Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Bab 1 Bab5
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan dan memiliki ketertarikan pada
lawan jenisnya. Kodrat ini bisa disempurnakan fungsinya apabila dilegalkan dalam suatu
ikatan nikah. Menurut Tate Qomaruddin, pernikahan dalam Islam ditegakkan atas beberapa
prinsip besar dan mulia. Pertama, membangun ketaatan dan ibadah kepada Allah secara
bersama-sama dalam sebuah rumah tangga. Kedua, demi terwujudnya Sakinah, mawaddah
dan Rahmah melalui perjodohan laki-laki dan perempuan. Ketiga, pernikahan diiringi
pelaksanaan ibadah lainnya sebagai sarana untuk menciptakan kehidupan yang bersih dari
perilaku memperturutkan syahwat seksual.
Keluarga adalah satuan terkecil dalam suatu masyarakat. Keluarga dalam bentuknya
yang sederhana atau asasi terdiri atas laki-laki dan perempuan yang hidup dalam ikatan
perkawinan beserta anak-anaknya yang diakui oleh anggota masyarakat. Secara umum,
keluarga dapat diartikan dengan terakumulasinya sejumlah orang yang saling berinteraksi dan
berkomunikasi untuk melakukan fungsi sosial sebagai suami istri, bapak, ibu, anak laki-laki
dan perempuan. Jalan pertama yang harus ditempuh dalam membentuk sebuah keluarga
(rumah tangga) ialah lembaga perkawinan. Perkawinan sebagaimana yang dimaksudkan
dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada dasarnya pernikahan bertujuan untuk
membentuk keluarga sakinah atau dapat pula dikatakan untuk mewujudkan ketentraman,
kasih sayang, dan kesenangan sebagaimana yang telah difirmankan Allah Ta’ala dalam Al
Qur’an Surat Ar-Rum ayat 21 yang berbunyi:
1
2. و من ا يا ته ا ن خلق لكم من انفسكم الز وا جا لتسكنوا اليها و جعل بينكم مود ة و رحمة
(۲۱:ا ن في ذ لك ل يا ت لقوم ييفكرون )الروم
Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenis-jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tertram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantara kamu rasa kasih sayang.1
Dengan adanya ikatan perkawinan sebagaimana yang diungkapkan dalam Al-Quran sebagai
ikatan yang kuat (mitsaqon gholidoh) maka terbentuklah hak-hak dan kewajiban yang harus
dilaksanakan suami istri. Hak dan kewajiban yang muncul haruslah dilaksanakan dengan
seimbang agar dapat mencapai tujuan perkawinan yaitu keluarga yang sakinah, mawaddah
dan rohmah.
Semua orang akan mendambakan proses pernikahan yang akan dijalani sesuai dengan
peraturan agama sehingga akan mendapatkan kehidupan yang tentram (sakinah) sesuai
dengan janji agama. Namun kadang-kadang setiap orang-orang yang akan menikah, ketika
akan melangsungkan penikahan mereka menaruh harapan bisa membentuk keluarga yang
sakinah mawaddah warahmah namun secara definitif dan makna mereka belum mamahami
apa itu keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah. Cuma secara aktualisasi langka-langka
menuju keluarga sakinah yang mereka alami dalam menjalani kehidupan rumah tangga
mereka telah lakukan. Sebagaimana realita yang ada bahwa tidak semuanya orang yang
melangsungkan pernikahan itu tau makna kelurga sakinah, misalnya sesuai dengan penelitian
ini, yaitu tentang pemahaman keluarga sakinah yang masih sangat minim dikalangan
masyakat.
Dari sisi inilah perlu ditegaskan bahwa perlunya pengetahuan pemahaman tentang
apa sebenanya keluarga sakinah tesebut, agar tidak terjadi yang namanya Kekerasan dalam
rumah tangga, seperti penganiayaan suami terhadap isteri, perlakuan kasar orang tua terhadap
1
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: 1992), 664
2
3. anak, perkosaan ayah/kakek terhadap anak/cucu maupun pembantu merupakan kedholiman
dalam keluarga yang saat ini banyak kita temui. Fenomena demikian tidak perlu terjadi andai
setiap anggota keluarga berbuat yang terbaik untuk keluarganya. Rumah tangga yang
diharapkan menjadi surga (baitii jannatii) justru menjadi suasana yang menegangkan karena
adanya saling menuntut dan menyalahkan. Rasulullah SAW bersabda: ?Berbahagialah
orangn-orang yang sibuk memperhatikan cacatnya (kesalahan) sendiri daripada (sibuk
memperhatikan) cacat(kesalahan) manusia yang lain (HR Abu Dzar) dalam hal ini termasuk
suami-isteri. Jika anggota keluarga merasa tertekan, teraniaya, dikhianati, bahkan disiksa,
maka bagaimana mungkin kedamaian rumah tangga dapat tercipta?
Sebenarnya semua itu bisa dapat tewujud dengan adanya Kasih sayang, kejujuran,
keadilan, kesabaran, saling menghargai, menolong dan pengertian antar anggota keluarga
yang merupakan sarana agar pengabdiannya mendapat Ridha Allah yang maha bijaksana.
Melihat fenemena masyarakat tersebut tentang pengetahuan pemahaman mereka
kelurga sakinah apakah sudah sudah sesuai dengan harapan. Dan apakah sudah sesuai dengan
ajaran islam sehingga bisa menemukan makna sesungguhnya tentang keluarga sakinah yang
itu bisa tercapai.
Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melihat pemahaman masyarkat tentang
keluarga sakinah yang mereka jalankan dengan konsep ajaran islam berangkat dari sisi
sosiologis yang menyatakan bahwa tidak perlu mengetahui makana dari kelurga sakinah
tersebut yang penting bisa hidup bahagia selamat dunia akhirat. apakah pernikahan tersebut
akan menghasilkan keluarga yang benar-benar harmonis.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Permasalahan-permasalahan yang muncul dari latar belakang permasalahan yang
telah dipaparkan diatas antara lain seperti di bawah ini.
1. Bagaimana pemahaman masyarakat tentang keluarga sakinah?
3
4. 2. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga sakinah?
3. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan demi mewujudkan keluarga sakinah?
C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep keluarga sakinah menurut Islam?
2. Bagaimana Pemahaman masyakat Doko tentang kelurga sakinah?
3. Bagaimana Upaya meningkatkan Pemahaman Keluarga Sakinah di Masyarakat
Doko?
D. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Untuk mempermudah dan memperjelas dalam memahami penelitian ini, maka
sistematika pembahasannya akan dipaparkan dalam 5 (lima) bab, dengan perincian sebagai
berikut: Bab I Pendahuluan, yang meliputi: latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah dan sistematika pembahasan.
Bab II akan dijelaskan mengenai kondisi objektif masyarakat dimana penelitian
ini dilaksanakan dalam rangka memberikan gambaran singkat bagaimana kondisi masyarakat
Desa Doko Kabupaten Kediri, agar supaya penelitian kali ini benar-benar memberikan
informasi yang kongkrit dan dapat dijadikan tambahan informasi atau data dalam penelitian
kali ini.
Bab III Metode Penelitian, yang meliputi: jenis penelitian, paradigma dan
pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data dan yang
terakhir adalah metode analisis data.
Adapun Bab IV menjelaskan pemaparan dan analisis data. Yaitu bagaimana data
yang sudah terkumpul dapat disajikan dan dianalisis sehinggga dapat benar-benar
memberikan sebuah informasi yang berkaitan dengan penelitian kali ini. Dan Bab V adalah
Penutup, yang terdiri dari: kesimpulan dan saran-saran.
4
5. BAB II
DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
A. KONDISI OBJEKTIF MASYRAKAT
Masyarakat Desa Doko, Kec Ngasem Kab. Kediri yang menjadi objek penelitian kami
tidak berbeda jauh dengan masyarakat yang lainnya yang masih disekitarnya. Maksudnya
dimasyarakat Doko tersebut juga ada kegiatan-kegiatan yang hubungannya dengan
kemasyarakatan. Seperti halnya Tahlil, manaqib dan lain-lain. Selain itu, juga ada kegiatan
dalam rangka memperingati hari –hari besar baik hari besar islam maupun hari nasional
seperti memperingati isro`mi`roj, maulud Nabi dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan yang
memperingati hari besar biasanya dalam bentuk Pengajian Akbar dengan mengundang para
Kyai. Sedangkan para remaja setiap malam Jum`at setelah sholat maghrib mengadakan
shalawat Al-Banjari di Mushola. Dan juga Bapak-Bapak setelah sholat Maghrib setiap malam
Jum`at kegiatannya Yasinan secara bergantian (rolling) dari rumah satu kerumah yang
lainnya.
Menurut data yang kami peroleh dari tokoh-tokoh mayarakat baik dari Bapak Lurah,
Bapak RT maupun Pemimpin Jama`ah Masyarakat bahwa masyarakat setempat telah
mengaktualisasikan sebagian konsep Keluarga Sakinah. Namun secara definitive dan makna
belum mengetahui apa itu keluarga sakinah. mereka hanya megasumsikan bahwa keluarga
sakinah merupakan bagian dari do`a untuk keluarga saja. Pemahaman ini didorong oleh
pengetahuan mereka ketika acara pernikahan ( mantenan)dan juga acara-acara pengajian
yang hubungannya dengan keluarga. Seperti acara Aqiqah, Sunatan dan lain-lain.
1. DATA PENDUDUK
Lokasi penelitian terletak di Desa Doko, Kec Ngasem Kab. Kediri Sebelah Utara
Kelurahan Sukorejo Sebelah Timur Kelurahan Gogorante Sebelah Selatan Desa Burengan
dan Sebelah Barat Desa Banjaran dengan luas 141,89. Ha.
5
6. Sedangkan jumlah penduduk Kelurahan Doko sampai dengan bulan Juni 2009 sebanyak
6.633 orang, terdiri dari laki-laki 3.334 orang dan perempuan 3.289 orang yang dibagi
menjadi 1.768 KK (Kepala Keluarga) sebagaimana terlampir.
2. MATA PENCAHARIAN PENDUDUK
Berdasarkan data yang kami teliti bahwasanya letak penelitian ini di wilayah
perbatasan Kabupaten dan Perkotaan dimana secara geografis lahan yang ada sebagaian besar
digunakan untuk instansi-instansi atau lembaga-lembaga baik negeri maupun swasta,
pertokoan, PERUMNAS dan pabrik-pabrik. Dan bisa dikatakan bahwasannya lahan untuk
pertanian terbilang masih terbatas bahkan sempit dan jarang ditemukan. Dari sini bisa
tergambarkan kondisi masyarakat Doko dari sisi mata pencahariannya.
Data yang diperoleh dari kelurahan dapat memberikan informasi sebagai berikut:
Pegawai Desa : 12 orang
Pegawai Negeri Sipil : 130 orang
ABRI : 25 orang
Guru : 62 orang
Dokter :6 orang
Bidan :3 orang
Mantri KesehatanPerawat : 12 orang
Pekerja di Perbankan : 12 orang
Pekerja Pengkreditan Rakyat : 62 orang
Pekerja di Pegadaian : 2 orang
Pegawai Notaris : 15 orang
Pengacara :1 orang
Tukang Kayu : 12 orang
Tukang Batu : 42 orang
6
7. Tukang Jahit :3 orang
Tukang cukur :4 orang
Persewaan : 20 orang
3. PENDIDIKAN PENDUDUK
Penduduk desa Doko bisa terbilang masyarakat yang agamis dan berpendidikan,
walaupun masih ada sebagian yang masih terbilang banyak yang belum bisa menyelesaikan
sampai ke jenjang perguruan tinggi. Dikatakan agamis karena masyarak tersebut berdekatan
dengan Pondok Pesantren Al-Fattah. Hal inilah bisa menjadi perbedaan yang signifikan
dengan penduduk lainnya walaupun tingkat pendidikan yang sama, penduduk Doko terbilang
penduduk yang agamanya kuat dan pengetahuannya menengah keatas karena disamping
hidup di perbatsan Kabupaten dan Perkotaan yang menghendaki hidup untuk kompetitif
tetapi mereka juga harus dituntut berfikir maju. Karena secara langsung mereka yang
berpendidikan rendah bersinggungan langsung dengan para lulusan sarjana untuk bersama-
sama mencari pekerjaan layak. Adapun latar belakang pendidikan penduduk desa Doko
adalah sebagai berikut:
- Tidak Lulus SD / MI : 31 orang
- Lulusan SD / MI : 78 orang
- Lulusan SLTP / MTs/ Sederajat : 984 orang
- Lulusan SLTA / MA/Sederajat : 1.126 orang
- Lulusan D1-S3 : 709 orang
7
8. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kualitatif. Adapun yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati,2
data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.3 Dengan kata lain
penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai suatu
keadaan, melihat kaitan antar variable-variabel dan tidak menguji atau menggunakan
hipotesa.4. Jadi dalam penelitian ini penulis berusaha semaksimal mungkin mendeskripsikan
suatu gejala peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang atau mengambil masalah-
masalah aktual sebagaimana adanya pada penelitian. Dilaksanakan dengan pendekatan
konseptual dan analisis terhadap permasalahan yang diambil dengan membandingkan data-
data di lapangan dengan konsep-konsep baik dari buku-buku, majalah-majalah, makalah,
maupun dari sumber lain dengan kalimat yang tersusun secara sistematis.
B. Sumber data
Berdasarkan pada sumber perolehan data, maka data dalam penelitian ini
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Data Primer, ialah sumber penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
(tidak melalui perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara
individual dan kelompok. Hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau
kegiatan dan hasil pengujian5.
2
Lexy Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,1999), 3.
3
Ibid, 6
4
Op.Cit. 26
5
Gabriel Amin Silalahi, Metode Penelitian dan Studi Kasus (Sidoarjo: CV. Citra Media, 2003), 57.
8
9. Hilman Hadi Kusuma mendefinisikan data Primer adalah data dasar yang diperoleh
peneliti dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan
diuraikan orang lain6. Adapun dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh
melalaui wawancara dengan para pelaku pernikahan dini dikalangan mahasiswa
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang yaitu: pasangan Ahmadi dan Lailatul Masyhuroh,
Istiono Dedi M dan Ana Aminatul M, Aldo Kelana dan Ulfi, Roni Al-Mughni dan Siska,
Lukman Hidayat dan Indah Masrurin, Arman dan Umy Baity, Slamet Mujiono dan Ani
Masruroh, dan pasangan Rudi Hartono dengan Dian Wahyu Ramadhani.
2. Data Sekunder, ialah data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dari arsip (dokumenter) yang sudah
dipublikasikan7. Atau sumber informasi yang tidak secara langsung mempunyai
wewenang dan tanggung jawab informasi padanya.8Dalam hal ini berupa data
kepustakaan yang berkaitan dengan topik bahasan seperti kepustakaan dalam hukum
perdata, khususnya dalam hukum pernikahan dan dampak yang mengikutinya, seperti
masalah nafkah, termasuk juga studi dokumen berupa data tentang perundang-undangan,
buku-buku, majalah dan sebagainya.
C. Metode pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini, maka dilakukan pengumpulan data dengan beberapa cara, yaitu:
1. Observasi
6
Hilman Hadi Kusuma, Metodologi Pembuatan kertas kerja/Skripsi Ilmu Hukum (Bandung: CV. Mandar Maju,
1995), 65.
7
Ibid., 57.
8
Ali Muhammad, Penelitian Kependudukan Prosedur dan Strategi (Bandung: PN. Angkasa, 1987), 42.
9
10. Yang dimaksud dengan observasi adalah mengamati (watching) dan mendengar
(listening) perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan manipulasi atau
pengendalian, serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi syarat untuk
digunakan ke dalam tingkat penafsiran analitis.9 Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala
dan subjek yang diarahkan pada tingkah laku sosial yang alamiah, tanpa usaha melakukan
manipulasi terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan
terhadap para mahasiswa yang sudah menikah dan disekitar kehidupannya, khususnya
tentang pemberian nafkah seorang suami kepada isterinya
2. Wawancara atau Interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu dengan menggunakan alat yang
dinamakan panduan wawancara (interview guide)10. Dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan dengan para mahasiswa yang sudah menikah di lingkungan UIN Malang, yaitu
pasangan Ahmadi dan Lailatul Masyhuroh, Istiono Dedi M dan Ana Aminatul M, Aldo
Kelana dan Ulfi, Roni Al-Mughni dan Siska, Lukman Hidayat dan Inolah Masrurin, Arman
dan Umy Baity, Slamet Mujiono dan Ani Masruroh, dan pasangan Rudi Hartono dengan
Dian Wahyu Ramadhani. Dari wawancara tersebut peneliti memperoleh data tentang riwayat
pendidikan mereka, usia saat menikah, kegiatan sosial keagamaan mereka, faktor mereka
melakukan pernikahan dini, pekerjaan mereka, dan bagaimana model para suami menafkahi
para isterinya.
Dalam hal ini peneliti menggunakan pedoman wawancara yang bermodel “Semi
Structured”. Disini mula-mula interviwer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah
9
James A, Black, Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial (Bandung: PT) Refika Aditama,
1999), 286.
10
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 135
10
11. terstruktur, kemudian satu persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut.
Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan
yang lengkap dan mendalam.11
3. Dokumentasi
Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, lengger, agenda dan sebagainya 12. Pada metode
ini penulis mengupayakan untuk memperoleh landasan teori dan dasar analisis yang
dibutuhkan dalam membahas permasalahan.
D. Metode pengolahan data
Dalam sebuah penyusunan karya tulis ilmiah, pengolahan data merupakan salah satu
proses yang sangat penting, karena jika ada kesalahan atau kekeliruan dalam mengolah data
yang telah didapatkan di lapangan maka kesimpulan yang dihasilkan juga akan salah.
Dalam mengolah data ini penulis akan melalui beberapa tahapan, yaitu : editing,
classifying, verifying, analyzing dan concluding.
Editing adalah menelti kembali data-data yang sudah diperoleh apakah data-data tersebut
sudah memenuhi syarat untuk dijadikan bahan dalam proses selanjutnya13. Dalam hal ini
editing dilakukan pada catatan-catatan tentang nafkah dan pernikahan dini. Kemudian
Classifying, yatitu: proses klasifikasi seluruh data baik yang berasal dari wawancara,
observasi dan lain-lain hendaknya dibaca, ditelaah secara mendalam dan diklasifikasikan
sesuai dengan kebutuhan.14 Kemudian tahapan selanjutnya Verifying yaitu : langkah dan
kegiatan yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dari lapangan harus di cross-
check agar validitasnya dapat diakui.15Pemeriksaan kembali ini dilaukan pada data dan
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 227
12
Ibid., 231.
13
LKP2M, Research Book for LKP2M (Malang: UIN Malang, 2005), 60-61.
14
Lexy J. Moeleong, Op.Cit, 104-105.
15
Nana Sudjana, Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi (Bandung: Sinar Baru Argasindo,
2002), 84-65.
11
12. informasi yang berhubungan dengan konsep nafkah dan pernikahan dini agar bisa terjamin
validitasnya. Selanjutnya Analyzing yaitu: Proses penyederhanaan kata ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan juga mudah untuk diinterpretasikan. Dalam analisa ini akan
digunakan teori-teori yang relevan16. Dalam hal ini analisa data yang di gunakan penulis
adalah deskriptif kualitatif yaitu: analisis yang menggambarkan keadaan atau status
fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian dipisah-pisahkan menurut kategorinya
untuk memperoleh kesimpulan. Baru kemudian tahapan terakhir Conluding yaitu:
pengambilan kesimpulan dari data-data yang diperoleh untuk memperoleh jawaban kepada
pembaca atas kegelisahan dari apa yang telah dipaparkan di latar belakang17.
Bahwa yang dimaksud dengan analisis data adalah proses menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan
dalam pengamatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya.18 Dalam pembahasan ini penulis menganalisa tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi. Reduksi data adalah proses pemilihan data atau membuat ringkasan yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Sedangkan penyajian data adalah sekumpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan atau untuk
verifikasi (pembuktian kebenaran), sedangkan penarikan kesimpulan adalah sebagian dari
suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh dengan menggunakan metode induksi yaitu analisa
data yang bersifat khusus yang mempunyi unsur-unsur kesamaan dan mengeneralisasikannya
ke dalam suatu kesimpulan yang bersifat umum.
BAB IV
PEMAPARAN DAN ANALISI DATA
16
Masri Singarimbun, Sofyan Effendi, Metode penelitian Survey (Jakarta: LP3ES, 1987), 263.
17
Nana Sudjana, Ahwal Kusuma, Op.Cit, 89.
18
Lexi J. Moleong ,Op.Cit, 190
12
13. 1. Penyajian Data
Dari beberapa pasangan keluarga yang sudah berumah tangga yang ada di Kelurahan
Doko baik yang sudah menikah lama maupun yang baru yang telah kami teliti mengenai
keluarga sakinah mereka mayoritas tidak mengetahui apa itu keluarga sakinah. Akan tetapi,
mereka secara implikatif mereka sedikit sudah menerapkan konsep-konsep keluarga sakinah
yang dijelaskan dalam ilmu agama. Untuk itu, hal inilah yang menjadi konsentrasi
pembahasan kami dalam penelitian yang kami lakukan.
Untuk kepentingan penelitian, kami menggunakan interview pada pasangan-pasangan
keluarga yang ada didaerah tersebut sebagai sample atau contoh agar penelitian kami lebih
terarah dan tertuju. Hal ini, kami lakukan dengan door to door pada sebagian masyarakat.
Pertama keluarga Bapak Sumari dengan isteri Ibu Katmi, yang telah menikah pada
tahun 1979 dan mempunyai satu anak yang bernama Totok Sudarto.
Berdasarkan hasil wawancara dari keluarga tersebut adalah sebagai berikut:
Yang pertama pernyataan dari Bapak Sumari, beliau menyatakan:19
Iya mas………kita sudah lama menikah dan punya anak satu. Dan juga kita
jarang sekali ada pertengkaran. Kemudian dari kami (M.Misbah) bertanya lagi
pada pasangan keluarga tersebut dengan bahasa jawa, yaitu : kinten-kinten
resepe nopo pak kok jarang bertengkar……? (kira-kira resepenya apa pak kok
jarang bertengkar). Kemudian sedikit senyum Bapak Sumari menjawab dengan
bahasa jawa : yo nek resepe gak ono mas ning kami saling ngerti opo wahe sing
dadi kewajibanne bebojohan. Kewajibane dadi isteri lan kewajibane dadi
suami. Lan isterine gak akeh nuntut ning suami. Lan isterine nyadari kerjone
bojone (suami). Nek saling ngerti insyaallah hidup keluargane tentrem, ayem,
seneng. (ya kalau resepnya tidak ada mas tapi kita saling mengerti orang yang
19
Keluarga bapak Sumari dan dengan isteri, Wawancara, (Desa Doko Kec. Ngasem, RT 38, 6 Juli, 2009, jam,
19.15 Wib)
13
14. berkeluarga. Kewajibannya isteri dan kewajibannya suami. Dan isteri tidak
banyak menuntut pada suami, dan isteri menyadari pekerjaannya suami. Jika
saling mengerti insya Allah hidup keluarganya tentram, damai dan senang ).
Kemudian dari kami (Aziya Masyithoh) menanyakan pada keluarga tersebut
lagi, yaitu : terus menurut bapak ibu, keluarga sakinah itu apa pak,bu…?Ibu,
Katmi menjawab dengan bahasa. Yo nek keluarga sakinah kami ora ngerti
mbak..(ya kalau kelurga sakinah kami tidak tahu mbak)Kami menanyakan lagi
kira-kira menurut bapak ibu sendiri gimana….? Bapaknya menjawab dengan
bahasa jawa lagi. Yo nek menurutte kami, keluarga sing ayem, tentrem, lan
seneng ngono tok mbak..(ya kalau menurutnya kami keluarga yang damai
tentram dan senang )
Yang kedua pernyataan dari bapak Bari yang berumur 47 tahun dan Ibu Sofyah yang
umurnya sudah 42 dan, kami) bertanya kepada mereka.20
Hartono :
sampon pinten tahun anggene omah-omahan pak, buk,(sudah berapa lama menikah
pak, buk.
Ibu Sofyah :
sampon wolu las tahun mas,(sudah delapan belas tahun mas),
Hartono :
sampon gadah yogo pinten ( sudah punya anak berapa?)
Bapak Bari :
sampon kaleh mas, engkang setunggal sampon sekola SMA, engkang setunggal maleh
tasek SMP (sudah dua mas, yang satu sekolah SMP yang satu lagi sekolah SMP),
Hartono :
nopo nate pernah padu buk, pak? (apa pernah bertengkar buk, pak?)
20
Ibu Sofyah, wawancara (kediri, 6 Juli 2009, Pkl, 19,15 Wib)
14
15. Pak Bari :
jarang mas, malah saget diomongne mboten nate, (jarang mas, malah bisa dikatakan
tidak pernah).
Hartono :
Oo.............mekaten to pak,,kok saget ngoten , carane pripon? (Oo……seperti itu ta
pak, bagaimana caranya bisa seperti itu pak?)
Pak Bari :
seng penteng geh sami-sami menghormati, jujur, mboten purikan,lan menawi wonten
masalah dirembug bareng dpikul barengi. ( yang penting yang sama-sama menghormati,
jujur, tidak cemburuan dan jika ada masalah dimusywarah dan ditanggung bersama)
Hartono :
terus menurut jenengan Keluarga sakinah puniko nopo pak, bu…? (terus menurut
kamu keluarga sakinah itu apa pak,bu…?)
Keduanya dengan tersenyum malu menjawabnya. Kemudian salah satunya menjawab.
Bapak Bari :
Aku gak ngerti nopo-nopoe mas tentang keluarga sakinah (saya tidak apa-apa tentang
keluarga sakinah).
Hartono :
geh sak ngertose jengengan pak,bu…(ya setahunya bapak ibu).
Bapak Bari :
yo nek menurutku keluarga sing ayem, tentrem, gak sering padu. (ya kalau menurut
saya keluarga yang damai, tentram tidak pernah padu)
Dari pemaparan dan informasi yang diberikan oleh informan diketahui bahwa
masyarakat kelurahan Doko secara implikatif sudah menerapkan sebagian konsep-konsep
Keluarga sakinah yang dijelaskan di ilmu agama. Akan tetapi, mereka secara definitive dan
15
16. makna kurang mengetahuinya. Denga hal ini kami mengkonsentrasikan penelitian kami
tentang pemahaman keluarga sakinah menurut Kelurahan Doko, Kecamatan Ngasem
Kabupaten Kediri.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keluarga Dalam Urusan Agama, Pendidikan Dan
Keadaan Ekonomi.
a. Agama
Berdasarkan wawancara yang telah kami lakukan terhadap responden atau informan,
kehidupan berkeluarga dimasyarakat Doko banyak yang agamanya kuat. Karena walau
bagaimanapun masyarakat Desa Doko banyak yang sering megikuti kegiatan-kegiatan
keagmaan apalagi juga berdekatan dengan Pondok Pesantren Al-Fattah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan sebagian keluarga masyarakat Doko yang telah kami wawancarai, diantaranya
sebagai berikut:
Yang pertama pernyataan dari Bapak Miftahul Huda yang rumahnya dekat Masjid
beliau menyatakan dengan bahasa jawa :21
Ya menawi masalah keluarga sakinah dipengaruhi apa wahe yo gak ngerti
mas…tapi, sing jelas Agama sing kuat tebel niku saget mempengarui keadaan
keluarganipun. yo, masalah anak-anak supoyo gak mbeling enake di ngajekne
nek madrasah diwarahi sholat lan ilmu agomo liyane. Sak liyane iku, goleke
rejeki kudu didasari agomo supoyo sing dipangan gak barang harom. ( ya
kalau masalah keluarga sakinah dipengaruhi apa saja ya tidak tahu mas..tapi,
yang jelas agama yang kuat, tebal itu dapat mempenagruhi keadaan
keluarganya. Ya masalah anak-anak supaya tidak nakal enaknya dingajikan di
madrasah diajari tentang sholat dan ilmu-ilmu agama yang lain. Selain itu,
mencari rezeki harus didasari agama supaya yang dimakan tidak barang
haram).
21
Pak Huda, wawancara, (Kediri, 6 juli, 2009, 19.20. Wib)
16
17. Yang kedua pernyataan dari Bapak Mulyadi yang berumur 55 tahun pendidikan SMP
dan Sri Mulyati berumur 43, pendidikan SD dan SMP tidak seleseai beliau menyatakan:
Meskipun kulo wong biasa nek masalah keluarga bisa tentrem, ayem iku ya
didasari kalian agomone. Jarene pak kyai-kyai nek pas pengajian-pengajian
iku keluarga biso tentrem, ayem kudu sholat sing ajek nek iso jama`ah sak
keluargo sering moco Qur`an lan sering melu ngaji nek masyarakat. Mulane
mas..anak-anakku yo nek mari maghrib tak kon melu ngaji nek rumahe ustadz
Mukti Ali yo supoyone ngerti ilmu agomo. (meskipun saya orang biasa kalau
masalah keluarga bisa tentram, damai itu ya didasari dengan agamanya.
Katanya pak kyai-kyai pada waktu pengajian-pengajian itu keluarga bisa
tentram damai harus sholat yang rajin kalau bisa berjama`ah sekeluarga, sering
membaca Al-Qur`an dan sering ikut ngaji di masyarakat. Makanya mas…
anak-anak saya ya kalau sudah selesai Maghrib aku suruh ikut ngaji
dirumahnya Bapak Mukti Ali ya agar mengetahui ilmu agama )
b. Ekonomi
Menurut pendapat-pendapat dari masyarakat yang telah kami wawancarai mengenai
factor yang mempengaruhi keluarga sakinah salah satunya ekonomi. Sebagaimana pendapat
yang diutarakan oleh bapak Marjoyo dan isterinya ibu Siti Aminah yang telah menikah tahun
1996 dan dikaruniai dua orang anak. Beliau bapaknya mengatakan dengan bahasa jawa :
Mbak menawi berkeluarga niku yang pokok inggih masalah ekonomi. Senajan
pekerjaane menopo kemawon sing penting tiyang bebojoan niku inggih kedah gadahi
pekerjaan. (Mbak kalau berkeluarga itu yang pokok ya masalah ekonomi. Walaupun
pekerjaannya apa saja yang penting orang yang berkeluarga itu ya harus punya pekerjaan).
Kemudian dari kami ( Anis yang mewanwancarai ) bertanya pada bapaknya dengan bahasa
jawa. La terus pekerjaannya bapak menopo…?( terus pekerjaanya Bapak apa ….?) Bapak
17
18. Marjoyo jawab dengan bahasa jawa : kerjane wonten pabrik Rokok Gudang Garam.
( Kerjanya di Pabrik Rokok Gudang Garam) Lalu Anis bertanya lagi dengan bahasa jawa :
kinten-kinten penghasilanipun pinten pak….? (kira-kira hasilnya berapa pak…?) Bapaknya
menjawab dengan bahasa jawa : mboten kathahe mbak…. naming sangangatus sewu.(tidak
banyak mbak hanya Sembilan ratus rupiah) Kemudian dari kami (Anis) bertanya pada Ibu
Aminah isteri dari Bapak Marjoyo. Anis lalu bertanya pada Ibunya dengan bahasa jawa: la
menawi ibu kesibukan kerjanipun menopo bu…..? (Kalau ibu sibuk kerja apa bu…?)Ibu
menjawabnya dengan jawa : nek menawi kulo dados ibu rumah tangga. Ning, kadang-
kadang menawi wonten ngajak kerjo teng sawah kulo inggih nyanggupi kok mbak…. (Kalau
saya jadi rumah tangga. Tapi, kadanag-kadang kalau ada orang mengajak kerja disawah saya
juga menyanggupinya mbak..). Kemudian kami (Anis) bertanya lagi. La terus antaranipun
bapak lan ibu menopo inggih pernah wonten padudon….? (terus anatar bapak dan ibu apa ya
pernah ada pertengkaran…?).lalu bapaknya menjawab dengan bahasa jawa : la menawi wong
bebojoan niku inggih terkadang wonten padudon, ning inggih mboten nemen inggih biasa
benten pendapat kemawon. (Kalau orang yang berkeluarga itu ya terkadang ada
pertengkaran, tapi ya tidak parah ya biasa beda pendapat saja ). Terus Anis bertanya pada
ibunya menopo inggih ngoten bu….? ( Apa benar begitu bu…?). Ibunya jawab. Inggih
mbak….inggih salah setunggilipun kedah ngalah lan nyadari. Lan menurut kulo ingkang
dados isterinipun sing penting mboten nate mbantahi bapak ngeten.( ya mbak….ya salah
satunya harus ada yang mengalah dan menyadari. Dan menurut saya yang jadi isterinya yang
penting tidak pernah membantah bapaknya saja)
c. Pendidikan
Sesuai yang telah di paparkan oleh masyarakat Doko tingkat pendidikan didesa
tersebut termasuk masyarakat yang tergolong berpendidikan. Seperti penjelasan diatas
mengenai tingkat pendidikan masyarakat Doko. Akan tetapi, apakah dengan adanya tingkat
18
19. pendidikan yang tergolong tinggi itu menjadi factor yang mempengaruhi adanya keluarga
sakinah. Maka kami melakukan wawancara dengan masyarakat Doko. Adapun yang kami
wawancarai adalah keluarga Bapak Muhiddin umur 40. isterinya bernama Ibu Fathonah
berumur 35 Tahun pendidikan terakhir mereka sama-sama lulusan S1 di STAIN Kediri.
Beliau mengatakan bahwa : “ pokok-pokok keluarga itu banyak sekali. Salah satunya tingkat
pendidikan baik bagi suami maupun isteri. Sebab pengetahuan itu juga dapat mempengaruhi
keadaan lingkungan keluarganya” kemudian peneliti bertanya apakah pendidikan seseorang
juga mengurangi perbedaan pendapat yang terjadi dikeluarga..?biasanya kan begini pak…
kalau tingkat pendidikan antara suami dan isteri yang sama tingkatannya, bukannya
pengetahuan yang diperoleh tidak beda jauh,,,? yang akhirnya dapat menimbulkan perbedaan
dan pertengkaran antara suami isteri.
Bapaknya menjawab : “ Begini mas… memang dapat itu dapat terjadi. Tapi, biasanya
kalau orang berkeluarga yang pendidikannya tergolong tinggi walaupun sama dalam
pengetahuannya mereka justru akan menyadari dan mengetahui apa kekurangannya. Apalagi
pengetahuan agamanya juga tergolong tinggi”. Jadi, tingkat pendidikan baik pendidikan
umum maupun agama itu sangat berpengaruh dalam kehidupan berkeluarga.(lanjutan paparan
bapak Muhiddin)
B. Klasifikasi dan Analisis data
1. Konsep Keluarga Sakinah
Kata keluarga menurut makna sosiologi yaitu kesatuan kemasyarakatan (sosial)
berdasarkan hubungan perkawinan atau pertalian darah. Pertalian keluarga atau keteurunan
dapat diatur secara parental atau bilateral, artinya menurut orang tua (bapak, ibu), matrilineal
artinya menurut garis ibu, dan patrilineal artinya menurut garis bapak.
19
20. Kata sakinah (arab) mempunyai arti ketenangan dan ketentraman jiwa. Kata ini
disebut sebanyak enam kali dalam al-Qur'an yaitu pada surat al-Baqarah ayat 248, surat at-
Taubah ayat 26 dan 40, surat al-Fath ayat 4, 18 dan 26. dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan
bahwa sakinah itu didatangkan allah SWT ke dalam hati para Nabi dan orang-orang beriman
agar tabah dan tidak gentar menghadapi tantangan dan rintangan, ujian, cobaan maupun
musibah. Sehingga sakinah dapat juga dipahami dengan sesuatu yang memuaskan hati dan
menyenangkan hati.
Dari sejumlah ungkapan yang diabadikan dalam al-Qur'an tentang sakinah, maka
muncul beberapa pengertian, sebagai berikut:
a) Al-Isfahan (ahli fiqh dan tafsir) mengartikan sakinah dengan tidak adanya rasa gentar
dalam menghadapi sesuatu
b) Menurut Al-Jurjani (ahli bahasa), sakinah adalah adanya ketentraman dalam hati pada
saat datangnya sesuatu yang tidak diduga, dibarengi satu nur (cahaya) dalam hati yang
memberi ketenangan dan ketentraman pada yang menyaksikannya, dan merupakan
keyakinan berdasarkan penglihatan.
c) Adapula yang menyamakan sakinah itu dengan kata rahmah dan tuma'ninah, artinya
tenang, tidak gundah dalam melaksanakan ibadah.
Istilah kelurga sakinah merupakan dua kata yang saling melengkapi, kata sakinah
sebagai kata sifat, yaitu untuk menyifati atau menerangkan kata keluarga. Keluarga sakinah
digunakan dalam pengertian keluarga yang tenang, tentran, bahagia, dan sejahtera lahir batin
Munculnya istilah kelurga sakinah ini sesuai dengan firman Allah surat ar-Rum ayat
21, yang menyatakan bahwa tujuan berumah tangga atau berkeluarga adalah untuk mencapai
ketenangan dan ketentraman atas dasar mawaddah dan rahmah saling mencintai, dan penuh
kasih sayang antara suami dan istri.
20
21. Dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya merasakan suasana tentram, damai
bahagia, aman dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera lahir adalah bebas dari kemiskinan
harta dan tekanan-tekanan penyakit jasmani. Sedangkan sejahtera batin adalah bebas dari
kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat
2. Aspek-Aspek Pembinaan Keluarga Sakinah
Keharmonisan akan tercipta dalam kehidupan keluarga bila diantara anggotanya
saling menyadari dan melaksanakannya bahwa masing-masing punya hak dan kewajiban.
Keharmonisan keluarga adalah adanya komunikasi aktif diantara mereka, terdiri dari suami-
istri atau anak atau siapapun yang tinggal bersama.
Adapun beberapa aspek yang mendukung terwujudnya keluarga sakinah antara lain :
aspek agama dan aspek ekonomi. Keduanya harus tetap terbina dengan lestari.
A. Pembinaan agama dalam hal ini meliputi beberapa obyek sasaran, yaitu :
d) Pembinaan agama bagi ayah dan ibu, yaitu dalam keluarga , ayah dan ibu merupakan
pemimpin. Dan agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, khususnya dalam pendidikan
agama, maka ayah dan ibu dituntut untuk memahami, menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai ajaran agama.
e) Pengamalan amar ma'ruf nahi munkar
f) Pembentukan agama bagi anak-anak
g) Memperhatikan pendidikan anak-anak
A. Pembinaan Ekonomi
Kestabilan ekonomi merupakan salah satu penunjang terwujudnya keluarga sakinah.
Kondisi keuangan sebuah keluarga bisa dikatakan stabil apabila terdapat keseimbangan
pemasukan dan pengeluaran. Tidak sedikit kasus kegagalan menciptakan kelurga sakinah dan
bahkan menjadi retak dan berantakan, terjadi dalam keadaan ekonomi keluarga yang kurang
21
22. stabil. Bahkan keadaan ekonomi ini juga sering kali mempengaruhi kadar keimanan
seseorang.
Karena itu keluarga perlu memperhatikan kestabilan ekonomi untuk mencapai
predikat keluarga sakinah. Keperluan atau kebutuhan seseorang relatif tidak dapat disama
ratakan. Agar dapat menyeimbangkan kebutuhan dan pendapatan, seseorang minimal harus
mampu merencanakan belanja rumah tangga, menambah semangat kerja dan meninggkatkan
pendapatan.
3. Analisis Faktor yang Mempengaruhi pada Keluarga Sakinah
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, bahwa Kurangnya pemahaman
tentang kelurga sakinah yang terjadi di daerah di Desa Doko kecamatan Ngasem kabupaten
Kediri pada kenyataannya bisa dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
Agama
Masyarakat Doko merupakan masyarakat yang relijius hal ini bisa dilihat dari
kegiatan keagamaan-keagamaan yang sering mereka lakukan, dengan adanya kegiatan-
kegiatan keagamaan ini masyarakat mampu menerapkan tentang keluarga sakinah.
Keluarga sakinah yang dipahami masyarakat Doko adalah keluarga yang harmonis
tentram, saling pengertian, tahu kewajiban suami Istri. Selain itu juga agamanya sebagaimana
pernyataan pa Miftahul Huda bahwa agama harus kuat sehingga dengan agama yang kuat
tersebut dia bisa bersabar bila menghadapi namanya permasalahan-permasalahan yang ada
dalam keluarga. dan mencari rizki yang halal.
Sebagaimana dalam konsep dalam Islam bahwasanya keluarga sakinah adalah
keluarga yang tenang, tentram atas dasar saling mencintai dan kasih sayang suami isteri dan
anak-anaknya. Hal ini dijelaskan dalam Al-qur`an dengan menggunakan kata mawaddah dan
rahmah.
Ekonomi
22
23. Masalah ekonomi sangat menompang seseorang dalam berkeluarga. Masyarakat
Doko termasuk tergolong ekonomi menengah kebawah hal ini bisa dilihat dari profesi mereka
setiap harinya yang rata-rata PNS, Buruh dan tani. Walaupun pekerjaannya demikian
nyatanya mereka dapat hidup mapan dan sederhana. dan rata-rata pengendali dan yang
mengatur ekonomi keluarga adalah si istri.
Pendidikan
Pendidikan terakhir yang ada di masyarakat Doko rata-rata adalah lulusan SMA/MA
sederajat. Hal ini dan jarang sekali yang melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi karena
factor ekonomi. Akhirnya hingga lulus dari SMA mereka langsung menikah dan berkeluarga
walaupun banyak diantara mereka belum mengetahui banyak bagaimana cara berkeluarga
sesuai dengan ajaran islam. Sebagaimana pendapat pak Muhidin bahwa tingkat pendidikan
baik pendidikan umum maupun agama itu sangat berpengaruh dalam kehidupan berkeluarga.
Jika pemahaman masyarakat Doko tersebut dikaitkan dengan teori keluarga sakinah
baik itu dari sisi agama, ekonomi pendidikan maka adanya titik temu pertama, masyarakat
Doko sering melakukan kegiatan keagamaan yang itu merupakan wujud mereka dalam
memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Sehigga dapat terwujud
keluarga yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
Sebagaimana pernyataan diatas bahwa dalam keluarga sakinah, setiap anggotanya
merasakan suasana tentram, damai bahagia, aman dan sejahtera lahir dan batin. Sejahtera
lahir adalah bebas dari kemiskinan harta dan tekanan-tekanan penyakit jasmani. Sedangkan
sejahtera batin adalah bebas dari kemiskinan iman, serta mampu mengkomunikasikan nilai-
nilai keagamaan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
23
24. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan data-data di atas dapat kami simpulkan bahwa:
1. Pada dasarnya pembentukan keluarga sakinah sebenarnya secara prinsipil terletak pada
upaya anggota keluarga untuk menciptakan suasana ketenangan dan merupakan lawan
dari goncangan batin dan kekalutan, sehingga keluarga tidak gentar dalam menghadapi
sesuatu.
24
25. 2. Upaya-upaya pembentukan kelurga sakinah di masyarakat Doko telah terealisasikan
Melihat dari hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan. Namun mereka belum
mengetahui makna secara definitif dari keluarga sakinah tersebut
3. bahwa melihat permasalahan yang ada yakni kurangnya pemahaman masyarakat Doko
mengenai makna Keluarga sakinah,, perlu adanya upaya pengetahuan pemahaman
peningkatan tentang keluarga sakinah dengan mengadakan sebuah seminar yang telah
kami lakukan agar masyarakat tidak hanya pada pengetahuan praktik tapi juga secara
teoritik.
B. Saran-Saran
Dari kesimpulan diatas, kami menyarankan bagi mereka yang sudah berkeluarga
(berumah tangga) demi menjaga kelanggengan sebuah keluarga haruslah mapan dari sisi lahir
dan batin sehingga kebutuhan–kebutuhan dapat terpenuhi dengan baik. Serta lebih
meningkatkan lagi pemahamannya tentang keluarga sakinah melalui media pembelajaran
seperti membaca dan mengakji buku, menghadiri seminar/ acara (pengajian, diskusi) tentang
keluarga sakinah , agar dapat menemukan dan menjalankan keluarga sakinah yang
sesungguhnya yang sesuai dengan ajaran islam.
DAFTAR sPUSTAKA
Ali Muhammad, (1987), Penelitian Kependudukan Prosedur dan Strategi, Bandung: PN.
Angkasa
Arikunto, Suharsimi, (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka
Cipta.
Dean J. Champion, James A, Black, (1999), Metode dan Masalah Penelitian Sosial ,
Bandung: PT Refika Aditama.
25
26. Gabriel Amin Silalahi, (2003), Metode Penelitian dan Studi Kasus, Sidoarjo: CV. Citra
Media.
Hilman Hadi Kusuma, (1995), Metodologi Pembuatan kertas kerja/Skripsi Ilmu Hukum
Bandung: CV. Mandar Maju.
Lexy Maleong, (1999), Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
LKP2M, (2005), Research Book for LKP2M ,Malang: UIN Malang.
Masri Singarimbun, Sofyan Effendi, (1987), Metode penelitian Survey, Jakarta: LP3ES.
Nana Sudjana, Ahwal Kusuma, (2002), Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi ,Bandung:
Sinar Baru Argasindo.
26