakaan dengan mengumpulkan berbagai
literatur
yang
berhubungan
dengan
penyakit
Tuberculosis
(TBC).
4.
Sistem
Matika
Penulisan
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Methode Penulisan dan
Sistemmatika
Penulisan.
BAB II : Pembahasan, terdiri dari: Pengertian, Etiologi, Menifestasi Klinis, Patofisiologis,
Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita, Pemeriksaan Klinis, Pemeriksaan Penunjang,
Pengobatan.
BAB
III
:
Penurup,
yang
terdiri
dari:
Kesimpulan
dan
Saran.
BAB
PEMBAHASAN
II
1.
Pengertian
TBC
Tuberculosis (TBC): penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis.
TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC juga dapat
menyerang
kulit,
kelenjar
limfe,
tulang
dan
selaput
otak.
2. 2.
Etiologi
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu: mycobacterium tuberculosis dengan ukuran
panjang 1-4 UM dan tebal 1.3-0.6 UM termasuk golongan bakteri aerobgram positif serta tahan
asam atau basil tahan asam. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan (basil tahan asam). Kuman TB cepat mati dengan sianar matahari
langsung tetapi bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembek. Dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat dominan selama beberapa tahun. Kuman dapat disebarkan dari penderita
TB BTA positif kepada orang yang berada disekitarnya, terutama kontak yang erat TBC
merupakan penyakit yang sangat infensius. Seorang penyakit TBC dapat menularkan penyakit
kepada 10 orang disekitarnya. Menurut perkiraan WHO, 1/3 penduduk saat ini telah terinfeksi
mycrobacterium
tuberculosis.
3.
Manisfestasi
Klinis
Penderita TBC akan mengalami berbagai gangguan kesehatan seperti batuk berdahak kronis,
keringat tampa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan napsu makan.
Semuanya itu dapat menurunkan produktifitas penderita bahakan kematian. Gejala umum TBC
adalah: batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejalah lain yang sering
dijumpai adalah: dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, dan rasa nyeri dada, badan
lemah, napsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala
di atas dapat dijumpai pula pada orang dengan penyakit paru selain TBC. Oleh karena itu, orang
yang datang dengan gejala di atas harus dianggap sebagai seorang yang ”suspek tuberculosis”
atau tersangka penyakit TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mokroskopis
langsung. Selain itu, semua kontak penderita TB paru BTA dengan gejala suma, harus diperiksa
dahaknya.
4.
Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersikan sehingga penyebaran kuman
keudara dalam bentuk droplet (percikan darah). Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selama 1-2 jam, tergantung ada/tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi dan kelembaban.
Dalam suasan yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahakan
berbulan-bulan, bila partikel infeksi ini terisap oleh orang yang sehat akan menempel pada
alveoli kemudian partikel ini akan berkembang dan bisa sampai puncak apeks paru sebelah
kanan/kiri dan dapat pula keduanya berpindah dengan melewati pembuluh limfe. Setelah itu,
infeksi akan menyebar melalui sirmulasi, yang pertama terangsang adalah: limfokinase yang
dibentuk lebih banyak untuk merangsang makrofag, berkurang tidaknya jumlah kuman
tergantung pada jumlah makrofag. Karena fungsinya adalah membunuh kuman/basil, apabila
proses ini berhasil dan makrofag lebih banyak maka klien akan sembuh dan daya tahan tubuh
akan
meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang di dalam jaringan
paru-paru dengan membentuk tuberkel. Tuberkel lama-kelamaan akan bertambah besar dan
bergabung menjadi satu dan lama-lama tumbuh permajuan di temapat tersebut. Apabila jaringan
nerkosis dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien
akan batuk darah (hemaploe).
3. 5.
Klasifikasi
Penyakit
DAN
Tipe
Penderita
Penentuan Klasifikasi dan tipe penderita Tuberculosis memerlukan suatu ”Definisi Kasus” yang
memerlukan dan memberikan batasan baku dari setiap klasifikasi dan tipe penderita. Ada empat
hal
yang
perlu
diperhatikan
dalam
penentuan
definisi
kasus,
yaitu:
1.
Organ
Tubuh
yang
sakit:
Paru/Ekstra
Paru.
2. Hasil pemeriksaan dahak secara Makroskopis langsung: BTA positf /BTA negatif.
3.
Riwayat
pengobatan
sebelumnya:
Baru/Sudah
perna
diobati.
4.
Tingkat
keparahan
penyakit:
Ringan/Berat.
Klasifikasi
Penyakit
1.
TBC
Paru
Adalah : tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleora (selaput paru).
Berdasarkan
hasil
pemeriksaan
dahak,
TBC
paru
dibagi
dalam:
a.
TBC
Paru
BTA
b.
TBC
Paru
BTA
4. 2.
TBC
Ekstra
Paru
Adalah: tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya: pleura (selaput
paru), selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendihan, kuilit,
usus, ginjal, saluran kemih, alat kelamin, dan lain-lain. Berdasarkan tingkat kepercayaannya,
TBC
Ekstra
Paru
dibagi
menjadi
2
yaitu:
a.
TBC
Ekstra
Paru
Ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudative unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang),
sendi
dan
kelenjar
adrenal.
b.
TBC
Ekstra
Paru
Berat
Misalnya : Meningitis, Perikarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
Kemih
dan
alat
kelamin.
Tipe
Penderita
Tipe penderita ditemukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
penderita,
yaitu:
a.
Kasus
Baru
Adalah : Penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang
dari
satu
bulan
(30
dosis
harian).
b.
Kambuh
(Relaps)
Adalah
:
penderita tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh/pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat
dengan
hasil
pemeriksaan
dahak
BTA
Positif.
c.
Pindahan
(Transfer
In
)
Adalah : penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Pindahan yang menderita tersebut harus membawa surat
rujukan
(form
TB
09).
d.
Kasus Berobat Setelah Lalai (Pengobatan Setelah Default/Drop Out).
Adalah : Penderitaan yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA setelah
putus
berobat
(drop
out)
dua
bulan
atau
lebih.
e.
Gagal
Adalah : Penderitaan BTA yang masi tetap positif atau kembali menjadi positif pada
akhir
bulan
ke-5
atau
lebih.
- Penderitaan BTA rontgen positif yang menjadi BTA pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
f.
Lain
Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan di atas. Termasuk dalam kelompok ini
adalah kasus kronik (adalah penderita yang masi BTA Setelah menyelesaikan pengobatan ulang
dengan
kategori
dua.)
6.
Pemeriksaan
Klinis
Pemeriksaan pertama terhadap keadasan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata
atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam, badan kurus atau berat badan menurun.
Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah apens paru. Bila dicurigai infiltral yang
agak luas, maka yang akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan
didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronchi basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infeksi
ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.
5. 7.
Pemeriksaan
Penunjang
a.
Tuberculin
Skin
Test
Dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutan 0.1 ml pada bagian punggung/dorsal dari
lengan bawah. Uji ini sekarang sudah tidak dianjurkan dipakai karena hanya menunjukan ada
tidaknya antibodi anti TBC pada seseorang, sedangkan menurut penelitian 80% penduduk
indonesia sudah pernah terpapar antigen TBC, walaupun tidak bermanifestasi sehingga akan
banyak
memberikan
false
positif.
b.
Pemeriksaan
Radiologis
Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada,
tapi harus dilakukan serial rongen dada. Dengan rontgen, paling mungkin kalau ditemukan
infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala dari foto rontgen
yang mencurigai TB adalah:
Milier
Atelektasis/kolaps konselidasi
Infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilas/paratrakeal
Konsolidasi (lobus)
Reaksi pleura/efusi pleura
Klasifikasi
Bronkiektasis
Kavitas
Bila ada diskongruensi antara gambaran klinis dan gambaran rontgen, harus dicurigai TBC. Foto
rontgen dada sebaiknya dilakukan PA (Posterior Anterior) dan lateral, tapi kalau tidak mungkin
PA
saja
c.
Pemeriksaan
Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan, tidak
sensitif dan tidak juga spesifik. Pada saat TBC baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah
leokosit yang sedikit meninggi dengan hitungan jenis pergeseran kekiri. Jumlah limfosit masi di
bawah normal, laju endap darah mulai meningkat. Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leokosit
kembali normal dan jumlah limfosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju
endap dan mulai turun ke arah normal lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan
gambaran normakron dan normasiter, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah
meningkat.
d.
Pemeriksaan
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukan kuman BTA, diagnosis TBC
sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positif adalah bila ditemukan 3 batang kuman BTA pada
satu
sediaan.
8.
Dalam
pengobatan,
Pengobatan
TBC
dibagi
menjadi
2
Tuberculosis
bagian
yaitu:
6. a.
Jangka
Pendek
Dengan tata cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan dengan obat yang
diberikan:
o
Streptomisin
Injeksi
750
mg
o
Pas
10
mg
o
Ethambutol
1000
mg
o
Isoniazid
400
mg
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah: setiap 2x
seminggu, selama 13-18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TBC dapat dilakukan dengan minum obat saja. Obat yang diberikan dengan jenis: INH,
rifapicin dan etabutol. Dengan fase selama 2x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi
6-9
bulan.
b. Dengan menggunakan obat program TBC kombipack bila ditemukan dalam pemeriksaan
sputum BTA dengan kombinasi obat:
Rifampisim (R)
Isoniazit (INH)
Ethambutol (E)
Pyridoksin (Z)/pyrazinzmid
Streptomycin (S)
Efek samping obat anti tubrculosis:
Isonizit: efek samping berupa hepatitis, kesemutan, nyeri otot, defisiensi piridoksin,
kelainan kulit.
Rifampisin: jarang menyebabkan efek samping, namun efek samping yang sering
terjadi adalah: hepatitis, sidromrespirasi ditandai dengan sesak nafas, anemia haemolitik
yang akut, syok dan gagal ginjal.
Pyrazinamid: efek samping yang terjadi adalah, hepatitis, nyeri sendi dan dapat
menyebabkan arthritis gout.
Steptomycin: efek samping utama adalah kerusakan syaraf ke 8 yang berkaitan dengan
keseimbangan dan pendengaran.
Ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupah berkurangnya
ketajaman penglihatan, buta warna.
BAB
P
E
N
U
T
U
III
P
1.
Kesimpulan
a. TBC adalah: penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis
yang sebagian besar menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya.
b. TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius dengn gejala sebagai berikut: batuk darah,
sesak napas, nyeri dada, malaise, anoreksia, dahak bercampur darah, sakit kepala, nyeri otot dan
7. berkeringat
di
malam
hari.
c. Obat-obatan yang digunakan untuk menyembuhkan TBC adalah kombinasi dari: rifamicin,
isonaizid,
pyrazinamid,
ethambutol
dan
streptomycin.
2.
Saran
Semoga kita semua dapat lebih memahami dan mengetahui tentang penyakit TBC serta dapat
meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta kita dalam penanggulangan TBC.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol I . Jakarta:EGC
Prince
A.
Doenges
Pearce
Silvia.
E.
C.
Evelyn
1995.
Marylin.1992.
.1990.
anatomi
pathofisiologi.
nursing
dan
fisiologi
Edisi
care
untuk
4.
plan.
paramedic.
jakarta:EGC
Jakarta:EGC
Jakarta:EGC
Zulkifli Amin, Asril bahar. 2006. tuberculosis paru, buku ajar penyakit dalam. Jakarta: UI
Http://www. Medicastore.com/tbc/penyakit-tbc.htm
- See more at: http://ilmu27.blogspot.com/2012/09/makalah-tuberculosistbc.html#sthash.YXc7Gl8T.dpuf